Whitepaper Mandiri Group: Perkembangan Regulasi IPO di Indonesia, Adopsi dari Bursa Amerika Serikat

Bursa saham Amerika Serikat menjadi rumah buat banyak perusahaan teknologi glpbal karena ramah dari segi regulasi dan penetrasi investor yang begitu matang. Meski demikian, tidak selalu ada cerita indah di sana. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dan menjadi bahan pembelajaran buat regulator di Indonesia.

Kesuksesan IPO Bukalapak pada Agustus kemarin, menjadi pembuktian bahwa regulator di Indonesia siap untuk menerima perusahaan teknologi, juga dapat menyerap dana yang dibidik Bukalapak. Selain Bukalapak, masih banyak perusahaan teknologi yang sudah menyatakan rencananya untuk segera melantai di bursa saham.

Agar semakin mudah dalam memahami paradigma terkini mengenai regulasi IPO baik di Indonesia maupun di pasar global. Mandiri Group menyusun whitepaper yang berjudul, “The Billion Dollar Moment: A Paradigm Shift for Indonesian IPOs”. Studi itu merupakan hasil kerja sama Mandiri Group, yakni Mandiri Capital Indonesia, Mandiri Sekuritas, dan Mandiri Institute.

Secara umum, studi tersebut mendeskripsikan pandangan makro terkait strategi pengumpulan dana perusahaan teknologi di Asia Tenggara, proses IPO untuk perusahaan rintisan teknologi, dan perbandingan kebijakan IPO di dalam dan luar negeri. Beberapa kesimpulan studi ini adalah laju volume IPO perusahaan teknologi di BEI diperkirakan akan terus melonjak ke depannya.

Kemudian, kesuksesan Bukalapak telah membuktikan kepada regulator dan pemangku kepentingan bahwa IPO perusahaan teknologi yang berkembang akan memberikan manfaat besar bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

“Dengan debut pasar yang memecahkan rekor dari salah satu unicorn teknologi, pembuat kebijakan terus aktif mengubah BEI menjadi lingkungan keluar yang lebih ramah untuk startup,” tulis studi tersebut.

Dalam whitepaper dipaparkan, setidaknya ada 14 perusahaan teknologi yang melakukan IPO di BEI sepanjang 2002-2021. Sejak 2002-2016, tercatat hanya ada tiga perusahaan yang IPO, yakni PT Limas Indonesia Makmur (2002), Multipolar (2013), Anabatic (2015). Kemudian bertambah menjadi 11 emiten sepanjang 2017-2021.

Berdasarkan klasifikasi bisnisnya terbagi menjadi lima kelompok, yakni e-commerce, fintech, SME solutions, IT & Data Security, dan digital trade marketing. PT Limas Indonesia Makmur pada saat itu IPO dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp242 miliar. Sementara, PT Bukalapak.com melakukan IPO dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp87 triliun.

Di pasar regional, tren pengumpulan dana melalui aksi merger dan akuisisi diprediksi akan mencapai $75 miliar pada tahun ini, setelah lebih dari satu dekade angkanya stagnan di kisaran $20 miliar di tiap tahunnya. Pada tahun ini saja, setidaknya ada tiga aksi merger dan akusisi antar perusahaan teknologi dengan total nilai transaksi lebih dari $245 juta. Aksi itu dilakukan oleh Carsome (akuisisi iCar Asia), Mekari (akuisisi Qontak), dan Warung Pintar (akuisisi Bizzy).

BEI dan OJK juga lebih adaptif dalam melakukan banyak relaksasi untuk menyambut lebih banyak perusahaan teknologi agar melantai di bursa lokal. Relaksasi tersebut adalah menyeragamkan metode penghitungan indeks saham berdasarkan jumlah saham publik yang beredar alias free float dengan menggunakan IHSG sebagai indeks acuan utama.

Mereka juga melakukan penyesuaian atas kriteria pemilihan indeks yang memungkinkan emiten dapat dipertimbangkan segera masuk (fast entry) ke dalam konstituen LQ45, IDX30, IDX80, JII, JII70, IDX BUMN20 serta IDX-MES BUMN 17.

Belajar dari IPO di negara Barat

Perlu diakui, langkah BEI dan OJK untuk mendukung gairah perusahaan teknologi lokal untuk melantai di bursa lokal patut diacungi jempol. Salah satu yang menjadi permintaan para founer lokal adalah kemungkinan untuk pemberlakuan aturan dual class stock (DSC). Yang mana, aturan ini baru diluncurkan OJK setelah dinanti-nanti.

Praktek ini dibutuhkan perusahaan teknologi karena ada empat alasan. Pertama, memberikan ketenangan bagi founder yang ingin mengakses pasar modal publik untuk pendanaan tetapi tidak ingin melepaskan kendali atas bisnis mereka; memungkinkan pemilik perusahaan yang tumbuh cepat untuk mengakses pasar ekuitas publik tanpa melepaskan kendali total voting.

Kemudian, manajemen dapat fokus pada perolehan kekayaan jangka panjang alih-alih menjadi terganggu oleh tujuan kinerja jangka pendek; memberikan keamanan jika terjadi pengambilalihan potensial atau ancaman strategis, khususnya di era meningkatnya aktivitas pemegang saham; dan investor mungkin tidak terlalu khawatir tentang potensi kerugian dari struktur kelas ganda ketika dievaluasi terhadap manfaat berinvestasi di perusahaan yang dipimpin oleh seorang eksekutif atau pendiri terkenal.

“Dari 2017 hingga 2019, hampir 30% IPO menawarkan saham kelas ganda. Jenis struktur ini sangat populer di kalangan perusahaan teknologi yang pendirinya ingin mempertahankan hak suara dan kendali atas perusahaan.”

Tak hanya soal DCS, SPAC atau hal lainnya, perlu dicatat bahwa tidak semua debut IPO perusahaan teknologi di negara Barat berjalan dengan lancar pada tahap awalnya. Hal ini menandakan skeptisisme investor yang sehat. Kendati suatu perusahaan memiliki neraca keuanga yang sehat dan terus berada di posisi teratas, namun tidak selalu menandakan bahwa IPO akan berkinerja baik dalam waktu dekat.

Sekali lagi, ini adalah kondisi yang sehat karena menunjukkan bahwa menjual perusahaan kepada investor publik menjadi lebih menantang dan volume valuasinya jauh dari level dot-com-mania. Ambil contoh dari harga saham Airbnb, saat IPO dihargai $68 per lembar, sekarang tembus ke angka $170.

Kemudian, SEA adalah contoh kasus yang menarik karena sejak IPO di Oktober 2017, sahamnya dihargai $15 per lembar, tapi pergerakannya tidak dramatis sampai akhirnya di pertengahan Oktober 2020 meledak. Per kuartal III 2021, harga saham SEA naik 25 kali lipat dari harga IPO menjadi lebih dari $360 per lembar.

“Ini hanyalah salah satu contoh yang menunjukkan bahwa investasi teknologi adalah permainan yang panjang. Bahkan jika harga saham turun tak lama setelah IPO, potensi pertumbuhan dan keuntungan jangka panjang sering kali terasa bernilai.”

OJK Terbitkan Aturan Multiple Voting Shares, Semakin Ramah Buat Perusahaan Teknologi

OJK akhirnya menerbitkan aturan mengenai multiple voting shares (MVS). Hal ini tertuang dalam POJK No. 22 Tahun 2021 tentang Penerapan Klasifikasi Saham Dengan Hak Suara Multipel oleh Emiten dengan Inovasi dan Tingkat Pertumbuhan Tinggi yang melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas Berupa Saham.

Penerbitan beleid ini merupakan upaya mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya sektor pasar modal, dengan cara mengakomodasi perusahaan yang menciptakan inovasi baru dengan tingkat produktivitas dan pertumbuhan yang tinggi (new economy) dalam melakukan listing di Bursa Efek Indonesia.

POJK ini mengatur mengenai penerapan saham dengan hak suara multipel, yaitu satu saham memberikan lebih dari satu hak suara kepada pemegang saham yang memenuhi persyaratan tertentu. Tujuannya untuk melindungi visi dan misi perusahaan sesuai dengan tujuan para pendiri dalam mengembangkan kegiatan usaha yang dijalankan perusahaan.

OJK menetapkan syarat emiten yang dapat menerapkan saham dengan MVS adalah:

  1. Menggunakan teknologi untuk menciptakan inovasi produk dan terdapat pemegang saham yang berkontribusi signifikan terhadap pemanfaatannya;
  2. Aset perusahaan minimal Rp2 triliun dan telah melakukan kegiatan operasional minimal tiga tahun;
  3. Pertumbuhan tahunan (compounded) selama tiga tahun terakhir minimal 20% untuk aset dan 30% untuk pendapatan;
  4. Belum pernah melakukan penawaran umum efek ekuitas.

Lebih jauh, OJK tetap berusaha melindungi hak suara bagi pemegang saham publik. Ada empat poin yang ditetapkan:

  1. Jangka waktu penerapan saham MVS paling lama 10 tahun dan dapat diperpanjang satu kali dengan jangka waktu paling lama 10 tahun dengan persetujuan Pemegang Saham Independen dalam RUPS;
  2. Setiap pemegang saham MVS dilarang unntuk mengalihkan sebagian atau seluruh saham MVS yang dimilikinya selama dua tahun setelah Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif;
  3. Saham MVS memiliki hak suara yang setara dengan saham biasa pada mata acara tertentu dalam RUPS; dan
  4. Dalam setiap penyelenggaraan RUPS, jumlah saham biasa yang hadir dalam RUPS paling rendah mewakili 1/20 dari jumlah seluruh hak suara dari saham biasa yang dimiliki pemegang saham, selain pemegang saham MVS.

Selain itu, OJK juga mengatur rasio hak suara MVS terhadap hak suara biasa:

  1. Dalam hal pemegang saham MVS baik sendiri maupun secara bersama-sama memiliki saham MVS paling rendah 10% sampai dengan 47,36% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh, rasio hak suara MVS terhadap hak suara saham biasa sebesar 10:1
  2. Untuk MVS paling rendah antara 5%-10% dari seluruh modal, rasionya 20:1
  3. Untuk MVS paling rendah antara 3,5%-5% dari seluruh modal, rasionya 30:1
  4. Untuk MVS paling rendah antara 2,44%-3,5% dari seluruh modal, rasionya 40:1
  5. Apabila hak suara saham MVS tidak lebih dari 50% dari seluruh hak suara, emiten dapat meningkatkan rasionya, sehingga rasio hak suara MVS terhadap saham biasa menjadi paling tinggi sebesar 60:1

Fenomena MVS

Penerapan dual class shares (DCS) dengan struktur multiple voting shares (MVS) menjadi hal lumrah bagi penerapan IPO di bursa Amerika Serikat. Banyak negara yang mengatur rata-rata rasio antara hak suara saham MVS dengan hak saham biasa berbanding 10:1. Praktek ini berbeda dengan saham biasa yang hanya memiliki satu hak suara, sering disebut ordinary share.

Di Amerika Serikat, tercatat sebanyak 26 dari 134 perusahaan go public pada tahun 2018, 25 dari 112 perusahaan baru yang terdaftar pada tahun 2019, dan 32 dari 165 perusahaan yang baru terdaftar pada tahun 2020 mengadopsi DCS.

Fakta tersebut membuat bursa di negara lain seperti Hong Kong, Singapura, dan Shanghai termotivasi melakukan pelonggaran aturan agar bursanya jadi lebih menarik, khususnya perusahaan teknologi. Apalagi Hong Kong sebelumnya telah kehilangan saat Alibaba dan perusahaan besar lainnya berpaling dan memilih go public di New York.

Saat menjadi perusahaan publik, DSC berfungsi untuk meyakinkan para investor bahwa di bawah kontrolnya perusahaan dapat mencapai visi dan misi tertentu dalam jangka panjang. Meski founder tersebut secara teknis sahamnya lebih sedikit, tapi hak suaranya lebih besar daripada saham biasa.

“Kalau bursa bisa menerapkan ini, akan jadi hal positif karena rata-rata perusahaan teknologi itu di-drive oleh sosok founder,” ucap Managing Partner Ideosource Edward Chamdani dalam wawancara bersama DailySocial.

Pada umumnya, saat go public, biasanya tolak ukur perusahaan dilihat dari laporan keuangan dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG). Perusahaan teknologi yang bersifat disruptif dan inovatif sangat dipengaruhi sosok founder untuk menguatkan visi misi perusahaannya yang masih abstrak.

Kendati begitu, penerapan MVS selalu ada sisi negatif yang dikhawatirkan karena sistem kapitalisme ini menghilangkan unsur demokratis. Satu saham tidak lagi dinilai satu hak suara. Google bahkan memiliki tiga jenis saham, Class A, B, dan C. Tiap lembar saham Class B menguasai 10 hak suara diisi oleh orang-orang dalam Google. Sementara saham biasa Class A yang dijual ke publik hanya bernilai satu hak suara dan Class C tidak memiliki hak suara.

Bukalapak Siap Tercatat di BEI pada 6 Agustus Mendatang

PT Bukalapak.com Tbk akhirnya mengumumkan secara terbuka untuk segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang akan memakai kode emiten BUKA ini, bakal listing di BEI pada 6 Agustus 2021.

Aksi unicorn ini jelas menarik perhatian karena menjadi perusahaan teknologi pertama di industri e-commerce Indonesia yang melantai ke bursa saham.

Berdasarkan prospektus yang disampaikan perseroan pada hari ini (9/7), Bukalapak melepas 25.765.504 lembar saham biasa atas nama yang seluruhnya merupakan saham baru, mewakili sebanyak-banyaknya 25% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham.

Dari total tersebut, penjatahan untuk terpusat untuk investor ritel adalah 2,5% atau senilai Rp75 miliar. Namun akan disesuaikan kembali bila terjadi oversubscribed selama masa bookbuilding.

Harga penawaran saham berkisar antara Rp750 sampai Rp850 per lembar. Dengan demikian, nilai transaksi IPO ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp21,9 triliun. Aksi ini bakal menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah di Indonesia.

Perseroan akan segera melakukan roadshow menjaring investor besar di luar negeri dan di dalam negeri untuk berpartisipasi dalam aksi korporasi ini.

Dana yang diraup akan dialokasikan sekitar 66% untuk keperluan modal kerja. Sisanya digunakan untuk modal kerja entitas anak, yakni sekitar 15% dialokasikan untuk Buka Mitra Indonesia, sekitar 15% untuk Buka Usaha Indonesia. Kemudian, sekitar 1% untuk Buka Investasi Bersama, sekitar 1% untuk Buka Pengadaan Indonesia, sekitar 1% untuk Bukalapak Pte. Ltd., dan sekitar 1% untuk Five Jack (itemku).

Masa penawaran awal dilangsungkan pada 9 Juli-19 Juli 2021. Lalu, masa penawaranumum perdana saham pada 28 Juli-30 Juli 2021. Jika proses berjalan lancar, maka pencatatan saham perdana Bukalapak di BEI akan berlangsung pada 6 Agustus 2021 mendatang.

Dari total saham yang dilepas ke publik, perseroan akan mengaplikasikan sebanyak 0,1% untuk program alokasi saham kepada karyawan (employee stock allocation/ESA) atau sebanyak-banyaknya sebesar 25,76 juta dengan harga pelaksanaan ESA yang sama dengan harga penawaran.

Penawaran umum perdana saham perseroan tidak menggunakan sistem elektronik atau e-IPO. Manajemen menyebutkan tata cara pemesanan saham berdasarkan Peraturan No.IX.A.2 dan Peraturan No.IX.A.7 dengan penyesuaian tertentu berdasarkan surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. S-108/D.04/2021 tanggal 7 Juli 2021.

Bukalapak menyediakan tautan khusus untuk memudahkan investor memperoleh informasi cara pemesanan. Ada 4 informasi yang disampaikan, yakni informasi emisi saham Bukalapak, harga saham, formulir pemesanan pembelian atau FPPS, serta prospektus awal dan prospektus.

Pemesanan saham Bukalapak dilakukan secara khusus. Investor wajib memiliki Single Investor Identification (SID), Sub Rekening Efek (SRE), dan Rekening Dana Nasabah (RDN).

Rencana berikutnya

Dari prospektus, perseroan membukukan nilai transaksi mencapai Rp85 triliun per tahun, meningkat dari sebelumnya Rp28 triliun. Peningkatan ini membuat pendapatan Bukalapak naik 4,6 kali menjadi Rp1,35 triliun dari Rp290 miliar per tahun.

“Tumbuh 115% rata-rata per tahun. Banyak perusahaan teknologi yang harus bakar uang untuk tumbuh, tapi cara berpikir kami beda. Kami ingin tumbuh dan memperbaiki profitabilitas kami. Kami memperbaiki EBITDA dan terus berusaha agar tren ini dapat terus berlanjut dan bisa menjadi perusahaan yang menguntungkan di masa mendatang,” ucap Presiden Direktur Bukalapak Rachmat Kaimudin dalam public expose, hari ini (9/7).

Ia juga menyampaikan bahwa aksi IPO ini adalah tonggak sejarah di industri teknologi dan pasar modal karena saham perusahaan unicorn sudah dapat dimiliki masyarakat luas. Sebelumnya Bukalapak hanya aplikasi yang sudah berdiri selama 11 tahun.

“Dengan mimpi yang besar, dimulai dari kos-kosan dan modal dari Rp80 ribu tapi punya tujuan besar memajukan UMKM.”

Menurutnya, masalah yang dihadapi UMKM di Indonesia cukup kompleks dan belum tersentuh teknologi, sehingga proses bisnisnya masih dijalankan secara tradisional. Teknologi menjadi solusi yang bisa dipakai untuk melayani masyarakat yang belum terlayani.

Kehadiran layanan e-commerce di satu sisi juga belum merata. Sebesar 70% transaksinya datang dari lima kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Semarang. Populasi di kota tersebut hanya 10% dari total populasi di Indonesia.

Manajemen dan tim IPO Bukalapak

Sementara, 90% populasi Indonesia yang datang di luar lima kota tersebut hanya melakukan transaksi di layanan e-commerce sebesar 30% dari nilai transaksi. “Jadi perbandingannya 20:1 dari segi populasi masyarakat Indonesia. Strategi kami adalah membuka jaringan O2O melalui digitalisasi warung yang bisa menjadi infrastruktur tambahan.”

Pasca IPO, sambung Rahmat, perseroan akan melanjutkan strategi bisnis all commerce, melalui aplikasi Bukalapak dan Mitra Bukalapak (beserta aplikasinya), untuk menambah produk dan layanan buat mitra agar makin banyak yang terdigitalisasi dan punya banyak tambahan sumber pendapatan.

Direktur Bukapalak Teddy Oetomo turut menambahkan, pendapatan yang disumbang dari Mitra Bukalapak kemungkinan ke depannya bakal lebih dominan dari layanan e-commerce. Ia beralasan karena pertumbuhannya belakangan yang fantastis dan inovasi yang selalu dilakukan perusahaan.

“Bukalapak akan mendapat komisi bila pelapak kami bisnisnya tumbuh, maka bisnis kami itu saling beriringan. Semakin bisnis mereka berkembang, mereka dapat semakin loyal dengan Bukalapak,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Induk Rumah.com Kembali Dapat Pendanaan, Persaingan Bisnis Proptech Makin Menarik Disimak

Hari ini (02/9) induk perusahaan Rumah.com, yakni PropertyGuru Group, mengumumkan perolehan pendanaan baru senilai $220 juta atau setara 3,2 triliun Rupiah. Investor yang terlibat adalah TGP Capital dan KKR melalui KKR Asian Fund III. Sebelumnya pada putaran seri D tahun 2018 lalu, kedua investor tersebut juga turut terlibat, didukung EMTEK dan Square Peg Capital.

Dana segar tersebut akan difokuskan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis PropertyGuru di semua pangsa pasar. Dua layanan yang akan turut dimaksimalkan adalah pembiayaan rumah PropertuGuru Finance dan platform untuk pengembang properti PropertyGuru FastKey. Di Indonesia, selain Rumah.com mereka juga turut mengoperasikan RumahDijual.com. Merek berbeda juga dimiliki untuk mendukung bisnisnya di Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Didasarkan pada riset sebelumnya yang dilakukan DailySocial, meninjau dari tingkat kunjungan di situs web dan aplikasi, kedua platform kelolaan PropertyGuru di Indonesia tergolong memimpin pasar. Mereka bersaing langsung dengan beberapa startup dan grup perusahaan. Misalnya dengan Emerging Markets Property Group (EMPG) yang kini hadir di Indonesia melalui akuisisinya terhadap Lamudi; atau 99.co yang saat ini terafiliasi dengan REA Group melalui joint venture, mereka turut mengoperasikan Rumah123 dan mencaplok situs listing properti Urbanindo.

Startup proptech di Indonesia
Startup proptech di Indonesia

Para pemain mencoba menangkap momentum pertumbuhan industri properti seiring dengan peningkatan perekonomian di Indonesia, khususnya saat merujuk data sebelum pandemi. Permintaan akan hunian terus meningkat, baik apartemen, rumah, sampai indekos. Sebarannya pun mulai menyeluruh, tidak hanya terpaku di ibukota, seiring dengan adanya pertumbuhan bisnis yang merata di berbagai kota.

Beberapa yang solusi yang dihadirkan proptech menyelesaikan permasalahan mendasar seperti memudahkan proses pencarian properti, transparansi proses bisnis dan transaksi properti, memberdayakan pengembang dan pebisnis lainnya dengan alat digital, hingga menyediakan alternatif solusi properti (seperti coworking atau coliving).

Sekilas startup proptech di Indonesia

Selain tiga grup perusahaan tersebut, ada banyak startup proptech di Indonesia yang berdiri secara independen, mengadopsi model bisnis yang spesifik. Misalnya yang dilakukan Travelio, selain sajikan listing apartemen untuk konsumer, mereka juga miliki bisnis Property Management yang membantu pemilik apartemen mengelola unitnya. Selain memasarkan, menerapkan standardisasi sehingga meningkatkan nilai jual apartemen yang hendak disewakan.

Yang paling anyar ada juga Pinhome, didirikan Dayu Dara Permata dan Ahmed Aljunied. Alih-alih menjadi marketplace atau situs listing, mereka mencoba menjadi platform online yang memfasilitasi interaksi antara pemilik, pembeli, dan agen properti. Di luar aplikasi berbasis sistem informasi, dari startup lokal juga sudah melahirkan platform pembiayaan untuk pembelian properti. Dua di antaranya Gradana dan Taphomes.

Juni lalu, startup proptech lokal Jendela360 juga baru bukukan pendanaan 14 miliar Rupiah. Layanan mereka unik, memadukan unsur visual dengan virtual reality untuk memudahkan pengguna melihat detail apartemen yang hendak disewa. YukStay tahun ini juga bergabung di Y Combinator, bersamaan dengan itu mereka berhasil kumpulkan pendanaan seri A senilai 65 miliar Rupiah.

Application Information Will Show Up Here

Perjalanan Empat Tahun Mamikos, Rambah Model Bisnis Baru Melalui Mamirooms

Mamikos dirilis sejak tahun 2015, pada awalnya berperan sebagai situs dan aplikasi pencarian hunian sewa atau indekos di beberapa kota. Masih dengan misi yang sama, kini startup asal Yogyakarta tersebut sudah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

Dalam kurun 4 tahun, mereka berhasil menghubungkan 110 ribu pemilik indekos di berbagai kota di Indonesia dengan 8 juta pengguna setiap bulannya. Di sisi layanan juga ada beberapa improvisasi signifikan yang dibubuhkan, termasuk fitur Booking untuk membantu pengguna memesan kamar langsung dari aplikasi.

“Kami akan terus fokus pada kategori industri indekos dengan membantu memajukan bisnis para pemilik kamar, sekaligus membantu para pencari kamar mendapatkan tempat dengan mudah lewat platform kami,” ujar Co-Founder & CEO Mamikos Maria Regina Anggit Tut Pinilih kepada DailySocial.

Anggit juga menceritakan mengenai inisiatif Mamirooms, yakni model bisnis baru di Mamikos untuk membantu pemilik indekos dalam mengelola propertinya. Bagi pemilik indekos yang tergabung, mereka akan mendapatkan bantuan intensif dalam kegiatan pemasaran, pengelolaan kamar, hingga standardisasi properti agar meningkatkan nilai jual. Standarisasi tersebut meliputi interior, fasilitas, operator, pelayanan, serta teknologi pembayaran (MamiPay – masih dalam tahap pengembangan).

Saat ini layanan Mamirooms sudah mencakup di wilayah Jabodetabek, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, dan Malang.

Mamirooms
Mamirooms sediakan layanan pemasaran hingga operasional / Mamikos

Melanjutkan cerita, Anggit memaparkan awal mula pengembangan layanan tersebut. Ide awalnya berangkat dari masalah yang ia liat dihadapi oleh teman-temannya yang merantau. Pada saat itu mencari indekos menjadi suatu kegiatan yang memakan waktu, padahal internet sudah menjadi bagian hidup. Informasi yang tersedia di online sering tidak akurat, tidak lengkap, dan tidak diperbarui.

“Kami memulai mendirikan Mamikos dari Yogyakarta, kota kelahiran saya. Kami mulai hanya dengan hanya 3 orang. Saat itu kami bertiga memulai mengumpulkan data indekos dan dapat 50 data listing. Dua minggu kemudian kami merilis Mamikos. Selang tiga tahun layanan tersebut sudah memiliki lebih dari 200 ribu properti,” terang Anggit.

Saat ini perusahaan yang turut didirikan Bayu Syerli (Co-Founder & COO) tersebut masih terus fokus pada pengembangan fitur. Misinya membantu semua aspek kehidupan penyewa dan pemilik indekos.

“Nama Mamikos sendiri berawal dari saya ingin memberikan nama yang memiliki berkesan personal tapi juga modern sesuai dengan misi kita yang ingin meningkatkan kelas pencarian indekos,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Sidebeep App Facilitates Consumer to Find Curated Services

Looking for high quality and trusted services might be difficult, usually it requires recommendation from colleagues due to trust issue. It doesn’t happen to only a few, but most people including Sidebeep Founder & CEO, Henry Sutioso. It inspired him to release Sidebeep service marketplace.

The business model is quite simple, gathering service providers in one. There are several categories available, from tattoo artist, custom motorcycle, premium sneakers laundry, mobile spa, premium waterless carwash home service, make up artist, trip organizer, gadget repair, fashion & accesories repair, and many more.

Sidebeep’s CMO, Yogi Apriandi said these service providers are already passed the curation process. Starts from administrative data of prospective providers online, the interview process via phone to find out more about provider’s experience. We need to know how long they’ve been running business, how many transactions have been made, and the customers.

“In the final stage, there’s survey to their locations, in case they’ve meet the standard or not. It means, every provider in Sidebeep must be professional. Either it’s personal or a brand,” he said to DailySocial.

He said that currently, there are 100 service providers in average joining Sidebeep, most of them are in Jakarta. In total, the current users are around 10,000 since the general launching in November 2018.

“Many users feel satisfied with our service because they really don’t have to bother coming to an outlet for repair, or laundry. Although some people aren’t really satisfied, It only becomes more challenging to make innovations.”

Business plan this year

He continued, during this year, Sidebeep will start to expand to various major cities outside Jakarta, due to the rapid development of lifestyle. In addition, the demand to contribute for more people. In terms of technology, it’ll be finalized. They want to assure the best experience in selling or booking a service.

Each category in Sidebeep app will be designed according to its characteristic. Moreover, each people will have different experience in selling or booking a service. Currently, Sidebeep is accessible via desktop and Android.

“It’s different when you make order to the tattoo artist and booking a trip organizer. When booking a beauty saloon and ordering laundry sneakers. This is our priority this year.”

In addition, the company plans for business monetizing. There will be subscription feature for service providers. It will be different with the one you get for free in app. Consumers will guarantee more benefits over costs spent.

To date, Sidebeep has received funding from angel investor with no further detail of the value. The plan to get follow-on funding is there. However, it is when the product has reached market-fit with increasing progress, it’s expected to attract investors by the late 2019.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Sidebeep Permudah Konsumen Cari Layanan Jasa Terkurasi

Mencari jasa yang berkualitas dan terpercaya seringkali sulit ditemukan, biasanya mengandalkan rekomendasi dari orang terdekat karena erat dengan unsur percaya. Kejadian seperti ini tidak hanya dialami oleh segelintir orang saja, hampir semua orang termasuk Founder dan CEO Sidebeep Henry Sutioso. Akhirnya, menginspirasi Henry dengan merilis marketplace jasa Sidebeep.

Model bisnis Sidebeep cukup sederhana, mengumpulkan berbagai penyedia jasa dalam satu tempat. Ada beberapa kategori jasa yang tersedia, mulai dari tattoo artist, kustom motor, premium sneakers laundry, mobile spa, premium waterless carwash home service, make up artist, trip organizer, gadget repair, fashion & accesories repair, dan masih banyak lagi.

CMO Sidebeep Yogi Apriandi menerangkan dalam menghadirkan penyedia jasa ini, sudah melalui proses kurasi. Mulai dari mengecek data-data administrasi calon penyedia secara online, proses interview via telepon untuk mengetahui lebih detail pengalaman penyedia dalam menyediakan layanannya. Menanyakan berapa lama sudah terjun, berapa banyak transaksi yang dihasilkan, hingga pelanggannya.

“Di tahap akhir ada survei ke lokasi dari penyedia jasa apakah sesuai dengan standar atau tidak. Intinya setiap penyedia jasa di Sidebeep harus benar-benar profesional. Mau itu jasa secara personal atau pun sebuah brand,” terang Yogi kepada DailySocial.

Dia menyebut saat ini kurang lebih ada 100 penyedia jasa yang bergabung di Sidebeep, mayoritas berlokasi di Jakarta. Sementara total pengguna sampai hari ini kurang lebih 10.000 sejak pertama kali dirilis secara umum di November 2018.

“Banyak user merasa puas atas layanan kami karena mereka benar-benar tidak perlu repot datang ke outlet untuk sekadar reparasi, atau laundry. Meski ada beberapa yang masih belum merasa terpuaskan, justru ini membuat kami lebih semangat untuk berinovasi.”

Rencana tahun ini

Yogi melanjutkan sepanjang tahun ini Sidebeep akan mulai ekspansi ke berbagai kota besar di luar Jakarta, lantaran terjadinya perkembangan gaya hidup yang mulai pesat. Ditambah keinginan untuk berkontribusi ke lebih banyak orang. Dari sisi teknologi juga akan terus disempurnakan. Pihaknya ingin memastikan pengalaman terbaik saat menjual atau memesan jasa.

Tiap kategori yang tersedia di aplikasi Sidebeep akan didesain sesuai dengan karakteristik masing-masing. Pasalnya, pengalaman seseorang baik dalam menjual atau membeli sebuah jasa itu akan berbeda di tiap kategori. Untuk sementara, Sidebeep baru bisa diakses lewat desktop dan Android saja.

“Akan beda jika Anda memesan jasa kepada tattoo artist dengan memesan jasa trip organizer. Atau memesan jasa salon kecantikan dengan memesan jasa laundry sneakers. Ini yang akan kami prioritaskan untuk dikembangkan tahun ini.”

Di samping itu, perusahaan tengah berencana untuk melakukan monetisasi bisnis. Akan tersedia fitur berbayar yang bisa didapat oleh penyedia jasa melalui sistem berlangganan. Kehadiran fitur ini tentunya akan berbeda dengan fitur yang biasa didapat secara gratis di aplikasi. Konsumen bakal menjamin lebih banyak manfaat daripada biaya yang dikeluarkan.

Sejauh ini, Sidebeep telah mendapat pendanaan dari angel investor dengan detail yang tidak disebutkan oleh Yogi. Rencana untuk mendapatkan pendanaan tahap lebih lanjut, tentunya ada. Namun Yogi menyebut, saat produk sudah benar-benar sampai ke level market-fit dan progress yang terus meningkat, diharapkan sampai akhir tahun ini bisa dilirik oleh para investor.

Application Information Will Show Up Here

SewaKantorCBD Rebranding Jadi SpaceStock, Hadirkan Layanan Penjualan Properti

SewaKantorCBD resmi rebranding menjadi SpaceStock. Selain perubahan nama dan identitas, mereka juga memperluas bisnis sektor properti komersial dan tempat tinggal. SpaceStock akan menyediakan daftar properti dan agen profesional untuk membantu kebutuhan dan keinginan konsumen.

CEO SpaceStock Leonardo Hartono menjelaskan bahwa pihaknya akan mengambil peran sebagai one stop solution bagi siapa saja yang hendak membeli, menyewa atau menjual properti. SpaceStock menampilkan berbagai macam properti dengan detail informasi yang jelas, foto berkualitas tinggi dan virtual reality untuk menciptakan real life experience.

“Selain itu agen profesional SpaceStock siap membantu secara gratis untuk memberikan informasi maupun advise kepada calon pembeli atau penjual sampai dengan negosiasi agar dapat tercipta transaksi jual-beli atau sewa yang diinginkan,” imbuh Leonardo.

Untuk memberikan pengalaman terbaik bagi setiap penggunanya, tim SpaceStock akan mengumpulkan informasi mendetail tentang properti, mulai dari jenis properti, lokasi, tata letak, dan lainnya untuk ditayangkan di platform SpaceStock.

Tim SpaceStock akan mendatangi properti tersebut secara langsung untuk mengambil gambar berkualitas tinggi, termasuk menggunakan perangkat kamera 360 di beberapa titik untuk menciptakan virtual reality dalam rangka memberikan pengalaman yang nyata bagi konsumen.

“Kami berkomitmen untuk dapat memberikan solusi kepada konsumen yang hendak mencari ataupun memasarkan properti. SpaceStock melakukan inovasi yang menggabungkan teknologi terkini dengan pengetahuan yang kami miliki mengenai market properti. Kami yakin bahwa kami dapat memberikan pelayanan dan solusi yang tepat bagi konsumen. Di samping itu kami menjamin bahwa setiap transaksi akan berjalan dengan transparan tanpa ada mark up,” terang Leonard.

Sebelum melakukan rebranding menjadi SpaceStock, SewaKantorCBD telah berhasi membantu proses pindahan baik untuk startup maupun perusahaan.  Perluasan bisnis SpaceStock ke sektor residensial dilakukan karena berdasarkan survei internal yang mereka lakukan menemukan fakta bahwa ada perbedaan tren antara investor dan end-user.

End-user masuk dalam kategori stabil atau sejalan dengan peningkatan GDP yang berada di angka 5% per tahun dan terjadi permintaan dari kalangan keluarga dan milenial. Namun sebaliknya terjadi pada investor, masih banyak investasi properti dari tahun 2013 yang belum laku terjual.

“Dengan adanya SpaceStock, kami berharap untuk dapat memberikan akses informasi yang memadai bagi para konsumen properti sesuai dengan kebutuhannya. Dengan ini, SpaceStock membantu konsumen untuk mendapatkan penawaran properti secara optimal. Pada akhirnya, properti merupakan investasi terbesar bagi individu, demikian pula bagi sebuah perusahaan, maka setiap konsumen pantas untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik,” tambah Leonard.

Di tahun 2019 SpaceStock akan fokus pada inovasi dan implementasi fitur-fitur baru. Termasuk menjaga kualitas layanan dengan membuka beberapa cabang SpaceStock di Jakarta.

JobLocal: Location-based Job Listing Website

There are many websites that provide list and information of job vacancy in the market, some of them specifically targeting certain segment. Now, there is another job listing website based on the location of the workplace, JobLocal.me. Developed by no stranger, Willy Ekasalim who is also the founder of Bistip, together with Kreshna Utama.

In a conversation via email, Kreshna Utama, CEO of JobLocal.me, explains that JobLocal.me’s service is to provide a list of vacancies based on the name of the area that can be recognized by job seeker. This means a more familiar name of the location instead of the official name of the location.

The area division is based on the traffic density condition. This may be one of the excellence offered by JobLocal. Kreshna explains that the area division is one of JobLocal’s main focus and it’s done its own data collecting based on observation.

Continue reading JobLocal: Location-based Job Listing Website