Akankah Trigger Ultrasonik Menjadi Tren Baru di Ranah Smartphone Gaming?

Lenovo meluncurkan smartphone gaming perdananya pada tanggal 23 Juli kemarin, kebetulan sama persis dengan hari diluncurkannya Asus ROG Phone 3. Namun ternyata kesamaan kedua ponsel tersebut lebih dari sebatas jadwal pengumumannya saja.

Keduanya sama-sama ditenagai chipset Snapdragon 865+, sama-sama mengemas RAM 16 GB pada salah satu variannya, sama-sama mengusung layar 144 Hz, dan sama-sama dilengkapi kamera utama 64 megapixel. Terkait fitur yang spesifik untuk kebutuhan gaming, keduanya juga dibekali dengan sepasang tombol trigger ultrasonik di sisi kanannya.

Asus menamainya AirTrigger, sedangkan Lenovo menjulukinya Y Trigger. Meski namanya berbeda, teknologi yang digunakan sebenarnya sama-sama datang dari sebuah startup bernama Sentons. Sentons menamai teknologi ini dengan istilah Software-Defined Surfaces (SDS), dan mereka tidak berhenti mematangkannya semenjak teknologi tersebut pertama dipakai di ROG Phone generasi pertama.

Prinsip kerja teknologi SDS sebenarnya cukup simpel. Berbekal sensor ultrasonik dan chip khusus, beragam jenis permukaan pada perangkat dapat diubah menjadi kontrol sentuh, tidak peduli bahan permukaannya terbuat dari apa. Pada Legion Phone Duel dan ROG Phone 3, teknologi SDS yang dijadikan basis adalah generasi terbaru yang Sentons juluki SDS GamingBar.

Lenovo Legion Phone Duel / Lenovo
Lenovo Legion Phone Duel / Lenovo

Berbicara kepada VentureBeat, CEO Sentons, Jess Lee, mengklaim GamingBar sebagai versi yang lebih matang dan yang memiliki kinerja lebih baik daripada versi sebelumnya. Juga menjadi kelebihan utamanya adalah perihal kustomisasi; fungsi tombol trigger virtual ini dapat diprogram sesuai kebutuhan, jadi satu tap singkat dengan satu tap yang ditekan agak keras bisa diterjemahkan menjadi input yang berbeda.

Mengusap ke kiri atau kanan juga demikian, semuanya dapat disesuaikan dengan skenario penggunaan yang berbeda. Kustomisasi trigger virtual ini sebenarnya sudah ada di ROG Phone 2 tahun lalu dan terbukti memicu respon positif dari konsumen. Maka dari itu wajar apabila Lenovo kini memutuskan untuk mengimplementasikan fitur yang sama dengan bekerja sama dengan Sentons.

Dibandingkan tombol kapasitif biasa yang terdapat di smartphone gaming lain, tombol ultrasonik seperti ini jelas punya banyak kelebihan. Yang paling utama tentu saja adalah, keberadaannya sama sekali tidak berpengaruh terhadap estetika maupun ergonomi perangkat. Berhubung tidak ada tonjolan maupun ceruk pada salah satu sisi perangkat, konsumen semestinya dapat menggenggamnya secara lebih nyaman.

Apakah trigger ultrasonik ini ke depannya bakal menjadi standar di segmen smartphone gaming? Bisa jadi begitu. Asus sudah memulai trennya sejak dua tahun lalu, dan sekarang Lenovo pun ikut menyusul. Bukan tidak mungkin apabila ke depannya produsen smartphone gaming lain juga ikut mengadopsi teknologi Sentons ketimbang memakai panel kapasitif.

Sumber: VentureBeat.

Lenovo Luncurkan Smartphone Gaming Perdananya, Legion Phone Duel

Tren smartphone gaming belum menunjukkan tanda-tanda bakal meredup dalam waktu dekat. Malahan, sekarang Lenovo juga ikut-ikutan. Mereka baru saja mengungkap smartphone gaming pertamanya: Legion Phone Duel.

Sebagai sebuah smartphone gaming, layar dengan refresh rate di atas rata-rata tentu merupakan suatu keharusan. Berhubung 120 Hz sudah cukup menjamur di ranah ponsel flagship, pilihan Lenovo pun jatuh pada 144 Hz, sama seperti Nubia Red Magic 5G belum lama ini. Touch sampling rate 240 Hz turut melengkapi spesifikasi panel AMOLED 6,65 inci beresolusi 1080p tersebut.

Seperti yang bisa kita lihat, layarnya tidak dinodai notch atau lubang kamera sedikit pun. Lenovo memilih untuk mengadopsi kamera pop-up, dan ketimbang menanamkannya di sisi atas perangkat, Lenovo justru menyematkannya ke samping. Tujuannya? Supaya pengguna bisa merekam atau menyiarkan sesi gaming-nya dalam orientasi landscape secara maksimal.

Kamera depannya sendiri dibekali sensor 20 megapixel dan mampu merekam video dengan resolusi maksimum 4K 30 fps, atau 1080p jika dipakai untuk live streaming. Lenovo juga tidak lupa untuk membekalinya dengan empat mikrofon noise cancelling supaya suara sang streamer bisa tertangkap dengan jelas.

Gaming sekaligus streaming tentu menuntut kinerja yang gegas, dan di sini Legion Phone Duel telah ditenagai oleh chipset paling premium saat ini, yaitu Qualcomm Snapdragon 865+ yang baru diumumkan belum lama ini. Kapasitas RAM yang ditawarkan ada dua, yakni 12 GB dan 16 GB, semuanya tipe LPDDR5. Pada varian termahalnya, Lenovo telah membenamkan storage UFS 3.1 berkapasitas 512 GB.

Guna mencegah perangkat menghasilkan panas yang berlebih selagi dipakai untuk bermain sekaligus streaming, tentu saja Lenovo sudah mengimplementasikan sistem liquid cooling. Namun upaya mereka tidak berhenti sampai di situ saja; baterai Legion Phone Duel rupanya sudah dibagi menjadi dua, masing-masing dengan kapasitas 2.500 mAh (total 5.000 mAh), demi mencegah overheating.

Juga unik adalah fakta bahwa ponsel ini mengemas dua port USB-C sekaligus – satu di bawah seperti biasa, dan satu di samping kiri supaya kabel yang menancap tidak mengganggu saat perangkat dipakai bermain dalam posisi horizontal – dan dua-duanya bisa dipakai untuk charging secara simultan.

Lenovo bilang Legion Phone Duel mendukung charging dengan output maksimum 90 W. Pengisian dari 0 – 50% cuma membutuhkan waktu sekitar 10 menit, sedangkan 30 menit charging sudah cukup untuk mengisi baterainya hingga penuh.

Mengingat ini merupakan smartphone gaming, jangan heran kalau kamera belakangnya cuma dua. Meski Lenovo terkesan menyepelekan perkara ini, setidaknya mereka masih menanamkan kamera utama 64 megapixel dan kamera ultra-wide 16 megapixel. Kameranya pun tidak punya tonjolan yang berlebihan, sebab memang perangkat ini cukup tebal di angka 9,9 mm, dan bobotnya pun lumayan berat di angka 239 gram.

Melengkapi itu semua adalah fitur-fitur spesifik untuk gaming macam sepasang tombol trigger ultrasonik, speaker stereo dengan dukungan software Dirac Audio untuk menyajikan efek audio 3D yang maksimal, serta tentu saja lampu RGB programmable di sisi belakangnya.

Juga menarik adalah fitur untuk melihat sekaligus merekam replay sesi gaming beberapa detik sebelumnya dengan mengusap salah satu tombol trigger-nya. Saya tidak tahu cara kerja persisnya bagaimana, tapi yang pasti fitur ini sangat berguna seandainya pengguna kelupaan merekam manuver kerennya dalam game.

Rencananya, Lenovo Legion Phone Duel akan segera dipasarkan di Tiongkok dan di beberapa negara lain, termasuk sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik. Di Tiongkok, ponsel ini dinamai Lenovo Legion Phone Pro dan dibanderol 4.199 yuan (± Rp 8,8 juta) untuk varian 12GB/256GB, atau 5.999 yuan (± Rp 12,5 juta) untuk varian tertinggi 16GB/512GB.

Sumber: Lenovo via Android Central.