Leica Q2 Monochrom Adalah Kamera Seharga $6.000 yang Hanya Bisa Memotret dan Merekam Video Hitam-Putih

Di industri fotografi, mungkin cuma Leica yang bisa menciptakan kamera hitam-putih seharga puluhan juta rupiah. Pada kenyataannya, Leica belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti meski sudah menjalani tren absurd tersebut sejak 2012.

Pabrikan asal Jerman itu baru saja memperkenalkan Leica Q2 Monochrom, sebuah kamera mirrorless dengan sensor full-frame yang hanya mampu menjepret gambar hitam-putih. Kalau namanya terdengar familier, itu karena Anda pernah mendengar soal Leica Q2, saudara kandungnya yang mengemas sensor ‘normal’, yang sudah hadir lebih dulu sejak Maret 2019.

Yang mungkin jadi pertanyaan, kenapa harus ada kamera dengan sensor monokromatik? Kenapa tidak memotret menggunakan Leica Q2 standar, lalu menambatkan filter hitam-putih saja pada hasil fotonya? Well, hasil akhirnya bakal berbeda, sebab sensor hitam-putih milik Leica Q2 Monochrom mampu menyerap lebih banyak cahaya meski resolusinya sama persis di angka 47,3 megapixel.

Menurut Leica, sensor milik Q2 Monochrom punya dynamic range 2 stop lebih tinggi daripada milik Q2 standar (13 EV dibanding 11 EV). Tingkat ISO maksimumnya pun telah ditingkatkan menjadi 100.000, dan secara keseluruhan Q2 Monochrom sanggup menangkap gambar dengan tingkat ketajaman yang lebih baik berkat absennya filter warna pada sensornya.

Pertanyaan selanjutnya, apa perbedaan antara Leica Q2 Monochrom dan Leica M10 Monochrom? Keduanya memang sama-sama hanya bisa menjepret gambar hitam-putih, akan tetapi Q2 Monochrom tidak masuk kategori rangefinder, yang berarti pengguna bisa sepenuhnya mengandalkan sistem autofocus, yang kebetulan juga punya kinerja yang sangat gegas. M10 Monochrom juga tidak bisa dipakai untuk merekam video, sedangkan Q2 Monochrom mendukung perekaman dalam resolusi maksimum 4K 30 fps, tentu saja dalam tampilan hitam-putih.

Selebihnya, Leica Q2 Monochrom cukup identik dengan versi standarnya. Ia turut dibekali lensa fixed 28mm f/1.7 ASPH seperti saudaranya, dan pengguna juga masih bisa memanfaatkan crop mode dengan tiga pilihan focal length: 35mm, 50mm, dan 75mm. Layar sentuh 3 inci yang mendominasi panel belakangnya pun sama persis, demikian pula viewfinder elektronik dengan panel OLED beresolusi 3,68 juta dot di atasnya.

Satu-satunya perbedaan fisik yang paling mencolok adalah hilangnya logo merah Leica pada bodi Q2 Monochrom. Penampilannya pun semakin stealthy dengan tidak adanya aksen warna kuning maupun merah sama sekali. Di luar itu, rangka yang digunakan tetap terbuat dari bahan magnesium, serta tahan cipratan air dan debu dengan sertifikasi IP52.

Untuk harganya, Leica melepas Q2 Monochrom ke pasaran dengan banderol resmi $5.995, atau $1.000 lebih mahal daripada harga Q2 standar. Di Indonesia, Q2 standar dihargai Rp81,9 juta, yang berarti harga Q2 Monochrom mungkin bisa mendekati Rp100 juta.

Sumber: DPReview.

Leica Q2 Mendarat di Indonesia, Pocket Camera Bersensor Full Frame 47,3MP

Sebagai seorang penggemar fotografi, saya amat antusias mencoba berbagai jenis kamera baru dari brand berbeda. Saya sudah me-review Sony Alpha A7 III, Panasonic Lumix DC-GH5, Canon EOS R, hands-on Fujifilm GFX 50R, dan banyak lagi.

Hari ini, saya datang ke acara peluncuran Leica Q2. Leica Store Indonesia membanderol pocket camera dengan sensor full frame beresolusi 47,3-megapixel ini seharga Rp81,9 juta dan mulai tersedia tanggal 19 Maret 2019.

Leica-Q2

Jelas saya tidak bisa membandingkan kamera Leica ini dengan kamera buatan pabrikan kamera asal Jepang yang berlomba-lomba dalam mengadopsi teknologi kamera. Tapi, saya percaya tiap brand kamera memiliki nilai-nilai yang membedakan satu dengan yang lainnya.

Easy to Use

Leica-Q2

Saya hanya sebentar mencoba Leica Q2, karena unit demonya hanya satu dan harus bergantian dengan yang lain. Dari sisi tampilan, desain Leica Q2 amat detail, klasik tapi sangat berkelas.

Build quality-nya terasa sangat solid dengan sasis magnesium yang weather resistant (IP52). Body dan lensanya dilengkapi dengan perlindungan terhadap debu (dust) dan cipratan air (splash).

Leica-Q2

Pengoperasiannya pun simple, ada dua cara untuk menetapkan titik AF yaitu lewat layar sentuh 3 inci yang beresolusi 1,04 juta dot atau menggunakan tombol navigasi d-pad empat arah.

Di sebelah kiri layar terdapat tiga tombol yaitu Play, FN, dan Menu. Kemudian ada tombol programmable di ujung kanannya. Sementara, di atas ada dua kenop untuk mengatur exposure.

Menariknya, dengan menekan tombol Menu sekali maka akan muncul menu ‘Favorit’ yang terdapat 15 shortcut yang bisa disesuaikan. Bila menekannya dua kali akan muncul menu utama.

Leica-Q2

Electronic viewfinder-nya (EVF) menggunakan panel OLED beresolusi 3,68 juta dot dengan pembesaran 0,76x. Kenop dioptri disamping EVF harus ditekan sebelum bisa diputar untuk mencegah perubahan yang tidak disengaja.

Lensa Fix 28mm

Leica-Q2

Inti dari Leica Q2 adalah sensor full frame 47,3-megapixel dan lensa fix Summilux 28mm f1.7 APH. Lensa terdiri dari 11 elemen dalam 9 grup, dengan 3 elemen aspherical dan optical stabilized.

Dibantu dengan prosesor Maestro II yang mampu menjepret tanpa henti 10 fps dengan mechanical shutter dan hingga 20 frame dengan electronical shutter. Kecepatan auto focus-nya 0,15s dan sensitivitasnya berada di rentang ISO 50 hingga 50.000.

Leica-Q2

Bagi yang membutuhkan fleksibilitas lebih dalam mengatur komposisi foto, Leica Q2 memiliki crop mode yang memungkinkan kita untuk memotret dengan pilihan focal length 35mm (30MP), 50mm (15MP), dan 75mm (6,6MP). Berkat resolusinya yang tinggi, kualitas hasil fotonya pun tetap terjaga baik.

Leica-Q2
Ambassador Leica, Mario Wibowo/ Foto: Lukman Azis

Saya tidak bisa mencoba Leica Q2 berlama-lama karena keterbatasan unit. Tapi, saya melihat jepretan dari salah satu ambassador Leica, Mario Wibowo yang ditampilkan di sana, hasilnya memang mengundang decak kagum, tajam dan warnanya begitu khas.

Perekam Video 4K

Leica-Q2

Untuk sekedar mengambil footage, Leica Q2 mampu merekam video 4K pada 24 fps atau 30 fps. Serta, video slow-motion 120 fps pada resolusi Full HD. Perlu diketahui, Leica Q2 tidak memiliki port audio untuk mencapkan mikrofon eksternal.

Daya tahan baterainya 30 persen lebih baik dari Leica Q, dari 250 shot menjadi 370 shot. Kamera ini sudah dilengkapi konektivitas WiFi dan Bluetooth, hasil jepretannya bisa dikirim ke smartphone dengan mudah menggunakan aplikasi Leica Fotos.

Verdict

Leica-Q2

Saya perlu menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leica Q2 untuk lebih memahami nilai-nilai yang ditawarkan, tapi saya harus mengantri lama untuk peminjaman unit review-nya. Kesan awal saya, Leica Q2 menawarkan kemudahan untuk mendapatkan foto berkualitas secara instan.

Buat fotografer profesional, kamera ini mungkin bakal merepotkan bila dijadikan kamera utama tapi sempurna sebagai kamera kedua. Harganya yang mencapai Rp81,9 juta, target pasarnya memang lebih segmented. Cocoknya untuk siapa ya?

Masih Ringkas, Leica Q2 Usung Sensor Full-Frame 47 Megapixel dan Bodi Weatherproof

Hampir empat tahun berselang, Leica Q akhirnya resmi punya penerus, bukan sebatas varian baru yang mengusung perubahan minor. Dinamai Leica Q2, penampilan luarnya nyaris sama, akan tetapi hampir semua bagian dalamnya sudah dirombak secara drastis.

Yang paling utama, resolusi sensor full-frame miliknya naik secara signifikan, dari ‘cuma’ 24 megapixel menjadi 47,3 megapixel pada Q2 – kebetulan resolusi sensor Lumix S1R sama persis, tapi apa benar cuma kebetulan? Dibantu dengan prosesor Maestro II, sensor ini mampu menjepret tanpa henti dengan kecepatan 10 fps, sedangkan sensitivitasnya berada di rentang ISO 50 – 50000.

Lensa yang menancap adalah Leica Summilux 28mm f/1.7 ASPH, bisa jadi sama seperti yang terpasang pada pendahulunya. Kendati demikian, Q2 masih menawarkan fleksibilitas dalam mengatur komposisi berkat fitur crop yang memungkinkan pengguna untuk memotret dengan pilihan focal length 35mm, 50mm, dan 75mm.

Juga merupakan perubahan besar adalah kemampuan merekam videonya. Bukan lagi 1080p, resolusi 4K sudah menjadi opsi standar di sini. Tidak pernah ada yang bilang kamera Leica cuma pantas dipakai untuk memotret saja, bukan?

Leica Q2

Meski fisik Q2 nyaris identik dengan pendahulunya, Leica sebenarnya sudah menerapkan sejumlah perbaikan desain demi menjadikannya lebih intuitif. Dari yang sepele seperti kenop dioptri untuk viewfinder elektronik (EVF), yang kini harus ditekan terlebih dulu sebelum bisa diputar demi mencegah perubahan yang tidak disengaja.

Perubahan sepele lain yang sangat bermanfaat adalah tombol programmable pada kenop di ujung kanannya. Tombol pengoperasiannya juga sudah disederhanakan menjadi tiga saja, diposisikan di sebelah kiri LCD 3 inci beresolusi 1,04 juta dot-nya.

Leica Q2

Untuk EVF-nya, Q2 masih menggunakan panel beresolusi 3,68 juta dot, namun panel tersebut kini merupakan panel OLED, serta sudah mendukung refresh rate yang tinggi demi meminimalkan lag. Kita juga tidak boleh lupa bahwa Leica Q2 mengusung sasis magnesium yang weather resistant (IP52), dan itu tanpa mengubah dimensinya jika dibandingkan dengan Leica Q orisinal.

Wi-Fi dan Bluetooth LE sudah menjadi fitur standar pada Q2, sedangkan baterainya diklaim sedikit lebih awet karena bisa tahan sampai 370 jepretan. Leica Q2 saat ini sudah dipasarkan dengan banderol $4.995, tidak berbeda terlalu jauh dari harga awal Leica Q.

Sumber: PetaPixel dan DPReview.