Manfaatkan Platform Digital, Strategi BTN Mudahkan Generasi Muda Miliki Rumah

Generasi muda semakin sulit memiliki hunian akibat laju peningkatan upah minimum kerja kalah jauh dengan kenaikan harga properti. Isu besar ini menjadi pekerjaan rumah para pemangku kepentingan untuk menyelesaikannya karena angka backlog relatif masih tinggi.

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS), angka backlog mencapai 9,9 juta unit pada 2023. Angka ini tergolong turun dari tahun sebelumnya sebesar 12,75 juta unit pada 2020. Backlog adalah jumlah perumahan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hunian yang belum terpenuhi.

Lebih lanjut dari sumber yang sama menyampaikan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap hunian layak masih cukup tinggi, yakni sebesar 26,9 juta rumah tangga pada 2023, meskipun sudah turun dari 29,4 juta pada 2020.

Penurunan suku bunga KPR non subsidi dan memperpanjang jangka waktu KPR nonsubsidi dari 20 tahun menjadi 30 tahun dapat menjadi solusi untuk mengatasi backlog perumahan. Langkah inilah yang ditempuh BTN sebagai bank penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) lewat peluncuran produk KPR BTN Gaess for Millenial sejak 2018. Produk ini dikhususkan untuk generasi muda di segmen KPR nonsubsidi.

Produk ini memungkinkan nasabah bisa membayar bunga kredit selama dua tahun tanpa perlu membayar uang muka (DP) 0%. Namun ada persyaratan yang harus dipenuhi, usia debitur mulai dari 21-35 tahun, memiliki penghasilan tetap, suku bunga mulai dari 4,47% selama dua tahun, dan tenor mulai dari 20 tahun (KPA) sampai 30 tahun (KPR).

Kelebihan tersebut memungkinkan generasi muda untuk memilih rencana pembayaran yang sesuai dengan kemampuan keuangan mereka.

“Rata-rata usia debitur yang mengambil kredit di Bank BTN terbanyak dari generasi milenial (usia 21-30 tahun) sebanyak 41%, kemudian usia 30-40 tahun (40%), dan di atas 40 tahun (19%). Usia produktif ini akan memegang peranan penting di BTN,” ucap DRM Business Kantor Wilayah 3 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Carly Tambunan saat media gathering di Bali, pekan lalu (26/4).

Carly menjelaskan pengajuan KPR Gaess dapat dilakukan melalui situs resmi BTN Properti. Situs ini punya tiga fitur utama: marketplace untuk listing proyek perumahan dari pengembang yang sudah bekerja sama dengan BTN di seluruh Indonesia; sumber informasi; dan pengajuan KPR online.

Di fitur marketplace, pengunjung dapat melihat listing unit stock, harga, profil developer, dan 4D tour service. Sementara untuk fitur KPR online, sudah terintegrasi dengan sistem e-loan BTN dan petugas BTN yang terdedikasi.

Dalam data terakhir per Agustus 2023, situs BTN Properti telah dikunjungi sekitar 30 juta pengunjung, dengan jumlah pengajuan KPR lebih dari 17 ribu pengajuan. Dari jumlah pengajuan tersebut, total kredit yang disalurkan melalui BTN Properti sekitar Rp1,3 triliun.

BTN juga telah bekerja sama dengan lebih dari 7 ribu mitra pengembang. Lewat kemitraan tersebut, pengunjung dapat memilih berbagai jenis hunian yang dapat dipilih, baik sebagai tempat tinggal maupun untuk investasi.

Kendati harga rumah mendaki, berdasarkan laporan BTN, KPR komersial pada 2021 tetap melesat 39,92% menjadi Rp135,69 miliar dan trennya terus menanjak hingga 2023 mencapai Rp227,57 miliar atau naik 24,12% yoy. Kemudian per kuartal I 2024, penyaluran KPR BTN tercatat Rp61,56 miliar.

Adapun pada Maret 2024, harga rumah di Kota Denpasar menjadi yang tertinggi secara tahunan dibandingkan kabupaten/kota se-Indonesia. Kenaikannya mencapai 20,1% jelang akhir 2023 lalu berdasarkan Flash Report Rumah123.com. Denpasar menjadi salah satu wilayah paling konsisten dalam pertumbuhan harga hunian, selain Bogor. Denpasar mencatat selisih pertumbuhan harga di atas laju inflasi tahunan sebesar 10,2%.

Perencana Keuangan dari Lintar Financial Agus Helly yang turut hadir dalam media gathering menyarankan agar generasi muda yang akan mengajukan KPR untuk mulai menetapkan tujuan. Apakah kebutuhan atau keinginan. Kemudian, melakukan perencanaan anggaran.

“Cari tahu kebutuhannya apakah beli atau sewa. Jika memungkinkan, bisa memanfaatkan dukungan dari pemerintah, seperti subsidi,” tutur Agus.

Selanjutnya, mereka juga bisa mempertimbangkan opsi kolaborasi dengan pasangan bagi mereka yang merencanakan menikah atau berumah tangga. Apabila masih belum mencukupi, maka mereka bisa meningkatkan keahliannya untuk mencari tambahan pendapatan.

KPR Adalah: Pengertian, Jenis, dan Fungsinya

Jika kamu ingin memiliki rumah tetapi tidak memiliki uang yang diperlukan untuk melakukannya, kredit pemilikan rumah, juga dikenal sebagai KPR, adalah pilihan yang bagus. Oleh karena itu, sangat penting bagi kamu untuk mengetahui apa itu KPR. 

Semua orang tahu bahwa harga rumah terlihat semakin mahal. Bisa dibilang, jalur kredit KPR memudahkan semua orang untuk memiliki rumah sendiri. Apa itu KPR? Apa saja jenisnya? Apa fungsinya bagi kita?

Untuk menghilangkan rasa penasaran kamu, kami akan menjelaskan setiap aspek secara rinci di bawah ini. Yuk, simak tulisan di bawah ini hingga akhir!

Pengertian KPR

Salah satu cara untuk mencicil rumah dengan bunga dan jangka waktu tertentu adalah kredit pemilikan rumah, juga dikenal sebagai KPR. Untuk membuatnya lebih mudah dipahami, kamu hanya perlu menyiapkan uang down payment (DP) sebagai syarat untuk mengajukan KPR, dan setelah proses itu, kamu dapat mengangsur sisanya dalam jangka waktu tertentu.

Pihak bank juga meminta beberapa persyaratan tambahan dari calon nasabah yang ingin mengajukan KPR, termasuk tenor dan tingkat bunga. Rumah adalah aset yang sangat penting bagi setiap orang, jadi jika kamu berencana untuk membeli rumah saat ini, kamu bisa mencoba mengajukan KPR kepada bank.

Menurut data Bank Indonesia (BI) dari kuartal IV/2019, 72% pembiayaan rumah menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR). Angka ini jauh lebih tinggi daripada cicilan bertahap ke pengembang sebesar dua puluh persen dan cicilan tunai sebesar delapan persen. 

Selain itu, pembiayaan dengan cicilan bertahap ke pengembang biasanya memiliki tenor yang pendek, biasanya hanya 5 tahun. Sementara itu, orang cenderung menghindari pembayaran tunai untuk menghindari risiko gagal bangun atau penundaan, terutama selama pandemi seperti saat ini. Akibatnya, KPR masih menjadi pilihan yang populer bagi banyak orang.

Jenis KPR

  1. KPR subsidi adalah suatu kredit yang diberikan kepada orang-orang berpenghasilan menengah ke bawah untuk memenuhi kebutuhan perumahan mereka atau memperbaiki rumah mereka yang sudah ada. 

Subsidi meringankan kredit dan menambah dana untuk pembangunan atau perbaikan rumah. Subsidi diatur secara khusus oleh pemerintah, sehingga tidak semua masyarakat yang mengajukan kredit dapat menerima fasilitas ini. 

Secara umum, pemerintah membatasi jumlah kredit yang dapat diberikan dan penghasilan pemohon.

  1. KPR non subsidi adalah jenis kredit yang diberikan kepada seluruh masyarakat, dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank. Kebijakan bank yang bersangkutan mengatur besarnya kredit dan suku bunga.
  1. KPR syariah, secara umum, KPR syariah tidak berbeda dengan KPR nonsubsidi; satu-satunya perbedaan adalah sistemnya didasarkan pada prinsip-prinsip agama Islam.

Produk ini biasanya ditawarkan oleh bank syariah yang tidak menggunakan sistem suku bunga karena bunga sering dianggap sebagai riba. Sistem bagi hasil atau nisbah digunakan oleh bank syariah sebagai pengganti sistem sebelumnya.

Salah satu keuntungan KPR syariah, menurut Mike Rini Sutikno, seorang perencana keuangan, adalah cicilannya yang tetap dan tidak berubah hingga masa berakhirnya karena KPR syariah tidak menggunakan sistem bunga naik turun bank.

  1. KPR refinancing adalah jenis KPR yang berbeda dari yang lain.

Jika kamu menghadapi kesulitan untuk menyelesaikan hutang KPR yang sedang berjalan, refinancing KPR adalah pilihan yang bagus. Kamu dapat memindahkan sisa cicilan KPR kamu di bank lama ke bank yang baru melalui refinancing. Bank yang baru akan membantu kamu melunasi sisa cicilan tersebut. Kamu harus membayar sisa cicilan di bank baru dengan bunga yang lebih rendah daripada bank sebelumnya.

  1. KPR angsuran berjenjang adalah opsi tambahan yang dapat membantu kamu mengurangi angsuran hunian kamu. Salah satu keuntungan dari program ini adalah kemampuan untuk menunda pembayaran angsuran pokok sebagian hingga tahun ketiga masa pinjaman. Di tahun keempat, angsuran baru akan kembali seperti biasa.
  1. KPR take over adalah program pembayaran yang telah diajukan ke satu bank dan kemudian dipindahkan ke bank lain yang dianggap menguntungkan oleh nasabah. Jika kamu ingin mengubah jenis suku bunga dan tidak keberatan dengan pembayaran angsuran, jenis KPR ini adalah pilihan yang bagus.
  1. KPR pembelian, kamu dapat mendapatkan rumah baru dengan mengajukan pinjaman ke program KPR pembelian. Rumah yang dia beli adalah jaminannya.
  1. KPR duo adalah jenis KPR ini sangat jarang. KPR ini digunakan untuk membeli segala sesuatu dari mobil, motor, dan furniture hingga apartemen dan ruko.

Fungsi KPR

Memenuhi kebutuhan tempat tinggal dapat dibantu oleh fungsi KPR berikut ini:

KPR untuk membeli rumah

Kamu dapat membeli rumah baru dengan mengajukan pinjaman atau KPR ke program KPR pembelian. Dengan program ini, kamu dapat membelinya dan rumah tersebut akan menjadi jaminan.

KPR untuk renovasi rumah

Baik bank swasta maupun BUMN di negeri ini menawarkan fasilitas KPR untuk renovasi rumah. Namun, masing-masing bank memiliki keunggulan dan syarat yang berbeda. 

Beberapa jenis kredit perumahan yang dapat kamu ajukan termasuk kredit multiguna, di mana kamu hanya perlu memberikan modal berupa agunan atau jaminan. Jika kamu ingin mengajukan kredit untuk memperbaiki rumah, kamu dapat memberikan sertifikat tanah sebagai jaminan.

KPR untuk membeli tanah

Apabila kamu ingin membeli sebidang tanah tetapi tidak memiliki cukup dana, KPT (Kredit Pembelian Tanah) adalah salah satu pilihan yang dapat kamu gunakan. Pemohon yang ingin membeli tanah atau kavling lahan akan diberikan pilihan bank seperti cicilan, pinjaman, atau pembiayaan. 

Produk layanan ini mirip dengan kredit pemilikan rumah. Hanya barang yang dibelinya yang membedakan. Kredit tanah biasanya diberikan pada lahan kosong yang belum dibangun bangunan.

KPR untuk kepemilikan ruko

Dengan program KPR Pembelian, juga dapat membeli properti tambahan seperti ruko atau rumah-toko. Ruko tersebut akan menjadi jaminannya setelah pembelian berlangsung.

KPR untuk membeli apartemen

Banyak orang kesulitan mendapatkan apartemen karena permintaan yang meningkat. Dengan mengajukan Kredit Pembelian Apartemen (KPA), kamu dapat mendapatkan unit apartemen murah meskipun kamu memiliki gaji yang rendah. 

Kini, kamu dapat mengajukan KPR dari bank swasta atau BUMN dengan DP yang murah dan cicilan yang ringan. KPA biasanya dapat memberikan pembiayaan mulai dari 70 hingga 80 persen dari harga apartemen. Sebaliknya, durasi kredit berkisar antara 5 dan 20 tahun. Mengambil keuntungan dari mengajukan KPA, seperti suku bunga rendah dan ansuran yang ringan, antara lain.

KPR take over

Pada dasarnya, transfer pengajuan kredit (KPR) adalah perpindahan dari bank pengajuan kredit awal ke bank lain yang dapat menguntungkan nasabah. Jenis KPR ini sangat cocok bagi kamu yang ingin mengubah jenis suku bunga supaya angsuran kamu tidak menjadi masalah.

Itulah tadi penjelasan tentang KPR, serta jenisnya dan fungsi bagi calon nasabah. Semoga bermanfaat!

Startup Proptech IDEAL Perkenalkan Produk KPR Hunian Sekunder

Startup proptech IDEAL memperkenalkan produk baru Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Secondary yang menghadirkan layanan pembiayaan dan pengelolaan hipotek untuk hunian sekunder bagi calon pembeli rumah. Hunian sekunder sendiri pada dasarnya merupakan aset properti yang telah berpindah tangan dari pemilik pertama (primer) kepada pihak lainnya.

Co-Founder & President IDEAL Ian Daniel Santoso menuturkan, saat ini belum banyak pemain yang masuk ke pasar hunian sekunder. Selain itu, rata-rata calon pembeli yang sudah menemukan rumah impian, belum dapat KPR terbaik sesuai kebutuhan finansial mereka. “Keputusan untuk memilih produk KPR secara tradisional pun masih didasari oleh pengaruh dari agen atau tenaga pemasar properti,” ujar Ian dalam keterangan resminya.

Padahal, lanjutnya, potensi KPR/KPA di Indonesia secara umum sangat besar. Nilai pasar produk KPR berkisar $39 juta, sedangkan sebanyak 75% masyarakat Indonesia membeli hunian dengan metode KPR/KPA. Angka tersebut diproyeksi tumbuh sekitar belasan persen CAGR dalam lima tahun ke depan.

Co-Founder & CCO IDEAL Indira Nur Shadrina menambahkan, masalah yang kerap muncul saat survei KPR Secondary adalah biaya appraisal. Jika pengajuan KPR ditolak dan pengguna memutuskan mengambil KPR di bank lain, biaya yang dikeluarkan tidak dapat kembali.

Padahal, pengguna ingin memperbesar kesempatan persetujuan KPR dengan mengajukan lebih dari satu bank. “IDEAL berkomitmen untuk menggantikan seluruh biaya appraisal ketika proses pembelian rumah dan KPR yang diajukan telah selesai,” tuturnya.

Kini, calon pembeli rumah dapat mengajukan KPR ke tiga bank sekaligus dengan proses sepenuhnya digital, baik melalui website maupun aplikasi mobile. Pengguna akan diminta melakukan appraisal ke bank tujuan di mana IDEAL akan menalangi seluruh biaya (maksimal ke tiga bank) dengan mekanisme cashback saat pengajuan KPR dan proses jual-beli rumah selesai.

Adapun, KPR Secondary dilengkapi dengan fitur autosave dan autofill untuk memudahkan pengguna melengkapi pengisian data.

Pembiayaan rumah

IDEAL memulai debutnya pada pertengahan Juli 2022 dengan fokus awal pada produk hunian baru atau primer. Fokus utamanya adalah mendigitalisasi proses pembiayaan dan pengelolaan hipotek di Indonesia, tidak seperti kebanyakan di pasar saat ini yang masih dilakukan secara online-to-offline.

Pihaknya juga telah mengantongi pendanaan pra-awal sebesar Rp57 miliar dipimpin oleh AC Ventures dan Alpha JWC Ventures, serta partisipasi Living Lab Ventures dan Ciputra Group.

Dalam surveinya, IDEAL menemukan bahwa calon pembeli rumah mengalami kesulitan pengajuan KPR karena masih dilakukan secara tradisional. Cara ini cenderung memakan waktu panjang dan melelahkan karena menyangkut keputusan besar calon pembeli. Misinya adalah memberikan akses informasi yang dapat membantu calon pembeli rumah untuk membuat keputusan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi finansial mereka.

Hal ini tercermin dari sejumlah fitur yang dikembangkan, misalnya IDEAL Compass yang menghadirkan rekomendasi produk KPR dari tujuh bank mitra. Rekomendasi produk KPR tersebut diklaim telah dipersonalisasi sesuai preferensi dan karakteristik pengguna, seperti umur, profesi, bunga, dan kemampuan cicilan bulanan.

IDEAL telah bermitra dengan sejumlah developer dan tujuh bank terkemuka di Indonesia antara lain Sinar Mas Land, Ciputra, PIK2 Group, serta Bank Mandiri, CIMB Niaga, OCBC NISP, Danamon, Permata, Maybank, dan Bank Panin.

Proses end-to-end secara digital ini telah tersertifikasi ISO 27001. Pihaknya memastikan pengolahan data minim intervensi manusia (view only) dan hanya dikirimkan ke bank rekanan oleh pengguna sendiri. “Sistem kami punya audit trail dan watermark yang membuat jejak dan flow data tercatat dalam sistem,” ungkap Co-Founder & CEO IDEAL Albert Raharja Surjaudaja.

Sekadar informasi, marketplace jual-beli dan sewa properti Pinhome juga menawarkan produk yang cukup serupa melalui program cicil rumah. Bedanya, program ini menargetkan masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak tetap (non-fixed income) agar dapat memiliki rumah impian mereka.

Pinhome bahkan menghadirkan program iVestment yang memfasilitasi penanaman modal bagi pengembang perumahan. Di sini, developer tak hanya mendapat akses modal usaha, tetapi juga dukungan pemasaran lewat aplikasi. Pinhome akan berperan membantu proses penjualan rumah, mulai dari transaksi hingga biaya booking fee.

Application Information Will Show Up Here

Tantangan dan Digitalisasi Pengajuan KPR di Indonesia

Kita telah melihat berbagai inovasi di sektor proptech, seperti aplikasi listing properti atau sewa hunian. Namun, inovasi kian berkembang sejalan dengan semakin matangnya ekosistem digital dan besarnya kebutuhan masyarakat. Inovasi ini adalah digitalisasi pada pengajuan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) yang menjadi salah satu isu kompleks pada pembelian hunian.

Menurut Co-founder & CEO IDEAL Albert R. Surjaudaja, pengajuan KPR memiliki sejumlah tantangan pelik dan telah banyak dialami oleh banyak orang. Di samping itu, upaya untuk mendigitalisasi pengajuan KPR dinilai memiliki peluang mengingat permintaan pasar hunian di Indonesia masih sangat besar.

Pada sesi #SelasaStartup, Albert berbagi pandangan tentang tantangan pengajuan KPR, pengembangan inovasi, hingga upaya memvalidasi masalah.

Tantangan KPR

Mengapa perlu ada digitalisasi pengajuan KPR? Albert menyebut ada empat tantangan besar yang dihadapi oleh calon pembeli. Pertama, calon pembeli terkadang mengalami kebingungan untuk memulai prosesnya dari mana. Mereka jadi sulit menemukan akses untuk mencari pilihan properti yang tepat.

“Yang terlibat dalam pengajuan KPR ada banyak, seperti bank, perusahaan pembiayaan, agen, dan pengembang. Mereka bingung mau ke mana dulu. Selain itu, tidak ada tempat yang dapat menjadi tujuan utama bagi mereka untuk mengeksplorasi pilihan dan mencari informasi,” tutur Albert.

Kedua, tak sedikit calon pembeli yang yakin terhadap kelayakan KPR. Keraguan ini dapat membuat mereka menjadi urung untuk mengajukan KPR dan memperlambat proses dengan adanya kewajiban lain yang perlu diselesaikan. Ketiga, proses pengajuan KPR masih sangat manual. Perlu banyak komunikasi ke sejumlah pihak yang terlibat.

Karena proses yang manual tersebut, jalur informasi dan pengajuan menjadi tidak satu pintu. Contohnya, pengiriman dokumen harus dikirim berkali-kali dan terkadang dilakukan oleh agen/pihak berbeda. Belum lagi, dokumen yang diminta bersifat sensitif, seperti Kartu Keluarga dan KTP, sehingga berisiko disalahgunakan oleh oknum tertentu.

“Keempat, orang-orang belum sepenuhnya paham dengan pembelian rumah. They don’t know what they’re signing up for. Misal, soal floating. Mereka tidak pernah bertanya dan tidak sadar dampaknya. Tidak ada standardisasi juga dengan kualitas para agen atau pihak lain. Berbeda dengan era setelah ada platform seperti Gojek,” tambahnya.

Hibrida dan inovasi

Albert meyakini pendekatan hibrida atau offline-online, diperlukan untuk menjangkau pasar di sektor proptech. Hal ini karena pembelian rumah merupakan keputusan yang sangat personal, memiliki jangka panjang, dan membutuhkan biaya sangat besar. Prosesnya juga memakan waktu dan sangat kompleks.

Dalam hal ini, IDEAL tidak mencoba untuk mendigitalisasi proses pengajuan KPR sepenuhnya. Hal tersebut tercermin dari fitur yang dikembangkan di mana pihaknya menggabungkan interaksi offline dan online untuk mengakomodasi kebutuhan konsumen. Misalnya, proses pengajuan dokumen dilakukan secara digital, tetapi penyedia platform tetap menyediakan SDM yang dapat membantu calon pembeli untuk menemukan properti yang mereka cari.

Dari sisi pengembangan teknologi, ada banyak proses pada pengajuan KPR yang dapat didigitalisasi. Misalnya, fitur untuk mengecek kredibilitas seseorang dalam mengajukan KPR secara instan. Albert berujar fitur ini didukung oleh teknologi di belakangnya, seperti credit scoring.

Ada juga fitur di mana algoritma yang dapat menampilkan berbagai pilihan hunian dari mitra pengembang. Pengguna juga dapat melakukan simulasi DP sampai pembayaran cicilan dengan kurasi rekomendasi tertentu.

Validasi dan strategi

Validasi masalah menjadi salah satu kunci terhadap pengembangan solusi, dan hal tersebut telah dibuktikan Albert lewat riset internal yang dilakukannya. Menurutnya, hampir semua responden menyebut bahwa pengajuan KPR merupakan masalah yang kompleks di Indonesia.

Maka itu, digitalisasi pada pengajuan KPR dinilai menjadi salah satu solusi bagi generasi Y dan Z yang semakin terbiasa dengan pemanfaatan teknologi. Kedua generasi ini merupakan segmen yang memiliki perilaku digital dalam keseharian, seperti memesan makanan atau membeli tiket.

Ia juga menambahkan, meski sektor proptech Indonesia saat ini sebagian besar diisi oleh platform penyedia listing properti atau home discovery, hal tersebut akan membuka peluang kolaborasi untuk menyediakan layanan pengajuan KPR secara end-to-end.

“Kita ingin mengubah perilaku konsumen bahwa tidak semua [proses] harus dilakukan secara offline. Memang realisasi orang membeli rumah melalui online masih sangat jauh di sini. Namun, digital justru membuat semua proses itu menjadi efisien,” Tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Founder IDEAL Bicara tentang Proses Inkubasi Ide, Produk, dan Inovasi

Baru-baru ini, IDEAL memulai debutnya usai memperoleh pendanaan pra-awal senilai $3,8 juta atau senilai 57 miliar Rupiah. Pendanaan akan dimanfaatkan IDEAL untuk mempercepat digitalisasi proses pembiayaan dan pengelolaan hipotek di Indonesia.

IDEAL didirikan oleh Albert R. Surjaudaja, Ian Daniel Santoso, Indira Nur Shadrina, dan Jeganathan Sethu. Aplikasi IDEAL baru meluncur pada pertengahan Juli 2022 dengan fokus awal pada produk hunian baru atau primer. Tahun ini, IDEAL juga telah menunjuk Chief Technology Officer dan menambah jumlah timnya.

DailySocial.id berkesempatan berbincang singkat bersama Co-founder IDEAL Albert Surjaudaja dan Indira Nur Shadrina untuk mengulik perjalanan di tahun pertama membangun platform.

Validasi masalah

Ide mengembangkan IDEAL bermula dari observasi para founder terhadap pasar consumer lending di Indonesia. Menurut Albert, pasar consumer lending belum terserap optimal dan prosesnya belum sepenuhnya terdigitalisasi. Sektor perbankan masih menggunakan cara tradisional untuk menyalurkan kredit maupun KPR.

Selain itu, platform digital di Indonesia banyak fokus pada produk pinjaman konsumtif, paylater, dan P2P lending. Situasi ini memberi peluang besar bagi mereka untuk memberikan experience lebih baik pada consumer lending.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia, industri KPR lokal bernilai $39 miliar dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 17% dalam lima tahun ke depan. Adapun, Gen Y dan Gen Z diprediksi mendominasi populasi pekerja dalam sepuluh tahun ke depan, yang juga akan menjadi target pasar utama di sektor properti.

Kemudian, tim IDEAL melanjutkan pengembangan ide dengan melakukan riset pasar pada Juli 2021. Tujuannya adalah memvalidasi ide dan mengumpulkan feedback menyeluruh terkait pengalaman pengajuan KPR.

“Dari survei kami, kami coba validasi masalah apakah ide kami bisa helpful bagi mereka. Apalagi jarang sekali orang kini membeli rumah dengan hard cash. Jadi, kami pikir semua orang punya problem sama. Nah, kami ingin bantu di every stage of people’s live, tetapi tidak dengan produk konsumtif,” ungkap Indira.

Produk MVP

Untuk tahap awal, IDEAL mengembangkan produk untuk membantu menyederhanakan proses pengajuan KPR pada hunian baru (primer). Pasar primer dinilai menjadi entry point yang tepat karena ekosistemnya lebih siap dibandingkan pasar properti sekunder.

Di samping itu, ujar Indira, pembelian hunian primer tidak melalui proses penaksiran harga rumah (appraisal) sehingga physical presence hanya dibutuhkan saat penandatanganan kredit. Berbeda dengan hunian sekunder yang memerlukan pihak ketiga karena ada proses appraisal.

Bagi founder, ini menjadi momentum tepat karena akselerasi digital banyak terjadi di masa pandemi, misalnya verifikasi data bisa dilakukan secara online melalui Dukcapil atau Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Pasar primer juga dinilai mulai diminati karena dorongan produktivitas dengan adanya pemberlakuan kerja dan sekolah dari rumah.

IDEAL berupaya menyederhanakan dan mendigitalkan proses administrasi pengajuan KPR yang rumit dan memakan waktu. IDEAL menawarkan sejumlah fitur unggulan, seperti pengajuan KPR ke beberapa bank dan instant credit checking. Selain itu, IDEAL juga telah menerapkan ISO 27001 untuk keamanan data.

Untuk saat ini, tambah Albert, IDEAL masih fokus untuk mencapai product-market fit dalam beberapa bulan ke depan. Pihaknya juga akan mendorong edukasi pasar terkait pengajuan KPR secara digital mengingat cara ini masih dianggap baru bagi masyarakat.

Selanjutnya, IDEAL akan memperluas layanannya ke pasar hunian sekunder dan pengalihan kepemilikan (takeover). Pihaknya juga akan memperkuat ekosistem layanannya dengan menambah lebih banyak mitra bank dan developer.

Inovasi

Albert menilai saat ini pertumbuhan proptech di Indonesia banyak didorong oleh platform yang memfasilitasi jual-beli atau sewa rumah. Dalam konteks inovasi, pelaku startup berupaya mengembangkan fitur listing atau pencarian properti untuk mempermudah pengalaman pengguna.

Ia juga menyoroti bahwa pasar properti, terutama di Indonesia, masih membutuhkan human touch. Meski prosesnya sudah terdigitalisasi, rata-rata masyarakat tetap memerlukan pengecekan properti secara langsung. “Kita tidak bisa eliminate human touch. What we can help adalah maintain itu dan membantu mereka narrow down the choices. Dengan begitu, mereka sudah tahu mana yang ingin dilihat. Tidak perlu menunda-nunda lagi,” tambahnya.

Merefleksi dari perkembangan tersebut, IDEAL berupaya meningkatkan hasil pencarian demi memberikan experience lebih baik. Pihaknya juga tetap mempertahankan aspek human touch untuk mendapatkan trust dari pengguna. Dari sisi opsi pembiayaan dan KPR, IDEAL telah melakukan kurasi sehingga dapat menampilkan pilihan properti yang akurat sesuai kebutuhan calon pembeli, misal properti yang bekerja sama dengan bank tertentu.

“Pengalaman customer tidak ada yang sama atau terstandar. Semua bersifat individual dan agent-driven experience. Namun, ini akan membantu IDEAL untuk memahami kebutuhan customer dengan journey process yang lebih terstandardisasi. Mengingat ini big purchase, kami tetap sediakan IDEAL specialist bagi customer yang berkomunikasi lebih lanjut,” ujar Indira.

Saat ini, pihaknya tengah mengajukan lisensi Inovasi Keuangan Digital (IKD) ke OJK untuk memperkuat kredibilitas layanannya. Adapun, IDEAL telah memiliki lisensi Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dari Kominfo dan terdaftar sebagai member Asosiasi Fintech Indonesia. (AFTECH).

Application Information Will Show Up Here

IDEAL Debut dengan Pendanaan Pra-Awal 57 Miliar Rupiah, Demokratisasi Proses Pengajuan KPR

Startup proptech yang fokus membantu memudahkan proses pembiayaan atau pengelolaan hipotek “IDEAL” mengumumkan perolehan pendanaan pra-awal senilai $3,8 juta atau senilai 57 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh AC Ventures dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari Living Lab Ventures dan Ciputra Group.

Dana segar akan dimanfaatkan IDEAL untuk pengembangan produk, perekrutan dan peningkatan layanan. Startup ini didirikan oleh sejumlah founder, meliputi Albert Surjaudaja, Ian Daniel Santoso, Indira Nur Shadrina, dan Jeganathan Sethu.

Layanan dan model bisnis

Platform IDEAL membantu pengguna menghitung biaya dan cicilan pembiayaan properti secara detail sesuai dengan kebutuhan dan preferensi yang dimiliki. Mereka turut menyediakan sistem aplikasi yang memungkinkan pengguna melakukan pengajuan pembiayaan di beberapa bank sekaligus. Yang menarik, ada sebuah dasbor untuk memantau status perkembangan pengajuan tersebut.

Tujuan IDEAL adalah menyederhanakan dan mendigitalkan proses administrasi yang selama ini rumit dan memakan waktu serta biaya besar. Di samping memberikan rasa aman, karena dokumen-dokumen bisa dikelola secara aman — tidak perlu lagi mengirim foto KTP via WhatsApp ke agen atau sejenisnya.

Model bisnis IDEAL dengan mengenakan komisi kepada bank dan developer properti untuk setiap pengajuan yang berhasil terfasilitasi. Di debut awalnya, saat ini IDEAL telah bekerja sama dengan lima bank, termasuk CIMB, OCBC, dan Maybank; juga dengan pengembang properti seperti Sinar Mas Land, Ciputra Group, dan Agung Sedayu Group.

“IDEAL menjadi spesial karena kami mengutamakan pikiran dan hati konsumen dalam mengambil keputusan pengembangan produk. Karena itu, kami juga hadir dengan jaringan yang luas, baik di bidang perbankan maupun pengembang properti. Kami percaya bahwa investor kami memiliki visi yang sama, yaitu membantu masyarakat Indonesia mencapai kehidupan ideal mereka, dimulai dengan digitalisasi proses KPR,” ujar Albert selaku CEO.

Permasalahan dalam pembiayaan properti

Menurut data Bank Indonesia, pada tahun 2021 industri KPR lokal bernilai $39 miliar dengan proyeksi pertumbuhan lima tahun ke depan 17%. Gen Y dan Gen Z dinilai akan mendominasi populasi pekerja dalam 10 tahun ke depan, sehingga disinyalir akan menjadi target pasar utama sektor properti.

Saat ini 75% pembelian rumah di Indonesia dilakukan secara KPR, namun demikian karena literasi finansial yang minim membuat mayoritas pemohon belum memahami sepenuhnya proses-proses tersebut. Sementara itu, di sisi pemberi pinjaman mereka juga mendapat tantangan seperti proses pengiriman dokumen yang berantakan, keamanan data, dan masih banyak lagi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, startup seperti IDEAL mendigitalkan sejumlah proses untuk memberikan pengalaman baru yang lebih ringkas. Di sisi lain paradigma hipotek sebagian besar bergantung pada saran agen properti, IDEAL memberikan kendali kembali kepada pembeli, sehingga mereka dapat memilih produk KPR terbaik yang tersedia di pasar.

Sejumlah startup proptech lain juga memberikan solusi serupa. Di antaranya Tanaku, Ringkas, dan Pinhome. Ketiganya juga baru mendapatkan pendanaan tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

APHT dan SKMHT: Pengertian, Fungsi, Syarat, dan Biaya

Kalau kamu ingin mengajukan cicilan untuk KPR, terdapat dokumen yang harus dipenuhi sebagai syarat pendukung pengajuan kredit, seperti SKMHT dan APHT. Berikut penjelasan mengenai kedua dokumen tersebut.

Pengertian APHT

APHT merupakan singkatan dari Akta Pemberian Hak Tanggungan. Jadi, APHT merupakan sebuah dokumen yang mengatur mengenai persyaratan dan ketentuan yang terkait dengan pemberian hak tanggungan dari debitur (yang berutang) kepada kreditur (yang memberikan kredit).

Pemberian hak ini bertujuan untuk dijadikan jaminan agar debitur bertanggungjawab untuk membayar pinjaman utangnya kepada kreditur. Objek yang dapat digunakan sebagai APHT adalah barang berharga milik debitur, seperti rumah, tanah, dan sebagainya. Apabila jaminan dimiliki lebih dari satu orang, maka seluruh pemilik tersebut wajib menandatangani APHT.

Pengertian SKMHT

SKMHT merupakan singkatan Surat Kuasa Memberikan Hak Tanggungan. Artinya, SKMHT merupakan surat kuasa yang dibutuhkan apabila ingin membeli rumah secara kredit apabila sertifikat kepemilikan tanah masih menggunakan atas nama developer. Sehingga pada kondisi ini, tidak bisa dibebankan APHT secara langsung. Namun, surat kuasa ini tidak dibutuhkan jika rumah sudah menjadi milik perseorangan.

Fungsi SKMHT

SKMHT berfungsi untuk menjadi surat kuasa kepada pihak bank sebagai kreditur untuk mewakili pihak developer dalam memberikan beban hak tanggungan dengan menandatangani APHT. Misalnya, kamu ingin mengajukan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) untuk membeli sebuah rumah, namun sertifikat bangunan tersebut masih menggunakan atas nama developer. Maka, developer harus menerbitkan SKMHT yang diberikan kepada bank agar APHT segera melakukan proses penandatanganan.

Fungsi APHT

Jadi, kalau kamu ingin mengajukan cicilan KPR, APHT merupakan salah satu syarat yang harus kamu lengkapi. APHT ini sangat diperhitungkan saat kamu mengajukan cicilan KPR, karena APHT adalah jaminan bahwa kamu akan melunasi pinjaman bank.

Syarat Membuat APHT

Kalau kamu ingin membuat APHT, terdapat beberapa syarat yang perlu dipenuhi, antara lain:

  1. Membuat perjanjian pemberian hak tanggungan yang menjamin bahwa peminjam akan membayar hutang.
  2. Mengisi informasi wajib, seperti: identitas pemberi dan pemegang hak tanggungan, alamat kedua pihak, penjelasan rinci mengenai utang piutang, dan nilai tanggungan meliputi objek hak tanggungan.
  3. Jika pihak peminjam tidak mampu melunasi hutangnya, maka objek hak tanggungan akan menjadi milik pihak pemberi.

Syarat Membuat SKMHT

Berikut syarat membuat SKMHT:

  1. Tidak memuat kuasa untuk memberikan tindakan hukum lainnya, melainkan hanya terkait pembebanan hak tanggungan.
  2. Tidak mencantumkan adanya kuasa substitusi.
  3. Menuliskan secara jelas objek tanggung, jumlah kredit serta identitas kreditur dan debitur.

Biaya APHT dan SKMHT

Biaya APHT ini berkisar senilai 0,25% dari 125% nilai kredit. Namun, harga tersebut bisa berubah mengikuti kebijakan notaris.

Proses Pengajuan Kredit

Terdapat tiga proses pengajuan kredit, yaitu:

  1. Perjanjian Kredit

Mengisi surat perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh kreditur sebagai syarat perjanjian peminjaman. Surat itu memuat hal-hal yang  disepakati para pihak, termasuk pernyataan bahwa debitur bersedia membayar utangnya.

  1. Pengakuan Utang

Membuat surat pengakuan utang yang disaksikan oleh notaris. Surat itu mengakui bahwa debitur berutang dan menyatakan bahwa  kreditur menerima permintaan utang.

  1. APHT

Setelah kedua surat tersebut persyaratannya telah terpenuhi, langkah berikutnya yaitu  mengurus APHT. APHT ditandatangani oleh kreditur serta pihak yang terlibat dalam kepemilikan objek hak tanggungan.

Nah, jadi APHT dan SKMHT berbeda, ya!

The Rent-to-Own Concept by TapHomes Allows User to Rent While Making Down Payment

The low rate of house ownership becomes one of TapHomes’ reasons to run the proptech startup. Victor Ramli Kwan as co-founder revealed to DailySocial, there are currently people who have lost the opportunity of house ownership. And he finds it as a problem that affects many people in Indonesia.

TapHomes applies the “rent-to-own” concept as a bridge to help customers get houses. It allows users to pay rent while saving for the house’s down-payment.

Victor said, most of TapHomes‘ customers are new homeowners who cannot obtain traditional home mortgages; most of the issues are due to incapability to pay a down payment or pay a mortgage loan of at least 15-20% of the price of the house.

Through the application, prospective buyers can simply pay a deposit of 2%, then TapHomes will buy the desired house. The customer will then start to inhabit the house and pay monthly rent starting from 1.2 million Rupiah. The cost is allocated 70% for rent and 30% for savings on home ownership.

Regarding the type of house, the TapHomes team will conduct an analysis according to the ability of prospective buyers. Because it has been purchased, the rental process can be modified or renovated according to residents’ wishes.

The rental period is 3-5 years; and at the end of the lease, the customer will have a savings with a total equivalent value of a 15% deposit for the purchase of a home. They can continue to buy the house in cash or through mortgages.

When the customer cannot continue the house purchase plan at the end of the program, TapHomes and the customer will sell the house to a third party. Proceeds from the sale of the house will be divided according to the proportion of home ownership between TapHomes and customers.

“We make it easier for new families to buy their homes with affordable down payment and the development of regular home ownership, that in 3 years later our customers can apply for mortgages in banks,” said Victor.

Technology Development

TapHomes is said to have processed around more than 2 thousand potential customer submissions. Later on will be curated process of customers who are entitled to get services.

Regarding technology, TapHomes is developing an Automated Valuation Engine that makes it easier for the platform to evaluate the value of house prices more efficiently.

TapHomes currently has some objectives, including expanding to major cities in Indonesia. To date, TapHomes’ focus is still on the Greater Jakarta area, especially in Bekasi, Tangerang and Depok.

“We have received seed funding from VC and previously bootstrapping. TapHomes is now involved in batch 3 Accelerator Program from SYNRGY by the BCA group in and batch 7 Plug & Play Accelerator,” Victor said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Konsep “Rent-to-Own” TapHomes Mungkinkan Pengguna Sewa Rumah Sembari Cicil Uang Muka Pembelian

Masih rendahnya jumlah kepemilikan rumah menjadi salah satu alasan mengapa startup proptech TapHomes hadir. Kepada DailySocial, Victor Ramli Kwan selaku co-founder mengungkapkan, saat ini masih banyak orang yang kehilangan peluang kepemilikan rumah. Dan ia melihat ini sebagai masalah yang berdampak kepada banyak orang di Indonesia.

TapHomes menerapkan konsep “rent-to-own” sebagai jembatan untuk membantu pelanggan mendapatkan rumah. Yakni memungkinkan pengguna membayar sewa sekaligus mencicil proses pembelian rumah secara bersamaan.

Victor mengatakan, pelanggan TapHomes sebagian besar adalah pemilik rumah baru yang tidak dapat memperoleh KPR rumah secara tradisional; kebanyakan isunya karena tidak mampu membayar uang muka atau membayarkan deposit KPR minimal 15-20% dari harga rumah.

Melalui aplikasi tersebut, calon pembeli cukup membayar uang muka 2%, selanjutnya TapHomes akan membeli rumah yang diinginkan. Pelanggan kemudian akan mulai menghuni rumah dan membayarkan uang sewa setiap bulan mulai dari 1,2 juta Rupiah. Biaya tersebut dialokasikan 70% untuk sewa dan 30% untuk tabungan kepemilikan rumah.

Mengenai tipe rumah, tim TapHomes akan melakukan analisis sesuai kesanggupan calon pembeli. Karena sudah dibeli, ketika proses sewa rumah tersebut bisa dimodifikasi atau direnovasi sesuai keinginan penghuni.

Masa sewanya dalam jangka 3-5 tahun; dan pada masa akhir sewa, pelanggan akan memiliki tabungan dengan total nilai setara dana deposit 15% untuk pembelian rumah. Mereka bisa melanjutkan untuk membeli rumah tersebut secara tunai atau melalui KPR.

Jika di akhir program pelanggan tidak bisa melanjutkan rencana pembelian rumah, TapHomes dan pelanggan akan menjual rumah tersebut kepada pihak ketiga. Hasil dari penjualan rumah tersebut akan dibagi sesuai dengan proporsi pemilikan rumah antara TapHomes dan pelanggan.

“Kami membuat lebih mudah untuk keluarga baru membeli rumah mereka dengan uang muka yang terjangkau dan pengembangan pemilikan rumah yang teratur, bahwa di 3 tahun kemudian pelanggan kami dapat mengajukan KPR di perbankan,” kata Victor.

Mengembangkan teknologi

Saat ini TapHomes mengklaim telah memproses sekitar lebih dari 2 ribu pengajuan calon pelanggan. Nantinya akan dilakukan proses kurasi pelanggan yang berhak untuk mendapatkan layanan.

Terkait teknologi, TapHomes sedang mengembangkan Automated Valuation Engine yang mempermudah platform untuk mengevaluasi nilai harga rumah dengan lebih efisien.

Ada beberapa rencana yang ingin dicapai oleh TapHomes, di antaranya adalah melakukan ekspansi kepada kota-kota besar di Indonesia. Saat ini fokus TapHomes masih di area Jabodetabek terutama di Bekasi, Tangerang, dan Depok.

“Kami sudah mendapatkan seed funding dari VC dan sebelumnya beroperasi dengan pendanaan pendiri. TapHomes sekarang juga sedang menjalani Accelerator Program dari SYNRGY oleh BCA group di dalam batch 3 dan Plug & Play Accelerator di dalam batch 7,” kata Victor.

3 Alasan Bagi Millennials untuk Beli Rumah Sekarang Juga

Memiliki rumah yang nyaman pastinya merupakan impian setiap orang, termasuk para millennials. Namun, harga rumah yang mahal membuat kebanyakan orang berpikir dua kali, atau bahkan berkali-kali untuk memiliki rumah. Bahkan ada sebagian orang yang memilih untuk tetap mengontrak atau menyewa rumah, meskipun sudah memiliki keluarga.

Menurut riset yang dilaksanakan oleh Rumah123.com, pada tahun 2020 nanti hanya 5% dari kaum millennials yang sanggup membeli rumah. Sebanyak 95% sisanya terancam tak akan mampu memiliki tempat tinggal. Hal ini tentu menjadi keresahan bagi banyak orang, terutama para millennials kelahiran tahun 1981-1994.

Untuk mengatasi hal tersebut, rencana memiliki rumah dapat mulai dijalankan saat usia muda. Saat usia masih muda dan produktif, sesorang tentu dapat melakukan berbagai hal untuk mencari penghasilan. Sebab energi yang dimiliki juga masih besar. Ada banyak keuntungan yang akan dirasakan jika memiliki rumah saat masih muda. Lewat artikel berikut, kami akan jabarkan 3 keuntungan jika Anda membeli rumah saat ini juga.

 

1. Investasi yang Menjanjikan

Aset berupa properti, termasuk di antaranya rumah cenderung mengalami peningkatan nilai jual setiap tahunnya. Apalagi jika lingkungan di sekitar rumah tersebut semakin ramai. Dalam kurun waktu 10 tahun saja, rumah yang Anda beli saat ini mungkin saja memiliki nilai jual beberapa kali lipat dibandingkan harga pada saat Anda membelinya. Sebab, rumah memang menjadi kebutuhan pokok bagi banyak orang.

Investasi dalam bentuk properti, termasuk rumah tentu sangat menjanjikan. Apalagi jika Anda memanfaatkan rumah tersebut untuk mendapatkan penghasilan. Misalnya dengan menyewakan rumah tersebut kepada orang lain, atau mungkin menjalankan usaha di rumah tersebut. Dengan begitu, Anda dapat menggunakan dana yang didapatkan dari keuntungan usaha, atau dari si penyewa rumah untuk membayar cicilan rumah setiap bulannya.

 

2. Menghindari Naiknya Harga Rumah

Sesuai penjelasan dalam poin sebelumnya, setiap tahun harga jual properti cenderung meningkat. Saat Anda terus menunda dan menunggu untuk membeli rumah, sama saja dengan membiarkan harga rumah impian Anda menjadi semakin mahal. Menabung terus menerus hingga mampu membeli rumah secara tunai juga sangat sulit dilakukan. Solusi terbaik adalah memanfaatkan fasilitas cicilan. Dengan mulai membeli dan mencicil rumah dari sekarang, maka Anda dapat mempersiapkan diri dengan lebih matang.

Jika Anda telah memiliki cukup dana, minimal untuk membayar uang muka, maka bersegeralah membeli rumah dengan cara mencicil atau mengajukan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) / KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) ke Bank BTN. Apalagi jika Anda merencanakan untuk mulai berkeluarga. Dengan adanya rumah tinggal, tentu perasaan Anda akan menjadi lebih tenang, sebab salah satu kebutuhan pokok dalam hidup Anda dan keluarga telah terpenuhi.

 

3. Memotivasi Diri untuk Bekerja Keras

Karena harga yang sangat mahal, maka sangat jarang orang yang mampu membeli rumah secara langsung dan tunai. Bagi sebagian orang, membeli rumah dengan uang muka yang besar mungkin akan terasa menjadi beban. Apalagi kemudian harus mencicil dengan jangka waktu yang cukup lama. Namun jika Anda memiliki pikiran yang positif, maka hal ini harusnya menjadi motivasi bagi diri Anda sendiri untuk bekerja semakin keras dan mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. Sehingga mencicil akan terasa lebih ringan.

Salah satu cara yang biasa dilakukan adalah dengan cara memanfaatkan program KPR, salah satunya dari Bank BTN. Anda juga dapat mengunjungi situs btnproperti.co.id untuk mencari rumah yang tersedia serta lokasinya, mengetahui prosedur pengajuan KPR, atau bahkan langsung mengajukan permohonan KPR secara online.

Bank BTN telah sejak lama dikenal dan menjadi yang terdepan dalam penyediaan KPR bagi masyarakat Indonesia. Bahkan istilah KPR-BTN seolah menjadi sebuah kesatuan yang cukup familiar didengar oleh telinga masyarakat. Bank BTN juga menyadari bahwa perkembangan teknologi digital saat ini semakin pesat. Sehingga, teknologi juga perlu dimanfaatkan dalam bidang perumahan dan KPR.

Oleh karena itu, Bank BTN menyelenggarakan BTN MortgTech. Ajang BTN MortgTech merupakan wadah bagi para millenials, khususnya para IT Developer untuk menyalurkan ide unik dan gagasan menarik dalam membuat produk teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam bidang mortgage technology, alias teknologi yang mendukung kepemilikan rumah.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Bank BTN.