CT Corp and Bukalapak to Form Joint Venture in Online Grocery Sector

The conglomerate company owner, Chairul Tanjung, through PT Trans Retail Indonesia, announced an online grocery joint venture with PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA).

“The e-commerce will be focused on providing fresh products and food (grocery). The ownership of Trans Retail [will be] at 55% and Bukalapak at 45%,” Chairul Tanjung said after a press conference at the Indonesia Stock Exchange.

CT, he often called, is reluctant to elaborate further on the joint venture. However, this corporate action shows a signal from CT Corp to seriously work on selling fresh products and food ingredients on an offline-to-online (O2O) basis.

On a general note, Trans Retail Indonesia is a subsidiary of CT Corp, which oversees modern retail network companies Transmart, Carrefour, and Groserindo. Currently, Trans Retail Indonesia has operated nearly 100 multi-format concept outlets in 28 cities in Indonesia, offering 40,000 products to its 70 million customers.

e-grocery market competition

Prior to this, several top-tier tech companies have taken similar corporate actions. Unlike this one, they take an inorganic strategy by acquiring modern retail chain companies.

Blibli and GoTo have announced corporate actions to take over retail companies in 2021. Blibli with 51% shares owned by PT Supra Boga Lestari Tbk (IDX: RANC) managed by Ranch Market.

Meanwhile, GoTo acquired a 6.74% stake in PT Matahari Putra Prima Tbk (IDX: MPPA) through PT Multipolar Tbk (IDX: MPLPL). Meanwhile, Matahari Putra Prima is a Lippo Group’s subsidiary, which has a giant modern retail network in Indonesia. Some of its outlets are Hypermart, Foodmart Supermarket, and Primo Supermarket.

GoTo Hypermart; 200 outlets in 72 cities in Indonesia, 103 gerai integrated with Hypermart Online  Acquisition
Blibli Ranch Market; 16 Ranch Markets, 29 Farmers Markets, 1 The Gourmet by Ranch Market, and Day 2 Day by Farmers Markets Acquisition
Trans Retail-Bukalapak N/A Joint Venture (JV

Source: Reorganized by DailySocial

Previously, the Minister of Trade Muhammad Lutfi projected the sales value of fresh food products through the marketplace to reach more than Rp180 trillion in the next five years. Meanwhile, the sales value in 2021 is estimated at IDR 21 trillion.

Lutfi said the contribution of selling fresh food products through the marketplace was still small, but the growth was significant. Moreover, he saw the trend of many synergies between modern retailers and technology companies.

The retail network has started to drive sales with an online-to-offline (O2O) concept by partnering with technology companies with strengths in innovation, product ecosystem, and logistics.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

CT Corp dan Bukalapak akan Bentuk Perusahaan Patungan di Bidang “Online Grocery”

Pemilik perusahaan konglomerasi Chairul Tanjung melalui PT Trans Retail Indonesia, mengumumkan akan membentuk perusahaan online grocery patungan (joint venture) bersama PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA).

E-commerce ini akan dikhususkan untuk produk segar dan bahan pangan (grocery). Komposisi kepemilikan Trans Retail [akan] sebesar 55% dan Bukalapak sebesar 45%,” ungkap Chairul Tanjung ditemui usai jumpa pers di Bursa Efek Indonesia.

Pria yang karib disapa CT ini enggan menguraikan lebih lanjut mengenai pembentukan usaha patungan tersebut. Namun, aksi korporasi ini menjadi sinyal besar dari CT Corp untuk serius menggarap penjualan produk segar dan bahan makanan berbasis offline-to-online (O2O).

Sebagai informasi, Trans Retail Indonesia merupakan anak usaha CT Corp yang menaungi perusahaan jaringan ritel modern Transmart, Carrefour, dan Groserindo. Saat ini, Trans Retail Indonesia sudah mengoperasikan hampir 100 gerai berkonsep multiformat di 28 kota di Indonesia yang menawarkan 40.000 produk ke 70 juta pelanggannya.

Persaingan pasar e-grocery

Sebelum ini, aksi korporasi serupa sudah mulai diseriusi oleh sejumlah perusahaan teknologi besar. Bedanya, mereka mengambil strategi anorganik dengan mengakuisisi perusahaan jaringan peritel modern.

Blibli dan GoTo sama-sama mengumumkan aksi korporasinya untuk mengambil alih perusahaan ritel di 2021. Blibli memilih untuk mencaplok 51% saham milik PT Supra Boga Lestari Tbk (IDX: RANC) yang mengelola Ranch Market.

Sementara, GoTo mengakuisisi 6,74% saham PT Matahari Putra Prima Tbk (IDX: MPPA) melalui PT Multipolar Tbk (IDX: MPLPL). Adapun, Matahari Putra Prima merupakan anak usaha Lippo Group yang memiliki jaringan peritel modern raksasa di Indonesia. Beberapa gerai yang dimilikinya adalah Hypermart, Foodmart Supermarket, dan Primo Supermarket.

GoTo Hypermart; 200 gerai di 72 kota di Indonesia, dengan 103 gerai terhubung dengan Hypermart Online  Akuisisi
Blibli Ranch Market; 16 Ranch Markets, 29 Farmers Markets, 1 The Gourmet by Ranch Market, dan Day 2 Day by Farmers Markets Akuisisi
Trans Retail-Bukalapak N/A Joint Venture (JV

Sumber: Diolah kembali oleh DailySocial

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memproyeksi nilai penjualan produk pangan segar melalui marketplace tembus ke lebih dari Rp180 triliun dalam lima tahun ke depan. Adapun, nilai penjualan di 2021 diperkirakan sebesar Rp21 triliun.

Lutfi menilai kontribusi penjualan produk pangan segar melalui marketplace masih kecil, tetapi pertumbuhannya signifikan. Apalagi, ia melihat tren banyaknya sinergi antara pelaku ritel modern dan perusahaan teknologi.

Jaringan peritel mulai mendorong penjualan dengan konsep online-to-offline (O2O) dengan menggandeng perusahaan teknologi yang memiliki kekuatan pada inovasi, ekosistem produk, hingga logistik.

GoTo Mengakuisisi 6,74% Saham Pemilik Jaringan Ritel Hypermart

GoTo resmi mengumumkan akuisisi 6,74% saham milik perusahaan jaringan ritel modern PT Matahari Putra Prima Tbk (IDX: MPPA) melalui PT Multipolar Tbk (IDX: MPLPL). Melalui divestasi saham ini, Multipolar akan mengantongi dana segar sebesar Rp355 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (7/10), Corporate Secretary Matahari Putra Prima Danny Kojongian menyatakan bahwa PT Multipolar Tbk (IDX: MPLPL) selaku pengendali saham Matahari Putra Prima, telah melepas sahamnya kepada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa yang setara 507.142.900 lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp700 per saham. Transaksi ini telah disepakati pada Senin, 4 Oktober 2021.

Matahari Putra Prima adalah anak usaha Lippo Group yang merupakan salah satu jaringan peritel modern terbesar di Indonesia. Beberapa gerai yang dimilikinya antara lain Hypermart, Foodmart Supermarket, Primo Supermarket, hingga Boston Health and Beauty. Saat ini Hypermarket memiliki 200 gerai yang tersebar di 72 kota di Indonesia.

Dalam pernyataan resminya, CEO Matahari Putra Prima Elliot Dickson mengatakan, pihaknya tengah memperkuat permodalan untuk mendorong pangsa pasar Hypermart dan mendukung investasinya di omnichannel. Adapun, Multipolar dan GoTo akan turut terlibat dalam peningkatan modal Matahari Putra Prima.

“Hypermart memanfaatkan situasi pandemi ini untuk memacu layanan e-groceries, di mana ada peningkatan hingga empat kali lipat selama setahun terakhir. Saat ini kami ingin mendorong posisi Hypermart sebagai pemimpin di pasar ritel omnichannel,” tutur Dickson.

Menyinergikan kapabilitas ekosistem GoTo

Survei NielsenIQ menyebutkan Hypermart menguasai 25% pangsa pasar supermarket dan hypermarket di Indonesia. Melalui aksi korporasi tersebut, kedua belah pihak dalam saling memperkuat posisinya di omnichannel, baik Hypermart maupun GoTo melalui GoMart.

GoTo dapat memanfaatkan pula kapabilitas ekosistem layanan terkait untuk memperkuat sinerginya dengan Hypermart, yakni lewat basis kuat pada layanan transportasi (GoRide & GoCar) dan kurir instan (GoSend).

Di samping itu, strategi Matahari Putra Prima untuk fokus terhadap layanan pemesanan produk segar dan kebutuhan sehari-hari berbasis omnichannel merupakan upaya melanjutkan realisasi kinerja positifnya di 2020.

Mengacu pada Annual Report 2020, bisnis online Hypermart memberikan kontribusi signifikan sebesar 4%-5% terhadap total penjualan tahun sebelumnya yang hanya 0,1%. Di 2021, pihaknya membidik pertumbuhan kontribusi sebesar 8%-10%.

Kinerja gerai online dan mitra O2O Hypermart / Sumber: Annual Report 2020
Kinerja gerai online dan mitra O2O Hypermart / Sumber: Annual Report MPPA 2020

Sejak pandemi, Matahari Putra Prima mulai melakukan transisi dengan masuk ke layanan grocery secara O2O. Di awal, perusahaan memperkenalkan layanan Hypermart Online dan Chat& Shop. Selain itu, Hypermart juga berkolaborasi dengan pemain O2O besar, seperti Shopee dan Tokopedia. Hypermart juga menambah opsi pembayaran lebih banyak, mulai dari OVO, ShopeePay, QRIS, dan mobile banking.

Per 2020, sebanyak 103 gerai Hypermart telah aktif terhubung dengan Hypermart Online, kemudian 125 gerai untuk Chat & Shop, 97 toko virtual di Grab Mart, 45 toko virtual di Shopee, dan 23 toko virtual di Tokopedia.

Aksi korporasi sejenis juga tengah dirampungkan oleh marketplace Blibli dengan pemilik gerai ritel Ranch Market. Berdasarkan keterbukaan informasi BEI beberapa waktu lalu, PT Global Digital Niaga yang menaungi Blibli melakukan penandatanganan Perjanjian Pengikat Pembelian Saham (PPPS) untuk mengakuisisi saham mayoritas PT Supra Boga Lestari sebanyak 797.888.628 saham atau setara 51% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.

Strategi ini juga memberikan sinyal bahwa Blibli tengah berupaya memperkuat layanan grocery miliknya, yakni BlibliMart. Berdasarkan laporan Blibli di 2020, perusahaan mengalami peningkatan transaksi bahan pokok harian hingga tiga kali lipat selama pandemi.

Projecting the Future of Online Grocery Startup in Indonesia

The online grocery allows the consumer to order groceries, such as vegetables and other ingredients, through an application. It was on-demand, the order will be delivered to their houses within a certain period, it is due to its freshness. The platform developer also has its own couriers.

In Indonesia, the penetration is still around the top-tier cities like Jabodetabek. Although, it still holds high potential. The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia said the online grocery value will grow at 198% from US$99 billion in 2019 to US$295 billion in 2023. Southeast Asia is projected to experience rapid growth, although in terms of value is not as big as in Japan, South Korea, or China. Indian and Indonesian market is projected as important for business for its scalability.

Online grocery platform journey in Indonesia

The online grocery concept has been started since the 2013’s. There were several players entering the market then, one of which still survives is SeroyaMart. While others like Sukamart chose not to continue the business. In the following year, other players began to appear, including regional migrant, Honestbee even though only lasted 1.5 years in Indonesia.

HappyFresh, SayurBox, KeSupermarket, Hypermart, GoMart, until the latest GrabFresh now serves the community. Each has strong business support.

First, HappyFresh, has entered Indonesia in 2015, they’ve expanded to 11 major cities in 3 countries, including Malaysia and Thailand. They serve users in Jadetabek, Bandung, Surabaya, and Malang. Sinar Mas Digital Venture, Vertex Ventures, Grab Ventures, LINE Ventures are some of the venture capitalists who have backed HappyFresh into a centaur, valuing above US$ 100 million.

HappyFresh driver-partners will help users shop in supermarkets and stores that have become partners, some of which are Transmart, Giant, Lotte Mart, and Super Indo. In addition, HappyCorporate exists to serve the needs of grocery in offices. Significant strategic cooperation was then built with Grab, resulting in GrabFresh services. Compete directly with Gojek’s GoMart, which offers similar services.

HappyFresh driver partners taking groceries for consumer to retail partners
HappyFresh driver partners taking groceries for consumer to retail partners

SayurBox has become an online grocery startup that has succeeded in becoming a centaur, through funding provided by Insignia Venture, Patamar Capital, East Ventures and Tokopedia. The approach is different, they are connected directly with farmers or sales partners to distribute their merchandise through the application. In addition to providing fresh produce, they have a mission to break the supply chain so as to provide better income for farmers. At the moment, SayurBox is only operating in Jabodetabek.

Tokopedia also has its own agenda with the involvement. Delivered on a separate occasion by CEO William Tanuwijaya, the corporate action was carried out in order to smooth the company’s plan to realize its vision of being “Infrastructure as a Service” in the field of commerce. The expected impact of SayurBox, besides completing the product category – there is now a separate channel on the Tokopedia page – also provides an expansion of features on the demand and agtech side. For information, Tokopedia also invests in other vertical startups related to retail.

Consolidation with retail

As a transformative effort, Ranch Market and Farmers Market retailers finally entered the digital industry in 2016 by cooperating with Kresna Graha Investama. They present a grocery online platform called KeSupermarket. An online-to-offline scheme through the “Collect in Store” feature is also presented, allowing users to take items purchased online at offline stores, while still providing logistical services.

As other retailers like Hypermart do, they present digital services on websites and mobile applications to make it easy for users to get their products. The O2O scheme is also implemented to provide options, therefore, users can pick up their purchases at the store themselves. Giant, Hero, Transmart, Lotte Mart also finally took a similar approach to developing digital channels.

Although these retailers have their own applications, it does not necessarily get high interest from users. For example, if you see download statistics on Google Play, the grocery online app startup gain higher downloads. Meanwhile, what players like HappyFresh do is actually connects consumers with products in retail such as LotteMart.

Applications (Android) Total Downloads
LotteMart Indonesia 10.000+
Hypermart Online 100.000+
SayurBox 500.000+
HappyFresh 1.000.000+

There are indeed many variables, one of which can be analyzed is each business’ focus. Grocery online startups try to consolidate catalogs of various retailers to be easily accessed on one channel. The benefit is, users can get a more complete variant by surfing in one place. The focus is on accommodating the ordering process without having to think about the product supply chain directly so that they can also focus more on managing the logistics system.

Moreover, the development of grocery services (or in collaboration with) ride-hailing providers. They already have a strong foundation in the distribution system, taking advantage of driver-partners who are available in various locations. This is what makes Gojek confident with GoMart, in the midst of business efficiency through the reduction of features, such as GoLife services were stopped, leaving only GoClean and GoMassage.

A more open system also allows online grocery players to connect directly with product brands, such as partnerships that are now being intensified by players. This will have an impact on the supply chain, thereby making prices more affordable.

Not always have a clear path

Made a succession of HappyFresh and RedMart Singapore to Lazada become the highlight of the end of 2016, also to show the tight competition of the online grocery business in Southeast Asia. In the next years, some last but many also fell. Last year, Honestbee has a serious financial issue and shut down business in some countries, including Indonesia. Then, rumor has it with Grab and Gojek business exploration, but it didn’t go as planned.

Honestbee's founders, Singapore's online grocery startup failed to gain business growth
Honestbee’s founders, Singapore’s online grocery startup failed to gain business growth

Launched in 2015, Honestbee has launched an aggressive growth strategy. Successful in their home country, Singapore, they soon expanded to seven neighboring countries including Hong Kong, Taiwan, Thailand, Indonesia, the Philippines and Japan. The business system, they employ freelancers or so-called “Bees” to help spend orders and send to users – a concept that is now increasingly familiar with Indonesian consumers.

In addition, Honestbee has briefly presented the concept of food delivery in Singapore. However, boosted growth has a direct impact on their finances. In the end of 2018 the company reportedly began to run out of capital, they began to dismiss employees and stop several business units, including R&D centers in India and Vietnam. Indeed, the loss that reaches millions of US dollars has succeeded with a large number of user acquisition, but the traction is not as good as expected.

The thing is, not every market share ready with these services. It was still in 2017 back then. Users in Indonesia were only familiar with e-commerce services, seeing many surveys that the average product purchased online was a gadget or fashion product. Unreliable logistics are a major problem for the delivery of fresh food. Furthermore, the services offered by Honestbee is not on-demand.

Pandemic support popularity

HappyFresh and SayurBox finally developed for a local touch. They see the fundamental problems above, such as logistics, become priorities to be resolved first. The service also operates in large urban areas that are subject to traffic congestion, but it still seeks fast delivery to home – users can view estimated delivery times and track current status.

HappyFresh CEO Guillem Segarra once said, instead of considering points on the map, their expansion strategy was always based on a market-driven approach. They choose not to rush and only come to markets that really need the solutions offered. Segarra claims to have benefited in the market where its services currently operate.

In 2020, the grocery online business might obtain a surge of high users. The Covid-19 pandemic made people start using the service, because there was an appeal not to travel outside the home. Sure enough, there are currently a lot of product stocks on empty platforms. The shipping queues have also piled up – they cannot be shipped the same day. The important point is that there is a growing awareness among Indonesian consumers.

However, e-commerce also began speeding the grocery category, such as Lazada’s strategy after the acquisition of RedMart. Local companies have begun to show the same signs. For example, Blibli with the Blibli Mart, presenting the O2O concept of product daily necessity. The same thing was done by JD.id.

Online grocery will have a bright future, in the midst of increasingly digital habits, as well as consolidated retail and platform. This is in terms of the currently visited market, as in Jabodetabek. Beyond that, there are still many left to do to be validated because basically what startups offer in this vertical is to change the culture of the community, especially among housewives.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Menakar Masa Depan Startup “Online Grocery” di Indonesia

Layanan online grocery memungkinkan pengguna memesan kebutuhan sehari-hari, seperti sayuran dan bahan makanan lainnya, lewat aplikasi. Bentuknya on-demand, pesanan diantar langsung ke rumah masing-masing dalam kerangka waktu yang ditentukan, biasanya juga untuk menjaga kesegaran. Tak ayal pengembang platform tersebut juga punya kurir pengantarannya sendiri.

Di Indonesia, penetrasinya masih di seputar kota besar seperti Jabodetabek. Meski demikian, potensinya dinilai masih besar. The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia menyebutkan bahwa nilai pasar online grocery akan bertumbuh 198% dari US$99 miliar di 2019 jadi US$295 miliar di 2023. Asia Tenggara diproyeksikan akan mendapati pertumbuhan tercepat, kendati secara nilai belum sebesar di Jepang, Korsel dan Tiongkok. Pasar di India dan Indonesia juga akan semakin penting bagi pebisnis karena skalanya.

Perjalanan online grocery di Indonesia

Konsep online grocery sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2013-an. Waktu itu ada beberapa pemain yang hadir ke pasaran, salah satu yang masih bertahan sampai sekarang SeroyaMart. Sementara lainnya seperti Sukamart memilih tidak melanjutkan bisnis. Di tahun berikutnya mulai bermunculan pemain lain, termasuk pendatang dari regional Honestbee walau cuma bertahan 1,5 tahun di Indonesia.

HappyFresh, SayurBox, KeSupermarket, Hypermart, GoMart, sampai yang terbaru GrabFresh kini melayani masyarakat. Masing-masing juga punya dukungan bisnis yang kuat.

Pertama HappyFresh, hadir di Indonesia sejak tahun 2015, kini mereka sudah menjangkau 11 kota besar di 3 negara, termasuk Malaysia dan Thailand. Mereka melayani pengguna di Jadetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang. Sinar Mas Digital Venture, vertex Ventures, Grab Ventures, LINE Ventures adalah beberapa dari nama pemodal ventura yang kini sudah membawa HappyFresh jadi centaur, bervaluasi di atas US$100 juta.

Mitra HappyFresh akan membantu membelanjakan kebutuhan pengguna di supermarket dan toko yang telah menjadi mitra, beberapa di antaranya Transmart, Giant, Lotte Mart, dan Super Indo. Selain itu, kini juga sudah ada HappyCorporate untuk melayani kebutuhan grocery di perkantoran. Kerja sama strategis yang cukup signifikan kemudian dibangun bersama Grab, menghasilkan layanan GrabFresh. Bersaing langsung dengan GoMart milik Gojek yang menyajikan layanan serupa.

Mitra HappyFresh membelanjakan pesanan konsumen ke ritel mitra / HappyFresh
Mitra HappyFresh membelanjakan pesanan konsumen ke ritel mitra / HappyFresh

SayurBox juga jadi startup online grocery yang berhasil sandang status centaur, melalui pendanaan yang diberikan oleh Insignia Venture, Patamar Capital, East Ventures dan Tokopedia. Pendekatannya beda, mereka terhubung langsung dengan petani atau mitra penjual untuk mendistribusikan dagangannya lewat aplikasi. Selain memberikan produk segar, mereka miliki misi untuk memutus rantai pasokan sehingga memberikan penghasilan lebih baik kepada petani. Saat ini SayurBox baru beroperasi di Jabodetabek.

Tokopedia tentu juga punya agenda dengan keterlibatannya pada investasi tersebut. Disampaikan dalam kesempatan terpisah oleh CEO William Tanuwijaya, aksi korporasi dilakukan demi muluskan rencana perusahaan realisasikan visi menjadi “Infrastructure as a Services” di bidang perniagaan. Dampak yang diharapkan dari SayurBox, selain melengkapi kategori produk –saat ini sudah ada kanal tersendiri di laman Tokopedia—juga memberikan perluasan fitur di sisi on-demand dan agtech. Sebagai informasi, Tokopedia juga berinvestasi ke startup vertikal lain yang masih berhubungan dengan ritel.

Konsolidasi dengan ritel

Sebagai upaya transformatif, peritel Ranch Market dan Farmers Market tahun 2016 lalu akhirnya masuk juga ke ranah digital menggandeng Kresna Graha Investama. Mereka menghadirkan platform online grocery bernama KeSupermarket. Skema online-to-offline melalui fitur “Collect in Store” turut dihadirkan, memungkinkan pengguna mengambil item yang dibeli online di toko offline, kendati tetap menyediakan layanan logistik.

Demikian juga yang dilakukan peritel lain seperti Hypermart, mereka sajikan layanan digital dalam situs web dan aplikasi ponsel untuk mudahkan pengguna dapatkan produk mereka. Skema O2O juga diterapkan, untuk memberikan pilihan agar pengguna dapat mengambil sendiri belanjaannya di toko. Giant, Hero, Transmart, Lotte Mart juga akhirnya lakukan pendekatan serupa dengan kembangkan kanal digital.

Kendati peritel tersebut punya aplikasinya sendiri-sendiri, tidak serta-merta mendapatkan minat yang tinggi dari pengguna. Misalnya jika melihat statistik unduhan di Google Play, aplikasi dari startup online grocery mendapatkan unduhan yang lebih tinggi. Sementara, yang dilakukan pemain seperti HappyFresh sebenarnya juga menghubungkan konsumen dengan produk-produk di ritel seperti LotteMart.

Aplikasi (Android) Total Unduhan
LotteMart Indonesia 10.000+
Hypermart Online 100.000+
SayurBox 500.000+
HappyFresh 1.000.000+

Tentu banyak variabel yang membedakan, salah satu yang dapat dianalisis adalah mengenai fokus bisnis masing-masing. Startup online grocery mencoba mengkonsolidasikan katalog berbagai peritel agar mudah diakses di satu kanal. Manfaatnya, pengguna bisa mendapatkan varian yang lebih lengkap dengan berselancar di satu tempat. Fokusnya mengakomodasi proses pemesanan tanpa harus memikirkan rantai pasokan produk secara langsung membuat mereka juga bisa lebih fokus mengelola sistem logistik.

Terlebih layanan grocery yang dikembangkan (atau bekerja sama dengan) penyedia ride-hailing. Mereka telah memiliki fondasi yang kuat di sistem distribusi, manfaatkan mitra pengemudi yang tersedia di berbagai penjuru lokasi. Poin ini yang membuat Gojek masih yakin dengan GoMart, di tengah efisiensi bisnis melalui pengurangan fitur yang sempat dilakukan – banyak layanan GoLife yang dihentikan, menyisakan hanya GoClean dan GoMassage.

Sistem yang lebih terbuka juga memungkinkan pemain online grocery terhubung langsung dengan brand produk, seperti kemitraan yang kini digencarkan oleh para pemain. Ini akan berdampak pada rantai pasokan, sehingga membuat harga lebih terjangkau.

Tidak selalu mulus

Suksesi CEO HappyFresh dan penjualan RedMart Singapura ke Lazada menjadi sorotan di akhir tahun 2016, sekaligus menunjukkan kerasnya persaingan bisnis online grocery di kawasan Asia Tenggara kala itu. Di tahun-tahun selanjutnya ada yang masih bertahan, namun ada juga yang tumbang. Tahun lalu Honsetbee mengalami isu keuangan yang serius, lantas menghentikan operasionalnya di banyak negara, termasuk Indonesia. Kala itu sempat santer terdengar kabar penjajakan penjualan bisnis ke Grab dan Gojek, namun tidak berbuah manis.

Para pendiri Honestbee, startup online grocery Singapura yang gagal capai pertumbuuhan bisnis / Strait Times
Para pendiri Honestbee, startup online grocery Singapura yang gagal capai pertumbuuhan bisnis / Strait Times

Diluncurkan sejak tahun 2015, Honestbee canangkan strategi pertumbuhan yang cukup agresif. Sukses di negara asalnya, Singapura, mereka segera lakukan ekspansi ke tujuh negara tetangka termasuk Hong Kong, Taiwan, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Jepang. Sistem bisnisnya, mereka memperkerjakan freelancer atau yang disebut dengan “Bees” untuk membantu membelanjakan pesanan dan mengirimkan kepada pengguna — konsep yang saat ini makin akrab dengan konsumen Indonesia.

Tidak berhenti di sana, Honestbee juga sempat menghadirkan konsep food delivery di Singapura. Namun pertumbuhan yang terus digenjot berdampak langsung pada keuangan mereka. Dalam mulai akhir 2018 perusahaan dikabarkan mulai kehabisan modal, mereka pun mulai melakukan pemecatan karyawan dan menghentikan beberapa unit bisnis, termasuk pusat R&D di India dan Vietnam. Memang, kerugian yang mencapai jutaan dolar AS berimplikasi pada perolehan jumlah pengguna yang banyak, tapi sayangnya tidak menghasilkan traksi seperti yang diharapkan.

Hal yang kurang dipertimbangkan, tidak semua pangsa pasar siap dengan layanan tersebut. Waktu itu masih di tahun 2017. Pengguna di Indonesia baru akrab dengan layanan e-commerce, melihat banyak survei rata-rata produk yang dibeli secara online adalah gadget atau produk fesyen. Logistik yang belum reliable jadi masalah utama untuk pengiriman bahan makanan segar. Maka layanan yang ditawarkan Honestbee pun akhirnya kurang diminati.

Pandemi dongkrak popularitas

Sentuhan lokal akhirnya coba digarap oleh HappyFresh dan SayurBox. Mereka melihat masalah mendasar di atas, seperti logistik, menjadi prioritas untuk diselesaikan sejak dini. Layanan juga beroperasi di wilayah perkotaan besar yang syarat dengan kemacetan, namun pihaknya tetap mengupayakan pengiriman cepat ke rumah – pengguna bisa melihat estimasi waktu pengiriman dan melacak status terkini.

CEO HappyFresh Guillem Segarra pernah menyampaikan, alih-alih mempertimbangkan titik di peta, strategi ekspansi mereka selalu didasarkan pada pendekatan market-driven. Mereka memilih tidak terburu-buru dan hanya mendatangi pasar yang benar-benar butuh solusi yang ditawarkan. Segarra mengklaim telah mendapatkan keuntungan di pasar tempat layanannya beroperasi saat ini.

Tahun 2020 tampaknya bisnis online grocery akan mendapati lonjakan pengguna tinggi. Pandemi Covid-19 membuat orang-orang mulai manfaatkan layanan tersebut, karena ada imbauan untuk tidak bepergian ke luar rumah. Benar saja, saat ini banyak stok produk di platform yang kosong. Antrean pengiriman pun juga sudah menumpuk – sampai tidak bisa dikirimkan ke hari yang sama. Poin pentingnya, ada awareness yang makin terbangun di kalangan konsumen Indonesia.

Tapi tidak bisa lengah, pasalnya e-commerce juga mulai kebut kategori grocery, seperti strategi Lazada pasca akuisisi RedMart. Perusahaan lokal pun sudah mulai perlihatkan gelagat yang sama. Misalnya yang dilakukan Blibli dengan menghadirkan Blibli Mart, hadirkan konsep O2O jajakan produk kebutuhan sehari-hari. Hal serupa juga dilakukan oleh JD.id.

Online grocery akan memiliki masa depan yang cerah, di tengah kebiasaan masyarakat yang semakin digital, serta konsolidasi ritel dan platform yang semakin baik. Ini dalam konteks di pasar yang saat ini sudah disinggahi, yakni Jabodetabek. Di luar itu, masih banyak PR yang harus divalidasi karena pada dasarnya yang ditawarkan startup di vertikal ini adalah mengubah kultur masyarakat, khususnya di kalangan ibu rumah tangga.

Aplikasi “Grocery” Online Hypermart Segera Diresmikan, Kini Melayani Berbagai Kota

Layanan grocery Hypermart dipastikan bakal resmi meluncur dalam beberapa minggu ke depan. Saat ini aplikasi berbasis iOS dan Android sudah tersedia dan konsumen sudah bisa mencobanya. Tak hanya di kawasan Jabodetabek, tapi juga di kota-kota yang memiliki jaringan ritel hypermarket milik Lippo Group ini.

Di bulan Desember lalu, layanan ini hanya tersedia di 7 Hypermart di seputar Jabodetabek. Jika Anda mencoba aplikasi ini sekarang, Anda bisa mencobanya di berbagai kota, bahkan di luar Jawa sekalipun. Pembayaran bisa dilakukan secara COD, gesek kartu kredit, atau transfer.

Disebutkan layanan ini masih mengandalkan tim internal untuk pengantaran.

Bersiap menghadapi kompetitor

Kehadiran aplikasi grocery online sendiri sudah mulai umum diadopsi konsumen di kota besar. Go-Mart, Honestbee, HappyFresh, dan KeSupermarket (dikelola pemilik Ranch Market dan Farmer’s Market) adalah nama-nama yang menyasar segmen ini.

Keunggulan Hypermart dibanding layanan serupa adalah ketersediaannya di berbagai kota yang sudah memiliki jaringan Hypermart. Tentu saja pertanyaannya apakah memang ada demand yang memadai di kota-kota lain, di luar Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya, untuk layanan berbelanja on-demand seperti ini.

Kita tunggu peluncuran aplikasi Hypermart dalam beberapa waktu ke depan dan bagaimana visinya dalam merebut kue pasar grocery di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Melihat Peta Persaingan Layanan “Grocery” Online di Indonesia

Penggantian CEO HappyFresh dan penjualan RedMart Singapura ke Lazada menjadi highlight akhir tahun 2016 yang menunjukkan kerasnya persaingan bisnis grocery online di kawasan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Melihat peta persaingan yang ada, model bisnis yang tampaknya bakal bertahan adalah yang berafiliasi dengan pemain ritel konvensional yang sudah ada.

Sekitar 4-5 tahun yang lalu, beberapa pemain teknologi berusaha men-disrupt bisnis pasar swalayan. Mereka menciptakan inventorinya sendiri dan berusaha menjadi pasar swalayan yang hanya beroperasi secara online. Fast forward ke tahun 2017, kebanyakan dari mereka tidak bisa bertahan.

Hanya SeroyaMart yang tersisa dari rezim lama dan masih bergerilya berjualan melalui beberapa marketplace besar, meskipun tampaknya tidak lagi mempertahankan layanan e-commerce-nya sendiri.

Tahun ini setidaknya ada 5 pemain layanan grocery online di Indonesia. Mereka adalah HappyFresh, Honestbee, KeSupemarket, Hypermart, dan Go-Mart. Yang terakhir merupakan bagian Go-Jek. KeSupermarket adalah joint venture grup pemilik Ranch Market dan Kresna Graha Investama, sedangkan Hypermart merupakan perpanjangan tangan grup ritel Lippo yang dikelola MatahariMall.

Kendati dari sisi nominal pangsa pasar bisnis grocery online belum signifikan di Indonesia, masih ada keyakinan bagi mereka untuk mengeksploitasi lebih dalam potensi di segmen tersebut.

Grocery sebagai kebutuhan pokok masyarakat, setiap rumah membutuhkannya / Pixabay
Grocery sebagai kebutuhan pokok masyarakat, setiap rumah membutuhkannya / Pixabay

Mendefinisikan model bisnis kepada masyarakat

Jika melihat segmentasi produk yang dijajakan, grocery adalah barang yang sehari-hari dibutuhkan di setiap rumah, bahan makanan. Segmentasinya jelas, kebutuhan rumah tangga, umumnya dikelola oleh ibu atau asisten rumah tangga. Implikasinya penyedia layanan grocery perlu menyesuaikan strategi manuver (pemasaran, penyampaian produk dan lain-lain) yang sesuai dengan pangsa pasarnya.

Mengambil kasus di Jabodetabek, pasar tersebut sedang didominasi digital native dan digital immigrant, namun memiliki kadar kepekaan terhadap digitalisasi yang jauh berbeda. Para ibu di perkotaan, yang tech savvy, umumnya perempuan karier dan menyerahkan kebutuhan rumah tangga kepada asisten di rumah (umumnya non tech savvy). Sementara ibu rumah tangga yang berbelanja langsung secara sehari-hari masih banyak dikategorikan ke dalam digital immigrant.

Polanya menjadi semakin jelas, produknya menjadi kebutuhan banyak orang, tetapi pembelanjanya memiliki level yang perlu disesuaikan dan diedukasi dalam mengadopsi digitalisasi. Tantangannya tentu bagaimana membawa layanan online grocery ke segmentasi mayoritas tersebut.

Pendekatan terpadu perlu dilakukan dengan mendefinisikan ulang layanan online grocery secara lebih gamblang, memasarkannya dalam medium yang tepat dan melakukan edukasi pengguna dari hulu ke hilir. Masih terlalu lama untuk menunggu golongan digital native menjadi mayoritas konsumen di pasar produk grocery.

Keterlibatan komponen lain untuk penetrasi layanan online grocery

Melewati era millenium, pertumbuhan pengguna digital di Indonesia begitu signifikan, semua survei dan penelitian menyatakan simpulan yang sama. Internet menjadi faktor utama, kemampuannya untuk melebur jarak dan waktu membuat penggunanya terbuai. Lebih spesifik layanan internet yang makin memanjakan, ditambahkan penetrasi perangkat pintar yang tak kalah tinggi angkanya. Namun internet dan perangkat pintar tak akan mungkin sepopuler itu tanpa ada layanan/aplikasi pendukung di dalamnya.

Digitalisasi banyak didorong penetrasi mobile, e-commerce dan on-demand / Pixabay
Digitalisasi banyak didorong penetrasi mobile, e-commerce dan on-demand / Pixabay

Di Indonesia, popularitas digital dalam sektor riil banyak didorong hal-hal berikut ini yang memberikan edukasi secara native untuk adopsi layanan digital dalam aktivitas masyarakat, yakni media sosial, e-commerce dan on demand. Orang menjadi terbiasa berkomunikasi online berkat media sosial, orang menjadi terbiasa bertransaksi online berkat e-commerce, dan orang menjadi percaya untuk memilih layanan berbasis aplikasi berkat on demand.

Kembali kepada pasar online grocery, layanan ini trennya masih akan dianggap baru, sebelum ketiga hal di atas (media sosial, e-commerce, on demand) membentuk budaya baru dalam pemenuhan kebutuhan ini. Sama seperti ketika orang mulai meninggalkan taksi menuju layanan berbasis aplikasi. Selama kultur tersebut belum berhasil tertanam, tantangannya masih sangat besar, terlebih jika mengembalikan pada segmentasi konsumennya.

Ini hanya masalah waktu, karena ketiga hal di atas saat ini sudah mulai memperkenalkan sistem yang sama. Sebagai contoh melalui Go-Mart, orang yang sebelumnya sudah sangat terbiasa menggunakan aplikasi untuk memesan ojek, akan dibiasakan berbelanja menggunakan jasa tukang tersebut. Tak terkecuali segmen e-commerce yang memberikan pelayanan yang lebih luas, dengan cakupan produk makin beragam dan dukungan logistik satu jam sampai.

Ya, online grocery diperkirakan masih akan bergantung pada popularitas layanan lain dalam berkembang di Indonesia. Kendati demikian, dengan angka yang minim di wilayah yang terbatas, online grocery masih terlihat menjanjikan. HappyFresh pernah merilis sebuah laporan yang menyatakan tahun 2020 total pasar grocery online di Asia akan mencapai lebih dari Rp 182,4 triliun.


Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

Hypermart Uji Coba Aplikasi Grocery Online

Hype aplikasi grocery online terus berlanjut. Setelah HappyFresh, Honestbee, dan KeSupermarket, kini hadir aplikasi mobile Hypermart yang mengandalkan jaringan pasar swalayan besar milik Lippo Group ini. Di masa uji coba ini, aplikasi Hypermart, yang sementara ini hanya tersedia di platform Android, memberikan layanan untuk mereka yang tinggal di radius 10 km dari 7 gerai Hypermart percontohan di Jabodetabek. Mereka akan menggelar layanan yang lebih besar di tahun 2017.

Spin off Hypermart dari MatahariMall menyusul “kakaknya” Matahari Store yang sudah resmi meluncurkan aplikasi mobile tersendiri. MatahariMall mengakomodasi operasional aplikasi ini, tapi kami belum memiliki informasi lebih lanjut apakah Hypermart sudah memiliki tim shopper dan jasa logistik yang terdedikasi untuk mengurusi layanan online-nya.

Tidak banyak yang membedakan aplikasi Hypermart ini dengan aplikasi grocery online lainnya. Mereka menjanjikan pengantaran ke rumah di hari yang sama (same day delivery), COD (cash on delivery), beli online dan ambil di store (O2O), dan pencarian produk yang diklaim lebih mudah.

Selain metode pembayaran dengan COD, aplikasi Hypermart juga mendukung pembayaran dengan menggunakan kartu kredit dan bank transfer.

Aplikasi yang baru diperbarui tanggal 20 Desember ini melayani konsumen yang bertempat tinggal di radius 10 km dari Hypermart Cyberpark Karawaci, Puri Indah,Kemang, WTC Serpong, Mega Glodok Kemayoran, Cibubur, dan Serang.

Pihak MatahariMall sendiri menjanjikan update yang lebih intensif tentang operasional online Hypermart awal tahun depan.

Kehadiran aplikasi Hypermart dan KeSupermarket — yang terakhir ini dikelola oleh pemilik Ranch Market dan Farmer’s Market — membuat pasar segmen ini semakin kompetitif. Dua pemain yang berasal dari sektor teknologi, HappyFresh dan Honestbee harus terus memperkuat kemitraannya dengan berbagai layanan untuk membuatnya tetap relevan.


Disclosure: Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

Application Information Will Show Up Here