Setahun Beroperasi, Marketplace Aset Kripto Pintu Fokus Jangkau Investor Pemula

Popularitas aset kripto yang kian meroket telah menjala banyak investor pemula untuk ikut menyelami instrumen investasi ini. Namun, meningkatnya “hype” aset kripto tentu mengandung risiko. Menyandang konsep yang tidak sederhana dan memiliki tingkat volatilitas yang tinggi, banyak hal yang perlu dipahami sebelum memutuskan untuk masuk ke dunia cryptocurrency ini.

Aset Kripto sendiri merupakan mata uang digital yang dipakai untuk bertransaksi virtual di jaringan internet. Terdapat sandi-sandi rahasia yang cukup rumit untuk melindungi dan menjaga keamanan mata uang digital ini.

Founder Pintu Jeth Soetoyo mengatakan, “Kripto kini merupakan aset digital yang dilirik oleh para investor karena memiliki return yang paling tinggi dan juga kripto seperti Bitcoin dianggap sebagai store of value paling handal melawan resesi global yang akan datang. Performanya selama ini menjadikan Bitcoin sebagai pilihan aset yang lebih menarik bagi para investor yang ingin mendiversifikasi kepemilikan aset mereka.”

Meskipun begitu, aset kripto hadir sebagai alternatif mata uang dengan konsep desentralisasi. Dalam konsep ini, tidak ada kepemilikan tunggal. Tanpa wujud dan nilai pasti, regulasi diharapkan bisa menjadi solusi.

Perkembangan aset kripto di Indonesia

Cryptocurrency dinyatakan legal sebagai komoditas di Indonesia pada Februari 2019, berdasarkan peraturan yang dikeluarkan Badan Pengawas Bursa (Bappebti) melalui Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa Berjangka.

Di dalam aturan tersebut, terdapat mekanisme perizinan untuk para exchanger yang memperjualbelikan aset kripto seperti Bitcoin, Binance, Ethereum, Dogecoin dan token lainnya. Setidaknya 13 perusahaan atau entitas telah mendapatkan tanda daftar dari Bappebti sebagai calon pedagang aset kripto. Termasuk di dalamnya TokoCrypto, Indodax, serta yang bulan Maret lalu genap setahun beroperasi di Indonesia, Pintu.

Meskipun diklaim dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi virtual, aset kripto masih belum bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. Menurut UU No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, alat pembayaran yang sah adalah rupiah. Namun, aset kripto tetap bisa memenuhi fungsinya yang lain sebagai instrumen investasi dan penambangan.

Terdapat lebih dari 3,000 jenis aset kripto yang beredar di seluruh dunia, dan akan semakin banyak ke depannya. Beberapa jenis yang sering digunakan antara lain Ethereum, Dogecoin, Ripple, Stellar dan yang paling popular Bitcoin. Bappebti sendiri sudah menerbitkan daftar 229 aset kripto yang dapat diperdagangkan di Indonesia.

Selain itu, produk derivatif berbasis aset kripto juga telah banyak beredar di masyarakat, termasuk DeFi, staking, dan lain sebagainya. Terkait hal ini, Jeth mengungkapkan, Pintu telah mengakomodir koin-koin DeFi. Setiap minggunya timnya selalu berusaha menghadirkan koin-koin DeFi yang diminati pengguna, namun tidak menutup kemungkinan apabila ke depan platform juga akan mengakomodir fitur-fitur seperti staking.

Ketidakpastian akan akhir pandemi disebut meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya investasi ke aset yang memiliki keunggulan di sisi lindung nilai. Hal tersebut juga meningkatkan adopsi dan pemahaman investor milenial pada aset kripto. Aksi investor institusi baru-baru ini yang marak melakukan pembelian Bitcoin dalam jumlah besar juga mengubah stigma positif terrhadap kripto. Bitcoin kini dianggap sebagai salah satu komoditas utama dunia dengan kapitalisasi pasar pernah melewati $1 triliun.

Volatilitas tinggi dan investor pemula

Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas yang beresiko tinggi karena volatilitas harga yang tinggi sehingga profil investor kripto biasanya merupakan orang yang berani mengambil risiko. Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa aset kripto satu dengan yang lainnya tidak sama. Investor harus memastikan bahwa aset kripto yang dimiliki memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

Berkaca pada situasi 2017-2018 yang sempat membuat publik cukup “trauma” dengan volatilitas ekstrim dan nilai intrinsik yang tidak pasti, tidak sedikit investor yang enggan terjun ke dalam kolam cryptocurrency. Pada akhir tahun 2017, harga Bitcoin hampir menyentuh angka US$20,000, sebelum akhirnya kembali anjlok di bawah US$10,000 di pertengahan Januari 2018.

Gelembung Bitcoin di tahun 2017. Sumber: Project Syndicate

Ketika Tesla mengumumkan pembelian $1,5 milliar bitcoin pada 8 Februari lalu, dunia cryptocurrency kembali hangat dibicarakan dan nilainya pun ikut menanjak. Para penggiat investasi hingga masyarakat awam berbondong-bondong untuk ikut menjajal instrumen ini.

Namun, melihat harga Bitcoin yang berangsur-angsur turun dalam sebulan terakhir, pertanyaan kembali timbul. Apakah sejarah akan terulang?

Sumber: data Coindex yang diolah Vox

Terkait volatilitas harga dan investor pemula, Jeth mengungkapkan, “Para investor harus memastikan fundamental (seperti latar belakang, teknologi, kapitalisasi pasar dan lain-lain) dan apa karakteristik kripto dibandingkan hanya karena FOMO. Investor juga harus pilih yang sesuai dengan profil pemula dan jangan pernah percaya janji keuntungan pasti.”

Faktanya, di antara sekian banyak aset kripto dengan volatilitas tinggi yang beredar, ada yang berkategori stablecoin, karena nilainya mengacu pada aset lain yang harganya stabil, misalnya emas ataupun dolar AS. Disebut stablecoin, karena harganya tidak naik dan turun secara cepat dalam kurun waktu tertentu.

Sejak awal peluncurannya, Pintu berfokus pada aplikasi mobile yang mudah dan ramah pengguna guna mendorong semakin banyak investor pemula yang ingin trading, mengirim dan menyimpan aset kripto. Selaku bursa yang berfokus kepada investor pemula, Pintu menawarkan edukasi ketika semua orang dapat belajar mengenai kripto.

“Kami juga sering melakukan webinar untuk memberikan edukasi secara langsung kepada audiens. Kami rasa penting untuk terus menerus melakukan edukasi mengenai kripto dan volatilitas harganya,” tambah Jeth.

Perihal Regulasi

Dilansir dari Detik Finance, transaksi Bitcoin dan komoditas aset kripto lainnya di Indonesia sudah menyentuh angka Rp1,7 Triliun per hari. Tingginya minat transaksi di sektor ini, menyebabkan regulator mempersiapkan bursa sebagai langkah perlindungan. Bursa ini memiliki fokus pada perlindungan pelaku usaha agar hubungan antar semua pihak bisa berjalan dengan baik. Antar pedagang, investor maupun lembaga lain bisa jelas dan aman.

Melihat kasus di Turki dan di negara lain yang memungkinkan pemilik platform “kabur” dengan dana publik, Jeth turut berkomentar, “Masalah yang terjadi di Turki pasalnya pasar uang kripto Turki tidak diatur sedangkan di Indonesia kripto merupakan komoditas yang perdagangannya diatur oleh Bappebti selaku pengawas.”

Bappebti saat ini juga disebut tengah menggodok mekanisme pengguna kustodian pada pedagang aset kripto untuk keamanan aset penggunanya yang lebih baik.

“Guna memitigasi masalah yang akan datang di masa mendatang, keamanan merupakan prioritas kami selaku bursa perdagangan kripto. Dengan mengedepankan teknologi canggih dan pengembang yang berpengalaman, Pintu ingin memberikan rasa aman bagi para penggunanya,” tambah Jeth.

Application Information Will Show Up Here

Misi Ajaib Mendorong Pertumbuhan Pasar Modal Indonesia

Berdiri sejak tahun 2018, Ajaib Group kini memiliki dua instrumen investasi di platform digitalnya, yaitu Ajaib Sekuritas (PT Ajaib Sekuritas Asia – hasil akuisisinya terhadap Primasia Unggul Sekuritas) untuk saham dan Ajaib Reksadana (PT Takjub Tekonologi Indonesia) untuk produk reksa dana.

Bisa dibilang Ajaib adalah salah satu platform investasi dengan pertumbuhan paling pesat saat ini didukung dengan pendanaan kuat. Awal tahun ini Ajaib telah mengumumkan dua perolehan pendanaan Seri A dengan nilai total $90 juta atau Rp1,3 triliun.

Co-Founder dan CEO Ajaib Anderson Sumarli berbagi cerita kepada DailySocial tentang mimpi-mimpinya membangun platform digital untuk anak muda ini.

Terinspirasi Robinhood

Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib

Sebagai anak muda, Anderson dan teman-temannya merasa frustrasi terhadap kurangnya platform perdagangan saham yang membantu investor pemula belajar tentang perdagangan saham. Ia terinspirasi banyaknya broker online inovatif, termasuk platform seperti Robinhood di Amerika Serikat dan XP Investimentos di Brasil.

Dengan misi mengedukasi masyarakat akan pentingnya investasi, Anderson membangun Ajaib untuk menciptakan pengalaman jual/beli saham online yang mudah diakses bagi investor pemula di Indonesia.

“Untuk bisa menarik perhatian lebih banyak target pengguna, Ajaib dilengkapi dengan tampilan aplikasi yang ramah pengguna dan mudah dipahami, menyediakan materi edukasi bagi investor pemula serta layanan jual/beli saham dengan biaya rendah. Ajaib juga menyediakan layanan investasi reksa dana tanpa biaya sebagai diversifikasi,” kata Anderson.

Ia membangun Ajaib bersama Co-Founder Yada Piyajomkwan, Salah satu titik tolak Ajaib adalah lolos di program inkubator Y Combinator. Hal tersebut menjadi momen yang membanggakan bagi Anderson, karena dapat mewakili teknologi Indonesia di kancah dunia.

“Kami sangat bersyukur karena Ajaib diakui oleh inkubator teknologi kelas dunia seperti Y Combinator. Melalui pengalaman tersebut, saya bertemu dengan para pemimpin teknologi luar biasa dari seluruh dunia dan mempelajari banyak hal dari mereka,” kata Anderson.

Dimulai dari reksa dana

Co-Founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli / Ajaib

Ajaib menyediakan portofolio yang personal berdasarkan profil risiko pengguna. Dimulai dari reksa dana, tahun 2020 Ajaib Group mengumumkan akuisisi terhadap Primasia Unggul Sekuritas (Primasia Sekuritas). Pialang saham tersebut kemudian dialihnamakan menjadi Ajaib Sekuritas.

“Kami percaya pada kekuatan investor-investor muda ritel Indonesia. Kami juga percaya bahwa produk dan edukasi terbaiklah yang akan menang. Ajaib tumbuh dengan pesat secara organik dan kami akan terus berinvestasi pada pengembangan produk serta kampanye edukasi kami,” kata Anderson.

Menurut Anderson saat ini jumlah investor saham di Indonesia masih sangat sdikit. Tercatat pada bulan Desember 2020 lalu, kurang dari 2 juta orang Indonesia yang memiliki akun investasi saham, atau kurang dari 1% dibandingkan total populasi. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Tiongkok dan Amerika Serikat.

Penetrasi investasi saham di Indonesia, menurut Anderson, juga masih sangat rendah, karena investasi saham hanya disediakan untuk seseorang dengan kekayaan yang mampu membayar komisi tinggi dan terbiasa melakukan perdagangan melalui pialang offline.

“Ajaib adalah broker saham online pertama di Indonesia. Ajaib membuat investasi saham dapat diakses oleh milenial melalui aplikasi dengan biaya rendah dan tampilan aplikasi yang ramah pengguna,” klaim Anderson.

Ingin tambah investor milenial

Masih banyak rencana dan target yang ingin dicapai perusahaan. Saat ini Ajaib fokus menjangkau dan mengedukasi lebih banyak milenial tentang pentingnya investasi dan perencanaan keuangan sejak muda. Hal tersebut dilakukan guna mendukung upaya pemerintah dalam mengedukasi masyarakat akan pentingnya investasi saham dan perencanaan keuangan sejak dini.

Ajaib menggandeng Bursa Efek Indonesia untuk inisiasi 1000 Program Generasi Saham. Program tersebut merupakan kegiatan edukasi literasi keuangan dan fokus pada daerah-daerah di Indonesia dengan tingkat literasi keuangan yang rendah.

Berdasarkan data di Bursa Efek Indonesia (BEI), pertumbuhan investor saham baru sepanjang 2020 meningkat signifikan. Tercatat ada penambahan sebanyak 590.658 SID baru dan investor pasar modal telah tumbuh 53,47% dibanding tahun 2019. 70% dari total investor baru pada 2020 didominasi kaum milenial dengan rentang usia 18-30 tahun.

1 dari 5 investor saham di Indonesia diklaim berinvestasi di Ajaib.

Meskipun demikian, pertumbuhan investor saham baru ini juga perlu diimbangi dengan edukasi agar kualitas investor domestik meningkat dan memastikan generasi muda Indonesia memahami pentingnya berinvestasi sejak dini.

“Saya percaya pada kekuatan milenial di Indonesia. Saya yakin milenial akan mendorong pertumbuhan pasar modal Indonesia dalam waktu dekat,” tutup Anderson.

Application Information Will Show Up Here

Survei DailySocial dan Populix: Investasi Reksa Dana Terpopuler di Indonesia

OJK melaporkan indeks literasi keuangan dan indeks inklusi keuangan di Indonesia mengalami kenaikan di tahun 2019. Kini nilainya mencapai 38,03% untuk indeks literasi keuangan, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 76,19%.

Inklusi keuangan maksudnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan jumlah pengguna jasa keuangan, sementara literasi berarti cara pengelolaan uang yang dimiliki. Keduanya saling berhubungan. Seseorang dengan literasi keuangan yang baik umumnya tahu cara memanfaatkan uang semaksimal mungkin.

Sementara itu, investasi adalah bentuk pengelolaan dana agar memberikan hasil yang maksimal. Ia termasuk bagian dari literasi keuangan. Berkat perkembangan teknologi digital yang pesat di industri finansial, beragam inovasi diciptakan agar semakin mempermudah orang untuk mulai berinvestasi. Implementasi digital berperan dalam mempercepat proses literasi dan inklusi keuangan.

Selama lima tahun terakhir, inovasi aplikasi investasi online semakin kencang bertebaran. Untuk melihat lebih jauh awareness orang Indonesia terhadap aplikasi investasi termasuk saat pandemi, DailySocial melakukan survei bersama Populix.

Survei dilaksanakan pada akhir Juni terhadap 209 responden, yang terdiri dari 131 laki-laki dan 78 perempuan. Domisilinya tersebar di Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, dan sejumlah kota lainnya. Seluruh responden ini kompak menjawab bahwa mereka semua telah memanfaatkan platform atau aplikasi digital untuk berinvestasi.

Dijabarkan lebih jauh, pilihan tertinggi untuk jenis investasi yang mereka pilih adalah reksa dana (67%) dan emas (62,7%). Persentase antara responden laki-laki dan perempuan yang memilih kedua jenis investasi ini tidak terpaut jauh.

Jenis investasi lainnya yang dipilih responden secara berurutan adalah saham (44,5%), P2P lending (16,3%), dan obligasi (11,5%). Mengenai pertimbangan memilih jenis investasi tersebut, responden kompak menjawab bahwa ini sudah sesuai dengan profil risiko (48,8%), baru belajar (24,4%), rekomendasi teman (10,4%), dan paling familiar (8,1%).

Aplikasi investasi terpopuler

Kami turut menanyakan aplikasi apa yang digunakan untuk permudah responden dalam berinvestasi. Satu per satu jenis investasi kami tanyakan untuk melihat bagaimana antusiasme responden.

Untuk investasi emas, pilihan tertinggi responden jatuh kepada Tokopedia Emas (43,5%). Berikutnya adalah Pegadaian (14,5%), BukaEmas milik Bukalapak (12,2%), dan Bareksa dan Tamasia (5,3%). Sementara untuk investasi reksa dana, pilihan terbanyak responden adalah Bibit (32,9%), Ajaib (26,4%), Tokopedia (19,3%), BukaReksa (11,4%), dan Xdana (3,6%).

Aplikasi p2p lending yang banyak dipilih responden adalah KoinWorks (44,1%), Akseleran (14,7%), Amartha dan Asetku (11,8%). Sementara untuk platform equity crowdfunding, pilihan responden tertinggi adalah Santara (50%) dan Crowddana (35,7%).

Untuk aplikasi investasi saham, pilihan tertinggi jatuh pada Stockbit (30,1%) dan MOST Mobile Mandiri (22,6%). Berikutnya aplikasi investasi properti yang mendapat pilihan tertinggi adalah PropertiLord (40,9%) dan LandX (27,3%).

Terakhir, untuk aplikasi pembelian obligasi yang dirilis pemerintah, seperti rangkaian seri ORI dan SBR, responden memilih membeli dari aplikasi mitra bank (54,2%) dan aplikasi mitra fintech (45,8%).

Survei Awareness Penggunaan Platform Digital Untuk Investasi / DailySocial
Survei Awareness Penggunaan Platform Digital Untuk Investasi / DailySocial

Profil pengguna

Pertanyaan berikutnya ke responden adalah pertimbangan saat memilih platform untuk berinvestasi. Jawaban tertingginya adalah sudah terdaftar di OJK (86,6%), banyak fitur yang memudahkan (57,9%), dan tampilan simpel / mudah (49,8%).

Responden mengaku aplikasi ini sudah dipakai antara 3-12 bulan (43,1%), antara 1-3 bulan (26,8%), dan lebih dari 12 bulan (23,9%).

Terkait kebiasaan berinvestasi, responden mengaku bahwa mereka mengalokasikan 1%-10% dari pendapatannya untuk berinvestasi (43,5%), 10%-20% dari pendapatan (35,9%), dan tergantung dari sisa dana di rekening (11%).

Mayoritas responden mengatakan bahwa mereka paham tiap investasi yang diambil sudah disesuaikan dengan tujuannya (63,6%). Meskipun demikian, ada juga yang mengatakan belum tahu tujuan karena masih coba-coba (36,4%). Tujuan investasi lain dari responden adalah untuk membeli rumah (36,8%) dan biaya pendidikan anak (19,5%).

Dalam mendapatkan informasi seputar investasi, responden mengaku mengandalkan sumber yang didapat dari media sosial (52,2%), aplikasi rekomendasi investasi (19,6%), dan kanal berita online (11%).

Kami turut menanyakan rekomendasi jenis investasi dari responden kepada investor yang baru terjun ke dunia investasi. Jawaban terbanyak adalah emas (43,5%) dan reksa dana (33,5%). Alasan mereka adalah jenis ini punya nominal dan risiko rendah (59,3%) dan punya imbal hasil menarik (19,1%).

Pengaruh pandemi

Pandemi yang berlangsung sejak Maret turut menjadi poin yang kami telaah lebih lanjut, apakah ada perubahan cara berinvestasi. Untuk itu kami menanyakan apakah responden melakukan rebalancing investasi.

Persentase perbandingan jawaban yang diberikan cukup tipis, antara mengurangi investasi (36,8%) dan meningkatkan investasi (34%). Alasan mereka rebalancing adalah risiko yang lebih aman sesuai kondisi terkini (40,8%), harga (saham) yang sedang murah (32,4%), dan prospek cerah di masa depan (19,7%).

Untuk mereka yang meningkatkan investasi, persentase dana yang disiapkan naik antara 1%-5% (46,5%), antara 5%-10% (32,4%), dan di atas 10% (21,1%). Jenis investasi yang ingin mereka tingkatkan adalah emas (33,8%), saham (31%), dan reksa dana (28,2%).

Untuk yang mengurangi investasi, persentase dana yang siap dialihkan antara 1%-5% (42,9%), antara 5%-10% (37,7%), dan di atas 10% (19,5%).


Disclosure: Artikel ini didukung oleh platform market research Populix.

Peran Teknologi Tingkatkan Pengalaman Pengguna Aplikasi Investasi Reksa Dana

Tren investasi di dunia digital banyak didorong implementasi teknologi tepat guna oleh masing-masing platform. Saham, reksa dana, dan emas menjadi 3 pilihan populer. Literasi finansial yang mumpuni dan penguasaan teknologi merupakan kombinasi yang bisa meruntuhkan benteng pertama keengganan seseorang untuk berinvestasi.

Saya berbincang dengan beberapa orang untuk mendengar pengalaman mereka berinvestasi melalui aplikasi. Marsya, yang dalam kesehariannya merupakan jurnalis teknologi, sudah aktif berinvestasi reksa dana sejak tahun 2016, terutama sejak kemudahan berinvestasi reksa dana melalui platform online.

“Pakai Bareksa dan Bukareksa. Fiturnya mirip-mirip sebenarnya karena udah paham apa reksa dana, jadi paling penting itu ada grafik pergerakan harga sama pembayaran yang mudah. Juga karena kemudahan pembayaran. Teknologi ini bikin nyaman banget, bisa mendorong orang mulai investasi.” jelas Marsya.

Hal senada disampaikan Nia Wibiyana. Mengenal reksa dana dari sekolah pasar modal yang diikuti tahun 2018 silam, ia memutuskan memakai beberapa aplikasi sekaligus untuk berinvestasi. Alasannya tiap platform memiliki keunggulan fitur masing-masing, meski menurutnya kemudahan pembayaran atau pembelian adalah kuncinya.

“Fitur paling membantu ya pembayaran via dompet digital. Membeli reksa dana melalui aplikasi saat ini super mudah dan sangat nyaman,” ungkapnya.

Arjun, narasumber kami yang lain, sudah membeli produk reksa dana sejak 2012. Menurutnya saat ini berinvestasi menggunakan platform digital sangat nyaman dengan kemudahan membeli, menjual, dan mengalihkan instrumen kapan saja dan di mana saja. Kehadiran fitur portofolio dan robo advisor sangat membantu ketika membutuhkan rekomendasi.

Fokus ke Pengguna

Berkembangnya industri teknologi finansial di Indonesia membuat industri platform investasi juga turut bertumbuh. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya pemain dan inovasi-inovasi yang dihadirkan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, fokus beberapa pemain masih ada pada edukasi pengguna dan pasar mengenai investasi.

Di Indonesia, perpaduan investasi reksa dana dan teknologi sudah banyak melahirkan layanan investasi melalui aplikasi. Inovasi terus dikerjakan, terutama soal integrasi dengan dompet digital. Tak hanya melalui aplikasi khusus, pembelian reksa dana juga bisa dilakukan melalui marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak.

Bibit, yang bernaung di  bawah PT Bibit Tumbuh Bersama, berusaha untuk fokus pada inovasi yang berpihak pada pengguna, khususnya investor pemula. Terlihat dari inovasi mereka dalam bentuk Robo Advisor, sebuah teknologi yang bisa membantu pengguna merancang portofolio investasi yang optimal berdasarkan umur, profil risiko, dan tujuan hidup secara otomatis. Ada juga fitur seperti Auto Financial, Auto Risk Profiling, Auto Rebalancing, dan beberapa lainnya.

Bibit menggunakan penelitian akademik yang sudah terbukti. Bibit tidak menciptakan teori baru. Bibit menggunakan teknologi untuk membuka akses penelitian akademik yang paling sering digunakan oleh professional untuk semua kalangan masyarakat di Indonesia supaya semua orang bisa berinvestasi dengan cara yang benar. Tanpa harus keluar modal yang besar untuk ikut seminar atau menggunakan jasa financial advisor,” terang Co-Founder Bibit Wellson Lo beberapa waktu lalu.

Fitur Robo Advisor adalah salah satu wujud nyata usaha Bibit untuk memudahkan investor pemula memahami dan terjun sebagai investor reksa dana.

Investasi menggunakan inovasi teknologi juga dilakukan Halofina. Aplikasi yang memperkenalkan diri sebagai platform perencanaan keuangan dan investasi ini per Maret 2019 juga melayani pembelian reksa dana.

Pihak Halofina menjelaskan, saat ini mereka memiliki tiga fitur utama dalam upayanya membantu pengguna, seperti Life Plan untuk membantu membangun perencanaan keuangan dan strategi investasi, rekomendasi strategi investasi yang diklaim berbasis kecerdasan buatan, dan Halofina Dashboard yang digunakan untuk memantau performa.

Halofina juga tengah mengembangkan Smart Cash Flow Tracker yang didesain untuk membantu melakukan monitoring pengeluaran dan pemasukan keuangan dan Finaconsult yang disiapkan sebagai fitur konsultasi online yang menghubungkan pengguna dengan konsultan keuangan melalui platform Halofina.

“Kedua fitur ini kami bangun untuk menjadi solusi atas sulitnya mendapatkan advisory dari pakar keuangan dengan harga yang murah, sehingga kami menghadirkan kedua fitur ini untuk memberikan experience konsultasi dengan pakar keuangan yang telah tersertifikasi dengan harga yang terjangkau dan monitoring pengeluaran serta pemasukan keuangan,” jelas jurubicara Halofina.

Sementara itu, Ajaib, di bawah payung PT Takjub Teknologi Indonesia, memiliki cara yang berbeda meski fokusnya tetap membantu investor pemula, yakni melalui hadirnya financial advisor.

“Kami percaya bahwa kondisi keuangan individu unik adanya dan terkadang tidak cukup diselesaikan dengan rumus matematis. Oleh karena itu, lewat financial advisor, Investor Ajaib dapat berkonsultasi. Tidak hanya soal memilih produk investasi, tapi juga soal memecahkan masalah keuangan yang mereka hadapi sampai ke perencanaan keuangan,” terang Brand Communications Manager Ajaib Victoria Christa.

Ajaib juga menghadirkan beberapa menu lainnya untuk mendorong investor pemula, seperti Investasi Bertema Khusus yang didesain untuk membantu pemula memilih tipe-tipe reksa dana. Ada juga fitur Investasi Dipandu Ahli. Untuk fitur ini, Ajaib berkolaborasi dengan perencana keuangan Ryan Filbert untuk membantu pertanyaan investor pemula, seperti kapan harus berinvestasi dan berapa jumlahnya.

Strategi Moduit Tingkatkan Penetrasi Investasi Reksa Dana

Belakangan ini pemain reksa dana online makin ramai bermunculan, mengingat penetrasi instrumen investasi ini masih minim dimanfaatkan oleh masyarakat. Moduit hadir dengan pendekatan yang sedikit berbeda, tidak hanya permudah konsumen untuk berinvestasi. Tapi berkomitmen bangun industrinya itu sendiri dengan merilis platform untuk penasihat investasi (financial advisor).

Moduit didirikan pada awal 2018 oleh Jeffry Lomanto dan Charles Jap. Mereka melihat ada isu penting yang menghambat penasihat finansial untuk berkembang di tengah kemajuan teknologi. Penasihat yang juga bertugas sebagai tenaga pemasar dihadapkan dengan tantangan akuisisi nasabah yang mahal karena proses edukasi harus dilakukan secara individu.

Ditambah lagi, proses administrasi perizinan yang ribet. Sementara, dari sisi teknologi, IoT dan keamanan sistem jadi pain-point. Nasabah kesulitan mengakses informasi portofolio investasinya, serta dikenakan biaya transaksi yang besar.

“Jeffry dan Charles bertemu untuk menciptakan solusi agar semua orang bisa berinvestasi dengan mudah dan terjangkau. Moduit didirikan dengan visi menjadi gerbang akses untuk masyarakat Indonesia bisa mengelola kekayaannya,” ucap CMO Moduit Stefanus Adi Utomo kepada DailySocial.

Dalam model bisnisnya, Moduit punya dua produk yang menyasar tipe pengguna yang berbeda, sekaligus pembeda dari pemain yang lain. Yakni, aplikasi untuk nasabah dan platform untuk penasihat investasi. Keduanya sudah dirilis secara resmi.

Aplikasi Moduit punya beberapa keunggulan. Di antaranya proses kurasi produk menggunakan model Moduit PRIME, yang terdiri dari kriteria kuantitatif dan kualitatif. Alhasil, nasabah akan menerima produk pilihan yang tersedia di platform.

Berikutnya, fitur Moduit Navigator yang akan memandu nasabah mencapai tujuan keuangannya dengan cara merekomendasikan portofolio investasi yang sesuai, mengingatkan untuk berinvestasi rutin dan rebalancing secara berkala.

“Lalu, ada kemudahan akses bagi nasabah karena Moduit menggunakan multi data center dan berbagai teknologi pendukung seperti OCR (Optical Character Recognition) pada saat registrasi dan finger/face scan pada saat login.”

Hingga bulan Oktober 2019, Moduit telah bekerja sama dengan 15 manajer investasi, menyediakan 66 produk reksa dana pilihan. Aplikasinya sudah dirilis pada Maret 2019. Diunduh lebih dari 20 ribu pengguna baik versi iOS maupun Android.

“Dari angka pengunduh, jumlah terdaftarnya lebih dari 10 ribu nasabah dengan pertumbuhan rata-rata dana kelolaan per bulan 83% sejak tanggal peluncuran.”

Platform penasihat investasi

Co-Founder Moduit, Jeffry Lomanto dan Charles Jap / Moduit
Co-Founder Moduit, Jeffry Lomanto dan Charles Jap / Moduit

Stefanus menerangkan, platform penasihat investasi ini sebenarnya baru dirilis pada Mei 2019, setelah perusahaan mengantongi lisensi penasihat investasi dari OJK. Dari lisensi ini, jadi bekal perusahaan untuk memberikan solusi yang lebih komprehensif buat nasabah.

Alasan perusahaan merambah segmen ini lantaran ada ketimpangan jumlah tenaga pemasar efek dengan pertumbuhan pasar modal itu sendiri. Mengacu pada data OJK, jumlah tenaga pemasar efek berlisensi pada September 2019 hanya naik 5,37% atau 15.215 orang dari sebelumnya 14.439 orang, secara year to date.

Angka tersebut terdiri dari WPE/Wakil Perusahaan Efek (WPPE/Wakil Perantara Pedagang Efek atau WPEE/Wakil Penjamin Emisi Efek); Penasihat Investasi; APERD/Agen Penjual Efek Reksa Dana; dan WMI/Wakil Manajer Investasi.

Padahal pertumbuhan investor pasar modal dan dana kelolaannya lebih pesat dari itu. Jumlah investor saja pada tahun lalu tumbuh hingga 44,24% atau 1,6 juta orang.

“Di sini ada kebutuhan buat para tenaga pemasar bagaimana bisa tetap kompetitif. Mereka dapat memanfaatkan Moduit untuk memasarkan produk reksa dana yang sudah diseleksi dengan baik.”

Untuk menjadi penasihat investasi di Moduit, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Individu harus mendaftarkan diri sebagai MAP (Moduit Advisory Partners) dan membantu transaksi klien melalui platform.

Penasihat yang bergabung, harus memiliki lisensi yang masih berlaku. Bisa pilih, WPE (WPPE atau WPEE); WAPERD; atau WMI. “Mereka juga diharuskan punya keahlian untuk menggunakan aplikasi berbasis internet.”

Penasihat yang bergabung, sambungnya, akan didukung dengan berbagai fasilitas di luar pendapatan pasif maupun aktif. Di antaranya dukungan infrastruktur sistem Moduit, seperti CRM, Income Planner, Pipeline Management, dan Scheduler; dukungan operasional, secara berkala akan ada program pelatihan, market update, dan proses perizinan tenaga pemasar.

Tersedia aplikasi versi Android dan iOS yang dapat diunduh para penasihat untuk mulai berjualan.

Di samping itu, pihaknya tidak memberikan preferensi khusus untuk nasabah yang disasar. Stefanus hanya menyebut ada segmen masyarakat yang sibuk, atau butuh konsultasi dari pakar yang membutuhkan peran dari penasihat investasi ini. Yang mana, segmen ini tidak melulu berkaitan erat dengan nasabah tajir.

“Ada tipe masyarakat yang ragu-ragu untuk terjun ke pasar modal, sehingga mereka butuh ngobrol untuk memperkuat pertimbangan mereka. Ada juga yang sibuk, sehingga kurang update dengan perkembangan pasar modal.”

Sistem pembagian hasilnya untuk setiap nasabah yang berinvestasi lewat penasihat keuangan, ada dua tipe. Pendapatan langsung dari biaya transaksi yang besarannya tergantung ketentuan prospektus masing-masing dan pendapatan bulanan dari management fee.

Diklaim saat ini perusahaan telah memiliki sekitar 39 tenaga pemasar yang telah bergabung.

Target dan persiapan pendanaan seri A

Tampilan aplikasi Moduit / Moduit
Tampilan aplikasi Moduit / Moduit

Salah satu inovasi Moduit yang terbaru adalah bekerja sama dengan GoPay sebagai tambahan metode pembayaran. Diharapkan masyarakat akan semakin mudah berinvestasi reksa dana secara terjangkau.

Berikutnya, perusahaan akan menambah opsi pembayaran dengan metode virtual account yang bakal meluncur pada bulan depannya. “Kami akan terus memperkaya fitur dan memodifikasi proses untuk permudah nasabah dalam menggunakan aplikasi.”

Terkait pendanaan, Stefanus menyebut pihaknya sedang dalam proses penggalangan dana seri A. Diharapkan dapat diumumkan pada awal tahun depan.

Sebelumnya, perusahaan telah mengantongi sejumlah dana dengan nilai dirahasiakan dari angel investor. Lalu, baru saja lulus sebagai peserta dalam program Plug and Play Asia Pacific Batch 5.

“Kami baru saja mengikuti program Plug and Play Asia Pacific Batch 5 dan sedang dalam proses fundraising series A,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Strategi Raiz Invest Jangkau Investor Reksa Dana Pemula

Investor reksa dana di Indonesia saat ini baru sekitar 1,4 juta orang atau kurang dari 1% dari total populasi. Angka ini tertinggal jauh dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara yang porsinya sudah mencapai 20%. Masih banyaknya orang yang belum disentuh sebetulnya adalah kue bisnis yang begitu menggiurkan.

Oleh karena itu, wajar jika semakin banyak pemain investasi reksa dana online. Salah satu yang baru-baru ini meresmikan kehadiran adalah Raiz Invest. Pemain dari Negeri Kangguru itu menegaskan posisinya sebagai aplikasi yang dikhususkan untuk menjangkau pemula yang benar-benar sebelumnya tidak pernah berinvestasi reksa dana.

“Pemain yang lain itu kebanyakan supermarket reksa dana. Dari segi edukasi, ini ada gap karena buat orang awam bagaimana mereka bisa tertarik bila saat masuk ke sana harus memilih produk mana yang sesuai dengan profil risiko mereka, justru makin bingung. Butuh terobosan di sini,” ujar CEO Raiz Invest Melinda N. Wiria kepada DailySocial.

Menurutnya, justru Raiz menjadi pintu awal untuk membentuk kebiasaan, sebelum para investor pemula untuk masuk ke supermarket reksa dana tersebut. Ketika mereka sudah merasa paham, maka bisa melanjutkan ke platform lain.

“Jadi sebenarnya silakan bila pengguna Raiz Invest untuk pindah ke platform lain karena di kami memang didesain untuk mulai bangun kebiasaan berinvestasi buat orang yang benar-benar awam dan nominalnya Rp10 ribu saja untuk memulainya.”

Desain produk menyesuaikan ekspektasi pemula

Dari segi UI/UX, produk, dan opsi pembayaran yang disediakan Raiz diklaim disusun sesuai dengan ekspektasi investor pemula. Pertama, jenis reksa dana yang tersedia hanya ada satu pilihan produk dari manajer investasi.

Sekarang baru tersedia pilihan reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, dan saham yang dikelola oleh Avrist Asset Management. Ke depannya, Raiz akan menambah jenis reksa dana lainnya seperti syariah dan dana abadi (endowment fund).

“Kami sengaja tidak sediakan banyak produk reksa dana dari berbagai Manajer Investasi (MI). Dengan nominal kecil, investor bisa learning by doing, langsung masuk ke pasar modal dan merasakan sendiri, sehingga ongkos belajarnya jadi lebih singkat.”

Pemilihan MI, menurut Melinda, tidak sembarang. Karena ekspektasinya harus sesuai dengan apa yang ada di benak investor pemula, maka produk reksa dana yang disediakan harus pas. Ambil contoh, reksa dana tersebut portofolio penempatannya harus dikelola secara pasif.

Bila reksa dana pendapatan tetap, maka produk ini 100% ada di obligasi yang ditaruh di surat hutang milik pemerintah. Alhasil kinerja dari produk ini tercermin secara pasti dan bisa dibandingkan dengan produk deposito yang diterbitkan bank.

“Produk yang kami pilih biasanya tidak pernah masuk 10 besar dari top reksa dana dengan kinerja terbaik. Begitu juga buat reksa dana saham, harus 100% di saham LQ45 semua jadi investor bisa langsung belajar.”

Ekosistem pembayaran di Raiz dibuat sengaja dibuat tertutup untuk meminimalkan beban biaya yang harus dibayarkan pengguna, mengingat minimal investasi di Raiz hanya Rp10 ribu. Perusahaan baru bekerja sama dengan CIMB Niaga untuk gerbang pembayarannya.

Jadi sebelum bergabung di Raiz, investor disyaratkan harus memiliki rekening CIMB Niaga untuk pemindahan dananya. Melinda menyebut pihaknya akan membuka opsi pembayaran lainnya agar memudahkan investor, di antaranya dengan menggandeng aplikasi uang elektronik.

Target Raiz

Sejak meresmikan kehadirannya di akhir Agustus lalu, CMO Raiz Invest Fahmi Arya mengungkapkan aplikasinya telah diunduh lebih dari 2500 kali. Di situ, perusahaan mendapat 200 orang investor baru dan 100 orang lainnya sudah pernah terdaftar sebagai investor reksa dana.

Raiz sebenarnya sudah soft launch pada Maret, diklaim ada 90 ribu calon pengguna (pre-sign up users) menyatakan tertarik untuk bergabung.

Lantaran Raiz tidak fokus sebagai supermarket reksa dana yang parameter pencapaiannya adalah jumlah dana kelolaan, perusahaan justru fokus menambah jumlah pengguna. Fahmi menargetkan sampai akhir tahun bisa tembus di angka 40 ribu orang.

“Sekarang memang fokus bidik orang yang sudah punya rekening bank, tapi nanti mau bidik ke unbanked tapi sudah punya e-money. Makanya dalam waktu dekat akan tambah opsi pembayaran dari pemain non bank,” tambahnya.

Dari segi fitur juga akan ditambah. Rencananya Raiz akan merilis fitur untuk menyasar para perencana keuangan. Fahmi beralasan, fitur ini sebenarnya terinspirasi dari Raiz Invest di Australia. Di sana, aplikasinya banyak dipakai oleh para perencana keuangan untuk bantu klien mereka yang ingin mulai mengatur keuangannya dari awal.

“Untuk fitur ini, kami akan bidik perencana keuangan yang ada di bank. Di sana mereka sudah punya klien sehingga kami dapat lebih mudah penetrasi pasarnya.”

Adapun fitur yang sudah tersedia di Raiz saat ini adalah recurring investment (investasi dengan metode cicilan lewat auto debet); lump sum investment (investasi langsung dalam jumlah tertentu); dan round-up (investasi yang dikumpulkan dari setiap selisih nilai transaksi).

Platform Investasi Emas Masduit Resmikan Kehadiran, Dukung Kemudahan Beli Mulai 0,1 Gram

Minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi jangka panjang lewat emas masih tinggi, dibandingkan instrumen lainnya. Peluang tersebut akhirnya dimanfaatkan oleh PT Aurum Digital Internusa untuk merilis Masduit.

Konsep yang ditawarkan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pemain investasi emas online lainnya. Masduit menawarkan fitur beli, jual, ambil, dan transfer emas. Yang sedikit berbeda ialah alur operasional bisnisnya.

Masduit terhubung langsung dengan PT Hartanidanata Abadi Tbk yang bertindak sebagai induk usaha sekaligus penyuplai emas batangannya. Seluruh emas yang dijual Masduit akan disimpan dalam secara fisik dalam kustodian anak usaha gadai Hartadinata Abadi, PT Gadai Cahaya Dana Abadi.

Masduit sebenarnya sudah berdiri sejak April 2018 dan diakuisisi Hartadinata pada Juli 2019. Hartadinata membeli 90% saham Masduit dengan nilai transaksi Rp4,5 miliar.

“Karena kami terhubung langsung dengan Hartadinata, menyebabkan rantai pasokan kami menjadi lebih efisien sehingga harga logam mulia jadi lebih murah dan produk kami diajamin keaslian dan keamanannya,” ucap CEO Masduit Bony Hudi, kemarin (19/9).

Dia juga menyebut, kelebihan lainnya dari Masduit adalah menerima transaksi logam mulia bentuk fisik dengan pecahan terkecil mulai dari 0,1 gram, 0,25 gram, hingga terbesar 100 gram. Adapun harga beli emas 0,1 gram di pasaran sekitar Rp71 ribu.

Emas yang dibeli konsumen akan dicatat secara digital pada e-brankas emas di dalam aplikasi Masduit dan secara fisik disimpan di kustodian. Bony memastikan tidak ada biaya tambahan ketika konsumen lebih memilih untuk menitipkan saja karena komponen biaya ini sudah termasuk dalam harga beli emas yang mereka bayarkan.

Konsumen juga dapat menjual secara fisik emas yang sudah mereka beli ke gerai emas milik Hartadaniata yang saat ini berjumlah 34 toko di seluruh Indonesia atau mengubahnya menjadi perhiasan dengan desain eksklusif di sana.

Sampai akhir tahun ini, Bony menargetkan aplikasinya dapat diunduh hingga 500 ribu kali. Dari jumlah tersebut, ditargetkan 30% diantaranya adalah pengguna aktif bulanan.

“Pada 2020, kami berkeinginan untuk menjangkau setidaknya satu juga penduduk Indonesia yang aktif bertransaksi logam mulia melalui aplikasi Masduit,” tutupnya.

Dari regulasi, Hartadinata telah terdaftar di OJK dan BEI sebagai perusahaan terbuka. Masduit sendiri telah mendapatkan izin dari Kemkominfo dan berada di bawah pengawasan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)

Aplikasi Masduit saat ini tersedia dalam bentuk APK-nya di situs resminya dan belum tersedia di platform Google Play dan Apple App Store.

Perkuat Produk Investasi, Bukalapak Gandeng Pluang Luncurkan Fitur Cicil Emas

Bukalapak kian agresif mengeksplorasi pasar finansial di Indonesia. Teranyar, Bukalapak menggandeng Pluang merilis fitur Cicil Emas untuk memperkuat produk investasi mereka.

Cicil Emas merupakan fitur baru yang terdapat dalam produk BukaEmas. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk membeli emas dalam kurun 24 jam 7 hari untuk membeli emas mulai dari 1 gram secara cicilan dengan tenor 3 hingga 24 bulan.

Fitur anyar ini memperkuat jajaran produk finansial Bukalapak, khususnya produk investasi yang terdiri dari BukaEmas dan BukaReksa. Di BukaEmas sendiri, fitur cicilan ini melengkapi fitur yang sudah ada seperti jual-beli emas dan pembelian otomatis.

“Kenapa emas? Karena emas ini instrumen paling tua tapi juga salah satu yang paling populer di Indonesia,” ujar Head of Investment Solution Bukalapak, Dhinda Arisyiya.

Adapun peran yang dipikul Pluang dalam kerja sama dengan Bukalapak ini adalah pihak yang mengelola pembelian emas tersebut. Seperti diketahui Pluang (emas) terafiliasi dengan PT PG berjangka yang mmegang lisensi dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI).

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas mengakui pembelian emas dengan cicilan bukan barang baru di Indonesia. Namun ia mengklaim bahwa Cicil Emas yang mereka perkenalkan ini adalah yang pertama secara digital.

Pluang sendiri merupakan platform investasi jual beli emas yang sebelumnya bernama EmasDigi. Perusahaan baru saja mendapatkan pendanaan seri A senilai Rp42 miliar dari sejumlah investor yang dipimpin oleh Go-Ventures, unit ventura milik Gojek.

“Kita ingin menabung emas jadi bagian keseharian masyarakat,” ucap Claudia.

Penikmat fitur investasi bertumbuh

Ini merupakan fitur kesekian yang dirilis oleh Bukalapak dalam produk keuangan mereka. Pada akhir Juli lalu misalnya, Bukalapak melebarkan produk pembiayaan mereka dengan merilis fitur opsi pembiayaan multiguna bekerja sama dengan Home Credit.

Dhinda mengakui produk keuangan memang menjadi salah satu andalan mereka saat ini mengingat salah satu visi mereka adalah memperluas inklusi keuangan. Bukalapak sendiri saat ini sudah memiliki sejumlah produk finansial mulai dari BukaEmas, BukaReksa, BukaPembiayaan, BukaCicilan, BukaModal, dan BukaAsuransi.

Khusus BukaEmas, Dhinda mengklaim perkembangannya cukup pesat dari total pengguna 600 ribu pada akhir tahun lalu menjadi 2,5 juta pada pertengahan tahun ini dengan rata-rata uang yang diinvestasikan para pengguna berkisar Rp20.000-Rp50.000.

“Targetnya sama dengan keseluruhan target BukaEmas yakni tumbuh double digit hingga akhir tahun ini,” imbuh Dhinda.

Klaim bisnis sehat-sehat saja

Kabar penyusutan karyawan yang dilakukan Bukalapak sempat menghebohkan publik. Sebagai unicorn dalam negeri, penyesuaian karyawan itu dipersepsikan sebagai surutnya bisnis.

Dhinda menampik anggapan tersebut. Menurutnya, peluncuran fitur Cicil Emas ini adalah bukti bisnis mereka baik-baik saja. Keputusan perusahaan memangkas jumlah karyawan dianggap tak terelakkan guna mengejar tujuan besar mereka menjadi e-commerce yang dapat mengantongi profit.

“Sebagai [platform] e-commerce yang terus tumbuh dan terus besar, tentu penataan diri itu penting sehingga kami bisa mencapai visi misi kami menjadi salah satu [platform] e-commerce yang profitable atau yang BEP pertama,” pungkas Dhinda.

Application Information Will Show Up Here

Bareksa Segera Jual Obligasi Korporasi, Emas, Reksa Dana untuk Nikah dan Umroh

Bareksa bergerak aktif mengembangkan produk dan layanannya dengan segera meluncurkan marketplace untuk obligasi korporasi, emas online, serta reksa dana yang dibalut untuk nikah dan umroh. Perusahaan akan bekerja sama dengan berbagai mitra dan produk secara bergilir hadir sampai akhir tahun ini.

Co-Founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra menjelaskan inovasi tersebut merupakan bagian dari ambisi perusahaan yang ingin memberikan akses kepada masyarakat terhadap berbagai produk investasi, tidak hanya berhenti di reksa dana dan obligasi ritel online saja.

“Ke depannya, Bareksa akan tumbuh lebih cepat daripada saat awal berdiri. Sebab, teknologi dan segmen ritel memiliki peranan yang penting dalam investasi online,” sebutnya, kemarin (27/5).

Penjualan obligasi korporasi ini akan dilakukan secara perdana bersama anak usaha Grup Astra, FIFGroup. Tidak menutup kemungkinan perusahaan lain bisa turut masuk untuk menjual obligasinya lewat Bareksa.

Karaniya melihat FIF termasuk ke dalam korporasi kedua teraktif di Indonesia yang menerbitkan obligasi untuk membiayai kredit motor. Secara total nilai obligasi yang telah dirilis FIF mencapai Rp42 triliun, dengan outstanding sekitar Rp9 triliun.

Ratingnya pun cukup menjanjikan, idAAA (triple A) dari Pefindo, merepresentasikan kemampuan obligor (penerbit obligasi) untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang atas efek utang. Rating tersebut dianggap sangat aman sama seperti membeli surat hutang pemerintah.

VP Corporate Finance and Treasury Division FIFGroup Jerry Fandy menambahkan, perseroan tertarik untuk menarik investor ritel lantaran pertumbuhannya yang cukup signifikan tiap tahunnya. Kendati secara nominal tidak sebesar korporasi, namun pertumbuhannya yang stabil menjadi fakta yang menarik.

“Pasarnya besar sekali. Kita juga lihat dari pertumbuhan orang yang beli deposito lewat bank, dapat berapa bunganya, apalagi ada pajak. Sementara di obligasi, yield-nya pasti lebih tinggi,” kata Jerry.

Dari sisi investor korporasi, terjadi kejenuhan yang dikhawatirkan akan mengurangi minat untuk membeli obligasi. Selama ini FIF selalu mengandalkan investor korporasi dan asing. Meski begitu, perseroan masih dalam tahap edukasi untuk meningkatkan partisipasi dari investor ritel.

Obligasi korporasi ini rencananya akan dijual dalam platform Bareksa paling lambat kuartal akhir 2019. Harganya dimulai dari Rp500 ribu, lebih rendah dari pembelian SBN dan sukuk sebesar Rp1 juta.

Untuk tenornya maksimal 1 tahun, meski belum ada keputusan final. Begitupun dari sisi bunga yang ditawarkan. Biasanya FIF menawarkan bunga sekitar 7,55% per tahun untuk investor korporasi.

Jenis investor yang nantinya disasar adalah first market, artinya mereka yang membeli lewat masa penawaran. Tidak ada ketentuan khusus untuk menjadi pembeli, hanya saja perlu menyiapkan NPWP.

Belum ditentukan berapa besar porsi yang disiapkan untuk investor ritel dalam pelaksanaan obligasi yang bakal digelar FIF. Namun, saat ini perseroan memiliki jatah untuk penerbitan obligasi dalam rangkaian Penawaran Umum Berkelanjutan IV (PUB IV) dengan total plafon Rp15 triliun yang berlaku selama dua tahun.

Perseroan masih dalam masuk masa book building untuk penerbitan obligasi sebesar Rp1,5 triliun. Nah, sekitar kuartal III 2019 akan kembali menerbitkan obligasi dengan nilai yang masih dirahasiakan.

“Belum bisa ngomong karena tergantung market di masa book building ini. Semoga semester dua kondisi bisa lebih jelas dan stabil pasca pemilu dan ada kejelasan dari perang dagang.”

Pengembangan produk lainnya

Di saat yang bersamaan, Karaniya juga mengungkapkan perusahaan melakukan perluasan kerja sama dengan berbagai mitra untuk menarik lebih banyak nasabah baru hingga satu juta orang sampai akhir tahun ini. Serta, penyempurnaan sistem pembayaran dengan Ovo agar nasabah lebih mudah bertransaksi.

Bareksa bekerja sama dengan Bridestory untuk memudahkan impian pengguna Bridestory yang ingin menikah tanpa kredit. Underlying produk yang dipakai adalah reksa dana pasar uang dengan kestabilan keuntungan yang terukur.

Begitupun untuk produk umroh, Bareksa secara khusus bekerja sama dengan Grab untuk para mitra pengemudi. Bareksa telah gaet penyedia jasa umroh terpercaya demi mencegah penipuan yang marak terjadi.

“Dua produk ini disebut Dream Investing, mewujudkan impian dengan berinvestasi reksa dana. Produk umroh ini rencananya akan dirilis Juni 2019, sudah lapor ke OJK terkait mekanismenya. Sementara dengan Bridestory, rencananya kuartal IV 2019.”

Penjualan emas online dalam Bareksa rencananya akan hadir bersamaan dengan Bridestory. Perusahaan bekerja sama dengan IndoGold sebagai agen penjual emas bersertifikasi resmi dari Antam. IndoGold juga menjadi mitra untuk BukaEmas di Bukalapak.

Produk reksa dana di Bareksa juga akan segera tersedia di aplikasi Ovo pada kuartal III 2019. Karaniya berharap pengguna Ovo bisa memutar uang elektroniknya yang idle ke dalam produk reksa dana, sehingga bisa memberikan nilai tambah.

Dalam waktu dekat Ovo juga akan segera hadir sebagai opsi pembelian reksa dana di Bareksa. Selama ini, setiap membeli reksa dana nasabah harus transfer manual ke rekening bank kustodian dan melaporkan bukti transfer ke Bareksa.

“Secara teknis kami sudah siapkan [untuk kerja sama dengan Ovo].”

Selama lima tahun berdiri, perusahaan kini telah memiliki 510 ribu orang nasabah. Diklaim merepresentasikan 40% dari total investor reksa dana se-Indonesia. Dari angka tersebut, sekitar 17 ribu orang membeli obligasi pemerintah (sukuk dan SBR).

Jumlah dana masyarakat yang telah diinvestasikan mencapai lebih dari Rp2,9 triliun dengan total dana Asset Under Management (AUM) melampaui Rp1,1 triliun. Ada 212 produk reksa dana yang dijual lewat Bareksa bekerja sama dengan 43 manajer investasi (MI).

Dari segi kemitraan, perusahaan telah bekerja sama dengan Tokopedia, Bukalapak, Doku, Kementerian Keuangan, dan CekAja untuk distribusi produk investasi.

Application Information Will Show Up Here

Belum Tinggalkan Platform Investasi, Ternaknesia Mulai Fokus ke Pemasaran Hasil Ternak

Ternaknesia merupakan sebuah platform digital untuk solusi peternakan. Tak hanya layanan investasi ke peternakan, ia berkembang menjadi platform pemasaran hasil peternakan yang kini menjadi fokus utama perusahaan. Tahun ini Ternaknesia menyiapkan berbagai rencana, termasuk menguatkan aspek pemasaran dan mengurus perizinan ke OJK.

Founder dan CEO Ternaknesia Dalu Nuzlul Kirom kepada DailySocial menceritakan, mereka saat ini mulai fokus pada aspek pemasaran hasil peternakan sejak tahun lalu. Saat ini Ternaknesia memiliki puluhan mitra peternak yang tersebar di kota-kota di Indonesia.

“Pertama perlu saya jelaskan bahwa Ternaknesia adalah platform digital pemasaran dan permodalan peternakan. Memang awalnya kami mengawali dan membesarkan aspek permodalan untuk peternakan melalui crowdfunding P2P (Peer to Peer).  Namun sejak 2018 kami mulai menguatkan aspek pemasaran hasil panen peternakan.”

“Sampai saat ini mitra peternak kami ada sekitar 57 peternak. Di antara peternak tersebut, hanya 16 peternak yang pernah dan sedang kami bantu aspek permodalan yang tersebar di seluruh kawasan Pulau Jawa. Dana yang kami kelola sampai saat ini sudah di atas 15 Miliar [Rupiah], begitu pula omset untuk pemasaran hasil ternak,” imbuhnya.

Nuzlul menjelaskan, perkembangan Ternaknesia sejauh ini tidak lepas dari upaya mereka menjaga kualitas layanan dan hubungan dengan pelanggan. Salah satu cara yang dilakukan adalah tetap menerima saran dan masukan dari pelanggan dan memberikan transparansi data berupa laporan rutin,  terutama yang berkaitan dengan investasi dan menyiapkan beberapa mitigasi risiko.

Mitigasi risiko

Meski mulai fokus pada pemasaran hasil ternak, perusahaan masih memiliki layanan investasi. Untuk itu Nuzlul memastikan pihaknyaa harus paham betul bagaimana menyiapkan mitigasi risiko-risiko yang ada. Salah satunya dengan terjun langsung ke lapangan.

Menurut Nuzlul, dirinya masuk ke beberapa asosiasi dan organisasi peternakan. Dua di antara nya adalah HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia) dan Aspetindo (Asosiasi Pengusaha Pengusaha Ternak Indonesia). Dengan bergabung ke dalam asosiasi, pihak Ternaknesia bisa menentukan apakah peternak yang mengajukan permohonan pendanaan bisa dipercaya atau tidak.

“Di sinilah kami terbantu untuk menentukan apakah peternak yang mengajukan permohonan pendanaan, bisa dipercaya atau tidak. Kami juga bisa melacak track record transaksi si peternak dari beberapa peternak di asosiasi ini, baik sebagai supplier maupun buyer,” jelasnya

Ternaknesia sendiri memberikan modal ke bisnis peternakan, bukan per hewan ternak. Dengan demikian jika ada satu-dua ekor hewan yang mati maka risiko akan ditanggung bersama oleh para investor. Ternaknesia juga memiliki standar peternakan yang akan didanai, seperti sudah berjalan minimal tiga tahun, memiliki kepastian pasar yang jelas, dan beberapa standar lainnya.

Penyaluran dana yang dilakukan Ternaknesia dibuat bertahap, dilihat dari perkembangan aktivitas para peternak. Mereka mengklaim rutin melakukan kunjungan untuk memantau dan mengawasi perkembangan ternak.

“Kami membuka pasar sendiri agar bisa menjadi offtaker hasil panen peternak. Dengan demikian paternak memiliki kepastian buyer yang aman dan menguntungkan. Latar belakang solusi ini dari kejadian yang riil yang pernah kami dapati adalah peternak tidak dibayar oleh buyer-nya, jadi di bayangan kami nantinya tercipta closed loop. Offtaker-nya dari kami, kemudian jika demand lebih besar kami bantu supplier dengan pemodalan sehingga investor yang terlibat dalam pemodalan juga merasa aman karena pasarnya pasti,” terang Nuzlul.

Rencana-rencana tahun ini

Tahun ini Ternaknesia sudah merencanakan beberapa hal. Termasuk di dalamnya menguatkan aspek pemasaran hasil ternak, baik produk harian maupun tahunan seperti perayaan Kurban. Penguatan ini rencananya akan difokuskan di Surabaya sebagai validasi pasar awal.

“Untuk fintech, tahun ini proyek investasi untuk peternakan kami kurangi karena fokus mengawasi dan mengontrol proyek yang sudah ada. Kami juga sedang mempelajari dan mengurus perijinan ke OJK. Selain itu, tahun ini kami mengembangkan aplikasi untuk peternak, sehingga manajemen mereka bisa lebih baik dan aktivitas mereka, terutama keuangan bisa lebih terpantau oleh kami dan investor,” tutup Nuzlul.

Application Information Will Show Up Here