Uber Luncurkan Fitur Pembayaran Multi-Akun

Uber baru-baru ini memperkenalkan fitur pembayaran multi-akun untuk layanan taksi privatnya. Didapuk Family Profile, fitur ini ditujukan supaya pengguna bisa membayar ongkos perjalanan beberapa pengguna lain sekaligus dari satu akun, ideal untuk keluarga maupun teman dekat.

Fitur ini pada dasarnya mirip seperti Uber for Business yang belum lama diluncurkan secara resmi di Indonesia. Namun kalau Uber for Business secara spesifik ditujukan untuk perusahaan beserta karyawannya, Family Profile dimaksudkan untuk keperluan perseorangan beserta orang-orang dekatnya.

Meski namanya Family Profile, pengguna bebas mengatur siapa saja pengguna lain yang ingin mereka tadahi tagihan ongkosnya. Dari menu pengaturan, pengguna bisa memilih opsi “Add a Family Profile”, lalu menambahkan hingga 10 pengguna lain untuk dijadikan satu tagihannya ongkos perjalanannya.

Uber Family Profile

Jadi semisal anak Anda kerap memakai Uber untuk pulang dari sekolah atau kampus, ia bisa menikmati layanan Uber tanpa perlu bingung bagaimana membayarnya. Cukup pilih metode pembayaran menggunakan Family Profile, maka tagihan akan diteruskan menuju kartu kredit Anda selaku sang kepala keluarga dan organizer Family Profile.

Sejauh ini fitur Family Profile baru diterapkan di sejumlah kota di Amerika Serikat saja, dan belum ada estimasi jadwal perilisannya di kawasan lain. Namun ke depannya Uber sudah berencana untuk menjadikan fitur ini sebagai standar di aplikasi mobile-nya.

Sumber: TechCrunch dan Uber. Gambar header: Uber via Pexels.

Uber Manfaatkan Sensor Smartphone untuk Memverifikasi Komplain Penumpang

Baik itu Go-Jek ataupun Uber, tentunya tidak semua pengemudi bisa memberikan pelayanan yang sama baiknya. Mungkin ada sebagian yang bandel dan doyan mengebut, yang berujung pada penumpang merasa kurang nyaman selagi dalam perjalanan. Maka dari itu, layanan semacam ini pasti punya cara untuk menampung feedback dari penumpang terkait kinerja pengemudinya.

Kendati demikian, penumpang pun tidak selamanya benar. Mungkin ada sebagian yang memang kelewat parno dan memutuskan untuk memberi rating jelek buat sang pengemudi. Padahal faktanya si pengemudi tidak pernah menggenjot tunggangannya lebih dari 60 km/jam. Jadi selain menampung feedback, dibutuhkan juga cara untuk memverifikasi masukan dari para pengguna.

Dalam kasus Uber, startup terkaya sejagat tersebut punya cara yang unik untuk memverifikasi feedback pengguna. Mereka tengah menjalankan program uji coba dimana data dari sensor gyrometer milik smartphone pengemudi akan dianalisa untuk memastikan apakah ia benar-benar menyetir mobil seenak udelnya atau tidak.

Saat seorang penumpang komplain bahwa pengemudinya ugal-ugalan dan data menunjukkan hal yang sama, Uber akan segera mengambil tindakan. Sebaliknya, kalau ternyata data menunjukkan bahwa cara menyetir si pengemudi baik-baik saja, Uber akan memastikan bahwa rating keseluruhan pengemudi tersebut tidak terpengaruh oleh komplain satu pengguna yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Seiring berjalannya waktu, Uber berharap bisa memaksimalkan analisa data dari sensor smartphone ini guna meningkatkan aspek keselamatan lebih jauh lagi. Salah satu contohnya adalah menyediakan aksesori mounting buat para pengemudi ketika data menunjukkan bahwa mereka seringkali memindahkan smartphone-nya saat menyetir.

Secara keseluruhan, inovasi Uber ini tentunya akan membawa manfaat bagi pihak penumpang maupun pengemudi. Penumpang nantinya bisa merasa lebih aman karena Uber dapat memonitor para pengemudinya yang bandel, sedangkan buat para pengemudi, mereka tidak bakal dirugikan oleh review ngawur dari seorang penumpang.

Sumber: TheNextWeb dan Uber. Gambar header: Uber via Shutterstock.

Uber Manfaatkan Data Peta dari TomTom untuk Tingkatkan Kualitas Layanannya

Setelah dikabarkan tertarik membeli HERE Maps dari Nokia tapi gagal karena kalah modal dari BMW, Audi dan Daimler, Uber akhirnya banting setir mengincar layanan peta digital lain. Kali ini yang menjadi target adalah TomTom, dan usahanya pun berhasil.

Melalui sebuah siaran pers dari TomTom, dijelaskan bahwa perusahaan asal Belanda tersebut telah setuju untuk menyediakan data peta beserta informasi lalu lintas untuk dimanfaatkan Uber pada aplikasi smartphone-nya. Sejauh ini tidak ada keterangan berapa biaya yang dikucurkan Uber untuk mendapatkan lisensi penggunaan dari TomTom.

Namun hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah, layanan navigasi milik TomTom ini hanya akan dijumpai oleh para pengemudi yang bertugas di bawah bendera Uber di sekitar 300 kota, bukan penumpang seperti sebagian besar dari kita ini. Untuk penumpang, kita bakal tetap melihat Google Maps saat menentukan lokasi penjemputan dalam aplikasi Uber, baik di Android maupun iOS.

Ini sebenarnya bukan pertama kali Uber berusaha meningkatkan penggunaan peta digital dalam layanannya. Sebelum ini, Uber sempat mengakuisisi sebagian aset dari Bing Maps, sekaligus merekrut sekitar 100 karyawan Microsoft yang berada di divisi peta digitalnya.

Buat TomTom, kerja sama ini sekaligus menjadi bukti bahwa layanannya tidak cuma berperan untuk memajukan industri otomotif saja, tetapi juga industri teknologi melalui dua klien besarnya, yakni Apple dan Uber. Seperti yang kita tahu, layanan Apple Maps memanfaatkan data yang dikumpulkan oleh TomTom. Dan sekarang, Uber juga ikut menyusul, meski hanya dalam konteks pengemudi saja.

Sumber: New York Times. Gambar header: Uber via Shutterstock.

Saingi Uber, GrabCar Kini Siap Jemput Penumpang Ibu Kota

Startup yang melayani pemesanan taksi, GrabTaxi, tampaknya semakin agresif menghadapi persaingan bisnis yang ada. Bulan Mei kemarin, mereka memperkenalkan layanan baru bernama GrabBike guna bersaing dengan Go-Jek. Sekarang, giliran Uber yang ditarget lewat sebuah layanan baru, GrabCar. Continue reading Saingi Uber, GrabCar Kini Siap Jemput Penumpang Ibu Kota

Tarif Layanan ‘Taksi Privat’ Uber Bisa Semakin Ekonomis Berkat Teknologi Kemudi Otomatis

Setelah meluncurkan layanan UberX di Jakarta beberapa hari yang lalu, kini giliran markas besar Uber di AS yang mengumumkan proyek baru, yang nantinya bisa saja berujung pada semakin ekonomisnya tarif layanan ‘taksi privat’ milik Uber. Continue reading Tarif Layanan ‘Taksi Privat’ Uber Bisa Semakin Ekonomis Berkat Teknologi Kemudi Otomatis