SwipeRx Umumkan Tambahan Dana Seri B2 151 Miliar Rupiah, Incar Percepatan Ekspansi Farmasi B2B

Startup healthtech SwipeRx, rebrand dari mClinica Pharmacy Solutions, mengumumkan tambahan dana segar sebesar $10 juta (lebih 151,3 miliar Rupiah). Pendanaan ini merupakan lanjutan dari putaran seri B yang sudah berlangsung sejak tahun 2022, menjadikan total perolehan saat ini sebesar $37 juta.

Sejumlah investor baru berpartisipasi dalam seri B2 ini, di antaranya Sanofi Global Health Unit dan Cercano Management (sebelumnya bernama Vulcan Capital milik salah satu pendiri Microsoft, Paul Allen). Investor lama Susquehanna International Group (SIG), Johnson & Johnson, dan Patamar Capital juga berpartisipasi.

Perusahaan telah mengumumkan kenaikan putaran seri B senilai $27 juta pada Mei 2022. Putaran ini dipimpin oleh MDI Ventures Indonesia dengan partisipasi dari investor global lainnya, termasuk Bill & Melinda Gates Foundation, Johnson & Johnson Impact Ventures, SIG dan investor existing lainnya.

Dana segar akan dimanfaatkan perusahaan untuk:

  1. Memperluas platform Business to Business (B2B) untuk industri farmasi di pasar-pasar utama;
  2. Membangun sistem logistik dan pembiayaan farmasi;
  3. Mempercepat penerapan solusi titik penjualan dan manajemen inventaris yang baru;
  4. Mengembangkan jaringan apoteknya di pasar-pasar utama;
  5. Memperkuat tim data.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO SwipeRx Farouk Meralli menyampaikan, pihaknya berambisi untuk meningkatkan kualitas, ketersediaan, dan keterjangkauan obat-obatan di seluruh Asia Tenggara. Investasi baru ini merupakan bukti kemajuan SwipeRx dalam mencapai misi ini sambil menunjukkan pertumbuhan yang cepat, fundamental ekonomi yang kuat, dan kepemimpinan pasar.

“Kami berharap dapat mempercepat kemajuan kami lebih jauh dengan suntikan modal baru dari jajaran investor ternama ini,” kata Meralli, Kamis (9/2).

Managing Director Cercano MJ Yu menuturkan, “Pandemi Covid-19 telah mempercepat dan memperkuat adopsi layanan kesehatan digital di kawasan ini, namun sistem layanan kesehatan, termasuk industri farmasi, kompleks, dan terfragmentasi. Kami sangat yakin SwipeRx adalah pemimpin kategori regional dalam vertikal B2B ini, dengan digitalisasi, kolaborasi, dan transparansi sebagai intinya. Kami melihat skala dan potensi yang sangat besar dalam masalah yang mereka tangani dan bersemangat untuk mendukung tim dalam fase pertumbuhan berikutnya.”

Head of Sanofi Global Health Unit Jon Fairest menambahkan, SwipeRx berhasil membuktikan kemampuannya untuk mendorong dampak dengan memberdayakan apotek yang paling terpencil sekalipun untuk meningkatkan perawatan yang diberikan kepada pasien.

“Kami sangat bersemangat untuk berperan dalam perjalanan peningkatan SwipeRx sebagai investor dan mitra melalui Impact Fund kami, dengan fokus pada replikasi model di negara-negara berpenghasilan rendah, seperti Kamboja,” ujarnya.

SwipeRx akan terus mengembangkan jaringannya dari posisi ini dengan lebih dari 250 ribu apoteker profesional dan 50 ribu apotek di Asia Tenggara. Solusinya memungkinkan penggunanya mendapat akses alat dan informasi digital yang mereka butuhkan untuk melayani pasien dengan lebih baik dan mengelola apotek mereka.

SwipeRx telah bekerja sama dengan perusahaan farmasi terkemuka, pemerintah, dan LSM untuk menghubungkan seluruh ekosistem farmasi. Diklaim, 1 dari 3 apoteker di Asia Tenggara menggunakan solusi SwipeRx. Para penggunanya tersebar di Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Kamboja.

SwipeRx adalah aplikasi untuk apotek di Asia Tenggara yang menggabungkan komunitas digital terbesar untuk profesional farmasi dengan kemampuan perdagangan B2B digital all-in-one. Di pasar terbesarnya, Indonesia, ada lebih dari 12.000 apotek ritel, yang merupakan seperempat dari seluruh apotek di negara ini, menggunakan SwipeRx dengan lebih dari 8.000 di antaranya juga menggunakan platform B2B.

Selain itu, perusahaan baru-baru ini meluncurkan point of sale (POS) baru dan sistem manajemen inventaris yang telah berkembang pesat sekarang dengan lebih dari 1.000 apotek di negara ini pada platformnya.

Buah Kerja Sama BPJS dan Halodoc, Konten Kesehatan Segera Muncul di Mobile JKN

BPJS Kesehatan dan Halodoc menjalin kemitraan dalam pengembangan layanan kesehatan digital. Salah satu buah kerja sama kedua belah pihak adalah tersedianya konten informasi kesehatan Halodoc di aplikasi Mobile JKN.

“Nanti kita infokan lebih lanjut karena sekarang ini kita masih diskusi lebih dalam, tapi yang jelas fitur paling awal adalah informasi terkait kesehatan,” ucap Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan Wahyuddin Bagenda.

Selain mengenai fitur konten tersebut, baik BPJS Kesehatan maupun Halodoc masih sungkan membeberkan hal lain dari kerja sama mereka. CEO Halodoc Jonathan Sudharta menyebut ada banyak hal yang dibahas dalam kolaborasi ini dan ia tak menampik beberapa kemungkinan.

Salah satu yang memungkinkan itu adalah fitur pembayaran iuran BPJS. “Apakah kami akan bantu memfasilitasi? Saya rasa sangat besar kemungkinan dalam diskusinya itu jadi salah satu bagian servis,” imbuh Jonathan.

Menggenjot kepatuhan pembayaran iuran

Penjajakan kerja sama antara BPJS Kesehatan dengan Halodoc ini sejatinya tak lepas dari upaya BPJS untuk meningkatkan kepatuhan pembayaran iuran peserta mereka. Sejak lama kepatuhan membayar iuran ini menjadi pekerjaan rumah BPJS Kesehatan.

Sebagai gambaran, peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) berjumlah 221 juta jiwa atau lebih dari 83 persen total penduduk Indonesia. Kepesertaan JKN-KIS terbagi dari Penerima Bantuan Iuran (PBI), Peserta Penerima Upah (PPU), da Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU). Pembayaran iuran PBI dan PPU relatif lebih lancar karena masing-masing dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan.

Sementara PBPU adalah mereka yang memiliki usaha, pengusaha, dan pekerja sektor apa saja yang tak menerima upah bulanan. Pada kategori inilah pembayaran iuran BPJS Kesehatan banyak yang macet. Tercatat saat ini kepatuhan pembayaran iuran di PBPU hanya sekitar 50 persen dari 32 juta peserta padahal kelompok inilah yang dianggap paling banyak menyerap uang BPJS.

Kerja sama dengan Halodoc ini adalah contoh pendekatan baru BPJS Kesehatan dalam menggenjot pembayaran iuran. Pasalnya aplikasi Mobile JKN saat ini baru dipakai sekitar 6 juta orang, jauh dari jumlah peserta JKN-KIS. Sementara Halodoc mengklaim sampai sekarang sudah memiliki 7 juta pengguna bulanan dengan distribusi pengguna 50 persen di luar Pulau Jawa. Dengan fitur informasi kesehatan dari Halodoc di dalam aplikasi Mobile JKN, BPJS berharap masyarakat lebih sadar pentingnya jaring pengaman kesehatan yang mereka tawarkan.

“Masalah pembayaran ini jadi tantangan karena kebanyakan orang bayar karena aturan, bukan karena kebutuhan. Salah satu solusi untuk ini adalah edukasi,” pungkas Wahyuddin.

Halodoc dapat ajakan ke luar negeri

Halodoc mengaku saat ini masih fokus membangun infrastruktur online di dalam negeri seperti sumber daya manusia, hardware, dan software; serta edukasi pasar. Namun Jonathan membocorkan bahwa sudah ada ajakan dari beberapa negara agar Halodoc berkiprah di sana.

“Saat ini banyak negara baik itu di ASEAN maupun di Afrika yang sudah bicara dengan Halodoc membawa teknologinya ke sana. Doakan saja agar kita bisa jadi aplikasi kesehatan yang memudahkan rakyat di luar Indonesia. Tapi fokus kita masih di Indonesia saat ini,” ucap Jonathan.

Platform Halodoc adalah solusi kesehatan dengan empat fitur utama yang meliputi konsultasi dengan dokter, pembelian obat melalui ojek online, kunjungan ke rumah sakit, dan layanan laboratorium. Halodoc menyebut layanan mereka didukung oleh 20.000 dokter, 1.300 apotek, dan 1.000 rumah sakit.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Menerka Potensi Perkembangan Startup di Bidang Kesehatan

Tahun 2017 digadang-gadang menjadi awal bagi healthtech atau layanan kesehatan berbasis teknologi di Indonesia. Secara kasat mata pun, mudah ditemui beberapa celah yang dapat dioptimalkan menggunakan teknologi, misalnya sistem antrean, layanan konsultasi dan sebagainya. Dan sedikit demi sedikit, inovasi tersebut kini tampak di tengah-tengah riuhnya perkembangan startup nasional.

Melihat tren tersebut, dalam sesi diskusi mingguan DailySocial #SelasaStartup diundang Co-Founder & CIO Halodoc Doddy Lukito. Dalam pemaparannya ia menceritakan beberapa hal terkait inovasi teknologi yang dapat membantu masyarakat Indonesia untuk mudah mengakses layanan kesehatan.

Dari survei internal yang dilakukan Halodoc, saat ini persebaran dokter yang aktif bertugas masih kurang berimbang dengan kebutuhan masyarakat –terlebih di daerah dengan lingkungan geografis yang sulit diakses. Contohnya, di Indonesia hanya ada sekitar 600 dokter spesialis jantung, untuk menangani seluruh pasien di Indonesia. Melihat fakta tersebut, sangat sulit mendambakan pelayanan kesehatan yang berjalan baik.

Saat mencetak dokter sebanyak-banyaknya dalam waktu dekat bukan menjadi solusi efektif, maka pendekatan digital bisa didesain untuk membantu. Contohnya seperti apa yang dilakukan oleh Halodoc. Dengan inovasi aplikasi smartphone, layanan tersebut mencoba menghubungkan masyarakat dengan dokter. Proses bisnis di dalamnya memungkinkan dokter bekerja seperti saat ia praktik, hanya saja tidak langsung bertemu dengan pasiennya.

Cara seperti ini yang dinilai akan terus menyajikan terobosan di lanskap kesehatan, dengan berbagai macam keterbatasan yang ada. Selain dapat komunikasi langsung dengan dokter yang menangani keluhan masyarakat, Halodoc pun mengintegrasikan layanan konsultasi dengan sistem pemesanan obat yang dapat dilakukan juga secara virtual. Sederhananya, proses bisnis yang biasanya ada di klinik dan apotek disederhanakan dalam sebuah layanan tunggal di aplikasi.

Resep pun disajikan oleh perusahaan farmasi yang menjadi mitra. Di sini sudah mulai terlihat, tentang perlunya sinergi yang harus dijalin oleh inovator di bidang healtech dengan berbagai pihak yang berkepentingan –tidak hanya dokter, melainkan apoteker hingga perusahaan obat.

“Oleh karena itu, sebagai pengembang layanan kesehatan berbasis teknologi harus bisa mencapai keselarasan dengan pihak-pihak yang terkait dengan ekosistem kesehatan, guna mencapai hasil yang maksimal,” ungkap Doddy.

Doddy juga menegaskan, bahwa layanan kesehatan yang dipadukan dengan teknologi dalam berkembang lebih cepat, dalam kaitannya dengan inovasi layanan. Misalnya untuk pengantaran obat, sekarang Halodoc mulai bekerja sama dengan layanan on-demand di seluruh basis wilayahnya.

Application Information Will Show Up Here

Save Youselves Hadirkan Layanan Edukasi dan Konsultasi Kesehatan Mental

Startup yang menyasar layanan sosial dan kesehatan mental saat ini masih belum banyak di Indonesia, kebanyakan startup yang menyasar social enterprise berupa dukungan donasi atau ekonomi sosial. Salah satu startup yang mencoba untuk memberikan layanan konsultasi untuk kesehatan mental adalah Save Yourselves.

Didirikan oleh tiga co-founder yaitu Indri Mahadiraka, Riva Rumamby dan Syatitah Muharina, Save Yourselves memiliki tujuan untuk membawa perubahan dan impact untuk kesehatan mental di Indonesia.

“Kami membahas tingkat bunuh diri di Indonesia yang terus meningkat, dengan mayoritas demografi anak muda. Lalu muncullah ide untuk membuat sebuah platform online yang accessible, educational dan juga low-cost. Kami memulai dengan membuat akun Line untuk support chat bagi pengguna yang ingin bercerita dan membutuhkan dukungan,” kata Indri kepada DailySocial

Belajar dari latar belakang salah satu co-founder yang memiliki pendidikan psikologi, Save Yourselves mencoba untuk menyentuh isu-isu kesehatan mental.  Setelah menjalankan layanan selama beberapa waktu, Save Yourselves mulai mengikuti beberapa kompetisi, salah satunya adalah Startup Weekend. Pada November 2016 Save Yourselves terpilih sebagai pemenang dari Startup Weekend Jakarta.

“Hal ini membuat kami makin terpacu untuk melanjutkan perjuangan kami dalam isu mental health. Pada Februari 2017 kami diundang untuk mengikuti akselerator bisnis yang berfokus dalam social enterprise yaitu SIAP (Social Innovation Acceleration Programme),” kata Indri.

Layanan yang dimulai dari sebuah inisiatif sederhana untuk membantu orang, kemudian menjadi sebuah bisnis sosial. Pada Juni 2017 Save Yourselves lolos seleksi top 100 startups Echelon Asia Summit, dan berangkat ke Singapura untuk pitch ide. Save Yourselves masuk sebagai startup terbaik dari kategori Health and Lifestyle Vertical dan merupakan top 6 dari Asia.

Layanan edukasi dan support chat

Saat ini Save Yourselves telah memiliki kontributor sebanyak 26 orang. Dalam waktu 8 bulan, Save Yourselves telah memiliki total pengguna sebanyak 5640 orang di seluruh platform, dengan total hampir 1500 orang yang pernah memanfaatkan fitur Chat Save Yourselves. Sejak diluncurkan layanan paling banyak yang dimanfaatkan oleh pengguna adalah bagian edukasi dan support chat.

“Kami sangat bangga dengan tim kami dan juga para kontributor, mereka adalah sekumpulan orang yang passionate dengan isu mental health. Target kami adalah untuk meningkatkan kuantitas layanan kami agar bisa mencangkup lebih banyak orang, dan juga meningkatkan sisi edukasional dari platform kami,” kata Indri.

Saat ini Save Yourselves hanya bisa diakses melalui situs, sementara untuk platform Chat bisa digunakan melalui akun Line Save Yourselves (@vol7047). Untuk ke depannya Save Yourselves diharapkan bisa menjadi platform alternatif untuk membantu lebih banyak masyarakat di Indonesia yang membutuhkan bantuan dan konsultasi terkait kesehatan mental.

“Kami memperhatikan bahwa, banyak dari pengguna memang membutuhkan bantuan namun masih sulit untuk membuka diri dan bercerita ke orang-orang terdekat. Di luar itu, stigma mengenai kesehatan mental juga membuat pengguna ragu untuk mendapatkan bantuan kesehatan psikologis yang profesional,” tutup Indri.