Telefast Jadi Startup Teranyar yang Memilih IPO Sebagai Jalur Pendanaan

Satu lagi perusahaan digital melantai ke bursa saham. Kali ini pelakunya adalah PT Telefast Indonesia Tbk (TFIN) yang merupakan anak perusahaan PT MCash Integrasi Tbk (MCAS).

Telefast menjadi startup berikutnya yang melakukan listing ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Startup yang bertindak sebagai penyedia solusi pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia ini merupakan startup ketiga dari grup Kresna Graha Investama.

Direktur Utama Telefast Jody Hedrian menyebut pihaknya menargetkan mendapat menawarkan 414.666.500 saham baru atau setara dengan 25 persen modal yang disetorkan. Adapun harga saham yang ditawarkan dalam initial public offering (IPO) nanti sekitar Rp170-Rp210 per saham.

Telefast sendiri memiliki sejumlah produk dan layanan digital berupa aplikasi layanan karyawan HRKU, perusahaan outsourcing Emitama Wahana Mandiri (EWM), dan aplikasi rekrutmen karyawan Bilik Kerja. Di samping itu, Telefast masih mempertahankan bisnis awal mereka sebagai agen penjualan produk telekomunikasi untuk kebutuhan outlet pulsa.

Bisnis pengelolaan SDM ini terbilang baru untuk Telefast. Mereka mengakuisisi Bilik Kerja pada Desember 2018, mengoperasikan HRKU pada Maret 2019, dan mengakuisisi EWM pada April 2019. Kendati demikian, Jody meyakini produknya lebih praktis bagi konsumen karena layanan mereka yang saling berkaitan dan terintegrasi. Ia mengklaim hal itu tak dimiliki oleh pesaing mereka yang menurutnya memiliki layanan yang terpisah.

“Tidak semua HR company punya solusi terintegrasi seperti kita. Solusi terintegrasi ini pun bisa kita berikan secara penuh atau apa yang mereka butuhkan saja,” ujar Jody dalam paparan publik Telefast.

Menurut Jody langkah IPO yang mereka ambil bukan untuk mengumpulkan modal semata. Ada sejumlah keuntungan yang ia sebut lebih membantu ketimbang lewat jalur pendanaan lain.

Jody mengatakan salah satu keuntungan yang dapat dipetik dari IPO adalah pengawasan regulator. Ia meyakini pengawasan yang ketat dari regulator justru akan membantu pengeolaan perusahaan agar lebih tertib dan teratur.

“Di satu sisi kita juga mendapatkan guideline, bagaimana mengelola perusahaan secara baik dan benar,” imbuh Jody.

Total dana yang ingin direngkuh Telefast lewat IPO ini berkisar Rp70,5 miliar – Rp87 miliar. Dari total tersebut, Telefast berencana memakai sekitar 70 persen untuk modal kerja, 25 persen untuk belanja modal, dan 5 persen untuk investasi SDM mereka. Modal kerja itu dipecah untuk membiayai bisnis mereka di bidang pengelolaan SDM dan distribusi voucher pulsa.

Dalam struktur perusahaan, MCash menguasai 58,58 persen saham Telefast, Diva 7,56 persen, dan Telefast Investama Indonesia 33,84 persen.

Adapun linimasa rencana IPO Telefast dimulai dari book building period sejak 21 Agustus – 28 Agustus dan resmi listing di BEI pada 16 September 2019.

Startup POS Pawoon Segera Lepas 30% Sahamnya kepada DIVA

Startup pengembang layanan POS (Point of Sales) Pawoon mengumumkan segera melepas 30% sahamnya kepada Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), anak usaha dari Kresna Graha Investama, dengan nilai yang tidak disebutkan. Dana segar dari pencaplokan saham tersebut akan digunakan untuk akselerasi bisnis Pawoon di seluruh wilayah Indonesia.

Founder dan CEO Pawoon Ahmad Gadi mengatakan, suntikan dana ini akan diarahkan untuk pengembangan produk dan mempercepat akuisisi merchant.

“Kami melayani bisnis di semua ukuran, dari UKM dengan satu warung hingga franchise dengan ratusan gerai. Bisnis-bisnis tersebut [saat ini] cenderung mengandalkan pena, kertas, dan metode konvensional untuk mencatat penjualan,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Pawoon menyediakan segala kebutuhan merchant untuk memulai, menjalankan, dan mengembangkan bisnisnya dengan perangkat lunak, dilengkapi solusi pembayaran berbasis uang elektronik. Pawoon juga membuka akses terhadap pendanaan dan penyempurnaan supply chain bisnis.

“Pawoon memiliki tujuan utama membangun ekosistem yang lengkap bagi para pelaku bisnis, tidak hanya sekadar software yang lengkap. Inti dari seluruh aspek ini adalah data transaksional yang berjumlah besar, jika terorganisir akan memberikan nilai tambah untuk merchant.”

Produk Pawoon / Pawoon
Tampilan aplikasi Pawoon / Pawoon

Direktur DIVA Dian Kurniadi menambahkan, perseroan tertarik kepada Pawoon lantaran pertumbuhan eksponensialnya yang mencapai 28 kali lipat selama dua tahun terakhir. Bahkan pertumbuhan bulanannya dalam empat bulan terakhir diklaim mencapai 20%.

Ditambah solusi yang dikembangkan Pawoon memberikan potensi penumbuhan bisnis di luar tiga sektor yang saat ini digarap DIVA.

“Karena F&B dianggap salah satu yang paling menguntungkan dari 10 kelompok industri yang diprioritaskan pemerintah, kami ingin memasuki pasar tersebut, yang memiliki nilai perputaran transaksi tahunan hingga Rp27,5 triliun di Jakarta saja.”

Melalui investasi ini, DIVA akan membuka potensi UKM maupun perusahaan besar yang signifikan dalam industri F&B, mempercepat transformasi non-tunai dan memungkinkan sinergi bisnis unik yang sesuai dengan industrinya.

Sejak peluncuran Pawoon di tahun 2015, aplikasi POS Pawoon telah digunakan oleh lebih dari 10 ribu merchant yang tersebar di 200 kota di seluruh Indonesia.

DIVA Rilis Platform “Instant Messaging” untuk Sewa Modem

Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), anak usaha dari entitas Kresna Graha Investama, merilis platform Instant Messaging (IM) untuk pemesanan layanan akses internet buat para traveller yang ingin bepergian ke luar negeri. Ada tiga produk yang tersedia, yakni rental modem MiFi, SIM card roaming, dan paket roaming.

Layanan teranyar ini diharapkan dapat memperkuat posisi DIVA untuk pilar pariwisata, melengkapi dua sektor lainnya yang juga ditekuni, yakni finansial dan telekomunikasi. Di samping itu, rilis layanan baru ini dipertimbangkan karena ada pertumbuhan signifikan perjalanan liburan ke luar negeri, terutama di segmen kalangan anak muda.

“Intelligent IM Tour MiFi diluncurkan dengan menggunakan platform DIVA Intelligent IM yang didukung oleh teknologi AI. Pelanggan dapat menikmati layanan premium dari kami secara gratis melalui platform ini,” ucap Direktur DIVA Dian Kurniadi, Kamis (15/11).

Dibandingkan dengan pemain sejenis, sambung Dian, perseroan lebih komprehensif dalam memberikan pelayanan yang menyeluruh dan dibantu oleh ekosistem yang telah dibangun DIVA dan Kresna Group. Perseroan berkomitmen untuk terus mengembangkan fitur agar dapat menjangkau lebih banyak pelanggan.

Metode pemesanan produk pun cukup mudah, hanya melalui WhatsApp dengan memasukkan nomor 0821-1070-0075 atau scan barcode DIVA Tour MiFi. Nanti ada chatbot yang siap membantu seluruh permintaan dengan petunjuk yang mudah, pembayaran akan diakomodasi lewat virtual account.

Untuk rental modem, pelanggan memiliki fleksibilitas waktu dan tempat untuk mengambil dan mengembalikan modem. DIVA menyediakan enam titik loker digital yang tersedia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, begitu juga dengan pengambilan SIM card roaming. Untuk paket data roaming, sementara ini baru tersedia buat pelanggan Telkomsel.

Display loker digital untuk pengambilan modem di bandara / DailySocial
Display loker digital untuk pengambilan modem di bandara / DailySocial

Modem dapat digunakan di lebih dari 30 negara, meliputi Asia, Australia, Amerika, dan Afrika. Untuk 10 negara tertentu, seperti Singapura, Malaysia, dan Macau tarif yang ditetapkan sebesar Rp10 ribu untuk kapasitas data 1 GB untuk pemakaian satu hari.

Pengembalian modem dapat melalui loker digital atau dengan kurir. Buat mengamankan modem, DIVA menetapkan biaya deposit sebesar Rp500 ribu. Deposit akan dikembalikan ketika barang sudah sampai kembali dengan aman ke perseroan.

Dian menerangkan perseroan telah menyiapkan sekitar 1000 modem yang siap didistribusikan pada pelanggan. Ke depannya perseroan akan merambah pembelian paket untuk mencakup perjalanan umroh dan tambahan jangkauan negara.

Saat ini DIVA masih dalam tahap proses bookbuilding menuju perusahaan terbuka. Bila tidak ada aral melintang, DIVA akan IPO pada 29 November 2018.

DIVA Rencanakan IPO 29 November Mendatang

PT Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), anak usaha Kresna Graha Investama, siap melantai di bursa akhir November 2018 dengan melepas 214.285.700 lembar saham baru atau setara dengan 30% dari modal disetor perusahaan.

Dalam hajatan ini, perseroan menawarkan harga saham berkisar antara Rp2.800 sampai Rp3.750 per lembar saham, sehingga diperkirakan perseroan akan mengantongi dana segar sekitar Rp600 miliar sampai Rp803 miliar.

Perseroan menunjuk Kresna Sekuritas, Trimegah Sekuritas, dan Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi saham.

Presiden Direktur DIVA Raymond Loho meyakini saham akan terserap dengan baik ke publik. Pasalnya, perseroan mengalokasikan lebih banyak investor institusi ketimbang ritel. Porsi untuk investor lokal sedikit lebih besar daripada asing, dengan perbandingan 60:40.

Dari sisi peluang bisnis, menurutnya, ada banyak ruang yang bisa disasar perseroan mulai dari kerja sama dengan pihak ketiga untuk pengembangan produk. UKM pun pada akhirnya memiliki variasi produk yang bisa mereka jual lebih menarik.

“DIVA tidak hanya akan memberdayakan UKM untuk go digital tetapi meningkatkan kontribusi mereka terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Kami percaya bahwa IPO hanya merupakan awal dari apa yang DIVA dapat lakukan agar UKM dapat bersaing secara digital,” ucap Raymond, Selasa (30/10).

Dia mengungkapkan, pihaknya akan menggunakan dana segar dari IPO untuk modal kerja (55%), belanja modal (40%), dan sisanya diarahkan ke investasi SDM (5%).

Saat ini komposisi pemegang saham DIVA dimiliki oleh 1 Inti Dot Com (30%), Nusantara Utama Jaya (20%), Kresna Karisma Persada (20%), Martin Suharlie (20%), dan M Cash Integrasi (10%).

Mengutip kinerja perseroan hingga Mei 2018, perusahaan berhasil mencetak laba bersih Rp3,3 miliar, melonjak 280,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

DIVA bergerak di bidang digital business converter dan accelerator dengan model bisnis B2B2C. Melalui platform digitalnya, DIVA menyediakan dua produk untuk para UKM, yakni DIVA Smart Outlet (SO) dan DIVA Intelligent Instant Messaging (IIM).

DIVA SO adalah perangkat multi-payment terpadu yang dapat memproses berbagai opsi pembayaran tunai dan non tunai sebagai POS dan menawarkan berbagai varian produk digital. DIVA dan Telkomsel telah bermitra untuk membangun T-Kiosk.

Sementara DIVA IIM adalah sistem platform terintegrasi, didukung teknologi chatbot dan AI, serta memanfaatkan berbagai aplikasi instant messaging populer, seperti WhatsApp, Telegram, dan LINE.

Dengan hampir 17.000 UKM yang terhubung dengan DIVA, perseroan menawarkan produk paket bundling, melalui kolaborasi dengan berbagai industri. Melalui platform DIVA, visi perseroan diterjemahkan lewat DBA (DIVA Business Architecture) untuk memberdayakan para agen telekomunikasi, perjalanan dan branchless banking, termasuk UKM, dan mengonversi mereka dari model distribusi produk dan channel tunggal menuju model distribusi multi-produk/multichannel.

Kresna Graha Investama’s Subsidiary “DIVA” is Set for IPO, Ready to Offer 30% of New Shares

PT Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), one of Kresna Graha Investama’s subsidiaries, is ready to make the first initial public offering (IPO) by trading 30% of its shares to the public. According to plan, the corporate action should be listed effectively on IDX by the end of November 2018.

“The price per share will be announced at the end of October 2018. It is to be effectively listed on IDX by the end of November 2018. We’re doing anchor investor and cornerstone by roadshows in Hong Kong and Singapore,” Suryandy Jahja, Kresna Graha Investama’s Managing Director, told DailySocial.

This corporate action is to provide additional funding of 600 to 800 billion Rupiah for DIVA. It’s for making expansion and to create exponential growth.

In running the business, DIVA focused on digitizing SME’s entrepreneurs with technology using either chatbox or smart outlets. One of the realizations is DIVA’s recent collaboration with Telkomsel for digital cashier solution T-Kiosk.

In Jahja’s opinion, after IPO, the company will prepare for similar corporate action for OONA Indonesia. OONA is targeted to be available in IDX by next year.

“OONA is yet to IPO this year, hopefully, next year,” he said.

Previously, NFC Indonesia has become the second digital company under Kresna to IPO this year. NFC has traded 25% of the latest shares worth Rp1,850 per share. The company obtained fresh funding of Rp308.33 billion from this action, to be utilized for capital fund, digital investment, and HR development.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

DIVA, Anak Usaha Kresna Graha Investama, Segera Lepas 30% Saham Baru di Lantai Bursa

PT Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), salah satu anak usaha dari Kresna Graha Investama, siap melangsungkan penawaran umum saham perdana (IPO) dengan melepas 30% saham kepada publik. Bila sesuai rencana, aksi korporasi tersebut akan efektif tercatat di BEI pada akhir November 2018 mendatang.

“Harga per saham akan diumumkan pada akhir Oktober 2018. Rencananya efektif tercatat di bursa akhir November 2018. Sekarang kami masih lakukan anchor investor dan cornerstones dengan roadshow di Hong Kong dan Singapura,” ucap Managing Director Kresna Graha Investama Suryandy Jahja kepada DailySocial.

Diharapkan aksi korporasi ini bisa memberikan tambahan dana segar buat DIVA sebesar 600 sampai 800 miliar Rupiah. Dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi perusahaan agar pertumbuhan semakin eksponensial.

Dalam menjalankan bisnisnya, DIVA fokus pada digitalisasi pengusaha UKM dengan teknologi, dengan menggunakan chatbox ataupun smart outlet. Salah satu realisasinya bisa dilihat dari kerja sama antara DIVA dengan Telkomsel baru-baru ini untuk aplikasi solusi kasir digital T-Kiosk.

Menurut Jahja, setelah menggelar IPO, berikutnya perseroan akan mempersiapkan aksi korporasi yang sama untuk OONA Indonesia. OONA direncanakan bakal melantai di BEI pada tahun depan.

“OONA belum tahun ini, hopefully next year,” pungkasnya.

Sebelumnya, NFC Indonesia menjadi perusahaan digital kedua yang ada di bawah Kresna yang melakukan IPO pada tahun ini. NFC melepas 25% saham baru senilai Rp1.850 per lembar saham. Perseroan memperoleh dana segar sebesar Rp308,33 miliar dari aksi ini, yang dipakai untuk modal kerja, investasi digital, dan pengembangan SDM.

Kilas Balik Setahun Startup Teknologi Mulai Melantai di Bursa Efek Indonesia

Perjalanan saat merintis perusahaan memang perlu jatuh bangun, harus warna warni karena tidak selalu berjalan mulus. Ada yang butuh waktu bertahun-tahun ada juga yang dalam waktu cepat langsung melejit. Pelajaran yang pasti dibutuhkan adalah dalam membangun perusahaan butuh talenta terbaik, produk yang konsumen butuhkan, pemasaran tepat, dan tentunya modal yang kuat.

Tercatat menjadi perusahaan terbuka (tbk) di bursa, go public atau juga dikenal IPO (Initial Public Offering) adalah salah satu cara mendapatkan modal. Perusahaan pada umumnya melirik potensi tersebut karena ada kemudahan untuk mendapatkan tambahan dana segar dalam waktu relatif cepat.

Opsi tambah dana segar juga variatif, bisa berutang dengan menerbitkan surat utang atau mengeluarkan saham baru berbentuk rights issue. Kinerja perusahaan terbuka yang mentereng, tentunya akan menarik para investor publik untuk berinvestasi. Cek saja daftar perusahaan yang masuk dalam saham blue chip, seperti BCA, BRI, Bank Mandiri, Telkom, Astra International, Unilever, Indofood, HM Sampoerna, dan lainnya.

Saham blue chip adalah saham yang berada di papan atas dengan angka kapitalisasi pasar yang besar. Umumnya mereka sudah lama tercatat, memiliki kinerja stabil, aset besar, dan telah dikenal secara luas sebagai pemimpin pasar di sektornya.

Agar pasar bursa semakin bergairah, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan OJK aktif dalam mendorong perusahaan untuk mencatatkan sahamnya, termasuk startup atau yang diklasifikasikan sebagai perusahaan teknologi. Segala jurus dilakukan untuk menarik para founder startup tertarik agar tercatat sebagai perusahaan terbuka, hingga upaya yang terbaru adalah rencana membuat papan akselerasi.

Sejak geliat startup membahana di Indonesia, termasuk mencuatnya empat perusahaan teknologi yang memperoleh status unicorn, baru ada tiga (menyusul Passpod pada akhir tahun) yang sudah melantai. Mereka adalah Kioson, MCASH, dan NFC telah tercatat di papan pengembangan. Dua perusahaan yang terakhir tergabung dalam grup Kresna Graha Investama.

Kioson memanfaatkan momentum sebagai perusahaan teknologi pertama yang melantai. Sahamnya sudah diperdagangkan sejak 5 Oktober 2017. MCASH menyusul kurang dari sebulan kemudian, pada 1 November 2017, kemudian NFC pada 12 Juli 2018.

Listing Kioson
Kioson memanfaatkan momentum untuk menjadi startup digital pertama yang melantai di BEI / Kioson

Minimnya minat startup, menurut Ekonom Indef Bhima Yudhistira dikaitkan persyaratan yang rumit dan mahal, termasuk biaya valuasi dan audit. Pada dasarnya startup menghindari keterbukaan keuangan secara berlebihan. Ada kekhawatiran publik atau kompetitor bisa mengetahui isi dapur startup, baik dari kondisi keuangan dan strategi manajemen.

“Mereka juga ingin agar intervensi investor dilakukan secara terbatas, misalnya soal pengelolaan operasional diserahkan kepada manajemen yang dipilih oleh si founder. Kalau perusahaan terbuka, pasca IPO harus mau direksinya dipilih oleh publik. Artinya peran founder jadi berkurang,” ujar Bhima kepada DailySocial.

“Sampai valuasinya menyentuh level tertentu, baru [startup] terpikirkan untuk IPO,” sambungnya.

IPO tidak identik dengan exit strategy

Seringkali IPO diasosiasikan sebagai exit strategy buat startup. Selain IPO, exit strategy lainnya yang umum dilakukan adalah merger & akuisisi (M&A), menjual perusahaan, menjadi “cash cow“, atau yang terparah dilikuidasi dan tutup.

Banyak contoh yang telah terjadi di Indonesia tentang exit strategy ini. Yang cukup terkenal adalah merger antara Berniaga.com dan Tokobagus menjadi OLX Indonesia, akuisisi Tiket.com oleh Blibli, atau akuisisi Lazada oleh Alibaba.

Bhima berpendapat IPO adalah exit strategy bagi founder untuk menjual sebagian kepemilikan sahamnya, sementara Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menganggapnya bukan sebagai awal, bukan juga exit, melainkan milestone startup.

Bukan awal karena IPO terjadi setelah perusahaan sudah beroperasi sekian lama. Bukan exit pula karena IPO hanyalah salah satu cara penggalangan dana. Setelah IPO, perusahaan bakal terus berjalan untuk menjadi lebih besar.

“Beda pre-IPO dan post-IPO bagi perusahaan hanya di shareholder-nya. Kalau pre-IPO pemiliknya private, sedangkan post-IPO adalah publik. Sementara bagi investor, IPO memberikan pilihan likuiditas ke investor,” terang Willson.

Bagi tiga perusahaan yang sudah IPO, aksi korporasi ini dianggap sebagai langkah awal untuk jadi lebih besar. Bagi Co-Founder dan CEO Kioson Jasin Halim, IPO merupakan strategi yang sedari awal tidak pernah terlintas saat pertama kali merintis perseroan pada 2015.

Kioson awalnya memperoleh pendanaan dari Mitra Komunikasi Nusantara (MKNT) pada pertengahan tahun lalu untuk tahapan Pra-Seri A. Sempat pula perseroan bertemu dengan investor untuk memulai penggalangan dana mulai dari VC, PE, sampai korporat. Tidak ada satupun yang berjodoh lantaran ada beberapa ketidakcocokan, salah satunya penghitungan valuasi.

Pasca MKNT masuk, lalu Kioson terbantu dengan jaringan yang mereka miliki untuk mempelajari apakah IPO memungkinkan buat startup, apakah ada aturan yang menghambat, dan sebagainya.

“Sebab bisa dibilang, saat itu kami sedang dalam posisi mencari dana segar dalam waktu singkat. Sementara lewat VC itu lama cepatnya di luar kontrol kita. Kebetulan ada momentum pas, belum ada startup yang IPO, regulator mulai gencar dorong startup, pemerintah dorong e-commerce. Itu momentum yang sangat berperan,” terang Jasin.

Managing Director Kresna Graha Investama (KREN) Suryandy Jahja mengamini pendapat Willson. Jahja melihat IPO adalah milestone untuk kesempatan tumbuh lebih besar. Oleh karena itu KREN cukup aktif mendorong anak-anak usaha di bawahnya untuk terdaftar di bursa.

Pencatatan saham perdana MCASH di BEI / MCASH
Pencatatan saham perdana MCASH di BEI / MCASH

Secara rutin pihak KREN melakukan review mana saja yang dianggap siap. Bila ada akan segera didorong. Pertimbangan lainnya juga dilihat dari berbagai metrik. Apakah secara fundamental sudah siap untuk IPO, siap untuk ekspansi, dan yang tak kalah penting ada keinginan untuk tumbuh dengan profil yang bagus.

Ketika sudah terdaftar, ada tanggung jawab yang harus diemban kepada investor institusi maupun ritel. Mereka harus selalu transparan dan menjunjung tinggi tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance / GCG). Kedua hal tersebut kadang terlupakan dan diabaikan pelaku startup.

“KREN tidak sembarangan dalam mendorong anak usahanya untuk listed. Hanya yang sudah siap dan dalam waktu dekat sudah profitable agar mereka punya funding yang kuat. Setiap tiga bulan kami selalu periksa kinerja mereka,” kata Jahja.

“Jadi menurut kita IPO adalah langkah awal untuk perusahaan untuk mulai tumbuh. Kita percaya sekali perusahaan bisa tumbuh lebih cepat karena ada dana segar dari IPO yang bisa langsung dipakai. Kalau perusahaan bagus tapi enggak punya uang untuk ekspansi, masa minta terus ke Kresna,” tambah Jahja yang juga menjadi Direktur di MCASH dan Komisaris Utama di NFC.

Perjalanan pasca IPO

Hari ini Kioson menandai tahun pertamanya tercatat sebagai perusahaan terbuka. Sekadar mengingat kembali, Kioson melepas 150 juta saham atau sekitar 23,07 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah pelaksanaan IPO. Harga saham Kioson ditawarkan senilai Rp300 saham dan memperoleh dana segar Rp45 miliar. Di awal Oktober ini, kapitalisasi pasar Kioson sudah berada di atas Rp2 triliun.

Jasin mengungkapkan, semenjak IPO yang paling dirasakan adalah visibilitas Kioson semakin meningkat, apalagi menyandang startup digital pertama yang berhasil IPO. Keuntungan tersebut dimanfaatkan untuk bermitra dengan banyak pihak agar kinerja perseroan terus membaik.

Direktur Utama Kioson Jasin Halim / Kioson
Direktur Utama Kioson Jasin Halim / Kioson

Melihat laporan keuangan di Q2 2018, Kioson meraup laba bersih Rp4,8 miliar. Penjualan bersih sebesar Rp1,27 triliun dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp47,7 miliar. Kenaikan selaras dengan total aset perseroan menjadi Rp263,9 miliar atau naik 5,69%.

Penjualan terbesar dikontribusikan dari produk digital Rp1,27 triliun, disusul oleh produk e-commerce Rp5,38 miliar. Meski demikian, beban pokok penjualan juga naik Rp1,25 triliun dari sebelumnya Rp45,75 miliar.

“Makanya kami terus perbaiki performa bisnis Kioson, sebab ini sesuatu yang harus diperhatikan karena pegang mandat dari publik untuk membaguskan perusahaan,” ujar Jasin.

Perseroan makin variatif dalam menghadirkan produk-produknya. Yang terakhir adalah layanan OTA yang bisa dibeli masyarakat lewat agen Kioson dan melakukan top up produk uang elektronik.

“Secara vertikal dan horizontal kami akan terus menghadirkan berbagai produk untuk masyarakat dan semakin menarik buat agen. Kami mau jadi yang terlengkap dengan harga yang terjangkau.”

Sementara MCASH menjual saham baru sebanyak 25% atau setara dengan 216,98 juta saham ke publik dari modal yang disetor penuh. Saat itu saham dijual seharga Rp 1.385 per lembar. Alhasil dana segar yang diterima lebih dari Rp300 miliar. Kapitalisasi MCASH kini menembus angka Rp3 triliun.

“MCASH sejak listed tahun lalu tumbuh dengan persentase yang eksponensial, jauh di atas proyeksi. Revenue tumbuh berkali-kali lipat, profit bagus. Justru sesudah listed, perusahaan jauh lebih kuat dan bagus. Kita bisa dapat peluang bisnis yang banyak, orang-orang banyak kenal kita, padahal sebelum listed peluang tersebut tidak ada,” ujar Jahja.

Berdasarkan kinerja semester I 2018, laba bersih perseroan melesat jadi Rp45,05 miliar padahal di periode yang sama tahun lalu hanya Rp3,79 miliar. Pendapatan menjadi Rp1,83 triliun dari sebelumnya Rp474,86 miliar. Sementara aset tumbuh menjadi Rp745,1 miliar dari akhir 2017 sebesar Rp568,4 miliar.

Distribusi MCASH tersebar di ratusan titik lewat empat kanal penjualan utama: kios digital, jaringan wholesale, kasir, dan app/chatbot. Kios digital berhasil menembus 1.700 unit tersebar di berbagai titik, sedangkan agen digital juga naik menjadi 36 ribu orang.

MCASH menjual berbagai konten digital, mulai dari voucher games, restoran, pulsa & paket data, dan lainnya. Diklaim transaksi harian MCASH pada Juni 2018 sekitar 340 ribu, bahkan pernah tembus 505 ribu transaksi.

Pencatatan saham perdana NFC / NFC
Pencatatan saham perdana NFC / NFC

Untuk NFC, meski baru melantai, perseroan mempublikasikan kinerja per kuartal I 2018. Pendapatan tumbuh 15,8 kali lipat menjadi Rp265,24 miliar secara year-on year, sementara pendapatan bersih tercatat di angka Rp2,54 miliar. Aset tumbuh 233,6% secara year-on-year menjadi Rp77,15 miliar.

NFC menawarkan harga saat hari pertama listed seharga Rp1.850 per lembar. Sebanyak 25% saham baru dilepas dari total saham atau setara 166,67 juta saham. Dari situ, NFC mengantongi dana IPO sebesar Rp308,33 miliar. Sejak listed di 12 Juli 2018, kapitalisasi pasar NFC kini berada di angka Rp1,6 triliun.

NFC bergerak di bisnis digital dengan dua lini bisnis utama, yakni phone credit exchange, yang merupakan platform marketplace pulsa digital, dan layanan streaming TV Oona bersama Telkom.

Jahja mengatakan, “Banyak hal yang sudah terjadi dan akan terus terjadi ke depannya. Setiap direksi dituntut untuk terus berinovasi, kolaborasi, dan fokus pada hasil. Ini akan terus dilakukan pasca IPO.”

Mendapatkan dana segar dari publik dalam waktu sekejap harus dibayar dengan tanggung jawab yang tak kalah besar. Salah satu tanggung jawab yang diemban, seperti dikatakan Jahja, adalah harus selalu transparan dan menjunjung tinggi tata kelola perusahaan yang baik.

Setiap tiga bulan sekali perusahaan terbuka harus menggelar paparan publik mengumumkan soal kinerja, memakai jasa auditor dan konsultan untuk laporan keuangan, dan menyebar informasi ke publik memastikan semua pihak menerima informasi yang sama.

“Punya akses funding yang jelas, pembukuan bisa rutin dilihat, masuk radar internasional, dan setiap hal yang kita kerjakan publik harus tahu karena wajib untuk transparan. Negatifnya menurut saya hampir enggak ada, cuma harus mau lebih repot saja karena harus cerita ke publik. Tapi itu enggak masalah,” kata Jahja.

Ketiga perusahaan menolak untuk memberi tahu rencana terdekat kapan aksi korporasi akan diselenggarakan. Alasannya karena ingin mencegah terjadinya spekulasi pasar.

“MCASH dan NFC belum ada rencana sama sekali untuk rights issue atau lainnya. Kita masih punya banyak cash,” ungkap Jahja.

Jasin menambahkan, “Belum bisa kita bahas sekarang. Lagipula kami tidak ingin sembarang kasih info.”

Pergerakan saham perusahaan teknologi

Infografis profil dan kinerja tiga startup berstatus perusahaan terbuka / DailySocial
Infografis profil dan kinerja tiga startup berstatus perusahaan terbuka / DailySocial

Terasa tanggung apabila kita belum membahas pergerakan saham ketiga perusahaan teknologi ini, meski belum bisa dikatakan adil karena tidak bisa mengangkat dari segi fundamentalnya. Sebab umumnya minimal butuh dua tahun sejak listed untuk melihat secara utuh kinerjanya.

Analisa fundamental itu dimaksudkan agar kita tahu bahwa apakah perusahaan itu memang menguntungkan dan layak untuk dibeli sahamnya. Kendati demikian, masih memungkinkan untuk membahas sekelibat sisi analisis teknikalnya.

Tujuan mempelajari analisis teknikal adalah untuk menentukan kapan harus masuk atau keluar pasar. Technical Analyst Panin Sekuritas William Hartanto membantu  menjelaskan bagaimana prospek ketiga saham ketiga perusahaan saat ini dan ke depannya.

Pertama, pergerakan saham Kioson cenderung menurun, volume perdagangan hampir tidak ada dalam sebulan ini. Hal ini menunjukkan bahwa saham perusahaan ini sedang tidak likuid.

Di sisi lain, MCASH berpotensi menguat secara teknikal. “MCASH masih bagus secara teknikal,” terangnya.

Terakhir untuk NFC terjadi tren menurun. Penurunan ini dianggap lumrah karena NFC baru listed dan kenaikannya pada awal listing sangat “liar”.

“Jadi saat ini harga baru menyesuaikan kondisi yang sebenarnya, memang ada unsur fundamental [penyebab harga saham turun]. Tapi bukan karena fundamentalnya jelek, harga penyesuaian saja.”

Bhima mengamini pendapat William. Saham Kioson sangat fluktuatif berbentuk kurva U terbalik.

“Ini memang ciri khas saham startup yang listing di bursa. Begitu juga NFC dari puncaknya 3.100 (13/7), pasca IPO kini hanya dihargai 2.650 (24/9). Ada koreksi yang signifikan,” terang Bhima.

Menurut Bhima, MCASH dianggap memiliki potensi kenaikan saham yang bagus karena solusi bisnis yang ditawarkannya. Perusahaan mengembangkan kios digital dan menawarkan berbagai produk digital, seperti top up, OTA, dan voucher digital.

“Bisnis startup yang bersinggungan dengan fintech secara umum lebih menggiurkan karena turn over keuntungannya lebih cepat dibandingkan jenis bisnis lainnya.”

Mendorong gairah lewat papan akselerasi

Infografis perbedaan antara Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Akselerasi
Ketentuan Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Akselerasi / DailySocial

OJK dan BEI terus mendorong agar pasar modal semakin atraktif untuk para investor. BEI merevisi aturan papan akselerasi untuk mempermudah UMKM dan startup digital terdaftar di bursa. Inisiasi ini adalah buah POJK No. 53 dan 54 yang terbit tahun lalu, meliputi pengaturan tentang aset maksimal (net tangible asset).

Papan akselerasi adalah papan pencatatan yang didesain khusus untuk UMKM dan startup digital berdasarkan kriterianya yang berbeda dibandingkan perusahaan pada umumnya. BEI sebelumnya sudah membuat aturan soal papan akselerasi, tetapi kini sudah direvisi dengan mempertimbangkan banyak masukan dari berbagai stakeholder.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebut revisi tersebut sudah disampaikan ke OJK. Diharapkan papan ini sudah bisa diberlakukan sebelum tutup tahun ini. Menurut revisi terbaru, BEI banyak memangkas regulasi yang dianggap terbelit-belit dan memakan waktu lama.

Satu di antaranya adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Untuk papan akselerasi, panduan yang digunakan adalah PSAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yang sifatnya lebih sederhana. Sementara perusahaan di papan utama dan pengembangan menggunakan PSAK umum.

Di papan pengembangan, persyaratan soal standar GCG juga kental. Harus mencantumkan jumlah direksi, komisaris, dan perangkat lainnya. Hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik startup digital.

“Startup itu kan pemula, jadi karakteristiknya mikir bisnisnya dulu, bagaimana validasinya di market dan mempertahankan ide. Boro-boro pada tahap awal sudah mikirin hidup perusahaannya. Sehingga yang diambil adalah PSAK ETAP,” ujar Nyoman.

Berikutnya dari sisi laba usaha yang diperoleh. Sebelumnya untuk papan pengembangan, perusahaan diwajibkan untuk memperoleh laba pada tahun kedua. Di papan akselerasi diputuskan periode yang diperlukan untuk mencapai kondisi laba adalah enam tahun setelah terdaftar.

Persyaratan untuk listed di papan akselerasi juga ditentukan berdasarkan besaran aset, hanya saja untuk metrik ini BEI mengusulkan agar memakai total aset, bukan dari net tangible asset. Pertimbangan ini diambil karena dalam startup itu umumnya lebih banyak memiliki intangible asset (aset tak berwujud) daripada aset fisiknya.

Detail ketentuan Papan Akselerasi
Detail ketentuan Papan Akselerasi / DailySocial

“Dulu itu kita masih coba bangun ekosistem untuk perusahaan yang established dulu untuk listed. Sekarang startup digital yang ke depannya kita lihat akan jadi penggerak ekonomi negara. Makanya sekarang kita pakai jargon ‘Pasar Modal untuk Semua’.”

Selain memberi kemudahan untuk startup bisa listed, tak lupa peraturan baru menyiapkan perlindungan untuk para investor. Pemberitahuan kepada investor sebelum menggelar IPO harus menyebutkan bahwa penawaran saham ini disesuaikan dengan POJK No. 53 dan 54 tahun 2017 dan dicatatkan dalam papan akselerasi. Ini menandakan bahwa perusahaan tersebut adalah UMKM dan startup digital.

Berikutnya bakal ada kode ticker khusus yang bakal disematkan di calon perusahaan terdaftar. Umumnya kode ticker terdiri atas empat huruf. Dua langkah tersebut diharapkan jadi penunjuk perlindungan investor, juga memastikan saham yang diperdagangkan tetap likuid.

“Investor pun akan kita ubah paradigmanya agar paham bahwa karakteristiknya ini beda dengan perusahaan pada umumnya yang tercatat di papan utama dan pengembangan. Cara melihat prospeknya bukan dari segi fundamentalnya, tapi dari ekspektasi terhadap prospek masa depan.”

Nyoman berharap papan akselerasi ini akan mempermudah opsi pencarian dana segar buat UKM dan startup digital dari pasar modal. Mereka juga tidak menutup potensi menarik perusahaan teknologi yang sudah menyandang status unicorn untuk merealisasikan langkah IPO.

“Tentunya yang kecil [UKM] saja bisa [lewat papan akselerasi], apalagi Go-Jek [untuk IPO].”

Willson memberikan apresiasi terhadap rencana BEI ini. Ia mengatakan, kalau hal ini berhasil, Indonesia akan jauh lebih progresif ketimbang negara lain di Asia Tenggara.

“BEI juga perlu membuat tim konsultasi khusus untuk IPO. Biaya yang besar untuk IPO biasanya ada di konsultasi keuangan, hukum, dan audit. Kalau ketiga komponen tadi diberi bantuan oleh pemerintah, maka cost-nya bisa jauh lebih murah,” tambah Bhima.

Mengambil keputusan untuk terdaftar di bursa memang pada akhirnya kembali ke masing-masing pemimpin perusahaan. Memilih terdaftar memerlukan banyak pertimbangan dan persiapan. Setelah IPO pun ada kewajiban yang perlu penuhi secara rutin sebagai bagian dari GCG.

Meskipun demikian, di balik kerumitan tersebut ada kelebihan yang didapat, perusahaan jadi lebih mudah dikenal. Visibilitas meningkat berkali-kali lipat, memancing terjadinya kolaborasi bisnis dengan berbagai pihak.

Investor dari luar negeri dapat dengan mudah mencari perusahaan di portal Bloomberg. Cukup mengetikkan kode ticker sebelum memutuskan membeli saham perusahaan terbuka ini.

Jadi siap besar karena IPO atau tunggu besar dulu baru IPO?

“Digital Exchange Hub” NFC Indonesia Siap “Go Public”, Targetkan Raup Dana Segar Hingga Rp333,3 Miliar

NFC Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang digital exchange hub, menargetkan dapat meraup dana antara Rp250 miliar sampai 333,3 miliar dari rencana melantai di Bursa Efek Indonesia pada Juli 2018 mendatang. NFC akan menjadi perusahaan digital ketiga yang melantai dan tercatat sebagai perusahaan terbuka di Indonesia.

Besaran dana segar yang diharapkan dapat diraup perseroan setara dengan 25% saham baru yang dilepas dari modal disetor. Harga per sahamnya berkisar antara Rp1.500 sampai Rp2.000 per saham. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk modal kerja (60%), beragam investasi digital termasuk perkembangan TI (30%), dan investasi pada sumber daya manusia (10%).

Perseroan menunjuk Kresna Sekuritas, Trimegah Sekuritas, dan Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi saham. Tak hanya itu, perseroan juga telah mempersiapkan anchor investor untuk membeli saham NFC Indonesia yang berasal dari dalam dan luar negeri. Hanya saja, perseroan memberi porsi yang lebih besar untuk investor lokal (60%) ketimbang asing (40%).

“Kami menempatkan IPO sebagai strategi awal untuk mempercepat perkembangan usaha perseroan menjadi digital exchange hub terbesar di Indonesia. Bertujuan agar perseroan dapat berperan penting dalam keseharian gaya hidup masyarakat Indonesia yang tech-savvy,” ucap Presiden Direktur NFC Abraham Theofilus, Jumat (8/6).

Masa book building akan dimulai efektif pada hari ini sampai 22 Juni 2018. Sementara jadwal listing di BEI rencananya akan diselenggarakan pada 10 Juli 2018.

NFC Indonesia merupakan anak usaha M Cash Integrasi dengan kepemilikan saham 25%. Pemilik saham lainnya termasuk Kresna Jubileum Indonesia (35%), Nusantara Teknologi Perkasa (25%), Kresna Graha Investama (10%), dan 1 Inti Dot Com (10%).

Unit usaha NFC Indonesia

Menurut laporan keuangannya, NFC sudah mencatatkan pendapatan sebesar Rp95,55 miliar pada 2017 atau tumbuh 119,63% bila dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih tercatat sebesar Rp65 miliar, melonjak dibanding dua tahun sebelumnya yang mencatat kerugian sebesar Rp224 miliar.

Bisnis NFC selama ini dikontribusikan NFCXC, sebuah marketplace pulsa real time untuk usaha digital. Perseroan juga baru mengembangkan layanan OTT OONA TV untuk usaha media dan hiburan.

Sebagai digital exchange hub, NFC memanfaatkan API untuk menghubungkan perseroan dan mengoperasikan big data dari berbagai lini usaha. Abraham menerangkan NFCXC merupakan solusi real time untuk mengatasi masalah distribusi pulsa di pasar tradisional.

Saat ini distribusi pulsa seringkali mengalami ketimpangan antara ketersediaan pasokan dengan jumlah permintaan di pasar. Ini dikarenakan mekanisme distribusi yang bersifat mingguan dan berbasis wilayah. Diharapkan kehadiran NFCXC membuat likuiditas pulsa di pasar akan terjamin.

“NFCXC juga membuka akses bagi seluruh agen dan dealer untuk mendapatkan informasi harga pulsa secara transparan. Sebagai salah satu upaya untuk menegaskan posisi kami di industri ini, NFCXC akan berperan sebagai pelopor di pasar digital yang menyediakan solusi guna memperbaiki inefisiensi di pasar pulsa tradisional Indonesia.”

Ke depannya, NFC akan menambah unit bisnis digital lainnya agar semakin lengkap dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Ada sejumlah unit bisnis yang akan dirilis perseroan, seperti bursa iklan digital, bursa platform komunikasi, bursa digital, dan sistem pembayaran.

Kresna Graha Siapkan Lima Anak Usaha “Go Public” di Bursa Indonesia dan New York

Kresna Graha Investama mengungkapkan setidaknya akan mendorong lima anak usaha untuk melantai di bursa efek pada tahun ini. Satu atau dua anak usaha akan diarahkan untuk melantai di bursa efek New York, sementara tiga diantaranya akan melantai di bursa lokal.

“Yang akan listed di bursa luar negeri itu anak usaha kita yang ada di pasar global. Itu masih kami kaji dan masuk rencana tahun ini. Untuk yang anak usaha lokal, dua minggu lagi akan ada public expose, rencananya setelah Lebaran akan melantai,” ujar Managing Director Kresna Graha Investama Surjandy Jahja, kemarin (17/5).

Seluruh anak usaha yang akan didorong Kresna Graha adalah perusahaan yang bergerak di bidang digital. Perseroan ingin mendorong anak-anak usahanya untuk mendapatkan tambahan dana segar dari pasar modal demi mengembangkan bisnisnya.

Hanya saja, Jahja enggan membeberkan nama-nama anak usaha yang akan didorong untuk melantai tersebut. Salah satu perusahaan anak usaha Kresna yang bergerak di pasar global adalah MatchMove Pay Pte Ltd (MMP) yang berbasis di Singapura dengan kepemilikan saham 15,5%.

Tak hanya mengambil saham MMP, sebelumnya Kresna Graha juga menguasai saham MatchMove Indonesia (MMI) bersama M Cash dengan masing-masing kepemilikan 14,81%. Sedangkan untuk anak usaha lokal Kresna Graha yang sudah memiliki jadwal melantai adalah PT NFC Indonesia.

Bila tidak ada aral melintang, Kresna Graha berencana menggelar public expose untuk anak usahanya tersebut pada awal Mei 2018. Ditargetkan NFC akan segera melantai setelah Lebaran, atau sekitar Juli 2018.

Kresna Graha akan melepas saham baru sebanyak 25% dan target dana yang didapat sekitar Rp225 miliar sampai Rp325 miliar. Proses roadshow ke luar negeri juga telah dilakukan perusahaan guna mendapatkan komitmen dari investor.

“Yang dua lagi [anak usaha lokal] sedang kita kaji yang mana yang akan kita dorong IPO. Setelah NFC, berikutnya bukan MMI. Setiap anak usaha yang mau kita IPO, prosesnya sama seperti saat M Cash, persis sekali.”

NFC adalah perusahaan yang bergerak di bidang digital hub exchange, beroperasi sejak 2013. Beberapa produk dari NFC adalah toko online Selalu Ada, marketplace barang bekas Tawarin, pulsa agregator, dan aplikasi TV streaming OONA.

Secara total, anak usaha digital yang berada di bawah Kresna Graha mencapai lebih dari 10 perusahaan.

“Sejak 2015 kami transformasi dari holding jasa keuangan sekarang merambah ke bisnis digital. Perusahaan-perusahaan yang unik dan sudah menghasilkan profit akan disiapkan untuk menuju ke bursa.”

Dorong kontribusi bisnis digital

Lini digital menjadi kontributor utama dalam bisnis perseroan, bila dilihat dari laporan keuangan di kuartal I/2018, pendapatan perseroan mencapai Rp950,4 miliar atau tumbuh 764,2% dibandingkan kuartal yang sama di tahun sebelumnya.

Dari pencapaian tersebut kontribusi dari bisnis digital mencapai 83%, meningkat dari tahun lalu sebesar 75%. Perseroan meraih pendapatan sebesar Rp1,57 triliun di 2017, tahun ini ditargetkan sebesar Rp5 triliun, diperkirakan 90% diantaranya berasal dari lini digital.

“Melihat capaian kami di kuartal I/2018, target Rp5 triliun itu cukup konservatif. Tahun ini kami targetkan 90% pendapatan ditopang oleh sektor digital.”

Kendati pendapatan didorong dari digital, perseroan mengungkapkan bila dilihat dari segi laba lini tersebut baru menyumbang kurang dari 10% dari perolehan laba. Mayoritas di antaranya berasal dari perolehan bisnis M Cash.

Jahja memproyeksikan lini digital baru bisa memberikan laba yang signifikan sekitar 40%-50% pada 2022 untuk perseroan. Maka dari itu perseroan akan memperkuat anak usaha, disamping itu menambah jumlah anak usaha yang siap diakuisisi.

Direktur Utama Kresna Graha Investama Michael Steven menambahkan, perseroan telah menyiapkan dana belanja (capex) sebesar Rp350-400 miliar untuk akuisisi anak usaha baru. Sekitar Rp50 miliar di antaranya akan diberikan sebagai penyertaan modal untuk Kresna Sekuritas, sehingga modal dari perusahaan efek itu meningkat jadi Rp 155 miliar.

Sisanya akan dipakai untuk akuisisi perusahaan digital lainnya. Di dalam pipeline perseroan, setidaknya ada lima sampai 10 perusahaan yang akan dibidik.

Gaet DAM dan M Cash, Alfamart Rambah Penjualan Produk Digital dalam Aplikasi

Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) menggandeng dua anak usaha Kresna Graha Investama, DAM Corp (Digital Artha Media) dan M Cash, untuk menyediakan produk digital di dalam aplikasi AlfaMikro yang diperuntukkan kepada para anggota Outlet Binaan Alfamart (OBA).

AlfaMikro memasukkan platform Wagon (Warung Goes Online) dari DAM Corp sebagai penyedia platform Payment Point Online Bank (PPOB) dengan dukungan M Cash sebagai agregrator konten digital. Wagon sendiri menyediakan layanan untuk pembelian pulsa, listrik, paket data internet, tiket perjalanan, belanja online, bayar asuransi, iuran jaminan kesehatan, hingga voucher game.

“Selama tiga tahun terakhir, kami mulai ke digital dengan dorong aplikasi kami seperti AlfaMikro. Selama ini dalam aplikasi tersebut baru menjual produk kelontong, sekarang bertambah ada produk digital sehingga OBA bisa mendapat tambahan komisi,” terang Business Development Director Alfamart Hans Harischandra Tanuraharjo, Selasa (27/2).

Pergeseran langkah ke digital ini, sambung Hans, adalah strategi perusahaan yang mulai mengurangi ekspansi gerai offline Alfamart di Indonesia. Menurutnya, ada banyak isu mulai dari sosial dan regulasi yang melatarbelakangi keputusan perusahaan tersebut. Disebutkan hingga tahun lalu jaringan Alfamart mencapai 13.477 gerai.

Kontribusi penjualan produk digital yang dihadirkan Alfamart, meski tidak disebutkan angka detailnya, setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

Diterangkan lebih lanjut, OBA adalah program CSR Alfamart yang sudah dijalankan sejak 2007 dan diklaim sudah merangkul 48 ribu pengusaha. AlfaMikro sendiri adalah salah satu pilar dari Alfamart Digital Extension, sekaligus media online bagi OBA dalam mewujudkan visi perusahaan untuk menjadi jaringan distribusi ritel terkemuka dengan memaksimalkan potensi dari toko tradisional. Pasalnya, toko tradisional berkontribusi terhadap 80 persen dari penjualan ritel kelontong secara nasional.

Managing Director DAM Corp Fanny Verona menambahkan kerja sama dengan Alfamart menjadi strategi perusahaan dalam mendukung UKM agar tetap turut serta dalam transformasi digital dan tidak tenggelam dalam perkembangan teknologi.

“Kami yakin melalui kerja sama ini akan mempercepat adopsi teknologi digital dan mendorong akselerasi industri fintech dalam menciptakan pemerataan ekonomi digital Indonesia,” ujar Fanny.

Dia mengungkapkan Wagon telah mengadopsi teknologi Blockchain, sehingga sistem menjadi lebih sederhana, aman, dan hack proof. Diklaim solusi ini dapat meningkatkan efisiensi sistem secara keseluruhan dan secara konsep data tidak dapat diubah dari luar.

Wagon diluncurkan secara soft lauch pada November 2017 dan kini Fanny menyebut jumlah agen Wagon telah mencapai 3 ribu orang yang tersebar di sekitar Jawa dan Bali. Dengan bertambahnya jumlah agen Wagon, setelah digabung dengan OBA dari Alfamart sebanyak 48 ribu, pihaknya menargetkan dapat menambah 50 ribu agen lagi sampai akhir tahun 2018.

“Kami juga akan tambah layanan pembelian tiket pesawat dalam Wagon, itu rencananya dalam tahun ini. Tujuan yang ingin kami sasar lewat Wagon adalah memperluas akses online kepada masyarakat unbanked lewat model bisnis O2O,” pungkas Fanny.