Tiga Divisi dalam Startup yang Dapat Dijalankan secara “Outsource”

Dalam dunia startup yang kompetitif, founder harus tetap fokus pada pengembangan bisnis tanpa diganggu hal lain. Di fase awal pada saat merintis, jumlah dana dan staf sering kali terbatas, sementara banyak tugas yang harus dikerjakan. Sebagian besar founder mencoba mengatasinya sendiri agar menghemat uang dan waktu.

Seperti pisau bermata dua. Mengambil terlalu banyak pekerjaan, dapat mengorbankan kualitas dan akurasi. Solusi alternatifnya adalah dengan outsourcing, menghubungkan startupnya dengan tim ahli yang punya pengetahuan dan keterampilan untuk mengemban tugas tersebut.

Pasalnya, startup dihantui dengan kenyataan pahit bahwa 90 persen bisnis baru pasti gagal. 46 persen penyebabnya karena kurangnya modal. Memantau pos anggaran bisnis adalah suatu keharusan ketika memulai bisnis baru. Berinvestasi untuk layanan yang tidak menghasilkan ROI (return of investment) signifikan adalah resep kegagalan.

Outsourcing dapat menjadi solusi karena mengurangi hingga 60 persen biaya. Di samping itu, founder bisa merasakan langsung manfaat dari outsourcing karena mereka bisa lebih produktif. Inilah alasan mendasar mengapa startup perlu outsourcing.

Pertanyaan berikutnya adalah kapan tepatnya Anda butuh outsourcing? Jawabannya tergantung pada tujuan bisnis dari startup. Sebab apapun tugas yang Anda putuskan untuk di-outsource, Anda harus tetap ambil langkah strategis, cermat dengan keterampilan perusahaan.

Pada umumnya, ada tiga bagian yang bisa di-outsource-kan dalam tiap perusahaan. Yakni, bagian administrasi, layanan IT, dan penggajian. Berikut penjelasannya.

Bagian administrasi

Mengalihkan tugas administratif artinya Anda melewati tanggung jawab untuk mencatat dan menjawab email kepada pekerja outsourcing. Penjadwalan penting, seperti jam kerja dan rapat karyawan dapat di-outsourcing-kan, ini akan sangat bermanfaat bila Anda belum memiliki departemen SDM.

Ketika Anda dan tim mulai bekerja pada proyek-proyek mendesak, Anda bisa memastikan kepada tim outsourcing untuk tetap tidak melewatkan pencatatan penting agar perusahaan tetap terorganisir. Di saat yang sama, Anda bisa berkomunikasi dengan klien, calon mitra bisnis, dan investor.

Di Indonesia ada banyak startup yang menangani solusi tersebut, di antaranya GreatDay HR, Sleekr, Jojonomic, dan Gadjian.

Layanan IT

Tetap memiliki produk yang relevan di pasar merupakan sesuatu yang dibutuhkan, sekaligus jadi tantangan karena produk berbasis teknologi dituntut untuk selalu berkembang agar dapat menarik lebih banyak pengguna. Jika Anda butuh terlalu lama untuk merilis suatu produk, kemungkinan besar layanan Anda cepat usang, atau kompetitor lebih dahulu masuk dengan solusi serupa.

Mengalihkan produk teknologi Anda ke tech provider menjadi salah satu opsi untuk tetap membuat perusahaan Anda tetap kompetitif. Yang membuat tech provider menonjol adalah mereka menekankan pada teknologi mutakhir yang siap mendukung kualitas produk Anda. Dengan demikian, ekspektasi pengguna semakin tinggi.

Tim IT in-house dapat mengalihkan fokusnya pada inovasi sembari menjaga kualitas produk yang dihasilkan tim outsourcing dengan merekrut developer khusus dan quality assurance. Perluasan tim ini punya peran penting dalam keberhasilan suatu proyek.

Developer khusus punya pengetahuan tentang teknologi terbaru dan dapat mengerjakan tugas yang kompleks tanpa gangguan ketika masuk dalam tim tambahan. Memungkinkan mereka untuk bekerja secara kreatif dan berkontribusi pada produk yang lebih inovatif.

Sementara, project manager tahu bahwa kualitas sangat penting selama pengembangan. Tim mereka sering kali terlalu sibuk dengan tugas-tugas lain untuk fokus pada jaminan kualitas. QA punya tugas memastikan kualitas, produk perusahaan Anda memiliki keunggulan kompetitif di pasar karena fungsi dan keamanannya.

Startup dengan layanan seperti ini di Indonesia, bisa tengok dari Qiscus. Startup ini spesialisasi membuat produk chat untuk meningkatkan engagement dengan konsumen. Salah satu perusahaan yang memanfaatkan produk Qiscus adalah Bukalapak.

Penggajian

Apabila founder kurang paham dengan penghitungan gaji dan kelola keuangan perusahaan, startup ia bangun dalam waktu singkat akan gulung tikar. Outsourcing payroll melindungi Anda dan staf karena memberikan akurasi tinggi untuk mencegah pelanggaran hukum dan membayar gaji karyawan dengan sesuai.

Secara bottom line, founder startup harus bisa didorong untuk hemat dalam mengembangkan bisnis dan tetap menjangkau konsumen di pasar yang kompetitif. Untuk memastikan itu semua, Anda harus bisa menghindari kesalahan kritis yang dapat merusak reputasi brand, maka outsourcing payroll adalah cara yang harus di tempuh.

Di Indonesia sendiri, startup SaaS yang menyediakan layanan seperti ini bisa dikatakan cukup banyak. Di antaranya ada Mekari yang menggabungkan solusi untuk kelola urusan HR, akuntansi, dan perpajakan. Mekari punya empat layanan berbeda dan saling melengkapi, yakni Talenta, Sleekr, Jurnal, dan Klikpajak.

Pemain lainnya Gadjian, Jurnal, Paper.id, dan OnlinePajak.

Kualifikasi Umum Co-Founder Berkualitas

Bagi seorang founder tunggal membangun tim bisa dimulai dari mencari co-founder, seseorang yang pada akhirnya melengkapi, menyumbang ide dan juga tempat untuk bertukar pikiran. Mencari co-founder harus tepat, tidak hanya soal cocok perkara teknis, tapi juga cocok secara personal.

Sayangnya tidak ada ciri khusus co-founder yang tepat karena memang semua relatif, tergantung bagaimana personal masing-masing. Namun ada beberapa keahlian umum yang mungkin bisa dipertimbangkan ketika memilih co-founder.

Melengkapi kompetensi

Mencari co-founder bukan hanya sekedar mencari yang cocok, tetapi juga melengkapi. Kompetensi yang dimiliki sebisa mungkin untuk melengkapi dalam pengembangan startup. Kompetensi yang dimiliki tidak harus teknik atau berkaitan dengan teknologi, mungkin keterampilan manajemen atau keuangan yang belum dimiliki founder sebelumnya. Karena dengan ukuran tim yang kecil keterampilan berbeda dari tiap individu bisa menjadi sangat penting,

Memiliki kemampuan yang spesifik

Masih berkaitan dengan keterampilan untuk co-founder. Dalam mencari co-founder setidaknya cari mereka yang memiliki pengalaman yang spesifik. Misalnya, Anda seorang diri ingin mengembangkan di bidang pertanian, jika background Anda teknik informatika lebih baik jika Anda mencari mereka yang memiliki keterampilan dan pengetahuan di bidang pertanian atau mereka yang bisa memiliki keterampilan komunikasi.

Kedua ketrampilan tersebut diperlukan untuk tim bisa memahami industri pertanian dan permasalahan yang coba dipecahkan. Sekali lagi, sebisa mungkin co-founder itu bisa melengkapi tim yang ada.

Berkepala dingin

Ketika proses mencari ide atau memecahkan masalah yang ada diskusi adalah hal yang lazim dilakukan. Di dalam diskusi sering juga dijumpai perselisihan atau silang pendapat antara satu dan lainnya. Namun silang pendapat ini perlu dan wajar, yang tidak adalah mereka yang menanggapinya dengan emosi kemudian memperburuk keadaan dan mempengaruhi hubungan satu sama lain.

Kasus sepeti itu yang harus dihindari dalam iklim startup. Sebisa mungkin carilah co-founder yang bisa berpikir dingin di berbagai keadaan. Bekerja dengan orang yang memiliki mampu mengelola emosi dan senantiasa berpikir dingin di suasana-suasana yang genting.

Kemampuan Umum yang Harus Dimiliki Seorang Product Manager

Peran product manager di dalam startup memang diperlukan. Kaitannya dengan mencari bentuk terbaik sebuah produk atau layanan dan juga untuk inovasi. Bagi startup penting untuk mencari orang-orang yang tepat untuk mengisi posisi ini. Bagi mereka yang tengah menyiapkan diri untuk menjadi product manager berikut beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh para product manager.

Untuk menjadi product manager setidaknya ada dua kemampuan inti yang harus dimiliki. Pertama adalah kemampuan emosional dan sosial dan yang kedua adalah kemampuan teknis. Kemampuan emosional dan sosial akan banyak membantu product manager dalam pengelolaan tim dan memahami pengguna. Sedangkan untuk kemampuan teknis bisa sangat berperan dalam diskusi dengan tim teknis terkait dengan teknologi yang digunakan untuk sebuah fitur atau teknologi yang sekiranya optimal dan bisa diterima dengan baik oleh pengguna.

Kemampuan manajemen

Salah satu kompetensi yang tergabung dalam kompetensi inti yang telah disebutkan sebelumnya adalah kemampuan manajemen. Baik memanajemen diri sendiri mau pun tim. Di samping itu kepekaan terhadap sosial menjadi poin penting yang tidak boleh dilupakan. Kemampuan manajemen dan kepekaan terhadap lingkungan sosial bisa membantu product menager untuk memahami tim dan juga memahami pengguna.

Product manager sering kali diibaratkan sebagai penghubung antara kebutuhan pasar dan juga tim pengembang. Itu artinya product manager wajib memiliki kemampuan untuk berdiskusi dan berkomunikasi dengan pengguna baik untuk mendapatkan umpan balik melalui berbagai cara. Setelah itu product manager juga bertanggung jawab menerjemahkan keinginan pasar kepada tim pengguna dengan baik agar fitur atau produk yang dikembangkan selanjutnya sesuai dengan kebutuhan atau paling tidak berguna bagi pengguna.

Kemampuan teknis

Selanjutnya adalah kemampuan teknis, kemampuan yang wajib dimiliki untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan tim pengembang dan tim teknis dalam perusahaan. Pemahaman teknologi juga sangat diperlukan untuk bisa memberikan pertimbangan yang berbobot bagi tim teknis.

Salah satu kemampuan teknis yang harus dimiliki adalah kemampuan terkait data. Baik itu mengoleksi, mengolah, dan mengambil wawasan dari data tersebut. Meski product manager bisa dibantu dengan tim lain yang memiliki kemampuan lebih terkait dengan data kemampuan untuk “membaca” data menjadi satu hal yang wajib dimiliki.

Simak seri tulisan tentang pengembangan produk untuk startup:

Seri Pengembangan Produk #1: tentang Product Management dan Product Manager
Seri Pengembangan Produk #2: tentang Product-Market Fit
Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product

Lima Cara Memperbaiki Masalah Keuangan dalam Startup

Kebanyakan startup belum memiliki keuangan yang stabil saat baru awal berdiri. Ada kalanya penjualan tinggi, ada juga yang rendah. Bahkan terkadang ada biaya mendadak dan keterlambatan pembayaran dari pelanggan yang sering kali mengancam keberlangsungan bisnis. Di sinilah terjadinya cikal bakal terjadinya masalah keuangan perusahaan, tapi semua masalah itu ada solusinya.

Caranya dengan mencari akar masalahnya. Sebelumnya, Anda harus memahami masalah yang terjadi di tingkat dasarnya. Meski ada ratusan penyebab, namun bila di telusuri lebih jauh ada benang merahnya dengan salah satu dari tiga akar penyebab umum.

Pertama, masalah penjualan. Ketika jualan Anda tidak menutup pengeluaran, unsur pertama yang paling awal terkena adalah arus kas. Cari tahu mengapa Anda tidak cukup menjual barang. Alasannya, bisa jadi salah satu dari ini: (1) harga jual terlalu tinggi, (2) pasar tidak menerima produk Anda, (3) ada kesalahan strategi pemasaran.

Dalam banyak kasus, masalah penjualan itu sebenarnya terkait dengan banyak faktor. Semakin cepat Anda menggali dan mencari tahu penyebabnya, semakin cepat Anda menemukan solusi.

Kedua, beban lebih besar dari pemasukan. Anda harus lihat kembali lembar pengeluaran. Jika pendapatan tinggi tapi arus kas sangat ketat, berarti ada sesuatu yang terjadi setelah penjualan. Uang Anda pergi ke suatu tempat dan lembar pengeluaran akan menjelaskan apa yang terjadi.

Ketiga, kolektabilitas yang buruk. Ketika penjualan tinggi dengan ongkos yang rendah, namun arus kas masih menderita. Anda harus cek kembali piutang yang kemungkinan tersedat. Setelah Anda menemukan salah satu dari tiga penyebab umum di atas, sekarang saatnya menyusun strategi untuk memperbaikinya. Ada apa saja? Berikut rangkumannya.

1. Menjalankan flash sale

Jika semua barang vital perusahaan Anda terlihat baik-baik saja, mungkin Anda memerlukan suntikan dana tunai dengan cepat untuk menambal arus kas. Cara paling sederhana dan paling efisien adalah melakukan flash sale dengan harga lebih rendah dari harga normal.

Dengan strategi ini, memungkinkan Anda menghasilkan lonjakan pendapatan dengan cepat. Margin keuntungan memang akan lebih rendah dari harga normal, tapi itu prioritas sekunder. Sebab posisi Anda adalah membutuhkan uang tunai lebih cepat daripada margin yang kuat.

2. Pakai kartu kredit

Banyak bisnis yang secara sporadis menghadapi masalah arus kas. Jika Anda menghitung bisnis Anda ini termasuk ke dalam kategori tersebut, artinya perlu solusi yang memungkinkan Anda dapat meresponsnya dengan cepat tanpa mengorbankan keseluruhan operasional bisnis. Satu jaring pengaman yang bisa dipakai dalam hal ini adalah kartu kredit.

Meminjam lewat kartu kredit lebih disukai daripada jenis pendanaan lainnya karena sifatnya yang terus berputar dengan harga terjangkau. Dengan kartu kredit, Anda hanya perlu membayar bunga atas jumlah kredit yang Anda pakai. Ketika hutang ini lunas, Anda dapat akses kredit dengan limit yang penuh lagi.

3. Perbaiki faktur

Jika Anda memiliki struktur koleksi piutang yang buruk, kemungkinan besar Anda juga menghadapi kebiasaan faktur yang buruk. Dengan memperbaiki kelemahan ini, Anda akan terbantu memperbaiki hubungan dengan klien.

Faktur itu harus tepat waktu, dapat diprediksi, dan jelas. Mereka harus dikirim segera setelah pekerjaan selesai, tidak boleh lebih dari beberapa hari setelah proyek kelar. Faktur harus menjelaskan secara persis kapan pembayaran jatuh tempo, apa persyaratannya, dan bagaimana pembayaran harus dilakukan. Akhirnya, perlu ada rincian biaya yang jelas sehingga tidak ada pertanyaan tentang bagaimana jumlah total dihitung.

4. Bernegosiasi dengan kreditur

Mungkin masalah arus kas Anda berakar pada praktik penjualan yang buruk, karena ini berkaitan dengan lilitan hutang yang Anda alami sendiri dan bagaimana Anda menangani pengeluaran sehari-harinya. Akibatnya pembayaran yang luar biasa mencekik hingga menyakiti arus kas Anda.

Lalu bagaimana solusinya? Pertimbangkan untuk berunding dengan kreditur Anda, lihat apakah Anda bisa membayar cicilan dengan nominal lebih rendah atau setidaknya tenornya diperpanjang. Kreditur bisa saja bersedia untuk melakukan kesepakatan dengan Anda. Apalagi saat cicilan sudah lama dilakukan dan Anda tergolong tepat waktu membayar hutang.

5. Rekrut orang lebih profesional

Pada akhirnya, masalah kronis yang menimpa arus kas Anda mungkin menjadi pertanda bahwa Anda tidak memiliki tim yang tepat dalam menangani pembukuan. Meskipun bukan hal yang paling nyaman untuk dilakukan, Anda mungkin perlu mengganti orang-orang yang bertanggung jawab dan menggantinya dengan orang yang lebih profesional. Akuntan yang profesional akan membantu Anda mendapatkan pembukuan arus kas yang lebih baik.

Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Founder Startup Tahap Awal

Ada sebuah diskusi menarik dari situs forum tanya-jawab Reddit. Seseorang membuat thread menanyakan pertanyaan: “sebagai orang yang pernah mendirikan startup, apa kesalahan terbesar yang pernah dilakukan?”. Jawaban pun bermunculan dan cukup beragam dari para responden yang mengaku pernah atau sedang mendirikan startup.

Berikut kami coba simpulkan hal-hal yang paling sering dilakukan oleh pendiri startup dan dinilai menjadi sebuah tindakan yang kurang tepat untuk dilakukan.

Perencanaan yang buruk

Ini adalah sebuah kesalahan yang sering terjadi di tahap awal. Perencanaan yang buruk disebabkan karena berbagai hal, termasuk terlalu euforia pada temuan ide di awal. Perencanaan untuk sebuah startup sendiri idealnya memang tidak mudah, karena perlu mendefinisikan secara cermat berbagai unsur detail, termasuk produk, bisnis, pendanaan, hingga pengembangan tim.

Dampak terburuk dari sebuah perencanaan yang tidak optimal adalah founder berisiko kehilangan arah ketika sudah berada di tengah perjalanan. Tidak tahu persis milestone apa yang harus dikejar, karena setiap langkah dilakukan tidak secara teratur. Padahal untuk sebuah kesuksesan startup dibutuhkan kedisiplinan dalam mengeksekusi rencana –sedangkan rencana tersebut merupakan penjabaran dari ide bisnis dan produk yang ditemukan di awal.

Lupa meminta umpan balik dan riset

Beberapa pengembang kadang berjalan pragmatis –artinya berprinsip yang penting produk berjalan dengan baik. Padahal mereka harus menyadari, hasil akhir dari produk yang dikembangkan ialah untuk digunakan oleh pengguna, lalu selanjutnya dikonversi menjadi bisnis. Ketika dalam proses pengembangan, sering merasa bahwa produknya sudah sesuai untuk pemecahan masalah. Sementara dalam sebuah aplikasi, tidak hanya fungsionalitas yang perlu divalidasi, melainkan juga termasuk User Interface (UI) dan User Experiences (UX).

Pengembangan produk terbaik juga harus didasarkan riset kepada pengguna –bisa dilakukan dengan berbagai cara, melibatkan langsung pengguna atau mengulik data-data yang ada. Adanya angka-angka yang ditemukan pada riset akan memberikan proposisi terbaik pada fitur, sehingga aplikasi yang disuguhkan nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan pengguna secara sistematis.

Klien besar memakan perusahaan

Beberapa startup di tahap awal sangat rentan dengan isu ini. Klien besar memberikan banyak masukan (income) sehingga sering membuat terlena. Terlenanya, klien tersebut bisa saja menghardik startup untuk menyesuaikan kebutuhannya secara custom, padahal apa yang dijual adalah produk bukan pesanan khusus. Di sini ketegasan founder diuji. Jika cakupannya pada improvisasi produk, bisa saja menjadi masukan yang baik. Namun jika sampai mengubah DNA dari produk, terlebih proses bisnis di dalamnya, maka bisa saja merusak tatanan yang sudah dibangun sebagai startup.

Sangat tergantung pada founder

Founder memang sangat bergantung untuk kepemimpinan sebuah bisnis, akan tetapi founder juga harus menciptakan sebuah kultur yang memungkinkan setiap anggota untuk berani berkreasi. Inovasi yang baik tidak pernah terpusat di satu orang saja, melainkan pada solusi atas permasalahan yang ditemui oleh masing-masing orang. Ketergantungan yang dimaksud di sini seperti apa-apa harus menunggu ide atau arahan dari founder, sementara untuk startup lingkungan yang lebih terbuka dinilai akan banyak membangun.

Menentukan Gaji Founder untuk Startup Tahap Awal

Ada sebuah kondisi yang akan selalu dialami oleh founder startup baru, khususnya bagi yang baru saja berhasil membukukan pendanaan pertamanya, baik dalam pre-seed atau seed funding. Kondisi yang dimaksud ialah saat founder harus menentukan nasibnya sendiri di startup yang didirikan, tentang menentukan berapa gaji yang harus ia dapatkan setiap bulannya.

Terkesan sepele namun hal itu kadang membuat bimbang, pasalnya sebagai founder biasanya berpikiran untuk memanfaatkan investasi yang dimiliki sebaik-baiknya untuk pertumbuhan. Namun di sisi lain ia juga butuh memenuhi kebutuhan kesehariannya, pada akhirnya founder tetap harus membayar gajinya sendiri, bernegosiasi dengan diri sendiri untuk menentukannya.

Tapi tenang, umumnya setelah startup berkembang pesat dan memiliki dewan direksi, kebimbangan tersebut akan sirna. Pasalnya di titik tersebut gaji founder sebagai eksekutif pun sudah ditentukan oleh top-level management dalam bisnis berdasarkan perhitungan-perhitungan startegis. Untuk tahap awal, semua masih harus dipikirkan sendiri.

Hal terburuk yang dilakukan ialah menentukan secara tidak terukur gaji yang ia peroleh sendiri. Beberapa lainnya mengikuti tren data yang ada, namun kadang juga tidak bisa menjadi patokan utama, karena masing-masing bisnis memiliki kultur dan kapabilitas berbeda. Yinon Weiss selaku Founder & CEO CarDash –sebuah startup seed stage asal Silicon Valley—menceritakan pengalaman terbaiknya dalam menentukan gajinya sendiri.

Penetapan batas bawah: memastikan tidak mengganggu produktivitas

Yang sangat dibutuhkan oleh founder untuk startup tahap awal adalah kerja keras dan pemikirannya. Jangan sampai konsentrasi untuk dua hal tersebut terganggu dengan urusan finansial pribadi, apalagi bagi yang sudah berkeluarga. Setidaknya titik batas bawah harus bisa mencukupi kebutuhan harian, sehingga pada saat bekerja tidak terganggu kekhawatiran terhadap hal-hal lainnya.

Batas bawah ini adalah tentang nilai minimal yang sebaiknya diterima. Syaratnya harus dapat memenuhi kebutuhan yang paling mendasar untuk kehidupan sehari-hari. Tidak ada ukuran pasti, founder startup dengan berbagai keadaan berbeda harus dapat mengidentifikasi kebutuhannya di sini.

Penetapan batas atas: memastikan tidak berlebihan

Tidak ada salahnya membayar diri sendiri sebagai founder dengan nominal yang terlalu banyak, namun kembali lagi ke semangat awal membangun bisnis, bukankah uang yang ditransfer banyak ke rekening itu tidak lebih baik diputar maksimal untuk pengembangan bisnis? Setiap rupiah yang diinvestasikan adalah motivasi founder untuk membalikkan menjadi sebuah keuntungan yang lebih besar. Jika founder tidak yakin dengan hal itu, sejak awal seharusnya tidak memilih menjalankan startup.

Pada dasarnya, penentuan batas atas dan bawah tadi untuk membuat nominal yang dikeluarkan lebih terukur. Prinsipnya ketika seorang founder mendapatkan gaji yang pas dari usaha yang ia bangun, kebutuhannya tercukupi. Beberapa founder bahkan mengungkapkan ketika di awal gajinya cukup rendah, ia semakin sadar akan pengorbanan, dan memotivasinya untuk lebih sukses.

Pada akhirnya ada sebuah pertanyaan kritis yang perlu dijawab: ketika founder membayar gajinya lebih sedikit dan memasukkan lebih banyak uang untuk modal startupnya, apakah akan meningkatkan peluang kesuksesan? Jika jawabannya iya, maka berjuanglah. Keyakinan tersebut akan membawa startup membahagiakan founder secara lebih baik. Karena sebagai founder keputusannya bukan saja yang terbaik bagi dirinya sendiri, melainkan juga untuk bisnis yang didirikan.

Kiat CEO Sepulsa, dari Programmer Menjadi Founder

Di era perkembangan teknologi seperti saat ini, profesi programmer banyak sekali dibutuhkan oleh bisnis, baik di tingkat korporasi maupun startup. Mungkin sering mendengar juga kabar, sebagian perusahaan bahkan berinvestasi mahal dengan membayar gaji dengan jumlah yang luar biasa untuk seorang programmer. Peranannya sangat kunci, dalam pengembangan produk atau sistem dalam bisnis digital.

Selain bisa mendapatkan jenjang karier yang cukup menawan, dengan memiliki kemampuan programmer juga dinilai dapat menjadi fondasi yang kuat untuk membangun usaha rintisan. Salah satunya seperti diungkapkan oleh Co-Founder & CEO Sepulsa Ananto Wibisono dalam sesi presentasinya di acara diskusi mingguan DailySocial #SelasaStartup. Ananto sendiri dulunya dikenal sebagai programmer.

Di presentasinya, Ananto banyak memaparkan bahwa kemungkinan seorang programmer menjadi pendiri startup sangat mungkin, mengingat produk berbasis teknologi menjadi basis utama sebuah startup digital. Ananto juga memaparkan beberapa tips bagi para programmer yang akan mempersiapkan diri untuk menjadi pendiri startup, berikut ulasannya:

Mendapatkan pengarahan dari mentor

Kendati startup digital memang didasari dari sebuah produk teknologi, namun memiliki pemahaman menyeluruh tentang startup itu sendiri menjadi sebuah keharusan. Cara paling efektif ialah dengan memilih dan mendapatkan mentor yang tepat untuk memberikan nasihat atau gambaran umum tentang kiat memulai bisnis. DNA bisnis startup memang teknologi, namun banyak aspek lain yang perlu menyokong, misalnya dari sisi permodalan, bisnis, pemasaran dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, dari sisi soft-skill juga perlu berbagai penyesuaian, terlebih saat seseorang tersebut akan memimpin langsung usaha rintisan yang didirikan. Ada banyak aspek non-teknis yang harus disiasati untuk mampu menggerakkan laju sebuah tim.

Memahami berbagai bidang kerja

Memimpin sebuah bisnis tidak hanya dibutuhkan kemampuan teknis memprogram saja. Lebih dari itu perlu sedikit demi sedikit memahami bidang kerja lain, misalnya di bagian pengembangan bisnis, operasional bahkan sumber daya manusia. Menjadi pendiri sekaligus CEO menurut Ananto harus mampu menyusun strategi dari beragam aspek bisnis. Jadi pemahaman secara menyeluruh perlu dipahami sebelum benar-benar memutuskan memulai bisnis.

Membangun budaya tim

Budaya tim menjadi aspek pertama yang wajib diprioritaskan ketika startup sudah dimulai. Karena hal ini akan berpengaruh langsung pada kekuatan dan performa tim. Dengan gaya berpikir yang sistematis, idealnya mantan programmer dapat menyajikan budaya kerja yang lebih efektif dan transparan. Pun demikian dalam optimasi teknologi dalam produktivitas bisnis.

“Jika ingin memiliki perusahaan teknologi, sebaiknya memulai menggunakan teknologi sebagai sistem membangun budaya di perusahaan tersebut,” ungkap Ananto.

Sebagai pemimpin perusahaan harus mampu mendefinisikan suatu budaya dari organisasi yang bisa mewujudkan visi startup. Budaya yang kuat itu bukan hanya sekedar menciptakan hubungan harmonis di lingkungan kerja, tetapi memberikan pola agar individu semakin berkembang dan lebih produktif.

Application Information Will Show Up Here

Kiat Founder Memastikan Keunggulan Produk dalam Berbisnis

Bersamaan dengan arus perkembangan bisnis digital yang sangat pesat, sebagai pemimpin bisnis tidak hanya harus piawai dalam memikul tanggung jawabnya dalam memimpin. Lebih dari itu, pemimpin bisnis –khususnya di level startup—harus jeli dengan sepak terjang produknya. Inti dari sebuah produk bisnis adalah fungsionalitas, atau tentang apa yang bisa diberikan oleh produk tersebut kepada penggunanya.

Jika melihat dari sepak terjang startup sukses yang saat ini ada di Indonesia, sebut saja GO-JEK atau Tokopedia, mereka memiliki sebuah tandasan fungsionalitas inti dari produk digital yang dikembangkan. Dari situ fitur lain dengan basis produk utama dikembangkan. Contohnya awal mulanya hanya ada GO-RIDE, namun setelah memiliki mitra pengemudi yang cukup, muncul layanan lain, mulai dari GO-FOOD sampai dengan GO-MART, memanfaatkan fungsionalitas mendasar yang dimiliki GO-JEK.

Berbicara tentang fitur pada sebuah produk digital, berikut 3 hal yang dapat menjadi pertimbangan pelaku bisnis startup dalam mengembangkan sebuah produk:

Bangun produk dengan target pengguna yang jelas

Riset menjadi hal yang penting ketika tengah merencanakan sebuah pengembangan produk. Dan riset yang paling utama, ialah tentang pangsa pasar. Sederhananya seperti ini, ketika startup telah memiliki ide untuk membuat produk atau fitur ABC, apakah fungsionalitas tersebut benar-benar akan digunakan? Siapa yang akan menggunakan? Jawabannya harus jelas dan rinci.

Cara memvalidasi yang paling mudah ialah dengan membentuk sebuah Minimum Viable Product (MVP). Yakni sebuah rilis awal sebuah produk untuk segera dihadirkan kepada target pengguna dengan tujuan mendapatkan masukan sekaligus melihat reaksi pengguna akan fitur-fitur yang dikembangkan.

[Baca juga: Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product]

Karakter produk menjadi sebuah kunci ke depannya

Karakter ini tentang sebuah pembeda, karena pada dasarnya sangat jarang produk digital yang benar-benar menjadi produk tunggal di dunia ini. Bahkan sering kali proses pengembangan diawali proses meniru dari inovasi yang sudah ada sebelumnya, dan memberikan pelengkap yang belum ada di produk tersebut. Tidak masalah, karena yang paling penting justru tentang penciptaan sebuah karakter produk. Bisa dikatakan untuk membangun karakter produk ini, effort utama yang diperlukan ialah invasi berkelanjutan.

Seperti Reid Hoffman saat membangun Linkeldn, pada awalnya basis pengembangan utama untuk mengumpulkan data pengguna berdasarkan resume, untuk dilakukan mapping guna kebutuhan bisnis dan analisis. Dengan keahliannya, Linkeldn kini menjadi lebih dari sekedar tempat menampilkan resume online, bahkan menjadi jaringan profesional bagi para pekerja atau pun pencari kerja, termasuk melakukan sosialisasi dan publikasi.

Menetapkan nilai produk

Pada akhirnya produk dikembangkan untuk dapat menjalankan sebuah proses bisnis. Sehingga produk tersebut harus memiliki harga. Terkait penentuan harga bisa dilakukan secara bertahap, mungkin dalam tahap MVP semua masih digratiskan, hingga pada akhirnya basis pengguna sudah sangat besar. Monetisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pengembangan layanan premium atau memberikan biaya sewa. Hal terpenting dalam penentuan nilai produk, pengguna harus benar-benar memahami terlebih dulu ketertarikan konsumen, jika perlu buat testimoni untuk melihat apakah jika nantinya dimonetisasi produk tersebut tetap masih akan diminati.

 

4 Hal Penting dalam Membangun Budaya Kerja Tim

Salah satu hal paling berharga dalam mendirikan startup adalah membangun kultur kerja dengan lebih solid. Kultur dalam tubuh startup menjadi salah satu peranan penting dalam memastikan keberhasilan startup. Keharmonisan dan budaya dalam tim yang bisa membawa hal positif bagi produk dan konsumen.

Berikut beberapa tips yang bisa dicoba untuk memulai membangun kultur yang baik dalam tim.

Saling percaya

Saling percaya menjadi elemen penting jika ingin mulai membangun sebuah tim. Setiap anggota tim yang ada, baik yang bergabung karena saling kenal dari awal atau mereka yang datang belakangan karena sengaja didatangkan memiliki kemampuan masing-masing. Untuk bisa membangun sebuah tim yang memiliki kemandirian dan kinerja yang baik usahakan dari awal untuk bisa mempercayai mereka. Percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan tanggung jawab dan percaya bahwa mereka memiliki mimpi yang sama untuk memajukan bisnis.

Meski demikian semuanya harus tetap terukur dan terkontrol. Mengetahui progres kerja adalah sebuah hal wajib. Dengarkan keluhan setiap mereka terhambat, bantu ketika mereka merasa kesulitan, dengan mulai menerapkan komunikasi seperti itu tim akan lebih baik ke depannya.

Kesempatan untuk gagal

Hal yang paling sering terjadi dilakukan pada bisnis di tahap awal adalah kesalahan. Tak seorang pun luput dari kesalahan. Untuk itu demi membangun budaya inovatif dan kreatif di dalam tim coba untuk melakukan sedikit pengampunan pada kesalahan atau kegagalan. Jangan biarkan tim atau personal merasa tertekan atas kegagalan yang baru saja dialami. Bantu mereka berdiri untuk memperbaiki semuanya dan menghadirkan yang lebih baik.

Coba hindari budaya alasan

Salah satu masalah yang berkaitan langsung dengan kesalahan dan kegagalan adalah alasan. Untuk mulai membangun budaya kerja yang positif usahakan terapkan budaya tanpa alasan. Selalu kejar hasil dari perbaikan dari kesalahan, bukan alasan yang membuat mereka gagal. Ini merupakan salah satu hal mendasar dari bagaimana kita harus menyikapi kesalahan atau kegagalan.

Manajemen risiko

Menjalankan bisnis atau menjadi bagian dari bisnis yang berjuang dari awal tidaklah mudah. Tekanan dan stres mudah datang. Untuk mengurangi hal ini perlu adanya manajemen risiko. Perhitungan dan keterbukaan komunikasi antar anggota tim. Komunikasi yang baik dan terbuka bisa menjadikan pengukuran terhadap risiko lebih baik. Terkadang komunikasi yang baik juga bisa membantu menularkan energi positif untuk sedikit mengurangi tekanan dan stres.

Tips Sederhana Merencanakan Keuangan Bagi Startup

Salah satu masalah krusial bagi startup adalah mengelola keuangan. Bagi sebagian besar startup yang memulai bisnis dengan dana “pas-pasan” menjadi tugas utama merencanakan pengelolaan keuangan sejak dini. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membantu merencanakan keuangan bagi startup.

Mengenali cash flow bisnis yang dijalankan

Meski tidak semua pendiri atau tim awal sebuah startup memiliki latar belakang ilmu finansial mempelajarinya adalah sebuah kewajiban. Setidaknya para pendiri harus tahu bagaimana cash flow bisnis yang mereka jalankan. Bukan hanya soal keuntungan dan kerugian, tetapi juga rincian keuangan yang utuh. Pengeluaran yang berulang, tagihan dan hal lain harus diantisipasi dan harus diawasi. Sangat penting untuk menjaga cash flow, jangan sampai startup runtuh karena pengelolaan cash flow yang berantakan.

Datangkan konsultan untuk layanan yang spesifik

Mencari talenta berbakat adalah sebuah masalah bagi startup. Ketersediaan dan biaya terkadang menjadi benturan tersendiri. Khusus untuk biaya, hal ini bisa disiasati dengan mendatangkan konsultan. Bukan untuk jangka panjang, tetapi hanya untuk sementara. Di sini ada dua keunggulan, pertama masalah yang ada bisa dikonsultasikan termasuk rencana-rencana ke depan, yang kedua adalah tim yang ada bisa belajar, setidaknya dari pengalaman konsultan tersebut. Hal ini akan lebih menghemat pengeluaran bisnis dibanding mengontrak jangka panjang ahli di bidangnya.

Menerapkan disiplin keuangan yang ketat

Setelah berhemat dengan beberapa strategi yang sebelumnya dijelaskan tips selanjutnya adalah menerapkan disiplin keuangan yang ketat. Ini kaitannya dengan menahan diri untuk dengan mudah mengeluarkan uang dari kas perusahaan.

Hindari pengeluaran yang tidak begitu penting, misalnya membeli perlengkapan kantor yang sifatnya dekorasi atau hanya sebuah hiasan. Perkirakan lonjakan pengeluaran dan selalu analisis bagian mana yang bisa dikurangi dari hal tersebut.

Untuk membeli kebutuhan kantor salah satu cara berhemat adalah memanfaatkan kode promo dari situs atau aplikasi belanja online yang ada. Terlihat sederhana tapi ini sangat membantu dalam upaya berhemat.