Kecil tapi Tahan Banting, Sony RX0 Adalah Action Cam Unik yang Bisa Dijadikan Solusi Multi-Kamera

Pada perhelatan IFA 2017, Sony memperkenalkan sebuah kamera yang sangat unik. Dinamai RX0, sepintas ia kelihatan seperti sebuah action cam. Namun setelah mengamati fitur-fiturnya, kita akan sadar bahwa ia lebih dari sekadar kompetitor GoPro.

Desainnya memang sangat action cam, berwujud balok mini dengan dimensi 59 x 40,5 x 29,8 mm dan bobot cuma 110 gram. Namun jangan sekali-kali tertipu oleh ukurannya, sebab RX0 telah dirancang dengan ketahanan luar biasa. Jatuh dari ketinggian 2 meter bukan masalah besar baginya, dan ia juga siap diajak menyelam sampai 10 meter di bawah air – 100 meter dengan bantuan casing opsional.

Sony RX0

Di dalamnya bernaung sensor Exmor RS berukuran 1 inci dengan resolusi 15,3 megapixel. Dipadukan dengan lensa fixed Zeiss Tessar T* 24mm f/4, kualitas gambarnya sejatinya tidak perlu diragukan. Performanya juga tidak kalah mumpuni, sanggup memotret dalam format RAW dengan kecepatan 16 fps, dan shutter speed-nya bisa didongkrak sampai 1/32.000 detik.

Opsi perekaman videonya juga sangat beragam. Mode slow-motion bisa diaktifkan dalam kecepatan hingga seekstrem 960 fps, atau 240 fps dengan resolusi nyaris 1080p. Mode S-Log2 pun turut hadir, memungkinkan kamera untuk merekam video dalam format yang sejatinya mirip RAW di mode pemotretan.

Sony RX0

Lalu apa yang membuatnya lebih dari sekadar action cam? Jawabannya adalah potensinya untuk dijadikan sebagai solusi multi-kamera, semisal untuk membuat video 360 derajat. Menggunakan bantuan aksesori opsional, pengguna dapat menyambungkan hingga 15 unit RX0 sekaligus dan mengoperasikan semuanya secara bersamaan – atau hingga 5 unit secara wireless dengan bantuan aplikasi PlayMemories di perangkat mobile.

Kesimpulannya, Sony RX0 bukan sembarang kompetitor GoPro yang dimaksudkan untuk digunakan secara individual saja. Kamera ini dijadwalkan masuk ke pasaran mulai Oktober mendatang dengan harga $700.

Sumber: DPReview dan Sony.

Olympus OM-D E-M10 Mark III Datang dengan Desain Lebih Ergonomis dan Perekaman Video 4K

Olympus OM-D E-M1 Mark II adalah salah satu kamera mirrorless terbaik saat ini, tapi dengan kisaran harga Rp 28 juta untuk bodinya saja, ia jelas bukan untuk semua orang. Itulah mengapa seri OM-D E-M10 eksis, dan Olympus baru saja memperkenalkan generasi ketiganya yang membawa sejumlah penyempurnaan.

Pembaruannya tergolong minor, tapi masih bisa membuat E-M10 Mark III terdengar menarik. Sensor yang digunakan masih sama, yaitu sensor Micro Four Thirds 16 megapixel, akan tetapi prosesor yang mendampinginya telah di-upgrade menjadi TruePic VIII, yang pada akhirnya memungkinkan kamera untuk merekam video dalam resolusi 4K 30 fps, sama seperti kakaknya yang jauh lebih mahal itu.

Olympus OM-D E-M10 Mark III

E-M10 Mark III dilengkapi sistem autofocus 121 titik, naik dari 81 titik pada generasi sebelumnya. Performanya juga ikut naik meskipun sangat tipis; burst shooting dapat dilakukan dalam kecepatan 8,6 fps, selisih 0,1 fps saja dibandingkan pendahulunya.

Desainnya secara keseluruhan masih sama, namun Olympus sudah membenahi sejumlah elemen agar perangkat bisa menjadi lebih ergonomis lagi. Yang paling utama, handgrip-nya kini sedikit melengkung agar lebih pas dengan kontur tangan, kemudian deretan dial pada pelat atasnya sedikit diperbesar ukurannya untuk memudahkan akses.

Olympus OM-D E-M10 Mark III

Selebihnya, E-M10 Mark III masih mempertahankan fitur-fitur unggulan pendahulunya, di antara lain viewfinder OLED beresolusi 2,36 juta dot, layar sentuh 3 inci yang dapat di-tilt, dan image stabilization 5-axis yang dapat diaktifkan selagi merekam video 4K sekalipun.

Olympus OM-D E-M10 Mark III rencananya akan dipasarkan mulai akhir September mendatang seharga $650 untuk bodinya saja, atau $800 bersama lensa M.Zuiko 14–42mm EZ.

Sumber: DPReview.

Cuma $600, Canon EOS M100 Tawarkan Sensor 24 Megapixel dan Dual Pixel AF

Dirilis setahun yang lalu, Canon EOS M5 merupakan kamera mirrorless terbaik dari Canon yang bisa dibeli di pasaran saat ini. Kendati demikian, banderol harganya mungkin masih belum bisa menjangkau semua kalangan, terutama mereka yang baru berniat naik kelas dari kamera saku atau malah smartphone.

Buat mereka ini, Canon rupanya punya persembahan baru yang tak kalah menarik, yaitu EOS M100. Kamera ini merupakan penerus langsung dari EOS M10 yang Canon luncurkan dua tahun silam, dan waktu yang panjang itu rupanya sudah dimanfaatkan dengan baik oleh Canon untuk menggodok suksesor yang jauh lebih bisa diandalkan.

Canon EOS M100

Yang paling utama, sensornya telah diganti dengan sensor APS-C baru beresolusi 24,2 megapixel yang memiliki sensitivitas ISO 100 – 25600. Namun ternyata bukan cuma resolusi saja yang ditingkatkan, EOS M100 juga telah dilengkapi teknologi Dual Pixel autofocus seperti yang dimiliki EOS M5 maupun sederet DSLR besutan Canon.

Dipadukan dengan prosesor DIGIC 7, performa EOS M100 pun meningkat drastis jika dibandingkan pendahulunya. Mengambil foto tanpa henti dengan continuous AF bisa ia lakukan dalam kecepatan 4 fps (6 fps dengan single AF), dan kemampuannya merekam video naik dari 1080p 30 fps menjadi 1080p 60 fps.

Canon EOS M100

Dari segi pengoperasian, M100 masih mempertahankan layar sentuh 3 inci beresolusi 1,03 juta dot milik pendahulunya, namun dengan interface yang lebih baik. Tentu saja layar ini masih bisa dilipat sampai menghadap ke depan untuk memudahkan pengambilan selfie.

Pop-up flash, Wi-Fi dan NFC tetap hadir, namun sekarang tersedia pula konektivitas Bluetooth agar kamera dapat terus terhubung dengan perangkat mobile secara konstan – sangat berguna ketika hendak mengambil foto dan langsung memindah hasilnya ke ponsel. Canon tidak lupa bilang kalau M100 merupakan model teringan dan teramping dari semua lini EOS M yang ada sekarang.

Canon EOS M100

Canon EOS M100 rencananya bakal dipasarkan mulai Oktober mendatang seharga $600 bersama lensa EF-M 15–45mm f3.5–6.3 IS STM, atau bundel dua lensa seharga $950 (tambahan EF-M 55–200mm f/4.5–6.3 IS STM).

Sumber: DPReview.

Insta360 Luncurkan Kamera 360 Derajat Baru Berkemampuan 4K

Produsen kamera 360 derajat asal Tiongkok, Insta360, baru saja memperkenalkan produk baru yang sangat menarik, jauh lebih menarik ketimbang Insta360 Nano maupun Air. Bernama Insta360 One, kamera ini sejatinya ingin menjadi segala yang Anda butuhkan perihal dokumentasi dalam satu paket berukuran mungil yang siap dibawa ke mana saja.

Mengusung desain macam speaker Beats Pill versi mini, One menawarkan tiga mode penggunaan yang berbeda: 1) digunakan secara terpisah, 2) dikendalikan dari jauh menggunakan ponsel (via Bluetooth), atau yang paling khas dari Insta360, 3) ditancapkan langsung ke port Lightning milik iPhone – versi Android-nya dikabarkan bakal segera menyusul.

Insta360 One

Bukan cuma desainnya saja yang dibenahi, performanya kini juga meningkat drastis. One mengemas sensor 24 megapixel dengan dukungan format RAW dan HDR, serta sanggup merekam video 360 derajat dalam resolusi 4K 30 fps. Andai pengguna mau, mereka dapat ‘mengekstrak’ video standar (non-spherical) dalam resolusi 1080p dari perspektif mana pun menggunakan smartphone.

Kualitas perekamannya turut disokong oleh sistem image stabilization 6-axis berbekal gyroscope. Sistem ini juga memungkinkan realisasi mode perekaman dengan efek bullet time, yang akan menangkap gambar dalam kecepatan 240 fps dengan bantuan algoritma khusus.

Insta360 One

Tidak kalah menarik adalah fitur yang Insta360 sebut dengan istilah “Invisible Selfie Stick”. Jadi saat One merekam video selagi berada di atas tongsis – One dilengkapi mount untuk tripod standar – hasil perekamannya akan otomatis diedit, dan tongsis itu akan dihapus dengan sendirinya. Alhasil, video jadi kelihatan seperti direkam menggunakan kamera terbang.

Insta360 One datang dengan sebuah casing yang juga merangkap fungsi sebagai dudukan, sedangkan aksesori lain dapat dibeli secara terpisah, termasuk halnya casing anti-air hingga kedalaman 30 meter. Baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 70 menit waktu perekaman, sebelum perlu diisi ulang menggunakan kabel micro USB.

Insta360 One

5 September adalah tanggal yang dipilih Insta360 untuk mulai memasarkan kamera terbarunya ini, dengan banderol $300. Meski lebih mahal ketimbang pendahulunya, kapabilitasnya juga sudah meningkat jauh.

Sumber: TechCrunch dan Insta360.

Nikon D850 Hadir Mengusung Sensor Full-Frame 45,7 Megapixel dan Performa Sekelas Nikon D5

Tepat satu bulan sejak berulang tahun yang ke–100, Nikon akhirnya mengungkap secara resmi DSLR kelas atas terbarunya, D850. Sesuai teaser yang diberikan sebelumnya, Nikon D850 datang membawa sederet teknologi mutakhir dan pembaruan yang amat signifikan dibandingkan pendahulunya.

Yang paling utama adalah sensor full-frame baru beresolusi 45,7 megapixel, tanpa dibekali low pass filter guna semakin mempertajam detail. Perpaduannya dengan prosesor EXPEED 5 sanggup memberikan rentang ISO seluas 64 – 25600, bahkan bisa ditingkatkan lagi menjadi 32 – 102400 jika perlu.

Nikon juga mengklaim peningkatan drastis terkait performa low-light. Sedrastis apa? Hasil pengujian Nikon sendiri menunjukkan kalau D850 mampu menghasilkan kualitas gambar yang sama di ISO 25600 dibanding D810 di ISO 12800. Dynamic range-nya juga diyakini sama atau bahkan lebih baik ketimbang pendahulunya meskipun mengemas resolusi yang jauh lebih tinggi.

Nikon D850

Urusan performa, Nikon akhirnya mengabulkan permintaan banyak konsumen, yaitu sistem autofocus 153 titik seperti pada Nikon D5. D850 juga sanggup memotret tanpa henti dalam kecepatan 7 fps dan dalam resolusi penuh, bahkan bisa naik lagi menjadi 9 fps ketika dipasangi aksesori battery grip – yang juga akan meningkatkan daya tahan baterainya dari 1.840 jepretan menjadi 5.140 jepretan.

Nikon rupanya juga tidak lupa dengan kalangan videografer, sebab D850 dibekali kemampuan merekam video 4K 30 fps. Fitur pemanis seperti slow-motion 120 fps dan focus peaking turut hadir, tapi hanya untuk resolusi 1080p, tidak ketinggalan juga 8K time-lapse dan output HDMI.

Nikon D850

Sebagai DSLR kelas pro, konstruksi tahan banting tentunya sudah menjadi fitur standar pada D850. Sasis berbahan magnesiumnya dirancang supaya bisa tahan terhadap cuaca yang tidak bersahabat, dan yang tak kalah menarik, deretan tombol milik D850 bisa menyala ketika berada di tempat gelap.

Di belakang, selain viewfinder dengan tingkat perbesaran 0,75x, pengguna juga akan disambut oleh layar sentuh 3,2 inci beresolusi 2,36 juta dot yang bisa di-tilt ke atas atau bawah. D850 juga datang mengusung sepasang slot memory card, satu untuk SD card standar dan satu lagi untuk XQD yang berkecepatan tinggi.

Seperti yang bisa ditebak, konektivitas SnapBridge berbasis Bluetooth LE turut hadir sebagai fitur andalan D850. Kamera ini rencananya bakal masuk ke pasaran mulai September mendatang, dengan banderol harga $3.300 untuk bodinya saja.

Sumber: DPReview.

Ulang Tahun ke-100, Nikon Garap DSLR Kelas Atas D850

Pada tanggal 25 Juli 2017 ini, Nikon resmi menginjak usianya yang ke–100. Sama seperti Canon, Nikon bisa dibilang terbelakang di kancah mirrorless, tapi masih memimpin jauh di segmen DSLR. Bersamaan dengan perayaan hari jadinya yang ke–100 ini, Nikon mengumumkan bahwa mereka tengah menyiapkan DSLR kelas atas baru, yaitu Nikon D850.

D850 adalah penerus langsung D810 yang mengusung sensor full-frame 36,3 megapixel. Nikon tidak menyingkap banyak detail mengenai D850, tapi mereka memastikan bahwa suksesor D810 ini bakal dirancang dengan sederet teknologi baru, mengemas fitur dan performa yang merupakan perwujudan atas masukan dari konsumen dalam beberapa tahun terakhir.

Nikon tidak lupa menyinggung bahwa D850 bakal menjadi kamera yang bisa diandalkan oleh fotografer profesional dari berbagai kategori: landscape, sport, fashion sampai wedding sekaligus. Kalau Nikon benar-benar mendengarkan permintaan konsumen, pastinya kekurangan-kekurangan D810 bakal dibenahi di D850.

Apa saja itu? Resolusi yang sedikit lebih tinggi bisa menjadi salah satu pembaruan yang pasti, tidak ketinggalan juga performa low-light yang lebih baik lagi. Konsumen pastinya juga bakal sangat gembira seandainya sistem autofocus 153 titik milik Nikon D5 bisa diimplementasikan di D850.

Perekaman video 4K juga merupakan pembaruan yang signifikan – video teaser-nya di bawah menyebutkan 8K time-lapse sebagai salah satu fitur andalan D850, plus kita bisa mendapat gambaran terkait kapabilitas D850 untuk astrophotography. Fitur baru lain yang bisa melengkapi mungkin mencakup sistem konektivitas SnapBridge dan layar sentuh yang bisa dilipat dan diputar.

Sumber: DPReview dan Engadget.

Leica TL2 Janjikan Peningkatan Kualitas Gambar dan Performa Secara Drastis dari Pendahulunya

Kamera mirrorless Leica T yang dirilis di tahun 2014 merupakan salah satu bentuk ‘serangan balik’ Leica terhadap orang-orang yang beranggapan bahwa sang produsen kamera asal Jerman itu kuno sekaligus konservatif. Bagaimana tidak, kamera tersebut hanya dibekali layar sentuh 3,7 inci di panel belakangnya, tanpa ada tombol lain sama sekali.

Namun Leica T jauh dari kata sempurna, dan suksesornya, Leica TL yang diperkenalkan tahun lalu juga tidak bisa berbuat banyak. Akan tetapi Leica rupanya masih belum mau menyerah dengan lini TL, hingga akhirnya mereka mengungkap Leica TL2 yang membawa segudang peningkatan.

Leica TL2

Secara estetika, tidak banyak yang berubah dari Leica TL2. Desainnya masih sangat minimalis sekaligus menawan, dan build quality-nya tidak perlu dipertanyakan mengingat Leica menciptakannya dari satu bongkahan aluminium utuh. Di belakang, Anda akan kembali disambut oleh layar sentuh 3,7 inci, tapi kini dengan responsivitas yang jauh lebih baik dan interface yang lebih mudah dinavigasikan.

Yang banyak dirombak adalah organ utamanya, dimana TL2 mengemas sensor APS-C 24 megapixel plus prosesor Maestro II guna menyajikan gambar yang lebih berkualitas. ISO-nya kini dapat diatur hingga ISO 50000, dan video pun siap ia tangkap dalam resolusi 4K 30 fps. Yup, ini peningkatan drastis kalau dibandingkan Leica T orisinil maupun Leica TL.

Performanya juga turut dibenahi lebih lanjut. Leica TL2 mengusung sistem autofocus 49 titik, dengan kemampuan mengunci fokus dalam waktu 165 milidetik saja, atau tiga kali lebih kencang ketimbang Leica TL. Leica tak lupa menambatkan electronic shutter dengan kecepatan maksimum 1/40.000 detik, dan dengannya pengguna dapat menikmati burst shooting secepat 20 fps dalam resolusi penuh.

Leica TL2

Secara keseluruhan, Anda bakal mendapat kamera yang lebih gegas secara keseluruhan, bahkan proses booting-nya hanya memakan waktu 0,6 detik saja. Konektivitas Wi-Fi tidak lupa eksis, demikian pula dengan port USB Type-C yang dapat dimanfaatkan untuk charging.

Leica TL2 memang bukan kamera mirrorless terbaik Leica karena masih ada Leica M10 yang mengusung sensor full-frame. Akan tetapi TL2 juga dibanderol jauh lebih murah, yakni $1.950 – meski masih jauh di atas kamera mirrorless dari merek lain – dengan pilihan warna hitam atau silver.

Sumber: DPReview dan PetaPixel.

Canon EOS 200D Teruskan Jejak EOS 100D Sebagai DSLR Terkecil dan Teringan

Selain Canon EOS 6D Mark II, Canon belum lama ini juga memperkenalkan EOS 200D. EOS 200D merupakan penerus langsung dari EOS 100D yang sempat mencuri perhatian publik sekitar empat tahun silam sebagai DSLR terkecil sekaligus teringan.

Sama seperti pendahulunya, kamera ini masih duduk manis di kelas entry. Misi yang diembannya tidak lain dari menjadi DSLR pertama konsumen yang baru mulai menekuni hobi fotografi, terutama mereka yang ingin ‘naik kelas’ dari kamera ponsel atau kamera saku.

Canon EOS 200D

200D mempertahankan desain compact yang dibanggakan pendahulunya. Seperti halnya 6D Mark II, pembaruannya tidak kelihatan dari luar. Yang pertama tentu saja adalah sensor APS-C baru beresolusi 24,2 megapixel, ditemani oleh prosesor DIGIC 7.

ISO maksimumnya berada di angka 25600, sedangkan video bisa ia rekam dalam resolusi 1080p 60 fps. Menjepret tanpa henti bisa ia lakukan dalam kecepatan 5 fps, atau 3,5 fps dengan Continuous AF. Sistem autofocus-nya sendiri kini mengandalkan teknologi Dual Pixel CMOS AF 9 titik, sama persis seperti yang terdapat pada EOS 700D.

Canon EOS 200D

Yang mungkin paling menarik menurut saya adalah LCD-nya. Di sini Canon telah menanamkan layar sentuh 3 inci yang bisa dilipat sekaligus diputar, memberikan kemudahan memotret ala smartphone, sekaligus memudahkan hobi mengambil selfie – ini juga yang menjadi fitur unggulan baru 6D Mark II.

Konektivitas wireless macam Wi-Fi, NFC dan Bluetooth turut hadir, demikian pula dengan pop-up LED flash. Konsumen yang tertarik bisa meminang Canon EOS 200D seharga $550 (body only) atau $700 bersama lensa EF-S 18–55mm f/4–5.6 IS STM mulai akhir Juli mendatang.

Sumber: DPReview.

Kecil Tapi Perkasa, Nikon Coolpix W300 Siap Menyelam Selagi Merekam Video 4K

Di tengah derasnya serbuan action camera, kamera saku dengan bodi tangguh rupanya masih punya cukup banyak peminat. Buktinya, Olympus belum lama ini merilis Tough TG–5, dan kini giliran Nikon yang meluncurkan produk baru dalam kategori ini, yaitu Coolpix W300.

Sepintas kamera ini mungkin terlihat kurang galak, apalagi kalau dibandingkan dengan besutan Olympus itu tadi. Namun sejatinya kedua kamera ini sama-sama siap ditugaskan di medan apapun. Anda mau mengajaknya diving? Bukan masalah, sebab Coolpix W300 tahan air sampai kedalaman 30 meter tanpa bantuan casing tambahan.

Panel atasnya terkesan simpel dan bersih dengan hanya tombol power dan shutter / Nikon
Panel atasnya terkesan simpel dan bersih dengan hanya tombol power dan shutter / Nikon

Seperti kamera lain dalam kategori ini, ada banyak embel-embel serba “proof” lain yang dibanggakannya: freezeproof hingga suhu –10º Celsius, dustproof dan shockproof dari ketinggian 2,4 meter. Kecil tapi perkasa adalah frasa yang tepat untuk mendeskripsikannya.

Kemampuan jepret-menjepretnya didukung oleh sensor CMOS 1/2,3 inci beresolusi 16 megapixel, dibantu oleh lensa 24–120mm f/2.8–4.9 (5x optical zoom). Video siap ia rekam dalam resolusi 4K 30 fps, dan Nikon tak lupa membekalinya dengan perpaduan sistem electronic dan optical image stabilization.

LCD 3 inci mendominasi penampang belakang Coolpix W300 / Nikon
LCD 3 inci mendominasi penampang belakang Coolpix W300 / Nikon

Yang unik dari Coolpix W300 adalah integrasi GPS dan fitur Active Guide, yang memungkinkan pengguna untuk mengakses data seperti lokasi maupun ketinggian secara cepat. Juga tak kalah menarik adalah fitur SnapBridge, yang sederhananya memungkinkan kamera untuk terus tersambung ke ponsel dan mengirim gambar secara otomatis via Bluetooth, di samping Wi-Fi untuk memberikan kontrol dari kejauhan.

Nikon Coolpix W300 bakal dipasarkan bertepatan dengan dimulainya musim panas tahun ini. Banderol harga yang ditetapkan adalah $390, dan perangkat tersedia dalam tiga pilihan warna: oranye, kuning dan hitam.

Sumber: DPReview.

Dahului GoPro, Garmin Luncurkan Action Cam 360 Derajat yang Mampu Merekam Video 5,7K

Garmin sepertinya hobi sekali mencuri start dari GoPro. Tahun lalu, mereka memperkenalkan action cam Virb Ultra 30 hanya dua minggu sebelum GoPro mengungkap Hero5. Tahun ini kejadian yang sama rupanya terulang kembali, dimana Garmin mengungkap Virb 360 sebelum GoPro Fusion meluncur secara resmi.

Sesuai namanya, Garmin Virb 360 merupakan sebuah kamera 360 derajat, namun dengan karakteristik yang biasa kita jumpai pada action cam. Bodinya tampak begitu kokoh, dan ia tahan air hingga kedalaman 10 meter tanpa bantuan casing, sehingga Anda bisa mengabadikan keindahan terumbu karang secara lebih immersive.

Foto spherical dapat ia tangkap dalam resolusi 15 megapixel, sedangkan video dalam resolusi 5,7K 30 fps – sedikit lebih tinggi dari GoPro Fusion. Tak hanya video dari segala sudut, perangkat juga akan menangkap audio dari segala arah (360 derajat) dengan bekal empat buah mikrofon terintegrasi.

Garmin Virb 360 datang bersama tripod kecil yang juga bisa dijadikan handgrip / Garmin
Garmin Virb 360 datang bersama tripod kecil yang juga bisa dijadikan handgrip / Garmin

Virb 360 meminjam dua fitur unggulan action cam Virb Ultra 30, yaitu kontrol via perintah suara dan kemampuan untuk menambatkan data (overlay) seperti kecepatan atau tingkat ketinggian langsung di atas video. Data-data ini didapat melalui deretan sensor yang tertanam pada kamera, macam accelerometer, gyroscope, barometer, kompas dan GPS.

Virb 360 juga menawarkan fitur stabilization untuk video spherical yang dihasilkannya dengan bantuan aplikasi pendamping pada smartphone maupun desktop. Lewat aplikasi smartphone-nya inilah pengguna bisa mengendalikan kamera dari kejauhan maupun melangsungkan sesi live streaming.

Layarnya diklaim tetap mudah dilihat di bawah terik matahari / Garmin
Layarnya diklaim tetap mudah dilihat di bawah terik matahari / Garmin

Selain via ponsel, pengoperasiannya mengandalkan tiga buah tombol pada panel atasnya. Di sini juga terdapat sebuah layar kecil yang akan menampilkan indikator mode video, kapasitas penyimpanan – perangkat mendukung kartu microSD hingga 128 GB – dan sisa baterai. Baterainya sendiri diperkirakan bisa bertahan sampai 1 jam nonstop.

Garmin Virb 360 akan dipasarkan mulai bulan Juni seharga $800, menjadikannya salah satu kamera 360 derajat termahal yang ada di pasaran. Paket penjualannya mencakup aksesori unik berupa handgrip yang juga bisa difungsikan sebagai tripod.

Sumber: Garmin dan PetaPixel.