Buka Kesempatan Bagi Startups Lokal Berinovasi, MRT Jakarta Kembali Hadirkan Program Inkubator

Upaya membangun ekosistem ekonomi digital di Indonesia memerlukan sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan, terutama dukungan dari regulator terhadap perusahaan rintisan (startups). PT MRT Jakarta (Perseroda) memahami dan mendorong setiap upaya bekerja sama dengan perusahaan rintisan dengan kembali meluncurkan “MRTJ Incubator 2022”. Program ini diklaim menawarkan sinergi yang apik tak hanya bagi bisnis MRT Jakarta semata, namun juga bagi para pelaku startups teknologi tanah air. Seperti apa?

Sejatinya, bukan kali pertama bagi MRT Jakarta berpartisipasi dalam pengembangan ekosistem digital. Inisiatif yang dijajaki pada 2020 lalu juga mengambil langkah serupa. Beberapa startups lokal seperti Soul Parking, Riliv, Higo, Kanvas, dan Legalku terpilih dan mendapatkan kesempatan bergabung dan menggunakan ekosistem MRT Jakarta, dukungan dalam pengembangan bisnis, sekaligus pendampingan dari tim internal PT MRT Jakarta (Perseroda) bersama sejumlah pendiri serta pionir perusahaan rintisan bahkan venture capital.

Pada 2022 ini, MRT Jakarta kembali dengan MRTJ Incubator yang akan berfokus pada industri SaaS (HR/financial) platform, MaaS and supply platform, Logistic, dan IoT (smart city). Terkait pengembangan produk dan jasa dari layanan MRT Jakarta, melalui kolaborasi ini diharapkan bisa melahirkan inovasi-inovasi baru yang mendorong kualitas operasional layanan MRT Jakarta, seperti misalnya terkait pengalaman pelanggan, hingga meningkatkan mutu kawasan layanan MRT Jakarta.

Tak luput, MRTJ Incubator 2022 juga memboyong sejumlah agenda bagi startups pemula. Agenda tersebut berupa program dan kurikulum yang telah disiapkan terdiri dari; webinar nasional, coaching dan product development, sampai dukungan uji coba produk dan evaluasi bagi startups pemula yang tergabung.

Sebagai tahap awal, MRTJ Incubator akan menyelenggarakan Kick Off Webinar “Innovative Solution Talk” pada Jumat (28-1-2022), yang akan dilengkapi dengan sesi diskusi bersama narasumber ahli dengan tema “Startups in MRTJ Ecosystem: Innovative Solutions for Streamlining Railway Operations”. Rencananya, webinar tersebut akan membahas topik-topik seputar kebutuhan inovasi baru dari ekosistem MRT Jakarta, berikut dengan pembahasan mengenai program kolaboratif dengan startups, dan juga akan membahas seputar “Product-Market Fit” yang tentunya akan bermanfaat bagi startups pemula.

Webinar nanti juga rencananya bakal menggandeng sejumlah pembicara ternama yang datang dari pakar, maupun petinggi perusahaan teknologi Indonesia yang terkemuka, seperti Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Farchad Mahfud, Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta, President Director Alodokter, Co-Founder dan COO dari Wallex, Co-Founder dan CEO dari GoWork dan tim MRT Jakarta lainnya. Ajang ini juga akan mengumumkan Top Six Startups yang terpilih untuk melaju ke tahap selanjutnya.

Startups terpilih akan mendapat kesempatan untuk bisa mengimplementasikan beberapa solusi yang mereka tawarkan guna meningkatkan pengalaman digitalisasi bagi ekosistem MRT Jakarta, berikut dengan divisi internal dari MRT Jakarta yang berfokus pada divisi-divisi seperti; business development, operation & maintenance, dan juga finance & corporate management. Informasi selanjutnya bisa Anda cek di akun official media sosial MRT Jakarta atau dengan mengunjungi tautan ini.

[Video] Misi Skystar Ventures Membangun Ekosistem Startup lewat Mahasiswa

Skystar Ventures adalah inkubator startup UMN yang memiliki fokus pengembangan sumber daya manusia, startup tahap awal, dan startup tahap berkembang sehingga memberi nilai tambah.

Di video ini, DailySocial bersama Octa Ramayana dari Skystar Ventures membahas cara dan strategi perusahaan dalam mengembangkan ekosistem startup, khususnya di kalangan mahasiswa.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Daftar Program Inkubator dan Akselerator untuk Startup Indonesia 2021

Program inkubator atau akselerator startup dapat dipilih founder untuk membantu memaksimalkan proses peningkatan skala bisnis. Pada umumnya, program tersebut menawarkan rangkaian kegiatan pembelajaran dengan kurikulum yang spesifik — bahkan beberapa di antaranya memilih banyak fokus di vertikal bisnis tertentu saja.

Kendati dikemas dalam aktivitas yang hampir sama, inkubator dan akselerator memiliki perbedaan spesifik, terutama dalam kaitannya dengan target pesertanya. Inkubator lebih fokus kepada startup tahap awal, bahkan startup yang baru mau terbentuk. Tujuan utamanya membantu founder untuk mengembangkan ide, model bisnis, hingga mengeksekusi minimum viable product (MVP).

Sementara program akselerator fokusnya membantu startup yang sudah mencapai product-market fit [penerimaan produk di pasar] untuk melakukan eskalasi bisnis atau growth. Di tahap ini founder akan lebih banyak diajarkan tentang bagaimana melakukan ekspansi produk, growth hacking, hingga penggalangan dana ke investor untuk tahapan lebih lanjut.

Dari tahun ke tahun, program inkubator dan akselerator startup terus bermunculan dari berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan DailySocial, per tahun 2021 ini ada sekitar 17 program inkubator dan/atau akselerator yang masih aktif membuka batch untuk startup baru. Banyak di antaranya mengonversi kegiatan secara virtual di tengah pembatasan akibat pandemi.

Berikut daftar selengkapnya:

Inkubator Akselerator Startup Indonesia 2021

Sebagian besar, rangkaian program akselerator startup di Indonesia terdiri dari beberapa agenda. Dimulai dari seleksi ketat melalui perencanaan dan proyeksi bisnis — juga kecakapan founder. Dilanjutkan sesi mentoring dengan para pakar di berbagai bidang, mulai dari bisnis, pemasaran, hingga teknologi.

Tak sedikit pula saat sesi mentoring penyelenggara mempertemukan startup dengan berbagai kalangan, termasuk investor. Gunanya untuk memberikan validasi terhadap bisnis yang dikembangkan dari perspektif penanam modal. Sesi ini rata-rata memakan waktu yang cukup lama, berkisar antara 1 s/d 6 bulan. Dan setiap batch ada yang merekrut lima sampai puluhan startup binaan.

Acara puncaknya, startup akan diminta untuk melakukan pitching dalam sebuah “demo day”. Penyelenggara akan mengundang berbagai pihak, terutama venture capital, angel investor, hingga perusahaan yang berpotensi menjadi mitra strategis mereka.

DailySocial sendiri memiliki program inkubator yang dilakukan secara rutin setiap tahun bernama DSLaunchpad. Tahun 2021 rangkaian kegiatan akan sepenuhnya dilakukan secara online, mempertemukan founder dengan kurikulum pengembangan bisnis komprehensif, dipandu jajaran mentor berpengalaman. Pembaruan informasi tentang program tersebut dapat disimak melalui laman https://launchpad.dailysocial.id/.


Disclosure: Marsya Nabila berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini.
Gambar Header: Depositphotos.com

Saoraja Hub Kembali Digelar, Program Inkubator Bisnis dan Startup di Indonesia Timur

Setelah tahun lalu Saoraja Hub meluncurkan program inkubasi startup batch pertama, tahun ini mereka melanjutkan batch kedua. Rencananya akan digelar akhir bulan Juli 2020. Program yang diinisiasi oleh Kalla Group tahun 2018 lalu ini, ingin menyaring lebih banyak ide segar dan inovasi digital terutama bagi pelaku startup di Indonesia Timur.

VP of Business Development Kalla Group, Saoraja Hub Damoza Nirwan mengungkapkan, berbeda dengan tahun lalu yang hanya fokus kepada startup, tahun ini Saoraja Hub ingin mengundang lebih banyak masyarakat di Indonesia Timur yang memiliki ide menarik dari berbagai kalangan. Mulai dari pelajar hingga ibu rumah tangga, jika mereka memiliki ide segar yang nantinya memiliki potensi untuk dikembangkan, berhak untuk mengikuti kegiatan ini.

“Berbeda dengan investasi yang diberikan oleh perusahaan modal ventura lainnya yang hanya fokus kepada investasi, batch kedua ini kami ingin mengajak lebih banyak masyarakat untuk berpartisipasi menyampaikan ide mereka yang relevan dengan kondisi pandemi dan new normal,” kata Damoza.

Nantinya startup yang beruntung serta ide dari peserta yang lolos dari proses penyaringan, berhak mendapatkan bimbingan berupa mentoring dari pihak internal Kalla Group dan Kalla Business School. Mereka juga bisa mendapatkan pendanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan hingga kesempatan networking dengan ekosistem di Kalla Group.

Kategori ide dan startup agnostik

Disinggung startup atau ide seperti apa yang menarik perhatian dari Saoraja Hub batch kedua tahun ini, Damoza menyebutkan secara khusus mereka tidak hanya mengincar pada satu atau dua kategori saja. Selama ide tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan, Saoraja Hub akan menerima semua ide yang masuk. Demikian pula dengan startup yang saat ini mungkin masih dalam tahap early stage dan membutuhkan networking hingga pendanaan untuk tumbuh, Saoraja Hub siap membantu.

“Jika nantinya ada ide dari peserta atau model bisnis dari startup yang relevan dengan lini bisnis dari Kalla Group, menjadi tidak mungkin proses akuisisi akan kami lakukan. Namun sesuai dengan misi awal Saoraja Hub, kami ingin mengajak lebih banyak masyarakat di Indonesia Timur lebih kreatif menghadirkan inovasi baru,” kata Damoza.

Saoraja Hub juga mengundang investor di luar dari Kalla Group, seperti yang telah dilakukan di batch pertama melibatkan Mandiri Capital Indonesia (MCI) untuk berinvestasi di startup yang mengikuti program inkubasi mereka. Di batch yang pertama beberapa startup terpilih yang mengikuti program inkubasi Saoraja Hub di antaranya adalah Aidu (Education), Digital Desa (Government), Mall Sampah (Environment), Panen Mart (Agricultural) dan Perawat.Id (Health).

“Tahun ini karena ada dua kategori yaitu startup dan idea innovation harapannya akan lebih banyak lagi peserta yang tertarik untuk mengikuti kegiatan ini, terutama bagi semua kalangan di Indonesia Timur,” kata Damoza.

Mengoptimalkan Keikutsertaan Founder dan Startup di Program Inkubator

Program inkubator atau akselerator masih akan relevan saat ini, khususnya bagi startup tahap awal yang tengah memvalidasi bisnisnya. Faktanya banyak pertumbuhan startup dimulai dari sana. Di Indonesia, beberapa nama seperti Payfazz, Halofina, Privy, dan Storial merupakan jebolan dari program tersebut dengan penyelenggara berbeda-beda.

Banyak hal yang bisa jadi “takeaways” bagi founders – tentu ini bukan sekadar berbicara modal awal yang umumnya disalurkan melalui program ini. Untuk memberikan gambaran apa saja yang bisa didapat founder ketika bergabung di program inkubator, DailySocial mencoba mengumpulkan beberapa testimoni dari berbagai sumber.

Mematangkan ide bisnis, peluang kolaborasi awal

Cerita ini datang dari Founder & CEO PrivyID Marshall Pribadi. Program inkubator yang diikutinya adalah Indigo besutan grup Telkom. Ia mengatakan, keterlibatannya di inkubator menciptakan lingkungan yang tepat bagi pengembangan ide dan konsep bisnis startupnya.

“Ide PrivyID ini konsep awalnya berupa digital identity. Dengan platform PrivyID, pengguna tidak lagi harus isi formulir pendaftaran lagi untuk apply apapun, contohnya asuransi, kartu kredit, buka rekening bank, dan lain-lain. Biasanya, setiap kali mendaftar sesuatu, pengguna harus berulang kali mengisi data diri seperti nama, alamat, tanggal lahir, dan sebagainya. Untuk tanda tangannya dapat dilakukan secara digital. Ide seperti ini, di tahun 2015, masih asing,” ujarnya.

Marshall melanjutkan, dengan masuk program inkubator Indigo, PrivyID tidak hanya mendapatkan investasi awal, tetapi juga berhasil memperoleh klien pertama dan ide yang berharga. Saat mentoring, ia mendapatkan saran mengenai username PrivyID yang disusun dari kombinasi 2 huruf inisial nama dan 4 digit nomor telepon genggam.

“Adanya Telkom Indonesia sebagai klien pertama juga membuat PrivyID lebih dipercaya oleh perusahaan-perusahaan lain yang ingin memanfaatkan layanannya,” ungkapnya.

Kesuksesan tetap ditentukan oleh founder

Selain pembelajaran dari mentor berpengalaman, keuntungan lain yang bisa didapat dari keikutsertaan startup di program inkubator/akselerator adalah memperluas jaringan ke ekosistem. Penyelenggara program umumnya memiliki platform yang menghubungkan antara startup, investor, atau stakeholder lain yang berpeluang untuk kolaborasi, termasuk dengan sesama startup lain. Hal ini turut dirasakan Co-Founder & CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Adjie dan startupnya tergabung di program GK-Plug and Play Indonesia. Menurutnya, manfaat sebuah program pengembangan bisnis seperti ini akan sangat tergantung pada tingkat partisipasi founder. Untuk itu, sebelum memulai program (bahkan mendaftar), pastikan founder punya target capaian yang jelas – apa yang ingin mereka optimalkan melalui program ini. Apakah mencari investor, mendapatkan mentor, mematangkan produk, atau lainnya.

Set our own target expectation. Pada akhirnya, program akselerator adalah sebuah fasilitas. Kita sendiri yang perlu melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan kesempatan tersebut. Melakukan goal setting di awal akan membantu kita meraih hasil optimal dari program tersebut,” ujar Adjie.

Mengoptimalkan keikutsertaan

Startup pengembang platform publikasi konten kreatif Storial juga sempat mengikuti program akselerator Skala. Co-Founder & CEO Steve Wirawan mengatakan, keikutsertaannya di program tersebut memberikan banyak pembelajaran, termasuk mengenai pengembangan produk, membangun tim yang efisien, menentukan prioritas, dan perluasan jaringan bisnis. Hadirnya mentor berpengalaman begitu dirasakan manfaatnya.

Always be hungry to learn. Unlearn what you’ve already known, drop all the assumptions that was already built in your mind and re-learn. Selalu memiliki rasa ingin tahu dan minta akses ke banyak network untuk diperkenalkan,” ujar Steve memberikan kiatnya.

Soal effort founder di program inkubator ini juga diamini Marshall. “Jika ingin optimal dalam mengikuti program inkubator, jangan berpikir bahwa dengan masuk inkubator semuanya akan diberikan dari mentor hingga investasi. Inkubator ada untuk menyediakan environment yang sesuai untuk ide bisnis yang dimiliki.”

Founder atau startup sendirilah yang harus bisa tumbuh dan berkembang melalui lingkungan yang disediakan. Selain itu, menurut Marshall, jangan pula meremehkan kebaikan-kebaikan dari orang yang ditemui.

Memilih program yang pas

Makin berkembangnya ekosistem startup di Indonesia – khususnya terkait minat anak muda untuk menjadi founder startup – ditanggapi baik para penyelenggara program inkubator. Para penyelenggara tersebut hadir dari berbagai kalangan, mulai dari korporasi, media, pemodal ventura, hingga institusi lainnya. Latar belakang tersebut kadang memberikan diferensiasi antar program.

Program IDX Incubator yang diprakarsai Bursa Efek Indonesia misalnya, mendesain programnya untuk startup yang berminat go public atau IPO. Beda lagi dengan Mandiri Digital Incubator yang digawangi perusahaan perbankan dan mendampingi startup di bidang keuangan. DSLaunchpad, yang dihadirkan DailySocial, secara khusus memfasilitasi para founder (terutama di luar Jawa) untuk bisa mengikuti program mentorship secara online. Ada juga Simona Ventures yang disajikan khusus untuk founder perempuan.

Meskipun demikian, biasanya memiliki aktivitas-aktivitas umum yang sama, seperti bimbingan dengan pakar dari industri, networking, hingga membagikan sumber daya. Spesialisasi tadi bisa menjadi tambahan pertimbangan founder untuk memilih sebuah program inkubator/akselerator. Apalagi saat ini terbuka akses bagi pelaku startup Indonesia untuk bergabung dengan program global, misalnya Y Combinator, Google Launchpad Accelerator, Surge, dan lain-lain.

Sudah ada sejumlah penyelenggara program inkubator/akselerator startup di Indonesia. Beberapa yang masih aktif di antaranya adalah:

Nama Program Penyelenggara Situs Web
Digitaraya Digitaraya https://digitaraya.com/
DSLaunchpad DailySocial https://dailysocial.id/dslaunchpad
GK-Plug and Play Gan Kapital, Plug and Play Indonesia https:/plugandplaytechcenter.com/indonesia/
GnB Accelerator Pegasus Tech, Infocom Corporation https://gnb.ac/
IDX Incubator Bursa Efek Indonesia http://idxincubator.com/
Indigo Creative Nation Telkom Group http://indigo.id/
Kolaborasi Kolaborasi https://kolaborasi.co/
Mandiri Digital Incubator Mandiri Capital Indonesia https://mandiri-capital.co.id/en/mandiri-digital-incubator/
Skala Innovation Factory, Strive https://joinskala.com/
Simona Ventures Digitaraya http://simona.ventures/
Skystar Ventures Universitas Multimedia Nusantara, Kompas http:/skystarventures.com/
Synergy Bank Central Asia https://synrgy.id/
Xcelerate Gojek https://www.gojek.com/gojekxcelerate/

DailySocial.id Luncurkan Inkubator Startup Teknologi Terbesar DSLaunchpad

Perusahaan inovasi DailySocial.id hari ini mengumumkan peluncuran program inkubator startup DSLaunchpad. Program ini diklaim sebagai yang terbesar karena menginkubasi 100 startup teknologi secara bersamaan menggunakan platform online. DSLaunchpad akan berlangsung selama 4 minggu, mulai dari 20 April hingga 15 Mei 2020.

Pendaftaran dibuka mulai hari ini hingga 10 April 2020 mendatang menggunakan platform Orchestra DSLaunch yang telah diluncurkan Maret silam.

CEO Rama Mamuaya secara langsung mengorganisir program ini. Ia mengatakan, “Kami melihat adanya ketidakseimbangan antara acara dan program edukasi teknologi dan startup antara di DKI Jakarta dan di provinsi lain. Tujuan utama dari program DSLaunchpad ini adalah untuk membuktikan bahwa kesempatan untuk menjadi founder startup dimiliki oleh semua orang Indonesia tanpa terkecuali.”

Dalam pelaksanaannya, DSLaunchpad menggandeng berbagai mentor dan perusahaan modal ventura ternama. Kevin Aluwi (Co-CEO Gojek), Fajrin Rasyid (Presiden Bukalapak), Izak Jenie (CEO Jas Kapital), Dyota Marsudi (Executive Director Vertex Ventures), Dondy Bappedyanto (CEO Biznet Gio), dan Andy Zain (Partner Kejora Ventures) adalah sebagian dari mentor yang terlibat dalam program ini.

Di akhir masa inkubasi, para startup peserta program akan mempresentasikan startupnya ke VC partners melalui video call untuk mendapatkan timbal balik pasca program. East Ventures, BRI Ventures, dan MDI Ventures termasuk dalam jajaran VC ternama yang menjadi VC partners DSLaunchpad.

Knowledge transfer ini penting dan merupakan tujuan utama dari program DSLaunchpad. Investasi dari para VC hanya bonus saja,” ujar Rama.

DSLaunchpad menjadi sumbangsih DailySocial.id untuk membantu para penggiat startup teknologi Indonesia. Diharapkan program ini benar-benar dimanfaatkan para penggiat teknologi se-Indonesia untuk belajar, bertumbuh dan nantinya memberikan timbal balik bagi bangsa dan negara.

“Ini kontribusi kami untuk Indonesia di masa-masa sulit seperti sekarang. Jadi selama masyarakat sedang mendukung program #DiRumahAja, bisa juga mewujudkan mimpi untuk mendirikan startup digital,” pungkas Rama.

Program “Startup Generator” Antler Meluncur di Indonesia Tahun 2020

Didirikan tahun 2017 lalu di Singapura, Antler sebagai startup generator berencana berinvestasi sekaligus membantu calon entrepreneur dan pendiri startup mengembangkan startup mereka di Indonesia. Masih dalam tahapan pencarian individu yang berkualitas, rencananya Antler akan meresmikan batch pertama di Indonesia tahun 2020 mendatang.

Managing Partner Antler Jussi Salovaara mengungkapkan, program yang dilancarkan perusahaannya berbeda dengan program inkubasi atau akselerator yang sudah banyak dikembangkan secara global.

Fokus ke individu yang memiliki visi, pengalaman, serta latar belakang pekerjaan dan pendidikan yang mendukung, Antler ingin membantu mereka mendirikan bisnis yang sehat dan meminimalisir terjadinya kegagalan saat mendirikan startup.

“Bukan hanya membantu mereka mendirikan startup yang relevan, program yang dihadirkan Antler juga membantu mereka menciptakan bisnis yang tidak terlalu mainstream dan mencoba untuk memberikan solusi dan peluang bisnis yang tepat.”

Antler memiliki rencana membantu 20 startup Indonesia setiap tahunnya dengan memberikan dukungan kepada pendiri startup untuk membentuk tim yang tepat, memberikan pendanaan untuk tahapan awal (pre-seed dan seed), dan memberikan akses ke platform hingga jaringan secara global.

Investasi yang akan digelontorkan Antler adalah $100 ribu per startup.

Antler juga akan memberikan berupa grant atau uang saku setiap dua bulan kepada peserta yang mengikuti program. Mereka yang berhasil bakal mengikuti program lanjutan selama beberapa bulan berikutnya yang fokus untuk meluncurkan dan mulai menumbuhkan perusahaan mereka dengan dukungan dari para mentor, penasihat, dan VC. Tidak melulu didukung mentor asing, Antler juga didukung mentor asal Indonesia yang berkualitas, termasuk CEO GDP Venture Martin Hartono dan Presiden Direktur Blue Bird Noni Purnomo.

Saat ini Antler sudah tersebar di 8 lokasi, yaitu Singapura, London, New York, Sydney, Stockholm, Oslo, Nairobi dan Amsterdam. Sejak program pertamanya di Singapura tahun 2018 lalu, Antler mengklaim telah menghasilkan lebih dari 80 perusahaan teknologi baru.

Menargetkan eks pegawai startup unicorn

Dua contoh startup lulusan program Antler adalah Sampingan yang telah mendapatkan pendanaan tahapan awal dari Golden Gate Ventures dan Base yang telah memperoleh dana tahap awal dari East Ventures dan Skystar Capital. Kedua startup ini memiliki kesamaan, yaitu para pendirinya pernah menjadi pegawai startup unicorn Gojek.

Menurut Jussi, salah satu profil peserta program Antler yang berpotensi adalah memiliki pengalaman bekerja di startup ternama atau memiliki latar belakang pengalaman bekerja di korporasi dan perusahaan besar.

“Saya melihat lulusan atau mantan pegawai startup unicorn menjadi peserta yang paling berpotensi. Seperti yang sudah dibuktikan oleh Wisnu Nugrahadi (Sampingan) dan Yaumi Fauziah Sugiharta (Base) yang sebelumnya pernah bekerja di Gojek.”

Fokus Simona Ventures Dukung “Female Founders” di Asia Pasifik

Berangkat dari pengalamannya berkecimpung di dunia teknologi sejak tahun 2011, Putri Izzati kemudian berinisiatif untuk mendirikan sebuah wadah yang bisa menampung entrepreneur perempuan di Indonesia. Bernama Simona Ventures, misi dari Putri dan tim adalah membantu pendiri startup perempuan mendapatkan dukungan menyeluruh agar bisa membangun bisnis mereka, dan tidak kalah saing dengan pendiri startup yang saat ini masih didominasi laki-laki.

Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang mengalami peningkatan cukup signifikan dalam hal pertumbuhan startup, juga pasar yang paling banyak dilirik oleh perusahaan venture capital asing. Namun demikian Putri mencatat, masih sedikit jumlah pendiri startup perempuan yang mendapatkan dukungan dalam bentuk investasi hingga kesempatan lainnya dari venture capital dan pihak terkait.

“Hal tersebut yang kemudian menjadi fokus kami di Simona Ventures, yaitu memberikan dukungan dalam bentuk networking dan edukasi sehingga pada akhirnya investasi kepada mereka pendiri startup perempuan atau startup yang memiliki perempuan di jajaran C-Level,” kata Putri.

Putri menambahkan, dengan demikian nantinya bisa muncul role model perempuan yang berkecimpung dalam dunia teknologi untuk bisa menjadi panutan bagi generasi muda khususnya perempuan. Hal tersebut yang saat ini masih sangat sedikit jumlahnya bukan hanya di Indonesia namun juga secara global.

“Kalau kita lihat saat ini negara seperti Amerika Serikat sudah mulai menempatkan perempuan di jajaran C-Level mereka sehingga meminimalisir gender gap di perusahaan. Di Indonesia sendiri masih sangat belum maksimal dilakukan,” kata Putri.

Meluncurkan Simona Accelerator APAC Women Founders

Salah satu kegiatan rutin yang baru saja diumumkan oleh Simona Ventures bulan Febuari lalu untuk batch pertama dan nantinya akan menjadi kegiatan rutin yang digelar dua kali dalam satu tahun adalah APAC Women Founders. Acara yang diinisiasi oleh Simona Accelerator ini akan memilih 12 startup terbaik yang memiliki pendiri perempuan atau memiliki perempuan di jajaran C-Level atau di manajemen perusahaan.

Nantinya startup terpilih dari Asia Pasifik akan mendapatkan bantuan, dukungan hingga investasi untuk kemudian melakukan ekspansi di Indonesia. Selain itu pemenang dari kegiatan tersebut juga berhak mendapatkan mentorship dari Google dan berhak mengikuti program khusus di Korea Selatan.

“Meskipun fokus kita adalah mengundang startup Asia Pasifik untuk masuk ke Indonesia, namun bagi startup dari Indonesia yang beruntung juga bisa mendapatkan kesempatan mentoring hingga perluasan bisnis secara regional,” kata Putri.

Kategori startup yang dipilih tentu saja yang mendukung “closing the gender gap” dan memiliki pendiri perempuan. Dengan demikian bisa lebih fokus lagi bagi Simona Ventures dan partner untuk meraih tujuan akhir yaitu memberikan kesempatan lebih kepada female founders untuk mengembangkan bisnis mereka.

“Kami juga ingin memberikan dukungan setelah kegiatan tersebut berakhir. Salah satu rencana kami adalah mengembangkan program alumni, sehingga peserta baru dan lama bisa saling bertemu dan menjalin networking setelah program berakhir,” kata Putri.

Kalla Group Dirikan Inkubator Saoraja Hub, Gandeng “Venture Capital” Lokal

Masih kurangnya wadah dan potensi yang menjanjikan di kalangan entrepreneur muda asal Indonesia Timur, terutama Makassar, merupakan alasan utama mengapa Kalla Group mendirikan Saoraja Hub. Berfungsi sebagai inkubator, nantinya Saoraja Hub akan menjadi platform untuk entrepreneur asal Indonesia Timur yang memiliki ide seputar bisnis digital dan kreatif untuk berkumpul bersama berbagi ide.

Untuk memastikan ide tersebut berjalan dengan tepat dari sisi bisnis dan manajemen, Saoraja Hub akan memberikan modal awal kepada lima startup terpilih. 

“Kategori startup yang masuk pun bisa beragam dan bukan hanya yang berbasis digital saja. Namun demikian idealnya mereka yang memiliki layanan atau sektor yang serupa dengan bisnis dari Kalla Group,” kata Presiden Direktur Kalla Group Solihin Jusuf Kalla.

Solihin melanjutkan, untuk memperkuat inkubator, Saoraja Hub akan menggandeng venture capital korporasi hingga lokal. Masih dalam tahap penjajakan, Solihin enggan menyebutkan lebih lanjut siapa venture capital lokal yang akan menjalin kemitraan dengan Saoraja Hub.

“Yang pasti sudah ada dua venture capital lokal dan dari perbankan dan korporasi yang sudah siap bersama dengan Saoraja Hub, siap membantu untuk meningkatkan ekosistem startup di Indonesia Timur,” kata Solihin.

Sebelumnya Saoraja Hub juga terlibat dengan DISRUPTO, sebuah gerakan disrupsi bersifat inklusif yang diinisiasi WIR Group. Kegiatan tersebut bertujuan merangkul pemerintah, startup dan para pelaku ekonomi dan teknologi global. Perhelatan ini akan dihadiri sejumlah lembaga Pemerintah Indonesia.

“Berawal dari perbincangan santai tentang rendahnya jumlah entrepreneur di Makassar, akhirnya Saoraja Hub kami dirikan,” kata Solihin.

Pemanfaatan warehouse Kalla Group

Selain membentuk Saoraja Hub untuk mempercepat pertumbuhan startup di Indonesia Timur, khususnya Makassar, Kalla Group juga memiliki rencana memanfaatkan gudang yang dimiliki untuk disewakan ke perusahaan FMCG dan layanan e-commerce. Divisi logistik (gudang) yang dimiliki Kalla Group saat ini telah memiliki kapasitas yang cukup besar. Ideal untuk dimanfaatkan dan disewakan.

“Awalnya kami tidak memiliki niat untuk memanfaatkan gudang tersebut untuk perusahaan FMCG. Namun karena adanya permintaan dari mereka, akhirnya kami mulai menggunakan gudang yang kami miliki untuk kebutuhan penyimpanan barang perusahaan FMCG,” kata Solihin.

Secara keseluruhan Kalla Group masih memiliki lahan sekitar 20 hektar yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan gudang. Disinggung kapan rencana Kalla Group menjalin kolaborasi dengan layanan e-commerce untuk pemanfaatan gudang tersebut, Solihin menyebutkan masih dalam tahapan perencanaan dan belum ada kesepakatan dengan layanan e-commerce saat ini.

“Fokus kami memang ke depannya sudah mau mulai untuk masuk ke bisnis digital. Meskipun masih secara perlahan namun dengan potensi dan sumber daya yang ada, Kalla Group memiliki rencana untuk mulai memasuki bisnis digital,” kata Solihin.

Disinggung apakah Kalla Group memiliki rencana untuk masuk ke sektor fintech atau finansial, Solihin menyebutkan belum memiliki rencana, dengan alasan tidak adanya latar belakang yang cukup kuat di sektor tersebut.

“Sejak awal berdiri fokus kita lebih kepada otomotif, transportasi dan logistik, konstruksi dan pembangunan, manufaktur, hingga energi. Untuk itu kami tidak ada rencana untuk masuk ke ranah finansial,” tutup Solihin.