10 Smartwatch Harga Rp500 Ribu Paling Direkomendasikan

Smartwatch telah menjadi bagian integral dari dunia teknologi dan pergelangan tangan kita. Berdasarkan informasi dari Wareable, meskipun penelitian terbaru memprediksi bahwa sebanyak 353 juta smartwatch akan dikirimkan pada tahun 2027, meningkat dari hanya 51 juta pada tahun 2017, namun mungkin mengejutkan banyak orang bahwa smartwatch pertama sebenarnya berasal dari tahun 1927. Ada ledakan popularitas smartwatch pada tahun 80-an dan 90-an.

1. Xiaomi Band

Xiaomi Mi Band 2 juga tahan air

Xiaomi Band adalah gelang pintar yang dapat dihubungkan dengan perangkat Android dan memiliki ketahanan air yang impresif. Dengan kapasitas baterai mencapai 41 mAh, perangkat ini menawarkan daya tahan baterai hingga 30 hari. Dilengkapi dengan sensor militer, Xiaomi Band memonitor aktivitas Anda sepanjang hari.

  • Konektivitas: Android
  • Ketahanan Air: Ya
  • Kapasitas Baterai: 41 mAh
  • Daya Tahan Baterai: Hingga 30 hari
  • Sensor: Sensor militer
  • Harga: Sekitar 300 ribu

2. Onix P1

Onix P1 adalah smartwatch yang dapat terhubung dengan Android dan memiliki fitur tahan air. Dengan desain yang simpel dan berbagai pilihan warna, perangkat ini menawarkan layar LED yang menampilkan berbagai informasi.

  • Konektivitas: Android
  • Ketahanan Air: Ya
  • Layar: LED
  • Fitur Tambahan: Mode olahraga, pemantauan tidur, dan pengukuran suhu
  • Harga: Sekitar 200 ribu

3. Amazfit Bip U

Foto: amazfit.com

Amazfit Bip U menawarkan berbagai mode olahraga, mulai dari lari outdoor hingga berenang. Dengan dua sensor, BioTracker 2 PPG dan OxygenBeats, perangkat ini dapat mengukur detak jantung dan kadar oksigen dalam darah.

  • Mode Olahraga: 60 pilihan mode
  • Sensor: BioTracker 2 PPG dan OxygenBeats
  • Fitur Tambahan: Pemantauan tidur nyenyak, tidur ringan, dan tidur REM
  • Harga: 500 ribu

4. Vyatta Fitme Pro X

Fitme Pro X dari Vyatta adalah smartwatch dengan desain dinamis yang cocok untuk semua usia dan gender. Dilengkapi dengan sensor yang dapat mengukur suhu tubuh secara real-time, perangkat ini menawarkan layar berukuran 1,69 inci dengan teknologi IPS Full touchscreen.

  • Layar: 1,69 inci IPS Full touchscreen
  • Proteksi Layar: Scratch Resistant Tempered Glass
  • Sensor: Pengukuran suhu tubuh real-time
  • Fitur Tambahan: Pemantauan aktivitas harian, mode olahraga, dan pemantauan tidur
  • Harga: Sekitar 500 ribu

5. Huawei Band 6

Dengan layar AMOLED berukuran 1,47 inci, Huawei Band 6 menawarkan berbagai fitur kesehatan, termasuk pemantauan detak jantung, mode olahraga, dan pemantauan stres.

  • Layar: 1,47 inci AMOLED
  • Ketahanan Air: Hingga kedalaman 50 meter
  • Fitur Kesehatan: Pemantauan detak jantung, mode olahraga, pemantauan stres
  • Harga: Sekitar 500 ribu

6. Amazfit BIP S Lite

Amazfit BIP S Lite menawarkan daya tahan baterai hingga 30 hari dan memiliki lebih dari 150 Watch Face yang dapat diganti. Dengan 8 mode olahraga dan fitur kesehatan yang lengkap, perangkat ini adalah pendamping sehari-hari yang sempurna.

  • Daya Tahan Baterai: Hingga 30 hari
  • Watch Face: Lebih dari 150 pilihan
  • Mode Olahraga: 8 pilihan mode
  • Harga: Sekitar 500 ribu

7. Onix Cognos U Watch U8

Dapat dihubungkan dengan Android dan iOS, Onix Cognos U Watch U8 memiliki layar sentuh berukuran 1.48 inci. Meskipun tidak tahan air, perangkat ini menawarkan berbagai fitur multimedia dan sensor untuk olahraga.

  • Konektivitas: Android dan iOS
  • Layar: 1.48 inci touchscreen
  • Fitur Multimedia: Ya
  • Harga: Sekitar 100 ribu

8. Honor Band 6

Mirip dengan Smart Band, Honor Band 6 menawarkan fitur yang lebih lengkap dengan desain yang elegan. Dengan layar AMOLED berukuran 1.47 inci, perangkat ini menawarkan tampilan yang jelas dan tajam.

  • Layar: 1.47 inci AMOLED
  • Desain: Elegan
  • Fitur Tambahan: Pemantauan tidur, mode olahraga, dan pemantauan stres
  • Harga: Sekitar 500 ribu

9. OASE Horizon W1

Dengan desain minimalis, OASE Horizon W1 cocok untuk semua bentuk tangan. Perangkat ini menawarkan fitur lengkap dan daya tahan baterai yang lama. Layarnya dilindungi oleh Tempered Glass, menjadikannya tahan terhadap goresan.

  • Desain: Minimalis
  • Proteksi Layar: Tempered Glass
  • Fitur Tambahan: Pemantauan aktivitas harian, mode olahraga, dan pemantauan tidur
  • Harga: Sekitar 500 ribu

10. VYATTA Fitme Pro X

Mirip dengan Vyatta Fitme Pro X, produk ini menawarkan sensor untuk mengukur suhu tubuh dan layar IPS Full Touch Screen berukuran 1,69 inci.

  • Layar: 1,69 inci IPS Full Touch Screen
  • Sensor: Pengukuran suhu tubuh real-time
  • Fitur Tambahan: Pemantauan aktivitas harian, mode olahraga, dan pemantauan tidur
  • Harga: Sekitar 500 ribu

Honor Umumkan Watch GS 3, Smartwatch Stylish Dengan Bodi Stainless Steel

Pada bulan September 2021 lalu, Honor memperkenalkan Watch GS Pro. Jam tangan pintar ini ditujukan untuk penggemar aktivitas outdoor dan para petualang.

Kini Honor kembali mengumumkan smartwatch baru seri GS, yakni Watch GS 3. Sangat kontras dengan Watch GS Pro, Watch GS 3 justru tampil stylish dengan bodi lebih ramping, pelacakan lokasi yang lebih baik, dan dilengkapi rangkaian fitur pelacakan kesehatan yang lengkap.

 

Dari segi desain, Watch GS 3 mengemas kaca lengkung 3D baru di depan panel AMOLED 1,43 inci beresolusi 466×366 piksel (336 ppi) berbentuk bulat dengan diameter 45,9 mm. Ia hadir dalam pilihan warna silver, gold, dan black dengan tali kulit atau tali karet yang tahan lama.

Sasisnya terbuat dari 316L low-carbon stainless steel dengan ketebalan 10,5 mm dan beratnya hanya 44 gram. Bodinya juga sudah tahan air dengan sertifikasi 5 ATM, jadi bisa dipakai saat mandi atau aktivitas berenang.

Berkat sensor pemosisian dual-frequency baru yang mendukung lima konstelasi satelit utama, perangkat wearable ini dapat melacak pengguna ke mana pun perginya meski tak terhubung dengan smartphone. Ia juga dapat menyajikan data yang lebih akurat saat berlari, mendaki, dan melakukan aktivitas outdoor lainnya.

Tentunya Honor Watch GS 3 juga dilengkapi dengan rangkaian fitur kesehatan yang ditingkatkan. Ia memiliki modul PPG 8-channel yang dapat memberikan akurasi minimum 97% saat melacak detak jantung. Serta, dapat melacak kadar oksigen dalam darah, kualitas tidur, dan ada lebih dari 100 mode olahraga termasuk 10 mode olahraga profesional.

Jeroannya menggunakan chipset Apollo4 dengan penyimpanan internal 4G dan menjalankan LiteOS yang mendukung banyak aplikasi pihak ketiga. Rangkaian sensornya mencakup accelerometer, gyro, compass, air pressure, dan ambient light.

Dengan baterai 451 mAh, smartwatch ini menjanjikan masa pakai hingga 14 hari untuk penggunaan biasa atau 30 jam dengan pelacakan GPS terus menerus. Bila sedang terburu-buru, cukup mengisi daya selama 5 menit dan pengguna akan mendapatkan daya yang cukup untuk bertahan sepanjang hari. Pengisian dari baterai kosong sampai penuh akan memakan waktu kurang dari satu jam.

Harga Honor Watch GS 3 di Tiongkok dibanderol mulai dari CNY 1.300 (Rp2,9 jutaan) dengan tali karet atau CNY 1.500 (Rp3,3 jutaan) dengan tali kulit.

Sumber: GSMArena

Samsung Galaxy Watch4 dan Watch4 Classic Resmi Hadir di Indonesia, Ada Versi LTE

Samsung resmi memperkenalkan Galaxy Watch4 dan Watch4 Classic pada tanggal 11 Agustus kemarin, dan kedua smartwatch itu pun sudah bisa dipesan di Indonesia sejak beberapa hari yang lalu. Menurut Taufiq Furqan selaku Product Marketing Manager Samsung Mobile di Indonesia, antusiasme konsumen tanah air rupanya cukup besar terhadap kedua perangkat ini.

Hal itu bisa dimengerti mengingat Watch4 dan Watch4 Classic adalah smartwatch pertama Samsung yang menjalankan sistem operasi Wear OS. Namun agar tetap terasa familier di mata konsumen, Samsung tidak lupa menyematkan tampilan antarmuka One UI. Jadi meski fondasi dasarnya berbeda, Samsung berani memastikan pengguna tidak akan perlu waktu lama untuk beradaptasi dengan Wear OS di Watch4 dan Watch4 Classic.

Lalu bagaimana nasib smartwatch Samsung yang masih menjalankan OS Tizen? Apakah ke depannya Samsung juga bakal merilis update Wear OS? Sayang sekali tidak. Meski begitu, Taufiq menjamin bahwa konsumen tidak perlu khawatir karena Samsung masih akan terus memberikan support terhadap Tizen. Namun kalau mereka memang menginginkan lebih, Watch4 dan Watch4 Classic tentu bisa jadi pilihan.

Seperti yang sudah saya jelaskan secara merinci di artikel sebelumnya, baik Watch4 maupun Watch4 Classic sama-sama hadir dalam dua ukuran. Kalau dilihat secara keseluruhan, Watch4 terkesan sangat sporty, sedangkan Watch4 Classic terkesan lebih elegan dan classy. Ini wajar mengingat Watch4 sejatinya merupakan suksesor dari Watch Active2, sedangkan Watch4 Classic adalah penerus langsung dari Watch3. Itu juga yang menjadi alasan mengapa cuma Watch4 Classic yang dilengkapi rotating bezel.

Kalau dibandingkan dengan Watch Active2, bodi Watch4 rupanya lebih tipis sekitar 1,1 mm. Watch4 Classic pun juga demikian; jika disejajarkan dengan Watch3, kita bisa melihat bodi Watch4 Classic yang lebih tipis 1,2 mm. Bobotnya pun lebih enteng sekitar 1,8 gram. Fisik yang lebih ringkas ini akan terdengar semakin mengesankan setelah mengetahui peningkatan dari sisi hardware yang Samsung terapkan pada Watch4 dan Watch4 Classic.

Yang paling utama adalah prosesor Exynos W920, yang tak hanya menawarkan performa lebih kencang, tapi juga konsumsi daya yang lebih irit berkat proses pabrikasi 5 nm. Tidak kalah penting adalah sensor baru yang memungkinkan pengguna untuk memantau atribut kesehatan secara lebih lengkap; mulai dari pengecekan detak jantung, tekanan darah, kadar oksigen dalam darah, elektrokardiogram (EKG), dan untuk pertama kalinya, pemantauan komposisi tubuh.

Bagi pengguna yang membutuhkan penyemangat ekstra selagi berolahraga, mereka bisa memanfaatkan fitur Group Challenges di aplikasi Samsung Health untuk saling memotivasi satu sama lain. Di luar jam olahraga, Watch4 dan Watch4 Classic juga siap memantau kualitas tidur secara lebih akurat, sekaligus mendeteksi berapa lama pengguna mendengkur selama terlelap.

Ada varian LTE

Untuk pertama kalinya di pasar tanah air, Samsung menghadirkan varian smartwatch yang dibekali konektivitas LTE di samping varian yang hanya dibekali koneksi Bluetooth. Secara fitur dan spesifikasi, varian Bluetooth-only dan LTE ini sebenarnya sama, hanya saja varian LTE lebih fleksibel karena dapat beroperasi secara mandiri dan tidak selalu harus bergantung pada smartphone.

Varian LTE ini hanya tersedia untuk Watch4 Classic, akan tetapi Taufiq bilang ada kemungkinan ke depannya Samsung Indonesia bakal menghadirkan varian LTE dari Watch4 apabila terbukti respon konsumen begitu positif. Varian LTE ini mengandalkan teknologi eSIM, dan sejauh ini baru mendukung operator Smartfren. Meski begitu, Samsung terbuka untuk bekerja sama dengan operator lain seandainya mereka juga menawarkan produk eSIM.

Samsung masih membuka pre-order Galaxy Watch4 dan Watch4 Classic sampai tanggal 29 Agustus 2021. Watch4 ukuran 40 mm dihargai Rp2.999.000 dan tersedia dalam warna Black serta Pink Gold, sedangkan Watch4 ukuran 44 mm dibanderol Rp3.499.000 dan ditawarkan dalam pilihan warna Black, Silver, serta Green.

Untuk Watch4 Classic, Samsung mematok harga mulai Rp4.499.000 untuk versi 42 mm Bluetooth, Rp4.999.000 untuk versi 46 mm Bluetooth, dan Rp5.999.000 untuk versi LTE. Versi Bluetooth-nya tersedia dalam opsi warna Black dan Silver, sementara versi LTE hanya dalam warna Black saja.

Selama masa pre-order, pembeli berhak mendapatkan bonus dengan nilai total Rp1.029.000. Bonusnya mencakup Extreme Sports strap untuk semua varian, dan kesempatan memperoleh cashback dari sejumlah bank. Khusus untuk Watch4 Classic varian LTE, ada bonus eSIM Smartfren dengan total kuoat 90 GB dan masa aktif 360 hari.

Samsung Galaxy Watch4 dan Watch4 Classic Datang Membawa OS Baru, Prosesor Baru, dan Sensor baru

Bersamaan dengan peluncuran Samsung Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3, Samsung turut memperkenalkan dua smartwatch terbaru mereka, yakni Galaxy Watch4 dan Galaxy Watch4 Classic. Lewat kedua perangkat ini, Samsung pada dasarnya ingin memulai babak baru di segmen smartwatch.

Untuk mewujudkannya, Samsung tak lagi menggunakan Tizen sebagai sistem operasi smartwatch-nya. Sebagai gantinya, Samsung dan Google telah melebur Tizen dengan Wear OS. Samsung menamai hasil kolaborasinya ini “Wear OS Powered by Samsung”, sedangkan Google memilih menggunakan nama Wear OS 3. Apapun itu, yang pasti Tizen sudah tinggal kenangan.

Samsung menjanjikan peningkatan dari segi kinerja maupun efisiensi berkat penggunaan sistem operasi baru ini. Namun yang lebih penting mungkin adalah aspek kompatibilitas. Berkat Wear OS, duo Galaxy Watch4 ini pada dasarnya bisa mengakses berbagai aplikasi atau layanan Google yang tidak tersedia pada pendahulunya, contohnya Google Maps.

Spesifikasi dan fitur Samsung Galaxy Watch4 dan Galaxy Watch4 Classic

Beralih ke hardware, satu perbedaan terbesar antara Watch4 dan Watch4 Classic terletak pada bezel-nya. Watch4 mengemas bezel standar yang bisa mengenali sentuhan, sedangkan Watch4 Classic mengusung bezel berputar yang sudah menjadi ciri khas smartwatch Samsung selama ini.

Bahan yang digunakan untuk membuat case masing-masing juga berbeda; aluminium untuk Watch4, stainless steel untuk Watch4 Classic. Otomatis, bobot Watch4 jelas lebih ringan ketimbang Watch4 Classic. Tingkat ketebalan keduanya juga berbeda; Watch4 dengan ketebalan 9,8 mm, sedangkan Watch4 Classic dengan 11 mm. Semuanya tahan air hingga kedalaman 50 meter dan dengan sertifikasi IP68.

Watch4 hadir dalam ukuran 44 mm atau 40 mm, sedangkan Watch4 Classic dalam ukuran 46 mm atau 42 mm. Pada varian besarnya, baik Watch4 maupun Watch4 Classic sama-sama mengandalkan layar sentuh Super AMOLED 1,4 inci dengan resolusi 450 x 450 pixel. Untuk varian kecilnya, keduanya menggunakan panel Super AMOLED 1,2 inci beresolusi 396 x 396 pixel.

Mengotaki kedua smartwatch ini adalah prosesor dual-core Exynos W920 yang dibuat dengan proses pabrikasi 5 nm. Dibanding generasi sebelumnya, prosesor ini menjanjikan kinerja CPU 20% lebih cepat dan kinerja GPU 10 kali lebih gegas. Samsung tidak lupa meningkatkan kapasitas RAM-nya menjadi 1,5 GB, dan perangkat turut dibekali storage internal sebesar 16 GB. GPS maupun NFC juga tersedia sebagai fitur standar.

Terkait fitur-fitur kesehatannya, Watch4 dan Watch4 Classic hadir membawa BioActive Sensor, sensor generasi baru yang pada dasarnya mencakup tiga sensor yang berbeda: Optical Heart Rate, Electrical Heart Rate, dan Bioelectrical Impedance Analysis, sehingga perangkat dapat memonitor tekanan darah, mendeteksi fibrilasi atrium, sekaligus kadar oksigen dalam darah.

Juga baru adalah kemampuan untuk mengalkulasikan komposisi tubuh dengan mengukur parameter-parameter seperti otot rangka, laju metabolisme basal, kadar air maupun kadar lemak dalam tubuh. Semua data tersebut dapat direkam dengan cara menempelkan dua jari ke dua tombol di sisi kanan smartwatch selama 15 detik.

Semua itu tanpa memberikan pengaruh negatif terhadap daya tahan baterai perangkat. Berkat kinerja prosesor yang lebih efisien, Samsung berani mengklaim daya tahan hingga 40 jam per charge. Fitur fast charging pun turut didukung; pengisian selama 30 menit sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 10 jam.

Harga dan ketersediaan

Di pasar tanah air, Samsung saat ini sudah membuka gerbang pre-order Galaxy Watch4 beserta Galaxy Watch4 Classic. Keduanya bakal hadir dalam varian Bluetooth-only dan LTE. Untuk Watch4, Samsung mematok harga mulai Rp2.999.000, sementara Watch4 Classic dijual dengan harga mulai Rp4.499.000.

Samsung menawarkan empat pilihan warna untuk Galaxy Watch4, yakni Black, Green, Silver, dan Pink Gold. Untuk Watch4 Classic, opsi warna yang tersedia hanya Black atau Silver. Alternatifnya, Samsung juga akan menghadirkan Galaxy Watch4 Classic Thom Browne Limited Edition yang berlapis rhodium pada akhir bulan September.

Sumber: Samsung.

Fossil Tengah Siapkan Smartwatch Generasi Keenam dengan Hardware Baru dan OS Baru

Dari sekian banyak produsen smartwatch, Fossil Group mungkin adalah salah satu yang paling konsisten meluncurkan smartwatch dari platform Wear OS. Sejauh ini smartwatch bikinan mereka sudah memasuki generasi kelima, dan generasi berikutnya pun sudah disiapkan seiring peleburan Wear OS dan Tizen menjadi Wear yang diumumkan belum lama ini.

Berdasarkan wawancara petinggi Fossil dengan CNET, dikatakan bahwa Fossil tengah menyiapkan smartwatch generasi keenam yang akan menjalankan sistem operasi Google Wear. Berbeda dari sebelumnya, smartwatch Fossil Gen 6 ini bakal menduduki kategori premium, lengkap dengan peningkatan hardware yang signifikan.

Salah satu di antaranya adalah chipset baru, yang sudah pasti bakal menawarkan kinerja sekaligus efisiensi energi yang lebih baik. Perangkat juga akan dilengkapi konektivitas LTE, dan ini berlaku untuk pasar global ketimbang hanya di negara-negara tertentu saja.

Smartwatch Fossil Gen 6 juga akan mengusung fitur-fitur yang serupa dengan penawaran dari Google maupun Samsung ke depannya, sebab platform yang digunakan memang bakal sama persis. Salah satu fitur yang paling menarik mungkin adalah integrasi Fitbit, yang diyakini bakal menambah daya tarik smartwatch Wear secara drastis.

Untuk pengoperasiannya, Fossil percaya bahwa layar sentuh masih merupakan metode input utama yang paling pas untuk smartwatch. Meski demikian, Fossil tetap bakal mengeksplorasi kombinasi tombol dan crown yang tak hanya akan memberikan akses cepat, tetapi juga sentuhan manis ekstra terhadap desain perangkat secara keseluruhan.

Namun yang mungkin jadi pertanyaan banyak orang adalah, bagaimana nasib smartwatchsmartwatch Fossil sebelumnya, semisal Fossil Gen 5 yang sampai artikel ini ditulis belum berusia dua tahun? Sayang sekali produk-produk lama tersebut tidak akan kebagian jatah update Google Wear. Namun kalau melihat sisi baiknya, ini bisa menjadi indikasi bahwa peningkatan hardware yang dijanjikan oleh smartwatch Wear ke depannya memang signifikan dibanding sebelumnya.

Kemungkinan besar, smartwatchsmartwatch generasi sebelumnya itu masih akan tetap dijual dengan harga yang lebih terjangkau, mirip seperti strategi yang ditetapkan oleh Apple pada Apple Watch.

Sumber: CNET.

[Review] Huawei Watch Fit Elegant: Supaya Berolah Raga Bisa Terlihat Elegan

Huawei sepertinya memiliki kebiasaan untuk menghadirkan sebuah perangkat yang kemudian diperbarui desain dan fiturnya. Hal tersebut dapat dilihat pada smartwatch mereka yang pada tahun 2020 lalu diperkenalkan, yaitu Huawei Watch Fit. Pada tahun 2021, Huawei mengubah desain dan namanya menjadi Huawei Watch Fit Elegant.

Jam tangan pintar ini ditujukan untuk kegiatan berolah raga dan merupakan seri yang pertama dari Huawei yang memiliki layar persegi. Versi Elegant Edition dihadirkan untuk menampilkan sisi estetika yang berbeda dari pendahulunya. Jadi, bagi pengguna yang sudah memiliki Huawei Watch Fit sepertinya tidak perlu lagi membeli yang edisi elegan karena dari sisi fitur sama saja.

Huawei Watch Fit memiliki spesifikasi sebagai berikut ini

Layar AMOLED 1.64 inci 280 x 456 touch
Baterai Tahan hingga 10 hari, Li-Poly
Konektivitas Bluetooth 5.0 BLE
Dimensi 46 x 30 x 10.7 mm
Bobot 27 gram tanpa strap
Sensor Accelerometer, heart rate, SpO2, Gyroscope
OS LiteOS
Sertifikasi 5 ATM
Bahan strap Karet silikon

Sekali lagi, sangat disayangkan bahwa Huawei tidak memberikan informasi mengenai prosesor yang mereka gunakan. Informasi yang saya dapatkan adalah prosesor yang digunakan pada jam tangan pintar ini memang dikembangkan oleh Huawei sendiri. Walaupun begitu, pihak Huawei sendiri sepertinya tidak memberikan nama untuk prosesor yang mereka gunakan.

Charger

Perangkat ini datang dengan sebuah kabel pengisi daya pada paket penjualannya. Desainnya persis sama dengan yang digunakan pada Huawei Band 6 yang sudah saya ulas, yaitu menggunakan sistem magnet untuk menempelkan konektornya. Saya bahkan juga sudah mencoba mengisi daya dengan menggunakan kabel dari Huawei Band 6 dan Watch Fit, keduanya bisa mengisi daya dengan baik.

Desain

Jika Anda sudah melihat Huawei Band 6, maka desain dari Watch Fit sudah tidak akan asing lagi. Watch Fit merupakan sebuah jam tangan pintar pertama yang dibuat dengan desain persegi dari Huawei. Hal tersebut tentunya mengingat tren dimensi persegi yang sedang naik daun belakangan ini. Huawei menggunakan bahan polished stainless steel pada Watch Fit Elegant Edition.

Layar sentuh dari Huawei Watch Fit menggunakan tipe AMOLED (Active Matrix Organic Light Emitting Diode). Dimensi dari layar tersebut adalah 1,64 inci dengan resolusi 280 × 456 piksel. Walaupun bukan terbuat dari Gorilla Glass atau Sapphire, layarnya sendiri cukup tahan terhadap benturan-benturan ringan. Namun, hindarkan layar tersebut dari debu dan pasir karena pasti akan membuatnya tergores dan sebisa mungkin gunakan lapisan anti gores.

Pada bagian kanannya terdapat sebuah tombol yang memiliki multifungsi. Saat perangkat mati, tombol ini berguna untuk menyalakan dan mematikan perangkat. Saat perangkat sedang menyala, tombol ini berfungsi sebagai tombol pembuka app drawer dan home. Di atas tombol tersebut terdapat sebuah lubang untuk sirkulasi udara dari dalam perangkatnya.

Di bagian bawah dari perangkat ini juga terdapat beberapa sensor. Hal tersebut seperti sensor pendeteksi detak jantung serta kadar oksigen dalam darah. Selain itu, terdapat dua konektor untuk mengisi ulang baterainya. Huawei Watch Fit juga memiliki sensor akselerometer dan juga gyroscope.

Strap pada jam tangan pintar ini juga bisa diganti, sehingga pengguna tidak bosan saat menggunakannya. Mengganti strap-nya juga cukup mudah, tinggal mencongkel bagian ujung strap yang tersambung dengan band-nya. Setelah itu, geser strap tersebut ke atas dengan pelan dan akan segera terlepas. Strap ini memang dibuat khusus untuk Watch Fit, namun Anda sudah bisa menemukannya pada toko-toko online.

Huawei masih menggunakan aplikasi Health untuk melakukan sinkonisasi data. Aplikasi ini juga bakal melakukan update firmware saat ada pembaruan-pembaruan serta bug fix. Berbagai macam koleksi watch face, serta setting lainnya juga akan ditemukan pada aplikasi yang satu ini.

Pengalaman Menggunakan

Oleh karena jam tangan yang saya dapatkan ini memiliki warna putih, membuatnya cocok digunakan untuk tangan wanita. Oleh karena itu, saat pengujian berlangsung Huawei Watch Fit selalu digunakan oleh istri dan ibu saya. Jam tangan ini juga tidak terlalu sering digunakan karena saya masih lebih banyak di rumah saja dan belum mendapatkan vaksin COVID. Namun, fiturnya ternyata sama saja dengan Huawei Band 6.

Huawei Watch Fit saya nyalakan pertama kali sekitar dua minggu sebelum artikel ini diterbitkan. Saat memulai pengujian, saya terlebih dahulu mengisi baterainya hingga 100%. Oleh karena kabel charger-nya sama dengan bawaan Huawei Band 6 yang saya ulas sebelumnya, jam tangan pintar ini diisi baterainya dengan menggunakan kabel tersebut. Simpanlah kabel pengisi daya ini dengan benar, karena cukup pendek sehingga mudah terselip dan hilang.

Setelah baterai penuh, saya langsung menghubungkannya ke aplikasi Huawei Health. Sebagai informasi, aplikasi yang satu ini harus langsung di-download dari toko aplikasi selain Google Play agar mendapatkan versi yang paling baru, seperti Huawei App Gallery. Saat aplikasi ini dinyalakan, saya langsung mendapatkan notifikasi bahwa ada firmware terbaru yang bisa di-download.

Fitur yang dibawa oleh Huawei Watch Fit memang cukup baik untuk sebuah jam tangan pintar dengan dimensi yang mungil. Watch Fit memiliki fitur-fitur seperti pemantauan detak jantung, pemantauan tidur, SpO2, pernapasan, notifikasi, cuaca, jam, alarm, senter, dan kontrol musik. SpO2 saat ini memang lagi menjadi fitur yang cukup dicari oleh beberapa orang karena dianggap mampu mendeteksi kadar oksigen yang berkurang akibat COVID. Walaupun begitu, Huawei sudah memberikan penjelasan bahwa fitur-fitur ini tidak boleh dijadikan patokan dalam hal kesehatan.

Watch face yang disediakan oleh Huawei pada perangkat Watch Fit-nya sendiri tersedia sekitar 14 buah. Namun, pengguna bisa langsung menambahkannya dari aplikasi Huawei Health. Pada aplikasi tersebut, pengguna bahkan bisa melakukan download untuk menambahkan koleksi watch face menjadi lebih banyak.

Notifikasi juga sudah didukung oleh Huawei Watch Fit. Semua pesan bisa langsung dilihat jika kita menggeser layarnya ke atas. Sama seperti Huawei Band 6, perangkat ini juga memiliki bug di mana sebuah notifikasi pesan Whatsapp bisa terkirim dua kali. Selain itu, pengiriman notifikasi juga sering kali telat muncul pada jam tangan pintar ini.

Lalu bagaimana dengan notifikasi panggilan suara dan video dari Whatsapp dan Telegram? Semua notifikasi tersebut akan muncul di layar Huawei Watch Fit hanya pada saat smartwatch-nya terpasang di tangan. Hal ini tentu membuat baterai yang ada pada smartwatch tersebut akan menjadi lebih irit. Dan pengguna tidak akan melewatkan satu pun panggilan baik dari seluler mau pun dari aplikasi pihak ketiga.

Jam tangan ini mendukung 12 fitness course, dilengkapi demonstrasi dengan animasi latihan, dan 44 gerakan yang berbeda. Juga terdapat 96 mode latihan dan 11 mode profesional dan 85 mode custom.  Jadi dengan menggunakan gelang pintar ini, hampir semua olah raga yang kita lakukan sudah bisa terdeteksi dengan baik. Semuanya bakal tersinkronisasi pada aplikasi Huawei Health.

Huawei mengklaim bahwa perangkat ini bisa bertahan hingga 10 hari pemakaian. Hal tersebut tentu jika digunakan setiap hari. Pada saat saya uji, setelah jam tangan menyala selama 9 hari dengan empat kali pemakaian, baterainya masih tersisa 45%. Hal ini cukup menggembirakan di mana kita tidak harus mengisi baterainya setiap hari seperti beberapa jam tangan pintar yang beredar di pasaran.

Verdict

Strategi 1+8+N dari Huawei saat ini sedang benar-benar gencar dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari upaya Huawei dalam mendorong “8” dari strategi tersebut. Salah satu perangkat AIoT yang sedang didorong penjualannya adalah smartwatch Huawei Watch Fit.

Jam tangan pintar ini memiliki kinerja yang cukup baik saat saya uji selama dua minggu. Saya tidak merasakan adanya lag saat menggunakannya serta bernavigasi pada menu yang ada. Semua fungsi yang ada bisa diakses dan dijalankan tanpa adanya masalah. Hanya saja, sebuah bug serta pengiriman notifikasi yang cukup lambat agak sedikit mengganggu untuk mereka yang menyalakan bluetooth-nya.

Huawei Watch Fit Elegant Edition dijual pada harga resmi Rp. 1.699.000, lebih mahal sekitar Rp. 300.000 dari versi standarnya. Dengan menggunakan jam tangan ini, konsumen akan mendapatkan semua fungsi-fungsi canggih seperti perekaman olah raga, detak jantung, serta pengukuran SpO2 dengan desain yang lebih elegan. Smartwatch ini tentu saja akan terlihat lebih fashionable saat dipakai oleh wanita.

Sparks

  • Antarmuka yang responsif
  • Fitur yang cukup lengkap, seperti SpO2, detak jantung, dll
  • Daya tahan baterai yang cukup baik
  • 5 ATM
  • Bahan stainless steel yang kokoh
  • 5 ATM

Slacks

  • Masih terdapat bug notifikasi ganda pada sebuah pesan teks
  • Harganya lebih tinggi dari versi standar dengan fitur yang sama saja

Bugatti Bikin Smartwatch, Tonjolkan Aspek Kemewahan, Personalisasi, dan Eksklusivitas

Seseorang yang mengemudikan sebuah Bugatti pastinya sudah sangat familier dengan jam tangan bikinan Rolex, Patek Philippe, Audemars Piguet, dan brandbrand mewah lainnya. Namun seandainya mereka tertarik dengan smartwatch, mereka bisa melirik penawaran dari sang produsen supercar asal Perancis itu sendiri.

Ya, Bugatti sekarang juga menjual smartwatch. Namanya Bugatti Ceramique Edition One, dan ia merupakan hasil kolaborasi Bugatti bersama sebuah produsen smartwatch asal Austria bernama VIITA. Seperti mobilnya, jam tangan pintar ini juga dibuat dengan sangat presisi menggunakan material-material yang sangat premium.

Ada tiga varian desain yang ditawarkan: Pur Sport, Le Noire, dan Divo, dengan perbedaan hanya pada wujud bezel-nya saja. Bezel-nya sendiri terbuat dari bahan keramik zirkonium anti-gores, dengan proses finishing yang dikerjakan menggunakan tangan selama sekitar 20 hari. Di tengahnya, ada layar sentuh AMOLED beresolusi 390 x 390 pixel yang diproteksi dengan kaca safir.

Seperti mobilnya, personalisasi merupakan aspek penting yang ingin Bugatti tekankan di sini. Itulah mengapa paket penjualannya turut mencakup satu bezel ekstra dari varian desain yang berbeda, plus sebuah obeng khusus untuk melepas bezel-nya secara cepat. Juga termasuk adalah dua pilihan strap; satu berbahan karet silikon, satu lagi berbahan titanium. Secara keseluruhan, fisik smartwatch ini tahan air hingga kedalaman 100 meter.

Smartwatch Bugatti ini juga punya sensor-sensor yang lengkap, mulai dari altimeter sampai GPS, bahkan sensor laju jantungnya pun ada dua supaya lebih bisa diandalkan. Total ada 72 aktivitas fisik yang mampu dimonitor, akan tetapi yang sangat unik adalah bagaimana perangkat mampu merekam lap time dan akselerasi secara otomatis ketika pengguna menggeber mobilnya di sirkuit.

Sistem operasi yang digunakan bukanlah Google Wear, melainkan hasil rancangan VIITA sendiri dengan tampilan antarmuka yang serba minimalis, yang kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS. Dalam sekali pengisian, baterai perangkat bisa bertahan sampai 14 hari — angkanya pasti bakal lebih rendah kalau GPS-nya sering aktif.

Kesaaman terakhir smartwatch ini dengan mobil Bugatti adalah perihal ketersediaan yang terbatas. Total hanya akan ada 600 unit Bugatti Ceramique Edition One yang diproduksi, masing-masing dengan kemasan yang mewah dan garansi selama lima tahun. Harganya dipatok mulai 899 euro (± 15,6 jutaan rupiah), dan sudah bisa dipesan sekarang melalui situs crowdfunding Kickstarter.

Sumber: SlashGear dan Bugatti.

realme Watch 2 Pro Bawa Layar Lebih Besar, GPS, dan Baterai 14 Hari

Selain perangkat smartphone, realme merupakan perusahaan teknologi yang rajin mengeluarkan produk AIoT seperti smartwatch. Mulai dari realme Watch, Watch S, Watch S Pro, realme Watch 2, dan yang terbaru adalah realme Watch 2 Pro.

Bila dibandingkan dengan realme Watch 2, versi Pro-nya ini menawarkan layar 56% lebih besar yakni 1,75 inci. Bentuknya kotak ditopang resolusi 385×320 piksel dengan refresh rate 30Hz dan punya kecerahan layar maksimum 600 nits. Bodinya sudah dust and water resistance dengan sertifikasi IP68. Dimensinya 255,2×38,9×12,65mm tanpa strap dengan bobot 40 gram.

Seperti Watch 2, versi Pro-nya juga memiliki lebih dari 100 watchface, termasuk live watch dan watchface pada Watch S Master Edition yang dirancang oleh artis asal Korea Selatan Grafflex. Perbedaan utama lain terletak pada baterai, Watch 2 dengan 315 mAh dapat bertahan 12 hari, sedangkan Watch 2 Pro dengan 390 mAh sanggup bertahan hingga 14 hari.

Selain itu, bila Watch 2 mengandalkan smartphone yang terhubung untuk route tracking, model Pro sudah memiliki GPS dual-satellite sendiri sehingga tak lagi bergantung pada smartphone. Fitur-fiturnya meliputi sleep tracking, heart rate monitoring, blood oxygen level measurement, sedentary reminder, drink reminder, dan meditation breathing.

Watch 2 Pro juga dilengkapi dengan kontrol musik dan kamera, phone finder, weather, dan IoT control. Jam tangan pintar ini juga dapat menampilkan notifikasi panggilan masuk, namun terdapat opsi untuk menolak panggilan karena Watch 2 Pro tidak memiliki mikrofom dan speaker.

Saat ini, terdapat 16 mode latihan pada Watch 2 Pro. Namun realme menjanjikan dukungan untuk 90 mode olahraga lewat pembaruan firmware OTA di masa depan. Sekarang ini realme Watch 2 Pro tersedia di Malaysia dengan harga RM 299 atau sekitar Rp1 jutaan dalam opsi warna Space Grey dan Metallic Silver.

Sumber: GSMArena

Casio Luncurkan Smartwatch G-Shock Pertama yang Dibekali Wear OS

Sebagai salah satu produsen jam tangan kenamaan, Casio sudah sangat familier dengan ranah smartwatch sejak meluncurkan seri Pro-Trek di tahun 2016. Namun buat sebagian besar orang, nama Casio mungkin sudah terlanjur identik dengan lini jam tangan G-Shock, dan itulah mengapa kabar mengenai G-Shock versi pintar pertama terdengar begitu menarik di telinga mereka.

Gambar di atas adalah G-Squad Pro GSW-H1000, arloji pertama dari lini G-Shock yang hadir membawa sistem operasi Wear OS. Sebagai sebuah G-Shock, wujudnya jelas bongsor dengan penampilan yang sangat agresif. Bahkan bobotnya pun mencapai angka 104 gram, namun ini tentu sejalan dengan ekspektasi para penggemar G-Shock sejati.

Konstruksi case-nya mengandalkan perpaduan material aluminium dan urethane dengan tiga buah tombol di sisi kanan, sedangkan pelat belakangnya terbuat dari bahan titanium. Di saat banyak smartwatch mengusung bodi yang tahan air hingga kedalaman 50 meter, GSW-H1000 malah siap diajak menyelam sampai kedalaman 200 meter.

Dengan bodi sekokoh itu, GSW-H1000 tentu akan baik-baik saja diajak beraktivitas ekstrem, termasuk halnya surfing maupun snowboarding. Secara default, perangkat mampu mengenali 15 jenis aktivitas dan 24 macam latihan indoor, termasuk halnya menghitung repetisi dari latihan angkat beban.

Sensor yang tertanam di dalamnya terbilang lengkap, mulai dari accelerometer, gyroscope, altimeter, kompas, sampai GPS maupun heart-rate monitor. Penggunaan Wear OS berarti fungsionalitasnya bisa ditambah dengan bantuan aplikasi-aplikasi pihak ketiga. Di smartphone, Casio juga menyediakan aplikasi pendamping bernama G-Shock Move untuk memantau data secara komprehensif, sekaligus menggunakan data tersebut sebagai overlay pada video.

Sama seperti Casio Pro-Trek WSD-F30, perangkat ini juga dibekali dua lapisan layar yang berbeda. Lapisan yang pertama adalah panel monokrom untuk menampilkan informasi dengan dampak seminimal mungkin pada konsumsi baterai. Selebihnya, navigasi Wear OS akan sepenuhnya diatasi oleh lapisan layar yang kedua, yakni panel LCD 1,32 inci beresolusi 320 x 300 pixel.

Dalam sekali charge, baterainya diklaim bisa tahan sampai sekitar 1,5 hari kalau yang dipakai cuma layar utamanya saja yang berwarna. Namun kalau lebih banyak menggunakan layar monokromnya, daya tahan baterainya diperkirakan bisa mencapai satu bulan. Seperti biasa, baterainya pasti akan lebih boros apabila perangkat sering dipakai untuk memantau aktivitas-aktivitas yang memerlukan GPS, seperti misalnya berlari atau bersepeda.

Di Amerika Serikat, G-Squad Pro GSW-H1000 akan segera dipasarkan dengan harga $699. Varian warna yang tersedia ada tiga: hitam, hitam dengan aksen biru, dan merah.

Sumber: Wareable dan The Verge.

OnePlus Watch Diresmikan, Premium dan Berfitur Lengkap Meski Tanpa Wear OS

Setelah dinanti-nanti, OnePlus akhirnya menyingkap smartwatch perdananya, OnePlus Watch. Perangkat ini diperkenalkan bersamaan dengan OnePlus 9 dan OnePlus 9 Pro, dan OnePlus memastikan bahwa desainnya tidak kalah premium dibanding duo smartphone flagship-nya tersebut.

Benar saja, OnePlus Watch datang membawa case yang terbuat dari bahan stainless steel 316L. Diameternya cukup besar di angka 46 mm, membuatnya kelihatan lebih ideal di tangan kaum adam ketimbang kaum hawa. Case ini memiliki tebal 10,9 mm dan berat 45 gram (76 gram kalau ditimbang bersama strap berbahan karetnya).

Strap-nya ini dapat dilepas-pasang dengan mudah, dan OnePlus bilang bahwa smartwatch-nya kompatibel dengan banyak strap berukuran standar yang ada di pasaran. Selain mengantongi sertifikasi IP68, OnePlus Watch juga siap diajak menyelam hingga kedalaman maksimum 50 meter.

Karena bongsor, otomatis ukuran layar sentuhnya pun cukup besar: AMOLED 1,39 inci dengan resolusi 454 x 454 pixel (326 ppi). Yang cukup mengejutkan adalah fakta bahwa perangkat ini menjalankan sistem operasi buatan OnePlus sendiri, bukan WearOS. OnePlus pun juga telah menyediakan lebih dari 50 watch face agar tampilannya mudah dikustomisasi.

Absennya WearOS bukan berarti smartwatch ini minim fitur. Pada kenyataannya, OnePlus Watch dapat mendeteksi secara otomatis sekitar 110 jenis latihan fisik yang berbeda, termasuk halnya kegiatan seperti berlari atau bersepeda mengingat ia sudah dilengkapi dengan GPS terintegrasi.

Heart-rate monitoring maupun SpO2 tracking juga didukung, dan semua data bisa diakses melalui aplikasi OnePlus Health. Perangkat dibekali storage berkapasitas 4 GB, dan 2 GB di antaranya dapat dipakai untuk menyimpan koleksi lagu agar bisa diputar secara offline. Karena turut mengemas mikrofon sekaligus speaker, OnePlus Watch juga bisa dipakai untuk menerima panggilan telepon yang masuk ke ponsel.

Satu fitur yang unik sekaligus menarik adalah kemampuannya menjadi remote control pintar untuk OnePlus TV. Pintar karena ia dapat mengecilkan sendiri volume TV saat ada panggilan telepon masuk, dan bahkan mematikan TV apabila penggunanya tidak sengaja tertidur.

Hal lain yang sangat dibanggakan oleh OnePlus adalah terkait daya tahan baterai. Dalam sekali pengisian, OnePlus Watch diklaim tahan sampai sekitar 14 hari pemakaian normal. Tentunya ini dengan catatan GPS-nya tidak aktif setiap saat, sebab kalau demikian, maka daya tahan baterainya turun menjadi sekitar 25 jam.

Di Amerika Serikat, OnePlus Watch rencananya akan dijual mulai 14 April mendatang dengan harga $159. Nantinya juga akan ada edisi khusus OnePlus Watch Cobalt Limited Edition yang mengemas case berwarna emas yang terbuat dari bahan kobalt, kaca safir, sekaligus strap kulit yang warna hijaunya senada dengan hijau milik OnePlus 9 Pro. Belum diketahui harga edisi khusus tersebut berapa, tapi sudah pasti jauh lebih mahal mengingat kobalt bukanlah material yang umum dipakai pada sebuah jam tangan.

Sumber: OnePlus dan Wareable.