Kargo Technologies Dikabarkan Dapat Pendanaan Rp144 Miliar Dipimpin AC Ventures

Pengembang platform marketplace logistik Kargo Technologies dikabarkan membukukan pendanaan seri A dari para investor terdahulu. Mengutip data regulator, seperti tercantum di laporan Alternative.pe, AC Ventures memimpin putaran ini dengan dukungan Teleport, Intudo Ventures, Tenaya Capital, January Capital, Peak XV, dan Cypress Capital.

Total dana yang berhasil dihimpun dalam putaran ini mencapai $8,8 juta atau setara Rp144 miliar. Dengan dana segar ini, diestimasi nilai valuasi perusahaan telah mencapai $100 juta. Namun demikian yang menjadi catatan, putaran seri A ini menyiratkan pembelian saham dengan harga yang lebih rendah (downround) dibandingkan dengan putaran sebelumnya.

Kami sempat meminta keterangan kepada pihak terkait mengenai pendanaan ini, namun mereka memilih tidak berkomentar.

Kargo menyediakan solusi marketplace yang menghubungkan transporter dan shipper. Mengutip dari situs resminya, saat ini mereka telah memiliki lebih dari 8 ribu jaringan transporter di semua moda transportasi (darat, laut, dan udara), baik untuk pasar domestik ataupun internasional. Khusus untuk armada truk, sudah ada lebih dari 15 ribu jaringan yang ada di marketplace, dengan 1.500 sopir terpercaya. Kini Kargo telah dipercaya lebih dari 200 perusahaan seperti Orang Tua, Unilever, Nestle, Kino, Danone, dan lainnya.

Kargo didirikan sejak tahun 2018 oleh Tiger Fang (CEO) dan Yodi Aditya (CTO). Pada Februari 2022 lalu, anak usaha grup maskapai AirAsia, yakni Teleport, memberikan  pendanaan ke Kargo. Perusahaan lain pun juga menaruh investasi ke startup logistik ini, termasuk CVC milik Coca-Cola, Amatil X dan juga perusahaan logistik last-mile FedEx.

Dalam sebuah kesempatan tahun lalu, Tiger Fang menyampaikan bahwa saat ini Kargo baru melayani 1% dari total potensi industri logistik di Indonesia. Diperkirakan ukuran pasarnya mencapai $250 miliar.

Selain Kargo, penyedia platform teknologi logistik lain yang juga sudah beroperasi di Indonesia termasuk Logisly, Waresix, dan Andalin. Beberapa di antaranya menyediakan solusi selain manajemen transportasi untuk truk, seperti Andalin yang juga menjangkau transportasi udara dan laut dan Waresix yang menawarkan layanan manajemen warehouse.

Application Information Will Show Up Here

Intip! Daftar 15 Startup Logistik di Indonesia

BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan, pada tahun 2021 sektor logistik mampu tumbuh 3,24%. Banyak faktor yang melandasinya, mulai dari permintaan tinggi dari sektor e-commerce, sampai dengan transformasi digital yang ada di bisnis logistik itu sendiri. 

Tren positif bisnis logistik juga menjadi kesempatan tersendiri bagi startup digital yang fokus menggarap sektor logistik untuk turut mengakomodasi pasar. Saat ini ada berbagai stratup dengan solusi unik di bidang logistik — mulai dari layanan agregator, pengantaran, sampai dengan manajemen armada.

Berikut ini adalah 15  startup logistik Indonesia yang patut diketahui.

Andalin

Andalin adalah startup logistik Indonesia yang berdiri sejak tahun 2016. Mereka menghadirkan platform yang dapat membantu para pemilik UMKM di Indonesia untuk mengimpor dan mengekspor barang dari dalam dan luar negeri. 

Para kliennya hanya perlu mengirimkan semua persyaratan dan biaya yang dibutuhkan Andalin. Selanjutnya platform akan memastikan proses pengiriman barang lintas negara tersebut berjalan dengan baik. Andalin juga bisa melakukan pemantauan secara real-time dengan Andalin Get yang telah diluncurkan tahun lalu.

Belum lama ini Andalin mengumumkan tambahan pendanaan sebesar $4 juta atau setara dengan 57,2 miliar rupiah yang dipimpin oleh Intudo Ventures. Sejumlah investor terlibat seperti Cardig Group, Beenext, dan investor strategis lainnya. Pendanaan ini melanjutkan putaran seri A yang diperoleh perusahaan pada Maret 2021.

AnterAja

Salah satu startup logisitk Indonesia yang saat ini kian ekspansif. Perusahaan logistik ini berfokus pada pengiriman barang. Pelayanan yang diberikan AnterAja ini cukup bervariatif dari regular, next day, same day tergantung dari jarak lokasi juga. 

Pada tahun 2021 IFC (International Finance Coorporation) melakukan investasi kepada AnterAja dengan nilai yang cukup fantastis sebesar 451 miliar Rupiah untuk melakukan ekspansi produknya ke beberapa pulau di Indonesia.

Biteship

Startup solusi logistik e-commerce Biteship telah berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal  dengan jumlah yang tidak diungkapkan. Pendanaan tersebut dipimpin oleh East Ventures dan Beenext. 

Biteship ini didirakan Mirsa Sadikin (CEO) dan Afra Sausan (CMO) pada tahun 2019. 

Biteship ini memiliki model bisnis yang cukup unik dibandingkan dengan startup logisitik Indonesia yang lain, karena biteship ini dapat mengirim paket dari berbagai pilihan kurir lainnya. Selain pengiriman barang mereka juga dapat menyewakan gudang untuk melakukan perdagangan di dalam maupun luar negeri.

Deliveree

Deliveree didirikan oleh Tom Kim selaku CEO dan Co-Founder pada tahun 2015. Deliveree ini memiliki banyak sekali fitur yang dapat digunakan terhadap jasa pengiriman dan logistik.

Salah satu layanan yang terbaru Muat Sebagian (Less Than Truckload/LTT) menjadi alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan seluruh bisnis dari berbagai skala, termasuk UMKM yang memiliki limitasi budget.

CEO Deliveree Tom Kim menjelaskan, ada kucuran dana $14,5 juta yang baru dikeluarkan dari Gobi Partners bersama Asia Summit Capital dan Inspire Ventures ini akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan marketplace logistik di kawasan Asia Tenggara.

Envio

Salah satu startup logistik Indonesia yang berbasi B2B digitalisasi, Envio mendapatkan pendanaan pre-seed pada tahun ini dengan nominal yang dirahasiakan dari Antler, Iterative, dan sejumlah angel investor lainnya. Pendanaan ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis Envio di 2022.

Envio didirikan pada tahun 2021 oleh Richard Cahyanto dan Alif Amri Suri yang masing – masing menjadi CEO dan CTO. Model bisnis Envio sendiri ini lebih mengarah kepada B2B digitalisasi hal ini memudahkan konsumen melihat secara real-time dan end-to-end barang yang mereka kirim.

J&T Express

J&T Express merupakan startup logistik Indonesia yakni seperti jasa pengiriman barang, baik berupa dokumen maupun paket. J&T Express adalah startup logistik yang juga menggunakan IT dalam menawarkan layanannya, mereka menawarkan keuntungan dalam mengambil barang. Sehingga pelanggan tidak perlu datang ke kantor J&T jika ingin mengirim barang.

J&T Express adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 Agustus 2015. Didirikan oleh Robin Lo Perusahaan ini pada umumnya bergerak dalam bidang ekspedisi. Pada tahun 2018, J&T telah membangun gudang sortir otomatis di Semarang dan Surabaya.

Startup logistik J&T Express dilaporkan telah memperoleh putaran pendanaan sebesar $2,5 miliar atau setara 35,6 triliun Rupiah dengan valuasi mencapai $20 miliar (sekitar 285 Rupiah triliun), alias sudah menyandang gelar “decacorn“. Penggalangan dana ini merupakan bagian dari rencana J&T agar dapat melantai di bursa Hong Kong pada kuartal pertama 2022.

Janio

Startup logistik yang berbentuk e-commerce ini memiliki banyak fitur seperti pelacakan real time, analisa terstruktur dan komunikasi khusus untuk pengiriman paket pada satu platform

Selain itu, Di dalam platform tersebut, berisi informasi saat barang masuk gudang, pengiriman first mile, proses bea cukai di bandara udara asal dan tujuan, distribusi, hingga pengiriman last mile. Layanan ini bisa dipakai untuk bisnis UKM maupun korporasi yang memulai ekspansi bisnis secara internasional.

Janio ini didirikan oleh Syed Ali Ridha Madihid pada tahun 2019, Dalam segi pendanaan Janio ini dibantu oleh Choco Up perusahaan investasi berbasis pendapatan antarmuka senilai $8 Juta.

Kargo Tech

Startup logistik yang satu ini menawarkan fitur yang dapat memberikan kemudahan untuk mengelola logistik dengan cara yang baik. Kargo Nexus adalah fitur yang dapat memudahkan perusahaan untuk melakukan pengelolaan logistik dengan cara digital.

Kargo tech ini didirikan oleh Tiger Fang pada tahun 2015. Selain Kargo Nexus, startup logistik yang satu ini juga menyediakan jasa logistik truk antar pulau seperti diesel, engkel, fuso, hingga kontainer.

Pada bulan febuari 2022, Kargo tech mendapatkan pendanaan dari teleport (anak perusahaan Air Asia) senilai 501 Miliar Rupiah untuk melakukan ekspansi ke mancanegara.

Logisly

Logisly merupakan perusahaan startup logistik Indonesia pertama yang menerapkan e-forwading dimana mempertemukan pengguna dengan penyedia jasa logistik. Sejak beroperasi Juli 2019 terdapat 5000 truk dengan mayoritasnya adalah pengusaha truk yang telah menggunakan logisly dan telah terverifikasi.

Melalui teknologinya logisly ini dapat memungkinkan para pengusaha truk mendapatkan order melalui logisly serta cash flow yang lebih terjaga melalui fitur tersebut. 

CEO Logisly, Roolin Njotosetiadi mengungkapkan bahwasannya logisly akan terus melakukan ekspansi serta pembaruan agar konsumen serta pengusaha penyedia logistik puas dengan kinerja dari logisly.

Pada tahun 2020 Logisly mendapatkan pendanaan Seri A senilai 87,7 Miliar Rupiah dipimpin oleh Monks Hill Ventures.

McEasy

McEasy menyediakan solusi digital berbasis Internet dan GPS Tracker untuk menjawab kebutuhan operasional logistik dan pelacakan lokasi kendaraan. Perusahaan didirikan oleh Raymond Sutjiono dan Hendrik Ekowaluyo sejak tahun 2017 dan terus bertransformasi menjadi terdepan dalam memberikan solusi terintegrasi di bidang transportasi logistik.

Application Information Will Show Up Here

Pada bulan september 2021, Perusahaan ini mendapatkan 22 Miliar Rupiah dari East Ventures pada tahap awal. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun teknologi logistik, merekrut tim pemasaran dan penjualan guna menjangkau lebih banyak pengguna.

Paxel

Paxel adalah startup logistik indonesia pertama berbasis aplikasi yang menawarkan layanan Same Day Delivery dengan biaya pengiriman yang terjangkau. Paxel didirikan oleh Bryant Christanto (CEO), Zaldy Ilham Masita (Co-Founder), dan Johari Zein (Co-Founder) pada awal tahun 2018. 

Saat ini Paxel hanya mengakomodasi layanan di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Layanan pemesanan cukup menggunakan aplikasi. Maksimal 8 jam barang akan sampai di tempat tujuan. Saat ini, Paxel memiliki armada lebih dari 200 sepeda motor dan lima mobil. Kedepannya, Paxel menargetkan hadir di lima kota lain di Indonesia

Startup Paxel ini mendapatkan pendanaan seri B dipimpin oleh MDI Ventures dengan valuasi nominal senilai 134, 7 Miliar Rupiah.

Shipper

Startup logsitik Indonesia yang pertama akan dibahas adalah shipper, Shipper ini didirikan pada tahun 2016 oleh Budi Handoko (Co-Founder & COO) dan Phil Opamuratawongse (Co-Founder & CEO). 

Shipper sendiri menawarkan beberapa layanan yang pastinya berbeda dengan startup logistik di Indonesia yang lain. Perusahaan ini tidak hanya menawarkan jasa pengiriman barang akan tetapi mereka juga menawarkan penyewaan gudang. Selain itu, perusahaan ini Terintegrasi denga API (Aplication Programing Interface) dimana hal tersebut memudahkan para kurir dengan banyak dengan satu platform saja.

Dalam pendanaan seri B bulan lalu, sebagai agretator bisnis shipper mendapatkan $63 Juta atau kisaran 923 Milliar Rupiah.

Sicepat

PT Sicepat Ekspres ini didirikan oleh The Kim Hai pada tahun 2014. Model bisnis dari sicepat ini sangat bervariasi bagi mulai dari COD, Kirim barang lebih dari 3 Kilogram, Kargo, Layanan cepat dalam sehari dan sebagainya.

Pada maret 2022, Sicepat ini berhasil mendapatkan mendanaan senilai $170 Juta atau 2,4 Triliun Rupiah untuk mengekspansi serta membuat inovasi yang lebih baik lagi untuk perusahaan kedepannya.

Transtrack.ID

Startup logistik Indonesia yang satu ini merupakan start up dengan mengintegrasikan antara kondisi setempat dengan waktu yang tepat (real time). Trastrack.ID ini memiliki beberapa fitur lengkap untuk mendukung manajemen logistik.

Perusahaan ini didirikan oleh Anggia Meisari dan Aris Pujud selaku CEO pada tahun 2019. Selain itu pada tahun 2022 Transtrack.id ini mendaptkan seed funding untuk untuk mendukung pengembangan produk dan pertumbuhan sales senilai $570 ribu atau 8 miliar Rupiah.

Waresix

Waresix adalah startup logistik Indonesia yang menyediakan solusi penyimpanan end-to-end yaitu mencakup transportasi hingga kebutuhan pergudangan. Perusahaan rintisan ii didirikan pada 2017 oleh para engineer Andree Susanto, Edwin, dan Filbert Hansel. Saat ini, Waresix memiliki lebih dari 200 mitra gudang.

Pada April 2022, Waresix mendapatkan pendanaan senilai $50 Juta atau setara dengan 718,4 miliar Rupiah untuk mengekspansi serta menambah daya gedor untuk sales.

Melihat Minat Investor pada Startup Logistik di Tengah Pandemi Covid-19

Meskipun secara global industri logistik terhambat pertumbuhannya, namun tidak menurunkan demand dari pihak terkait yang membutuhkan layanan tersebut. Sebagai tulang punggung layanan e-commerce, logistik memiliki peranan penting untuk mendukung kegiatan berbagai pihak terkait. Terlebih di tengah pandemi yang terjadi saat ini, terlihat peranan logistik makin krusial, mendukung anjuran work from home dan social distancing.

Di Indonesia sendiri layanan e-commerce seperti JD.ID, Tokopedia, Shopee, hingga Bukalapak menerima permintaan cukup tinggi untuk barang-barang yang paling banyak dibutuhkan saat ini. Mulai dari produk bahan segar hingga obat-obatan dan alat kesehatan. Promo bebas ongkos kirim hingga pemberian voucher dan penawaran menarik lainnya juga diberikan kepada pelanggan.

Fenomena lain yang kemudian terjadi dalam industri logistik adalah, ketika banyak perusahaan hingga startup yang harus merumahkan pegawai mereka akibat dari penyebaran Covid-19, justru startup yang menyasar layanan logistik merekrut banyak pegawai, dengan tujuan untuk membantu mengatasi permintaan meningkat untuk belanja online. Mulai dari Amazon yang harus menambah sekitar 100 ribu pegawai, hingga GudangAda yang membuka lowongan pekerjaan untuk mendukung bisnis mereka selama masa karantina berlangsung.

Sektor logistik tancap gas

Beberapa layanan logistik menerima pendanaan dari investor sepanjang awal tahun 2020 ini. Akhir Maret 2020 tercatat, RaRa Delivery yang merupakan salah satu startup lulusan program akselerator batch 4 GKPnP, mengumumkan pendanaan tahap awal (seed funding) $1,2 juta atau sekitar Rp 19,7 miliar. Investasi tersebut dipimpin oleh 500 Startups. AngelCentral juga terlibat dalam putaran pendanaan ini.

Startup yang menyediakan layanan “same day delivery” ini rencananya akan menggunakan dana segar tersebut untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, pengembangan operasi dan teknologi di Indonesia. Didirikan oleh CEO Karan Bhardwaj, RaRa Delivery termasuk dalam daftar startup logistik yang menerima pendanaan saat penyebaran Covid-19 terjadi secara global.

Januari 2020 lalu, platform jasa truk dan pergudangan Waresix, mengumumkan pendanaan tambahan dari EV Growth dan Jungle Ventures. Kurang dari 6 bulan setelah mengumumkan meraih US$14,5 juta pada putaran pendanaan seri A yang dipimpin oleh EV Growth pada Juli 2019, Waresix mendapatkan tambahan modal US$11 juta dalam perpanjangan putaran pendanaan tersebut.

Dalam 18 bulan terakhir, perusahaan berhasil menghimpun modal US$27,1 juta. Perusahaan juga menopang pertumbuhannya menggunakan pinjaman dan fasilitas modal kerja dari bank dan institusi finansial lain yang terkemuka di regional.

“Untuk logistik menurut saya itu adalah enduring business. As soon as the market normalizes, the goods will need to flow. Untuk pendanaan harusnya sekarang dari sisi venture capital dan private equity akan melihat perusahaan yang memiliki solid business model dan sustainability plan. Karena kalau hanya mengandalkan subsidi saja di saat seperti ini cukup sulit ya, karena value proposition tidak jelas,” kata CEO Waresix Andree Susanto kepada DailySocial.

Sementara itu platform manajemen armada logistik yang mencoba untuk membantu pengelola armada mengadopsi teknologi untuk memaksimalkan bisnis mereka, Webtrace, juga telah mengumumkan pendanaan tahapan awal yang dipimpin oleh Prasetia Dwidharma. Turut bergabung dalam pendanaan ini Astra Ventura.

Kepada DailySocial CEO Webtrace Erwin Subroto menyebutkan, di Indonesia saat ini pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai US$290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Webtrace mencoba menjadi platform yang bisa dimanfaatkan oleh pengelola armada untuk memberikan solusi teknologi agar usaha logistik bisa berjalan lebih efisien serta meningkatkan produktivitas dan keamanan. Caranya dengan menerapkan sensor dan solusi IoT yang akan menghasilkan berbagai data dan analisis real time.

“Dengan atau tanpa adanya penyebaran Covid-19, logistik akan selalu menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Terutama setelah penyebaran virus Covid-19 mulai mereda, nantinya akan ada perubahan pola ekonomi dan konsumsi yang makin berpusat kepada layanan logistik itu sendiri,” kata CEO & Co-Founder Webtrace Erwin Subroto.

Pertumbuhan positif bisnis logistik

Kondisi yang berbentuk negara kepulauan membuat biaya logistik di Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di Asia, bahkan berkontribusi terhadap seperempat dari produk domestik bruto Indonesia yang mencapai $1 triliun. Posisi Indonesia dalam Indeks Daya Saing Logistik 2018 yang dirilis Bank Dunia memang terus membaik.

Sejak bulan Maret 2019, layanan logistik di Indonesia termasuk industri yang paling banyak dilirik oleh investor. DailySocial mencatat sekitar 7 startup mendapatkan pendanaan tahapan awal hingga tahapan lanjutan dari para investor. Mulai dari Kargo, Triplog, Ritase, Waresix, Logisly, Shipper, dan Finfleet. Investor yang terlibat di antaranya adalah EV Growth, Golden Gate Ventures, East Ventures hingga Kejora Ventures. Besarnya jumlah pendanaan yang diberikan berkisar antara $3,5 juta hingga $14,5 juta.

Tercatat di tanah air, pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai $290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%, tertinggal dari Thailand dan Malaysia. Kondisi tersebut menciptakan potensi senilai $240 miliar dalam sektor logistik di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi tidak hanya melemahkan daya saing industri, tetapi juga meningkatkan cost of doing business bagi pelaku UKM di Indonesia. Diharapkan layanan logistik saat ini, bisa mengatasi persoalan tersebut dengan menghadirkan layanan yang mendukung pertumbuhan UKM dan layanan e-commerce di Indonesia.

[Weekly Updates] Bukalapak’s New Logo; $17 Million Funding for TaniHub; and More

Bukalapak has announced the usage of new logo following the succession of its CEO. In the highlight last week were series of funding announcement by TaniHub, Kargo, and ProSpark. Lastly, East Ventures and its portfolio initiate crowdfunding scheme to help financing Covid-19 test kit.

Bukalapak Introduces The New Logo

Bukalapak is officially launched a new logo. The new logo introduced only three months after the reins of company leadership were transferred from the Co-Founder to a professional. With this new face, Bukalapak intends to benefit more people with the features and technologies in their ecosystem.

Bukalapak team told DailySocial that the rebranding initiative had long been prepared. At the age of 10, Bukalapak remains the same, trying to help raise the standard of living of its users in the whole ecosystem.

Bukalapak said the new company’s logo contains 4 meanings: Excitement, Fun, Strength, and Bukalapak. The meaning of the new Bukalapak logo illustrates that Bukalapak is ready to become a platform with answers to all the needs of its users to get or sell goods.

TaniHub Secures 285 Billion Rupiah Worth of Series A+ Funding

TaniHub Group announced to secure series A+ funding worth of US$17 million or around 285 billion Rupiah. This is the follow on round of the series A last May 2019.

The latest round was led by Openspace Ventures and Intudo Ventures. Also involved in this round, UOB Venture Management, Vertec Ventures, BRI Ventures, Tenaya Capital and Golden Gate Ventures. In total, TaniHub has obtained Rp462 billion funding since 2016.

The additional funding will be allocated to tighten business position by expanding services, both for farmers and customers. They will also focus to improve operational, such as the implementation of automation in processing and packaging centers.

Coca-Cola’s CVC, “Amatil X” Pours Its First Investment to Kargo Technology

Following its official launch in early 2019, Coca-Cola Amatil Indonesia (Amatil Indonesia), through the Amatil X corporate venture capital (CVC) initiative, has established strategic partnerships with some startups in Indonesia.

The latest collaboration is with Kargo Technologies, it is said to help them expand the business strategy and logistics digitization process in Indonesia.

Kargo Technologies is a logistics marketplace that connects companies and truck service providers. In the middle of last year, they obtained funding of $7.6 million (more than 107 billion Rupiah) led by Sequoia India and the 10100 Fund – the latter one was founded by Uber Co-Founder Travis Kalanick.

ProSpark Provides Edtech Solution in B2B Segment

Founded in 2018, ProSpark offers a Learning Management System (LMS) that allows companies to train, certify, transfer knowledge, and collaborate. In particular targeting B2B segment by providing a learning management system to improve staff comprehension.

In order to accelerate business development, ProSpark has secured pre-seed funding led by Agaeti Ventures. Prasetia Dwidharma and an angel investor, Adi Adisaputro, also participated in this round.

ProSpark plans to use the funds to expand its commercial footprint and strengthen its position in the market. The company is also working on plans for regional expansion across SE Asia in the future.

East Ventures and Its Portfolios Initiated “Indonesia Pasti Bisa” Project

Amidst the Covid-19 pandemic outbreak throughout Indonesia, East Ventures along with some of its portfolios have collaborated to make a contribution. They’ve launched the crowdfunding platform named Indonesia Pasti Bisa to collect funds and channel it for Nusantics to produce its own Covid-19 test kit.

There are three of East Ventures’ portfolios took part in this initiative. First and the main player is Nusantics. The deep-tech genomic startup has just announced the funding last week and currently developing a test kit for Covid-19. The project is part of Nusantics’ job as a member of the Research Force and Technology Innovation Task Force for Handling Covid-19 (TFRIC19) formed by BPPT.

The company to produce 100 sets of qPCR as prototypes and massive production for 100,000 test kits. In time, Nusantics will be launching the whole-genome sequencing to map the virus causing Covid-19 in Indonesia. The genomic mapping of various kinds of the virus becomes important due to the virus mostly mutating to different kind of form based on the environment.

Bagaimana Ritase Mendisrupsi Pasar Logistik dan Pengangkutan di Indonesia: Startup Stories

Sektor logistik dan pengangkutan Indonesia tahun ini telah mencuri perhatian, dengan banyaknya startup yang menggalang dana dengan jumlah signifikan, menunjukkan bahwa industri ini digadang-gadang akan menjadi hal besar ke depannya dalam ekonomi digital negara ini.

Salah satu perusahaan pemula yang mendapatkan investasi dalam jumlah besar pada tahun 2019 adalah Ritase, sebuah platform yang menyediakan sistem transportasi digital B2B yang mempertemukan pengirim dengan pengangkut, yang bertujuan untuk menyederhanakan rantai pasok logistik serta menciptakan proses pengiriman darat yang lebih efisien.

Didirikan pada tahun 2018 oleh seorang pengusaha Iman Kusnadi beserta arsitek perangkat lunak David Samuel, perusahaan berhasil mengumpulkan US$3 juta dalam putaran pendanaan awal pada September 2018 dari Insignia Ventures Partners. Dalam waktu kurang dari satu tahun, perusahaan tersebut kembali mengantongi US$1,6 juta dalam putaran selanjutnya pada Februari 2019, dan US$8,5 juta dalam putaran Seri A yang dipimpin oleh Golden Gate Ventures pada bulan Mei.

“Dari segi traksi sudah bagus dan bisnis tumbuh dengan cepat, jadi investor percaya pada potensi perusahaan,” ungkap salah satu pendiri dan CEO, Kusnadi, kepada KrASIA dalam sebuah wa wancara.

Kusnadi memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun bekerja di industri logistik, termasuk dalam posisi manajemen untuk raksasa logistik global seperti DHL dan APL Logistics. Ritase adalah versi rebranding dari perusahaan yang ia dirikan sebelumnya bernama Trucktobee, jelasnya.

Selain menghubungkan perusahaan dengan vendor truk, Ritase juga menjalankan sistem software-as-a-service (SaaS) untuk manajemen transportasi real-time, pemrosesan pesanan digital, optimalisasi rute, dan perencanaan beban, yang digunakan oleh vendor dan pelanggan.

Iman Kusnadi, co-founder dan CEO Ritase. Dokumentasi Ritase
Iman Kusnadi, co-founder dan CEO Ritase. Dokumentasi Ritase

“Misi utama kami adalah untuk mengatasi hambatan terbesar pengangkutan dan logistik: data yang tidak akurat. Truk seringkali beroperasi tanpa referensi data yang jelas, seperti jenis muatan yang dibawa dalam truk, atau lisensi pengemudi yang sesuai atau tidak. Oleh karena itu, kami mencoba mengembangkan infrastruktur digital untuk mengatasi masalah ini, sehingga semua pemangku kepentingan dalam ekosistem logistik dapat mengambil manfaat dari solusi teknologi kami,” ujar Kusnadi.

Ia percaya bahwa disrupsi dalam sektor logistik akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia. “Misalnya, karena solusi kami dapat menurunkan biaya logistik untuk pengirim, hal itu dapat menyebabkan penurunan harga barang dalam jangka panjang. Sementara itu, harga yang lebih rendah pada akhirnya akan meningkatkan daya beli masyarakat,” tambahnya.

Menurut Kusnadi, bisnis di bidang teknologi logistik sangat menjanjikan. Ritase telah beroperasi selama kurang lebih satu tahun, dan sampai saat ini telah menunjukkan perkembangan positif.

Saat ini, perusahaan memfasilitasi lebih dari 40.000 pengiriman per bulan, dan telah bekerja dengan merek-merek terkenal internasional seperti Nestlé, Unilever, Japfa, Lotte, dan lainnya.

“Kami hanya memiliki dua klien pengirim pada kuartal pertama 2018, namun sekarang kami telah bekerja sama dengan 74 perusahaan besar, termasuk FMCG global dan merek ritel. Kami juga telah mendaftar 600 perusahaan transportasi kecil dan menengah, dengan lebih dari 11.000 truk individu,” ujarnya.

“Keuntungan dari model B2B ini [bisnis] sangat mudah. Kami bisa mendapatkan margin yang baik dan adil karena kami berurusan langsung dengan pemilik truk tanpa perantara, ”kata Kusnadi, menambahkan bahwa Ritase sudah menguntungkan.

Perusahaan juga telah menandatangani perjanjian dengan Kementerian Perhubungan Indonesia untuk mendigitalkan timbangan berat di seluruh negeri untuk meringankan muatan truk yang terlalu banyak dan dimensi yang berlebih. Mereka juga meluncurkan layanan “smart shelter” di Surabaya awal tahun ini, yang berfungsi sebagai tempat istirahat bagi pengemudi truk. Di persinggahan, pengemudi juga diberikan pelatihan digital singkat, terutama tentang cara memanfaatkan platform Ritase.

Garasi singgah truk di Surabaya. Dokumentasi oleh Ritase.
Garasi singgah truk di Surabaya. Dokumentasi oleh Ritase.

Perusahaan ini mengoperasikan platform pasar online yang disebut Ritase Shop (atau Ritshop), yang diluncurkan pada Mei 2019. Mereka menawarkan akses bagi mitra pengangkutan truk Ritase terhadap onderdil dan truk yang terjangkau. Kusnadi menyatakan bahwa Ritshop telah menunjukkan komitmen perusahaan untuk mendukung para pengangkut, kebanyakan dari mereka adalah usaha kecil dan menengah (UKM).

“Karena kami bermitra dengan banyak perusahaan angkutan truk, kami tahu bahwa kesulitan mereka untuk membeli armada baru dengan harga kompetitif. Karena itu, kami bekerja sama dengan perusahaan multi-finansial yang memungkinkan pengangkut membayar dengan mencicil. Selain itu, setelah membeli truk, mereka akan secara otomatis berintegrasi dengan sistem manajemen transportasi Ritase, yang diterjemahkan menjadi nilai tambah bagi mereka, “kata Kusnadi.

Pada bulan Oktober, Ritshop meluncurkan dealer truk bekas terbesar di Jabodetabek yang memungkinkan calon pembeli memeriksa kondisi truk secara langsung sebelum mengambil keputusan.

Meskipun sektor ini disebut-sebut menjanjikan, perusahaan yang mengembangkan teknologi logistik baru juga menghadapi banyak tantangan, terutama dalam hal perizinan dan peraturan, menurut Kusnadi.

“Pada awalnya, banyak yang berpikir bahwa kami adalah perusahaan logistik, oleh karena itu kami harus mematuhi peraturan normal untuk transportasi barang, salah satunya adalah bahwa kami harus memiliki armada sendiri. Jadi saya perlu terus menjelaskan bahwa kami adalah perusahaan teknologi yang menawarkan solusi untuk logistik truk,” katanya.

Kusnadi berharap bahwa pemerintah akan mendorong regulasi baru terkait hal ini untuk mempercepat pertumbuhan sektor teknologi logistik.

Melihat masa depan logistik di Indonesia, Kusnadi percaya bahwa akan ada lebih banyak pemain digital mendisrupsi ruang ini yang akan membuat kompetisi lebih menarik. “Semakin banyak, semakin meriah. Ini menunjukkan bahwa pasar sedang tumbuh, dan saya percaya bahwa kompetisi akan meningkatkan inovasi, yang sekiranya baik untuk seluruh ekosistem,” ungkap Kusnadi.

“Saya berharap bahwa Indonesia akan menerapkan seluruh proses logistik pintar dalam waktu dekat, dan kita dapat menyelesaikan tantangan logistik lintas wilayah untuk memfasilitasi perdagangan antar negara dengan lebih nyaman,” lanjutnya.

Ke depannya, Ritase ingin memperkuat kemampuan teknologinya dan menambahkan lebih banyak layanan bagi pelanggannya, untuk menjadi pemimpin pasar di industri truk Indonesia. Perusahaan juga memperluas penawarannya dengan memasukkan pengelolaan limbah berbahaya. Pada tahun depan, Ritase juga berencana untuk menawarkan layanan logistik kontainer antar pulau, serta layanan pembiayaan kepada para mitranya.

Apalagi, Ritase saat ini sedang dalam proses mengumpulkan modal baru. Ini akan selesai “segera,” kata Kusnadi.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial.

Startup Logistik “Qiriman” Jembatani Kebutuhan Pemilik Kendaraan dan Pelanggan

Masih sedikitnya layanan transportasi untuk melakukan pindahan rumah atau kantor di kawasan Bandung dan sekitarnya menjadi alasan Teguh Nugraha (CEO), Danny Andika (CMO), Violla Laurencia (Creative Director), Thomas Aldwin (Business Analyst) dan Yudi Yohanes (CTO) mendirikan Qiriman. Yakni sebuah platform penyedia jasa pengiriman dengan berbagai macam kendaraan angkutan.

Kepada DailySocial Teguh menceritakan, berangkat dari pengalaman pribadi saat akan melakukan pindahan kantor ke gedung baru, ia melihat belum adanya layanan transportasi secara terpadu yang mampu memenuhi layanan tersebut. Mulai dari persoalan negosiasi harga hingga pilihan kendaraan, semuanya diklaim belum lengkap. Berbeda dengan di negara lain yang sudah memiliki berbagai layanan armada atau transportasi pindahan kantor atau rumah yang dikenal dengan moving company.

“Idenya muncul bermula dari kebingungan pada saat kami akan pindahan kantor. Kami kesulitan untuk mencari armada untuk membantu kami pindahan, ketika sudah dapat armada, kami kebingungan untuk nominal pembayaran, rata-rata kalau di tanya ke pengemudi pada saat pindahan mereka bilangnya ‘seikhlasnya saja pak’. Dari sini kami merasa ini bisa sangat membantu kalau ada aplikasi yang bisa menemukan pemilik mobil angkutan dengan pelanggan.”

Setelah melakukan riset dan persiapan, Teguh dan tim akhirnya mencoba untuk menawarkan model bisnis tersebut kepada investor. Mendapat respons yang positif akhirnya Qiriman diluncurkan dan berbasis di Bandung, Jawa Barat. Saat melakukan riset tersebut Teguh menegaskan banyak fakta menarik yang ditemukan di lapangan. Setelah mendapatkan pendanaan awal, Qiriman memiliki sejumlah rencana yang sudah disiapkan dalam waktu 10 tahun ke depan.

“Pada langkah awal ini kami meluncurkan layanan pertama kami, di mana kami melayani pengiriman barang baik dalam maupun luar kota. Langkah kami selanjutnya akan mengembangkan fitur baru untuk menjangkau pasar yang lebih besar,” kata Teguh.

Cara kerja dan wilayah layanan

Saat ini Qiriman bukan hanya tersedia di Bandung dan Jabodetabek namun juga sudah meluas hingga Yogyakarta, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Sumatera. Tersedia dalam aplikasi dan desktop, pelanggan yang ingin mengakses Qiriman dan menikmati layanan yang disediakan, bisa menikmati fitur seperti pengiriman yang terjadwal, harga yang transparan, kesempatan untuk negosiasi harga, melihat history pemesanan hingga jaminan keamanan barang yang diantar. Untuk strategi monetisasi yang dilancarkan, Qiriman memberlakukan sharing profit dengan mitra mereka.

Untuk kategori layanan pengiriman, Qiriman juga menyediakan tiga pilihan yaitu, Trip untuk pengiriman barang dalam maupun luar kota berdasarkan lokasi pengambilan dan lokasi tujuan. KG untuk pengiriman dalam maupun luar kota berdasarkan berat tonase barang, dan yang terakhir adalah Bulan, merupakan semua jenis kendaraan yang dapat disewakan per bulannya.

Tahun ini Qiriman masih memiliki sejumlah target yang ingin dicapai, salah satunya adalah meluncurkan dua jenis layanan, baik trucking maupun logistik domestik dan internasional.

“Kembali pada tujuan awal kami, di mana kami ingin menjadi one stop solution marketplace platform kargo dan logistik. Dengan tujuan tersebut kami akan masuk ke pasar B2B dan C2C. Kami sedang melakukan pitching untuk mendapatkan pendanaan baru guna memperluas cakupan wilayah dan layanan kami,” kata Teguh.

Application Information Will Show Up Here

Startup Logistik On-Demand B2B Kargo Umumkan Perolehan Investasi dari East Ventures dan Angel Investor Diono Nurjadin

Startup logistik on-demand B2B Kargo mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal, dengan nilai yang tak disebutkan, dari East Ventures dan angel investor Diono Nurjadin. Diono adalah anggota aktif Angel Investment Network of Indonesia (ANGIN) dan merupakan President dan CEO Cardig Aero Services. Pendanaan akan difokuskan untuk pengembangan teknologi dan peningkatan kemitraan dengan vendor / perusahaan logistik di Indonesia.

Kargo adalah layanan logistik on-demand B2B antar kota yang membantu pengiriman barang, dari kebutuhan truk, asuransi hingga pembayaran vendor. Area yang dicakup saat ini adalah Sumatra, Jawa, dan Bali. Saat ini Kargo fokus ke pasar korporasi dan belum memiliki rencana untuk masuk ke pasar ritel.

CEO Kargo Yodi Aditya dalam rilisnya mengungkapkan, “Kargo mendefinisikan ulang lanskap logistik di Indonesia dengan membuatnya lebih terpercaya dan efisien. Dashboard online kami dapat membuat aktivitas pengantaran lebih mudah – termasuk pemesanan, pelacakan, asuransi, pembayaran, dan manajemen vendor. Kami membantu bisnis mengurangi biaya logistik dan meningkatkan produktivitas.”

Kata kunci di sini adalah teknologi. Logistik adalah salah satu sektor yang masih banyak membutuhkan pembenahan dengan kondisi infrastruktur yang tidak sebaik negara-negara maju. Untuk memaksimalkan bisnis, teknologi memegang peranan penting di sini untuk mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas.

Disebutkan industri logistik Indonesia secara keseluruhan bernilai $163,4 miliar atau lebih dari 2000 triliun Rupiah. Dengan semakin bertumbuhnya sektor e-commerce, sektor logistik ikut berkembang dan sejumlah startup, termasuk Kargo, berusaha terus mendobrak tatanan yang sudah ada.

Yodi melanjutkan, “Teknologi Kargo [berusaha] membantu perusahaan mengurangi biaya dengan memaksimalkan utilisasi truk dan meningkatkan kualitas pelayanan. Efisiensi dapat membawa efek domino di rantai logistik ini.”

Terhadap masuknya Diono dan East Ventures dalam jajaran investor Kargo, Yodi kepada DailySocial mengatakan, “Melalui pengalaman Pak Diono, Kargo dapat mengambil langkah strategis dalam penetrasi market logistik di Indonesia. Serta EV yang membantu kami dalam product market fit. Kombinasi ini akan memberikan dukungan yang kuat pada perkembangan Kargo.”

Para investor melihat Kargo memiliki peluang untuk “merusak” tatanan yang sudah ada dengan teknologi yang dibawanya. Managing Partner East Ventures Willson Cuaca berkomentar, “Sektor logistik kita [Indonesia] telah lama menjadi tidak efisien karena tidak ada yang mengganggu pasar. Logistik adalah faktor sukses kunci aktivitas perdagangan Indonesia dan kami percaya teknologi yang dikembangkan Kargo mampu memberdayakan tingkat kompetitif Indonesia di pasar perdagangan domestik dan internasional.

Diono menambahkan, “Penawaran produk Kargo bisa menjadi key enabler bagi penyedia layanan logistik untuk meningkatkan sisi kompetitif dan meningkatkan performa secara umum. Kargo berada di posisi yang tepat untuk memainkan peranan penting di pasar logistik Indonesia dan kawasan [Asia Tenggara].”

Application Information Will Show Up Here