Daftar Turnamen Esports Terpopuler Bulan Februari 2021

Tahun 2021 baru dimulai, begitu juga dengan berbagai turnamen esports yang memulai musim kompetisi barunya. Sejak bulan Februari 2021 lalu, beberapa game esports sudah memulai musim kompetisi mereka. Hal tersebut pun memancing rasa penasaran tersendiri, siapa turnamen esports terpopuler di bulan Februari 2021 kemarin? Mengutip data dari Esports Charts, berikut daftarnya.

 

#5 – LCK Spring 2021

Sumber Gambar - Esports Charts
Daftar 5 tayangan LCK terpopuler. Seperti yang Anda lihat, tayangan bulan Januari masih jadi yang paling perkasa sementara tayangan bulan Februari hanya ada di peringkat 4 saja. Sumber Gambar – Esports Charts.

Pada bulan-bulan sebelumnya, Liga LoL Korea (LCK) kerap tampil perkasa dari segi catatan peak viewers bulanan. Sayangnya LCK harus puas hanya berada di peringkat 5 saja bulan Februari ini. Pertandingan dengan peak viewers terbanyak bulan Februari 2021 ini adalah pertandingan antara T1 melawan Nongshim RedForce dengan catatan 525 ribu peak viewers lebih. Secara historis, penampilan T1 memang menjadi yang paling ditunggu dari liga LoL Korea. Hal tersebut terlihat dari kehadiran T1 di lima 5 pertandingan LCK dengan catatan peak viewers tertinggi.

Pertandingan antara T1 melawan Damwon Gaming di pekan pertama LCK masih belum bisa disalip. Pertandingan yang terselenggara bulan Januari tersebut berhasil mencatatkan 800 ribu lebih peak viewers dan mengisi peringkat 3 di daftar turnamen esports terpopuler bulan Januari 2021. Perubahan branding dan format menjadi liga franchise sepertinya tidak secara instan mendongkrak performa viewership dari LCK. Terlepas dari semua itu kehadiran LCK di dalam daftar ini masih membuktikan posisi League of Legends sebagai salah satu game esports utama secara internasional. Apalagi LCK sendiri juga hampir tidak pernah keluar dari daftar turnamen esports terpopuler bulanan.

 

#4 – BLAST Premier Spring 2021

Sumber Gambar - Esports Charts
Sumber Gambar – Esports Charts.

Selain League of Legends, CS:GO juga merupakan game esports lain yang bisa digolongkan sebagai game esports utama. Pada bulan ini, salah satu turnamen CS:GO yang masuk ke dalam daftar adalah BLAST Premier Spring 2021. Pertandingan yang membuat turnamen ini masuk ke dalam daftar adalah pertemuan antara FaZe Clan melawan NAVI yang mencatatkan 543 ribu lebih peak viewers pada tanggal 13 Februari 2021 kemarin.

Masih seperti sebelum-sebelumnya, bahasa Russia dan Portugis menjadi dua tayangan berbahasa lokal dengan catatan peak viewers terbanyak selain bahasa Inggris. Tayangan bahasa Russia mencatatkan 155 peak viewers lebih, sementara bahasa portugis mencatatkan 138 peak viewers lebih. Catatan tersebut jadi cukup wajar mengingat tim NAVI yang memang punya fanbase kuat di kawasan Rusia dan sekitarnya. Pada sisi lain, FaZe Clan memiliki Coldzera asal Brazil sebagai roster utama yang berpotensi banyak penonton berbahasa Portugis.

 

#3 – LEC Spring 2021

Sumber Gambar - Esports Charts
Sumber Gambar – Esports Charts.

Liga LoL Eropa (LEC) kali ini masuk di dalam peringkat ke-3 dari daftar turnamen esports terpopuler bulan Februari 2021. Pertandingan yang membuat liga ini masuk ke dalam daftar masih merupakan pertemuan paling ikonik dari skena kompetitif League of Legends di Eropa, yaitu G2 melawan Fnatic. Pertandingan tersebut merupakan pertandingan pekan ketiga LEC yang diselenggraakan 6 Februari 2021 kemarin dengan catatan 582 ribu lebih peak viewers.

Apabila ditilik lebih jauh, tayangan berbahasa Inggris masih menjadi primadona dari liga LEC 2021. Menurut catatan Esports Charts ada 361 ribu peak viewers lebih yang menonton tayangan LEC berbahasa Inggris. Tayangan bahasa lokal masih terpaut cukup jauh ketimbang tayangan bahasa Inggris. Pada peringkat 2 ada tayangan bahasa Prancis dengan 72 ribu peak viewers lebih dan tayangan bahasa Spanyol dengan 71 ribu peak viewers lebih di peringkat ke 3.

 

#2 IEM Katowice 2021

Sumber Gambar - Esports Charts
Sumber Gambar – Esports Charts.

CS:GO kembali muncul lagi di dalam daftar ini. Kali ini ada salah satu turnamen esports CS:GO terakbar yaitu Intel Extreme Masters Katowice 2021. Pertemuan antara NAVI dengan Team Liquid adalah pertandingan yang membawa IEM Katowice ke dalam daftar ini. Pertandingan yang diselenggarakan 21 Februari 2021 kemarin mencatatkan 596 ribu peak viewers dan merupakan pertandingan babak grup.

Menariknya, pertandingan babak Grand Final dari IEM Katowice justru kalah dari segi catatan peak viewers. Pertandingan Grand Final yang mempertemukan Gambit Esports dengan VP hanya mencatatkan 417K peak viewers dan berada di peringkat 4 dari 5 pertandingan IEM Katowice 2021 terpopuler. Tapi memang, pertemuan NAVI dengan Liquid menyajikan pertandingan yang sengit bahkan sampai memaksa hadirnya babak overtime pada game 3. Sementara pada sisi lain, walaupun Virtus Pro sempat memberi perlawanan di game 1 tetapi Gambit Esports berhasil melibas 3 game sisanya dengan dominasi yang kuat pada pertandingan Grand Final.

 

#1 MPL Indonesia Season 7

Sumber Gambar - Esports Charts
RRQ vs Bigetron Alpha adalah pertandingan MPL ID paling populer. Namun pertandingan tersebut terselenggara di bulan Maret sehingga yangmasuk ke dalam daftar ini adalah RRQ vs Alter Ego yang terselenggara bulan Februari 2021. Sumber Gambar – Esports Charts.

Nama yang cukup tidak terduga kali ini ada di peringkat pertama dari daftar turnamen esports di bulan Februari 2021. Nama tersebut adalah Mobile Legends: Bang Bang Professional League: Indonesia Season 7 (MPL ID Season 7). Esports MLBB sebenarnya sudah beberapa kali masuk ke dalam daftar turnamen esports terpopuler bulanan. Tetapi bulan ini mungkin adalah bulan pertama bagi MPL Indonesia bisa menjadi pemuncak daftar turnamen esports terpopuler versi Esports Charts.

Pertandingan yang membuat MPL ID Season 7 berada di dalam daftar ini adalah pertandingan di pekan pertama antara RRQ dengan Alter Ego yang diselenggarakan 27 Februari 2021 kemarin. Pertandingan tersebut berhasil mencatatkan 613 ribu lebih peak viewers. Pertandingan itu sendiri sebenarnya merupakan pertandingan terpopuler ke-3 dari daftar 5 pertandingan MPL Indonesia terpopuler. Pada peringkat pertama ada pertandingan antara RRQ melawan Bigetron Alpha yang terselenggara pekan lalu, 7 Maret 2021. Melihat angka yang ditorehkan, MPL ID Season 7 sepertinya punya kemungkinan yang besar masuk lagi ke dalam daftar turnamen esports terpopuler bulan Maret 2021 nanti.

 

Mobile Legends: Bang Bang Telah Menjadi Bagian Dari Game Esports Utama?

Sumber Gambar - Esports Charts
Sumber Gambar – Esports Charts

Mobile Legends: Bang-Bang berhasil mempertahankan namanya di dalam daftar turnamen esports terpopuler bulanan, bahkan MPL ID berhasil mengisi peringkat pertama di daftar bulan Februari 2021 ini. Pencapaian tersebut adalah sesuatu yang patut dibanggakan oleh ekosistem esports Indonesia. Hal tersebut mengingat banyaknya jumlah penonton tayangan MPL berbahasa Indonesia berhasil menyalip liga-liga esports game PC yang sudah jadi tontonan internasional, seperti League of Legends ataupun CS:GO.

*Disclosure: Esports Charts adalah Partner dari Hybrid.co.id.

Daftar Turnamen Esports Terpopuler Bulan Januari 2021

Ekosistem esports mengawali tahun 2021 dengan cukup meriah lewat kehadiran beberapa turnamen-turnamen besar. Bagi penggemar esports tanah air, turnamen seperti M2 MLBB World Championship ataupun PMGC Season 0 bisa dibilang menjadi tontonan wajib karena kehadiran tim Indonesia yang tangguh di kedua turnamen tersebut.

Walaupun dua turnamen tersebut penting bagi penonton Indonesia, tetapi seberapa populer turnamen tersebut apabila kita lihat dalam skala internasional? Mari kita bedah berdasarkan dari daftar turnamen esports terpopuler di bulan Januari 2021 yang dibuat oleh Esports Charts.

 

#5 – LEC Spring 2021

Sumber Gambar - Esports Charts.
Overall peak viewers di gambar adalah pertandingan yang dilakukan pada bulan Februari 2021 sehingga tidak terhitung sebagai turnamen terpopuler bulan Januari.Sumber Gambar – Esports Charts.

Pertandingan esports League of Legends tampaknya masih menjadi salah satu tontonan pertandingan terfavorit penonton barat. Ada liga LoL Eropa bertajuk LEC yang berhasil mengisi peringkat 5 dari daftar turnamen esports terpopuler bulan Januari 2021. Pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak di bulan Januari 2021 adalah tayangan perdana LEC 2021 – Spring yang mempertemukan G2 Esports dengan Mad Lions. Pertandingan tersebut berhasil mencatatkan 574 ribu lebih peak viewers.

Sejauh ini G2 Esports menjadi organisasi esports yang lekat dengan fans LEC karena posisinya sebagai salah satu tim League of Legends terkuat di Eropa. Dari sisi bahasa, jumlah penonton terbanyak masih didominasi oleh tayangan berbahasa Inggris dengan total 361 ribu lebih peak viewers. Menyusul di bawahnya ada tayangan berbahasa Prancis dengan 71 ribu lebih peak viewers dan tayangan berbahasa Spanyol dengan jumlah hampir mendekati.

 

#4 – BLAST Premier Global Final 2020

Sumber Gambar - Esports Charts.
Sumber Gambar – Esports Charts.

Selain League of Legends, CS:GO juga merupakan tontonan esports lain yang menjadi favorit. BLAST Premier Global Final adalah salah satu turnamen yang berhasil menyodok ke peringkat 4 ke dalam daftar turnamen esports terpopuler bulan Januari 2021. Pertandingan antara NAVI melawan Team Vitality berhasil mencetak rekor sebagai pertandingan BLAST Premier Global Finals terpopuler karena mencatatkan 687 ribu lebih peak viewers. Menariknya pertandingan tersebut justru bukanlah pertandingan babak Grand Final, melainkan babak Lower Bracket. Tapi memang pertandingan tersebut berjalan sengit dengan skor 2-1 untuk NAVI dari seri pertandingan best of 3. Pada sisi lain, babak Grand Final cenderung terkesan membosankan karena Astralis dilibas NAVI 0-2 dari seri pertandingan best of 3.

Selain tayangan bahasa Inggris, bahasa Russia dan Portugis adalah dua tayangan bahasa lokal terpopuler di BLAST Premier. Tayangan bahasa Inggris ada di peringkat pertama dengan 340 ribu lebih peak viewers, Russia dengan 235 lebih peak viewers, dan Portugis dengan 218 lebih peak viewers. Catatan data tersebut semakin menegaskan posisi CS:GO sebagai esports yang populer di Russia dan sekitarnya serta negara-negara yang menggunakan bahasa Portugis (Brazil ataupun negara Amerika Latin lainnya). Namun, tentu juga dengan tanpa melupakan posisi NAVI sebagai salah satu tim CS:GO kebanggan Russia dan sekitarnya.

 

#3 – LCK Spring 2021

Sumber Gambar - Esports Charts.
Sumber Gambar – Esports Charts.

League of Legends kembali masuk ke dalam daftar, kali ini ada liga LoL Korea Selatan yang bertajuk LCK. Ibarat Liga Inggris di dunia sepak bola, LCK kerap kali dianggap sebagai kiblat dari dunia esports League of Legends karena persaingan yang ketat dan kemampuan pemainnya yang kadang di luar nalar. Maka dari itu jadi tidak heran kalau liga LCK cenderung lebih populer dibanding liga LEC. Liga LCK berhasil mencatatkan jumlah penonton terbanyak sejumlah 802 ribu lebih peak viewers pada 15 Januari 2021 lalu pada pertandingan antara T1 dengan Damwon Gaming KIA.

Pertemuan dua tim tersebut dapat dikatakan sebagai pertemuan yang ditunggu-tunggu penonton sejauh ini. Hal tersebut mengingat pertemuan kedua tim itu menampilkan pesona kemampuan Faker dari T1 dan pesona tim yang berhasil menjadi juara dunia pada tahun 2020 kemarin. Jumlah penonton terbanyak masih datang dari tayangan berbahasa Korea dengan catatan sejumlah 524 ribu lebih peak viewers. Mengikuti di belakangnya ada tayangan berbahasa Inggris dengan catatan sejumlah 212 lebih peak viewers.

 

#2  – PMGC 2020 Season 0

Sumber Gambar - Esports Charts.
Catatan viewership di dalam gambar menyertakan jumlah viewers Nimo TV. Sumber Gambar – Esports Charts.

Bulan Januari 2021 ini adalah kali kesekian jumlah penonton turnamen game mobile menyalip pertandingan esports game PC. Pertandingan PMGC 2020 Season 0 berhasil mengisi peringkat runner-up dengan catatan sejumlah 1,4 juta lebih peak viewers pada pertandingan ronde ke-24 di hari terakhir pertandingan 26 Januari 2021 lalu. Mengutip dari Esports Charts catatan peak viewers tersebut merupakan catatan penonton terbanyak tanpa menyertakan dari jumlah viewers Nimo TV. Pertandingan PMGC 2020 Season 0 sendiri berhasil mencatatkan 3,8 juta peak viewers apabila menyertakan viewers dari Nimo TV.

Tayangan berbahasa Indonesia masih menjadi tayangan paling favorit dari sekitar 15 tayangan berbahasa lokal yang disajikan oleh sang penyelenggara turnamen. Tayangan berbahasa Indonesia berhasil mencatatkan 2,1 juta lebih peak viewers yang menyertakan viewers dari Nimo TV. Pada tanggal 2 Februari 2021 lalu, saya sempat membahas lebih lanjut seputar viewership PMGC 2020 Season 0. Anda bisa pergi ke tautan berikut ini apabila Anda ingin membacanya.

 

#1 M2 MLBB World Championship

Sumber Gambar - Esports Charts.
Catatan viewership di dalam gambar menyertakan jumlah viewers Nimo TV. Sumber Gambar – Esports Charts.

Pada peringkat pertama ada pertandingan M2 MLBB World Championship yang berhasil menciptakan juara baru yaitu Bren Esports dari Filipina. Hasil catatan tersebut kembali menjadi bukti kekuatan viewers esports game mobile dibanding dengan esports game PC. M2 MLBB World Championship berhasil mencatatkan 2,8 juta lebih peak viewers lewat pertandingan Grand Final antara Bren Esports melawan Burmese Ghouls yang berlangsung tanggal 24 Januari 2021 lalu. Catatan tersebut lagi-lagi tidak menyertakan viewers dari Nimo TV. Keseluruhan jumlah viewers M2 MLBB World Championship sendiri mencapai 3,8 juta peak viewers apabila menyertakan viewers dari Nimo TV.

Seperti PUBG Mobile, tayangan berbahasa Indonesia juga menjadi tayangan favorit dari turnamen esports MLBB tingkat internasional tersebut. Tayangan berbahasa Indonesia berhasil mencatatkan 1,8 juta lebih peak viewers, lalu diikuti oleh tayangan berbahasa Filipina di peringkat kedua dengan 1 juta lebih peak viewers, dan tayangan berbahasa Myanmar dengan 946 ribu lebih peak viewers.

 

Melihat Lebih Jauh Persaingan Esports Game Mobile vs Esports Game PC

Sumber Gambar - Esports Charts.
Turnamen esports terpopuler bulan Januari 2021 yang telah dirangkum oleh Esports Charts. Sumber Gambar – Esports Charts.

Pencapaian PMGC dan M2 MLBB World Championship yang berhasil menyalip skena esports sebesar LoL dan CS:GO di bulan Januari 2021 tentu merupakan pencapaian yang patut diapresiasi. Apalagi juga mengingat mayoritas viewers datang dari tayangan berbahasa Indonesia. Hal tersebut kembali menguatkan opini saya soal posisi negara kita yang mungkin akan menjadi pusat perkembangan ekosistem esports game mobile di masa dpean.

Namun terlepas dari itu, patut diingat juga bahwa perjalanan esports mobile untuk menjadi pertandingan esports terpopuler di dunia masih tergolong panjang. Kalau boleh jujur, perbandingan antara viewership pertandingan Regular Season liga LCK yang bersifat lokal dengan babak final PMGC Season 0 ataupun M2 MLBB World Championship yang bersifat internasional sebenarnya tergolong tidak sebanding.

Sumber Gambar - Esports Charts.
LoL Worlds 2020 yang tercatat sebagai salah satu turnamen esports dengan catatan viewership paling mengagumkan. Sumber Gambar – Esports Charts.

Sejauh ini, jumlah penonton M2 World Championship dan PMGC 2020 tergolong masih cukup jauh apabila dibandingkan dengan pertandingan esports game PC tingkat dunia; LoL World Championship 2020 misalnya. Worlds 2020 berhasil mencatatkan 3,8 juta lebih peak viewers pada bulan Oktober 2020 lalu. Selain itu, catatan angka total hours watch pertandingan tersebut juga tergolong istimewa dengan 139 juta lebih total hours watch.

Selain peak viewers, total hours watch adalah salah satu indikator penting yang menggambarkan tingkat ketertarikan penonton menyaksikan pertandingan esports secara kasar. Sejauh ini, M2 World Championship dan PMGC Season 0 masih kalah telak dari segi total hours watch dibanding LoL Worlds 2020. Kedua turnamen tersebut masing-masing mencatatkan 42 juta dan 64 juta lebih total hours watch saja, masih terpaut dua kali lipat lebih sedikit dibanding Worlds 2020.

*Disclosure: Esports Charts adalah Partner dari Hybrid.co.id.

Sumber Gambar Utama – Official Moonton

Riot Korea Membuat Reality Show Pencarian Bakat League of Legends

Soal regenerasi memang masih menjadi pembahasan penting di dalam ekosistem esports. Sejauh ini, ekosistem sudah mulai mempertimbangkan soal regenerasi lewat beberapa cara. Liga kasta kedua seperti MLBB Developmental League jadi salah satu contoh. Tapi selain itu ada juga yang mencoba hadir dengan konsep unik, menggabungkan esports dengan Reality Show.

Dalam skena lokal, kita sudah melihat First Warriors, sebuah kompetisi esports Free Fire dalam balutan acara Reality Show yang dibesut oleh First Media. Pada skena internasional, ada Riot Korea kini akan membuat sebuah Reality Show ala televisi, untuk mencari bintang League of Legends baru.

Acara tersebut bernama LoL THE NEXT, yang akan diselenggarakan dengan konsep Reality Show ala K-Pop. Dalam kompetisi ini, akan ada 100 pemain League of Legends dengan rank Diamond, beradu melalui audisi yang ketat. Nantinya hanya diambil 10 pemain saja, yang akan dibagi ke dalam 2 tim.

Sepuluh pemain yang tersisa ini akan dilatih oleh para pemain LoL profesional Korea Selatan. Untuk saat ini ada empat sosok yang akan menjadi mentor bagi tim-tim tersebut. Ada Lee Jae-wan (Wolf), Heo Won-seok (PawN), Kim Jong-in (PraY), dan Jang Gyeong-hwan (MaRin). Pembuktian terakhir akan dilakukan di LoL Park, rumah dari gelaran salah satu kompetisi League of Legends kasta satu dunia, LCK.

Tim yang berhasil menjadi juara akan mendapatkan semacam “kesempatan khusus” dan juga hadiah sebesar 50 juta won Korea (sekitar 600 juta rupiah). Menarik melihat apa yang akan disajikan oleh Riot Korea untuk ekosistem esports League of Legends di sana. Tak sekadar menarik, konsep seperti ini mungkin bisa membantu esports agar dikenal khalayak umum, karena masyarakat Korea Selatan yang terbilang terbiasa dengan ajang pencarian bakat ala K-Pop.

LCK kembali diadakan.
Mencari siapa yang akan jadi Faker berikutnya mungkin masih jadi hal tersulit bagi liga LCK hingga saat ini. Sumber: Riot Games

Korea Selatan sendiri memang bisa dibilang sebagai salah satu kiblat dari ekosistem League of Legends. Terakhir kali, perubahan besar yang terjadi di sana adalah sistem liga LCK, yang berubah dari liga terbuka menjadi Franchise Model untuk tahun 2021. Pengumuman ini langsung segera menarik minat organisasi barat seperti FaZe Clan atau NRG Esports, walau pada akhirnya hanya organisasi asal Korea Selatan saja yang mendaftar untuk liga Franchise LCK 2021.

MPL Invitational Salip Jumlah Penonton LCK di Bulan Juni

Selama masa pandemi, satu yang tidak bisa dipungkiri adalah meningkatnya kebutuhan masyarakat akan konten hiburan. Ini terjadi karena kebanyakan masyarakat harus tetap berada di rumah sambil menerapkan perilaku Social Distancing. Maka dari itu, seperti dilaporkan IDC, jumlah penonton turnamen esports juga jadi meningkat 2 kali lipat selama situasi pandemi COVID-19 terjadi.

Peningkatan ini ternyata juga berdampak kepada salah satu kompetisi yang besar di skena lokal, Mobile Legends. Peningkatannya cukup drastis, bahkan sampai menyalip liga League of Legends kasta satu dunia, LCK. Data ini dirangkum oleh Esports Charts, yang berisikan turnamen paling populer di bulan Juni 2020.

Dari data yang dikumpulkan ditemukan bahwa MPL Invitational 4 Nation Cup bertengger di peringkat 1, dengan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan (Peak Viewers) sebanyak 705.508 orang. Sementara yang berada di peringkat 2 adalah LCK Summer, dengan Peak Viewers sebanyak 672.362 orang.

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Ini menjadi menarik, karena pada satu sisi penonton MPL Invitational sendiri didominasi oleh penonton lokal Indonesia, sementara LCK disajikan untuk khalayak global dengan tayangan berbahasa Inggris. Lalu jika dibandingkan dari sisi fase pertandingan, LCK bahkan bisa dibilang punya posisi yang lebih penting.

Jumlah penonton terbanyak LCK Summer bulan Juni diambil dari pertandingan pembuka pada tanggal 17 Juni 2020, antara T1 melawan DRX. Sementara jumlah penonton terbanyak MPL Invitational malah datang dari pertandingan yang terbilang biasa saja. Yaitu pertandingan pada Week 1 Day 2 di tanggal 20 Juni 2020, yang mempertemukan antara EVOS.SG dengan GeekFam ID.

Potensi penonton esports Mobile Legends Indonesia juga sebenarnya bisa lebih besar lagi, karena El Clasico RRQ vs EVOS pada Playoff Day 1 berhasil menyentuh angka 1.032.379 orang penonton. Namun berhubung pertandingan tersebut berlangsung di bulan Juli, maka datanya tidak dimasukkan ke dalam rangkuman bulan Juni ini.

Mobile Legends Profesional League
Penonton MPL Indonesia memang sangat banyak dan terkenal fanatik. Ini terbukti lewat catatan jumlah penonton MPL Invitational yang berhasil menyalip penonton liga LoL kasta satu, LCK. Dokumentasi: MPL Indonesia

Selain dua turnamen tersebut berlanjut di peringkat 3 ada BLAST Premier Spring American Finals dengan Peak Viewers sebanyak 504.741 orang, LEC Summer dengan Peak Viewers sebanyak 493.632 orang, dan Arena of Valor Premier League dengan Peak Viewers sebanyak 412.245 orang.

Menariknya data bulan Juni ini menunjukkan bagaimana persaingan antara esports mobile game memiliki jumlah penonton turnamen yang begitu bersaing, bahkan dengan esports game PC kasta satu seperti League of Legends dan CS:GO.

Melihat ini, apakah esports game mobile benar-benar akan menjadi tren berikutnya dan melibas esports game PC? Atau keduanya akan berdiri bersandingan, dengan pasar mereka masing masing?

Gamer Republic Mencari Pendanaan melalui Crowdfunding untuk Bergabung ke Franchise LCK 2021

Sebuah perusahaan startup yang bermarkas di negara bagian California, Amerika Serikat, Gamer Republic, membuka campaign di crowdfunding platform Kickstarter. Inisiatif yang dilakukan perusahaan yang ingin berlaga di gelaran LCK musim 2021 terbilang baru, tidak biasa, dan mengejutkan.

Jika ditelisik dari sisi bisnis, penggunaan crowdfunding platform untuk mencari pendanaan proyek ataupun merintis usaha bukanlah hal yang baru. Campaign yang baru-baru ini dimulai menuai juga berbagai respon dari komunitas gamers League of Legends.

via: leagueoflegends.com
via: leagueoflegends.com

Beberapa waktu yang lalu diumumkan bahwa LCK akan beralih ke sistem franchise. Korea Selatan adalah salah satu region liga League of Legends profesional terakhir yang akan beralih ke sistem franchise. Tidak seperti pada sistem sebelumnya, sistem franchise akan membuat tim yang berpartisipasi tidak lagi harus menghadapi tekanan yang tinggi akan kemungkinan turun kasta. Dengan demikian tim-tim akan lebih tenang dan berfokus lebih pada pengembangan roster dan bisnis secara jangka panjang.

Menurut informasi yang tersedia di laman Kickstarter, untuk mendukung operasinya di waktu mendatang Gamer Republic menargetkan diri untk dapat mengumpulkan dana  sebasar 20 juta Dolar Amerika. Secara garis besar pendanaan yang berhasil terkumpul akan dialokasikan masing-masing sebesar 10 juta guna membiayai pengajuan franchise slot di League of legends Championship Korea 2021 dan biaya operasional tim selama dua tahun ke depan.

via: kickstarter.com
via: kickstarter.com

Adapun sebuah konsep baru yang ditawarkan oleh Gamer Republic adalah partipasi pendana dalam pengambilan kebijakan. Dengan sejumlah tingkatan dari partisipasi pendanaan, Anda akan memiliki akses untuk berkontribusi pada jalannya operasional tim.

Lebih jauh lagi, sistem membership yang ditawarkan Gamer Republic memberikan Anda, pertama-tama, peluang menentukan siapa saja yang pantas duduk sebagai coach dan manager. Setelahnya akan dilanjutkan dengan memberikan pencarian dan penentuan roster.Semua hal di atas akan menajadi sebuah disrupsi di skena esport secara global.

via: twitter FPX_Esports
via: twitter FPX_Esports

Di waktu bersamaan, sebuah team management paltform akan dipersiapkan untuk mewujdukan partisipasi yang nyata dari member. Sebelum sebuah keputusan dapat diambil, member akan disuguhkan bermacam data yang komprehensif untuk dapat menimbang dan menentukan kebijakan yang mempengaruhi tim.

Nantinya di akhir musim, akan ada sistem skoring internal dan pemberian reward bagi member terbaik. Terlebih, jika tim finis dengan prestasi yang baik dan memenangkan hadiah uang, member juga akan mendapatkan bagian dari hadiah uang yang dimenangkan oleh tim sesuai dengan tingkat partisipasi pendanaan.

21 Tim yang Dikabarkan Bergabung ke Franchise LCK

Sebagai salah satu liga LoL paling bergengsi di dunia, perubahan sistem dari promosi-relegasi pada League of Legends Champions Korea (LCK) menjadi Franchise Model di tahun 2021, tentu jadi berita heboh. Tidak heran, walau dikabarkan memiliki biaya sampai dengan 175 miliar Rupiah, namun slot untuk bertanding di LCK tetap diperebutkan. Sebelumnya, Gen.G dikabarkan menjadi tim pertama yang akan masuk ke dalam liga. Ada kabar juga menyebutkan bahwa organisasi esports barat seperti FaZe Clan dan NRG Esports juga memiliki minat untuk bergabung.

Setelah pertama kali diumumkan April 2020 lalu, kini akhirnya terungkap, siapa saja tim yang akan bergabung ke dalam Franchise Model LCK. Informasi ini pertama kali diungkap oleh situs media esports asal Korea bernama Korizon. Lewat akun twit bernama @KorizonEsports, media tersebut mengungkap 21 organisasi dan tim yang telah mengirimkan aplikasi mereka untuk bergabung ke dalam Franchise Model LCK.

Dari daftar tersebut, hampir semua tim peserta LCK dan Challengers Korea (liga Korea divisi 2) saat ini (kecuali Griffin) telah mendaftar. Beberapa nama populer lain mungkin sudah mendaftar, namun aplikasinya tidak memenuhi syarat sehingga jadi ditolak. Berikut daftar 21 tim tersebut:

  1. T1
  2. Gen.G
  3. DRX
  4. Damwon Gaming
  5. KT Rolster
  6. Afreeca Freecs
  7. SeolHaeOne Prince
  8. Hanwha Life Esports
  9. Team Dynamics
  10. Sandbox Gaming
  11. ESC Shane
  12. Speargaming
  13. Element Mystic
  14. OZ Gaming
  15. Jin Air Greenwings
  16. Runaway
  17. Gamer Republic, Inc.
  18. Omaken Sports
  19. World Game Star
  20. WDG
  21. Treasure Hunter/KnightsGG

Menariknya, nama-nama barat seperti FaZe Clan dan NRG Esports yang sebelumnya dikabarkan mengirimkan letters of intent, ternyata tidak ada dalam daftar. Mengutip dari media Korea lainnya, Fomos, dua tim tersebut, dan juga Pittsburgh Knights dikabarkan tidak jadi melakukan aplikasi masuk ke dalam LCK.

Sumber: LCK Official
Sumber: LCK Official

Walau ini adalah perubahan baru bagi LCK, namun liga LoL asal Korea tersebut menjadi liga terakhir yang mengubah sistemnya menjadi franchise model dari keseluruhan ekosistem League of Legends. Sebelumnya liga Amerika Serikat, LCS, dan liga Eropa, LEC, sudah lebih dulu menerapkan sistem ini sejak dari sekitar tahun 2017 lalu.

Selain harus membayar biaya franchise sebesar 175 miliar Rupiah, perubahan sistem ini juga memberi kewajiban minimal gaji pemain kepada tim peserta, yaitu 60 juta won Korea (sekitar 698 juta Rupiah) per tahun.

Biaya Liga Franchise LCK Dikabarkan Mencapai 175 Miliar Rupiah

Tanggal 6 April 2020 kemarin, diumumkan bahwa liga LoL Korea Selatan (LCK) berubah model dari promosi-relegasi menjadi sistem liga tertutup atau franchise model di tahun 2021. Perubahan ini menjadi berita yang cukup besar, karena LCK terbilang sebagai salah satu kiblat skena kompetitif League of Legends internasional.

Ketika diumumkan, besaran harga untuk memasuki liga ini masih belum diinformasikan, tetapi Gen.G sudah memiliki indikasi keingingan untuk masuk ke dalamnya. 17 Juni 2020 kemarin, Esports Observer akhirnya mendapatkan informasi bahwa biaya liga franchise LCK adalah sebesar 10 miliar Won Korea (sekitar 116 miliar Rupiah) untuk tim yang bertanding di LCK sebelumnya.

Untuk tim yang ingin memasuki LCK, biaya investasi yang harus dibayarkan akan lebih besar, yaitu sekitar 12 hingga 15 miliar won Korea (sekitar 140 hingga 175 miliar Rupiah). Namun, Esports Observer mengatakan bahwa besaran biaya tersebut masih dalam diskusi bersama dengan para pemangku kepentingan, yang berpendapat biaya investasi untuk pendatang baru seharusnya lebih tinggi lagi. Secara kasar, biaya ini terbilang lebih murah. Ini mengingat LCS (liga LoL AS) bahkan mematok biaya yang lebih besar, yaitu US$25 juta (sekitar 354 miliar Rupiah) pada tahun 2017.

Dengan perubahan sistem ini, maka LCK akan menghilangkan sistem promosi-relegasi. Sebagai gantinya, LCK akan menghadirkan liga akademi, sistem bagi hasil keuntungan liga kepada tim peserta, dan ketentuan minimal gaji tahunan bagi pemain tim peserta LCK sebesar 60 juta won Korea (sekitar 698 juta Rupiah).

Melihat perubahan sistem dan rekam jejak 10 tim peserta LCK sebelumnya, mungkin setidaknya sudah ada 2 tim yang kemungkinan besar masuk ke dalam liga. Dua tim tersebut adalah T1 yang juga dimiliki oleh Comcast Spectator, dan tentunya Gen.G Esports yang memiliki Dennis Wong dan Silicon Valley Bank sebagai investor.

Sumber: LCK Official
Tim peserta LCK Spring 2020. Sumber: LCK Official

Selain tim dari Korea Selatan sendiri, dikabarkan bahwa tim luar Amerika Serikat juga memiliki ketertarikan untuk masuk ke dalam liga LCK. Masih dari Esports Observer yang mengutip dari media lokal Korea, Fomos, ada dua organisasi esports asal Amerika Utara yang mengirimkan surat tanda ketertarikan. Dua organisasi tersebut adalah NRG Esports dan FaZe Clan.

Kira-kira bagaimana dampak perubahan sistem ini terhadap skena kompetitif League of Legends di Korea Selatan? Satu kemungkinan yang bisa terjadi adalah, kita juga akan melihat organisasi esports asal barat, turut mengikuti liga LoL asal Korea Selatan tersebut.

League of Legends Mid-Season Streamathon Jadi Ajang Galang Dana Penanggulangan COVID-19

Memasuki pertengahan tahun, penggemar esports League of Legends biasanya sudah gegap gempita dengan kehadiran kompetisi internasional paruh-tahun, Mid-Season Invitational. Namun demikian, pandemi COVID-19 mengubah segalanya. Walau LoL Worlds 2020 dikabarkan akan tetap berjalan pada Oktober 2020 mendatang, namun Mid-Season Invitational 2020 yang seharusnya diadakan bulan Juli 2020 harus tetap dibatalkan.

Namun, Anda penggemar esports League of Legends tak usah khawatir, karena sebagai gantinya Riot menyiapkan sajian Mid-Season Streamathon untuk mengisi kekosongan. Seperti namanya, Mid-Season Streamathon menampilkan tayangan League of Legends selama 48 jam dengan jadwal non-stop.

Sumber: VCS Official
Selain sajian LPL vs LCK, aksi EVOS Esports dari liga VCS Vietnam juga jadi hal lain yang patut disaksikan dari tayangan League of Legends Mid-Season Streamathon. Sumber: VCS Official

Selama jadwal tersebut, Anda bisa menikmati berbagai macam tayangan pertandingan League of Legends dari berbagai regional, termasuk sajian rivalitas dua regional terpanas di League of Legends antara LPL vs LCK.

Tidak hanya itu saja, bagi penikmat skena kompetitif League of Legends Asia Tenggara, Mid-Season Streamathon juga menyajikan pertandingan antara dua liga besar di wilayah Asia Pasific, yaitu pertandingan antara liga PCS (SEA-APAC) melawan liga VCS (Vietnam). Liga PCS diwakili oleh Talon Esports asal Hong Kong dan Machi Esports asal Taiwan, sementara liga VCS akan diwakili oleh EVOS Esports dan juga Team Flash.

Mid-Season Streamathon diselenggarakan mulai tanggal 27 hingga 31 Mei 2020, berikut jadwalnya.

Sumber: Riot Games
Sumber: Riot Games

Gelaran Mid-Season Streamathon juga akan menjadi ajang galang dana untuk meringankan beban perjuangan melawan wabah pandemi COVID-19. Para penggemar bisa turut berpartisipasi, yang mana donasi tersebut nantinya akan didistribusikan oleh Riot Games Social Impact Fund kepada beberapa organisasi yaitu ImpactAssets COVID Response Fund dan GlobalGiving Coronavirus Relief Fund. Nantinya dana tersebut akan digunakan untuk membantu para pekerja medis yang bertarung di lini depan melawan pandemi yang sudah menjangkiti hampir 5 juta orang di seluruh dunia.

Ini bukan kali pertama Riot Games turut berpartisipasi dalam meringankan beban perjuangan melawan pandemi COVID-19. Sebelumnya, Riot Games juga sempat menyumbangkan 1,5 juta dolar AS kepada pemerintah kota Los Angeles untuk membantu meringankan beban perjuangan melawan pandemi COVID-19.

Semua pertandingan Mid-Season Streamathon nantinya dapat Anda saksikan pada laman resmi esports League of Legends yaitu watch.lolesports.com, mulai 27 Mei 2020 pukul 07:00 WIB hingga 31 Mei 2020 pukul 11:00 WIB.

Sudah siap untuk menyaksikan aksi permainan League of Legends terbaik dari berbagai regional?

Vici Gaming Umumkan Kim “kkOma” Jeong-gyun Sebagai Head Coach

Mantan pelatih SKT T1 dengan tiga gelar Worlds Champion, dua gelar Mid-Season Invitational Champion dan delapan gelar juara League of Legends Champions Korea yaitu Kim “kkOma” Jeong-gyun diumumkan menjadi head coach Vici Gaming.

Sumber: DailyEsports
Sumber: Daily Esports

Melihat ke belakang, kkOma jadi pelatih di SKT T1 sejak tahun 2012 bukan karena tanpa alasan. Berdasarkan wawancaranya dengan InvenGlobal, kkOma sangat menyukai setiap hal yang ada di SKT T1. Dari fans, manajemen tim, dan organisasi, ia mencintainya semuanya. Sampai-sampai uang bukanlah segalanya. Selama melatih di SKT T1, banyak sekali tawaran dengan angka fantastis dari tim lain tetapi ia tidak bisa berpindah hati karena ia mencintai SKT T1.

Di awal tahun 2012, kkOma bermain di bawah naungan tim StarTale bersama legenda League of Legends Korea Selatan yaitu Ryu “Ryu” Sang-wook. Lalu pada bulan Desember 2012 ia dihubungi oleh pihak SK Telecom untuk mengajaknya bergabung. Ia mengatakan bahwa proses pemilihan dan ujian yang dihadapi oleh para calon pemain SK Telecom sangatlah keras. Tryouts pemain berjalan selama dua bulan, berisikan segala macam ujian yang harus dilalui pemain.

Sebagai pelatih kkOma terlihat keras, setidaknya itu yang kita lihat di depan kamera ketika livestream ataupun yang muncul di video. Pemainnya menyebutnya “ikat pinggang kkOma”, setiap kali timnya underperform, maka ikat pinggang kkOma akan muncul untuk menghukum mereka. Dengan tawaan, kkOma menjelaskan bahwa ia tidak selalu keras terhadap pemainnya. Ia menemukan keseimbangan di antara memberikan sosok pelatih kepada pemainnya dan memberikan mereka perhatian personal yang mereka butuhkan.

Sumber: exp.gg

Pada tahun pertamanya di 2013, kkOma dan timnya yang berisikan banyak pemain baru berhasil mengangkat trofi juara LCK dan Worlds 2013. SKT T1 K berhasil menjadi tim yang tidak pernah kalah sepanjang season di Champions Winter 2013-2014. Kesuksesan mereka berlanjut pada tahun 2014, mereka berhasil memenangkan All-star Paris 2014 walau tidak berhasil melaju ke Worlds 2014. Di tahun-tahun selanjutnya, SKT T1 tetap melanjutkan dominasi mereka di kancah dunia. Menjuarai Worlds 2015 setelah mengalahkan KOO Tigers di final dan menjadi tim pertama yang mendapatkan repeat winners setelah berhasil menjuarai Worlds 2016 mengalahkan Samsung Galaxy di grand final.

Kesulitan mulai dirasakan pada tahun 2017, SKT T1 dihentikan langkahnya di Worlds 2017 oleh Longzhu Gaming dan kalah 2-0 tanpa balas. SKT T1 mulai merombak rosternya setelah hasil yang buruk di tahun 2018. Tetapi kkOma tetap bertahan di posisi head coach. Sampai akhirnya SKT T1 mengumumkan perpisahannya dengan kkOma pada November kemarin.

Memulai Dari Bawah Di LPL

Perombakan yang terjadi di SKT T1 memang sudah diduga oleh khalayak banyak, melihat performa yang turun dari SKT T1 beberapa waktu ke belakang. Kekalahan saat melawan G2 Esports saat semifinal Worlds 2019 merupakan yang paling mencolok. Tetapi banyak yang tidak menyangka bahwa yang akan meninggalkan tim adalah kkOma. 7 tahun bersama SKT T1 dan ialah yang membina Lee “Faker” Sang-hyeok menjadi seorang midlaner yang ditakuti sekarang.

Sumber: Daily Esports

Walaupun sebagai seseorang yang memiliki catatan pengalaman yang luar biasa, tugas kkOma di LPL tidaklah muda. Pasalnya, Vici Gaming mendapatkan hasil sangat buruk di LPL 2019 ini. Vici Gaming berakhir pada urutan ke-15 dengan catatan dua kali menang dan 13 kali kalah. Ini membuatnya benar-benar memulai dari bawah. Tetapi dengan banyak pemain baru yang menandatangani kontrak dengan Vici Gaming dan kkOma sang pelatih bintang dari Korea Selatan, ini merupakan kesempatan baik bagi mereka untuk mencatat hasil baik di LPL Spring 2020 mendatang.

World Championship 2019 Playoffs: Korea Selatan Kembali Mendominasi Dunia Persilatan

Ajang kompetitif paling bergengsi untuk League of Legends (LoL) tahun ini, World Championship 2019, sudah memasuki babak Playoffs. Di babak terakhir ini, semua perwakilan dari Korea Selatan berhasil melaju ke babak perempat final berkat dominasi mereka di masing-masing grupnya.

Buat yang belum terlalu familiar dengan format turnamen dari World Championship, inilah alur kompetisi turnamen yang digelar mulai tanggal 2 Oktober – 10 November 2019.

Sebelum masuk ke World Championship 2019 ada babak kualifikasi yang disebut Play-In Groups. Babak ini ditujukan sebagai kualifikasi terakhir buat tim-tim yang masuk 2 kategori:

  1. Tim terbaik dari beberapa liga (berbasis wilayah) yang masih terhitung baru ataupun belum dapat menunjukkan prestasi di tingkat global seperti LJL (Jepang), LLA (Amerika Latin), OPL (Oceania alias Australia dan sekitarnya), LST (Asia Tenggara, kecuali Vietnam), TCL (Turki), dan LCL (Rusia).
  2. Tim-tim dari liga besar seperti LCK (Korea Selatan), LEC (Eropa, kecuali Rusia), LCS (Amerika Utara), LMS (Taiwan & Hong Kong), dan VCS (Vietnam) yang belum mampu langsung mendapatkan kursi ke Group Stage.

Dari 12 tim yang bertanding di Play-In, yang dibagi lagi jadi Play-In Round 1 dan Round 2, 4 tim terbaik berhak melaju ke babak Group Stage. DAMWON Gaming dari LCK juga harus mengikuti mulai dari babak ini karena 2 slot utama untuk LCK diberikan pada SK Telecom T1 dan Griffin.

Pasca kualifikasi tadi, babak Group Stage World Championship pun dimulai. Di bawah ini adalah hasil akhir dari pertempuran masing-masing grup:

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

Dari hasil grup di atas, terbukti tim-tim Korea Selatan masih mendominasi dunia persilatan League of Legends. DAMWON Gaming, yang melaju dari babak Play-In sekalipun, hanya kalah satu kali di babak ini. Mereka bahkan mampu mengalahkan Invictus Gaming dari Tiongkok yang jadi juara World Championship 2018.

Di grup A, Griffin juga menorehkan catatan yang serupa. Mereka juga kalah satu kali dari 6 pertandingan. Meski memang, perjalanan Griffin mungkin bisa dibilang lebih mudah ketimbang DAMWON. Karena, G2 Esports (dari Eropa) juga mampu menorehkan prestasi yang sama persis.

SK Telecom T1 (SKT), yang merupakan tim dengan raihan prestasi terbaik sepanjang sejarah esports LoL (3x juara dunia), juga kembali menunjukkan keganasannya setelah sempat memble di tahun 2018.

Sepanjang sejarah esports LoL, Korea Selatan memang seringkali mendominasi ajang Worlds. Dari 8 kali World Championship digelar (sampai 2018), tim Korea Selatan jadi juara sebanyak 5 kali. Pertandingan final World Championship yang mempertandingkan 2 tim Korea Selatan juga terjadi 3x (2017, 2016, dan 2015). Dari sejarah tadi, hanya di 2018 saja Korea Selatan tidak berhasil mengirimkan wakilnya di pertandingan final sejak keikutsertaan mereka dari 2012.

Selain 3 tim dari Korsel, 3 tim dari Eropa (LEC) dan 2 tim dari Tiongkok (LPL) juga mengamankan kursi ke babak Playoffs. Perbandingan jumlah tim Eropa dan Tiongkok ini sedikit berbeda dari beberapa kali World Championship sebelumnya. Pasalnya, tim Tiongkok boleh dibilang kasta kedua setelah Korea Selatan di LoL. Mereka memang baru satu kali juara dunia namun sudah 3x tim Tiongkok melaju ke babak pamungkas. Tahun 2018, LPL juga berhasil mengirimkan 3 tim ke babak Playoffs.

Di sisi lain, regional Eropa sepertinya memang semakin baik dari waktu ke waktu. Sepanjang sejarah esports LoL, kawasan Eropa memang satu tingkat di atas tim-tim NA (Amerika Utara) yang lebih sering jadi tim ‘hore’ di ajang Worlds. Namun, baru tahun ini mereka berhasil mengirimkan 3 wakil ke babak Playoff — setidaknya menghitung Worlds yang sudah lengkap melibatkan 4 regional besar (Korea Selatan, Tiongkok, Eropa, dan Amerika Utara).

Sumber: LoLEsports
Sumber: LoLEsports

Jika melihat bracket di atas, ronde pertama pertandingan World Championship 2019 Playoffs (perempat final) jadi terlalu menarik untuk dilewatkan. IG, sang juara bertahan, harus berhadapan dengan salah satu wakil dari Korea Selatan. Fnatic sepertinya sedikit lebih beruntung karena bertemu FunPlus Phoenix yang terhitung baru. Namun hal ini juga berarti pertaruhan nama besar Fnatic sebagai salah satu tim Eropa yang paling sering lolos ke Worlds. Mereka hanya absen di 2016 dan 2012.

SKT juga beruntung dan seharusnya menang melawan Splyce, mengingat tim ini memang belum bisa dibilang satu level dengan Faker dan kawan-kawannya. Namun, menonton permainan SKT itu selalu menarik, siapapun lawannya. Apalagi kali ini Faker dan Khan bekerja sama dengan 3 pemain muda yang tak kalah hebatnya. Pertandingan terakhir di perempat final juga wajib ditonton. G2 yang berhasil merebut tahta dari Fnatic sebagai tim LoL terbaik di Eropa sejak beberapa tahun silam harus berhadapan dengan tim unggulan ketiga dari Korea Selatan. Pertandingan antara keduanya seperti pertaruhan gengsi dua wilayah terbaik dari barat dan timur.

Saya pribadi, berhubung memang fanatik dengan SKT dan LCK secara umum (mengingat Uzi dari RNG sudah gagal menembus Playoffs), tentu berharap mereka akan kembali membawa pulang piala paling bergengsi ini keempat kalinya.

Pertandingan perempat final Worlds akan digelar pada tanggal 26-27 Oktober 2019. Sedangkan kelanjutannya, babak semifinal akan dilaksanakan tanggal 2-3 November 2019 sebelum menuju ke babak pamungkas yang diadakan tanggal 10 November 2019.