Dash Electric Raih Pendanaan Awal dari The Radical Fund, Kevin Aluwi, dan Sejumlah Investor

Dash Electric, startup penyedia layanan kendaraan listrik (EV-as-a-Service) di Indonesia, mengumumkan keberhasilan dalam mengamankan pendanaan awal dengan nominal yang tidak disebutkan. Pendanaan ini dipimpin oleh The Radical Fund dan didukung oleh Bali Investment Club (BIC), serta melibatkan partisipasi dari Schneider Electric Energy Access Asia (SEEAA), Aksara Ventures, dan Kevin Aluwi, salah satu pendiri Gojek. Investor awal mereka, Antler, turut berinvestasi kembali pada ronde ini.

Didirikan pada 2023 oleh Aditya Brahmana dan Robert Mulianto, Dash Electric bertujuan mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia dengan menyediakan infrastruktur hijau bagi bisnis. Dengan layanan komprehensif, Dash Electric menawarkan solusi armada kendaraan listrik yang dapat disesuaikan, baik untuk kebutuhan logistik berbasis langganan maupun sistem pay-per-use. Dalam rangka mendukung visi Indonesia mencapai 100% penggunaan EV pada tahun 2040, Dash Electric berkomitmen menjadi pelopor dalam transisi ini.

Menjawab tantangan dekarbonisasi sektor transportasi

Dengan lebih dari 137 juta sepeda motor di jalanan, Indonesia dihadapkan pada kebutuhan mendesak untuk mengurangi emisi karbon dalam sektor transportasi. Namun, hanya kurang dari 1% kendaraan di Indonesia yang bertenaga listrik, jauh tertinggal dari negara-negara lain seperti Tiongkok (20%) dan Vietnam (10%).

Co-Founder & CEO Dash Electric Aditya Brahmana menyatakan, “Misi kami adalah membuat adopsi kendaraan listrik menjadi mudah bagi bisnis dan pengemudi. Infrastruktur kami menangani aspek logistik sehingga perusahaan bisa fokus pada bisnis inti mereka.”

Lonjakan permintaan pengiriman cepat di Indonesia turut memacu kebutuhan akan infrastruktur ramah lingkungan untuk layanan antar-jemput. Dash Electric hadir sebagai solusi hijau untuk mendukung sektor logistik, e-commerce, ritel, dan makanan dalam memenuhi permintaan pengiriman yang semakin cepat.

Saat ini, Dash Electric telah membantu berbagai klien, termasuk perusahaan besar seperti Lazada, DHL, JNE, dan Janji Jiwa dalam menjalankan pengiriman berkelanjutan. Selain itu, Dash juga menawarkan solusi armada listrik yang fleksibel untuk startup seperti Jala dan Sayurbox, yang disesuaikan untuk kebutuhan bisnis mereka.

Mempermudah kepemilikan EV

Dash Electric juga memberikan kesempatan bagi pengemudi untuk memiliki EV tanpa biaya awal melalui skema rent-to-own. Program ini memudahkan pengemudi, terutama pekerja sektor gig, untuk mengakses kendaraan listrik yang efisien dan ramah lingkungan, sekaligus menghemat biaya bahan bakar.

Co-Founder & COO Dash Electric Robert Mulianto menyampaikan, “Banyak pengemudi yang sebelumnya melihat EV sebagai barang mewah, namun melalui Dash, mereka sekarang dapat mengakses transportasi berkelanjutan yang juga mengurangi biaya operasional.”

CEO The Radical Fund Alina Truhina menambahkan bahwa Dash Electric memiliki potensi besar dalam mengubah industri logistik Indonesia melalui teknologi yang inovatif dan berkelanjutan. “Kami bangga dapat mendukung para pendiri Dash yang memiliki pengalaman luas di sektor logistik dan manajemen rantai pasokan di Asia Tenggara. Pengalaman ini menempatkan Dash pada posisi yang kuat untuk tumbuh pesat menjadi perusahaan unicorn,” ujarnya.

Rencana ekspansi Dash Electric

Dengan suntikan dana baru ini, Dash Electric berencana untuk memperluas jaringan pengemudi, menambah jumlah armada EV, dan mengembangkan solusi perangkat lunak guna meningkatkan manajemen armada. Langkah ini akan semakin mempermudah integrasi dengan pelanggan melalui API yang memfasilitasi pengoperasian yang lebih efisien.

Dengan langkah-langkah inovatif ini, Dash Electric siap menjadi pemain utama dalam sektor EV di Indonesia, mendukung bisnis untuk beralih ke solusi logistik ramah lingkungan, sekaligus mendorong target nasional dalam mengurangi emisi karbon.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

GoTo Umumkan Jajaran Kepemimpinan Baru, Akan Diusulkan di RUPSLB Maret Mendatang

GoTo hari ini (08/2) mengumumkan pembaruan kepemimpinan perusahaan. Pengumuman ini sebagai bagian dari agenda Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 2 Maret 2023, dengan agenda yang mencakup di antaranya pengajuan perubahan jajaran Dewan Komisaris, Direksi, serta penunjukan Komisaris Independen baru.

Penyegaran direksi juga diharapkan bisa membuat GoTo bisa menjalankan operasional bisnis secara lebih efisien dan mempercepat upayanya untuk mencapai profitabilitas.

Susunan baru yang diajukan

Dewan Komisaris

Komisaris Utama

Garibaldi Thohir

Komisaris

William Tanuwijaya

Komisaris

Agus D. W. Martowardojo

Komisaris

Patrick Sugito Walujo

Komisaris

Winato Kartono

Komisaris

Wishnutama Kusubandio

Komisaris Independen

Dirk Van den Berghe

Komisaris Independen

Robert Holmes Swan

Komisaris Independen

Marjorie Lao

Dewan Direksi

Direktur Utama

Andre Soelistyo

Direktur

Wei-Jye Jacky Lo

Direktur

Catherine Hindra Sutjahyo

Direktur

Hans Patuwo

Direktur

Melissa Siska Juminto

Direktur

Nila Marita

Direktur

Pablo Malay

Pengajuan komisaris baru

Nama pertama yang diajukan adalah Agus Martowardojo untuk masuk ke jajaran Komisaris. Agus sendiri seharusnya bukan nama baru bagi perusahaan, karena mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut sebelumnya adalah Komisaris Utama Tokopedia — ditunjuk pada Januari 2019.

Agus Martowardojo saat ditujuk sebagai Komisaris Utama Tokopedia / Tokopedia
Agus Martowardojo saat ditujuk sebagai Komisaris Utama Tokopedia / Tokopedia

Nama baru lainnya adalah Marjorie Lao (CFO LEGO Group) yang ditunjuk sebagai Komisaris Independen perseroan. Lalu ada Patrick Walujo yang akan menjabat sebagai Komisaris — tentu sebagai pimpinan Northstar Group (investor awal Gojek) Patrick juga bukan orang baru bagi GoTo.

Terakhir ada Winato Kartono yang juga ditunjuk sebagai Komisaris GoTo. Ia merupakan Founding Partner Provident, perusahaan modal ventura yang juga sempat berinvestasi ke perseroan.

Pada saat yang sama, William Tanuwijaya akan bertransisi dari tanggung jawab eksekutifnya di Tokopedia dan mendedikasikan waktunya secara penuh di Grup GoTo. William akan terus menjalankan fungsinya di Dewan Komisaris GoTo, sebagai Co-Chairman.

“Kini, saya akan mendedikasikan waktu saya untuk membangun dan mencapai visi misi Grup GoTo, bekerja secara erat dengan manajemen untuk membangun salah satu perusahaan paling ikonik dan bermakna di panggung dunia,” ujar William.

Presiden Grup GoTo, Patrick Cao, akan bertransisi menuju peran baru, yakni mengepalai GoTo Future Fund, dana abadi yang akan fokus pada inisiatif keberlanjutan untuk mendukung tercapainya komitmen keberlanjutan Tiga Nol GoTo pada tahun 2030 yaitu nol emisi karbon, nol sampah dan nol hambatan.

Kevin Aluwi dan Anthony Wijaya mundur

Adanya penunjukan komisaris baru tersebut salah satunya ditengarai dari mundurnya Kevin Aluwi dari jajaran Komisaris Perseroan. Kendati demikian, ia tetap merupakan pemegang saham dengan hak suara multipel (SDHSM) di GoTo.

Kevin Aluwi adalah salah satu co-founder Gojek / Gojek

Sementara Direksi GoTo Anthony Wijaya juga mundur dari jabatannya, karena ingin fokus di unit e-commerce GoTo. Selanjutnya ia akan menjadi COO Tokopedia.

Direksi baru, tunjuk presiden di setiap unit bisnis

Pablo Malay dan Nila Marita diajukan untuk menjadi Direktur baru di Perseroan, masing-masing akan menjadi Chief Corporate Officer dan Head of External Affairs.

Dan kini GoTo juga menambahkan jabatan Presiden dalam struktur organisasinya, disesuaikan 3 pilar bisnis utamanya, yakni On-Demand Services, E-Commerce, dan Financial Technology. Melisa Siska Jumianto diajukan sebagai Presiden untuk unit bisnis e-commerce, dengan tetap merangkap jabatan sebagai CHRO GoTo dan COO Tokopedia.

Sementara Catherine Hindra Sutjahyo akan menjadi Presiden untuk unit bisnis on-demand. Dan Hans Patuwo di unit bisnis fintech.

“Menetapkan para Presiden untuk mengepalai unit bisnis dalam Grup adalah langkah kunci untuk mendorong integrasi ekosistem lebih erat sebagai One GoTo. Perseroan telah mengawali babak baru sebagai perusahaan terbuka, hal ini membutuhkan gaya kepemimpinan baru, yang dapat bekerja sama untuk menjadikan GoTo ekosistem yang unik secara global,” ujar Direktur Utama GoTo Andre Soelistyo.

Tambah struktur baru

GoTo juga melakukan penyesuaian pada struktur kepemimpinannya untuk memperkuat proses pengambilan keputusan dan mempercepat pelaksanaan strategi. Pertama, kini akan ada Divisi Teknologi baru yang akan dikepalai Severan Rault. Sebelumnya ia adalah CTO Gojek, selanjutnya akan jadi CTO GoTo.

Selanjutnya ada divisi Shared Consumer Platform, sebuah direktorat yang bertugas untuk mempercepat dan memastikan terbentuknya pengalaman konsumen yang seragam di seluruh ekosistem GoTo. Ini akan dikepalai oleh Ramesh Gururaja, sebelumnya adalah CPO Tokopedia.

Kemudian akan ada divisi logistik GoTo Logistic. Kevin Widlansky, CEO Swift Fulfillment and Logistics, anak usaha dari GoTo, akan mengepalai GoTo Logistics. Terakhir adalah divisi hubungan investor, yang akan dikomandoi Jacky Lo, CFO GoTo.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Kevin Aluwi Tinggalkan Posisi CEO Gojek, Segera Diangkat Jadi Komisaris GoTo

Co-founder Gojek Kevin Aluwi akan mundur dari posisinya sebagai CEO Gojek dan bertransisi sebagai komisaris PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO). Keputusan ini akan efektif usai mendapatkan persetujuan pemegang saham melalui RUPST GoTo pada 28 Juni 2022 mendatang.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), peran dan tanggung jawab Kevin Aluwi akan dipegang oleh Andre Soelistyo yang saat ini juga menjabat sebagai CEO GoTo. Andre akan bekerja bersama tim manajemen Gojek untuk menjalankan bisnis on-demand GoTo.

Adapun, Kevin akan menggantikan posisi Caesar Sengupta di jajaran dewan komisaris GoTo. Namun, Caesar masih tetap menjalankan perannya sebagai anggota dewan komisaris di GoTo Financial.

Setelah hampir satu dekade memimpin Gojek, Kevin mengaku ini menjadi momentum yang tepat untuk mengambil peran lebih strategis dan tidak bersinggungan langsung dengan aktivitas operasional sehari-hari.

Ia optimistis dengan masa depan Gojek usai mencatatkan milestone signifikan lewat aksi mergernya dengan Tokopedia dan melantai di BEI sebagai perusahaan terbuka. Ia juga melihat pertumbuhan kinerja GoTo yang mencetak pendapatan kotor sebesar 58% di kuartal I 2022 serta pemulihan di bisnis mobilitas.

“Kami telah berinvestasi signifikan dalam membangun tim manajemen tangguh dengan berbagai latar belakang dan pengalaman, serta membangun nnilai-nilai perusahaan dengan etos kerja tinggi. Saya optimistis tim manajemen Gojek di bawah kepemimpinan Andre yang solid, akan terus menjalankan strategi untuk memperkuat layanan on-demand yang telah menjadikan Gojek bagian penting dari Grup GoTo,” ujarnya dalam keterangan resminya.

Dengan transisi Kevin mendatang, dapat dikatakan kini tidak tersisa lagi Co-founder Gojek dalam jajaran direksi GoTo. Sebagai informasi, Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim, Kevin Aluwi, dan Michaelangelo Moran. Nadiem kini menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, sedangkan Michaelangelo tercatat menjadi LP di sejumlah VC, seperti Intudo Ventures dan Antler.

Pengembangan kendaraan listrik

Kevin akan memperkuat jajaran komisaris GoTo untuk mendukung manajemen dalam mencapai visi dan misi mendorong pengguna dan mitra di ekosistemnya. Salah satunya adalah merealisasikan komitmen perusahaan menuju zero emission pada 2030 melalui pengembangan kendaraan listrik di Gojek.

Tak hanya itu, Kevin juga akan didapuk masuk ke jajaran anggota dewan komisaris Electrum, perusahaan patungan Gojek dan TBS Energi Utama yang fokus terhadap pembangunan ekosistem kendaraan listrik roda dua terintegrasi dan holistik di Indonesia.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Gojek dan TBS akan mengembangkan usaha bisnis dalam bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan untuk memiliki kendaraan listrik.

Lebih lanjut, dengan posisi barunya nanti, Kevin juga akan memiliki lebih banyak waktu luang untuk menyalurkan minat di bidang teknologi. Beberapa area yang ia minati dan akan dieksplorasi lebih dalam adalah web3, gaming, dan climate tech.

Selain perubahan susunan dewan komisaris dan direksi GoTo, RUPST ini juga membahas agenda penggunaan dana hasil IPO dan rencana penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dulu atau private placement.

Application Information Will Show Up Here

GoTo Aims for 15.2 Trillion Rupiah IPO’s Fund to Strengthen Its Hyperlocal Ecosystem

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) officially announced an Initial Public Offering (IPO) on the Indonesia Stock Exchange (IDX). In the public disclosure, Gojek and Tokopedia are aiming for $1.1 billion fresh funds or equivalent to 15.2 trillion Rupiah.

GoTo is to sell 48 billion shares with a maximum of 52 billion Series A shares, equivalent to 4.35% of the issued and paid-up capital. The price set in the range of Rp316-Rp346 per share.

Co-founder and CEO Andre Soelistyo at the public disclosure of PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk

At this price, his team estimates to reach a market capitalization of between IDR 376.6 trillion-IDR 413.7 trillion, and possibly become one of the IPOs with the largest value in Indonesia. In addition, this pricing is considered to reflect GoTo’s business strength, fundamentals, and prospects in the future.

The initial offering period is open from 15-21 March 2022 and the public offering period is around 29-31 March 2022. Meanwhile, the listing date is effective on 25 March 2022. Meanwhile, GoTo appoints underwriters for the issuance of securities, including PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, and PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Ride-hailing, e-commerce, and fintech

In its disclosure, GoTo’s Co-founder and CEO Andre Soelistyo said he would use GoTo’s IPO funds to build the right infrastructure and resources to execute hyperlocal strategies through its three subsidiaries, namely Gojek (ride-hailing), Tokopedia (e-commerce), and GoTo Financial (fintech). With this strategy, GoTo seeks to accelerate the growth of new users, user engagement, and penetration of newly launched products.

Based on the company data, Gojek currently has 2.5 million driver partners; Tokopedia has 12 million merchants with nearly 600 million SKUs for physical products, 4000 digital products, and more than 100 million Monthly Active Users (MAU); and GoTo Financial has licenses in e-wallet, P2P, multi-finance, banking (Jago), e-money, to payment gateways.

GoTo’s digital ecoosystem / Source: IndoPremier

“With a large ecosystem, this enables GoTo to execute a hyperlocal strategy. Efforts to meet the needs of goods and services at an economical cost can be achieved because supply and demand are close to each other. This is one of GoTo’s strengths by optimizing the network of driver partners, merchants, and logistics that are owned. This is a more sustainable strategy than depending on one use case,” he explained.

Citing the RedSeer report as of December 2021, the on-demand market is estimated to reach Rp. 980 trillion in 2025. Then, the fintech market is estimated to reach IDR 256.3 trillion in 2020 and is estimated to increase to IDR 1,009 trillion in 2025.

Euromonitor data in 2020 also notes that the giant GoTo ecosystem is able to contribute more than 2% of Indonesia’s GDP and serves almost two thirds of household consumption in Indonesia.

Road to profitability

Based on the initial IPO prospectus, GoTo’s total assets were recorded at Rp158.17 trillion as of the end of September 2021. At that current period, its revenue was recorded at Rp3.40 trillion, rise from the previous year at around Rp. 2.34 trillion. However, GoTo still posted a net loss of IDR 11.58 trillion, increase from the same period last year of IDR 10.43 trillion.

Within 12 months (October 2020-September 2021), GoTo’s Gross Transaction Value/GTV reached Rp414.2 trillion. A total of 55 million users made transactions with order values reaching 2 billion in that period.

GoTo’s financial performance / Source: IndoPremier

Regarding its profit target, Tokopedia’s Co-founder William Tanuwijaya said, “The aim to be profitable is not just wishful thinking. It is clear from our prospectus, there are improvements [performance] in every quarter. We show our track record of operations and believe we can profit in the medium term,” he said.

Meanwhile, Andre revealed that he had mapped out his strategy by highlighting several main keys, acceleration of post-merger services with Tokopedia, user acquisition costs, and the impact on margins.

He said that the synergy in the Gojek and Tokopedia ecosystems could help boost the growth in the number of users and transactions. Also, this is visible from the increase in user spending after the merger of the two business entities into GoTo.

“In one marketing activity, we can simultaneously increase transactions from our services. For example, transactions at Tokopedia using GoSend with GoPay payments. In one spending, three to four services are used,” he explained at the GoTo IPO press conference.

Moreover, Andre also highlighted the commission factor (take rate) on the GoTo platform which is considered lower than similar platforms in the world. With this synergy, the opportunity to increase the take rate can be faster along the development of innovation, increased penetration of users and services, to marketing activities. This way, gross income will also increase.

Meanwhile, in terms of user acquisition costs, the implementation of machine learning and data can help GoTo to understand user behavior. Therefore, his team can create campaigns and products that are more personalized to users. This will also reduce the cost of acquisition as the market becomes more targeted.

“With all of the above factors, this can have an impact on margin expansion and cost efficiency at fixed costs. Revenue growth is faster than outgoing costs. This can help us achieve profit,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

GoTo Incar 15,2 Triliun Rupiah dari IPO, Dipakai untuk Perkuat Ekosistem “Hyperlocal”

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) resmi mengumumkan penawaran saham perdana ke publik atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Disampaikan dalam paparan publiknya, induk Gojek dan Tokopedia membidik dana segar sebesar $1,1 miliar atau setara 15,2 triliun Rupiah.

GoTo akan menjual sebanyak 48 miliar lembar saham dengan maksimal 52 miliar lembar saham seri A, setara dengan 4,35% dari modal ditempatkan dan disetor. Harga yang ditetapkan berada di kisaran harga Rp316-Rp346 per lembar saham.

Co-founder dan CEO Andre Soelistyo pada paparan publik PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk

Dengan penetapan harga tersebut, pihaknya memperkirakan dapat mencapai kapitalisasi pasar antara Rp376,6 triliun-Rp413,7 triliun, dan berpotensi menjadi salah satu IPO dengan nilai terbesar di Indonesia. Selain itu, penetapan harga ini dinilai ikut mencerminkan kekuatan bisnis, fundamental, dan prospek GoTo di masa depan.

Masa penawaran awal dibuka mulai 15-21 Maret 2022 dan masa penawaran umum pada 29-31 Maret 2022. Sementara, tanggal pencatatan efektif pada 25 Maret 2022. Adapun, GoTo menunjuk penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Ride-hailing, e-commerce, dan fintech

Dalam paparan publiknya, Co-founder dan CEO GoTo Andre Soelistyo menyebutkan akan menggunakan dana IPO GoTo untuk membangun infrastruktur dan sumber daya yang tepat untuk mengeksekusi strategi hyperlocal melalui tiga anak usahanya, yakni Gojek (ride-hailing), Tokopedia (e-commerce), dan GoTo Financial (fintech). Dengan strategi ini, GoTo berupaya mengakselerasi pertumbuhan pengguna baru, user engagement, dan penetrasi produk yang baru diluncurkan.

Berdasarkan data perusahaan, saat ini Gojek punya 2,5 juta mitra pengemudi; Tokopedia punya 12 juta merchant dengan hampir 600 juta SKU produk fisik, 4000 produk digital, dan lebih dari 100 juta Monthly Active User (MAU); dan GoTo Financial memiliki lisensi di e-wallet, P2P, multifinance, banking (Jago), e-money, hingga payment gateway.

Ekosistem digital GoTo / Sumber: IndoPremier

“Dengan ekosistem besar, ini memampukan GoTo untuk mengeksekusi strategi hyperlocal. Upaya memenuhi kebutuhan barang dan jasa dengan biaya ekonomis dapat tercapai karena supply dan demand berdekatan satu sama lain. Ini menjadi salah satu kekuatan GoTo dengan mengoptimalkan jaringan mitra pengemudi, merchant, dan logistik yang dimiliki. Ini menjadi strategi yang lebih sustainable daripada bergantung pada satu use case saja,” paparnya.

Mengutip laporan RedSeer per Desember 2021, pasar on-demand diperkirakan mencapai Rp77,8 triliun di 2020 dan diproyeksi menjadi Rp259,2 triliun di 2025. Kemudian, pasar e-commerce untuk barang fisik diperkirakan mencapai Rp642,2 triliun dan diproyeksi tumbuh menjadi Rp1.980 triliun di 2025. Lalu, pasar fintech diperkirakan mencapai Rp256,3 triliun di 2020 dan diestimasi naik menjadi Rp1.009 triliun pada 2025.

Data Euromonitor di 2020 juga mencatat bahwa ekosistem raksasa GoTo mampu berkontribusi lebih dari 2% terhadap PDB Indonesia dan melayani hampir dua per tiga konsumsi rumah tangga di Indonesia.

Menuju profitabilitas

Berdasarkan prospektus awal IPO, total aset GoTo tercatat sebesar Rp158,17 triliun per akhir September 2021. Masih pada periode tersebut, pendapatannya tercatat sebesar Rp3,40 triliun atau naik dari tahun sebelumnya yang sekitar Rp2,34 triliun. Namun, GoTo masih membukukan kerugian bersih sebesar Rp11,58 triliun, naik dari periode sama tahun lalu Rp10,43 triliun.

Untuk periode selama 12 bulan (Oktober 2020-September 2021), Gross Transaction Value/GTV GoTo mencapai sebesar Rp414,2 triliun. Sebanyak 55 juta pengguna melakukan transaksi dengan nilai pesanan mencapai 2 miliar pada periode tersebut.

Kinerja keuangan GoTo / Sumber: IndoPremier

Disinggung mengenai target mencapai keuntungan, Co-founder Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan, “keinginan untuk bisa profitable bukan sekadar angan-angan. Jelas terlihat di prospektus kami, ada improvement [kinerja] di setiap kuartal. Kami tunjukkan rekam jejak operasional kami dan yakin kami bisa profit dalam jangka menengah,” ucapnya.

Sementara itu, Andre mengungkap telah memetakan strateginya dengan menyoroti beberapa kunci utama, yakni akselerasi layanan pasca-merger dengan Tokopedia, biaya akuisisi pengguna, dan imbas terhadap marjin.

Ia menilai sinergi pada ekosistem Gojek dan Tokopedia dapat membantu mendongkrak pertumbuhan jumlah pengguna dan transaksi. Menurutnya, hal ini sudah terlihat dari peningkatan spending pengguna pasca penggabungan dua entitas bisnis menjadi GoTo. 

“Dalam satu kegiatan marketing, kami bisa sekaligus menaikkan transaksi dari layanan kami. Misalnya, transaksi di Tokopedia memakai GoSend dengan pembayaran GoPay. Dalam satu kali spending, ada tiga sampai empat layanan yang terpakai,” paparnya dalam konferensi pers IPO GoTo.

Kemudian, Andre juga menyoroti faktor komisi (take rate) di platform GoTo yang dinilai lebih rendah dibandingkan platform sejenis di dunia. Dengan sinergi ini, kesempatan untuk meningkatkan take rate dapat lebih cepat apabila dibarengi dengan pengembangan inovasi, peningkatan penetrasi pengguna dan layanan, hingga aktivitas marketing. Dengan begitu, pendapatan bruto akan ikut naik.

Sementara dari sisi biaya akuisisi pengguna, implementasi machine learning dan data dapat membantu GoTo untuk memahami perilaku pengguna. Dari sini, pihaknya dapat menciptakan kampanye dan produk yang lebih personalized kepada pengguna. Ini pula yang akan menurunkan biaya akuisisinya karena pasar menjadi lebih targeted.

“Dengan semua faktor di atas, hal tersebut dapat berimbas terhadap perluasan margin dan efisiensi biaya di fix cost. Pertumbuhan pendapatan lebih cepat dibandingkan biaya yang keluar. Ini dapat membantu kami mencapai profit,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek dan TBS Umumkan “Electrum”, Babak Baru Ekosistem Kendaraan Listrik di Industri Ride Hailing

Meningkatnya tren kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) telah mendisrupsi sektor transportasi secara global. Di Indonesia sendiri, teknologi ini sudah mulai muncul dan berkembang. Bukan hanya dari pemerintah, namun juga perusahaan dari berbagai industri terkait ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekosistem kendaraan listrik ini.

Perusahaan ride hailing Gojek dan perusahaan energi terintegrasi TBS Energi Utama melalui PT Karya Baru TBS resmi mengumumkan kerja sama dalam membentuk usaha patungan atau joint venture (JV) bernama Electrum. Ini menjadi kolaborasi strategis pertama di Indonesia sekaligus dukungan terhadap rencana pemerintah dalam menjadikan pengembangan industri EV sebagai prioritas nasional.

Melalui perusahaan patungan tersebut, Gojek dan TBS akan mengembangkan usaha bisnis dalam bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan untuk memiliki kendaraan listrik.

Bagi Gojek, kolaborasi strategis ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan komitmen Sustainability Grup GoTo “Zero Emissions” (Nol Emisi Karbon). Gojek menargetkan menjadi platform karbon-netral dan mentransisi menjadi 100% kendaraan listrik di tahun 2030.

“Kami berharap upaya ini dapat mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan berkontribusi kepada penanggulangan perubahan iklim di Indonesia. Kendaraan listrik merupakan masa depan bagi sektor transportasi dan kami memastikan hal tersebut dapat terwujud lebih cepat melalui kolaborasi ini,” ujar CEO Gojek, Kevin Aluwi.

Sebelumnya, Gojek juga telah mengumumkan kerja sama strategis dengan Gogoro, perusahaan teknologi global di ekosistem baterai swap, untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Dilanjutkan dengan uji coba komersial pemanfaatan 500 unit motor listrik di Jakarta Selatan, yang skalanya akan terus ditingkatkan hingga 5.000 unit dengan jarak tempuh 1 juta kilometer dalam platform Gojek.

Terkait kolaborasi ini, Pandu Sjahrir, selaku Wakil Direktur Utama TBS menyampaikan, “Kolaborasi dengan Gojek ini merupakan salah satu bagian dari komitmen reinvestasi pendapatan usaha TBS ke sektor energi bersih dan energi baru dan terbarukan [..] Pengalaman dan pemahaman kami di bidang energi bersama dengan ekosistem dan teknologi Gojek yang luas, bisa menjadi katalisator pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.”

Potensi kendaraan listrik di Indonesia

Sebelum pandemi Covid-19 mengguncang berbagai macam industri, termasuk otomotif, kendaraan listrik tengah menjadi sorotan. Menurut laporan Deloitte, penjualan tahunan gabungan kendaraan listrik baterai dan kendaraan listrik plug-in hybrid mencapai angka dua juta kendaraan untuk pertama kalinya di tahun 2019.

Meskipun sempat terhambat oleh pandemi, terjadi pola pertumbuhan yang berkelanjutan yang diharapkan dapat dipertahankan di tahun 2020 ke depan. Indonesia sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk memasuki era kendaraan listrik yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan.

Dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik, baterai menjadi komponen penting yang menyumbang 35 persen dari biaya produksi. Meningkatnya kebutuhan baterai kendaraan listrik dinilai akan mendukung peran strategis dalam rantai pasok global industri kendaraan listrik. Hal ini mengingat posisi Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia serta masih tingginya cadangan bahan baku primer lainnya seperti cobalt, mangan, dan aluminium.

Menurut laporan Deloitte, perkiraan EV global untuk tingkat pertumbuhan tahunan gabungan adalah mencapai 29 persen selama sepuluh tahun ke depan: Total penjualan EV tumbuh dari 2,5 juta pada tahun 2020 menjadi 11,2 juta pada tahun 2025, kemudian mencapai 31,1 juta pada tahun 2030.

Pemerintah Indonesia juga tengah berupaya menjadi pusat produksi kendaraan listrik di kawasan dengan target produksi 600.000 mobil listrik dan 2,5 juta sepeda motor listrik pada 2030.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini tengah mengembangkan proyek konversi sepeda motor bekas menjadi kendaraan listrik. Pengembangan proyek ini telah diuji coba pada 10 kendaraan. Pemerintah juga telah melakukan pendekatan dengan industri untuk memproduksi baterai dan konverter dengan harga murah. Hal ini diyakini akan mempercepat pengembangan proyek tersebut.

Dari sisi transportasi umum, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) turut menargetkan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) untuk bisa sepenuhnya menggunakan bus listrik pada 2025. Wacana tersebut telah dimasukkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2020-2030. Uji coba pengoperasian bus listrik Transjakarta telah diadakan sejak tahun lalu melibatkan dua merek bus asal China.

Dari industri ride hailing, Gojek bukan satu-satunya yang memiliki inisiatif dalam hal mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Kompetitor utamanya, Grab, juga sudah lebih dulu mengumumkan uji coba kendaraan listrik roda empat dan dua di Jabodetabek.

Grab juga upayakan kendaraan listrik

Rival utama Gojek, yakni Grab, juga terus menggencarkan inisiatif ke EV. Salah satunya mereka bermitra dengan Hyundai Motor Group juga meluncurkan program percobaan kendaraan listrik baru untuk memungkinkan kepemilikan kendaraan listrik yang terjangkau dan mudah diakses, sembari juga mengembangkan peta jalan untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Asia Tenggara. Selain itu mereka juga mulai bekerja sama dengan beberapa produsen kendaraan roda dua elektrik, termasuk produsen lokal seperti Gesits dan Selis hingga produsen multinasional seperti Hyundai, Honda, Viar, dan Kymco.

Infrastruktur baterai juga dibangun bersama dengan perusahaan BUMN, PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan Pertamina, perusahaan bahan bakar BUMN untuk menghadirkan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum tersedia di SPBU Pertamina di Rawa Bokor, Jakarta. Kerja sama tiga arah itu berupa dukungan listrik PLN dengan tarif khusus; lokasi dan izin Pertamina, aplikasi dan pengoperasian pengisian daya serta Alat Pengisian Daya Kendaraan Listrik Grab bagi pengguna kendaraan roda 4 umum untuk mengisi daya kendaraannya.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Pours Investment to Gogoro Through PIPE, Ready for Electric Motorcycle Trial

Gojek announced a strategic partnership with Gogoro, a global technology company in the battery swap ecosystem, to accelerate the adoption of electric vehicles in Indonesia. This partnership covers two areas, GoTo Group’s investment in Gogoro through the Private Investment in Public Equity (PIPE); and cooperation between Gojek, Gogoro, and Pertamina through a battery swap pilot scheme and a Gogoro Smartscooter vehicle trial in Jakarta.

Gogogro’s Founder & CEO, Horace Luke said, one of today’s biggest challenges in Indonesia and around the world is the effort to transform urban transportation into a new generation of transportation modes that utilize electric motors that are smart, sustainable, and accessible and accepted by the wider community.

“Battery swap from Gogoro is the latest innovation in electric refueling. We present an open platform to support two-wheeler manufacturers in introducing electric vehicles that can refuel safely and are easy to use,” said Luke in an official statement, Tuesday (2/11).

Gojek Co-founder & CEO Kevin Aluwi added, “This partnership gather two companies with the same vision and thoughts for the adoption of electric vehicles as the preferred mode of transportation in Indonesia. “This ambition can only be achieved through the cooperation of various stakeholders. Therefore, this partnership is very important, if we want to realize our goal of reorganizing transportation modes within the city,” Kevin said.

GoTo’s investment for Gogoro was started in September 2021 through the Private Investment in Public Equity (PIPE) scheme, in connection with the business combination by Gogoro and Poema Global Holdings Group. This transaction is planned to be finalized in early 2022.

Electric motorcycle trial

Meanwhile, for the Gogoro Smartscooter electric motorcycle trial, in the early stages will be in Jakarta with the availability of 250 units and four GoStation swap battery stations located at Pertamina gas stations. Gradually, the two companies plan to increase the number of motors to 5 thousand units and introduce more swap battery stations.

For the record, Gogoro is one of the global innovation leaders in compact electric propulsion, battery design, battery swap, and advanced cloud services that utilize artificial intelligence to manage battery availability and security. Gogoro established the Gogoro Network ecosystem, an efficient battery swap platform recognized by Guidehouse Insights as the world’s leading urban light vehicle swap battery company.

There are more than 400 thousand riders and 2,100 battery swap stations within the Gogoro Network, serving 270 thousand daily swap batteries with more than 250 million total battery swaps to date. In addition to the Gogoro Network, in 2015, the company launched the Gogoro Smartscooter, the world’s first award-winning smart electric motorcycle.

In 2019, Gogoro Network developed the Powered by Gogoro Network Program (PBGN) which gives Gogoro’s vehicle manufacturing partners access to Gogoro’s innovations, including intelligence drivetrains and controllers, components and smart systems, therefore, they can develop and launch electric vehicles. which is unique and integrated with the Gogoro battery swap network.

This electric motorcycle trial is in line with Gojek’s sustainability goals and ongoing efforts to reduce the carbon footprint. In April 2021, Gojek launched a Sustainability Report which explained Gojek’s target to achieve Zero Emissions by 2030, including the plan to transition 100% of its two-wheeled fleet to electric vehicles.

As part of this plan, Gojek is actively looking for ways to develop a comprehensive electric vehicle ecosystem by leveraging technology to overcome the barriers to usage faced by driver partners and ensure consumers get an optimal experience.

Furthermore, in the report, Gojek shares significant steps to achieve its targets and to be reviewed and submitted to the public annually. One of them is GoGreener, which includes a commitment to carry out annual carbon inventories for scopes 1, 2, and 3, as well as waste counting starting in 2021.

Next, to launch the GoGreener Carbon Offset feature which is the world’s first carbon footprint absorption feature for B2C, directly involving customers, in the ride-hailing industry; launching the GoTransit service to facilitate multimodal travel to encourage the use of public transportation (first mile, last mile); other strategic actions.

Grab’s similar innitiative

Gojek’s closest competitor, Grab, has also taken similar inniative to reduce its carbon footprint. Grab is collaborating with local electric vehicle manufacturer VIAR, ordering more than 6,000 units of electric motorcycles in Semarang ready to be distributed until the end of 2021 throughout Indonesia. Apart from VIAR, Grab collaborates with other local manufacturers such as Gesits and Selis, to multinational manufacturers such as Hyundai, Honda, and Kymco.

From January 2020 to April 2021, more than 6,000 Grab’s electric vehicle fleets have helped reduce CO2 emissions by an estimated 4 thousand tons, equivalent to the total CO2 absorption by more than 190 thousand trees a year. Grab has started trials of its GrabBike Electric Protect electric vehicle in Jakarta, Bali and Yogyakarta.

Especially in Central Java, last April, Grab strengthened support for the National Electric Vehicle ecosystem by launching electric scooters that can be used by the public, electric bicycles used by GrabFood delivery partners, and electric motorcycles used by GrabBike driver-partners in Surakarta.

In addition, Grab is also collaborating with the Surakarta City Transportation Service in utilizing the City Walk lane for the GrabWheels electric scooter personal mobility device lane and building a Public Electricity Supply Station (SPLU) together with PT. PLN Persero Surakarta. VIAR has also invested in the GrabWheels business unit as part of its support for the electric vehicle ecosystem in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Umumkan Investasi ke Gogoro Melalui PIPE, Siap Uji Coba Motor Listrik

Gojek mengumumkan kerja sama strategis dengan Gogoro, perusahaan teknologi global di ekosistem baterai swap, untuk mempercepat adopsi kendaran listrik di Indonesia. Kemitraan ini mencakup dua bidang, yakni investasi GoTo Group di Gogoro melalui skema Private Investment in Public Equity (PIPE); dan kerja sama Gojek, Gogoro, dan Pertamina melalui skema percontohan baterai swap dan uji coba kendaraan Gogoro Smartscooter di Jakarta.

Founder & CEO Gogogro Horace Luke menuturkan, salah satu tantangan terbesar di Indonesia dan seluruh dunia saat ini adalah upaya mentransformasi moda transportasi perkotaan ke moda transportasi generasi baru yang memanfaatkan motor listrik yang cerdas, berkelanjutan, serta dapat diakses dan diterima masyarakat luas.

“Baterai swap dari Gogoro merupakan inovasi terkini pada pengisian bahan bakar listrik. Kami menghadirkan platform terbuka untuk mendukung produsen kendaraan roda dua dalam memperkenalkan kendaraan listrik yang dapat melakukan pengisian bahan bakar secara aman dan mudah digunakan,” ucap Luke dalam keterangan resmi, Selasa (2/11).

Co-founder & CEO Gojek Kevin Aluwi menambahkan, kemitraan ini menyatukan dua perusahaan dengan visi dan pemikiran yang sama untuk pengadopsian kendaraan listrik sebagai pilihan moda transportasi di Indonesia. “Ambisi ini hanya dapat dicapai melalui kerja sama berbagai pemangku kepentingan. Oleh karena itu, kemitraan ini sangat penting, jika ingin mewujudkan tujuan kita untuk menata kembali moda transportasi dalam kota,” kata Kevin.

Investasi GoTo untuk Gogoro dilakukan pada September 2021 melalui skema Private Investment in Public Equity (PIPE), sehubungan dengan kombinasi bisnis yang dilakukan Gogoro dan Poema Global Holdings Group. Transaksi ini ditargetkan selesai pada awal 2022 mendatang.

Uji coba motor listrik

Sementara, untuk uji coba motor listrik Gogoro Smartscooter, pada tahap awal akan berada di Jakarta dengan ketersediaan 250 unit dan empat stasiun baterai swap GoStation yang berlokasi di SPBU Pertamina. Secara bertahap, kedua perusahaan berencana untuk meningkatkan jumlah motor menjadi 5 ribu unit dan menghadirkan lebih banyak stasiun baterai swap.

Sebagai catatan, Gogoro merupakan salah satu pemimpin inovasi global dalam compact electric propulsion, desain baterai, baterai swap, dan layanan advanced cloud yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengelola ketersediaan dan keamanan baterai. Gogoro membentuk ekosistem Gogoro Network, sebuah platform baterai swap yang efisien dan diakui oleh Guidehouse Insights sebagai perusahaan baterai swap terkemuka untuk kendaraan ringan (lightweight) perkotaan di dunia.

Ada lebih dari 400 ribu pengendara dan 2.100 stasiun baterai swap di dalam Gogoro Network, melayani 270 ribu baterai swap harian dengan lebih dari 250 juta total baterai swap hingga saat ini. Selain Gogoro Network, pada 2015, perusahaan meluncurkan Gogoro Smartscooter, pemenang penghargaan kendaraan motor listrik pintar pertama di dunia.

Pada 2019, Gogoro Network mengembangkan Powered by Gogoro Network Program (PBGN) yang memberikan akses kepada mitra produsen kendaraan Gogoro ke inovasi-inovasi yang dimiliki oleh Gogoro, termasuk intelligence drivetrain dan pengontrolnya, komponen dan smart systems, sehingga mereka dapat mengembangkan dan meluncurkan kendaraan listrik yang unik dan terintegrasi dengan jaringan Gogoro baterai swap.

Uji coba motor listrik ini sejalan dengan tujuan sustainability Gojek dan upaya berkelanjutan untuk mengurangi jejak karbon. Pada April 2021 ini, Gojek meluncurkan Sustainability Report yang memaparkan target Gojek untuk mencapai Nol Emisi pada 2030 mendatang, termasuk rencana transisi 100% armada roda duanya ke kendaraan listrik.

Sebagai bagian dari rencana ini, Gojek secara aktif mencari cara untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik yang komprehensif dengan memanfaatkan teknologi untuk mengatasi hambatan pada penggunaan yang dihadapi mitra driver dan memastikan konsumen memperoleh pengalaman yang optimal.

Lebih lanjut, dalam laporan tersebut Gojek membagi langkah-langkah yang signifikan untuk mencapai targetnya dan akan ditinjau dan disampaikan ke publik tiap tahunnya. Salah satunya adalah GoGreener, yang mencakup komitmen untuk melakukan inventori karbon tahunan untuk scope 1, 2, dan 3, serta penghitungan limbah yang dimulai pada 2021.

Kemudian, meluncurkan fitur GoGreener Carbon Offset yang merupakan fitur serap jejak karbon pertama di dunia untuk B2C, langsung melibatkan pelanggan, di dalam industri ride hailing; meluncurkan layanan GoTransit untuk memfasilitasi perjalanan multimoda guna mendorong penggunaan transportasi publik (first mile, last mile); aksi strategis lainnya.

Aksi serupa dari Grab

Kompetitor terdekat Gojek, Grab juga melakukan aksi serupa untuk mengurangi jejak karbon. Grab bekerja sama dengan produsen kendaraan listrik lokal VIAR, memesan lebih dari 6 ribu unit motor listrik di Semarang yang siap didistribusikan hingga akhir 2021 di seluruh Indonesia. Selain VIAR, Grab menggandeng produsen lokal lainnya seperti Gesits dan Selis, hingga produsen multinasional seperti Hyundai, Honda, dan Kymco.

Terhitung sejak Januari 2020 hingga April 2021, sebanyak lebih dari 6 ribu armada kendaraan listrik Grab telah membantu mengurangi emisi CO2 yang diperkirakan hingga 4 ribu ton, setara dengan jumlah penyerapan CO2 oleh lebih dari 190 ribu pohon setahun. Grab telah memulai uji coba kendaraan listrik GrabBike Electric Protect di Jakarta, Bali dan Yogyakarta.

Khusus di Jawa Tengah, pada April lalu, Grab memperkuat dukungan untuk ekosistem Kendaraan Listrik Nasional dengan meluncurkan skuter listrik yang dapat digunakan oleh masyarakat, sepeda listrik yang digunakan oleh mitra pengantaran GrabFood, serta motor listrik yang digunakan oleh mitra pengemudi GrabBike di Surakarta.

Selain itu, Grab juga bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam pemanfaatan jalur City Walk untuk lajur alat mobilitas pribadi skuter listrik GrabWheels dan membangun Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) bersama dengan PT. PLN Persero Surakarta. VIAR juga telah melakukan investasi kepada unit bisnis GrabWheels sebagai bagian dari dukungan terhadap ekosistem kendaraan berbasis listrik di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Gulirkan Sejumlah Fitur Anyar untuk Meningkatkan Bisnis GoFood, GoSend, dan Layanan Transportasi

Merayakan HUT-nya yang ke-11, Gojek mengumumkan tiga inovasi baru di tiga layanan utama mereka, yakni GoFood, GoSend, dan layanan transportasi. Bukan hanya memudahkan konsumen menikmati berbagai layanan, namun inovasi tersebut juga bisa membantu mitra UKM hingga perusahaan besar dan startup memudahkan layanan mereka.

Kepada media Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi menyebutkan, perusahaannya berupaya untuk terus hadirkan inovasi dan teknologi terbaru guna menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Yang kemudian menjadi sorotan di antaranya adalah GoFood, GoSend, dan inovasi layanan transportasi Gojek. Masing-masing layanan yang menjadi pilihan konsumen hingga mitra, mendapatkan upgrade dari sisi inovasi hingga kemudahan bagi pihak mitra dan konsumen.

“Bahkan di tengah pandemi, kami tidak berhenti menghadirkan solusi untuk membantu masyarakat beradaptasi. Inovasi pada ketiga layanan utama yang kami perkenalkan hari ini pun tidak terlepas dari nilai-nilai tersebut.”

Hingga Maret 2021, aplikasi Gojek telah diunduh lebih dari 190 juta kali oleh pengguna di seluruh Asia Tenggara. Dalam kesempatan tersebut diungkapkan juga rencana Gojek untuk meluncurkan layanan GoCar di Vietnam dalam waktu dekat, sebagai bagian dari upaya Gojek perluas layanan di Asia Tenggara.

Perkuat layanan transportasi

Tercatat pelanggan paling banyak layanan transportasi GoCar dan GoRide hingga saat ini adalah para pengguna kereta commuter line. Aktivitas sehari-hari yang kebanyakan dimanfaatkan oleh masyarakat umum, kemudian banyak yang terkoneksi dengan layanan transportasi di Gojek.

Untuk memperkuat layanan tersebut, Gojek menjalin kerja sama strategis dengan PT Kereta Commuter Indonesia. Dengan sistem yang dikembangkan, nantinya akan diberikan informasi yang relevan kepada pengguna rute terbaik yang bisa mereka tempuh melalui GoTransit. Selain itu Gojek juga akan memberikan rekomendasi moda transportasi lanjutan dengan harga terjangkau.

“Untuk GoTransit yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, nantinya bisa menjadi rekomendasi bagi pengguna layanan transportasi Gojek saat mereka bepergian,” kata Kevin.

Dalam meminimalisir penggunaan sepeda motor bahan bakar bensin dan bebas emisi karbon, Gojek memperluas rencana pemanfaatan kendaraan listrik melalui uji coba komersial. Nantinya mitra Gojek yang memiliki motor listrik, bisa mengganti baterai motor listrik mereka dengan mudah di SPBU Pertamina yang bermitra dengan Gojek dengan penerapan skema battery swap pada motor listrik dari Gesit dan Gogoro.

Pada tahap ini, Gojek akan menggunakan 500 unit motor listrik di Jakarta Selatan, lalu selanjutnya akan meningkatkan skala uji coba dengan target awal pemanfaatan sampai dengan 5000 unit motor listrik dan jarak tempuh penggunaan kendaraan listrik sebanyak satu juta kilometer.

Salah satu kendala yang masih banyak ditemui oleh pemilik motor listrik saat ini adalah, masih rendahnya infrastruktur pendukung mereka saat berada di jalan. Melalui kerja sama dengan Pertamina, diharapkan bisa mempermudah mitra pengemudi Gojek melakukan penukaran baterai motor listrik.

Pengembangan GoSend API

Salah satu layanan yang makin banyak digunakan oleh perusahaan hingga pelaku UKM adalah layanan delivery GoSend. Mulai dari Halodoc hingga Tokopedia yang menaungi jutaan mitra penjualnya, telah melakukan integrasi API GoSend ke dalam bisnis mereka.

Melihat besarnya permintaan tersebut, Gojek  melakukan pengembangan GoSend API yang dapat mengintegrasikan layanan GoSend dengan platform mitra bisnis sehingga menghadirkan layanan pengiriman.

GoSend juga akan segera meluncurkan fitur GoSend Multidrop yang memberi kesempatan bagi para pengguna untuk mengirim beberapa paket sekaligus dengan hanya sekali ambil. Lewat fitur ini, pengguna bisa mengatur paket mana yang harus dikirimkan terlebih dulu. Agar ongkos kirim lebih hemat sampai dengan 30%, pengguna dapat memanfaatkan fitur rekomendasi urutan pengantaran yang disediakan.

“GoSend API saat ini sudah dimanfaatkan oleh ribuan partner dan jutaan penjual. Data internal kami mencatat jumlah transaksi dari top partners GoSend seperti platform e-commerce, platform telemedik, meningkat 41% pada H1 2021 dibanding 2020. Pada periode yang sama pengguna layanan GoSend oleh UMKM juga naik dua kali lipat,” ungkap Kevin.

GoFood Plus untuk pelanggan setia

Selama pandemi jumlah mitra baru yang bergabung berjumlah sekitar 250 ribu. Secara keseluruhan saat ini terdapat 1 juta mitra GoFood yang telah bergabung dan sebagian besar adalah pelaku UKM.

Untuk memberikan layanan lebih kepada pengguna setia, GoFood meluncurkan fitur berlangganan GoFood Plus. Bukan hanya bisa melakukan pemesanan dalam jumlah yang banyak atau Order Sekaligus, GoFood Plus juga bisa meringankan biaya ongkir. Hingga kini, sudah ada 41 lokasi di 7 kota besar termasuk Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Ekspansi lokasi untuk Order Sekaligus ini meningkat 8x sejak diperkenalkan pada September 2020.

Mendukung usaha milik UKM, aplikasi untuk mitra dilengkapi dengan fitur inovatif BizTips GoBiz, yang berisi berbagai tips sukses mengelola bisnis secara mandiri. Fitur ini efektif dalam membantu para mitra UMKM kuliner untuk mengelola bisnisnya secara lebih baik dan efisien.

Application Information Will Show Up Here

Gojek to Focus on Vietnam and Singapore Expansion, Selling Its Thailand Branch to AirAsia

Low-cost carrier AirAsia officially acquired Gojek’s Thai business as a solid step into the digital business. As part of this agreement, Gojek will receive 4.76% of AirAsia’s super app service stake.

As reported by Nikkei Asia, the deal was taken as AirAsia exploring delivery growth in Thailand. Gojek alone wants to shift its regional business focus to Vietnam and Singapore.

According to AirAsia’s disclosure quoted by Nikkei, AirAsia’s super app business is worth $1 billion (around 14 trillion Rupiah), while Thailand’s Gojek is worth $50 million (around 700 billion Rupiah).

AirAsia’s CEO, Tony Fernandes assessed that Gojek’s business in Thailand is well established and can accelerate the company’s efforts to become a super app challenger in the Southeast Asian region.

“Gojek’s services in Thailand will operate until the end of July, while our platform will start operating in August. We ensure that there will be no redundancy from the transition of these two businesses,” Tony said.

Meanwhile, Gojek’s CEO, Kevin Aluwi said that his action to discharge the ride-hailing business in Thailand was a strategic step to reshape its regional business after the merger with Tokopedia to GoTo. He said, Gojek is unable to fully commit to the resources there.

Kevin thought that the business divestment in Thailand would allow Gojek to lead the market in Vietnam and Singapore by increasing its investment portion. He said that his team had been exploring this agreement since two months ago.

“After considering the product development and our team, we decided to prioritize investment in Vietnam and Singapore considering the scale of Gojek’s business in these two countries. We believe we can find the right partner with the resources we have. We remain fully committed to growing Gojek’s market outside Indonesia,” he said.

In this virtually announced deal, both Tony and Kevin mentioned the possibility of a potential joint partnership outside of Thailand, but provide no further details.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Gojek Thailand (@gojekthailand)

A new chapter for super app competition in Southeast Asia

Previously, Tony had stated his intention to compete with Gojek and Grab in the Southeast Asia region through AirAsia Digital or this super app.

AirAsia’s digital services are currently available in Malaysia, consisting of food delivery, grocery, farm goods, and beauty. As a form of expansion, rather than building from scratch, AirAsia acquired Gojek’s existing business which was considered to be well established in Thailand.

In the context of international business, GoTo is quite behind compared to its competitors. Tokopedia is only available in Indonesia, while Gojek’s operation stays in three regional countries, Vietnam, Thailand and Singapore.

In comparison, Grab is available in eight countries and Sea Group (Shopee’s parent) has operations in six Southeast Asian countries. Sea Group even operates in Taiwan and four other countries in South America.

Quoting Momentum Works‘ research, Gojek’s market share in Thailand is far behind Grab in 2020. GrabFood controls 50% of food delivery share in Thailand or worth $2.8 billion, followed by FoodPanda (23%), and LINE MAN (20%). GoFood only earned a 7% share of food delivery there.

The super app market in Thailand is also entering a very competitive phase with the involvement of local conglomerates in this business. Retail giant Central Group injected a $200 million investment into its Thai subsidiary Grab in 2019. While Thailand’s largest conglomerate Charoen Pokphand Group entered the business through its telecommunications subsidiary, TrueID.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here