Aspire Tutup Putaran Seri C 1,5 Triliun Rupiah Dipimpin Lightspeed dan Sequoia SEA

Startup neobank asal Singapura Aspire mengumumkan telah merampungkan pendanaan seri C sebesar $100 juta (lebih dari 1,5 triliun Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners dan Sequoia Capital Southeast Asia, dengan partisipasi dari PayPal Ventures, LGT Capital Partners, dan investor sebelumnya, Picus Capital dan Mass Mutual Ventures.

Putaran sebelumnya diumumkan perusahaan pada September 2021 sebesar  $158 juta, yang terbagi dalam bentuk ekuitas $58 juta dan debt $100 juta.

Dana segar akan dimanfaatkan sebagai amunisi untuk melengkapi layanan produk agar dapat mengambil posisi sebagai pemain fintech B2B yang dominan di Asia Tenggara, menambah tim untuk terus berinovasi, sambil tetap menjaga kesehatan finansial model bisnis perusahaan.

“Penggalangan dana dalam iklim seperti ini tidaklah mudah, terutama untuk ruang fintech. Tonggak sejarah ini merupakan bukti bahwa produk dan ketahanan kami. Saya sangat bangga dengan tim atas kerja keras dan visi mereka untuk membuat pencapaian ini menjadi mungkin,” kata Co-founder dan CEO Aspire Andrea Baronchelli dalam unggahan di laman LinkedIn, dikutip Selasa (14/2).

Dalam keterangan resminya, Baronchelli menyampaikan bahwa Aspire membawa misi ingin menyediakan platform finansial untuk memaksimalkan potensi setiap perusahaan di Asia Tenggara, baik bagi perusahaan besar maupun kecil. Mulai dari laporan kondisi finansial perusahaan real-time, layanan transfer internasional yang cepat dan transparan, hingga manajemen biaya menyeluruh untuk membantu bisnis mengambil keputusan secara strategis.

“Kami sangat senang mendapat kesempatan untuk bermitra dengan investor terkemuka untuk memberikan bisnis modern di Asia Tenggara kendali penuh atas keuangan mereka,” kata Baronchelli.

Partner Lightspeed Bejul Somaia menyampaikan, “Aspire telah tampil sebagai pemain terdepan dalam sektor fintech B2B Asia Tenggara dengan end-to-end produk yang menyeluruh, rekor pertumbuhan yang kuat, dan fondasi yang solid. Kami sangat senang dapat bermitra dengan tim berkelas global ini untuk mendukung visi mereka akan masa depan layanan finansial di Asia Tenggara.”

Aspire didirikan pada 2018 fokus menyediakan layanan finansial untuk mempermudah mengatur keuangan operasional bisnis. Software Aspire merupakan platform all-in-one untuk berbagai kebutuhan layanan keuangan bisnis seperti transfer internasional, kartu korporat, manajemen utang, piutang dan manajemen biaya, yang dapat diakses melalui satu akun yang mudah digunakan.

Diklaim perkembangan bisnisnya di Asia Tenggara terus bertumbuh dengan penambahan volume transaksi tahunan yang diproses hingga tiga kali lipat menjadi sebesar $12 miliar yang berasal dari lebih dari 15 ribu klien. Aspire sendiri kini hadir di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan India, memiliki lebih dari 400 karyawan.

Mengutip dari TechCrunch, Baronchelli mengatakan bahwa Aspire berfokus bisnis di zaman baru yang keputusan pembeliannya semakin didorong oleh UX dan kegunaan, dari satu karyawan hingga lebih dari 500 karyawan. Penggunanya ini berasal dari berbagai sektor, mulai dari perusahaan TI, layanan profesional, bisnis barang dan startup.

Sebagian besar pengguna menggunakan solusi Aspire untuk akun pembayaran, manajemen multi-mata uang, manajemen utang dan piutang. Sebelumnya dalam memenuhi kewajiban tersebut pengguna menggunakan kombinasi antara solusi dari lembaga keuangan yang ada, dengan Microsoft Excel atau beberapa penyedia fintech untuk kartu, kredit pengeluaran manajemen.

“Tapi sistem ini tidak berbicara satu sama lain. Kami telah menggabungkan semua kebutuhan bisnis di bawah satu tumpukan operasi keuangan untuk bisnis. Aspire terintegrasi dengan Xero, QuickBook, NetSuite, Accurate, Jurnal, dan perangkat lunak akuntansi utama lainnya.”

Astro Quick Commerce Startup Scores 64 Billion Rupiah Funding, Providing 15 Minutes Delivery

Astro quick commerce startup announced $4.5 million (over Rp64 billion) funding from a series of VCs, such as Global Founders Capital, AC Ventures, Lightspeed Venture Partners, and Goodwater Capital. Astro will use this fresh fund to build and strengthen the team, as well as expand the business area.

Astro was founded by Vincent Tjendra who previously worked at Tokopedia as AVP and started its operation since September 2021. Astro offers a quick commerce concept, selling more than 1,000 high quality products, ranging from daily necessities, such as snacks, vegetables, fresh fruit and over-the-counter medicines. Orders are scheduled to be received by consumers in 15 minutes at affordable and competitive prices.

Investors said that Astro provides the fastest delivery experience of quick commerce service for Indonesian consumers. It is also supported by a founding team with experience and expertise that synergizes to run quick commerce.

“We firmly believe that Astro’s ‘quick commerce’ service is able to change the way Indonesian consumers buy daily needs, electronics, snacks and pet food. Global Founders Capital is honored to be able to support Astro from the earliest stages,” GFC’s Partner Melvin Hade said in an official statement, Tuesday (2/11).

The fact that Indonesia is positioned at first place as the country with the most active online shopping population gives confidence that Astro is here at the right time to answer the needs of consumers who want fast, economical, and safe products.

As many as 87.1% of internet users in Indonesia also revealed that they use online shopping services to buy certain products, including food and daily necessities. Astro will operate for 24 hours, but follow government regulations during the PPKM period.

Currently, Astro has served requests in the Jakarta area only, with coverage areas of Senayan, Permata Hijau, Gandaria, Kuningan, SCBD, Kemang, Cilandak, Cipete, Puri Indah, Kebon Jeruk, Kelapak Gading, and Pantai Indah Kapuk. It is said that by the end of this year, the company will be able to serve all areas in Jakarta and parts of Greater Jakarta.

Previously, Dropezy also announced Series A funding to launch quick commerce services as its latest solution.

Online grocery competition

The online grocery industry has fierce competition, but still has space for high growth because its penetration is still concentrated in big cities.

A report from Statista said, last year the online grocery market share in this country only reached 0.3%, it is predicted to increase by 20 basis points to 0.5% in 2022. The pandemic that hit the country is said to be one of the main factors that triggered the increase in the popularity of online grocery services among consumers.

Based on data, a further impact of the pandemic apart from changing consumer online buying behavior, is a change in consumer mindset in shopping. “Worried about the economic impact of the pandemic, many Indonesian consumers are becoming more budget conscious. In addition, the priority of purchasing basic necessities and health among consumers is also seen during the pandemic,” the report said.

Source: Statista


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Startup “Quick Commerce” Astro Tutup Pendanaan 64 Miliar Rupiah, Sediakan Pengiriman Instan 15 Menit

Startup quick commerce Astro mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $4,5 juta (lebih dari Rp64 miliar) dari sejumlah VC, seperti Global Founders Capital, AC Ventures, Lightspeed Venture Partners, dan Goodwater Capital. Astro akan memanfaatkan dana segar ini untuk membangun dan memperkuat tim, serta memperluas area bisnis.

Astro baru beroperasi sejak September 2021, didirikan oleh Vincent Tjendra yang sebelumnya bekerja di Tokopedia sebagai AVP. Astro menawarkan konsep quick commerce, menjual lebih dari 1.000 pilihan produk berkualitas, mulai dari kebutuhan sehari-hari, seperti camilan, sayuran, buah segar sampai dengan obat bebas dengan nyaman. Pesanan ditargetkan diterima konsumen dalam 15 menit dengan harga yang terjangkau dan kompetitif.

Para investor menuturkan, layanan quick commerce yang ditawarkan Astro memberikan pengalaman pengiriman tercepat untuk konsumen Indonesia. Didukung pula oleh tim pendiri yang memiliki pengalaman dan keahlian yang bersinergis untuk menjalankan quick commerce.

“Kami sangat yakin layanan ‘quick commerce’ Astro mampu mengubah cara konsumen Indonesia membeli kebutuhan pokok sehari-hari, elektronik, snack hingga pet food. Global Founders Capital merasa terhormat karena dapat mendukung Astro sejak tahap paling dini,” ungkap Partner GFC Melvin Hade dalam keterangan resmi, Selasa (2/11).

Fakta bahwa Indonesia berada pada urutan pertama sebagai negara dengan penduduk yang paling aktif berbelanja daring, memberikan keyakinan Astro hadir di saat yang tepat untuk menjawab kebutuhan konsumen yang ingin serba cepat, hemat, dan aman.

Sebanyak 87,1% pengguna internet di Indonesia juga mengungkapkan bahwa mereka memakai layanan belanja online untuk membeli produk-produk tertentu, di antaranya makanan dan kebutuhan sehari-hari. Astro akan beroperasi selama 24 jam, namun turut mengikuti peraturan pemerintah selama di masa PPKM.

Saat ini Astro telah melayani permintaan di area Jakarta saja, dengan cakupan area Senayan, Permata Hijau, Gandaria, Kuningan, SCBD, Kemang, Cilandak, Cipete, Puri Indah, Kebon Jeruk, Kelapak Gading, dan Pantai Indah Kapuk. Ditargetkan menjelang akhir tahun ini, perusahaan dapat melayani seluruh area di Jakarta dan sebagian Jabodetabek.

Sebelumnya, Dropezy juga mengumumkan pendanaan Seri A untuk melancarkan layanan quick commerce sebagai solusi teranyarnya.

Kompetisi industri online grocery

Industri online grocery memiliki persaingan yang sengit, namun masih memiliki ruang tumbuh yang tinggi karena penetrasinya yang masih terpusat di kota-kota besar.

Laporan dari Statista menyampaikan, pada tahun lalu pangsa pasar online grocery di negara ini baru mencapai 0,3%, diprediksi akan meningkat 20 basis poin menjadi 0,5% pada 2022 mendatang. Pandemi yang melanda tanah air disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama yang memicu peningkatan popularitas layanan online grocery di kalangan konsumen.

Menurut data, dampak lebih lanjut dari pandemi selain mengubah perilaku pembelian online konsumen, adalah perubahan pola pikir konsumen dalam berbelanja. “Karena khawatir akan dampak ekonomi dari pandemi, banyak konsumen Indonesia menjadi lebih sadar anggaran. Selain itu, prioritas pembelian kebutuhan pokok dan kesehatan di kalangan konsumen juga terlihat selama pandemi,” tulis laporan tersebut.

Sumber: Statista
Application Information Will Show Up Here

[Video] Tips Penggalangan Dana bagi Pelaku Startup

DailySocial bersama Pinn Lawjindakul dari Lightspeed Venture Partners berbagi cerita tentang bagaimana mereka melirik pasar Indonesia untuk berinvestasi dan apa yang menjadi fokus dalam mendukung ekosistem startup.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Pintu Bags 503 Billion Rupiah Funding led by Lightspeed Venture Partners

After reportedly receiving $6 million series A funding last May, crypto asset marketplace Pintu just announced the series A+ funding of $35 million or equivalent to 503 billion Rupiah. The round was led by Lightspeed Venture Partners, and supported by Alameda Ventures, Blockchain.com Ventures, Castle Island Ventures, Intudo Ventures and Pantera Capital.

Through this funding, Pintu is committed to strengthen market leadership as Indonesia’s top mobile-first crypto investing app. This fresh fund will be used to aggressively hire new talent across all major functions, roll out new products and features, and fuel future expansion.

Lightspeed partner Hemant Mohapatra believes that crypto is at a transition point to become the most important asset class in the world and will give birth to many companies that will become regional leaders.

“Pintu has created the strongest market brand, best user experience, and hands down one of the strongest teams we’ve ever come across in this market. We are excited to back them on their way in becoming the leading brand in crypto—not just in Indonesia but throughout the Southeast Asia region in the coming years,” he said.

Founded in April 2020, Pintu is designed to to meet the needs of Indonesians from all walks of life. With its mobile-driven interface and suite of smart features geared for beginner level traders, Pintu provides more comprehensive and open access for both novice and experienced traders to be able to mitigate risks towards market volatility and various other speculative measures.

Pintu offers a low barrier entry point starting from IDR 11,000 for both novice and experienced investors. There are currently 16 different dynamic cryptocurrencies on the platform and will soon be adding new coins, including NFT tokens and other highly sought-after crypto projects.

Co-founder & CEO of Pintu Jeth Soetoyo said, “We built Pintu with the belief that crypto is not just a technology, but also an asset class and community that will help overcome barriers to financial inclusion in Indonesia. [..] With the support of Pintu investors, we are committed to facilitating financial inclusion for all Indonesians.”

Crypto platform trend in Indonesia

Aside from Pintu, another new player, Coinomo has recently received fresh funds. The company born after the merge of Turn Capital acquired Dapp Pocket (a crypto wallet player from Taiwan) and Cappuu (a yield aggregator service) has released a beta version of its product in May 2021.

Previously, there are also several players has been exploring the crypto asset industry market, such as TokoCrypto and Nobi who focused on maximizing the potential for “passive income” for crypto investors. Tokocrypto alone has developed a hybrid CeDeFi (TKO) token which is claimed to be the first in Indonesia on top of Binance Smart Chain, as the early stage investor.

As one of the assets that is predicted to have great potential, various investment application developers also offer crypto as one of the products on their platform. For example, Pluang, which has managed to secure a pre-series B funding in March worth of around 288.8 billion Rupiah, led by OpenSpace Ventures.

Market potential

Globally, according to a report compiled by Research and Market, the market size for cryptocurrencies has reached $1,812 million in 2020, is projected to increase by $2,150 million this year, and soar to $5,158 million in 2026 with a CAGR of 19.04%.

Meanwhile in Indonesia, based on the Ministry of Trade (Kemendag) data, crypto asset investors as of May 2021 have reached 6.5 million people with a transaction value of IDR 370 trillion. This number is quite fantastic, considering there were 4.8 million people in the previous month with a transaction value of around Rp237.3 trillion (January-April 2021).

With high price volatility, the profile of crypto investors is usually the ones who are willing to take risks. It is important for the public to understand that crypto assets are not the same as each other. CoFTRA has published a list of 229 crypto assets that can be traded in Indonesia.

Reporting from Coinmarketcap.com, the global crypto market capitalization currently stands at $1.76 trillion, accounting for a decline of around 2.82%.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pintu Raih Pendanaan 503 Miliar Rupiah Dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners

Setelah dikabarkan menerima pendanaan seri A sebesar $6 juta pada bulan Mei lalu, aplikasi marketplace aset kripto Pintu kini mengumumkan perolehan pendanaan seri A+ sebesar $35 juta atau setara 503 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners, serta didukung oleh Alameda Ventures, Blockchain.com Ventures, Castle Island Ventures, Intudo Ventures, dan Pantera Capital.

Melalui pendanaan ini, Pintu berkomitmen untuk memperkuat posisi sebagai aplikasi mobile kripto terdepan di Indonesia. Rencananya, dana segar ini akan digunakan untuk merekrut talenta baru secara masif di seluruh fungsi perusahaan, peluncuran produk dan fitur baru, serta mendorong ekspansi perusahaan di masa depan.

Partner Lightspeed Hemant Mohapatra meyakini bahwa kripto sedang berada di titik peralihan untuk menjadi kelas aset terpenting di dunia dan akan memunculkan banyak perusahaan-perusahaan yang akan menjadi pemimpin regional.

“Pintu telah menciptakan merek dagang terkuat, pengalaman pengguna terbaik, dan tim terkuat yang pernah kami temui selama bergelut di bidang ini. Kami tidak sabar untuk membantu mereka menjadi brand terdepan di dunia kripto — bukan hanya Indonesia, namun dalam beberapa tahun ke depan, juga bisa menjangkau seluruh Asia Tenggara,” ujarnya.

Didirikan pada bulan April 2020, Pintu dirancang untuk memenuhi kebutuhan semua kalangan masyarakat. Dengan berfokus pada tampilan mobile dan fitur pintar sebagai penunjang bagi trader pemula, Pintu memberikan akses yang lebih menyeluruh dan terbuka bagi trader awam maupun berpengalaman untuk bisa melakukan mitigasi risiko terhadap volatilitas pasar dan berbagai langkah spekulatif lain.

Pintu menawarkan nilai minimum transaksi yang sangat rendah mulai dari Rp11.000 bagi investor pemula maupun berpengalaman. Saat ini telah tersedia 16 aset kripto yang bisa diperdagangkan dalam platform dan akan segera menambahkan opsi baru, termasuk token NFT dan proyek kripto lainnya yang banyak dicari orang-orang.

Co-founder & CEO Pintu Jeth Soetoyo mengungkapkan, “Kami membangun Pintu dengan kepercayaan bahwa kripto bukanlah hanya sekedar teknologi semata, namun juga termasuk kelas aset dan komunitas yang akan membantu mengatasi penghalang inklusi finansial di Indonesia. [..] Dengan dukungan dari investor-investor Pintu, kami berkomitmen untuk memfasilitasi inklusi finansial ke semua kalangan masyarakat Indonesia.”

Tren platform kripto di Indonesia

Selain Pintu, terdapat pemain baru yang belum lama ini juga mendapat dana segar yaitu Coinomo. Perusahaan yang lahir setelah Turn Capital mengakuisisi Dapp Pocket (pemain dompet kripto asal Taiwan) dan Cappuu (layanan yield aggregator) ini telah merilis versi beta produknya pada bulan Mei 2021.

Sebelumnya, telah ada beberapa pemain yang lebih dulu menjajaki pasar industri aset kripto, seperti TokoCrypto dan Nobi yang fokus maksimalkan potensi “passive income bagi para investor kripto. Tokocrypto sendiri telah mengembangkan token CeDeFi (TKO) hibrida yang diklaim pertama di Indonesia di atas Binance Smart Chain, yang merupakan investor tahap awal mereka.

Sebagai salah satu aset yang digadang-gadang memiliki potensi besar, berbagai pengembang aplikasi investasi juga turut menawarkan kripto sebagai salah satu produk dalam platformnya. Sebut saja Pluang yang pada bulan Maret lalu berhasil mengantongi pendanaan pra-seri B berkisar 288,8 miliar Rupiah yang dipimpin oleh OpenSpace Ventures.

Potensi pasar

Di kancah global, menurut laporan yang dihimpun Research and Market, ukuran pasar untuk cryptocurrency telah mencapai $1.812 juta per tahun 2020, diproyeksikan meningkat $2.150 juta di tahun ini, dan melambung di angka $5.158 juta tahun 2026 mendatang dengan CAGR 19,04%.

Sementara di Indonesia, menurut data Kementerian Perdagangan (Kemendag), investor aset kripto hingga Mei 2021 sudah tembus ke angka 6,5 juta orang dengan nilai transaksi Rp370 triliun. Kenaikan ini cukup fantastis, mengingat pada sebulan sebelumnya tercatat 4,8 juta orang dengan nilai transaksi sekitar Rp237,3 triliun (Januari-April 2021).

Dengan volatilitas harga yang tinggi, profil investor kripto biasanya merupakan orang yang berani mengambil risiko. Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa aset kripto satu dengan yang lainnya tidak sama. Bappebti sendiri sudah menerbitkan daftar 229 aset kripto yang dapat diperdagangkan di Indonesia.

Dilansir dari Coinmarketcap.com, kapitalisasi pasar kripto global saat ini mencapai $1,76 triliun, terhitung mengalami penurunan sekitar 2,82%.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang SaaS Manajemen SDM Asal India “Darwinbox” Perkuat Kehadiran di Indonesia

Startup SaaS HR asal India, Darwinbox, mengumumkan perolehan dana segar senilai $15 juta (lebih dari 211 miliar Rupiah) yang dipimpin Salesforce Ventures, diikuti investor sebelumnya Sequoia Capital India dan Lightspeed Venture Partners. Putaran ini merupakan kelanjutan dari seri B yang diperoleh perusahaan pada 2019 lalu.

Salesforce Ventures merupakan perusahaan investasi global, bagian dari Salesforce yang fokus membangun ekosistem perusahaan cloud di dunia dan memperluas penggunaan teknologi kepada masyarakat. Ada 400 perusahaan yang masuk ke dalam portofolio termasuk DocuSign, GoCardless, dan Zoom.

Dalam wawancara terbatas bersama media yang turut dihadiri oleh DailySocial, Co-Founder Darwinbox Jayant Paleti menerangkan dana segar akan digunakan untuk mempercepat ekspansi pasar, merekrut mitra baru, mendorong inovasi produk, dan secara signifikan memperbesar tim di Jakarta.

Funding ini untuk melancarkan ekspansi kami di Asia, sebagian besar dana akan kami fokuskan untuk operasional di Indonesia. Rekrut lebih banyak talenta, membuka kantor kecil untuk R&D di Jakarta, dan mempercepat agenda GTM (go to market) kami di wilayah tersebut,” ucap Jayant, Senin (18/1).

Secara terpisah dalam keterangan resmi, perwakilan dari Salesforce Ventures menyampaikan pemanfaatan adopsi cloud di Asia tumbuh luar biasa cepat dan adanya pandemi sejak tahun lalu semakin memperkuat pentingnya digitalisasi dalam mengelola SDM.

“Inovasi yang ditawarkan Darwinbox menjawab kebutuhan perusahaan-perusahaan terkemuka di Asia. Kami sangat senang menjadi bagian dari perjalanan Darwinbox dan mendukung misi mereka untuk memodernisasi teknologi manajemen SDM dan menjadi pemimpin di bidang ini,” kata dia.

Layanan Darwinbox telah digunakan oleh lebih dari 500 perusahaan global dengan satu juta karyawan yang tersebar di lebih dari 60 negara. Perusahaan ini hadir di Indonesia sejak setahun lalu dan memiliki tim terdedikasi untuk mengembangkan eksistensinya.

Hanya dalam kurun waktu singkat ini, solusi Darwinbox telah digunakan oleh perusahaan teknologi, seperti Tokopedia, Indorama, Kopi Kenangan, STP Tower, Alodokter, Pegi Pegi, Nivea, Puma, Axa, Cigna, dan WeWork yang beroperasi di Asia untuk mentransformasi manajemen SDM mereka secara digital.

Aplikasi Darwinbox
Aplikasi Darwinbox

Solusi Darwinbox

Jayant menuturkan, Darwinbox bermain di solusi HR untuk enterprise dengan rata-rata karyawan dari 300-500 orang hingga 60 ribu orang. Platform dapat dimodifikasi sedemikian rupa untuk menyesuaikan kebutuhan yang mereka dan industrinya masing-masing.

Kebanyakan solusi untuk enterprise di skala ini membutuhkan layanan yang komprehensif dan mudah dioperasikan. Oleh karenanya, Darwinbox memiliki layanan komprehensif yang memenuhi kebutuhan pengelolaan SDM di seluruh fase masa kerja karyawan, mulai dari awal bergabung hingga pensiun. Fitur-fitur tersebut seperti proses perekrutan, orientasi, manajemen tenaga kerja (penilaian performa, pengembangan, cuti, dll), manajemen keuangan (pembayaran gaji, dinas, dan proses reimbursement), manajemen kinerja, dan analisis data.

Dia mengklaim seluruh fitur tersebut sudah disesuaikan dengan pemahaman kultur kerja di Asia, seperti kemudahan penggunaan mobile friendly, tingkat konfigurasi tinggi, dan efisiensi waktu untuk penilaian karyawan lebih cepat. Dengan demikian, platform dapat digunakan oleh semua kalangan, baik dari C-level hingga pekerja kerah biru sekalipun.

“Data tarik utama ini membuat Darwinbox mendapat kepercayaan dari perusahaan besar di Indonesia, berkompetisi dengan SAP, Oracle, dan Workday. Solusi ini dibuat sedemikian rupa untuk mendukung kebutuhan perusahaan di Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri ditambah dengan ketersediaan penggunaan bahasa Indonesia pada platform.”

Pemanfaatan SaaS di perusahaan konglomerasi yang sudah berusia puluhan tahun, sebelumnya melihat sektor ini cukup esensial dalam rangka mendukung transformasi digital di SDM-nya. Namun akibat pandemi, pola pikir tersebut terakselerasi sangat signifikan.

Jayant mengklaim sepanjang kuartal ketiga dan keempat pada tahun lalu, terjadi peningkatan bisnis yang cukup tajam, terbaik sepanjang perusahaan berdiri. Pada sembilan bulan terakhir, perusahaan berhasil memperoleh hampir 180 perusahaan.

“Kami memastikan bahwa setiap fitur di Darwinbox dibuat mudah untuk digunakan semua orang di perusahaan, dari CEO hingga karyawan di lapangan. Jika seorang karyawan dapat menggunakan Whatsapp, Anda dapat menggunakan Darwinbox. Semudah itu.”

Business Head Darwinbox untuk Indonesia Marcelly Suhali menambahkan, tidak ada celah antara perusahaan teknologi dan perusahaan tradisional saat mengimplementasikan SaaS HR karena ditentukan oleh pola pikir. “Selama mereka menghargai pentingnya digitalisasi, mereka akan memiliki kemampuan untuk mengadopsi, karena sistem ini sangat mudah digunakan bahkan untuk kerah biru,” kata Marcelly.

Jayant menargetkan pada tahun ini perusahaan dapat meningkatkan bisnisnya hingga tiga kali lipat.

Lightspeed Venture Partners Ekspansi ke Asia Tenggara, Indonesia Jadi Target Utamanya


Dalam startup report yang dirilis oleh DailySocial awal tahun 2020 lalu terungkap, pada 2019 ada 113 pengumuman pendanaan startup. Dari 59 transaksi dengan nilai yang diungkapkan, dana yang terkumpul mencapai $2,9 miliar. Gojek mendominasi dengan investasi $ 2 miliar.

Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah transaksi terpantau meningkat meski nilainya cukup dinamis.Tercatat sedikitnya terdapat 11 venture capital yang cukup aktif melakukan investasi. Mulai dari East Ventures, Alpha JWC Ventures, Skystar Capital, hingga Intudo Ventures.

Tahun 2020 lanskap startup di Indonesia juga diwarnai dengan berbagai pendanaan. Meskipun diganggu pandemi, namun tidak menyurutkan niat investor untuk memberikan dana segar kepada startup logistik, edutech, aquaculture, agriculture, hingga healthtech. Kondisi tersebut membuktikan adanya potensi besar di pasar Indonesia. Tak heran investor dari berbagai negara berbondong-bondong mencoba peruntungan di ekosistem ini.

Salah satu venture capital global yang berencana melakukan ekspansi di Asia Tenggara saat ini adalah Lightspeed Venture Partners. Indonesia menjadi pasar terbesar yang kemudian diincar oleh mereka.

“Indonesia, secara khusus, adalah populasi internet terbesar ke-4 di dunia dan merupakan pasar yang bagus untuk pendekatan investasi kami karena banyaknya perusahaan rintisan teknologi yang menarik. Wilayah ini memiliki populasi muda yang paham digital, ekosistem startup yang tumbuh cepat, serta kebijakan dan platform yang mengutamakan digital yang hanya akan mempercepat digitalisasi dan inovasi,” kata Partner & Regional Head Lightspeed Venture Partners Akshay Bhushan kepada DailySocial.

Kategori startup dan rencana ekspansi

Chilibeli salah satu portofolio milik Lightspeed
Chilibeli salah satu portofolio milik Lightspeed

Sebelumnya Lightspeed telah berinvestasi pada beberapa startup asal Indonesia, di antaranya startup penyedia platform social commerce Chilibeli, aplikasi B2B marketplace Ula, serta perusahaan penyedia solusi pemenuhan gudang dan pengiriman barang Shipper.

Perusahaan yang berkantor pusat di Silicon Valley ini juga telah menanamkan modalnya pada Grab dan penyedia software kecerdasan buatan bagi sektor enterprise NextBillion.ai.

Bersifat agnostik, Lightspeed ingin memberi dukungan kepada para founder yang bisa memecahkan persoalan unik di Asia. Mulai dari sektor transformatif seperti perdagangan, fintech, edtech, dan SaaS. Lightspeed telah menyiapkan dana sebesar $4 miliar yang baru saja diraih dari pendanaan global.

“Kami terus fokus pada misi inti kami dalam membantu wirausahawan yang berani membangun perusahaan yang mendistrupt masa depan. Melalui semua siklus, naik dan turun, kami tetap setia pada misi ini dan ini adalah fokus kami. Kami tidak berkomentar tentang penggalangan dana sebagai kebijakan kami,” kata Akshay.

Saat pandemi tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pendiri startup untuk tetap bisa bertahan menjalankan bisnisnya. Menurut Akshay belajar dari pengalamannya, idealnya semua startup harus kembali fokus kepada misi awal perusahaan. Kegiatan pivoting hingga diversifikasi lebih baik dihindari. Di Indonesia sendiri saat ini sudah banyak startup yang menghadirkan layanan baru hingga melakukan pivoting, agar tetap bisa bertahan menjalankan bisnis dan menjaga kesejahteraan pegawai.

“Selama periode ketidakpastian ini, bisnis perlu kembali ke dasar dalam hal kecintaan pelanggan dan pengelolaan arus kas. Perusahaan portofolio kami berfokus pada disiplin keuangan dan memperkuat bisnis inti mereka dan sebagai hasilnya, sebagian besar dari mereka menjadi lebih kuat. Byju adalah contoh bagus yang telah tumbuh secara signifikan selama beberapa bulan terakhir. Covid-19 telah mempercepat kebutuhan digitalisasi dan inovasi untuk memastikan kesinambungan bisnis, sehingga para pendiri harus bertujuan untuk beralih ke pergeseran digital di pasar mereka.” tutup Akshay.

A Logistics Aggregator Platform Shipper is Reportedly Securing 294 Billion Rupiah Worth of Series A Funding

Shipper, the logistics aggregator platform is reported to have secured Series A funding of $ 20 million or equivalent to 294.3 billion Rupiah. The round was led by Naspers with the participation of previous investors, AC Ventures, Insignia Ventures Partners, and Lightspeed Venture Partners.

This news was first released by DealStreetAsia; we have contacted Shipper’s Co-Founder Budi Handoko and AC Venture Managing Partner Adrian Li to get detailed confirmation, however, both are reluctant to comment on the news.

Previously the company closed its seed round in September 2019, raising funds worth $ 5 million or equivalent to 70.3 billion Rupiah. Investors involved included Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, and Y Combinator.

Since it was founded in 2017, Shipper has presented an integrated dashboard to help online sellers in e-commerce manage customer order shipments. In this dashboard, business people can easily get the most efficient logistics service recommendations, including pickup scheduling and integrated reporting.

Shipper’s internal data showed there are currently around 2500 logistic providers in Indonesia with various business scales. The Shipper service has also been used by around 25 thousand online merchants in Indonesia. This year they are targeting to have 1000 micro hubs for pick up and 20 logistics centers. The regional expansion has also been announced, targeting markets in Thailand, Vietnam, and the Philippines.

Shipper has other founder, besides Budi, he is Phil Opamuratawongse. Last year, the startup successfully joined the Y Combinator accelerator program in Silicon Valley, precisely in the Winter 2019.

In Indonesia, the “smart logistic” platform continues to develop. In terms of aggregator platform, besides Shipper, there is also Anjelo officially launched at the end of 2019. They offer logistics services, including last-mile delivery, cargo via air and sea, customs services, and warehousing.

In addition, with a model that is more integrated with its platform, Bukalapak also launched BukaSend. Aggregate services from logistics partners who have joined the company to facilitate consumers with shipments and courier orders.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Agregator Logistik Shipper Dikabarkan Bukukan Pendanaan Seri A 294 Miliar Rupiah

Shipper, pengembang platform agregator logistik dikabarkan telah membukukan pendanaan seri A senilai $20 juta atau setara 294,3 miliar Rupiah. Putaran tersebut dipimpin Naspers dengan keterlibatan investor sebelumnya yakni AC Ventures, Insignia Ventures Partners, dan Lightspeed Venture Partners.

Kabar ini pertama kali dirilis oleh DealStreetAsia; kami telah menghubungi Co-Founder Shipper Budi Handoko dan Managing Partner AC Venture Adrian Li untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut, hanya saja keduanya enggan berkomentar mengenai kabar tersebut.

Sebelumnya perusahaan menutup seed round mereka pada September 2019, kumpulkan dana senilai $5 juta atau setara 70,3 miliar Rupiah. Investor yang terlibat meliputi Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, dan Y Combinator.

Sejak didirikan pada tahun 2017, Shipper menyuguhkan sebuah dasbor terpadu untuk membantu online seller di e-commerce mengelola kiriman pesanan pelanggan. Dalam dasbor tersebut pelaku bisnis dapat dengan mudah mendapatkan rekomendasi layanan logistik yang paling efisien, termasuk untuk melakukan penjadwalan penjemputan dan pelaporan secara terpadu.

Dari data internal Shipper pun tercatat saat ini ada kurang lebih 2500 penyedia logistik di Indonesia dengan berbagai skala bisnis. Layanan Shipper juga sudah digunakan sekitar 25 ribu pedagang online di Indonesia. Tahun ini mereka menargetkan bisa memiliki 1000 hub mikro untuk penjemputan dan 20 pusat logistik. Ambisi ekspansi regional juga sudah disampaikan, targetnya juga bisa layani pasar Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Selain Budi, Shipper turut didirikan oleh Phil Opamuratawongse. Tahun lalu, mereka berhasil tergabung dalam program akselerator Y Combinator di Silicon Valley, tepatnya pada periode Winter 2019.

Di Indonesia platform “smart logistic” terus berkembang. Untuk platform agregator, selain Shipper ada juga Anjelo yang diresmikan akhir 2019 lalu. Jenis layanan logistik yang ditawarkan meliputi last mile delivery, kargo via udara maupun laut, layanan kepabeanan, hingga pergudangan.

Selain itu, dengan model yang lebih terintegrasi dengan platformnya, Bukalapak juga luncurkan BukaSend. Mengagregasi layanan dari mitra logistik yang telah tergabung ke perusahaan untuk memudahkan konsumen melakukan pengiriman dan pemesanan kurir.