Kisah Sukses Masakan Ibu Tutu: Tak Ragu untuk Mulai Hal Baru

Salah satu problematika yang sering kita temui ketika hendak memulai suatu usaha ialah takut untuk memunculkan ide baru. Padahal, justru perilaku inilah yang menjadi kunci kegagalan Anda. Memunculkan hal baru  memang terasa asing. Takut jika ide kita tidak diterima masyarakat itu memang wajar. Namun, ini sebenernya merupakan ‘turning point’ Anda untuk menjadikan usaha Anda berbeda dari yang lain.

Begitu juga dengan Bu Nina. Wanita bernama lengkap Gusti Noor Nisrina Khairia ini berani mencetuskan ide yang bisa dibilang sangat baru di dunia bisnis kuliner. Ya, produk Roti Cocol yang ia cetuskan sejak Juli 2019 lalu sukses besar di pasaran. Hal ini karena wanita asal Surabaya ini berani ambil langkah baru untuk bisnisnya.

Roti Cocol, atau yang biasa disebut dengan Rotcol adalah baked bread yang dipanggang di tray bulat dan disajikan dengan saus cocolan di tengahnya. Variannya pun banyak, mulai dari smoked beef, cheese, tuna, palm sugar, dan masih banyak lagi. Namun menu top andalan mereka adalah rotcol varian sweet butter yang sangat digandrungi oleh para konsumen.

Usaha Ibu dan Anak

IMG WA
Usaha milik duo mother and daughter

Yang menarik, bisnis berlabel Masakan Ibu Tutu ini didirikan oleh ibu dan anak yang sama-sama memiliki keahlian memasak. Foundernya ialah Ibu Nina sendiri. Sedangkan Ibu Zulfia Arifni yang lebih akrab disapa Ibu Tutu ini berperan sebagai co founder. Sebenarnya, Ibu Tutu telah mengawali usaha kuliner seperti ini dari tahun 1993, mulai dari membuat cookies, cake, siomay dan lain-lain. Namun, pemasarannya hanya sebatas ranah teman-teman terdekat saja. Baru ketika Bu Nina lulus kuliah di tahun 2017, ia berpikir untuk mengajak ibunya untuk berbisnis bersama.

“Waktu itu, beberapa bulan setelah lulus kuliah saya ikut bazar. 10 hari berturut-turut kita jual siomay batagor. Itu pertama kalinya itu kita melayani customer secara langsung, dan habis itu kita merasa tertantang. Kayaknya seru juga jualan kayak gini. Dan akhirnya kita mutusin untuk menseriusi bisnis bareng. Akhirnya 2017 itu kita mulai waktu itu dengan jualan mie ayam mie ayam. Terus ada juga produk seperti schootel, rice box, snack box, dll.”

Pertama di Indonesia

IMG WA
Roti Cocol pertama di Indonesia

Inilah yang menjadikan produk ini diminati banyak orang. Selain karena harganya terjangkau sehingga dapat dinikmati semua kalangan, produk ini juga mengusung konsep fresh yang membuat para konsumen tertarik untuk mencicipinya. Ya, ide ini murni dari sang founder. Ternyata, ada kisah menarik di balik munculnya roti cocol ini.

“Ceritanya cukup unik. Jadi sebelumnya tuh memang Ibu Tutu  sudah sering bikin roti, tapi hanya untuk kita konsumsi sehari-hari aja. Suatu hari, ketika pergi ke toko bahan kue itu saya lihat ada tray aluminium bulat. Tapi waktu itu belum ada pikiran buat beli sih, karena kayak belum tau mau buat apa. Nah selang beberapa hari setelah itu, pas kita berdua ngobrol, tiba-tiba terlintas ide buat bikin roti cocol. Saya utarakan ke Mamah. ‘Mah yuk bikin roti cocol’. ‘Apa roti cocol?’  ‘ya roti, ntar kita bikin di tray bullet, tengahnya ada cocolan. Yaudah coba aja gitu,’”, cerita Bu Nina.

Sejak awal dibuat, Bu Nina memang sangat optimis kalau produknya ini akan disukai dan digandrungi banyak orang, karena memang belum pernah ada produk yang sama sebelumnya. Produknya juga beda dari yang lain. Varian awal yang dijadikan eksperimen adalah roti sosis dengan cocolan saus keju.

Hal ini karena Bu Nina lebih menyukai roti varian rasa gurih. Kemudian, Bu Tutu mengembangkan roti varian rasa manis, yang saat ini justru menjadi signature produk mereka, yaitu Sweet Butter.

Sukses Berkat Konsistensi Bahan

n
Dibuat dengan bahan berkualitas, tanpa telur dan pengembang kue.

Hingga kini, duo ibu dan anak ini belum ada rencana untuk hiring karyawan lain. Dengan kemampuan di dapur yang berbeda, mereka bisa bekerja dan saling melengkapi untuk menciptakan produk dengan cita rasa tinggi. Sebelum memutuskan untuk merintis usaha ini, mereka terbiasa untuk membuat orderan sendiri-sendiri dengan produk dan target market yang berbeda.

Namun, walaupun usaha mereka hanya dirintis berdua dan mengandalkan alat-alat rumahan saja, kualitas produk mereka patut disamakan dengan tingkatan medium to high class. Itu karena mereka selalu menjaga kualitas bahan produk. walaupun kerap kali mengadakan promo, mereka tetap mengutamakan kejujuran.

Foto produk yang ditampilkan di sosial media adalah produk sama dengan yang mereka jual dengan tidak mengurangi Bahan baku dalam proses produksi sama sekali. Dengan begitu, pelanggan pun merasa tak dibohongi oleh foto semata.

Seperti halnya bisnis lainnya, usaha Masakan Ibu Tutu ini juga pernah mengalami masalah, yakni saat naiknya harga bahan baku.

“Ada beberapa produk bahan baku yang kenaikan harganya itu tidak diiringi dengan bertahannya kualitas. Karena harganya itu naik terus. Kadang agak bingung juga sih. kenaikan harga bahan baku ini nggak bisa kita barengi dengan kenaikan harga jual. Karena kan dikondisi pandemi seperti ini kita juga menjaga supaya customer tetap setia dengan produk buatan kita.” Ujar Bu Nina.

“Namun, kami tetap bersyukur dengan apa yang sudah kami jalani. Walaupun sebenernya belum bisa dibilang besar, tapi alhamdulillah usaha ini bisa bertahan di tengah kondisi pandemi seperti ini. Usaha kami masih terus produksi hampir tiap hari dan bahkan mendapatkan customer-customer baru setiap harinya.”tambah Bu Tutu.

Tak Ragu tuk Mulai Suatu Hal Baru

Saat ini, promosi produk Masakan Ibu Tutu ini dilakukan melalui via sosial media, seperti via Instagram dan WhatsApp. Waktu awal peluncuran, mereka menggunakan jasa promosi dari foodies di Instagram. Namun selebihnya promosi dilakukan mengikuti alur saja, entah itu story by story, post by post, atau mouth to mouth. Postingan Instagram mereka yang apik nan menggoda selalu membuat netizen tertarik untuk mencoba produk mereka. Kini, followers Instagram akun mereka hampir menembus angka 3000.

Saking suksesnya, pernah suatu kali di tahun 2020, ibu dan anak ini menerima orderan Roti Cocol sebanyak 100 tray sekaligus. Dengan peralatan seadanya yang terbatas, berbekal dengan tekad yang kuat, mereka berhasil menyelesaikan pesanan ini. Terbayar sudah letihnya 29 jam kerja non-stop mereka. Pekerjaan ini melatih mereka untuk selalu bersabar, tekun, dan memiliki manajemen waktu yang baik.

“Kuncinya mengutamakan kejujuran disaat memulai usaha. Terutama dalam hal foto promosi. Seringkali Kami menemukan produknya yang menggunakan foto bagus, namun ternyata hasil buatan orang lain. Produk yang kami terima tidak sesuai dengan ekspektasi, sehingga customer  pun kecewa dan enggan untuk repeat order lagi,” ujar Bu Tutu.

“Untuk kalian yang ingin mulai merintis bisnis, kuncinya harus tekun dan konsisten. Jangan mudah menyerah. Jangan ragu buat memulai sesuatu. Kalau misal ada ide, yaudah langsung eksekusi aja. Kenalkan dulu calon produk kalian ke orang-orang terdekat. Minta pendapatnya, menurut mereka tentang kekurangan produk kamu. Karena kalau orang terdekat biasanya jujur nih. Jadi dari situ kita bisa improve lagi produknya sebelum kita lepas ke pasaran. Jangan ragu untuk mulai suatu hal baru!” tutup Bu Nina di akhir wawancara.

Kisah Sukses Brookies.co Jalani Bisnis Kuliner Melalui Platform Digital

Pandemi COVID-19 menjadi momen pahit bagi hampir semua orang. Namun bagi Salsa Wigati, pandemi yang terjadi di tahun 2020 ini menjadi peluang manis untuk mendirikan bisnis kukisnya, Brookies.co.

Melalui platform digital, perempuan asal Bandung ini mampu meraup hingga puluhan juta tiap bulannya. Bagaimana kisah sukses salsa Wigati membangun Brookies.co di tengah pandemi? Simak ceritanya di sini!

Bisnis yang Dimulai dari Hobi

Pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang berawal dari hobi. Mungkin itu yang saat ini dilakukan oleh Salsa Wigati, sosok dibalik suksesnya toko soft cookies, Brookies.co.

Ia menceritakan bahwa kisah manis Brookies.co diawali dari hobinya yang memang menggemari aktivitas baking yang hasil kreativitasnya dibagikan kepada teman-temannya.

“Awalnya emang suka baking salah satunya soft cookies ini. Hasilnya pun Saya kirim ke teman-teman dan dapet respon positif. Mereka juga coba encourage Saya untuk berjualan”, katanya.

Tidak takut gagal karena melihat banyaknya bisnis yang mulai bertumbangan karena pandemi, Salsa melihat hal tersebut dari sudut pandang berbeda dan menjadikannya sebagai peluang.

Akhirnya di Maret 2020, artisan soft cookies ini pun memberanikan diri untuk membuka toko pertamanya melalui media sosial yang diawali dengan sistem pra-pesan atau pre-order.

Respon positif pun tidak hanya diterima dari teman-temannya. Soft cookies buatannya juga mendapatkan respon positif dari banyak pelanggan dan membuat Brookies.co mejadi sesukses saat ini.

Terus Berinovasi dan Kembangkan Branding

klepon brookies

Tidak bisa dipungkiri, pandemi membuka banyak jalan bagi beberapa orang untuk menciptakan produk homemade salah satunya adalah produk-produk makanan dan minuman.

Makanan ringan seperti kue pun menjadi produk makanan yang paling banyak dijual saat pandemi. Meski begitu, hal tersebut tidak menghalangi Salsa untuk menurunkan tensinya dalam mengembangkan bisnisnya.

Ia mengatakan, bahwa branding dan inovasi menjadi salah satu cara Brookies.co bertahan di tengah kompetisi bisnis F&B saat pandemi.

Salsa mengatakan bahwa salah satu branding soft-cookies buatannya adalah berada pada kualitas produk. Ia bercerita bahwa bahan yang digunakan untuk membuat soft-cookies nya menggunakan produk lokal premium.

Lanjutnya, Ia ingin menunjukkan bahwa kukis terbaik dapat dibuat dengan produk-produk lokal serta sebagai bentuk dukungannya terhadap produk lokal itu sendiri.

Selain dari segi kualitas bahan, keamanan dan sanitasi menjadi kunci penting dalam membangun branding Brookies.co.

Menyadari bahwa saat pandemi orang-orang sangat berhati-hati dan memperhatikan sanitasi, Brookies.co memiliki packaging ekstra di setiap paketnya. Sebelum dibungkus dengan box, setiap cookies dalam paket dibungkus lagi oleh plastik.

Tidak sampai di situ, Salsa mengaku bahwa Ia terus berinovasi dengan rasa. Misalnya, pada musim lebaran dimana saat itu Ia membuat inovasi kukis dengan rasa klepon.

Selain kukis rasa klepon, Salsa juga berinovasi dengan tren di luar kukis. Salah satunya adalah kukis dengan citarasa goguma ppang, roti ubi khas Korea Selatan yang saat itu tengah populer di Indonesia.

“Intinya sih fokus Kita saat ini gimana ketika orang-orang inget soft cookies, terus kepikirannya Brookies, gitu” ujar Salsa.

Manfaatkan Platform Digital jadi Kunci Utama

Salah satu alasan mengapa banyak produk makanan rumahan yang dibuat oleh pelaku UMKM berkembang saat pandemi adalah adanya platform digital.

Salsa mengaku, langkah awal Brookies.co bisa berkembang adalah melalui platform media sosial Instagram, TikTok, layanan pesan-antar makanan daring dan juga e-commerce marketplace.

“Di awal Kita jual soft-cookies itu dari Instagram dan langsung dapet antusias yang lumayan gede”, katanya.

Ia pun mengaku memanfaatkan berbagai fitur yang ada di media sosial seperti Instagram Ads dan rajin membuat konten melalui media sosial tersebut.

Melalui Instagram dan TikTok, Salsa kerap bercerita pembautan di balik soft-cookies nya. Ia pun kerap membagikan visual produknya dan bercerita terkait rasa baru, bahan, hingga hal-hal relate yang berhubungan dengan audiens media sosialnya.

Sadar usahanya semakin berkembang, akhirnya pada Juli 2020 Brookies.co bergabung dengan salah satu e-commerce marketplace dan bergabung ke dalam kampanye yang dikembangkan platform tersebut. 

Melalui kampanye itu, Salsa mengaku sempat menerima 70 paket pesanan dalam 1 jam.

Baginya, menjalankan bisnis dengan merambah platform digital merupakan langkah terbaik yang bisa dilakukan bagi siapa pun yang ingin memulainya.

“Dulu modal yang dikeluarin bahkan gak banyak, di bawah Rp5 juta. Dari situ Kita bisa manfaatin modal yang ada dan coba fitur-fitur yang dikasih sama platform digital”, ujarnya.

Ia melanjutkan bahwa dengan teknologi saat ini, siapa pun bisa memulai bisnis dengan modal yang kecil.

Bahkan dengan memanfaatkan fitur-fitur dari media sosial dan platform digital lain, bisnis pun masih bisa dimulai tanpa harus mengeluarkan modal yang besar.

Ingin Merambah Pasar Offline

Meski dimulai dengan bisnis online, Salsa pun memiliki keinginan untuk merambah pasar offline. “Dimana-dimana kan saat ini orang dari offline ke online, Kita sebaliknya” Ujarnya.

Keinginan Salsa pun perlahan mulai terwujud. Saat ini Brookies.co mulai merambah pasar offline dengan mengikuti event-event atau membuka stand di beberapa tempat di kota Bandung.

Pandemi dan Geliat Bisnis F&B Rumahan secara Daring

Usaha makanan dan minuman di tengah pandemi merupakan anomali yang wajar saja terjadi. 

Menurut salah satu peneliti makanan di Indonesia, Kevindra Soemantri, maraknya bisnis makanan dan minuman saat pandemi muncul karena ada kekosongan waktu ketika bekerja dari rumah atau bahkan di-PHK.

Orang cenderung menemukan hobi baru salah satunya memasak. Bisnis makanan juga dianggap lebih mudah dikerjakan dan merupakan cara tercepat untuk mendapatkan penghasilan.

Ditambah, karena orang cenderung di dalam rumah, keinginan Mereka untuk mengonsumsi sesuatu jadi lebih besar.

Selain itu, karena Mereka tidak bisa membeli bahan makanan sendiri karena tidak bisa keluar, Mereka pun akan membeli makanan yang siap disajikan melalui layanan daring. Oleh karena itu, Kevindra menyebut fenomena ini sebagai Recreational Food Branding.

Seakan mendukung argumen tersebut, peneliti UGM Center of Economic Democracy Studies, Prof. Catur Sugiyanto menyatakan bahwa bisnis makanan dan minuman UMKM memang memiliki peluang bertahan yang lebih besar dibanding bisnis lain.

Menurutnya, penghasilan masyarakat yang menurun akibat pandemi membuat orang-orang beralih ke pasar yang lebih kecil salah satunya UMKM.

Selain itu, menurutnya ada dua poin penting yang harus diperhatikan oleh para pelaku UMKM makanan dan minuman agar bisa berkembang ketika pandemi yaitu pemasaran digtial dan juga sanitasi.

Pernyataan tersebut pun didukung oleh penelitan yang dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM UI). Menurut laporan tersebut digitalisasi membuat 7 dari 10 UMKM merasakan adanya peningkatan volume penjualan. Melalui digitalisasi, nilai transaksi produk makanan dan minuman meningkat hingga 106%

Meski begitu, tidak semua pelaku UMKM mampu memanfaatkan peluang dari digitalisasi ini. Menurut sebuah penelitian, terdapat 34% pelaku UMKM belum mampu menggunakan internet dan kurang memiliki pengetahuan untuk menjalankan usaha secara online.

Inovasi dan kegigihan Salsa dalam menjalankan usaha Brookiesnya bisa jadi inspirasi Anda untuk memulai bisnis. Kapan giliran Anda?