Startup Telemedis Good Doctor Diakuisisi WhiteCoat Global

WhiteCoat Global, penyedia layanan kesehatan digital berbasis di Singapura, telah mengumumkan akuisisi platform telemedicine Indonesia, Good Doctor. Akuisisi ini diklaim sebagai merger dan akuisisi terbesar yang melibatkan dua perusahaan telehealth di Asia Tenggara.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Jumat (11/10), WhiteCoat juga mengungkapkan telah memperoleh pendanaan baru yang dipimpin oleh Raffles Family Office. Selain itu, MDI Ventures dan SoftBank Vision Fund juga akan bergabung sebagai investor baru seiring dengan akuisisi Good Doctor.

Tahun lalu, MDI Ventures baru memberikan pendanaan $10 juta kepada Good Doctor bersama dengan Grab.

Meskipun nilai akuisisi dan jumlah pendanaan tidak diungkapkan, aksi korporasi ini diharapkan akan memperkuat kehadiran WhiteCoat di pasar Indonesia, yang merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Good Doctor selama ini dikenal sebagai penyedia layanan kesehatan primer dan spesialis, serta melayani konsumen melalui produk ritel, layanan farmasi, dan program kesehatan.

WhiteCoat menyatakan bahwa akuisisi ini akan menciptakan grup layanan kesehatan digital terbesar dan terlengkap di kawasan tersebut. Grup ini akan bekerja sama dengan lebih dari 130 perusahaan asuransi dan 7.500 mitra korporat untuk melayani lebih dari 6,8 juta klien.

Founder & CEO WhiteCoat Bryan Koh, menyebutkan bahwa akuisisi ini mempertegas komitmen perusahaan untuk menghadirkan layanan kesehatan inovatif berbasis teknologi. “Kami berupaya meningkatkan akses layanan kesehatan, tidak hanya bagi anggota yang diasuransikan, tetapi juga bagi populasi lebih luas yang mencakup lebih dari 650 juta orang di seluruh Asia Tenggara,” ujarnya.

Ke depan, WhiteCoat berencana untuk menggalang pendanaan pada saat yang tepat guna mendukung fase pertumbuhan berikutnya, termasuk memperluas layanan omnichannel melalui integrasi kecerdasan buatan generatif mutakhir.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

KLAR Smile Alami Lonjakan Pendapatan 10x Lipat, Genjot Diversifikasi Produk

KLAR Smile, pengembang produk dan layanan perawatan gigi, mengumumkan telah mencapai tonggak dengan mencatat pertumbuhan pendapatan 10x lipat dibandingkan dengan periode pendanaan terakhir pada Mei 2022. Perusahaan mencatatkan pertumbuhan bulanan gabungan sebesar 40% dari April 2023 hingga Maret 2024, yang menegaskan posisi KLAR sebagai pemimpin pasar perawatan gigi di Indonesia.

KLAR Smile memulai perjalanannya pada tahun 2020 dengan fokus pada produk clear aligner. Seiring berjalannya waktu, perusahaan ini telah memperluas lini produknya untuk mencakup berbagai perawatan gigi seperti water flosser, sikat gigi elektrik, dan produk pemutih gigi. Ekspansi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan berbagai segmen pasar dan meningkatkan aksesibilitas perawatan senyum berkualitas tinggi.

Diversifikasi produk

Dengan semakin berkembangnya kelas menengah di Indonesia, lebih banyak konsumen yang memprioritaskan estetika gigi dan kesehatan mulut. Bank Dunia mencatat adanya 52 juta penduduk Indonesia yang tergolong “ekonomis aman” pada tahun 2020, yang turut mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 12% setiap tahunnya dari 2002 hingga 2020. Ken Research memprediksi pasar layanan gigi di Indonesia akan mencapai nilai $4 miliar pada tahun 2026.

Selain keberhasilan finansial, KLAR Smile juga bangga mengumumkan peluncuran perawatan aligner baru dan produk perawatan senyum lainnya. Produk terbaru termasuk KLAR Signature, yang menggunakan material premium untuk kenyamanan maksimal, dan KLAR Aligner, yang dirancang untuk konsumen yang mengutamakan nilai ekonomis tanpa mengorbankan kualitas. Produk inovatif lainnya yang akan segera diluncurkan meliputi KLAR Remineral, KLAR ColorPop Electric Toothbrush dengan warna-warna cerah, dan KLAR Kids Electric Toothbrush.

KLAR Smile tidak hanya fokus pada inovasi produk tetapi juga pada peningkatan aksesibilitas dan kesadaran perawatan gigi. Produk-produk KLAR Smile kini dapat diperoleh melalui berbagai platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, TikTok, dan Lazada, serta melalui jaringan dokter gigi dan peritel ternama seperti Boots dan Watsons.

KLAR Smile juga meraih kesuksesan dengan penjualan lebih dari 10.000 unit produk pemutih gigi dalam kuartal pertama tahun 2024. Produk-produk ini dirancang untuk memberikan solusi perawatan gigi yang lebih sehat dan nyaman di rumah.

Komitmen kepuasan pelanggan

Keberhasilan KLAR Smile tidak lepas dari komitmennya terhadap penelitian dan pengembangan, keunggulan produk, dan kepuasan pelanggan. Didirikan selama puncak pandemi COVID-19, KLAR Smile telah membuktikan diri sebagai inovator industri dengan transformasi lebih dari 6.500 senyum di Indonesia dan tingkat kepuasan pasien sebesar 92%.

Founder & CEO KLAR Smile Ellen Pranata menjelaskan, “Pasar perawatan senyum adalah tren besar berikutnya setelah perawatan kulit di Indonesia, mewakili peluang besar yang belum banyak dieksplorasi. Fokus kami adalah memberikan solusi yang lembut dan menyenangkan bagi konsumen dalam rutinitas perawatan di rumah.”

Dengan semakin meningkatnya perhatian terhadap perawatan kecantikan komprehensif, KLAR Smile siap untuk terus mendorong inovasi di industri perawatan senyum dan menjawab kebutuhan pelanggan yang terus berkembang.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Biotech PathGen Raih Pendanaan Awal dari East Ventures dan Royal Group Indonesia

Startup biotech PathGen mengumumkan pendanaan dengan nominal dirahasiakan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia. Dana segar ini akan dialokasikan untuk pengembangan R&D, teknologi, perluasan pasar, dan lainnya.

“Kami yakin bahwa pendanaan ini akan mendukung misi kami dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mendemokratisasi solusi pengujian molekuler yang sesuai dengan konteks lokal,” ucap Co-founder dan CEO PathGen Susanti dalam keterangan resmi, Jumat (19/4).

PathGen merupakan startup bioteknologi berbasis di Indonesia yang berfokus pada solusi pengujian molekuler. Startup ini berdiri pada 2020 oleh Susanti (CEO) dan Michael Rampangilei (COO) yang bergabung pada 2023. Mereka percaya bahwa deteksi dini penyakit dan akses terhadap pengobatan yang lebih presisi merupakan hal yang krusial untuk mencegah terjadinya komplikasi kesehatan, tapi sayangnya belum semua orang bisa melakukannya.

Oleh karena itu, PathGen hadir dengan visi untuk mendemokratisasi solusi genomik di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan menyediakan alat diagnostik molekuler yang terjangku untuk mendeteksi kanker dan berbagai penyakit lainnya di Indonesia.

“Kami menyambut PathGen ke dalam ekosistem kami dan bersemangat untuk mendukung PathGen dalam membuat solusi ini semakin mudah diakses oleh pasar. Kami yakin bahwa investasi ini tidak hanya mendorong inovasi tetapi juga memperkuat kemampuan kita untuk meningkatkan dan menciptakan luaran klinis yang positif,” ujar Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Pemegang Saham Royal Group Indonesia Irawan Mulyadi menambahkan, pihaknya akan mendukung PathGen dalam mewujudkan ambisinya untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan melalui pengobatan presisi dengan menyediakan diagnostik molekuler yang tepat sasaran dan terjangkau untuk Indonesia dan negara lainnya.

“Kami akan membawa ahli korporasi dan bisnis kami ke PathGen dan memastikan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan dan berdampak. Kolaborasi dengan East Ventures akan memungkinkan kami untuk menggabungkan kekuatan dan kemampuan kami untuk melanjutkan terobosan inovasi di bidang kesehatan,” kata dia.

Solusi PathGen

Salah satu penyakit yang menjadi tantangan kesehatan global adalah kanker yang menyebabkan hampir 10 juta kasus kematian pada 2020. Sekitar setengah dari seluruh kasus kanker terjadi di negara berkembang dan negara berpendapatan rendah.

Meskipun demikian, WHO (World Health Organization) mengungkapkan terdapat kesenjangan akses terhadap pengobatan kanker yang komprehensif. Walaupun terdapat lebih dari 90% negara berpendapatan tinggi mempunyai sumber daya yang memadai, sayangnya kurang dari 15% negara berpendapatan rendah memilikinya.

Misalnya di Indonesia, hanya 18% fasilitas kesehatan yang memiliki akses terhadap tes kanker molekuler, hal ini disebabkan oleh biaya yang mahal, kompleksitas tes, serta keterbatasan kapasitas manusia dan laboratorium.

Sebagai solusinya, PathGen menyediakan solusi diagnostik molekuler yang dapat diakses dan diandalkan untuk mengidentifikasi risiko berdasarkan riwayat keluarga, menentukan prognosis (prakiraan kemungkinan terkena suatu penyakit), dan memprediksi respons pengobatan.

Untuk memfasilitasi pengujian yang lancar dan meningkatkan adopsi di pasar Indonesia, alat tes ini sebagian besar akan berbasis PCR. Pendekatan ini memanfaatkan melimpahnya instrumen PCR di Indonesia akibat pandemi COVID-19. Dengan memanfaatkan teknologi PCR, PathGen berambisi ingin memberikan solusi pengujian komprehensif yang layak, baik secara teknis dan finansial dengan infrastruktur yang ada dan mempertimbangkan kendala harga di pasar Indonesia.

PathGen juga mengembangkan diagnostik molekuler melalui pengembangan teknologi mutakhir seperti Next-generation sequencing (NGS) untuk kanker dan penyakit lainnya. NGS telah merevolusi genomik yang memungkinkan analisis genom berukuran besar secara cepat dan hemat biaya, dan pada saat yang bersamaan, memfasilitasi pembuatan profil penyakit secara komprehensif.

Pendekatan ini mengidentifikasi varian genetik yang berkaitan dengan respons dan metabolisme obat sehingga dapat menghasilkan pengobatan yang terpersonalisasi dengan mengoptimalkan pemilihan dan dosis obat untuk setiap pasien. Selain itu, PathGen berinovasi dengan patologi digital dan platform AI untuk meningkatkan akurasi dan presisi diagnostik.

Sejak berdiri, perusahaan telah mencatat beberapa pencapaian, termasuk kemitraan strategis dengan perusahaan bioteknologi, BioFarma, untuk memproduksi dan mendistribusikan produk perdananya, BioColoMelt-Dx, sebuah alat diagnostik molekuler untuk kanker kolorektal yang diluncurkan pada 2022.

Produk ini diluncurkan sebagai kit diagnostik molekuler pertama di Indonesia yang sudah teruji dan diproduksi secara lokal. Disebutkan BioColoMelt-Dx telah tersedia di rumah sakit kanker besar di Indonesia, antara lain Pusat Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Perluas Segmen Pasar, JULO Luncurkan Produk Pembiayaan Kesehatan

Startup fintech lending JULO meluncurkan fitur Biaya Kesehatan, layanan pembiayaan fasilitas kesehatan dengan opsi cicilan bulanan. Diklaim layanan teranyar ini menjadi yang pertama di Indonesia dan telah bisa digunakan di lebih dari 25 ribu fasilitas kesehatan di Indonesia.

Sejatinya ini adalah layanan kredit personal yang dapat dimanfaatkan nasabah untuk membayar tagihan rumah sakit, klinik, dokter gigi, apotek, sampai biaya pengecekan medis di laboratorium.

Ini adalah rangkaian produk tematik kedua setelah sebelumnya JULO menghadirkan fitur Biaya Pendidikan, layanan pembiayaan pendidikan yang mencakup lebih dari 250.000 institusi formal dan nonformal di Indonesia.

“Inovasi fitur Biaya Kesehatan ini menegaskan komitmen JULO di awal tahun 2024, untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat Indonesia dengan pemberdayaan lebih lanjut melalui inklusi finansial. Dengan demikian, JULO turut dapat berperan aktif dalam membantu pemerintah mencapai Indonesia Sehat, sasaran transformasi sosial dalam bidang kesehatan sebagai bagian dari Indonesia Emas 2045,” ungkap Co-Founder JULO Adrianus Hitijahubessy.

Menurut survei Global Health Service Monitor, 59% dari 278 juta penduduk Indonesia kesulitan mengakses layanan kesehatan karena biayanya yang tinggi. Di Indonesia, inflasi medis mencapai 13,6% per tahun, sekitar 4 kali lipat dari inflasi umum. Ini membuat lebih banyak orang rentan mengalami kesulitan keuangan saat sakit. Akibatnya, semakin sulit bagi mereka untuk pulih secara finansial dalam jangka panjang.

Head of Marketing JULO Mikhal Anindita mengatakan, “Biaya pengobatan sering kali bersifat darurat dan tidak bisa menunggu. Dengan ditambahnya fitur Biaya Kesehatan pada aplikasi JULO, pasien dapat menuntaskan pembayaran biaya kesehatan secara cepat saat dibutuhkan tanpa memberatkan cashflow […] Melihat bagaimana kesehatan merupakan suatu kebutuhan manusia yang paling mendasar, rilis fitur terbaru Biaya Kesehatan diharapkan dapat meningkatkan akses kesehatan yang layak untuk masyarakat luas tanpa terkendala urusan finansial.”

Perkembangan bisnis JULO

Dalam statistik yang dipaparkan, aplikasi JULO telah diunduh lebih dari 10 juta pengguna. Sejauh ini perusahaan telah menyalurkan lebih dari 2 juta pinjaman dengan total Rp17 triliun. Kendati demikian, JULO masih memiliki PR untuk meningkatkan kualitas pinjaman — saat ini mereka memiliki skor TKB90: 95,14%, TKB60: 80,08%, TKB30: 75,33%, dan TKB0: 68,44%. Menurut statistik terbaru OJK, di 2023 rata-rata TKB90 fintech lending adalah 97,05%.

Sejak berdiri pada akhir 2016, JULO telah didukung sejumlah investor terkemuka. Awal tahun ini mereka mengumumkan pendanaan seri B seinilai $80 juta dari Credit Saison dengan kombinasi $30 juta ekuitas dan $50 juta fasilitas kredit.

Sebelumnya JULO mengumumkan secara resmi pendanaan seri A pada September 2019 sebesar $10 juta. Putaran itu dipimpin oleh Quona Capital, dengan partisipasi dari investor lain, seperti Skystar Capital, East Ventures, Provident Capital, Gobi Partners, dan Convergence Ventures (dulu belum merger menjadi AC Ventures).

Dengan produk awal berupa pembiayaan konsumer (termasuk paylater), kini diklaim 72% penggunaan kredit digital JULO ditujukan untuk keperluan produktif dan peningkatan kualitas hidup.

Lewat model bisnisnya, JULO mengumumkan perolehan pendapatan berulang tahunan (ARR) sebesar $120 juta (sekitar Rp1,8 triliun) dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 73% di 2023. Pihaknya juga melaporkan keuntungan operasionalnya telah mencapai titik impas.

Total penyaluran pinjaman JULO di sepanjang 2023 tercatat mencapai $454 juta atau tumbuh 50% (YoY). Sementara, total penyaluran pinjaman sejak beroperasi pada 2016 telah tembus angka $1 miliar. Adapun, tingkat retensi per cohort JULO sebesar 70% yang mana secara signifikan disebut telah berkontribusi terhadap penghematan biaya akuisisi peminjam dan peningkatan biaya operasional perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Anak Usaha Bundamedik Akan Ambil Alih Mayoritas Saham Startup Biotech Asa Ren

Anak usaha Bundamedik Healthcare System, PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (IDX: DGNS) berencana mengambil alih sebanyak 97,97% kepemilikan saham milik Asa Ren Pte Ltd, pemilik PT Asa Ren Global Nusantara, melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD I).

Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, pengambilalihan saham ini akan dilakukan dalam bentuk inbreng dengan penyetoran 612.900 lembar saham Ordinary Shares serta 2.921.176 lembar saham Preferred Shares atau mewakili 88,17% yang dimiliki Pemegang Saham Asa Ren.

Diagnos akan melakukan PMHMETD I dengan menerbitkan saham baru sebanyak 921.000.000. Dari aksi tersebut, perseroan akan mendapatkan sebesar $24,1 juta atau setara Rp357,89 miliar. Harga pelaksanaannya sebesar Rp505 per saham baru.

Saat ini, kepemilikan saham Diagnos dikuasai oleh PT Bundamedik Tbk (IDX: BMHS) sebesar 41,2% saham dan PT Bunda Investama Indonesia sebesar 38,8%. Melalui pengalihan HMETD dari kedua pemegang saham utama ini, Diagnos akan mendapat sebanyak 88,17% saham Asa Ren.

“Perseroan akan melakukan akuisisi atas 3.534.076 saham atau setara dengan 88,17% saham Asa Ren dari Pemegang Saham Asa Ren dengan nilai transaksi sebesar $21,69 juta, yang mana saham Asa Ren akan diperhitungkan sebagai penyetoran modal oleh perseroan dalam bentuk lain selain uang (inbreng) sehubungan dengan Rencana PMDHMETD I,” demikian pernyataan manajemen,

Sebagai informasi, Diagnos adalah perusahaan pemilik jaringan laboratorium klinis, laboratorium homecare, hingga laboratorium genomik. Dalam kaitannya dengan Asa Ren, Diagnos beberapa kali terlibat dalam pendanaan startup pengembang data DNA tersebut.

Pada Januari 2023, Diagnos berinvestasi di Asa Ren melalui penyertaan saham seri A sebanyak 58,65% senilai $300 ribu atau setara Rp4,5 miliar. Selain Diagnos, beberapa investor lain yang terlibat dalam pendanaan Asa Ren adalah Kejora Capital, Northstar Ventures, dan Marcy Venture Partners.

Asa Ren mengklaim sebagai startup pengembang data DNA pertama di Indonesia. Didirikan pada 2016, Asa Ren memanfaatkan teknologi AI untuk menghadirkan laporan analitik dari tes DNA, mulai dari kesehatan, ancestry, hingga 360 Report.

Pengembangan genomik Bundamedik

Bundamedik diketahui tengah gencar mendorong pengembangan inovasi kesehatan dengan pendekatan bioteknologi dan genomik. Komisaris Utama Bundamedik dr. Ivan Rizal Sini sebelumnya menyatakan bahwa kecepatan diagnosis perlu diperbaiki mengingat industri kesehatan adalah rantai layanan yang panjang.

Rantai ini mencakup aspek edukasi, screening, deteksi dini, pengobatan kuratif, dan pengobatan paliatif. Sementara, kebanyakan RS di Indonesia lebih fokus pada pengobatan kuratif dan paliatif. Maka itu, produk bioteknologi dan genomik dinilai mampu memberikan layanan kesehatan yang dipersonalisasi kepada pasien.

We cannot tell what’s actually their needs. Orang tidak tahu apa yang sebetulnya diperlukan untuk membuat new demand. Saat ini, the gap is just too big for us to decide [sejauh mana kita menyelesaikan isu ini], baru sampai di sini saja. Penyakit ada banyak, belum bicara edukasi, proses pelayanan di RS, dan kecepatan diagnosis yang perlu ditingkatkan,” tutur dr. Ivan kepada DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Startup bioteknologi memang tengah berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, diikuti dengan tingginya minat pemangku kepentingan terkait untuk berinvestasi di bidang baru ini.

Dalam pengembangannya, Bundamedik terlibat dalam pendanaan dan pengembangan startup bioteknologi Asa Ren dan Nalagenetics. Sementara, Moosa Genetics adalah startup genomik untuk hewan yang didirikan (co-founded) oleh dr. Ivan Rizal Sini.

Asa Ren tak hanya menawarkan produk kepada konsumen, tetapi juga mengembangkan platform bioinformatika yang menggabungkan data kesehatan dan data DNA secara komprehensif melalui kolaborasi dengan ekosistem profesional medis. Sementara, Nalagenetics fokus terhadap pemberian rekomendasi untuk obat-obatan yang lebih terpersonalisasi melalui tes DNA.

Saat ini, Bundamedik tengah fokus mengintegrasikan channeling platform OneBunda ke ekosistem lainnya, termasuk jaringan RS dan laboratorium. Integrasi ini memungkinkan Bundamedik untuk membuka akses satu pintu terhadap pasien-pasien yang memiliki customer journey berbeda.

Application Information Will Show Up Here

Alodokter Dikabarkan Terima Pendanaan dari HL Mando dan Beacon Venture Capital

Startup healthtech Alodokter dikabarkan telah mendapatkan pendanaan dari HL Mando dan Beacon Venture Capital. Menurut data yang disetorkan ke regulator, seperti dikutip dari Alternative.pe, nilai yang digelontorkan mencapai $5,2 juta atau setara Rp81,7 miliar.

Ketika dikonfirmasi oleh DailySocial.id, pihak perusahaan masih enggan memberikan konfirmasi lebih lanjut mengenai pendanaan ini.

Beacon Venture Capital adalah unit ventura di bawah naungan Kasikornbank, Thailand. Dengan dana kelolaan hingga $255 juta, mereka telah berinvestasi ke sejumlah startup Asia Tenggara seperti Carro, Grab, Nium, Zenius, Workmate, dan beberapa lainnya. Sementara HL Mando adalah perusahaan otomotif berbasis di Korea Selatan, yang akihir-akhir ini memang tengah aktif berinvestasi ke startup teknologi.

Berawal dari layanan telemedis dan janji temu dokter, saat ini Alodokter telah menjadi platform digital menyeluruh untuk layanan kesehatan. Selain layanan edukasi kesehatan, kini mereka juga memiliki apotek online Aloshop dan layanan insurtech Aloproteksi — untuk insurtech bekerja sama dengan Sequis dan Cermati.

Dari wawancara sebelumnya bersama Co-Founder & Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari, dikatakan bahwa sejak tahun 2023 perusahaan sudah mulai mendulang profit. Sehingga ia mantap mematok target profitabilitas yang lebih besar di tahun 2024 ini.

Menurut Suci, salah satu pendorong profitabilitas sekaligus proposisi nilai penting Alodokter adalah keterhubungan layanan satu dengan lainnya membentuk sebuah ekosistem kesehatan digital terpadu. Kontribusi pendapatan dari bisnis telemedisin disebutkan mencapai 30%-40% per bulannya. Kemudian sisanya datang dari buat janji konsultasi, Aloshop, Aloproteksi, dan iklan content marketing.

Terakhir, Alodokter mengumumkan investasi dengan nilai yang tidak disebutkan dari Marubeni Corporation. Bersamaan dengan itu perusahaan juga mengakuisisi anak usaha dari investor tersebut, Diary Bunda, sebuah aplikasi pemantauan kehamilan. Investor lain yang turut mendukung Alodokter adalah MDI Ventures, Samsung Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Heritas, dan Hera Capital.

Di lanskap healthtech, Alodokter bersaing langsung dengan sejumlah pemain, dua yang terbesar adalah Halodoc dan Good Doctor Indonesia.

Pertengahan tahun 2023 lalu, Halodoc baru mendapatkan investasi dari Astra, Openspace, dan Novo Holdings mencapai $100 juta. Kendati demikian, perusahaan juga sempat melakukan efisiensi bisnis dengan memberhentikan sejumlah karyawan menjelang akhir tahun lalu.

Kuartal III 2023 Good Doctor juga mengumumkan pendanaan $10 juta dari MDI Ventures dan Grab. Dalam wawancara bersama CEO Danu Wicaksana, pasca-pendanaan ini perusahaan akan banyak melakukan inovasi dan penetrasi produk di lini B2B, menargetkan kalangan korporasi. Mereka kini memiliki lebih dari 15 juta pengguna dan secara khusus bisnis B2B telah tumbuh pesat bermitra dengan lebih dari 60 perusahaan asuransi dan lebih dari 2500 korporasi/startup/berbagai organisasi lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Transisi Sektor Healthtech Pasca-Pandemi

Kesehatan berbasis teknologi (healthtech) masih menjadi sorotan Startup Report 2023 yang diterbitkan oleh DSInnovate. Meski pandemi telah usai, sektor ini membuktikan masih dapat terus berkembang hingga mulai mengeksplorasi ke bidang baru.

Dari kacamata investor, sektor healthtech masih cukup diminati, terlihat dari adanya 11 kesepakatan pendanaan startup kesehatan dan 3 pendanaan ke startup di bidang genomik. Pendanaan terbesar mengalir ke kantong Halodoc senilai $100 juta (seri D), diikuti Good Doctor senilai $10 juta (seri A), dan FitHub senilai $6,5 juta (pra-seri A). 

Kepercayaan investor terhadap sektor healthtech juga diyakini berkat upaya mereka untuk bertransisi di era pasca-pandemi, mendorong mereka untuk memperluas pendekatan layanannya dari online ke hibrida.

Transisi ini terutama berfokus pada platform telemedis yang adopsinya sempat meroket signifikan saat pandemi. Kini platform telemedis mengombinasikan kanal offline untuk mengakomodasi kebutuhan yang lebih besar. Misalnya, layanan yang membutuhkan interaksi langsung dengan pasien atau pengiriman obat-obatan.

“Tren hibrida sedang berkembang dalam industri teknologi kesehatan. Pendekatan ini memastikan pengalaman yang terpadu bagi pasien sehingga mengurangi kunjungan offline. Selain kenyamanannya, model hibrida juga menawarkan efektivitas biaya, menjadikannya sebagai model yang diantisipasi sebagai tren kesehatan masa depan,” ucap Co-Founder & CEO Klinik Pintar Harya Bimo.

Sumber: Startup Report 2023

Layanan digital treatment & care diperkirakan menyumbang pendapatan terbesar dengan $781 juta terhadap total pasar kesehatan digital di Indonesia. Khusus telemedis saja, layanan ini menyumbang sebesar $222,8 juta.

Lebih lanjut, laporan ini menyoroti tren genomik, sektor kesehatan baru yang tengah dijajaki pengembangan produk dan inovasinya. Tren pendanaannya juga mulai tumbuh. Tercatat tiga startup bioteknologi mendapat pendanaan awal tahun lalu, yaitu Asa Ren, Etana, dan Moosa Genetics.

Mengingat sektor ini baru, pengembangan genomik masih berada di tahap R&D sehingga membutuhkan waktu lama dan kesabaran untuk sampai masuk ke pasar. Apalagi, populasi di Asia Tenggara sangat beragam. Demikian juga aspek regulasi.

Startup Report 2023 dapat diunduh melalui tautan ini.

Startup Genomik Mesh Bio Terima Pendanaan Seri A Rp55 Miliar Dipimpin East Ventures

Startup deep tech di bidang kesehatan berbasis di Singapura Mesh Bio mengumumkan telah meraih pendanaan seri A sebesar $3,5 juta (sekitar Rp55,3 miliar) dipimpin oleh East Ventures. Elev8, Seeds Capital, dan beberapa investor lainnya turut serta dalam putaran tersebut.

Sebelumnya East Ventures juga menyuntikkan sejumlah dana dengan nominal dirahasiakan untuk Mesh Bio pada Oktober 2023. Putaran pendanaan sebelumnya mencakup putaran pendanaan awal sebesar $1,8 juta pada Oktober 2021. Perusahaan didirikan pada 2018 oleh Andrew Wu (Co-Founder dan CEO) dan Arsen Batagov (Co-Founder dan CTO).

Mesh Bio akan menggunakan dana segar ini untuk menawarkan teknologi digital twin atau kembar digital kepada para penyedia layanan kesehatan, serta memperluas penerapan solusi ini di Hong Kong dan Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Filipina.

Di Filipina, perusahaan telah mendapatkan persetujuan peraturan dan melakukan uji coba penerapan salah satu teknologi digital twin mereka dengan sistem kesehatan masyarakat di Singapura yang menandakan peluang besar dalam meningkatkan hasil kesehatan pasien dengan penyakit kronis.

Pada bulan Oktober 2023, Mesh Bio menerima persetujuan dari Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura (Health Sciences Authority/HSA) untuk memasarkan HealthVector® Diabetes sebagai perangkat lunak dari alat medis. HealthVector® Diabetes saat ini dalam tahap uji coba implementasi di beberapa rumah sakit, antara lain: Singapore General Hospital (SGH), Tan Tock Seng Hospital (TTSH), serta beberapa poliklinik terpilih untuk potensi penerapan klinis.

“Kami senang mengumumkan penutupan pendanaan seri A Mesh Bio. Langkah penting ini memberdayakan kami untuk memperluas solusi kesehatan digital untuk manajemen penyakit kronis di Asia Tenggara,” kata Co-Founder dan CEO Mesh Bio Andrew Wu dalam keterangan resmi, Selasa (30/1).

Produk Mesh Bio

Visualisasi dari teknologi digital twin Mesh Bio

Wu melanjutkan, Asia Tenggara punya banyak kebutuhan layanan kesehatan yang belum terpenuhi, dan fokus Mesh Bio adalah mengatasi kesenjangan ini secara efektif.

Tingginya prevalensi penyakit kronis, mulai dari diabetes hingga penyakit jantung di Asia Tenggara telah mendorong lebih banyak dokter umum yang kurang memiliki pelatihan spesialis di bidang endokrinologi untuk menangani pasien dengan penyakit kronis.

Mesh Bio memberikan solusi digital mutakhir untuk membantu penyedia layanan kesehatan dalam manajemen pasien. Solusi Mesh Bio memberikan data pasien dan analisis prediktif yang membekali para dokter dengan informasi dan diagnosis tentang pasien mereka dan penyakit yang mereka derita.

Salah satu produknya adalah DARA® Health Intelligence Platform, memungkinkan pemberian layanan berbasis data sehingga meningkatkan keterlibatan pasien dan kesehatan. Berdasarkan data tersebut, DARA menyediakan analisis prediktif untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko penyakit kronis sehingga mereka bisa mendapatkan diagnosis dan pengobatan lebih dini.

Selain itu, platform tersebut juga memungkinkan para dokter untuk mendapatkan dan memanfaatkan pengetahuan dari komunitas praktisi kesehatan global yang sesuai dengan praktik dan pedoman klinis terbaik, serta penilaian pasien secara holistik.

Disebutkan DARA telah digunakan oleh lebih dari 120 pusat kesehatan di Singapura, Malaysia, dan Indonesia untuk pemeriksaan kesehatan preventif. Tak hanya itu, Mesh Bio telah memperluas platform untuk manajemen penyakit kronis melalui HealthVector® Diabetes.

“Kami senang untuk terus mendukung Mesh Bio. Dalam lanskap layanan kesehatan yang berkembang pesat saat ini, Mesh Bio hadir dengan menawarkan teknologi terdepannya yang dirancang untuk merevolusi perawatan pasien. Pendekatan inovatif mereka dalam memanfaatkan analisis prediktif merupakan terobosan baru, memungkinkan layanan kesehatan yang lebih personal dan preventif. Kami menantikan kolaborasi lebih lanjut dalam mentransformasikan sistem layanan kesehatan di Asia Tenggara dan sekitarnya,” kata Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Living Lab Ventures Luncurkan Dana Kelolaan untuk Startup Healthtech dan Biotech

Sinar Mas Land melalui kendaraan investasinya Living Lab Ventures (LLV) meluncurkan Biomedical Fund, dana kelolaan yang mendukung pelaku startup di bidang biomedis, pusat penelitian, biobank, hingga teknologi kesehatan.

Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani berharap Biomedical Fund dapat berperan dalam memastikan infrastruktur kesehatan di tanah air.

“Tidak hanya tangguh, tetapi juga berada di garis depan kemajuan teknologi. Melalui partisipasi LLV dalam biomedis, kini BSD City dapat benar-benar menjadi laboratorium yang hidup,” tambahnya dalam keterangan resmi.

Peluncuran ini didorong oleh pasca-pandemi yang memunculkan tren baru di lanskap kesehatan masyarakat Indonesia. Selain memperkuat kesadaran, permintaan terhadap akses layanan kesehatan yang lebih mudah dan murah ikut meningkat.

World Bank melaporkan, persentase pengeluaran kesehatan masyarakat Indonesia terhadap PDB naik dari 2,6% pada 2014 menjadi 3,2% pada 2022. Namun, persentase tersebut masih lebih rendah dibandingkan rata-rata pengeluaran negara berpendapatan rendah, yakni 4,9%.

“Biomedical Fund akan memberikan pendanaan ke startup yang berpotensi membawa perubahan positif dalam penyediaan layanan kesehatan, termasuk teknologi diagnosis, manajemen data kesehatan, telemedis, dan solusi inovatif lainnya,” tutur Partner Living Lab Venture Bayu Seto.

Sejauh ini, LLV telah berinvestasi di sejumlah startup, seperti Jumpstart, Amoda, Paper.id, dan BRIK. Investasi ini tidak hanya ditujukan ke sektor proptech, tetapi juga mencakup sektor agnostik yang memiliki fleksibilitas dan peluang yang tajam. Hingga saat ini, LLV telah memberdayakan 27 startup yang berfokus pada tiga aspek teknologi utama, yakni smart technologies, digital life, dan mobility.

Inisiatif genomik dan bioteknologi

Belum banyak dana kelolaan yang difokuskan untuk pengembangan teknologi di bidang kesehatan di Indonesia. Dua tahun lalu, Bio Farma sempat meluncurkan Bio Health Fund dengan fokus pada investasi biotech, menggandeng MDI Ventures. Namun, belum diketahui kapan dana tersebut akan di-deploy.

Sementara, East Ventures dilaporkan tengah menggalang dana kelolaan baru sebesar $30 juta untuk Healthcare Fund sejak tahun lalu. Dana ini spesifik akan disuntikkan ke startup tahap awal healthcare dan vertikal turunannya.

Adapun, inisiatif lain untuk pengembangan genomik telah digulirkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi). Targetnya, sebanyak 100 ribu sample dapat terkumpul pada 2025.

Startup Healthtech Prixa Dikabarkan Hentikan Operasional

Startup healthtech Prixa dikabarkan telah tutup operasional sejak Oktober 2023. Belum ada pengumuman resmi yang disampaikan manajemen kepada publik. Situs perusahaan kini sudah tidak bisa diakses.

DailySocial.id menghubungi James Roring selaku Co-founder dan CEO Prixa terkait kabar ini. Tak hanya manajemen Prixa, kami juga menghubungi investor-investornya, tapi tidak ada tanggapan yang diberikan hingga berita ini diturunkan.

Situs resmi Prixa sudah tidak bisa diakses sejak beberapa hari terakhir

Informasi ini pertama kali disampaikan oleh Sebastian Evan di jejaring media sosial untuk profesional LinkedIn. Ia merupakan suami dari seorang teledoctor yang bekerja untuk Prixa.

Melalui unggahannya pada Kamis (21/12), ia menyampaikan bahwa per Oktober 2023, Prixa tutup dan tidak dilanjutkan. Manajemen berjanji gaji dokter yang bekerja akan tetap dibayar. Akan tetapi, dari dua bulan menunggak, hanya gaji selama satu bulan saja yang dibayar.

“Per hari ini saya dapat info dari istri saya yang pernah menjadi teledoctor untuk Prixa kalau pembayaran yang belum terbayarkan tidak bisa dibayarkan dan dilemparkan ke konsultan hukum yang ada,” tulisnya.

Bukan hanya istrinya, karyawan Prixa lainnya juga mengalami nasib serupa dan menyampaikan kabar tersebut langsung ke dirinya. “Jadi saya bersuara mewakili banyak orang,” sambung dia.

Prixa berdiri pada 2019 oleh James Roring. Startup ini berfokus pada penyediaan layanan kesehatan dengan AI-based diagnosis. Prixa berfokus pada pelayanan pembayar perawatan kesehatan, yang mencakup perusahaan asuransi, korporasi, dan entitas pemerintah.

Dengan tujuan mengurangi biaya klaim dan biaya perawatan kesehatan, Prixa berusaha untuk memberikan perawatan kesehatan secara paradigmatis melalui pendekatan perawatan terkelola (managed care). Diklaim saat pandemi, Prixa mengalami pertumbuhan eksponensial untuk layanannya, termasuk konsultasi medis secara online.

Platform Prixa memungkinkan pengguna untuk terhubung langsung dengan layanan perawatan primer, yang mencakup konsultasi telemedis, pengiriman obat, dan tes laboratorium on-demand.

MDI Ventures, Trans-Pacific Technology Fund (TPTF), Siloam Hospitals Group, dan Venturra merupakan jajaran investor yang berinvestasi untuk Prixa. Pendanaan terakhir yang diumumkan adalah putaran tahap awal senilai $3 juta pada Juni 2021.

Application Information Will Show Up Here