Huawei dan Honor Siap-siap Kehabisan Kirin dan Belum Bisa Produksi Lagi

Masalah tidak habis-habisnya datang menghantui Huawei, salah satu perusahaan asal Tiongkok yang memproduksi smartphone seperti P40, Mate, dan Nova. Selama ini, Huawei tidak lagi menggunakan Google Mobile Service pada perangkat Android mereka karena pemerintah Amerika. Namun, hal tersebut bisa dilalui oleh Huawei dengan membuat ekosistem sendiri.

Apakah setelah itu masalah selesai? Tidak. Kali ini, Huawei terancam untuk tidak bisa menggunakan cip buatan sendiri, yaitu Kirin. CEO Huawei, Richard Yu mengatakan bahwa mereka saat ini kehabisan cip Kirin karena sanksi dari pemerintah Amerika. Hal tersebut disebabkan oleh pabrik yang memproduksi cip mereka menggunakan teknologi manufaktur dari Amerika.

Huawei Nova 7 -

“Ini kerugian yang sangat besar bagi kami. Sayangnya, dalam putaran kedua sanksi AS, produsen cip kami hanya menerima pesanan hingga 15 Mei 2020. Produksi akan ditutup pada 15 September 2020. Tahun ini mungkin merupakan generasi terakhir chip kelas atas Huawei Kirin.”, kata Richard Yu.

Huawei saat ini masih bakal meluncurkan seri Mate 40 pada kuartal akhir tahun 2020 ini. Akan tetapi, seri ini nantinya bisa jadi bakal terpengaruh karena jumlah cip yang semakin menipis. Huawei sendiri juga sudah melakukan pembicaraan dengan Qualcomm, namun belum terjadi persetujuan di antara kedua pihak.

Di lain pihak, Honor yang juga anak perusahaan dari Huawei akan mendapatkan imbas dari minimnya cip Kirin tersebut. Namun, saat ini secara perlahan mereka bakal pindah menggunakan cip Mediatek sampai keadaan antara Huawei dengan pemerintah Amerika membaik.

MediaTek Dimensity 820 / MediaTek

Walaupun belum ada persetujuan antara kedua belah pihak, Honor sudah secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka akan menggunakan cip 5G dari Mediatek. Apalagi kalau bukan Mediatek Dimensity yang saat ini sedang dikedepankan oleh pihak Mediatek.

Huawei tampaknya juga menggunakan cip dari Mediatek. Saat ini, Huawei sudah memiliki perangkat bernama Enjoy Z atau ChangXiang Z. Smartphone Huawei Enjoy Z sendiri menggunakan Mediatek Dimensity 800 yang sudah mendukung jaringan 5G. Namun, perangkat ini masih dijual di pasar Tiongkok dan belum ada informasi apakah bakal masuk ke Indonesia.

Honor 30

Lalu apakah ini merupakan sebuah solusi bagi Huawei dalam meluncurkan perangkat smartphone mereka? Waktu yang akan menjawabnya, karena pemerintah AS pasti bisa mencari cara agar para produsen chipset seperti Mediatek dan Samsung untuk tidak bekerja sama dengan Huawei.

Sumber: 9To5GoogleSlashGear

 

 

 

[Review] Huawei Nova 7: Kencang dan Nyaman Walau Tanpa GMS

Masa pandemi saat ini tidak mengurungkan niat Huawei untuk meluncurkan perangkat baru mereka. Saat ini, DailySocial sudah kedatangan sebuah perangkat terbaru mereka, yaitu Huawei Nova 7. Smartphone yang satu ini memang ditujukan untuk mereka yang ada di kelas menengah, terutama mereka yang masih muda. Jadi, kelasnya berbeda dengan seri P yang merupakan flagship.

Mungkin satu hal yang menjadi poin yang tidak menarik bagi para calon pengguna adalah tidak adanya Google Mobile Service (GMS) yang diganti oleh HMS (Huawei Mobile Service). Memang, selama ini para pengguna smartphone Android terlena dengan ekosistem dari Google yang sudah matang tersebut. Namun, sepertinya mindset pengguna pada perangkat ini harus sedikit diubah dari sebuah smartphone Android menjadi perangkat yang bisa meng-install aplikasi Android.

Huawei Nova 7 -

Perangkat yang satu ini datang dengan spesifikasi yang tinggi. Perangkat yang saya dapatkan memiliki spesifikasi sebagai berikut

Huawei Nova 7
SoC HiSilicon Kirin 985
CPU 1×2.58 GHz Cortex-A76 + 3×2.40 GHz Cortex-A76 + 4×1.84 GHz Cortex-A55
GPU Mali G77 8 Core
RAM 8 GB
Internal 256 GB
Layar 6,53 inci OLED 2400 x 1080
Dimensi 160.6 x 74.3 x 8 mm
Bobot 180 gram
Baterai 4000 mAh
Kamera 64 MP/16 MP, 8 MP UltraWide, 8 MP Telephoto, 2MP macro, 32 MP selfie pop up
OS (per pengujian) Android 10 EMUI 10.1

Hasil dari CPU-Z, AIDA64, dan SensorBox adalah sebagai berikut

Unboxing

Seperti inilah perlengkapan yang ditemukan pada kotak penjualan Huawei Nova 7

Huawei Nova 7 - Unboxing

Desain

Saat saya membuka paket penjualannya, sempat terpikir bahwa perangkat yang ada adalah Huawei Nova 5. Hal tersebut disebabkan oleh miripnya posisi punch hole kamera depan yang berada pada sisi kiri atas layar. Tentu saja, lubang kecil ini tidak terlalu mengganggu karena sejajar dengan notification bar.

Huawei Nova 7 - Atas

Smartphone yang satu ini sudah menggunakan chassis berbahan metal, membuatnya lebih kuat terhadap tekanan. Pada bagian belakangnya, Huawei mendesainnya dengan menggunakan kaca. Jika diperhatikan, Huawei juga menyematkan logo NOVA sebagai motif pada badan belakangnya. Dan motif itu pun akan mudah tertutup oleh sidik jari.

Layar yang digunakan pada Huawei Nova 7 berjenis OLED dengan resolusi 2400×1080. Layar ini sudah menggunakan profile warna DCI-P3, sehingga lebih kaya dibandingkan dengan RGB biasa yang ada dipasaran saat ini. Layarnya juga sudah dilapisi oleh lapisan anti gores, sehingga tidak akan melukai layar aslinya. Sayangnya, belum ada informasi pelindung apa yang digunakan untuk layarnya, namun Huawei mengatakan bahwa layarnya sudah lebih tahan terhadap goresan.

Huawei Nova 7 - Kanan

Menggunakan layar dengan jenis OLED, Huawei juga menyematkan sensor sidik jari dibawahnya. Sidik jarinya sendiri juga responsif saat saya uji. Hal tersebut membuat bagian belakangnya hanya ditemukan tiga buah kamera beserta lampu LED flash saja.

Pada bagian kanan terdapat tombol volume dan juga power. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot SIM, port USB-C, microphone, serta speaker. Pada bagian atasnya terdapat microphone kedua. Dan pada bagian kirinya, tidak ditemukan apa-apa.

Huawei Nova 7 - Bagian Bawah

Smartphone yang satu ini datang dengan Android 10 dengan EMUI 10.1. Oleh karena masih “dimusuhi” oleh Amerika, membuat perangkat ini tidak memiliki GMS. Huawei pun membuat sistem sendiri dengan Huawei Mobile Service, di mana masih dapat melakukan instalasi aplikasi yang ditujukan untuk Android.

Petal Search

Satu hal yang perlu diapresiasi untuk sistem HMS adalah Petal Search. Petal Search merupakan cara Huawei untuk membuat penggunanya nyaman dalam mencari aplikasi, baik yang sudah terinstal mau pun belum. Jadi, jika pada Huawei App Galery kita tidak menemukan aplikasi yang diinginkan, gunakan saja Petal Search.

Satu hal yang membuat saya nyaman menggunakan Petal Search adalah kemampuannya untuk melakukan instalasi XAPK yang ada pada beberapa situs seperti APKMirror dan APKPure. Biasanya pada smartphone Android lainnya, kita harus melakukan instalasi installer untuk XAPK. Jadi, kita tinggal mencari aplikasi yang diinginkan pada Petal Search yang terdapat pada homescreen, download, install, dan aplikasi tersebut sudah ada pada homescreen.

Memang, yang sangat disayangkan adalah banyak sekali aplikasi yang menggunakan GMS. Hal ini membuat aplikasi-aplikasi tersebut seperti Gojek tidak dapat berjalan sama sekali. Hal ini memang membuat para penggunanya harus mencari alternatif lainnya. Huawei memang sudah mengusahakan agar beberapa aplikasi bisa berjalan pada ekosistemnya, namun hal tersebut masih harus memakan waktu lebih lama.

Jaringan

Huawei Nova 7 memang dipasarkan untuk mendukung 5G. Namun, Huawei masih mengunci kemampuan jaringan baru ini. Kemampuan ini pun akan dibuka oleh Huawei pada saat pemerintah Indonesia secara resmi menggelar jaringan 5G di Indonesia

Untuk dukungan 4G, perangkat ini sendiri mendukung kanal 1 (2100), 2 (1900),3 (1800), 4 (1700), 5 (850), 6 (850), 7 (2600), 8 (900), 9 (1800). 18 (850), 19 (850), 20 (800), 26 (850), 28 (700), 38 (2600), 40 (2300), 41 (2500), dan 66 (). Modem yang digunakan mendukung LTE Cat 22 dan sudah mendukung fitur Carrier Aggregation.

Untuk jaringan WiFi, perangkat ini sudah mendukung kanal 5 GHz dan 2,4 GHz dengan lancar. Wifi yang bisa tersambung pada perangkat ini adalah sampai dengan 802.11ac atau yang saat ini sering disebut oleh WiFi 5. Saya tidak menemukan masalah pada saat melakukan sambungan pada jarak yang cukup jauh.

Kamera

Pada Nova 7, Huawei menyematkan empat buah kamera pada bagian belakangnya. Hal tersebut terdiri dari kamera 64 MP dengan teknologi quad bayer, 8 MP ultrawide, 8 MP telephoto, dan 2 MP Makro. Sensor 64 MP saat ini hanya dimiliki oleh Sony dan Samsung, namun melihat dari sejarahnya, sepertinya pada perangkat ini terpasang sensor Sony IMX.

Huawei Nova 7 - Belakang

Kamera utamanya mampu menangkap gambar dengan sangat baik. Bahkan hasilnya cukup comparable dengan P30. Hasilnya rendah noise, tajam, serta memiliki warna yang cukup akurat. Namun, pada saat menggunakan night mode, tingkat ketajamannya cukup menurun. Berikut adalah contoh hasilnya

Kamera ultrawide dan telephoto-nya memiliki karakteristik yang sama. Hasilnya kurang tajam serta seperti terlalu agresif dalam menghilangkan noise. Kadang hasilnya juga terlihat seperti overbrightness. Berikut adalah contoh hasilnya.

Kamera makro yang dimiliki oleh smartphone ini, walau hanya memiliki resolusi 2 MP, namun dapat menangkap gambar dengan lumayan. Walaupun begitu, detail yang tertangkap tidak terlalu baik. Hasilnya juga dapat dibilang pas-pasan. Berikut adalah contoh hasil gambarnya.

Kamera selfie merupakan kamera terbaik kedua pada smartphone ini. Kameranya juga menggunakan algoritma quad bayer sehingga dapat menangkap gambar dengan resolusi tinggi. Hasil yang didapat memang bisa memberikan detail yang cukup baik.

Pengujian

Jika ada yang berpikiran bahwa Kirin 985 adalah versi 5G dari Kirin 980, Anda salah besar. Kirin 985 merupakan cip baru yang memiliki arsitektur yang berbeda. SoC ini menggunakan 3 cluster, di mana yang pertama adalah Cortex A-76 dengan kecepatan 2.58 GHz, yang kedua adalah 3 inti Cortex A-76 berkecepatan 2.4 GHz, dan cluster hemat daya dengan 4 inti Cortex A-55 berkecepatan 1.8 GHz.

Oleh karena Huawei Nova 7 memiliki harga pada rentang 6 jutaan, tentu saja ia bersaing dengan perangkat lain yang menggunakan Snapdragon 855 dan Snapdragon 765. Selain itu, ada juga perangkat yang menggunakan Snapdragon 865 dan 730G pada rentang harga ini.

Semua game yang saya mainkan memang dapat berjalan dengan frame rate penuh, yaitu 60 fps. Namun sayang memang, tidak semua game dapat berjalan pada Nova 7. Game-game yang saya coba dan bisa berjalan seperti LifeAfter, PUBG Mobile, dan Mobile Legend. Sayang, Call of Duty Mobile tidak bisa berjalan pada Nova 7 karena memerlukan GMS.

Sama seperti aplikasi yang sering digunakan untuk bekerja. Saya sendiri adalah pengguna Trello dan Slack. Sayangnya, Trello masih menggunakan GMS sehingga tidak dapat berjalan pada Nova 7. Walaupun begitu, Slack masih bisa berjalan dengan cukup baik pada smartphone ini. Selain itu, ada beberapa aplikasi seperti OVO dan Gojek yang tidak mampu dijalankan pada perangkat ini.

Pengujian Daya Tahan Baterai

Huawei Nova 7 hadir dengan baterai berkapasitas 4000 mAh. Baterai dengan kapasitas seperti ini memang besar, namun sepertinya tidak lebih besar dari para pesaingnya yang sudah menggunakan kapasitas 4500 mAh ke atas. Namun jangan salah, kapasitas seperti ini sudah pasti bisa menjaga perangkat untuk tetap nyala seharian

Saya menguji baterai dari Huawei Nova 7 dengan menggunakan video MP4 resolusi 1080p. Video di-loop sampai baterai dari smartphone ini habis. Hasilnya, perangkat ini mampu bertahan hingga 14 jam 36 menit. Hasilnya memang cukup baik untuk sebuah perangkat dengan baterai kapasitas tersebut.

Smartphone yang satu ini juga dapat diisi dengan cukup cepat. Saya melakukan pengisian baterai dari 0 sampai 100% hanya dalam waktu sekitar satu jam saja. Pengisian tersebut pun juga dalam kondisi perangkat dinyalakan pada kapasitas 10%-nya.

Verdict

Walaupun memiliki banyak keterbatasan, tidak membuat Huawei menyerah untuk mengeluarkan perangkat Android-nya. Tanpa menggunakan GMS, Huawei menelurkan HMS yang saat ini menarik untuk digunakan dan dipelajari secara perlahan-lahan. Salah satu perangkat terbaru yang mereka luncurkan adalah Huawei Nova 7.

Kinerja yang ditawarkan oleh perangkat ini memang sangat menarik. Dengan menggunakan Huawei Nova 7, Anda bisa mendapatkan perangkat kencang seperti smartphone gaming yang ada di pasaran saat ini. Sayang memang, kinerja yang kencang tersebut terhambat oleh terbatasnya aplikasi yang bisa digunakan di perangkat ini.

Kamera juga menjadi menjadi salah satu pemanis pada perangkat ini. Kinerja kameranya cukup apik dan mampu digunakan dalam menangkap momen sehari-hari. Memang, kameranya tidak seapik Huawei seri P atau Mate, namun hasilnya masih sangat bisa diandalkan.

Walaupun dipasarkan untuk kelas menengah ke atas, harga yang ditetapkan tergolong cukup tinggi. Huawei Nova 7 dijual dengan harga Rp. 6.899.000. Saya berharap semoga harganya mengikuti Nova 5T yang segera turun dalam beberapa bulan. Rasanya, cukup mahal menetapkan harga tersebut tanpa bisa menggunakan seluruh kemampuan Android yang menjadi sistem operasinya.

Akhir kata, saya sangat menyarankan agar Huawei mempercepat program kompatibilitas aplikasinya. Walaupun banyak alternatif penggunaan aplikasi, namun pilihan orang terhadap sebuah aplikasi haruslah dijadikan prioritas utama. Dengan begitu, tentu akan banyak orang yang melirik kembali untuk menggunakan perangkat Huawei dengan HMS.

Sparks

  • Kinerja tinggi dengan Kirin 985
  • Daya tahan baterai cukup baik
  • Responsif
  • Hasil kamera utama dan selfie yang baik
  • Isi ulang cepat
  • Respon biometrik yang cepat

Slacks

  • Tanpa GMS, pengguna harus mencoba-coba aplikasi yang berjalan atau tidak
  • Sekali lagi, tanpa ada GMS, harganya terlihat mahal
  • 5G masih terkunci, membuat perangkat ini tidak bisa dibawa ke luar negeri

Huawei Nova 7, MatePad, dan FreeBuds 3i Resmi Dijual di Indonesia

Setelah meluncurkan smartphone flagship-nya, Huawei kembali melayani pasar Indonesia dengan meluncurkan perangkat barunya. Kali ini yang diluncurkan tidak hanya satu perangkat, tetapi ada tiga buah perangkat yang diperkenalkan di Indonesia. Ketiga perangkat tersebut adalah Huawei Nova 7, Freebuds 3i, dan MatePad.

Huawei meluncurkan ketiganya dengan mengandalkan ekosistem yang mereka miliki. “Kami berpegang teguh pada misi kami yaitu menghadirkan inovasi pengalaman baru dengan setiap iterasi di setiap produk. Tidak hanya untuk perangkat keras tetapi juga perangkat lunak, kami telah membangun dan menciptakan terobosan yang lebih lanjut akan membentuk ekosistem kami dan membawa konektivitas tanpa batas yang belum pernah ada sebelumnya. Produk-produk kelas menengah ini mengandung kualitas andalan bagi konsumen muda kami yang peduli dengan desain dan teknologi. Kami optimis bahwa produk-produk ini dapat mendukung kehidupan sehari-hari mereka”, kata Lo Khing Seng, Deputy Country Director HUAWEI CBG Indonesia 

(ki-ka) Lo Khing Seng dan Edi Supartono (2)

Huawei Nova 7 merupakan perangkat smartphone pertama di dunia yang menggunakan HiSilicon Kirin 985 sebagai SoC-nya. Kirin 985 sudah mendukung 5G, yang membuat perangkat ini sudah siap jika pemerintah menggelar jaringan 5G di Indonesia. Selain itu, Kirin 985 juga memiliki sebuah ISP (Image Signal Processor) tersendiri yang akan meningkatkan kualitas hasil fotonya. Dan dengan menggunakan SoC ini, berarti bahwa Nova 7 sudah mendukung pengisian cepat 40 watt.

Huawei Nova 7 memiliki empat buah kamera di mana yang utamanya memiliki resolusi 64 MP. Kamera lainnya adalah telephoto yang bisa mengambil zoom hybrid 5x dan digital hingga 20x. Dua kamera lainnya adalah untuk mengambil gambar makro serta ultrawide hingga 120 derajat.

Perangkat kedua yang diluncurkan kali ini adalah Huawei MatePad. MatePad merupakan sebuah tablet dengan dimensi layar 10,4 inci dengan resolusi 2000×1200. Tablet ini juga didukung dengan speaker Harman Kardon sehingga diklaim memiliki suara yang jernih. Perangkat ini juga sudah mendukung stylus bernama Huawei M-Pencil yang dijual secara terpisah.

HUAWEI NOVA 7

Huawei MatePad menggunakan SoC HiSilicon Kirin 810 yang memakai prosesor dua inti Cortex A76 dan enam inti Cortex A55 serta GPU Mali G52. Untuk menjalankan sistemnya, Huawei menanamkan baterai dengankapasitas 7250 mAh. SoC ini sendiri sudah mendukung GPU Turbo 3.0 yang bisa meningkatkan performanya saat dibutuhkan.

Perangkat terakhir adalah Huawei FreeBuds 3i yang merupakan sebuah True Wireless Stereo. Berbeda dengan Freebuds 3, 3i memiliki desain in-ear sehingga lubang kuping akan tertutup seluruhnya. Hal ini tentu saja akan membuat suara dari luar tidak akan masuk sehingga memiliki fungsi noise cancellation secara pasif. Tidak berhenti sampai di situ, TWS ini juga ternyata memiliki active noise cancellation.

Huawei Nova 7 dijual dengan harga Rp. 6.899.000. Sedangkan Huawei MatePad bisa didapatkan dengan harga Rp. 4.299.000 tanpa M-Pencil. Untuk Huawei Freebuds 3i dijual dengan harga Rp. 1.399.000.

Tablet masih diminati?

Penjualan smartphone di masa pandemi COVID-19 ternyata cukup mengagetkan. Banyak vendor yang justru kehabisan unit perangkatnya pada saat penjualan pertama mereka. Lalu bagaimana dengan penjualan tablet? Apalagi, saat ini Huawei justru mengeluarkan MatePad di masa pandemi seperti ini.

HUAWEI MATEPAD

Bapak Lo Khing Seng pun menjawab pertanyaan saya mengenai tren tablet, khususnya MatePad. Beliau mengatakan justru pada masa pandemi seperti ini, permintaan tablet malah mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kegiatan belajar dan bekerja di rumah, serta kebutuhan orang akan hiburan. Dan peningkatan ini juga sudah terlihat signifikan. 

Pada lini produk Huawei MatePad Pro, ternyata respon masyarakat juga sangat baik. Jadi, bapak Lo Khing Seng pun yakin dengan penjualan MatePad yang memiliki harga lebih terjangkau dan memiliki sasaran pada pasar mid range.

Apa Beda FreeBuds 3 dengan 3i?

Dengan meluncurnya FreeBuds 3i, tentu saja orang akan bertanya mengenai perbedaan antara keduanya. Edy Supartono selaku Country Training Manager Huawei Indonesia menjelaskan bahwa secara kasat mata, desain keduanya berbeda, di mana yang satu berbentuk lebih bulat dan yang satu lebih panjang.

(ki-ka) Lo Khing Seng dan Edi Supartono

Ear tips juga merupakan pembeda dari FreeBuds 3 dengan 3i, di mana 3i memiliki ear tips dengan bahan karet. Dan terakhir, Edy mengatakan bahwa segmen penjualan kedua TWS pun juga berbeda, di mana FreeBuds 3i dijual juga pada pasar mid range. Untuk spesifikasinya, kapasitas baterai juga menjadi pembeda antara keduanya. Dan terakhir, ukuran driver keduanya juga berbeda, di mana membuat suara FreeBuds 3 lebih ke arah bas dan 3i lebih balanced.

 

Huawei Resmikan Mate 30 Pro di Indonesia, Tanpa Google Mobile Service!

Perang ekonomi antara Amerika dan Tiongkok memang selalu membuahkan korban. Kali ini, yang menjadi korban adalah Huawei, di mana pemerintah Amerika melarang perusahaan di negaranya untuk berhubungan dengan Huawei. Imbasnya? Sistem operasi Android yang digunakan di sebagian besar smartphone pun menjadi tidak lengkap saat digunakan di perangkat Huawei.

Sistem operasi Android selalu saja digabungkan dengan Google Mobile Service (GMS). GMS ini sendiri merupakan serangkaian aplikasi dan API buatan Google yang membuat sistem operasi Android dapat berjalan dengan mulus seperti saat ini. Aplikasi tersebut seperti Chrome, Youtube, Map, Play Store, dan lain sebagainya.

Huawei Mate 30 Pro - Launch

Korban pertama dari smartphone dengan sistem operasi Android yang tidak dilengkapi dengan GMS adalah Huawei Mate 30 Pro (Baca Review-nya di sini). Pada tanggal 14 November 2019, Huawei resmi menjual perangkat Mate 30 Pro di Indonesia. Acara peluncurannya diadakan pada Ice Palace Lotte Shopping Avenue di Jakarta.

Untuk perangkat flagship, Huawei selalu memberikan pengalaman mengambil foto dan video dengan kameranya yang selalu diapresiasi oleh banyak pihak. Kali ini, Huawei menambahkan cukup banyak fitur pada sisi kameranya. Salah satunya adalah video slo-mo dengan 7680 fps, kamera dengan resolusi 40 MP, ISO yang mencapai 51.200, dan masih banyak lagi.

Huawei Mate 30 Pro

Dari sisi performa, Mate 30 Pro juga membawa cip terbaru dari HiSilicon, yaitu Kirin 990 yang digadang merupakan paling kencang dari Huawei. Spesifikasi lengkapnya adalah sebagai berikut

Huawei Mate 30 Pro
SoC HiSilicon Kirin 990
CPU 2×2.86 GHz Cortex-A76 + 2×2.09 GHz Cortex-A76 + 4×1.86 GHz Cortex-A55
GPU Mali-G76 MP16
RAM 8 GB
Internal 256 GB
Layar 6,53 inci OLED 2400 x 11176 Gorilla Glass 6
Dimensi 158.1 x 73.1 x 8.8 mm
Bobot 198 gram
Baterai 4500 mAh
Kamera 40MP, 40 MP Wide, 8 MP Tele, 3D depth, 32 MP selfie
OS Android Pie 9 EMUI non GMS

Huawei menjual Mate 30 Pro dengan sistem pre order. Dalam masa pre order ini, Huawei pun juga memberikan kelas untuk memberitahukan kepada para pembeli cara menggunakan perangkat mereka yang tidak memiliki GMS. Pihak Huawei pun mengklaim bahwa perangkat dengan harga Rp. 12.499.000 ini masih diminati oleh para pelanggannya.

Huawei Mate 30 Pro - Belakang

Tanpa GMS: Nasib Aplikasi?

Saat ditanyakan pada sesi tanya jawab eksklusif, saya tentu saja menitikberatkan pada pertanyaan seputar GMS. Hal tersebut karena GMS memastikan semua aplikasi untuk Android dapat berjalan pada sebuah smartphone. Dan hal tersebut meliputi aplikasi yang kita gunakan setiap harinya, termasuk aplikasi ojek daring.

Deputy Country Director Huawei Device Indonesia, Lo Khing Seng, mengatakan bahwa perangkat Huawei Mate 30 Pro menggunakan Huawei Mobile Service. HMS ini sendiri setiap hari dikembangkan dan Huawei juga mengambil langkah dengan mendekatkan diri kepada para developer aplikasi di Indonesia.

Huawei Mate 30 Pro - In Hand

Dengan menggunakan HMS, masih banyak aplikasi yang dapat dijalankan, namun memang tidak lengkap. Seperti misalnya aplikasi ojek daring yang masih bisa melakukan pemesanan, namun peta dengan posisi pengemudi ojek belum dapat berjalan. Huawei pun juga mengklaim bahwa beberapa aplikasi buatan Google seperti Chrome dan Map dapat dijalankan.

Beberapa aplikasi memang tidak bisa dijalankan, contohnya adalah Youtube. Namun, Youtube tersebut masih bisa dijalankan melalui Chrome. Dan masih banyak lagi produk Google yang dapat dijalankan melalui browser internet.

Saya juga menanyakan bagaimana dengan rooting dan side loading dari GMS. Pihak Huawei mengatakan bahwa segala hal yang membutuhkan rooting sudah pasti menghanguskan garansi. Akan tetapi, jika side loading tidak memerlukan akses root, maka mereka tidak bisa melarang para penggunanya untuk melakukan hal tersebut.

Contoh Hasil Kamera

Hasil kamera yang memukau memang membuat saya ingin mencoba Huawei Mate 30 Pro. Tentu saja, saya juga menunggu perangkat ini mampir ke meja pengujian Dailysocial agar bisa diuji lebih lanjut. Tanpa harus berlama lagi, berikut adalah contoh hasil foto dari Huawei Mate 30 Pro

Lalu bagaimana dengan video slo-mo dengan 7680 fps? Berikut adalah contohnya. Sayang memang, hasilnya tidak terlalu tajam karena kurangnya cahaya pada ruangan experience.

Arsitektur Snapdragon 8150 Bakal Mirip Kirin 980?

ARM merupakan salah satu pembuat arsitektur prosesor yang sampai saat ini masih digunakan pada perangkat mobile. Dengan Arsitektur yang berbeda dengan x86 yang dipakai oleh AMD dan Intel, ARM pun merajai dunia perangkat mobile karena arsitekturnya menjadi dasar dan dipakai oleh smartphone seperti iPhone dan sebagian besar perangkat Android.

Salah satu yang menggunakan arsitektur ARM tentu saja Qualcomm. Setiap prosesor Kryo dan Krait yang digunakan oleh Qualcomm menggunakan basis arsitektur ARM Cortex. Selain itu, ARM juga memiliki arsitektur dengan nama big.LITTLE di mana sebuah SoC dapat menggunakan dua prosesor berbeda.

qualcomm-snapdragon-845

ARM pun memperbarui arsitektur big.LITTLE dengan ARM DynamIQ. Arsitektur yang satu ini membuat sebuah SoC mampu menggunakan tiga prosesor berbeda, sehingga sebuah perangkat bisa diatur dengan lebih baik lagi oleh para produsennya.

Baru-baru ini, HiSilicon membuat SoC Kirin 980 dengan menggunakan tiga prosesor berbeda. Kirin 980 yang menggunakan proses pabrikasi 7nm ini menggunakan 2 inti prosesor Cortex A76 2,6 GHz, 2 inti prosesor Cortex A76 1,9 GHz, dan 4 inti prosesor Cortex A53 1,8 GHz.

Ternyata, Snapdragon 8150 juga menggunakan arsitektur yang sama. SoC yang nantinya bernama Snapdragon 855 ini juga bakal menggunakan arsitektur DinamIQ dengan setting 2+2+4. Kabar ini disebutkan oleh Roland Quandt, seorang yang sering memberikan tips dan bocoran mengenai dunia teknologi, khususnya smartphone.

Snapdragon 8150 pun juga telah muncul namanya pada file sistem di Android Pie serta file sertifikasi Bluetooth. Roland juga mengatakan bahwa Snapdragon 8150 juga bakal diperkenalkan pada sebuah konferensi pers di Hawai pada bulan Desember nanti. Mari kita tunggu kehadiran SoC terkencang dari Snapdragon tersebut.

Sumber: GizChina.

Huawei Perkenalkan Kirin 710, Penggerak Smartphone Android Nova 3i

Huawei saat ini diketahui telah memperkenalkan smartphone terbaru mereka untuk pasar mainstream dengan nama Huawei Nova 3i. Peluncuran perdananya dilaksanakan pada gedung olah raga Universitas Shenzen. Smartphone ini menggunakan chipset terbaru mereka yang bernama Kirin 710.

Sebagai informasi, System on Chip (disingkat SoC) Kirin didesain oleh HiSilicon. HiSilicon sendiri merupakan perusahaan yang dimiliki secara penuh oleh Huawei. Dan Huawei juga merupakan salah satu perusahaan yang membeli lisensi untuk menggunakan prosesor ARM pada chipset-nya.

HiSilicon Kirin 710 merupakan generasi pertama seri 700 pada lini produk SoC Kirin. Banyak pihak yang mengatakan bahwa Kirin 710 merupakan penerus dari Kirin 659 yang saat ini sepertinya sudah tidak lagi bisa melawan para pesaingnya.

Penggunaan nama 710 pada SoC Kirin mungkin akan membuat para pengguna bingung dengan chipset terbaru Qualcomm. Snapdragon 710 yang saat ini merupakan dapur pacu Xiaomi Mi 8 SE juga sedang ditunggu-tunggu kehadirannya di Indonesia.

Kirin 710 menggunakan proses pabrikasi terbaru dengan 12 nm. Jadi, Kirin 710 merupakan SoC pertama Huawei yang memiliki pabrikasi terkecil. Kirin 710 juga mengikuti arsitektur yang ada pada Kirin 970 dengan cluster big.LITTLE. Cluster “big” menggunakan prosesor empat inti ARM Cortex A73 berkecepatan 2,2 GHz, sedangkan cluster “LITTLE” menggunakan empat inti ARM Cortex A53 berkecepatan 1,7 GHz.

Kirin-710

Grafis juga merupakan hal yang diberikan tenaga tambahan pada Kirin 710. SoC ini menggunakan Graphics Processing Unit (GPU) ARM Mali G5 yang memiliki kinerja 1,3 kali lipat dibandingkan dengan ARM Mali T830 MP2 yang digunakan pada SoC Kirin 659 pada Huawei Nova 2i. Daya yang dimiliki Mali G5 juga lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya tersebut.

Hal tersebut menandakan bahwa Kirin 710 memiliki kinerja prosesor single core 75% lebih baik dan 68% lebih baik saat menggunakan semua inti prosesor yang ada dibandingkan dengan Kirin 659.

Selain dari sisi prosesor, Kirin 710 juga membawa kemampuan 4G LTE dengan Cat 12 dan Cat 13. Kedua kategori tersebut mendukung kecepatan download hingga 600 MB/s serta memiliki kemampuan untuk tersambung dengan tiga jaringan sekaligus atau 3 Carrier Aggregation. Chipset ini juga sudah mendukung VoLTE dengan dual SIM.

Huawei mengklaim bahwa Image Signal Processor (ISP) dan Digital Signal Processor (DSP) telah ditingkatkan sehingga menambah kinerja dari kamera di kondisi rendah cahaya. Selain itu, chipset ini juga mendukung face unlock.

Secara spesifikasi, di atas kertas chipset ini akan sedikit lebih rendah kinerjanya dibandingkan chipset terbaru Qualcomm, yaitu Snapdragon 710. Hal tersebut dikarenakan Snapdragon menggunakan basis prosesor terbaru ARM, yaitu Cortex A75 dan A55 dengan clock yang sama. Adreno 616 juga disinyalir bakal lebih baik dari ARM Mali G5. Namun, hal tersebut tentu harus dibuktikan dengan pengujian lebih lanjut.

Sayangnya, tidak banyak lagi yang dibeberkan oleh Huawei untuk chipset yang satu ini. Akan tetapi, yang jelas adalah bahwa Kirin 710 (melihat dari spesifikasi) seharusnya mengalahkan kinerja Snapdragon 636, 660, dan Mediatek P60.

huawei-akan-merilis-smartphone-nova-generasi-ketiga-di-indonesia-akhir-juli

Walaupun begitu, setidaknya Huawei saat ini telah memiliki chipset yang bisa bersaing di pasar mainstream. Selain Huawei Nova 3i, tentu saja nanti chipset ini bakal dipakai oleh Honor, yang juga merupakan bagian dari perusahaan Huawei.

Mari kita lihat perkembangannya di masa depan.

Sumber artikel dan gambar: MyDrivers. Featured image: Pixabay.