Grab Luncurkan GrabRewards untuk Pengguna Setianya, Poin Akumulatif yang Dapat Ditukar

Hari ini Grab resmi mengumumkan versi beta fitur GrabRewards, sebuah program loyalitas yang ditujukan untuk konsumen. Program ini akan memberikan apresiasi kepada penumpang Grab berupa poin di setiap perjalanannya, baik menggunakan GrabBike, GrabCar dan GrabTaxi di seluruh area jangkauan Grab. Poin yang didapat tersebut nantinya dapat ditukar dengan potongan tarif, tumpangan gratis hingga penawaran dari rekanan yang telah ditunjuk oleh Grab.

GrabRewards hadir sejalan dengan bertumbuhnya pengguna Grab secara keseluruhan, dari angka 10 juta di akhir tahun lalu menjadi 27 juta pengguna per Desember tahun ini. Pengguna di Indonesia dan Singapura menjadi yang pertama mencicipi layanan ini. Beberapa minggu mendatang pengguna di negara lain baru akan menyusul. GrabRewards terdiri dari empat tingkatan loyalitas didasarkan jumlah perjalanan, mulai dari Platinum (1% dari penumpang teratas), Gold (5% dari penumpang teratas), Silver (15% dari penumpang teratas) dan selebihnya masuk dalam kategori member.

Poin reward sendiri secara matematis dihitung berdasarkan jenis kendaraan, tipe layanan, jarak tempuh dan total tarif yang dibayarkan, baik secara tunai maupun menggunakan GrabPay. Reward platinum bagi pengguna akan memberikan akses kepada alokasi prioritas, pemesanan tumpangan akan diutamakan. Selain itu penumpang platinum juga akan diberikan nomor hotline eksklusif yang dapat diakses untuk bantuan langsung dari pihak Grab.

“Peluncuran GrabRewards secara beta menjadi bukti keseriusan kami dalam memberikan pengalaman perjalanan yang aman dan menyenangkan untuk para penumpang. Kami akan terus meningkatkan GrabRewards untuk memastikan bahwa kami menerapkan pendekatan hyperlocal dan program loyalty yang dipersonalisasi dan menyenangkan bagi para pengguna kami. Kami akan terus menambah Rewards eksklusif dan Rewards Partners di seluruh wilayah operasional kami,” ungkap Group Vice President of Marketing Grab Cheryl Goh.

Untuk pengguna di Indonesia, saat ini telah ada beberapa rekanan untuk penukaran poin. Termasuk di dalamnya Agoda, Alfamart, Althea, Flexiroam, Fraser Hospitality, HappyFresh, KeSuperMarket, Lippo Malls, Mall Alam Sutera, Trade Mall, Timezone hingga Tokopedia. Pengguna dapat melihat dan menukar Rewards dari dalam katalog Rewards yang tersedia dalam aplikasi Grab.

“Pada akhirnya kami menyadari bahwa Grab memiliki hubungan personal yang berkesinambungan dengan para penumpang kami. Kami berharap GrabRewards merupakan awal dari komunikasi yang lebih aktif untuk merealisasikan visi bersama kami untuk menjadi platform layanan pemesanan kendaraan terbaik. Seiring dengan dimulainya babak baru bagi Grab, kami juga ingin melibatkan usaha dan merchant yang sejalan untuk mendorong Asia Tenggara maju bersama-sama,” pungkas Cheryl.

Application Information Will Show Up Here

Perusahaan Taksi White Horse Gandeng Penyedia Sistem On-Demand

Transportasi online sekarang ini menjelma menjadi layanan yang digandrungi masyarakat sekaligus membuat pusing pengusaha taksi konvensional. Salah satu cara yang dilakukan pengusaha taksi konvensional untuk bertahan dalam persaingan adalah dengan mengoptimalkan teknologi atau menggandeng penyedia layanan transportasi online untuk mengoptimalkan armada mereka. Cara inilah yang coba diambil oleh PT Weha Transportasi Indonesia Tbk. (White Horse)  dengan mencoba menjalin kerja sama dengan penyedia layanan transportasi online seperti Go-Jek, Grab dan juga Uber.

Di tahun 2016 ini White Horse berusaha melakukan transformasi dari layanan taksi konvensional menjadi taksi online. Hal ini dikarenakan keuntungan mereka mengalami penurunan yang cukup drastis di periode 2015. Jika di tahun 2014 mereka berhasil mendapat keuntungan sebesar Rp 96,14 miliar di tahun 2015 turun lebih dari separuh menjadi Rp 34,18.

Seperti diberitakan SWA, Direktur Utama White Horse Angreta Chandra mengatakan langkah transformasi yang diambil adalah dengan mengoptimalkan armada non-produktif untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan transportasi online.

Idle capacity yang kami miliki bisa dimanfaatkan untuk kerja sama dengan Go-Jek, Grab, atau Uber,” ujarnya.

Sejauh ini di tahun 2016 White Horse telah mengurangi 200 armada taksi dari total 700 armada di tahun sebelumnya. Sekarang komposisi armada taksi White Horse terdiri dari 200 taksi eksekutif dan 300 taksi reguler.

Sebelumnya pada April silam melalui anak perusahaannya PT Panorama Mitra Sarana White Horse telah menjalin kerja sama dengan Go-Car dalam hal penyediaan izin usaha dan izin operasi angkutan sewa atas nama White Horse kepada mitra individu Go-Car.

Cukup menarik melihat berbagai macam strategi perusahaan taksi konvensional atas respons terhadap hadirnya layanan transportasi online. Ada yang memutuskan memperbarui aplikasi mereka agar lebih mudah dan nyaman digunakan, ada pula yang akhirnya menjalin kerja sama dengan penyedia layanan transportasi online. Bentuk manuver seperti ini lebih masuk akal dibanding dengan melakukan demo besar-besaran yang ujung-ujungnya merugikan banyak pihak seperti beberapa waktu lalu.

Langkah yang diambil White Horse ini juga bisa menjadi bukti bahwa regulasi adalah hal yang paling dibutuhkan untuk menjembatani industri konvensional dengan startup yang membawa perubahan melalui teknologi. Diatur untuk sama-sama menguntungkan, baik sesama pelaku bisnis maupun pengguna.

Sudah Lewat Batas Waktu, Pemerintah Siap Tindak Tegas Layanan Kendaraan Online yang Tidak Memenuhi Syarat

Tenggat waktu bagi para penyedia layanan kendaraan online untuk memenuhi persyaratan pemerintah Indonesia sudah habis. Lolos uji KIR, driver dengan SIM umum dan STNK kendaraan yang harus atas nama badan hukum menjadi beberapa syarat yang diajukan pemerintah untuk merestui layanan kendaraan online beroperasi di Indonesia.

Setelah jatuh tempo, tepatnya tanggal 31 Mei kemarin, pemerintah akan menindak tegas setiap armada layanan kendaraan online yang tidak memenuhi syarat. Bahkan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan seperti dilansir dari Kompas mengaku siap mengandangkan kendaraan jika memang terbukti tidak lolos uji KIR namun tetap memaksa untuk beroperasi.

“Kalau ada yang memaksa jalan bagaimana? Kalau kena pemeriksaan, itu akan dikandangkan kendaraannya,” ujar Jonan.

Hal tersebut menurut Jonan dilakukan sebagai upaya untuk mendisiplinkan semua angkutan umum, tidak hanya Uber atau GrabTaxi yang merupakan layanan kendaraan online. Jonan juga mengungkapkan bahwa pihaknya tidak segan-segan untuk mencabut izin usaha perusahaan yang melanggar apabila sampai 3 kali mendapat surat peringatan namun tetap melanggar.

Masih dari pemberitaan Kompas, sejauh ini Kementerian Perhubungan sudah menerbitkan syarat rekomendasi uji KIR kepada 3309 kendaraan yang terdiri dari Koperasi Perkumpulan Pengusaha Rental Mobil Indonesia (PPRI) yang menaungi GrabTaxi sebanyak 568 kendaraan, Jasa Trans Usaha Bersama (JTUB) yang menaungi Uber sebanyak 2665 kendaraan dan PT Panorama Sarana yang menaungi pengendara GoCar sebanyak 76 kendaraan.

Namun dari jumlah tersebut hanya 419 kendaraan yang telah melakukan uji KIR setidaknya hingga 31 Mei 2016. Masing-masing PPRI 195 kendaraan, JTUB 205 kendaraan, dan Panorama Mitra Sarana 19 kendaraan. Dan 53 di antaranya dinyatakan tidak lulus uji KIR.

GrabTaxi Kini Menjadi Grab

GrabTaxi secara resmi mengumumkan pengubahan nama perusahaan menjadi Grab. Nama dan domain baru ini dirasa sejalan dengan perluasan layanan Grab yang tak hanya digunakan untuk melakukan reservasi taksi, tetapi juga pemesanan armada GrabBike dan GrabCar.

Sebagaimana diungkapkan CEO Grab Anthony Tan, sudah terjadi evolusi layanan Grab sejak pertama kali layanannya diluncurkan tahun 2012. Kini mereka menambah jasa transportasi baru di seluruh wilayah, baik dengan mobil ataupun sepeda motor, juga jasa pengiriman. Tak heran jika nama GrabTaxi menjadi tidak relevan.

Sebagai startup transportasi regional terbesar di kawasan Asia Tenggara, Grab telah bergabung dengan Ola di India, Didi di Tiongkok, dan Lyft di Amerika Serikat untuk bersama-sama berkompetisi melawan Uber. Mereka juga telah mendirikan engineering center di Seattle, Amerika serikat, untuk mencari talenta-talenta di bidang teknis.

Di Indonesia sendiri Grab telah meluncurkan berbagai layanan, dalam bentuk GrabTaxi, GrabBike, dan GrabCar. Kini mereka telah beroperasi di Jakarta, Padang, Surabaya, Bali, dan Bandung.

Menurut data Grab, yang dikutip dari Detik, sejak pertengahan tahun 2015, tercatat Grab memperoleh pertumbuhan jumlah tumpangan 75% untuk GrabBike dan 35% untuk GrabCar di Asia Tenggara.

Ridzki Kramadibrata Ditunjuk Sebagai Managing Director GrabTaxi Indonesia

GrabTaxi baru saja mengumumkan penunjukkan Ridzki Kramadibrata sebagai Managing Director untuk Indonesia. Ridzki akan bertanggung jawab memimpin ekspansi GrabTaxi Indonesia serta mengawasi program-program lokal yang berkaitan dengan regulasi.

Ridzki sebelumnya menjabat sebagai Director & COO Indonesia Air Asia dan terakhir menempati posisi Regional Director AirAsia Group. Sebelumnya ia pernah juga menjabat sebagai Executive Vice President di Bakrie Telecom. Dengan pengalaman di berbagai jabatan eksekutif perusahaan nasonal, Ridzki dinilai mampu memberikan arahan strategis dan pemahaman bisnis lokal untuk mendorong pertumbuhan dan layanan GrabTaxi di Indonesia.

Menyambut kehadiran Ridzki di GrabTaxi, Anthony Tan selaku CEO dan Co-Founder GrabTaxi mengatakan:

“2015 merupakan tahun yang sangat baik untuk kami di Indonesia. Kami telah dapat mengembangkan lansekap transportasi di Indonesia melalui diluncurkannya layanan GrabBike, GrabCar dan GrabExpress untuk melengkapi layanan taksi kami. Kami percaya bahwa di bawah pimpinan Pak Ridzki, kami akan dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi dan memungkinkan kami untuk mewujudkan misi kami untuk menghadirkan layanan transportasi yang aman, dapat diandalkan, dan dapat diakses oleh semua orang di Asia Tenggara.”

Sementara itu Ridzki dalam sambutannya mengatakan:

“Saya sangat bersemangat dengan kesempatan untuk berkolaborasi dengan tim yang luar biasa dan dinamis ini, yang telah mentransformasi lansekap transportasi publik di Indonesia. Memenuhi kebutuhan transportasi dari masyarakat Indonesia dengan menyediakan tumpangan yang paling aman selagi meningkatkan kehidupan para rekan pengemudi kami akan terus menjadi prioritas utama. Sebagai platform teknologi untuk layanan transportasi, saya percaya aplikasi GrabTaxi akan dapat mendorong Indonesia untuk maju bersama dengan seluruh tim, semua pemangku kepentingan dan masyarakat.”

Di Indonesia layanan GrabTaxi sudah beroperasi di Jakarta dan Bali. Beberapa jenis layanan juga sudah beroperasi, mulai dari pesan jasa transportasi mobil, motor hingga jasa antar barang. Sebagai sebuah layanan baru (on-demand), menyelaraskan bisnis dengan kultur yang ada di masyarakat akan menjadi tantangan besar bagi Ridzki.

GrabTaxi, Didi Kuaidi, Lyft, dan Ola Jalin Kemitraan Ridesharing Global

GrabTaxi, Didi Kuaidi, Lyft, dan Ola hari ini mengumumkan kerja sama strategis yang memperluas perjanjian global berbagi kendaraan (ridesharing) yang dijalin oleh Lyft dan Didi Kuaidi pada bulan September lalu. Keempat perusahaan tersebut sebelumnya telah memiliki basis yang cukup kuat di wilayah Asia Tenggara, India, Cina, dan Amerika. Jika digabungkan maka potensi pasar yang dapat dirangkul hampir 50 persen total populasi dunia. Keluaran hasil kerja sama ini ditargetkan dimulai pada kuartal pertama 2016.

Dampaknya bagi konsumen atau wisatawan internasional, mereka dapat mengakses kendaraan lokal on-demand tanpa hambatan  dengan menggunakan aplikasi serupa yang mereka gunakan di negara asalnya. Setiap perusahaan akan menangani pemetaan, pembuatan rute, dan pembayaran melalui API (Application Program Interface) yang aman, demi memberikan pengalaman global terbaik bagi ratusan juta wisatawan yang bepergian lintas negara.

Simpelnya, konsumen Indonesia yang sudah memiliki aplikasi GrabTaxi, mereka tidak perlu lagi mengunduh aplikasi baru saat bepergian ke Tiongkok, India, atau Amerika Serikat.

CEO GrabTaxi Anthony Tan dalam pernyataannya menyebutkan:

“Kami bangga menawarkan layanan transportasi di Asia Tenggara kepada pengguna Lyft, Didi, dan Ola, di mana perbedaan bahasa, budaya, dan kebiasaan sosial bisa menjadi tantangan tersendiri bagi wisatawan asing. Di bawah payung ini, kami melihat banyak kesempatan untuk berbagi ide dan praktik terbaik, mulai dari inovasi produk hingga dukungan pengemudi, pengembangan teknologi serta pendekatan dalam mengelola operasi lokal dalam perusahaan yang tumbuh pesat.”

Secara keseluruhan keempat perusahaan telah mengumpulkan dana investasi sebesar lebih dari 7 miliar dollar. Kerja sama ini cenderung menjadi konsolidasi perusahaan yang berkompetitor secara langsung dengan Uber. Uber sendiri telah tersedia di 67 negara, per Desember 2015, dan konsumennya cukup menggunakan satu aplikasi untuk memenuhi kebutuhan transportasinya.

CEO Didi Kuaidi Cheng Wei mengatakan:

“Dengan Didi Kuaidi mengkonsolidasikan kepemimpinan pasar di seluruh vertikal utama, kami kini fokus pada penerapan sarana big data yang lebih baik untuk lebih lanjut mengembangkan produk inovasi serta meningkatkan pengalaman para penggunanya. Ini merupakan sebuah kemenangan dalam keragaman dan daya hidup industri berbagi kendaraan secara global.”

Kerja sama internasional ini dijalin bukan tanpa alasan. Masing-masing perusahaan memiliki kekuatan di setiap wilayah kerjanya. GrabTaxi memiliki banyak pengaruh di Asia Tenggara. Tercatat pemesanan harian GrabTaxi di enam negara basis kerjanya mencapai 1,5 juta transaksi, sedangkan statistik Didi setiap hari rata-rata memiliki 7 juta transaksi. Demikian pula signifikansi Lyft di Amerika Serikat dan Ola di India.

Dampak yang seharusnya terasa ialah pengalaman pengguna untuk mendapatkan jasa transportasi dengan cara yang sama dengan kultur yang telah dibangun oleh empat perusahaan di masing-masing negara.

GrabTaxi Uji Coba Layanan Antar Barang GrabExpress di Jakarta (UPDATED)

Membuntuti layanan Go-Send dari Go-Jek, GrabTaxi hari ini (23/11) mengumumkan uji coba layanan serupa dengan nama GrabExpress. Skemanya kali ini merupakan ekspansi dari layanan pemesanan transportasi roda dua yang diluncurkan beberapa bulan silam. GrabExpress saat ini hanya tersedia di beberapa wilayah saja di Jakarta.

Head of Marketing GrabTaxi Kiki Rizky enam bulan lalu mengakui kemungkinan untuk memperluas layanan GrabBike untuk melakukan pengiriman dokumen dan barang pada tim kami. Hari ini pihaknya meluncurkan layanan pengantaran paket yang tersedia dari dan ke wilayah Sudirman, Senayan, SCBD, Thamrin, Kuningan, dan Kemang.

Dalam pantauan tim kami, GrabExpress mendeklarasikan peraturan yang sedikit lebih ketat daripada layanan Go-Send dari Go-Jek. Dalam pernyataan resminya, GrabTaxi menuliskan:

GrabExpress dapat digunakan untuk mengirimkan dokumen penting, jas hujan yang tertinggal hingga pengiriman pesananmu dari online store favoritmu, asalkan tidak melebihi ukuran maksimal 25 cm x 32 cm x 12 cm serta berat maksimal 5 kg. GrabExpress tidak menerima pengiriman barang pecah-belah yang tidak dikemas dengan baik, makanan maupun minuman yang membutuhkan pendingin ataupun penanganan khusus, minuman beralkohol, obat-obatan, perhiasan, uang tunai ataupun benda lain yang dilarang oleh ketentuan undang-undang yang berlaku di Republik Indonesia.

Konsumen dapat menggunakan layanan GrabExpress selama 24 jam. Keseluruhan barang yang dikirimkan mendapat asuransi hingga sebesar Rp 2 juta. Strateginya, seperti biasa, memberikan promo tarif data Rp. 5000 untuk setiap pengantaran di wilayah yang disebutkan.

 

“Kami memahami bahwa pelanggan kami menginginkan kepuasan yang cepat. Mereka ingin mendapatkan barang yang dibutuhkan sesegera mungkin, meskipun hal itu tidak mudah dilakukan di salah satu kota paling padat di dunia. GrabExpress melihat kebutuhan ini dan menawarkan jasa pengambilan dan pengantaran barang paling aman dan terpercaya, dan cukup dilakukan melalui perangkat mobile,” kata Kiki Rizky, dalam siaran pers yang kami terima.


Update: kami menambahkan kutipan dari Kiki Rizky.

Dampak Sosial Bisnisnya Bawa GrabTaxi Jadi Salah Satu Startup Terpanas Asia

Bagaimana membangun bisnis tanpa mengorbankan kebahagiaan pengguna dan karyawan dipaparkan oleh CMO GrabTaxi Cheryl Goh yang berhasil membawa startup asal Malaysia tersebut menjadi salah satu primadona di pasar regional, termasuk Indonesia. Ia menuturkan proses bisnis dan kultur GrabTaxi yang menekankan eksistensinya di pasar tak hanya tentang mengejar aspek finansial, tetapi juga membahagiakan seluruh entitas yang terlibat di dalamnya.

Continue reading Dampak Sosial Bisnisnya Bawa GrabTaxi Jadi Salah Satu Startup Terpanas Asia

GrabTaxi Offers GarbSpeed to Compete with Uber Supercar

The competition in premium car transportation is on. Five months ago, Uber officially launched Supercar which allows users to ride Aston Martin in certain areas in Jakarta. Using the same strategy, GrabTaxi Indonesia also offers similar experience by allowing users riding a Lamborghini. Continue reading GrabTaxi Offers GarbSpeed to Compete with Uber Supercar

Konsultasi dengan Dishub, GrabTaxi Tangguhkan Layanan GrabSpeed

Beberapa waktu yang lalu GrabCar sempat mengeluarkan pengumuman mengenai kampanye layanan GrabSpeed. Layanan yang sedianya dapat dinikmati secara gratis di tanggal 24, 25, 31 Oktober, dan 1 November 2015 ini akhirnya batal terselenggara. Belum ada detail mengenai alasan pembatalan. Tapi ramai diberitakan pembatalan ini terkait rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dishub (Dinas Perhubungan) Jakarta. Continue reading Konsultasi dengan Dishub, GrabTaxi Tangguhkan Layanan GrabSpeed