Withings Pulse HR Siap Tandingi Fitbit Charge 3

Baru dua bulan yang lalu, Withings memulai kembali debutnya di ranah wearable lewat smartwatch analog Steel HR Sport. Tanpa harus menunggu lama, mereka langsung tancap gas merilis produk baru lagi, yaitu Withings Pulse HR.

Pulse, bagi yang masih ingat, adalah fitness tracker pertama Withings yang diluncurkan di tahun 2013. Bentuknya mirip iPod Shuffle yang ditarik sisi kiri dan kanannya, akan tetapi suksesornya kini telah berevolusi menjadi sebuah gelang pintar macam Fitbit Charge 3.

Melihat namanya, heart-rate monitoring memang menjadi salah satu fitur unggulannya. Laju jantung akan terus dimonitor selagi pengguna aktif berolahraga, tapi selebihnya perangkat hanya akan memonitor dalam interval 10 menit, demi menjaga ketahanan baterai tentu saja.

Withings Pulse HR

Bicara soal baterai, Pulse HR diklaim mampu beroperasi sampai 20 hari dalam satu kali pengisian. Masih kalah awet ketimbang Steel HR Sport, dan Pulse HR juga tidak bisa dipakai untuk memonitor VO2 Max seperti sepupu smartwatch-nya tersebut.

Kendati demikian, Pulse HR masih menawarkan sebagian besar fitur yang terdapat pada Steel HR Sport. Ada lebih dari 30 jenis aktivitas fisik yang dapat dikenali, mulai dari berlari, bermain bola voli, sampai yoga. Sayangnya untuk tracking GPS, Pulse HR masih harus nebeng ke smartphone. Sleep tracking pun juga tersedia bagi yang membutuhkan.

Withings Pulse HR

Meski desainnya tidak secantik Steel HR Sport, Pulse HR masih mengandalkan material premium seperti casing stainless steel, dan secara keseluruhan ia siap pengguna ajak menyelam sampai kedalaman 50 meter. Layarnya menggunakan panel OLED, namun Withings enggan menyebutkan resolusinya.

Saat ini Withings telah memasarkan Pulse HR seharga $130, sedikit lebih murah daripada banderol Fitbit Charge 3 yang merupakan kompetitor terdekatnya.

Sumber: Wareable.

Berbekal Sensor Laju Jantung yang Akurat, Polar M430 Didesain untuk Pelari Serius

Polar kembali merilis jam tangan GPS berkemampuan heart-rate monitoring. Polar M430 adalah suksesor dari M400 yang dirilis di tahun 2014, dan perubahan terbesar yang dibawanya adalah sensor laju jantung itu tadi.

Dibandingkan pendahulunya, desainnya memang tidak banyak berubah. Perangkat masih mengemas layar monokrom dan pengoperasian berbasis lima tombol. Bodinya juga tahan air, dan secara keseluruhan tetap didesain secara spesifik untuk pelari serius.

Yang mungkin jadi pertanyaan, mengapa Anda harus memilih M430 ini kalau ada M200 yang cuma seharga $150? Jawabannya berkaitan dengan kinerja sensor laju jantungnya. Berbekal total 6 LED, M430 diyakini bisa memberikan hasil pengukuran yang lebih akurat ketimbang M200 yang hanya mengemas 2 LED saja.

Selanjutnya, M430 juga lebih superior soal baterai. Dalam posisi normal, baterainya bisa bertahan sampai 20 hari. Saat GPS dan heart-rate monitoring-nya aktif, perangkat bisa beroperasi hingga 8 jam. Pun begitu, M430 menyediakan sejumlah mode GPS supaya daya tahan baterainya bisa didongkrak lagi hingga mendekati angka 30 jam.

Polar M430 tersedia dalam tiga pilihan warna / Polar
Polar M430 tersedia dalam tiga pilihan warna / Polar

Selebihnya, fitur yang ditawarkan M430 cukup mirip dengan M200. Yang paling utama dan unik dari Polar adalah fitur Smart Coaching serta Running Program yang bersifat adaptif. Fitur notifikasi turut tersedia, namun pastinya tidak bisa mengalahi yang ditawarkan Polar M600, yang notabene menjalankan OS Android Wear.

Polar M430 rencananya akan dipasarkan mulai bulan Mei mendatang. Harganya tidak terpaut terlalu jauh dari M200 di angka $229, dan pilihan warna yang tersedia ada tiga: putih, oranye dan abu-abu gelap.

Sumber: Polar.

Fitbit Alta HR Suguhkan Heart-Rate Monitoring dalam Kemasan yang Ramping Sekaligus Stylish

Setahun yang lalu, Fitbit memperkenalkan Alta, activity tracker pertamanya yang dirancang dengan mengedepankan nilai estetika. Kini Fitbit sudah siap untuk merilis suksesornya yang membawa fitur yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pengguna Alta selama ini: heart-rate monitoring.

Fitbit Alta HR, demikian nama perangkat baru ini, mengadopsi desain yang sangat identik dengan pendahulunya. Tentu saja satu-satunya hal yang membedakan adalah kehadiran sensor laju jantung di belakangnya, dimana Fitbit mengaku harus mendesain ulang chip yang digunakan supaya bisa masuk ke bodi Alta HR yang sangat ramping.

Perihal kinerja, semua fitur yang ditawarkan Alta ikut hadir di sini, termasuk halnya fitur notifikasi. Pun demikian, Fitbit mengklaim Alta HR dapat memonitor pembakaran kalori secara lebih komprehensif, dimana ia dapat melakukannya ketika pengguna melangsungkan aktivitas yang tak melibatkan langkah kakinya, seperti yoga misalnya.

Fitbit Alta HR dapat memonitor pembakaran kalori pada aktivitas yang tidak melibatkan langkah kaki, seperti yoga misalnya / Fitbit
Fitbit Alta HR dapat memonitor pembakaran kalori pada aktivitas yang tidak melibatkan langkah kaki, seperti yoga misalnya / Fitbit

Bersamaan dengan heart-rate monitoring yang konstan, Fitbit turut memperkenalkan dua fitur sleep tracking baru lewat Alta HR, yaitu Sleep Stages dan Sleep Insights. Sleep Stages menggabungkan data dari accelerometer dan sensor laju jantung untuk mengestimasikan waktu tidur Anda di tiap-tiap fase secara lebih akurat, termasuk dalam fase REM (Rapid Eye Movement).

Sleep Insights di sisi lain didesain untuk memberikan rekomendasi aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing pengguna. Fitur ini pada dasarnya akan membantu pengguna untuk lebih memahami korelasi antara pola tidur, pola makan, olahraga, berat badan dan laju jantung.

Kedua fitur ini dikembangkan bersama sejumlah ahli dari Stanford University, John Hopkins University dan University of Arizona. Sleep Stages nantinya juga akan tersedia untuk Fitbit Blaze dan Charge 2, sedangkan Sleep Insights untuk semua produk Fitbit yang menawarkan fitur sleep tracking.

Fitbit mengaku harus mendesain ulang chip sensor laju jantung yang digunakan supaya bisa masuk ke bodi Alta HR yang ramping / Fitbit
Fitbit mengaku harus mendesain ulang chip sensor laju jantung yang digunakan supaya bisa masuk ke bodi Alta HR yang ramping / Fitbit

Selebihnya, Alta HR merupakan versi lebih komplet dari Alta yang kita kenal selama setahun terakhir ini. Terlepas dari semua fitur baru yang disajikan, Alta HR diklaim malah punya daya tahan baterai yang lebih awet; 7 hari dibandingkan 5 hari yang ditawarkan Alta standar.

Fitbit Alta HR akan dipasarkan mulai April mendatang seharga $150. Fitbit juga akan menawarkan Special Edition Alta HR yang mengemas case rose gold 22 karat seharga $180. Terakhir, strap opsional berbahan silikon, kulit atau stainless steel juga tersedia dngan banderol mulai $30 sampai $100.

Sumber: Business Wire.

TomTom Luncurkan Fitness Tracker Baru, Touch Cardio

Buat sejumlah orang, olahraga merupakan bagian integral dari keseharian mereka. Mereka tidak butuh motivasi tambahan, mereka cuma ingin menjadi lebih fit, dan terkadang mereka juga ingin memahami secara mendalam bagaimana suatu aktivitas fisik bisa mempengaruhi kebugaran tubuhnya.

Itulah mengapa popularitas fitness tracker bisa mencuat seperti sekarang. Meski tidak lagi seramai dua atau tiga tahun lalu, setidaknya pabrikan-pabrikan masih rajin merilis produk baru di segmen ini. TomTom salah satunya, pabrikan asal Belanda ini baru saja mengungkap fitness tracker anyar bernama Touch Cardio.

Touch Cardio adalah fitness tracker kedua dari TomTom. Ia pada dasarnya merupakan versi murah dari TomTom Touch dengan desain dan fitur yang serupa, minus fitur analisis komposisi tubuh. Pun demikian, tidak semua orang merasa perlu memonitor persentase otot dan lemak tubuhnya setiap saat.

Desain Touch Cardio tampak cukup elegan, dengan layar sentuh OLED yang memanjang di sisi depannya. Layar ini dapat menampilkan pesan teks maupun panggilan telepon yang masuk, jadi paling tidak masih ada sejumlah fitur ala smartwatch yang tersedia.

Terkait fungsi utamanya, Touch Cardio siap melakukan tracking selama 24 jam nonstop; mulai dari jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar, durasi dan intensitas aktivitas, sampai laju jantung, dengan akurasi yang tak kalah dari smartwatch TomTom Spark. Sleep tracking turut tersedia bagi yang membutuhkan.

TomTom Touch Cardio bakal dipasarkan secara global mulai bulan Maret mendatang seharga £90 atau sekitar Rp 1,5 juta – lebih murah £40 dari TomTom Touch orisinil – dan tersedia dalam empat pilihan warna.

Sumber: Wareable dan TomTom.

Suunto Ungkap Jam Tangan Sport Pertamanya yang Mengemas Sensor Laju Jantung Terintegrasi

Pabrikan jam tangan sport asal Finlandia, Suunto, kembali memperkenalkan model terbaru untuk lini Spartan mereka. Didapuk Spartan Sport Wrist HR, jam tangan ini istimewa karena ia merupakan jam tangan pertama Suunto yang mengusung sensor laju jantung terintegrasi.

Secara fisik, desainnya tidak jauh berbeda dari model Spartan lainnya, tetap elegan sekaligus tahan banting, mengikuti tradisi yang dipertahankan Suunto selama ini. Fitur tracking-nya juga masih sangat lengkap, sanggup memonitor sekitar 80 tipe aktivitas yang berbeda.

Kehadiran sensor laju jantung merupakan pembaruan yang sangat signifikan, apalagi mengingat konsumen Suunto selama ini harus mengandalkan chest strap terpisah untuk memonitor kesehatan jantungnya. Di sini Suunto mengandalkan sensor optik yang sangat akurat garapan Valencell, sebuah perusahaan asal AS yang memang ahli di bidang sensor biometrik.

Penggemar smartwatch sejatinya juga bisa dibuat tertarik oleh Spartan Wrist HR, mengingat ia juga mengemas layar sentuh berwarna, panduan navigasi berbasis GPS maupun integrasi smartphone seperti biasanya.

Suunto Spartan Sport Wrist HR rencananya akan mulai dipasarkan pada musim semi mendatang seharga $649. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, biru dan sakura.

Sumber: Suunto dan Digital Trends.

Polar Luncurkan Kaus Pintar yang Dapat Memonitor Laju Jantung

Memasuki tahun 2017, Polar semakin menguatkan posisinya sebagai pionir portable heart-rate monitor. Di hadapan pengunjung CES, mereka memperkenalkan Polar Team Pro Shirt, sebuah kaus dengan kemampuan fitness tracking yang komprehensif.

Wujud fisik kaus tanpa lengan ini sangat menarik. Pasalnya, ia hampir tidak ada bedanya dengan kaus biasa, padahal di dalamnya telah tertanam sensor laju jantung dua titik yang terjamin akurasinya karena diadaptasikan dari chest strap buatan Polar sendiri.

Entah bagaimana caranya, Polar berhasil menanamkan sensor tersebut langsung dalam kain. Alhasil, Polar Team Pro Shirt jelas lebih nyaman dikenakan oleh para atlet profesional saat sedang berlatih ketimbang harus mengikatkan chest strap di dadanya.

Kerah belakang Polar Team Pro Shirt bisa diselipi sensor tambahan untuk memonitor gerakan / Polar
Kerah belakang Polar Team Pro Shirt bisa diselipi sensor tambahan untuk memonitor gerakan / Polar

Selain memonitor laju jantung, kaus ini juga dapat memonitor data lain seperti kecepatan, jarak tempuh dan akselerasi dengan bantuan unit sensor kecil yang dapat diselipkan ke kerah belakang. Semua data yang dikumpulkan kemudian dapat dievaluasi melalui aplikasi pendamping Polar, menjadikannya ideal dalam rutinitas tim olahraga beserta pelatihnya.

Polar sendiri sebenarnya bukan yang pertama menerapkan konsep pakaian pintar semacam ini. Sebelumnya, Ralph Lauren sudah lebih dulu memasarkan kaus PoloTech. Kendati demikian, Polar Team Pro Shirt secara teknis lebih pantas dikategorikan sebagai kaus pintar karena sensornya tersematkan di dalam kain.

Polar rencananya akan memasarkan Team Pro Shirt mulai bulan Maret mendatang. Harganya belum ditentukan, dan ukuran yang tersedia hanya S sampai XL, namun Polar berjanji akan menyediakan ukuran yang lebih bervariasi mulai bulan Mei.

Sumber: VentureBeat dan Polar.

Ketika Headphone Dikawinkan dengan Smartphone, Lahirlah Vinci

Bagaimana Anda mendefinisikan sebuah headphone pintar? Yang paling gampang, headphone tersebut tidak boleh bergantung pada smartphone untuk bisa mengantarkan semua fungsinya. Namun pertanyaannya, apakah itu mungkin?

Well, tak usah bertanya-tanya lagi, sebab perangkat bernama Vinci berikut merupakan contoh yang paling tepat dari perkawinan sebuah headphone dan smartphone. Pengembangnya, Inspero Inc, percaya bahwa di masa yang akan datang headphone akan menjadi hub terpusat untuk dunia terkoneksi.

Vinci dapat memutar musik dari memory internal atau layanan streaming / Inspero Inc.
Vinci dapat memutar musik dari memory internal atau layanan streaming / Inspero Inc.

Utamanya, Vinci dapat memutar musik dengan sendirinya. Baik yang tersimpan dalam memory internal berkapasitas 16 GB-nya, atau yang berasal dari layanan streaming macam Spotify. Ya, Vinci bisa tersambung ke internet via Wi-Fi atau bahkan dengan dijejali kartu SIM.

Sisi kanan Vinci merupakan layar sentuh yang dapat mengenali beragam gesture untuk mengontrol playback. Pun demikian, pengguna juga bisa memanfaatkan perintah suara untuk berinteraksi dengan asisten virtual macam Siri atau Cortana, sekaligus mengakses beragam informasi seperti reminder, petunjuk arah dan masih banyak lagi.

Vinci mengandalkan teknologi berbasis cloud, sehingga pengembangnya yakin Vinci akan semakin cerdas seiring penggunaan. Pengadopsian teknologi machine learning memungkinkannya untuk memberikan rekomendasi yang lebih terpersonalisasi.

Vinci hadir dalam varian Pro yang mengemas memory lebih besar, active noise cancellation dan wireless charging / Inspero Inc.
Vinci hadir dalam varian Pro yang mengemas memory lebih besar, active noise cancellation dan wireless charging / Inspero Inc.

Namun Inspero rupanya belum mau berhenti sampai di titik tersebut; Vinci ternyata juga merupakan sebuah fitness tracker, lengkap dengan kemampuan heart-rate monitoring segala. Dengan begitu, Anda bisa meninggalkan smartphone dan smartwatch sekaligus di rumah saat hendak berolahraga.

Vinci juga bakal hadir dalam varian Pro yang menawarkan kapasitas penyimpanan dua kali lipat, active noise cancelling, dan wireless charging. Baterai kedua varian diyakini dapat bertahan hingga 15 jam playback dalam satu kali charge.

Saat ini Vinci Smart Headphones ditawarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga $99 selama masa early bird. sedangkan Vinci Pro dipatok $50 lebih mahal.

Actywell One Adalah Earphone Sekaligus Fitness Tracker yang Tidak Perlu Di-Charge Sama Sekali

Earphone sekaligus fitness tracker merupakan ide yang cemerlang dalam perkembangan perangkat wearable. Sayang tren ini juga berarti ada satu perangkat lagi yang harus kita charge setiap harinya; smartphone, smartwatch, dan kini earphone pun juga harus kita isi ulang baterainya.

Kalau konteksnya wireless earphone, konsekuensi ini memang harus kita terima. Tapi toh masih ada solusi lain yang tidak akan merepotkan pengguna dengan kebiasaan charging, meski mereka memang harus kembali menggunakan kabel. Namanya One, dan ia datang dari perusahaan baru bernama Actywell.

Dari luar, Actywell One kelihatan seperti earphone biasa. Namun di dalamnya sebenarnya bernaung berbagai sensor esensial fitness tracker, termasuk heart-rate monitor sekalipun. Yang unik darinya adalah kabel dengan konektor Lightning di ujungnya.

Mengapa ini harus dikatakan unik? Karena dengan demikian One sama sekali tidak perlu di-charge. Port Lightning milik iPhone akan menyuplai daya yang diperlukan, dan Actywell memastikan bahwa konsumsi dayanya sangat rendah bahkan ketika dipakai untuk memonitor laju jantung.

Actywell One akan menyocokkan lagu yang diputar dengan kondisi laju jantung pengguna / Actywell
Actywell One akan menyocokkan lagu yang diputar dengan kondisi laju jantung pengguna / Actywell

One datang bersama sebuah aplikasi pendamping yang berfungsi untuk mengontrol jalannya musik berdasarkan laju jantung pengguna. Sederhananya, pilihan lagu yang disuguhkan akan disesuaikan dengan intensitas latihan pengguna. Di saat yang sama, terdapat juga mode untuk sesi meditasi, dimana pilihan lagunya lagi-lagi disiapkan untuk menjaga laju jantung pengguna tetap rendah dan stabil.

Pertanyaan selanjutnya? Dari mana lagu-lagu tersebut berasal? Dari koleksi pribadi Anda tentunya – termasuk yang berformat Hi-Res 24-bit/48kHz – tapi aneh rasanya kalau Actywell tidak menyertakan integrasi layanan streaming macam Spotify demi memperluas koleksi musik yang disuguhkan.

Actywell rencananya akan mengadakan kampanye crowdfunding untuk One di Kickstarter mulai minggu ini. Harga pada masa early bird ditawarkan di angka $99, sedangkan retail-nya diperkirakan berkisar $199.

Lalu bagaimana dengan versi Android? Untuk sementara, Actywell masih akan berfokus pada iOS, namun setidaknya sudah ada wacana untuk mengembangkan versi Android yang memakai konektor USB-C.

Sumber: Wareable.

Under Armour dan JBL Luncurkan Sepasang Earphone Berkemampuan Fitness Tracking

Ada alasan mengapa earphone sekaligus fitness tracker menjadi tren terkini di ranah wearable. Selain lebih praktis – Anda hanya perlu mengenakan satu perangkat saja – studi membuktikan kalau heart-rate monitoring yang dilakukan di telinga memberikan hasil yang lebih akurat ketimbang di pergelangan tangan.

Under Armour selaku brand besar di dunia olahraga merasa tergoda untuk mencicipi kategori produk ini. Kalau sebelumnya mereka sempat bermitra dengan HTC dalam menggarap bundel perangkat fitness ‘tradisional’, kali ini Under Armour mengajak ahli audio JBL guna mengembangkan sepasang fitness-tracking earphone.

Keduanya punya nama lengkap UA Sport Wireless Heart Rate Headphones dan UA Sport Wireless Headphones, masing-masing diikuti embel-embel “Engineered by JBL”. Penamaan ini menggambarkan porsi tanggung jawab dari masing-masing perusahaan; Under Armour untuk fitur fitness tracking, sedangkan JBL untuk performa audionya.

Fitur fitness tracking dikerjakan oleh Under Armour, sedangkan performa audio berada di bawah tanggung jawab JBL / Under Armour
Fitur fitness tracking dikerjakan oleh Under Armour, sedangkan performa audio berada di bawah tanggung jawab JBL / Under Armour

Didesain sebagai earphone kategori sport, keduanya sama-sama tahan air dan keringat dengan sertifikasi IPX5. Keduanya juga mengadopsi teknologi Twistlock besutan JBL untuk memastikan eartip tidak lepas saat pengguna tengah beraktivitas secara intensif. Pun begitu, khusus model Heart Rate didesain untuk dikaitkan di atas daun telinga.

Tentu saja model Heart Rate ini masih menyimpan fitur eksklusif yaitu heart-rate monitoring. Pengguna dapat memanfaatkan kontrol sentuhnya untuk mendapatkan informasi data laju jantung secara real-time dalam bentuk audio feedback.

Sama-sama wireless, kedua model UA Sport ini dibekali remote control sekaligus mikrofon pada kabel yang menyambungkan kedua eartip. Daya tahan baterainya bervariasi antara kedua model: model standar bisa beroperasi selama 8 jam, sedangkan model Heart Rate cuma 5 jam.

Pre-order untuk UA Sport Wireless dan UA Sport Wireless Heart Rate dibuka mulai tanggal 20 Oktober kemarin dengan harga masing-masing $150 dan $200. Keduanya tersedia dalam pilihan warna hitam atau putih.

Sumber: Business Wire.

Ukur Laju Jantung di Area Pelipis, Moov HR Diklaim Lebih Akurat dari Smartwatch

Di tengah-tengah populernya fitness tracker dan smartwatch, banyak yang mempertanyakan akurasinya dalam memonitor laju jantung. Salah satu alasannya adalah posisi perangkat yang kemungkinan bisa naik-turun di pergelangan tangan ketika pengguna sedang berlatih secara intensif, atau strap-nya sekadar kurang kencang. Alhasil, terdapat jarak kecil antara kulit dan sensor yang berdampak pada penurunan akurasi.

Alasan kedua, seperti yang diungkapkan oleh salah satu produsen fitness tracker, Moov, adalah saraf yang bertumpuk-tumpuk di area pergelangan tangan. Kondisi ini mengakibatkan sinyal yang diterima sensor jadi terlalu ‘berisik’ dan kurang jernih, dan lagi-lagi efeknya adalah penurunan akurasi.

Jadi solusinya bagaimana? Apakah perangkat harus dikenakan di area lain selain pergelangan tangan? Lalu bagaimana jadinya kalau ternyata tidak nyaman? Semua faktor ini telah dipertimbangkan oleh Moov, dan mereka pun sudah siap untuk mewujudkan buah pemikirannya lewat Moov HR.

Moov HR sejatinya merupakan sebuah sensor laju jantung seperti pada umumnya, akan tetapi ia didesain untuk diselipkan ke dalam headband atau topi renang, menempel langsung pada kulit di area pelipis. Menurut Moov, kulit di area pelipis jauh lebih tipis daripada di pergelangan tangan, sehingga sinyal yang diterima lebih bersih dan hasil pengukuran jadih lebih akurat.

Ringkas dan tahan air, Moov HR dirancang untuk diselipkan ke dalam headband atau topi renang saat berolahraga / Moov
Ringkas dan tahan air, Moov HR dirancang untuk diselipkan ke dalam headband atau topi renang saat berolahraga / Moov

Moov tidak lupa menjelaskan mengapa mereka memilih area pelipis ketimbang yang lain, seperti misalnya ujung jari atau telinga. Menurut mereka, akurasi harus diimbangi dengan kenyamanan, dan memakai headband atau topi renang dinilai lebih nyaman dalam menemani pengguna berolahraga.

Kembali ke topik utamanya, bagaimana akurasi Moov HR itu sendiri? Berdasarkan hasil pengujian mereka, akurasinya sebanding dengan electrocardiogram (EKG), yang tidak lain merupakan perangkat yang digunakan di mayoritas rumah sakit. Selagi digunakan, Moov HR bisa di-sync dengan smartphone untuk menampilkan data laju jantung secara real-time, baik dalam satuan beats-per-minute (BPM) ataupun gelombang.

Secara fisik, tentu saja Moov HR tahan air mengingat ia dirancang untuk disandingkan bersama topi renang. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama sekitar 6 jam dalam satu kali charge.

Pre-order Moov HR saat ini sudah berlangsung dengan harga $60. Perangkat tersedia dalam dua varian: headband atau topi renang, tergantung preferensi pengguna. Nantinya, harga retail-nya diperkirakan akan berkisar $99.

Sumber: The Verge dan Moov.