Malware: Definisi, Jenis, dan Cara Mengatasinya

Malware bisa sangat berbahaya karena dapat menyerang, merusak, atau menonaktifkan komputer, sistem komputer, jaringan, tablet, dan perangkat seluler.

Karena dapat membahayakan sistem dengan beberapa cara, seperti mencuri informasi sensitif, merusak data, atau mengganggu kemampuan sistem untuk beroperasi.

Maka dari itu, sangat penting untuk mengambil langkah-langkah melindungi perangkat dan jaringan kamu dari malware dengan menggunakan software anti-virus, memperbarui software kamu, dan berhati-hati saat membuka email atau mengunduh file dari sumber yang tidak dikenal.

Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya mengenai malware.

Definisi Malware

Malware adalah jenis software yang dirancang untuk merusak atau mengeksploitasi sistem, jaringan, dan perangkat komputer.

Istilah “malware” adalah kependekan dari “malicious software“, dan mengacu pada program atau kode apa pun yang dimaksudkan untuk menyebabkan kerusakan, mencuri data, mengganggu operasi normal, atau mendapatkan akses tidak sah ke informasi sensitif.

Malware dapat memiliki konsekuensi serius bagi perusahaan maupun individu karena dapat menyebabkan pelanggaran data, kerugian finansial, dan kerusakan reputasi.

Hal ini seringkali menyebar melalui email phishing, situs web jahat, atau melalui eksploitasi kerentanan pada software atau sistem operasi.

Jenis Malware

Ada banyak jenis malware, masing-masing dengan karakteristik dan perilakunya sendiri. Masing-masing jenis malware ini memiliki cara penyebaran yang unik dan menyebabkan kerusakan pada sistem dan jaringan perangkat.

Berikut ini adalah jenis-jenis malware yang harus diwaspadai:

Virus

Virus adalah jenis malware yang dirancang untuk menyebar dari satu perangkat ke perangkat lain dengan menempelkan dirinya ke program atau file yang sah.

Setelah menginfeksi perangkat, ia dapat merusak sistem, mencuri data, atau menyebar ke komputer lain di jaringan. Virus sering menyebar melalui lampiran email atau unduhan software yang terinfeksi.

Adware

Adware adalah jenis malware yang dirancang untuk menampilkan iklan yang tidak diinginkan di perangkat pengguna.

Jenis ini dapat melacak aktivitas online dan mengumpulkan data tentang kebiasaan pencarian pengguna. Adware sering muncul dengan software atau unduhan gratis, dan pengguna mungkin tanpa sadar memasangnya di perangkat mereka.

Trojan

Trojan adalah jenis malware yang menyamar sebagai software atau file yang sah. Setelah diinstal pada perangkat, maka dapat memberikan akses jarak jauh penyerang ke sistem atau menyebabkan kerusakan pada file dan program.

Trojan sering kali disebarkan melalui lampiran email, situs web berbahaya, atau melalui taktik rekayasa sosial.

Worm

Worm adalah jenis malware yang dirancang untuk menyebar melalui jaringan perangkat dengan mengeksploitasi kerentanan dalam software atau sistem operasi.

Jenis ini dapat menyebabkan kerusakan pada file dan program, dan juga dapat digunakan untuk membuat botnet.

Botnet

Botnet adalah jaringan perangkat yang telah terinfeksi malware dan dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh penyerang.

Jenis ini dapat digunakan untuk meluncurkan serangan DDoS (Distributed Denial of Service) atau untuk menyebarkan spam dan malware.

Ransomware

Ransomware adalah jenis malware yang mengenkripsi file pengguna dan meminta pembayaran sebagai ganti kunci dekripsi.

Setelah perangkat terinfeksi ransomware, pengguna mungkin tidak dapat mengakses file atau program mereka hingga uang tebusan dibayarkan. Ransomware sering kali disebarkan melalui email phishing atau unduhan berbahaya.

Cara Mengatasi Malware

Jika kamu mengetahui perangkat kamu teridentifikasi adanya malware, tidak perlu panik. Kamu dapat mencoba langkah-langkah berikut ini untuk mengatasinya:

Identifikasi Malware

Langkah pertama dalam menangani malware adalah mengidentifikasi keberadaannya. Tanda-tanda umum malware mencakup kinerja perangkat yang lambat, iklan pop-up, dan perubahan tak terduga pada file atau program kamu.

Gunakan software anti-virus untuk memindai perangkat kamu dan mengidentifikasi malware apapun yang mungkin ada.

Isolasi Perangkat

Jika kamu telah mengidentifikasi malware di perangkat kamu, penting untuk mengisolasi mesin yang terinfeksi dari seluruh jaringan.

Putuskan sambungannya dari internet dan perangkat lain, dan nonaktifkan koneksi nirkabel apa pun.

Hapus Malware

Setelah kamu mengidentifikasi malware dan mengisolasi perangkat yang terinfeksi, saatnya untuk menghapus malware tersebut.

Gunakan software anti-virus untuk menghapus malware dari perangkat kamu. Kamu mungkin perlu menjalankan pemindaian sistem lengkap dan menghapus file atau program yang terinfeksi.

Perbarui Software

Setelah menghapus malware, langkah penting selanjutnya adalah memperbarui software kamu ke versi terbaru.

Hal ini akan membantu memastikan bahwa setiap kerentanan yang dieksploitasi oleh malware tidak ada lagi.

Ubah Kata Sandi

Jika kamu yakin bahwa kata sandi kamu mungkin telah diketahui, maka sangat penting untuk mengubahnya.

Gunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun, dan pertimbangkan untuk menggunakan pengelola kata sandi untuk membantu kamu melacaknya.

Cadangkan Data

Langkah terakhir untuk melindungi perangkat dari malware adalah mencadangkan data kamu secara teratur ke lokasi yang aman.

Hal ini akan membantu memastikan bahwa kamua tidak akan kehilangan file penting jika terjadi infeksi malware.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kamu dapat menangani malware secara efektif dan melindungi perangkat dan jaringan kamu dari infeksi di masa mendatang. Penting untuk selalu waspada dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi perangkat dan data kamu dari malware setiap saat.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai malware, semoga bermanfaat.

5 Cara Membersihkan Virus di Smartphone Android, Dijamin Ampuh

Seperti halnya dengan komputer, smartphone android juga rawan terjangkit virus atau malware. Virus bisa masuk ke dalam smartphone berupa kode yang dikirim melalui aplikasi, email, atau pesan teks.

Virus yang menjangkit smartphone dapat menyebabkan kerusakan pada sistem. Untuk itu, smartphone yang terkena virus harus segera dibersihkan agar tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.

DailySocial.id akan menjelaskan cara membersihkan virus di smartphone android melalui artikel ini.

Jenis-Jenis Virus di Smartphone Android

Virus atau malware adalah sebuah program yang dirancang untuk merusak sebuah sistem. Berikut adalah beberapa jenis virus yang perlu diwaspadai.

Adware

Adware merupakan iklan dengan tautan ke halaman web atau aplikasi yang dapat menyebabkan kerusakan atau pelanggaran keamanan.

Malware

Malware dapat mengambil alih akses perangkat untuk mencuri informasi pribadi, mengirim pesan teks, atau melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan.

Ransomware

Ransomware bekerja dengan cara mengunci file atau aplikasi, lalu meminta imbalan dari pengguna untuk membukanya.

Spyware

Spyware bertujuan untuk memantau aktivitas pengguna untuk tujuan yang tidak benar.

Trojan Horse

Trojan house bekerja dengan menyambungkan dirinya sendiri ke aplikasi yang sah untuk mengganggu operasi android.

Cara Membersihkan Virus di Smartphone Android

Untuk membersihkan virus di smartphone android, kamu bisa melakukan lima cara berikut.

Uninstall Aplikasi yang Mencurigakan

Kamu bisa membersihkan virus degan uninstall aplikasi yang mencurigakan, dengan cara masuk ke Pengaturan atau Setting > Application, lalu pilih aplikasi yang ingin di-uninstall. Biasanya, aplikasi yang mencurigakan adalah aplikasi yang diunduh dari situs-situs ilegal, di luar Google Play Store.

Hapus Administrator Rights

Kamu juga bisa membersihkan virus dengan menghapus akses mencurigakan. Caranya, masuk ke Setting > Security, lalu lihat di bagian Device Administrator. Kamu bisa melihat daftar akses pada aplikasi yang sudah diinstal.

Jika sudah melakukannya, jangan lupa untuk melakukan restart pada smartphone androidmu untuk mengecek apakah virus sudah hilang.

Menggunakan Anti-Virus

Untuk mencegah virus bisa masuk ke smartphone androidmu, kamu bisa memasang anti-virus. Saat ini, banyak aplikasi anti-virus yang efektif, baik dari yang gratis hingga berbayar. Anti-virus dapat berperan untuk mengidentifikasi dan membersihkan virus secara menyeluruh.

Melakukan Instal Ulang pada Perangkat

Apabila kamu sudah melakukan ketiga cara di atas, tetapi tetap tidak dapat membersihkan virus, maka kamu perlu melakukan instal ulang pada perangkatmu. Caranya sebagai berikut:

  • Buka menu Pengaturan.
  • Pilih Sistem lalu pilih opsi Setel Ulang.
  • Setelah itu, pilih Reset ke Setelan Pabrik dan tunggu prosesnya.

Menggunakan Safe Mode

Untuk mencegah virus masuk kembali, kamu bisa menggunakan safe mode.

  • Alihkan perangkat ke Safe Mode.
  • Kemudian periksa aplikasi yang mencurigakan di smartphone androidmu.
  • Hapus dan uninstall aplikasi tersebut.
  • Hapus juga akses administrator asing lalu keluar dari Safe Mode.

Nah, itulah beberapa cara untuk menghapus virus di smartphone android. Kamu perlu melakukan cara-cara tersebut secara berkala untuk mencegah virus dapat masuk dan merusak sistem di perangkatmu.

Perangkat Mac Kini Dua Kali Lebih Rentan Terinfeksi Adware Dibanding Windows

Beberapa tahun silam, kepopuleran OS Windows menyebabkannya jadi sasaran utama ‘pengembangbiakan’ virus dan segala macam malware. Kompatibilitas ke beragam format file, ditambah lagi jenis pengguna PC yang majemuk membuatnya rentan terinfeksi. Sementara itu, user platform lain, seperti Mac dan Linux, dapat bernafas lebih lega karena kondisi ini mengalihkan perhatian kriminal di dunia maya dari sistem mereka.

Namun seiring berjalannya waktu, keamanan Windows terus meningkat. OS semakin canggih dalam mendeteksi malware. Kewaspadaan pengguna memang tetap dibutuhkan, tapi cukup berbekal akal sehat, pada dasarnya kita tak perlu memasang software anti-virus pihak ketiga karena Windows sudah memiliki perkakas kemanannya sendiri, misalnya Firewall serta proteksi live terhadap malware. Dan kini, malah Mac yang ternyata lebih rentan terinfeksi adware dibanding Windows.

Berdasarkan laporan State of Malware 2020 yang dipublikasikan oleh Malwarebytes Labs, resiko keamanan di Mac meningkat tajam di tahun 2019, dengan komparasi hampir mencapai 2:1 dibanding Windows. Kita bisa melihat bagaimana ancaman di Mac melojak 400 persen baik bagi konsumen biasa maupun kelas bisnis. Deteksi malware per sistem juga naik secara signifikan: dari 4,8 di 2018 menjadi 11,0 di 2019 – dua kali lipat Windows PC dengan 5,8 di tahun 2019.

Alasan mengapa para kriminal belakangan menyerang Mac secara lebih gencar ialah karena peningkatan jumlah adopsi OS di tahun lalu. Selain itu sistem keamanan built-in OS ini ternyata masih kurang efektif menangani malware berjenis adware dan ‘program-program yang tak diinginkan’ (PUP), sehingga membuka peluang bagi software-software jahat untuk menyusup ke perangkat Mac.

Malwarebytes menjelaskan bahwa tipe resiko di Mac sangat berbeda dari Windows. Ketika Windows harus berhadapan dengan malware tradisional yang sebagian besar ditargetkan pada segmen bisnis, mayoritas ancaman di Mac muncul dari keluarga adware dan PUP. Di sepanjang tahun 2019, hanya ada satu insiden yang melibatkan metode mengelabui pengguna buat mengunduh dan membuka software/program berbahaya.

Daftar malware yang paling mengancam OS Mac di 2019 bisa Anda simak di bawah. Di sini Anda dapat melihat bagaimana adware dan potentially unwanted programs seperti NewTab, PCVARK, MacKeeper menempati daftar lima besar.

Mac adware 1

Meski banyak orang menganggap adware dan PUP tidak seberbahaya malware tradisional – misalnya ransomware, jumlah mereka meningkat pesat dan saat ini sangat mengganggu pengguna Mac. OS tersebut tak lagi bisa dikatakan imun terhadap malware. Menurut Malwarebytes, adware dan PUP di Mac jadi kian agresif dan memperlihatkan ‘tujuan serta perilaku berbahaya’. Mereka juga kian pintar dalam menghindari sistem keamanan Apple yang ketat.

Via PC Gamer.

Acronis Luncurkan True Image 2020: Melindungi dari Malware dengan Backup

Di dunia yang sebagian besar sudah menggunakan akses komputer untuk bekerja saat ini tentu saja tidak luput dari ancaman keamanan. Apalagi, saat ini sudah banyak ancaman yang datang dari Ransomware, sebuah malware yang melakukan enkripsi secara otomatis dan meminta uang untuk membukan kuncinya. Tentunya, perusahaan harus merogoh kocek yang tidak sedikit untuk terhindar dari aksi kejahatan seperti ini.

Penggunaan software anti virus memang saat ini sudah merupakan sebuah keharusan. Akan tetapi, sering kali anti virus hanya dapat menangkal pada saat ransomware menyerang sebuah komputer. Itu pun jika database malware anti virus tersebut sudah dapat mendeteksi ransomware tersebut.

Acronis 2020 - Launch

Anti virus juga seringkali tidak bisa menanggulangi ransomware. Jika kunci enkripsi belum ada, software anti virus hanya akan menghapus file yang sudah terjangkit malware. Selain serangan malware, setiap data pasti akan hilang. 25% kasus kehilangan data biasanya disebabkan oleh kesalahan pengguna. Selain itu, kerusakan hardware juga menjadi penyebab sebuah data hilang begitu saja.

Satu-satunya langkah preventif yang harus dilakukan adalah melakukan backup. Namun, melakukan penyalinan data memang memiliki tingkat kesulitan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh orang awam. Selain itu, tingkat keamanan dari data yang tersalin juga rentan di hack oleh tangan jahil. Dan terakhir, biaya untuk melakukan backup juga ternyata tidak murah.

Masalah-masalah yang ada tersebutlah yang membuat Acronis kembali meluncurkan versi baru dari software penyalin datanya, yaitu True Image 2020. Di Indonesia, Acronis pun memperkenalkan produk barunya dengan mengundang DailySocial pada Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan pada tanggal 5 November 2019.

Acronis 2020 - true image

Pada versi 2020 ini, Acronis pun menambah beberapa peningkatan dibandingkan versi sebelumnya. Yang pertama adalah kemampuan untuk mereplika salinan yang ada di komputer langsung ke cloud secara otomatis. Selain itu, pada True Image 2020 terdapat notifikasi agar pengguna dapat terus memonitor salinan data dan bisa menyelesaikan jika ada permasalahan keamanan.

True Image 2020 juga memiliki kecepatan replika data hingga 2 kali lipat dibandingkan versi sebelumnya. Fungsi Anti-malware juga telah tersedia, termasuk untuk menghentikan service saat malware akan menyerang. Dan jika pengguna memiliki dua koneksi, True Image 2020 juga akan menanyakan pada jaringan mana yang akan digunakan untuk melakukan backup.

Acronis juga mengklaim bahwa True Image saat ini sudah lebih baik dari Time Machine miliki Apple. Saat ini, pengguna Mac bisa langsung melakukan restorasi data dari volume APFS. Selain itu, pengguna juga bisa memilih apakah mereka mau melakukan backup pada saat perangkatnya masuk ke dalam mode Power Nap.

Dibandingkan dengan para pesaingnya, Acronis ternyata juga lebih efisien. True Image mampu melakukan backup dari Office 365 dan juga Virtual Machine. Dan Acronis juga mematok harga yang lebih murah dari para pesaingnya seperti Backblaze, Carbonite Safe, dan iDrive.

Acronis 2020 - Ransomware

Acronis memiliki tiga paket penjualan True Image 2020 untuk digunakan pada satu, tiga, atau lima PC. Untuk versi standar, Acronis menjual lisensinya pada harga $49.99 per PC. Sedangkan untuk versi Advanced dan Premium yang menghadirkan penyimpanan cloud sebesar 250 GB dan 1 TB, harganya adalah $49.99 per PC per tahun dan $99.99 per PC per tahun.

PT. Optima Solusindo Informatika selaku pemegang lisensi Acronis True Image di Indonesia mengatakan hal yang berbeda. Di Indonesia, harga lisensi dari True Image 2020 jual dengan harga yang sekitar 50% lebih murah. Selain itu, bekerja sama dengan e-commerce Bhinneka, setiap pembelian laptop pada toko online tersebut akan langsung mendapatkan Acronis True Image 2020 di paket penjualannya.

PT. Optima menargetkan untuk bisa menjual sekitar 5000 lisensi bersama Bhinneka. Hal tersebut berarti ada target sekitar 60.000 lisensi Acronis True Image 2020 yang bakal terjual bersamaan dengan laptop di Bhinneka.

Mencoba True Image 2020

Untuk merasakan bagaimana True Image 2020 melakukan penyalinan data, tentu saja hal pertama yang harus dilakukan adalah menginstalnya ke dalam komputer pribadi. Melakukan download file sebesar 500 MB memang memakan waktu sekitar 7-10 menit, namun yang lebih lama menunggu adalah melakukan instalasinya, bisa mencapai 15 menit sendiri!

Setelah instalasi selesai, kita pun akan dibawa ke sebuah tutorial. Jika pernah menggunakan True Image sebelumnya, maka melakukan backup data akan menjadi sangat mudah. Apalagi mereka yang sering melakukan cloning HDD, True Image memang bisa menjadi andalan.

Acronis 2020 - Software

Saat memilih menu Backup, maka pengguna akan ditanyakan mengenai sumber data yang akan disalin, apakah di hard disk, mobile, cloud, dan lain sebagainya. Kita bisa melakukan backup untuk seluruh hard disk atau hanya sebagian file saja. Tentunya untuk sebuah perusahaan, melakukan perlindungan secara keseluruhan akan menjadi prioritas utama.

Setelah itu, kita akan ditanya di mana kita akan menempatkan salinan datanya. Untuk menyalin ke cloud Acronis, tentu saja kita harus membeli paket penjualannya. Untuk pengguna rumahan, sepertinya penyalinan data ke sebuah hard disk eksternal bisa dilakukan dengan mudah. Setelah itu, klik saja Backup Now dan True Image 2020 akan melakukan tugasnya.

Acronis 2020 - Software Sumber Backup

Ternyata, melakukan backup data cukup mudah dengan True Image 2020 ini. Namun, jangan lupa untuk melakukan cek pada pilihan-pilihan backup-nya. Toh, kita tidak butuh untuk menyalin file-file sementara dari Windows seperti file Hibernasi, Pagefile.sys, dan lain sebagainya.

AV Test: Anti Malware Gratis Windows Defender Sudah Cukup untuk Melindungi PC

Sistem operasi Windows 10 saat ini memang merupakan sistem operasi yang cukup populer dan banyak digunakan pada perangkat desktop maupun laptop. Selain sangat mudah untuk digunakan, pilihan bundling dengan laptop baru juga merupakan penyebab orang memilih sistem operasi yang satu ini.

Akan tetapi, satu hal yang cukup menghantui para pengguna komputer dengan sistem operasi Windows 10 adalah malware. Malware pada sistem operasi ini merupakan yang paling banyak di antara semua sistem operasi.

Microsoft sendiri pernah membeli beberapa perusahaan anti malware untuk bertarung dengan malware yang merusak PC dan merugikan. Hasilnya adalah Microsoft mengeluarkan software anti virus bernama Security Essential yang berubah menjadi Windows Defender.

Windows Defender yang dapat dikatakan gratis ini memang berfungsi untuk melindungi komputer dari serangan malware, termasuk virus dan ransomware. Namun, banyak yang meragukan kemampuannya karena gratis, karena gratis dianggap tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

AV Test, sebuah institusi asal Jerman yang selalu melakukan pengujian terhadap keamanan, ternyata berkata sebaliknya. Pada pengujian yang dilakukan pada bulan Juni lalu, mengklaim bahwa Microsoft Windows Defender memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan anti malware berbayar.

AVTest

AV Test menguji sekitar 18 program anti malware yang ditujukan kepada pengguna rumah. Pengujian dilakukan dengan memberikan sekitar 5600 malware yang ditemukan selama empat minggu sebelum pengujian. Selain itu, terdapat 255 malware yang ditemukan kurang dari 24 jam juga masuk dalam tahap pengujian.

AV Test memberikan angka 6 sebagai angka tertinggi di setiap pengujian. Dengan total tiga pengujian, yaitu Proteksi, Performa, dan Penggunaan, nilai tertinggi akan mendapatkan 18 poin. Microsoft Windows Defender sendiri mendapatkan nilai 17,5 dari pengujian.

AVTest Protection

Nilai yang didapat ini tentu menggunakan update terakhir dari Windows Defender. Pada update bulan Mei, nilainya tidak sebaik update bulan Juni dari sisi performa, namun pengujian proteksinya memang sudah yang paling tinggi.

Windows Defender juga mampu mendeteksi malware dengan sangat baik pada update terakhirnya. Pengujian AV Test menunjukkan bahwa anti malware gratis ini tidak pernah salah mendeteksi sebuah malware.

AVTest Performance

Dengan nilai 17,5 ke atas, AV Test memberikan penghargaan “Top Product“. Hal tersebut diraih Windows Defender bersama dengan Ahnlab V3 Internet Security 9.0,  Avast Free AntiVirus 18.3 & 18.4. AVG Internet Security 18.3 & 18.4, Avira Antivirus Pro 15.0, Bitdefender Internet Security 22.0, Kaspersky Internet Security 18.0 & 19.0, McAfee Internet Security 21.1 & 21.2, Windows Defender 4.12, eScan Internet Security Suite 14.0, Norton Security 22.14, dan VIPRE AdvancedSecurity 10.1.

Hal ini tentu saja membuat para pengguna Windows 10 yang tidak memiliki dana berlebih bisa menggunakan perangkatnya dengan lebih tenang. Tidak perlu lagi menggunakan anti malware lain karena perlindungan maksimal sudah didapatkan.

AVTest Usability

Akan tetapi bagi para pengguna komputer di perusahaan-perusahaan besar, Windows Defender belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan keamanan.

Sumber: AV Test.

[Panduan Pemula] Cara Menggunakan Scanner Malware pada Google Chrome

Zaman sekarang, melakukan penjelajahan di dunia maya memang sudah menjadi kegiatan utama. Setiap orang pasti membutuhkan sesuatu yang terdapat di internet. Tapi apakah situs yang dikunjungi tersebut aman?

Saat ini ribuan situs terindikasi menyebarkan malware, baik yang merusak PC maupun yang hanya menjangkiti browser internet saja. Bahkan, Ransomware pun juga sering kali tidur di dalam PC kita tanpa kita sadari karena diunduh secara diam-diam oleh sebuah situs.

Jika Anda menggunakan Windows 10, kemungkinan besar Anda dalam posisi aman karena Windows Defender bakal melindungi komputer dari malware. Akan tetapi, pada Windows 8 ke bawah, Windows Defender kemungkinan tidak aktif secara otomatis. Dan sampai saat ini masih banyak orang yang kurang menyadari pentingnya software anti virus.

Jika saat ini Anda menggunakan Google Chrome versi terbaru, hal tersebut mungkin dapat menyelamatkan komputer Anda. Saat ini, Google Chrome sudah dilengkapi dengan proteksi terhadap malware. Bahkan Google Chrome mampu mendeteksi malware pada komputer secara keseluruhan, bukan hanya pada browser itu sendiri.

Untuk mendeteksi malware, Google ternyata bekerja sama dengan ESET. ESET sendiri terkenal dengan software anti malware-nya yang bernama NOD32. Oleh karenanya, jika Anda menggunakan Google Chrome sebagai browser, mulai sekarang dapat menggunakan anti malware.

Chrome Clean up

Yang perlu diingat adalah bahwa anti malware pada Google Chrome hanya akan melakukan deteksi pada saat dijalankan secara manual atau on demand. Jadi, lakukan saja setiap kali Anda ingin membersihkan malware dari komputer jika tidak memiliki anti virus.

Caranya sangat mudah. Jalankan browser Chrome seperti biasa, lalu ketik pada bar alamat URL:

chrome://settings/cleanup

Deteksi malware akan berjalan beberapa saat. Lama atau tidaknya deteksi sangat tergantung dengan media penyimpanan yang Anda gunakan (SSD atau hard disk) dan banyaknya file di dalam komputer tersebut. Layanan ini juga akan mendeteksi pada saat Google Chrome dibajak oleh pihak ketiga.

Sekali lagi, yang perlu diingat adalah bahwa Chrome tidak menawarkan fasilitas anti malware secara otomatis. Untuk hal tersebut, Anda harus mempercayakan kepada software-software anti virus.

Gambar header: Pixabay.

Indonesia Masuk Jajaran Lima Negara Paling Rentan Serangan Siber

Microsoft Asia Pasifik merilis sebuah laporan bertajuk Security Intelligence. Salah satu kesimpulannya, Indonesia kini berada di lima besar negara Asia Pasifik yang paling ter-expose program berbahaya. Pada kuartal kedua tahun 2016, 45,2% komputer di Indonesia terserang malware.

Kategori perangkat lunak berbahaya yang paling sering ditemui di Indonesia pada ialah Trojan dengan total infeksi di komputer mencapai 41,5%. Worms menempati posisi kedua, dengan 24,5% total serangan yang ditemui.

“Bagaimanapun, kita tidak akan selamanya tetap aman dan dapat mencapai kapasitas secara penuh pada dunia yang selalu terhubung ini, tanpa memahami ancaman keamanan siber dan menambah pemahaman mengenai perkembangan cybercrime,” ujar Antony Cook selaku Associate General Counsel Microsoft Asia Pasifik.

Negara di Asia Pasifik yang paling rentan terhadap serangan siber, khususnya malware:

  1. Bangladesh
  2. Kamboja
  3. Indonesia
  4. Myanmar
  5. Vietnam

Serangan Ransomware kian meningkat

Ransomware adalah salah satu jenis malware yang paling terkenal pada tahun 2017. Pada paruh pertama tahun ini, dua gelombang serangan ransomware, yakni WannaCrypt dan Petya, memanfaatkan kerentanan pada sistem operasi Windows usang di seluruh dunia dan menonaktifkan ribuan perangkat dengan membatasi akses data secara tidak sah melalui enkripsi. Hal ini tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari individu tapi juga melumpuhkan banyak operasional perusahaan.

Penyerang mengevaluasi beberapa faktor saat menentukan wilayah mana yang harus ditargetkan, seperti GDP suatu negara, usia rata-rata pengguna komputer dan metode pembayaran yang tersedia. Bahasa juga dapat menjadi faktor pendukung utama karena serangan yang sukses sering kali bergantung pada kemampuan penyerang untuk melakukan personalisasi pada pesan untuk meyakinkan pengguna untuk mengaktifkan data berbahaya tersebut.

Komputasi awan menjadi target selanjutnya

Seiring dengan meningkatnya migrasi ke layanan SaaS atau sejenisnya, komputasi awan telah menjadi pusat data utama bagi sebagian besar organisasi. Ini juga berarti data berharga dan aset digital yang tersimpan di awan, membuatnya menjadi target bagi penjahat dunia maya.

Sebagian besar serangan terhadap akun konsumen dan perusahaan yang dikelola pada komputasi awan ini diakibatkan oleh kata kunci yang lemah dan dapat ditebak serta pengelolaan kata sandi yang buruk, diikuti oleh serangan phishing yang ditargetkan dan pelanggaran layanan pihak ketiga. Seiring dengan frekuensi dan kecanggihan serangan terhadap akun pengguna pada komputasi awan yang meningkat, kebutuhan untuk pengamanan data melampaui kata sandi untuk otentikasi sangatlah diperlukan.

Kiat memperkuat cybersecurity yang disarankan

Perusahaan harus rutin mengatur pembaruan sistem operasi dan program, supaya memastikan patch terbaru telah diinstalasi. Ini kegiatan yang perlu dibudayakan dalam bisnis, seiring lanskap ancaman terus berkembang dan berevolusi.

Lain halnya dengan individu, memperkuat keamanan salah satunya dengan menghindari pemakaian hotspot Wi-Fi umum yang kurang meyakinkan dan jauhkan kata kunci sederhana pada penerapan sistem keamanan data pribadi.

Meski Kalem, Ransomware Petya Lebih Berbahaya Ketimbang WannaCry

Serangan ransomware meningkat dalam beberapa bulan terakhir. WannaCry menjadi malware yang paling menakutkan. Yang menarik, beberapa malware yang menyerang berbasiskan pada tool hack NSA yang bocor dan kemudian dirancang ulang oleh oknum tertentu untuk menyerang Windows versi lawas. Microsoft telah memberikan perhatian khusus atas serangan WannaCry dan juga ransomware terbaru bernama Petya. Dalam analisis mendalam yang mereka lakukan, mereka mendapati bahwa sebagian besar sistem yang terinfeksi menggunakan OS Windows 7.

Laporan tersebut mengatakan bahwa ransomware Petya muncul pertama kali di Ukraina dengan angka infeksi mencapai 70% dari total PC yang terinfeksi secara global. Namun menurut Microsoft, skala serangan Petya jauh lebih kecil dibandingkan WannaCry, dengan jumlah komputer  yang terinfeksi sebanyak 20.000 unit. Meski begitu, Microsoft memberikan garis bawah, bahwa Petya dirancang untuk menargetkan korban tertentu seperti organisasi dan perusahaan berskala besar di Eropa.

Raksasa Redmond juga menyatakan bahwa setiap malware yang baru muncul mempunyai kemampuan yang lebih menakutkan yang dirancang untuk mengelabui sistem keamanan komputer. Jadi cukup masuk akal mengapa Microsoft mendorong perusahaan dan organisasi dunia untuk melakukan upgrade ke sistem operasi yang lebih baru, tentu saja Windows 10. Persentase yang ada menunjukkan OS paling anyar Microsoft ini relatif lebih kebal terhadap berbagai serangan dengan algoritma terbaru.

02-petya-kill-chain-diagram1

Di kasus Petya ini misalnya, Microsoft mengatakan kendati skala serangan Petya tidak sebesar WannaCry, namun varian ini lebih kompleks ketimbang aslinya. Petya mempunyai mekanisme penyebaran yang lebih berbahaya ketimbang WannaCry dengan menggunakan serangan kedua dan menambahkan metode propagasi. Selain mampu menyusup ke celah yang dimanfaatkan oleh WannaCry, Petya juga mampu mengeksploitasi Windows Management Instrumentation (WMI) dan PSExec sehingga komputer dengan sistem operasi Windows yang telah diperbarui sekalipun, bisa diinfeksi oleh Petya. Kemampuan lateral ini membuat ransomware Petya jauh lebih berbahaya bagi komputer dan jaringan.

Sumber berita Microsoft via SoftPedia dan header Pixabay.

Kaspersky: App Pokémon Go Palsu Berhasil Kelabui Setengah Juta Orang Lebih

Niantic saat ini sedang berkutat demi menjaga ketertarikan pemain Pokémon Go dengan membubuhkan fitur-fitur baru. Terlepas dari berhasil atau tidaknya usaha mereka, game berbasis AR tersebut telah tercatat sebagai fenomena bersejarah, menyabet lima rekor Guinness di bulan Agustus 2016. Meroketnya kepopularitasan Pokémon Go ternyata turut menarik perhatian para peretas.

Anda mungkin sudah tahu, serbuan malware tak lama menyusul dengan kehadiran beragam aplikasi third-party yang menjanjikan kemudahan menemukan Pokémon, dan juga saat orang mengunduh APK permainan dari sumber tidak resmi. Pelan-pelan, ancaman keamanan tersebut mulai menghilang setelah Pokémon Go mulai tersedia lebih luas, tetapi belum lama ini Kaspersky menemukan situasi baru yang tidak kalah berbahaya.

Beberapa hari lalu, pakar keamanan Kaspersky menemukan Trojan di Google Play, dan segera melaporkannya ke sang penyedia layanaan. Kabar buruknya, saat itu aplikasi berjudul Guide for Pokémon Go tersebut sudah diunduh sebanyak lebih dari 500 ribu kali. Program jahat ini lebih cerdik dibanding malware terdahulu, mampu menghidar dari pengawasan para ahli dan memilih korbannya secara pintar serta selektif.

Pokémon Go Malware 1

Korban yang kurang beruntung akan disuguhkan banyak sekali iklan, dan bukan itu saja, malware melakukan root pada perangkat mereka lalu menginstal lebih banyak file-file jahat. Kaspersky menjelaskan bagaimana cara program itu bekerja: prtama-tama, file executatble dari Trojan dikompres dalam software packer, bersama file-file berguna, ditambah kode khusus.

Setelah seorang pengguna menginstal Guide for Pokémon Go, malware akan menunggu beberapa saat sebelum menyerang. Hal ini memang disengaja, karena ia harus mempelajari apakah sudah berhasil masuk ke handset sungguhan atau ke virtual machine – yaitu komputer dengan emulasi yang dipakai perusahaan keamanan untuk memeriksa aplikasi-aplikasi mencurigakan.

Pokémon Go Malware 2

Ketika malware mengetahui telah berada di sistem yang tepat, Trojan akan mengirim notifikasi ke server sang hacker – berisi data model perangkat Anda, versi sistem operasi, negara Anda tinggal, bahasa, dan lain-lain. Server selanjutnya segera menganalisis informasi tersebut, memutuskan apakah target merupakan subjek yang mereka cari. Dan lewat izin dari server, Guide for Pokémon Go dapat mengunduh file-file malware lainnya.

Senjata Andalan Trojan adalah mengeksploitasi kelemahan device yang ditemukan di tahun 2012 sampai 2015. Kemudian, ia berupaya me-root smartphone, menginstal file diam-diam, dan membanjiri Anda dengan iklan.

Sumber: Blog Kaspersky.

Windows Defender Akan Hapus Software Pendongkrak Performa Abal-Abal

Saat berselancar di internet, besar kemungkinan Anda pernah menjumpai banner iklan yang menawarkan software untuk mengecek dan membersihkan isi komputer Anda supaya bisa meningkat performanya. Dalam banyak kasus, software semacam ini biasanya bohong; seringkali mereka akan meminta Anda untuk membayar kalau mau masalahnya dibereskan.

Cara kerja yang tidak transparan ini membuat Microsoft sedikit geram. Mereka pun mengumumkan akan mengambil tindakan lewat Windows Defender di Windows 10. Sederhananya, Windows Defender kini akan menghapus softwaresoftware pendongkrak performa ‘abal-abal’ ini secara otomatis.

Microsoft turut menjelaskan bahwa sebagian dari software semacam ini malah dapat membuat komputer Anda jadi lebih lambat performanya. Kok bisa? Karena mereka akan mendeteksi jenis file prefetch (.pf) sebagai malware, lalu menghapusnya. Padahal, file jenis ini dibutuhkan Windows untuk memangkas waktu loading aplikasi tertentu.

Jadi kalau suatu software ‘abal-abal’ melakukan hal di atas, Microsoft akan memperlakukannya sebagai sebuah “unwanted software“, lalu menghapusnya dari komputer Anda. Selain itu, masih ada kriteria lain seperti di bawah ini:

  • Program yang membuka jendela browser tanpa sepengetahuan pengguna
  • Software yang otomatis mengunduh software lain yang dianggap Microsoft sebagai malware
  • Program yang menampilkan iklan di luar jendela programnya sendiri tanpa cara yang jelas untuk menutup iklan tersebut, tidak ada cara pasti untuk meng-uninstall program tersebut, atau yang memunculkan iklan lain ketika Anda menutup sebuah iklan.

Kalau Anda menggunakan Windows 10, Anda tidak perlu berbuat banyak, Windows Defender-lah yang akan turun tangan secara langsung. Namun kalau Anda memakai versi Windows yang lebih lama, sebaiknya jangan mudah tergoda dengan penawaran software pendongkrak performa seperti di atas, sebab efeknya malah bisa lebih buruk buat komputer Anda.

Sumber: Digital Trends dan Liliputing.