Untukmu.AI Terima Pendanaan Awal Dipimpin 1982 Ventures

Startup personalized gifting Untukmu.AI mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin 1982 Ventures. Putaran ini juga diikuti oleh sejumlah angel investor.

Dana tersebut akan digunakan untuk memperluas jangkauannya ke seluruh Indonesia dan mendisrupsi pasar pemberian hadiah yang diperkirakan memiliki nilai $20 miliar. Inovasi yang digulirkan memanfaatkan blockchain dan token kripto untuk memberikan penghargaan bagi pengguna platform.

Untukmu.AI didirikan oleh mantan founder Tokocrypto, Pang Xue Kai, bersama Pang Xue Cong. Solusinya baru resmi hadir pada awal tahun ini.

Di tengah persaingan bisnis yang semakin dinamis, membangun dan memelihara hubungan antar perusahaan menjadi salah satu aspek penting untuk dilakukan. Memahami pentingnya aspek ini, Untukmu.AI mengembangkan sebuah aplikasi berbasis AI yang dirancang untuk merevolusi cara korporasi, profesional seperti agen asuransi, UMKM, hingga startup, untuk memberikan hadiah yang terpersonalisasi kepada karyawan, mitra, dan klien.

Untukmu.AI menghadirkan platform yang memungkinkan pengguna, mulai dari individu hingga entitas korporat, untuk terhubung langsung dengan berbagai merchant penyedia produk hadiah. Aplikasi ini dapat mengidentifikasi preferensi dan kebutuhan penerima hadiah, memastikan bahwa setiap pilihan hadiah itu personal dan bermakna.

Sebab salah satu tantangan terbesar dalam pemberian hadiah korporat adalah menemukan hadiah yang sesuai dan memberikan kesan personal kepada penerima. Seringkali, hadiah yang diberikan terasa generik, memakan waktu, serta biaya yang besar untuk mengurus pembelian dan pengiriman hadiah.

Untukmu.AI menyelesaikan masalah ini dengan menawarkan solusi melalui teknologi AI yang mampu menganalisis data untuk menghasilkan rekomendasi hadiah yang tidak hanya unik tetapi juga sesuai dengan profil penerima.

“Kami ingin pemberian hadiah korporat menjadi lebih personal dan bermakna. Dengan aplikasi kami, setiap hadiah akan menceritakan sebuah cerita, sebuah apresiasi yang tulus dari perusahaan kepada individu atau mitra bisnis yang berkontribusi dalam kesuksesannya,” terang Co-founder & CEO Untukmu.AI Pang Xue Kai dalam keterangan resmi, Kamis (07/3).

Solusi yang ditawarkan

Kai menuturkan sepanjang tahun ini perusahaan akan memfokuskan layanannya pada sektor korporat, mengenali kebutuhan unik dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam memberikan hadiah terpersonalisasi.

“Dengan fokus pada korporasi, kami dapat menyediakan solusi yang tidak hanya meningkatkan kepuasan karyawan dan mitra bisnis, tetapi juga memperkuat citra perusahaan sebagai entitas yang peduli dan berorientasi pada hubungan personal,” tambahnya.

Solusi yang ditawarkan terbilang menyeluruh. Berikut rinciannya:

  • Layanan untuk memberikan hadiah dengan branding korporasi yang bisa membantu peningkatan kesadaran merek hingga 35%. Juga bisa memberikan hadiah yang dipesan khusus untuk klien dan mitra, sehingga berpotensi meningkatkan kepuasan mereka lebih dari 25%.
  • Di hari-hari istimewa seperti hari raya Idulfitri dan Natal, Untukmu.AI bisa membantu korporasi untuk menyediakan hadiah musiman yang dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas klien, serta menumbuhkan semangat karyawan.
  • Dari aspek teknis, Untukmu.AI memberikan kemudahan kepada korporasi dalam bentuk integrasi HRIS yang sederhana, tetapi bisa memberikan dampak signifikan.
  • Korporasi juga bisa menggunakan analitika hadiah yang disediakan untuk memastikan hadiah tersebut memiliki rasio nilai kepuasan yang tinggi.
  • Mendukung korporasi dalam mengelola anggaran pemberian hadiah dengan lebih efektif, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk proses pemilihan hadiah.
  • Menyediakan akses langsung ke berbagai pedagang hadiah yang telah terverifikasi demi memastikan kualitas produk.
  • Tersedia fitur Dewi.AI yang merupakan personal AI gift advisor yang membantu pengguna dalam menyederhanakan pencarian hadiah yang unik dan dipersonalisasi sesuai dengan preferensi, minat, kepribadian, gender, hingga usia penerima hadiah.
  • Fitur kalender yang membantu mengingatkan perusahaan tentang hari-hari penting, dan terhubung dengan Dewi.AI untuk memberikan rekomendasi hadiah yang sesuai untuk momen tersebut, mulai dari opsi umum hingga hadiah yang dipersonalisasi sesuai dengan selera dan kebutuhan penerima hadiah.

“Dengan komitmen yang kuat terhadap inovasi dan kepuasan pelanggan, Untukmu.AI terus mengembangkan fitur-fitur baru dan meningkatkan kualitas layanannya. Kami tidak hanya menyediakan platform, tetapi juga berupaya untuk menjadi bagian dari perjalanan korporasi dalam membangun hubungan yang lebih bermakna,” tutup Kai.

Diklaim, saat ini aplikasi Untukmu.AI telah digunakan oleh lebih dari 10.000 pengguna dan puluhan merchant penyedia produk hadiah sudah tergabung ke dalam platform.

Application Information Will Show Up Here

Platform Personalisasi Hadiah Untukmu.AI Masuki Segmen B2B

Hampir satu tahun mengeksplorasi layanannya, kini platform Untukmu.AI memperluas segmen pengguna ke sektor korporasi (B2B). Strategi ini diharapkan jadi upaya untuk meningkatkan skala pasar dan monetisasi bisnisnya.

Untukmu.AI mengintegrasikan layanannya dengan Human Resource Information System (HRIS) melalui kemitraan dengan merchant atau pemilik brand. Di sini, Untukmu.AI dapat melayani kebutuhan korporasi, misalnya hampers yang dipersonalisasi sesuai preferensi klien.

Untukmu.AI menyediakan fitur dashboard yang memungkinkan merchant untuk mengelola dan meningkatkan penjualan. “Layanan ini bisa menjadi langkah strategis korporasi dalam membangun hubungan yang kuat dengan klien, mitra, dan karyawan internal,” tulis Co-Founder & CEO Untukmu.AI Pang Xue Kai dalam keterangan resminya.

Dalam mengawali strategi ini, Untukmu.AI berkolaborasi dengan PT Global Digital Niaga Tbk yang menaungi e-commerce dan omnichannel Blibli. Pengguna tak hanya dapat melakukan pencarian hadiah, tetapi juga sekaligus berbelanja berbagai produk yang tersedia dan didukung metode pembayaran, pengiriman, dan customer care di Blibli.

Sebagai informasi, Untukmu.AI resmi hadir pada April 2023; didirikan oleh Pang Xue Kai (Co-Founder Tokocrypto) serta nama-nama lain, yakni Estelle Van Der Linden, Oceane Alagia, Cory Xuecong Pang, dan Muhammad Wendy Taufiq.

Untukmu.AI adalah platform layanan pemberian hadiah yang dipersonalisasi. Platform ini dibekali dengan kemampuan AI yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pencariah hadiah yang unik dan terpersonalisasi sesuai dengan preferensi, minat, kepribadian, gender, dan penerima hadiah.

Dalam memberikan hasil pencarian tersebut, Untukmu.AI mengembangkan mesin berbasis data yang diklaim dapat beradaptasi dengan perubahan tren, memahami perubahan minat, dan mencari merek baru yang paling cocok untuk seseorang atau acara spesial.

“Kolaborasi merupakan salah satu kunci keberhasilan inovasi. Melalui kerja sama yang telah terjalin, Untukmu.AI dan Blibli berkomitmen untuk membawa pengalaman berbelanja yang lebih luas dan memuaskan. Sekarang, produk-produk unggulan Blibli dapat diakses langsung melalui aplikasi Untukmu.AI,” tambah Kai.

Dalam kesempatan yang sama, Untukmu.AI juga resmi meluncurkan aplikasinya baru-baru ini. Diklaim sebagai aplikasi all-in-one, aplikasi menjadi langkah strategis perusahaan untuk menjangkau pasar lebih luas dan memberikan pengalaman pengguna lebih baik. Saat ini, Untukmu.AI sudah dapat diunduh di Google Play Store dan Apple Store.

Aplikasi ini dilengkapi dengan asisten virtual Dewi.AI yang akan mendampingi pengguna dapat mencari tahu kebutuhannya.Ada juga fitur kalendar yang terhubung dengan Dewi.AI, untuk membantu memberikan rekomendasi hadiah. Pengguna juga bisa langsung melacak pesanan yang dibeli lewat aplikasi ini.

Meski pemainnya belum banyak di Indonesia, sudah ada beberapa nama yang mengembangkan platform berbekal AI. Misalnya Yippy dan Tada Gifting yang sama-sama bermain di segmen korporasi. Yippy menawarkan kebutuhan pre-made hampers, customize, atau yang sifatnya otomasi. Sementara, Tada Gifting menawarkan corporate gifting, program rewards, dan loyalty.

Application Information Will Show Up Here

GetPlus Perkenalkan “Retail Media Network”, Papan Iklan Video Berbasis AI

Startup penyedia platform loyalitas GetPlus meluncurkan Retail Media Network, layanan papan iklan video berbasis AI. Teknologi ini hadir berkat kerja sama dengan perusahaan teknologi asal Jepang, AWL.Inc.

Dalam peresmiannya, Co-founder & COO/CMO GetPlus Indonesia Adrian Hoon menjelaskan, papan iklan ini dapat dikostumisasi dan dipersonalisasi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan durasi pelanggan melihat iklan video yang ditempatkan di jaringan ritel dengan memanfaatkan kamera.

Ketika pelanggan melewati papan iklan GetPlus, mereka akan melihat iklan yang sudah dipersonalisasi sesuai kategori tersebut. Kamera tersebut bahkan mampu mendeteksi sekalipun pelanggan tidak melihat ke kamera.

“Dalam sekejap, kurang dari satu detik kamera akan langsung mendeteksi beberapa muka sekaligus. Dan iklan yang dipersonalisasi akan muncul hanya dalam waktu kurang dari satu detik,” terangnya, Senin (15/1).

Menurutnya, solusi GetPlus Retail Media Network yang ditempatkan di jaringan ritel terkemuka, memungkinkan para mitra ritel mendapatkan first party data yang lebih akurat dari platform iklan berbasis AI yang dapat dipersonalisasi secara real time dan terukur.

“Misi kami adalah bekerja dengan mitra ritel kami dan merek untuk sepenuhnya mengelola strategi loyalitas mereka, mengidentifikasi wawasan dan tren pelanggan utama, memaksimalkan ROI pemasaran mereka untuk meningkatkan penjualan.”

Inovasi ini sudah diterapkan di Ranch Market Grand Indonesia dan Farmers Market Summarecon Mall Kelapa Gading. Ranch Market dan GetPlus merupakan portofolio dari Grup Djarum.

Teknologi AI milik AWL.Inc disebutkan memiliki akurasi hingga 70%. Di negara asalnya, sejak pertama kali beroperasi di 2016, solusi AWL telah diterapkan luas oleh berbagai global ritel modern, seperti AEON, Lawson, Family Mart. Sebanyak 15 ribu kamera di 3 ribu lokasi telah di-install oleh AWL.

President Representative Director and CEO AWL.Inc Muneharu Kitade menambahkan, teknologi yang disiapkan untuk GetPlus mampu mengenali wajah, usia, jenis kelamin, serta durasi pelanggan melihat iklan video secara real time dan akurat. “Sehingga dapat memberikan wawasan mendalam tentang demografi dan perilaku pelanggan yang terukur,” katanya.

Walau teknologi ini masih sangat baru di Indonesia, lanjut Adrian, dalam lanskap ritel yang dinamis saat ini, pelaku industri membutuhkan solusi yang melebihi periklanan tradisional dan dapat diukur efektivitasnya. Ia berharap, keberadaan saluran ini tidak hanya sebagai solusi, namun juga berkontribusi pada pertumbuhan ekosistem industri ritel di Indonesia.

Pemilik brand dapat menerima manfaat berupa engagement dari pelanggan yang memicu konversi dan penurunan preferensi terhadap merek tertentu. Sedangkan bagi ritel, dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dan meningkatkan pengalaman berbelanja pelanggan. Terakhir, keuntungan bagi pelanggan sendiri adalah mendapatkan iklan yang telah dipersonalisasi sehingga lebih relevan.

“Kami menawarkan Retail Media Network yang canggih yang dapat menciptakan audiens yang sesuai dengan menggunakan data pihak pertama, sehingga memungkinkan brand untuk menargetkan pesan yang tepat kepada audiens yang tepat di lokasi yang juga tepat, sehingga dapat menghasilkan ROAS yang optimal,” pungkasnya.

Satu tahun sebelumnya, GetPlus bermitra dengan Mil.k, startup sejenis GetPlus asal Korea Selatan yang memanfaatkan teknologi blockchain dan mengintegrasikan dengan berbagai perusahaan jasa, seperti industri perjalanan, rekreasi, mode, budaya, dan gaya hidup lainnya.

Sejak beroperasi di 2019, diklaim kini GetPlus memiliki lebih dari 1 juta pengguna dan lebih dari 500 merchant yang terdaftar. Sebagai program loyalitas, pengguna GetPlus bisa mendapatkan poin dari kegiatan berbelanja sehari-hari baik secara online dan offline di berbagai kategori merchant.

Poin tersebut dapat ditukar dengan banyak pilihan, misalnya voucher belanja, jasa, atau produk fisik dari berbagai partner. Startup ini beririsan dengan Shopback dan Snapcart.

GetPlus menggunakan model coalition yang berbeda dengan program loyalitas yang ada sejauh ini, misalnya model single-brand (contoh: Starbucks Card) atau close-loop (contoh: MAP Club). Model ini dirancang untuk memberikan value berkelanjutan untuk merchant, konsumen, dan operator. Di saat yang sama, membantu merek memperoleh pelanggan baru, mendorong retensi, dan meningkatkan pengeluaran belanja.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Platform Digitalisasi Ritel YOBO

Aktivitas offline kembali merebak selepas pandemi. Setelah peritel “dipaksa” masuk ke platform online demi menjangkau konsumen, kini mereka dapat bernapas lega kembali mengaktifkan gerai-gerainya untuk berinteraksi langsung. Walau begitu, peritel ini masih banyak yang belum bisa memahami konsumennya dan cara menariknya mau berkunjung ke gerai.

Steven Kim (CEO) bersama Jaeyoun Doh (CTO) menangkap kekosongan tersebut dengan merintis YOBO, platform perdagangan dan pembayaran (commerce and payment platform) yang memanfaatkan teknologi untuk mengumpulkan data, memberikan pengalaman konsumen yang lebih baik, dan mendorong pertumbuhan bisnis. Solusi tersebut berbasis digital, tidak memerlukan aplikasi yang harus diunduh oleh konsumen ataupun peritel.

“Kami membantu mereka membawa bisnisnya ke online, mendapatkan data konsumen seperti: siapa konsumen VIP-nya? Siapa yang paling rutin berkunjung? Data tersebut kami proses dari EDC yang sudah terhubung dengan reward untuk diberikan ke konsumen,” terang Co-founder YOBO Steven Kim saat ditemui DailySocial.id.

YOBO merupakan kepanjangan dari Your Own Business Online, diracik oleh Kim bersama Doh dan tim pada saat pandemi tengah berlangsung. Produk YOBO itu sendiri sudah live sejak pertengahan Juni 2023, dimanfaatkan sejumlah peritel yang tersebar di mal-mal seantero Jakarta.

Kim sebelumnya merupakan pendiri Qraved, pernah menduduki posisi penting di Rocket Internet SEA dan Zalora. Sementara perusahaan Doh sebelumnya adalah Itemku yang diakuisisi oleh Bukalapak pada Mei 2021.

Produk YOBO

Kim menjelaskan, produk YOBO adalah platform reward berbasis nomor handphone di EDC. Dari mesin EDC yang digunakan peritel, akan dikumpulkan data pelanggan saat pembayaran terjadi. Data tersebut diolah untuk mendapatkan insight yang dapat digunakan untuk meracik strategi promosi berikutnya.

YOBO

Berbeda dengan program reward yang dihadirkan oleh peritel, umumnya konsumen perlu mengunduh aplikasi reward dan memberi tahu kasir nomor pelanggan mereka untuk mengumpulkan poin yangloy dapat ditukar kemudian hari. Namun, cara tersebut belum tentu sukses karena tingkat churn yang tinggi. Unduhan hanya akan tinggi ketika terjadi promosi saja. Belum lagi investasi yang harus dikeluarkan bisnis untuk pengembangan aplikasi dan meracik promosi tergolong tidak murah.

Oleh karenanya, alur konsumen saat bertransaksi di tenant yang sudah memakai solusi YOBO sedikit berbeda. Perusahaan bekerja sama langsung dengan pengelola mal tersebut, sebelum mengajak tenant-tenantnya mengadopsi solusi YOBO.

Nantinya di dalam mal akan tersedia banner/spanduk berisi promosi dari tenant, sekaligus kode QR yang dapat dipindai pengunjung. Ketika dipindai, pengunjung akan dibawa ke situs mal tersebut dan diminta untuk memasukkan nama dan nomor handphone sebelum menerima informasi lainnya yang dikirim melalui WhatsApp.

Setelah sukses, secara otomatis konsumen akan menerima pesan dari WhatsApp, informasi mengenai direktori mal, melihat penjualan dan promosi berlangsung, hingga acara yang sedang berlangsung di mal.

“Karena banyak pengunjung yang saat masuk ke mal itu tidak tahu mau ke mana, promosi apa saja yang dapat mereka terima, dan benefit lainnya. Jadi kami ini tanpa aplikasi, pengalaman baru ini bagus untuk pengunjung karena semua informasi dikirim ke WhatsApp, yang mana mereka lebih sering buka WhatsApp daripada aplikasi lain untuk dapat informasi.”

DailySocial.id pun turut serta merasakan pengalaman saat berkunjung ke Ashta, SCBD Jakarta. Setelah memindai banner promosi yang berisi kode QR, terdapat promosi gratis minum yang disediakan oleh Saturdays, salah satu peritel yang sudah bermitra dengan YOBO.

Begitu sampai di gerai, pelayan memberi tahu persyaratan yang harus dilakukan untuk penukaran promo tersebut, yakni cukup dengan belanja salah satu menu makanan di sana. Mesin EDC milik Saturdays akan meminta nomor handphone konsumen sebelum kode QRIS muncul untuk pembayarannya.

“Dari mal dan tenant sekarang sudah punya satu konsumen baru, yang dapat dikirim pesan lagi berisi promosi lainnya untuk mengajak konsumen tersebut kembali datang.”

Kim juga memastikan keamanan data pengunjung tidak akan disebar ke pihak lainnya, hanya pengelola mal dan tenant sajalah yang dapat mengaksesnya.

YOBO

Tidak hanya kemudahan di atas, YOBO juga akan memberikan akses dasbor CRM kepada bisnis untuk monitor basis data  konsumen, serta memberikan rekomendasi promosi apa yang tepat, disertai dengan pesan yang terpersonalisasi dan terukur.

“Banyak bisnis yang ingin punya solusi manajemen data, manajemen konsumen, business intelligence, project management, ads analysis. Tapi ini semua mahal karena harus rekrut orang, belum lagi ada risiko hasilnya tidak sepadan.”

Strategi monetisasi

Pendekatan YOBO ini terinspirasi dari kesuksesan Square, startup asal Amerika Serikat. Di sana, sejak Covid-19 pertumbuhan bisnis pembayaran dan teknologi bisnis untuk sektor F&B dan ritel telah berkembang pesat. Square sendiri adalah perusahaan pembayaran yang menyediakan produk POS.

Berbeda dengan Indonesia, para pemain POS kebanyakan menjual solusinya dengan berlangganan untuk memanfaatkan mesinnya dan benefit lainnya. Alhasil, ada biaya tetap yang harus dikeluarkan peritel, sementara tidak ada jaminan penjualan tetap tinggi setiap waktu.

“Sementara banyak bisnis yang belum memikirkan bagaimana strategi promosinya, sebab selama ini pemain e-wallet, seperti Gopay yang kasih cashback. Sementara sekarang mereka sudah tidak berikan promosi besar-besaran lagi. Bagaimana mereka bisa tahu siapa konsumen VIP, benefit apa yang perlu diberikan agar sering datang, itu tidak pernah terpikirkan.”

Oleh karena itu, monetitasi yang diambil YOBO hanya berasal dari biaya layanan sebesar 2,9% untuk setiap transaksi yang sukses terjadi di tenant. Ongkos tersebut terbilang lebih terjangkau daripada peritel harus mengadopsi banyak solusi dan merekrut orang baru.

Terlebih itu, peritel pun tidak harus menggunakan mesin EDC khusus dari YOBO, walau perusahaan bekerja sama dengan salah satu pemain POS lokal sebagai penyedianya. Perusahaan memilih untuk agnostik, alias solusinya bisa terhubung dengan berbagai penyedia POS, baik yang sudah digital (iSeller, Majoo, ESB, Moka) maupun konvensional, seperti Quinos, Raptor, dan Micros.

“YOBO adalah perusaahaan dengan pergerakan uang yang tinggi dan selalu meningkat tiap bulannya karena punya unit economics yang jelas. Semua pendapatan kami di dapat dari setiap transaksi yang sukses. Jadi tenant hanya membayar kami dari transaksi yang sukses, tanpa ada biaya upfront untuk berlangganannya.”

Sisi agnostik lainnya juga berlaku untuk target pengguna YOBO, tidak hanya untuk bisnis kuliner saja, tapi juga dari vertikal lainnya, yakni fesyen, skincare, supermarket, salon, gym, hingga otomotif.

Rencana selanjutnya

Kim memastikan saat ini perusahaan masih memfokuskan diri pada peritel offline dengan menjaring sebanyak-banyaknya pengelola mal menjadi penggunanya. Ditargerkan setidaknya dapat menambah 50 mal lagi sepanjang tahun ini. Adapun sekarang, perusahaan sudah bekerja sama dengan Asri Group, pengelola mal Ashta, MOI, PIK Avenue, Hub Life, dan Grand Galaxy Park.

Selanjutnya dari Pakuwon Group, pengelola Kota Kasablanka dan Gandaria City, serta Lippo Group, pengelola Spark Senayan dan Lippo Mall Puri. Rencananya mal-mal lainnya yang dikelola grup besar ini akan dijaring hingga nantinya YOBO dapat beroperasi di seluruh Indonesia.

Beberapa peritel yang sudah memanfaatkan solusi YOBO, di antaranya berasal dari Boga Group, Saturdays, Goobne, Social Affair, Baker Man, Xi Bo Ba, dan masih banyak lagi.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, saat ini YOBO sedang menggalang pendanaan tahap awal. Adapun saat ini YOBO sudah mengantongi pendanaan pra-awal dari sejumlah investor dan angel investor, salah satunya DS/X Ventures.

“Kami mencari investor strategis yang kuat di pengalamannya dan punya jaringan yang kuat di dunia ritel offline agar selaras dengan bisnis kami saat ini.”

Kim juga membuka kemungkinan untuk menyasar peritel dari kalangan UMKM.  Walau belum bisa ditentukan kapan waktunya, menurutnya potensi yang ditawarkan dari segmen bisnis ini juga menjanjikan. Segmen ini umumnya punya tantangan berbeda karena kebanyakan masih berfokus pada peningkatan bisnis, belum pada retensi konsumen.

“Jadi dengan pendekatan top down, ketika ini sukses, pola pikir para UKM akan berubah. Jika mereka melihat grup besar seperti Boga Group sudah pakai, maka mereka akan terpengaruh.”

Masa depan Qraved

Terkait Qraved, Kim menuturkan pandemi “sukses” menghantam bisnis Qraved sebagai platform direktori kuliner karena monetisasinya mengandalkan pemasangan iklan oleh pebisnis. Tak hanya Qraved yang kesulitan, bahkan Zomato menutup bisnisnya di Indonesia.

Namun bukan begitu platform seperti ini tidak lagi relevan dengan perkembangan terkini, hanya lebih sulit untuk bertahan karena sebagian besar bisnis tidak punya budget pemasaran yang berlebih.

Saat ini, startupnya tersebut sedang masa jeda (paused), bukan berarti bakal tutup. Lantaran sebagian besar sumber daya diarahkan untuk pengembangan YOBO, dengan jumlah tim saat ini sekitar 15 orang. Kendati begitu ia belum bisa memastikan kapan setidaknya Qraved bisa dihidupkan kembali.

“Mungkin kuartal empat ini atau tahun depan, yang pasti kami akan hidupkan kembali. Sejujurnya belum tahu juga nanti akan tetap sebagai discovery platform atau bukan. Yang kami lihat sejauh ini kami banyak terima permintaan dari konsumen kapan akan update, sebab saat ini pilihan terakhir untuk discovery makanan itu dari Google Maps saja, sementara Zomato sudah tutup di sini.”

Sebagai catatan, Qraved sudah beroperasi sejak 2013. Saat itu, pesaing terbesarnya adalah Zomato dan pemain lokal, PergiKuliner. Sama dengan Qraved, Zomato juga hadir di Indonesia pada 2013.

Disclosure: DS/X Ventures merupakan bagian dari grup DailySocial.id

GetPlus Gaet Mil.k Hadirkan Fitur Penukaran Poin Reward dengan Koin Kripto

Startup penyedia platfrom loyalitas GetPlus mengumumkan kemitraan dengan startup sejenis asal Korea Selatan Mil.k. Realisasi dari kemitraan tersebut adalah menghadirkan fitur penukaran poin GetPlus menjadi koin token kripto Milk (MLK).

“Misi kita adalah bantu industri ritel dengan coalition loyalty. User dapat earn point dari banyak kategori everyday shopping yang sudah bermitra dengan kami. Hadirnya Mil.k tentunya memberikan tambahan value proposition bagi konsumer dalam menikmati poin rewards,” ucap COO GetPlus Adrian Hoon dalam konferensi pers, Senin (13/3).

Kehadiran inovasi ini diharapkan membuka peluang baru dan manfaat yang lebih besar bagi pengguna GetPlus, lantaran platform Mil.k bermitra dengan berbagai perusahaan internasional untuk menyediakan penukaran dari berbagai penyedia layanan gaya hidup.

Di antaranya, AirAsia global, pusat perbelanjaan Megabox Shinsegae Duty Free, OTA Yanolja, convenience store CU, e-commerce INTERPARK dan lainnya. Tak hanya itu, koin MLK dapat diperdagangkan di bursa kripto internasional, seperti Gate.io, Kucoin, Huobi Global, Upbit, Bithumb, dan Coinone.

CEO Mil.k Cho Jung Min menyampaikan kemitraan dengan GetPlus sekaligus menandai ekspansi ke Indonesia, diikuti tiga negara lainnya di Asia Tenggara yang sudah diincar sepanjang tahun ini, yakni Thailand, Malaysia, dan Singapura.

“Saya sangat percaya bahwa layanan penukaran poin dengan GetPlus akan menghasilkan sinergi yang baik untuk memberikan manfaat dan nilai eksklusif kepada pengguna global. Tim Mil.k akan berusaha untuk memberikan pengalaman penukaran poin yang terbaik kepada pengguna di Indonesia,” ucap Cho.

Sebagai catatan, Mil.k adalah startup sejenis GetPlus yang memanfaatkan teknologi blockchain dan mengintegrasikan dengan berbagai perusahaan jasa, seperti industri perjalanan, rekreasi, mode, budaya, dan gaya hidup lainnya.

Proposisi yang ditawarkan berbeda dengan kebanyakan karena dalam ekosistem Mil.k memungkinkan pengguna mengonversi poin loyalitas menjadi token MLK, yang kemudian dapat ditebus dengan membeli dari mitra mana pun (atau menjual dengan imbalan uang tunai). Tak hanya kemudahan saat redeem token MLK, dalam pertukaran menjadi mileage dapat dibeli dengan harga lebih rendah dari nilai sebenarnya menggunakan token MLK.

Menurut Cho, meski di negara asalnya solusi Mil.k sudah lengkap, namun untuk tahap awal kehadirannya di Indonesia akan memfokuskan pada solusi penukaran poin rewards. Tak menutup kemungkinan untuk memperluas ke solusi lainnya, seperti token MLK yang bisa diperjual-belikan di bursa kripto lokal.

Meskipun kemitraan GetPlus dan Mil.k diumumkan hari ini, namun fiturnya sendiri rencananya baru bisa dinikmati pada Juni 2023 mendatang. Cho juga memastikan perusahaan akan berupaya perbanyak kemitraan dengan perusahaan global lainnya demi meningkatkan benefit bagi pengguna terlepas di mana pun mereka berada. Disebutkan pengguna Mil.k tembus di angka 1,3 juta orang.

Perkembangan GetPlus

Hoon menambahkan, “GetPlus akan terus menambahkan lebih banyak partner seperti bank digital, fintech, asuransi, dan mata uang kripto lainnya untuk memberikan kesempatan lebih besar dan luas untuk pengguna mendapatkan dan menukarkan poin GetPlus.”

Hoon menargetkan sepanjang tahun ini perusahaan dapat tumbuh 50% dari jumlah transaksi dan 80% untuk jumlah pengguna. Adapun untuk jumlah pengguna diklaim telah mencapai lebih dari 600 ribu orang dan 250 merchant online dan offline yang tersebar di Jakarta dan Surabaya.

GetPlus sendiri merupakan program loyalitas dari berbagai brand yang difokuskan untuk memberikan keuntungan bagi pengguna dari aktivitas belanja sehari-hari. Pengguna dapat memperoleh poin reward setiap hari hanya dengan memindai struk belanja ke aplikasi GetPlus dan setelah itu dapat menukar poin ke berbagai opsi, seperti produk, jasa layanan, dan e-voucher.

Pengguna dapat menukarkan poin mereka menjadi miles AirAsia, miles Singapore Airlines atau menjadi saldo e-wallet DANA untuk berbelanja sehari-hari.

GetPlus menggunakan model coalition yang berbeda dengan program loyalitas yang ada sejauh ini, misalnya model single-brand (contoh: Starbucks Card) atau close-loop (contoh: MAP Club).

“Coalition dirancang untuk memberikan value berkelanjutan untuk merchant, konsumen, dan operator. Program ini membantu pedagang memperoleh pelanggan baru, mendorong retensi, dan meningkatkan pengeluaran belanja. Dengan catatan itu, kami percaya GetPlus memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi di Indonesia,” terang Hoon dalam wawancara bersama DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Application Information Will Show Up Here

CEO Fave Mundur dari Perusahaan Setelah Delapan Tahun Menjabat

Co-founder & CEO Fave Joel Neoh mengumumkan akan mengundurkan diri dari perusahaan efektif per 1 Maret 2023 mendatang. Belum disampaikan siapa calon penggantinya.

Bersamaan dengan itu, Co-Founder Fave Yeoh Chen Chow akan melanjutkan bisnis bersama General Manager Fave Singapura Avantika Jain; juga Aik Kuang Heng selaku General Manager Fave Malaysia yang baru diangkat; bersama tim kepemimpinan lokal di Indonesia dan India.

Mengutip dari e27, dalam keterangan resminya Neoh menyampaikan bahwa dirinya memiliki hak istimewa dalam seumur hidupnya untuk bekerja dengan talenta terbaik di Asia Tenggara yang membangun Fave menjadi merek konsumer yang besar.

“Hari ini, satu dari setiap warga Singapura dan jutaan konsumen di Malaysia, Indonesia, dan India menggunakan Fave setiap hari untuk pembayaran dan memperoleh reward. Dengan kepemimpinan dan budaya yang telah kuat dibangun, saya yakin dengan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan di tahun-tahun mendatang,” kata dia.

Dia melanjutkan, “Ketika saya meninggalkan Fave, saya berharap dapat berkontribusi lebih lanjut ke ekosistem teknologi Asia Tenggara, membantu sesama pengusaha lain tumbuh dalam perjalanan startup mereka.”

Neoh adalah salah satu pendiri awal Groupon di Malaysia pada 2011, saat itu ia mengelola bisnis senilai $2 miliar di Groupon Pacific dengan lebih dari 2.500 karyawan. Sebelumnya pada 2009, ia ikut mendirikan Say.com, sebuah platform media digital yang merger dengan Rev Asia dan diakuisisi oleh perusahaan konglomerasi media Media Prima.

Perjalanan Neoh sebagai investor di Asia Tenggara juga patut disoroti. Disebutkan ia telah mendanai lebih dari 25 startup melalui perannya sebagai mentor dan penasihat di Endeavor Malaysia, XA Network, Sunway University, dan limited partner di 500 Southeast Asia III, Better Bite Ventures, dan lainnya.

Neoh menuturkan dirinya akan terus memberikan kontribusi kepada ekosistem startup digital di Asia Tenggara. Sembari menikmati waktu istirahatnya, ia akan kembali dan mendukung pendiri dan pengusaha lain di Asia Tenggara.

“Selama 10 tahun terakhir sektor teknologi telah menyaksikan lonjakan perusahaan baru, ratusan perusahaan yang didanai VC, dan beberapa unicorn dan perusahaan yang terdaftar publik, yang mengarah ke serangkaian pendiri berkualitas dengan potensi luar biasa. Merupakan suatu kehormatan untuk membantu para pemimpin ini dalam perjalanan mereka dari nol ke satu,” ujarnya.

Perjalanan Fave

Sejak didirikan pada delapan tahun lalu, Fave adalah platform penjualan e-voucher untuk merchant dari berbagai kategori seperti makanan, kecantikan, relaksasi, aktivitas, ritel, dan jasa. Produknya adalah berbagai penawaran (deals), pembayaran QR, cashback, dan rewards. Terdapat pula fitur eCards, kartu digital yang memberikan cashback untuk setiap pembelian di eCards partner.

Perusahaan mengatakan bahwa pada sepanjang 2022, telah mencapai volume transaksi tertinggi sepanjang masa, yang mencerminkan popularitas dan pangsa pasar perusahaan yang semakin meningkat. Data internal menunjukkan pertumbuhan 40% secara quarter-on-quarter (QoQ) dan diprediksikan pencapaian yang baik pada tahun ini.

Ditargetkan perusahaan akan meluncurkan lebih banyak kolaborasi dengan bank-bank utama dan lembaga keuangan di seluruh pasar, menyediakan opsi pembayaran yang lebih fleksibel untuk online merchant di kuartal kedua 2023. Saat ini Fave beroperasi di empat negara dengan kantor pusat di Malaysia. Pasca-akuisisi penuh oleh Pine Labs pada April 2021, Fave ekspansi ke India dan meluncurkan sejumlah fitur di sana.

Di Indonesia, Fave masuk melalui sister company KFit pasca-akuisisi Groupon Indonesia pada 2016. Lalu rebrand menjadi Fave hingga kini beroperasi di lima kota di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, dan Medan. Meski dari cakupan lokasi tidak ada penambahan dari pemberitaan terakhir, namun dari penelusuran DailySocial.id, merchant yang bergabung kian beragam dari lintas bisnis.

Terlebih itu, kelima kota di atas merupakan kota utama dengan tingkat ekonomi dan populasi yang tinggi di Indonesia. Sehingga bisa jadi sangat sesuai dengan target pengguna Fave yang demografinya sudah familiar dengan produk-produk digital. Pemain sejenis seperti Fave tidak ada yang persis sama, namun ada yang mendekati, di antaranya TADA, Cashbac, Qraved, dan Chope.

Application Information Will Show Up Here

Tada Perluas Layanan, Luncurkan Platform Kirim Hadiah “Tada Gifting”

Startup pengembang platform loyalty & reward Tada merilis layanan baru Tada Gifting untuk memudahkan perusahaan skala menengah hingga besar mengirimkan hadiah ke pelanggan, klien, mitra, dan karyawannya. Tada Gifting berbentuk perangkat lunak yang memungkinkan pengguna mengirim hadiah dengan beberapa klik melalui satu dasbor.

“Tada Gifting merupakan produk terbaru kami yang diluncurkan sebagai jawaban atas kerumitan yang dihadapi berbagai perusahaan dalam hal memberikan hadiah yang tepat sasaran dengan mudah, guna membangun relationship dan meningkatkan loyalty,” ujar Co-founder Tada Rebecca Agiestha dalam konferensi pers, kemarin (29/9).

Platform Tada Gifting ini menyasar perusahaan skala menengah ke atas sebagai pengguna, saat ingin memberikan hadiah kepada stakeholder penting dalam bisnisnya, mulai dari prospek, klien, pelanggan setia, mitra, dan karyawan. Sebagai nilai lebih, perusahaan hanya perlu membayar hadiah yang di-redeem saja sehingga pemberian hadiah dapat lebih terencana dan terukur.

Senior Business Director Tada Juan Ariestya menambahkan, consumer journey dari Tada Gifting ini simpel, perusahaan hanya perlu sign up, mengatur budget, memilih item hadiah, kirim tautan ke kontak yang sudah dimiliki melalui email, SMS, atau WhatsApp, dan track jumlah orang yang redeem hadiah tersebut. Beberapa merchant yang telah bekerja sama dengan Tada Gifting ini, di antaranya Alfamart, Blibli, Shopify, MAP Club, Garuda Miles, Lazada, Sirclo, Jubelio, dan lainnya.

Pengiriman hadiah juga bisa disertai dengan catatan atau pesan personal untuk si penerima, sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan yang lebih dekat ke depannya. “Saat ini, di mana semua orang memiliki kesibukan yang sangat tinggi dan segala sesuatu diautomasi secara massal, hubungan personal yang dibangun melalui apresiasi seperti gifting akan memberikan kesan mendalam bagi penerimanya,” kata Juan.

Tak hanya sekadar gifting, sambungnya, Tada Gifting dapat menjadi alternatif bagi perusahaan pemilik brand untuk mengirim sampel dari produk yang baru dirilis melalui database konsumernya untuk melihat respons pasar. Jadi pilihan hadiah bisa terkostumisasi, tanpa harus mengandalkan sepenuhnya dari merchant yang bekerja sama dengan Tada.

Perusahaan juga mendapat fleksibilitas untuk mengirimkan hadiah dalam satu voucher, pilih salah satu dari beberapa pilihan voucher, atau bisa menerima lebih dari satu jenis voucher. Fleksibilitas tersebut sebelumnya belum disediakan oleh pemain loyalty & reward yang ada di Indonesia. Hal ini membawa optimisme Tada bisa mengembangkan lebih jauh terkait solusi ini.

Oleh karena itu, solusi Tada Gifting ini akan diperluas ke bisnis Tada lainnya di luar Indonesia, melalui Giftee, investor Tada yang memiliki cakupan bisnis di Asia. Menurut Juan, Malaysia sudah turut mengimplementasikan engine dari Tada untuk bantu pemerintah setempat dalam memberikan apresiasi kepada pekerja dan bantuan sosial.

Adapun saat ini, Tada punya kantor perwakilan di Negeri Jiran tersebut yang melayani konsumen bisnis yang berada di Singapura dan Filipina. Sementara di Australia, terdapat mitra bisnis yang memanfaatkan engine Tada untuk memakai solusi reward & loyalty demi melayani kebutuhan korporasi di sana.

“Karena bisnis kami ini bebas teritori, artinya secara umum diumumkan semua pihak di mana pun mereka berada. Jadi, mitra bisnis bisa pakai engine kami untuk melayani target konsumen mereka.”

Berdasarkan temuan Tada, saat pandemi ini tren e-gift banyak diberikan dalam bentuk voucher belanja di convenience store atau e-commerce dan saldo e-wallet. Dengan demikian, memudahkan penerima hadiah untuk langsung membelanjakannya di mana pun. Kondisi ini berbeda dengan sebelumnya, yang mana banyak penerima hadiah cenderung lebih menyukai barang fisik, terutama peralatan rumah tangga, seperti penanak nasi, kompor listrik, dan sebagainya.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Resmikan “PLUS by GoTo”, Paket Berlangganan Ongkos Kirim

Tokopedia memperkenalkan paket berlangganan “PLUS by GoTo”, tawarkan pengiriman bebas ongkir tanpa batas, pemrosesan lebih cepat, layanan prioritas, dan keuntungan eksklusif lain dari mitra strategis grup GoTo, seperti Halodoc dan Vidio. Paket berlangganan ini masih tersedia secara terbatas untuk konsumen Tokopedia yang berlokasi di Pulau Jawa.

Dalam keterangan resmi, Head of Marketplace Grup GoTo Anthony Wijaya menjelaskan, PLUS by GoTo adalah contoh sinergis antarekosistem di dalam grup yang menawarkan nilai tambah kepada pengguna. Ia percaya diri, Tokopedia sebagai satu-satunya pelaku e-commerce yang didukung oleh platform on-demand, dapat menghadirkan layanan yang lebih baik dan meningkatkan pengalaman pengguna.

“Kami percaya semuanya ini akan dapat mendorong kesetiaan pelanggan untuk jangka panjang,” ucapnya, Selasa (23/8).

Head of Product Tokopedia Gabriella Kawilarang menambahkan, pandemi membuat belanja online semakin menjadi pilihan masyarakat. Di sisi lain, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, masyarakat menghadapi berbagai tantangan logistik, salah satunya ongkos kirim.

“Ongkos kirim yang murah bahkan bebas tanpa kuota semakin dibutuhkan banyak masyarakat. PLUS by GoTo hadir sebagai solusi yang bisa mempermudah pengguna berbelanja di Tokopedia tanpa harus memikirkan ongkos kirim,” ujar dia.

Konsumen Tokopedia dapat menggunakan paket berlangganan ini untuk mendapatkan pengiriman bebas ongkir tanpa kuota, termasuk pengiriman same-day dengan waktu pemrosesan pesanan yang lebih cepat, yang sebelumnya belum berlaku untuk benefit bebas ongkir saat ini.

Di samping itu, tersedia rangkaian promosi eksklusif, berupa diskon dan lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Di antaranya, diskon untuk pembelian obat dan konsultasi dokter melalui Halodoc dan diskon hingga 99% untuk streaming FIFA World Cup Qatar 2022 melalui Vidio. Selanjutnya, kupon eksklusif Tokopedia NOW! (solusi quick commerce milik Tokopedia), layanan pelanggan prioritas Tokopedia Care, dan lain-lain.

Tokopedia akan terus perbanyak kemitraan strategis dengan grup GoTo untuk memberikan lebih banyak nilai tambah dalam keseluruhan aspek hidup konsumennya. Seluruh fasilitas tersebut dapat dinikmati dengan biaya berlangganan mulai dari Rp150 ribu per enam bulan selama periode promo berlangsung, alias Rp25 ribu per bulan.

“PLUS by GoTo akan tersedia untuk lebih banyak masyarakat Indonesia di berbagai wilayah dan diperluas untuk mencakup anggota ekosistem grup GoTo lainnya. Kehadiran PLUS by GoTo diharapkan dapat meruntuhkan tembok-tembok penghalang dalam bertransaksi online sekaligus mendorong lebih banyak masyarakat untuk berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional lewat kanal digital,” tutup Gabriella.

Kesuksesan Amazon Prime

Di vertikal yang sama di level global, sebelumnya sudah lebih dulu menyediakan solusi serupa yang dilakukan oleh Amazon, melalui Amazon Prime sejak pertama kali dirilis di 2005.

Hari ini, keanggotaan Prime lebih dari sekadar pengiriman dua hari gratis. Amazon menggunakan bundling layanan sebagai strategi utama, dengan menambahkan lebih banyak layanan dan lebih banyak konten ke Prime. Selain pengiriman, anggota mendapatkan akses ke musik, film, penyimpanan cloud, dan banyak lagi sebagai bagian dari langganan mereka. Layanan berlangganan ini dinilai sangat sukses karena telah menjaring lebih dari 200 juta pelanggan di seluruh dunia.

Prime telah menjadi elemen sentral dalam strategi Amazon untuk mengubah industri ritel dan e-commerce sepenuhnya. Tujuan utama dari keanggotaan Prime adalah untuk menciptakan loyalitas. Ketika seorang anggota telah membayar biaya tahunan sebesar $99 atau $10,99 per bulan, dia akan mencoba untuk memaksimalkan utilitas keanggotaan berbayar mereka semaksimal mungkin.

Di dunia berlangganan, inilah disebut “The Golden Subscription Handcuffs” dan hasilnya, anggota Prime menggunakan uang tiga kali lebih banyak daripada non-anggota di Amazon — ini selain harga keanggotaan. Beberapa peneliti mengatakan bahwa Amazon menggunakan algoritma untuk menawarkan produk yang lebih murah bagi pelanggan saat mencari secara online sementara membuatnya lebih mahal untuk non-anggota – hanya untuk membuat non-anggota mendaftar untuk berlangganan.

Prime mempermudah pelanggan untuk berbelanja online dan menghilangkan salah satu masalah terbesar e-commerce: Biaya pengiriman. Ini menurunkan hambatan pembelian bagi pelanggan yang menghargai Amazon dengan melakukan sebagian besar pembelian mereka dengan mereka. Ini mungkin juga menjadi penjelasan mengapa 60% belanja online Amerika dan 43% Inggris dilakukan di Amazon.

Strategi meningkatkan loyalitas

Membuat paket berlangganan merupakan salah satu cara menjaga loyalitas pengguna, termasuk retensi. Karena aspek ini penting bagi keberlanjutan bisnis, makanya berbagai perusahaan membuat langkah serupa, bahkan ada startup khusus yang menggarap soal loyalitas konsumen.

Akan tetapi, dalam tulisan DailySocial.id sebelumnya, kehadiran program loyalitas seharusnya jadi jawaban untuk sebuah kesetiaan. Namun kondisi yang terjadi malah sebaliknya, pengguna mempertimbangkan “bonus” dari setiap transaksi yang dilakukan. Efeknya, perusahaan harus terus menawarkan sesuatu yang menarik agar konsumen tetap setia. Alhasil jadi salah kaprah bagi implementasi program loyalitas karena menimbulkan ketergantungan yang tidak bisa dihindarkan untuk bisa mendapat pengguna.

Co-founder & CEO Member.id Marianne Rumantir menilai, mendapatkan pelanggan yang loyal tak diperoleh dari program loyalitas pengguna, tetapi dari produk dan layanan perusahaan itu sendiri. Dijelaskan lebih jauh, saat ini ada yang namanya transactional loyalty dan emotional loyalty.

Transactional loyalty biasanya ada pada saat brand sedang ada diskon atau murah, sedangkan emotional loyalty adalah kondisi di mana pelanggan tetap loyal kepada brand tertentu meskipun harganya naik. Alasannya karena pelanggan sudah percaya ke brand itu, dari segi produk dan layanan.

“Untuk program diskon dan cashback misalnya, ini seharusnya dianggap sebagai program akuisisi bukan untuk program retensi. Diskon dan cashback biasa [dan seharusnya] ditawarkan untuk mendapatkan member/user sebanyak-banyaknya di awal, namun setelah itu ada customer journey selanjutnya di mana seharusnya loyalty program bisa menyediakan benefit-benefit lain untuk menghargai konsumennya di luar diskon/cashback. Di sini loyalty program digunakan sebagai retention program,” jelas Marianne.

Program loyalitas pengguna merupakan program investasi jangka panjang yang berkaitan dengan hubungan baik layanan atau brand dengan pengguna. Di dalam sistemnya, selain bisa menumbuhkan pengguna, program ini bisa digunakan untuk menangkap feedback, melihat gambaran demografi, dan melacak minat pengguna. Seharusnya program ini mengambil peranan penting dalam perjalanan pertumbuhan bisnis.

Marianne berpendapat, ada beberapa tantangan terkait dengan program loyalitas pengguna yang ada di Indonesia saat ini. Dua di antaranya adalah sosialisasi soal program yang kurang menyeluruh dan banyaknya program loyalitas pengguna yang tidak memiliki customer journey yang jelas.

The best loyalty program is the one that has a well-designed customer journey. Customer journey ini kalo saya gambarkan ada 4 phase: Aspiration. Earning, Benefit, Rewards. Di masing-masing phase ada unsur-unsur yang harus dirancang dan dieksekusi dengan baik tergantung brand dari industri masing-masing,” ujar Marianne.

Pada intinya, menurut Marianne, untuk bekerja dengan baik program loyalitas pengguna harus diikuti dengan produk yang dibutuhkan, harga yang sesuai pasar, dan tingkat layanan.

Application Information Will Show Up Here

Nusatrip Diakuisisi Perusahaan Teknologi Asal Vietnam “Society Pass”

Society Pass Inc. (SoPa), perusahaan teknologi asal Vietnam, mengumumkan akuisisi atas NusaTrip, startup OTA yang bermarkas di Jakarta. Langkah strategis ini sekaligus menandakan masuknya SoPa ke pasar Indonesia, seperti yang dilakukan perusahaan di negara-negara ASEAN lainnya —dengan akuisisi perusahaan lokal.

NusaTrip adalah startup OTA yang berdiri sejak 2013. Startup ini mendapat akreditasi International Air Transport Association (IATA) dan pelopor penyedia layanan satu pintu untuk banyak pilihan maskapai dan hotel bagi pelanggan korporasi dan ritel di Indonesia. NusaTrip diklaim memiliki lebih dari 1,2 juta pengguna, 500 maskapai penerbangan, dan 200 hotel di seluruh dunia, menghubungkan dengan lebih dari 80 juta unique visitor di situsnya.

Platform Kunjungan Bulanan

(Periode Mei 2022-Juli 2022)
Unduhan App

(Google Playstore)
Traveloka.com ~13,8 juta+ ~50 juta+
Tiket.com ~8,4 juta+ ~10 juta+
Nusatrip.com ~2,5 juta+ ~500 ribu+
Pegipegi.com ~1,4 juta+ ~5 juta+

*Data SimilarWeb, diakses per 15 Agustus 2022 pukul 11.00 WIB

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (15/8), Founder, Chairman, dan CEO SoPa Dennis Nguyen mengatakan akuisisi NusaTrip merupakan bagian dari strategi pertumbuhan perusahaan dengan melebarkan sayap ke pasar Asia Tenggara. SoPa menggabungkan teknologi mutakhir dan efisiensi operasional platform travel e-commerce NusaTrip dengan pengalamannya membangun brand.

“Dengan akuisisi ini, kini SoPa mengintegrasikan enam vertikal (loyalty, gaya hidup, mamin, telekomunikasi, media digital, travel) ke dalam satu platform loyalty dan e-commerce kohesif untuk memberikan produk dan layanan yang lebih baik bagi para konsumen dan merchant di pasar-pasar utama di Asia Tenggara,” kata Nguyen.

Dia melanjutkan, pada tahun ini diklaim SoPa tumbuh pesat dengan kemampuan menangkap peluang mengakuisisi perusahaan pemimpin pasar, serta berkolaborasi dengan mitra visioner, menggarisbawahi pendekatan unik sebagai agregator, yang akan langsung membuahkan hasil berupa optimasi biaya dan penambahan sumber pendapatan.

Country Manager Society Pass Indonesia Patrick Soetanto menambahkan, masuknya SoPa ke Indonesia membuka kesempatan bagi NusaTrip untuk membuka lebih banyak peluang bisnis di negara-negara di Asia Tenggara di mana SoPa beroperasi. Bentuknya bisa melalui integrasi produk travel yang lebih beragam dan membuat penawaran yang lebih kompetitif bagi lebih banyak pengguna regional dan internasional.

Industri pariwisata dalam momentum pertumbuhan

Saat ini, industri pariwisata sedang mempersiapkan momentum pertumbuhan dari perjalanan outbound dan inbound yang diprediksi akan terus meningkat, seiring ramainya konsumen bepergian pascapandemi. “Kenaikan ini didukung oleh inisiatif pemerintah dalam memajukan pariwisata, kebangkitan ekonomi kelas menengah, dan tingginya tingkat penetrasi internet, sehingga mempermudah orang-orang memesan tiket pesawat dan hotel melalui berbagai OTA.”

Pendiri NusaTrip Galumbang Menak turut menyampaikan pernyataannya. Dia bilang, rasa senangnya karena sudah menjadi bagian dari SoPa, sehingga memungkinkan perusahaan masuk ke dalam ekosistem SoPa yang luas di Asia Tenggara. “Kami bersemangat akan penggabungan kemampuan pemasaran ini,” ucapnya.

Dia melanjutkan, mengamati bangkitnya industri pariwisata di Asia Tenggara pada kuartal dua dan tiga tahun ini, perusahaan optimistis dapat menumbuhkan basis penggunanya lebih pesat. Juga, menawarkan kepada para pelaku perjalanan bisnis dan pelancong dengan harga pemesanan hotel dan tiket pesawat yang lebih kompetitif tanpa biaya tambahan, pilihan pembayaran yang leluasa, dan membuat rencana perjalanan yang lebih praktis.

Jika dibandingkan dengan layanan OTA lainnya, khususnya yang saat ini memimpin pasar Indonesia, layanan yang disuguhkan Nusatrip memang belum selengkap mereka. Di saat yang lain mencoba fokus menghadirkan pengalaman gaya hidup menyeluruh, Nustarip masih fokus menjadi OTA dengan produk utama Tiket Pesawat dan Hotel saja.

Pun dari sisi pengalaman menggunakan layanannya, tampilan situs yang ada masih terkesan dengan gaya yang populer sekitar 5 tahun yang lalu. Hal ini terlepas dari performa dan harga jual yang mereka tawarkan.

Tampilan situs Nusatrip

Untuk aplikasi NusaTrip sendiri, saat ini diperkirakan sudah diunduh hampir 1 juta pengguna. Menyiratkan bahwa sejak awal debutnya, fokus pelayanan pengguna menggunakan situs web. Mereka turut mengoptimasi versi mobile web untuk pengguna.

Mengenai SoPa

SoPa sendiri merupakan startup yang sudah melantai sejak November 2021 di NASDAQ dengan kode SOPA. Tercatat saat ini kapitalisasi pasar SoPa $51,86 juta (lebih dari 762 miliar Rupiah). Perusahaan beroperasi di Vietnam, Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand, dengan kantor cabang di Los Angeles, Bangkok, Hanoi, Ho Chi Minh City, Jakarta, Manila, Singapura.

SoPa memiliki model bisnis yang berfokus pada analisis data pengguna melalui platform loyalty, Society Pass, dan perputaran poin loyalty universal, Society Points. Platform Society Pass membantu para merchant untuk lebih meningkatkan akuisisi pengguna serta mempertahankan pelanggan setia.

Adapun kehadiran Society Points merupakan langkah perusahaan dalam menjaga retensi pelanggan dalam vertikal yang sangat kompetitif dan sekarang membutuhkan pengalaman yang saling berhubungan lebih dari sebelumnya. Saat ini, konsumen e-commerce menuntut banyak titik kontak untuk membeli barang dan jasa, mendapatkan poin loyalitas, dan merujuk teman dengan mudah.

Ekosistem multi-merek Society Pass memungkinkan konsumen untuk mendapatkan dan menukarkan poin di berbagai jenis peritel, sambil memfasilitasi pendekatan terpadu untuk penghargaan dan insentif pelanggan bagi pedagang.

Sejak didirikan di 2018, SoPa mengakumulasi lebih dari 3,3 juta pengguna terdaftar dan lebih dari 205.000 merchant/ brand terdaftar di platformnya. Perusahaan telah berinvestasi selama dua tahun lebih untuk membangun arsitektur TI berhak paten dengan komponen-komponen mutakhir untuk secara efektif mengembangkan skala serta mendukung para konsumen, merchant, dan langkah akuisisi.

Dalam memperluas jejak bisnisnya di ASEAN, sejak awal tahun ini SoPa aktif mengakuisisi berbagai startup lokal. Di antaranya, dua startup asal Filipina, yakni Mangan.ph, startup penyedia jasa pesan antar makanan dan Pushkart.ph, penyedia jasa antar kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya, masuk ke Thailand lewat akuisisi Thoughtful Media Group, sebuah social commerce yang menawarkan jaringan multiplatform video digital premium.

Kemudian pada Juni 2022, akuisisi Gorilla Networks, operator jaringan mobile blockchain berbasis web3 di Singapura, yang nantinya akan diintegrasikan dengan ekosistem loyalitas di SoPa. Perusahaan juga mengoperasikan bisnis lainnya, yakni Leflair.com, platform e-commerce gaya hidup kenamaan dan Handycart.vn, penyedia layanan pengiriman restoran daring, keduanya berasal dari Vietnam.

Application Information Will Show Up Here

getKupon Ingin Fasilitasi Pembelian Kupon Manfaatkan NFT dan Blockchain

Bertujuan untuk memberikan opsi baru melalui teknologi blockchain dan NFT (Non-Fungible Token), platform yang menyediakan kupon dan voucher digital bernama getKupon resmi meluncur di Indonesia. Didirikan oleh Arlinda Juwitasari, Reza Primasatya, Puja Arsana Sujana, dan Septiyan Andika, platform tersebut menawarkan NFT dalam bentuk kupon atau voucher yang dibuat merchant.

Kepada DailySocial.id, Co-founder getKupon Arlinda Juwitasari mengungkapkan, platformnya ingin menawarkan layanan dan pilihan produk yang lumayan mainstream. Mulai dari pembelian kopi di jaringan coffee shop, tatoo artist, dan masih banyak lagi.

Meskipun saat ini NFT masih banyak didominasi oleh gamers dan industri terkait lainnya, melalui getKupon mereka ingin menawarkan pilihan baru kepada pengguna baru, transaksi aman, nyaman, dan mudah memanfaatkan kripto.

Ingin mengembangkan pilihan pembayaran IDR

Untuk saat ini getKupon masih menggunakan pilihan United States Dollar Tether (USDT) untuk bisa melakukan transaksi. Proses tersebut disebutkan oleh Arlinda memang cukup menyulitkan pengguna, terutama mereka pengguna baru. Namun bulan depan mereka memiliki rencana untuk meluncurkan pilihan IDR.

Cara kerjanya pun mudah, dengan mengakses platform getKupon, pengguna bisa memilih memilih kupon dan melakukan transaksi. Proses reedem yang dilakukan pun cukup dengan melakukan scan QR Code di outlet merchant.
Dengan kupon berbentuk NFT, transaksi antara merchant dan pengguna juga lebih akurat dan cepat karena divalidasi oleh smart contract.

“Semua sudah disesuaikan dengan smart contract, nanti blockchain akan memberikan notifikasi transaksi yang berhasil dilakukan. Semua proses tersebut terbilang cepat dan mudah hanya sekitar 15 detik saja,” kata Arlinda.

Untuk memudahkan proses transaksi, pengguna juga bisa menghubungkan wallet mereka masing-masing dengan getKupon. Dalam hal ini getKupon tidak membatasi wallet jenis atau tipe apa yang bisa terintegrasi dengan platformnya. Tercatat wallet seperti Metamask dan Transwallet yang banyak digunakan oleh pengguna di getKupon.

Untuk merchant sendiri semua proses tersebut bisa memudahkan mereka, terutama jika merchant memiliki lebih dari satu outlet. Semua proses transaksi dilakukan secara terpisah, berdasarkan transaksi di masing-masing outlet. Merchant yang telah bergabung dengan getKupon saat ini adalah Kopi Oey dan Damantraz Tattoo Studio.

Saat ini juga sudah mulai banyak pemilik bisnis yang tertarik untuk menerapkan teknologi blockchain ke dalam bisnis mereka. Namun masih banyak di antara mereka yang kesulitan untuk mendapatkan akses hingga pilihan untuk melakukan integrasi teknologi tersebut ke dalam bisnis mereka.

“Ke depannya juga kita akan menambah pilihan merchant lainnya, bukan hanya F&B dan tattoo artist saja, tapi juga fesyen, ticketing platform untuk event online/offline. dan masih banyak lagi,” kata Co-founder getKupon Reza Primasatya.

Untuk pengguna yang telah melakukan pembelian kupon namun belum sempat digunakan, getKupon juga menawarkan pengembalian berupa cashback ke wallet mereka. Sehingga tidak ada kupon yang hangus seperti yang banyak terjadi dengan kupon secara konvensional.

Strategi monetisasi yang diterapkan oleh getKupon adalah revenue sharing dengan merchant dari setiap kupon yang di reedem dan cashback dari kupon yang sudah habis masa berlakunya.

Rencana penggalangan dana pre-seed

Saat ini getKupon tengah menjajaki proses penggalangan dana tahapan pre-seed. Arlinda enggan menyebutkan lebih lanjut siapa investor yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini. Namun jika sesuai rencana, penggalangan dana akan final pada kuartal dua tahun ini. Jika nantinya dana segar telah dikantongi, getKupon ingin mengakuisisi lebih banyak merchant, pengguna dan mengembangkan produk yang relevan untuk pengguna dan merchant.

Untuk membesarkan ekosistem yang ada, getKupon juga ingin menjalin kolaborasi lebih luas lagi dengan merchant, pelaku dan pemain blockchain hingga pihak terkait lainnya. Sehingga bisa tumbuh bersama menawarkan penerapan teknologi blockchain dan NFT kepada masyarakat umum.

“Edukasi kepada pengguna masih menjadi tantangan yang kami hadapi. Untuk itu kami ingin fokus untuk melakukan kegiatan ini, agar lebih banyak lagi pengguna yang memahami proses pembelian kupon memanfaatkan teknologi blockchain dan NFT di getKupon,” kata Arlinda.