Petskita Marketplace Offers Solution and Basic Needs for Pet

One industry that is still difficult to develop is a marketplace platform that offers services, products, and grooming for pets. Although some services have appeared since 2017, most of them have disappeared and are no longer operating. A market that is considered a “niche” means that not many platforms enter the segment.

However, it does not lessen the enthusiasm of startup activists to launch the service. This is proven by the presence of a new player with a unique business model, Petskita. A Medan-based startup offers various solutions and basic needs for pets in one integrated digital platform (website and application).

Petskita’s Co-Founder & CEO, Herpeiriati revealed to DailySocial that Petskita is an all-in-one platform that focuses on pets. Providing all pet needs in one platform, with integrated data, aiming to be a super-app for pet owners.

“In Petskita, we believe in the importance of a good partnership model with all business players in this field to get and retain users. Therefore, through Petskita products that will be integrated (Pets focused Marketplace, Pet Services Booking Platform, and Pet Our Service Management Platform) aims to provide users with a personalized experience and high value to all pet parents (animal owners) and business players in this industry,” Herpeiriati said.

Petskita monetizing strategy and business model

In just a few months, Petskita, founded by Herpeiriati, Taufin Rusli (CTO), and Gunawan Wahab (Managing Director), claims to have succeeded in getting a positive response from pet owners in Indonesia. With more than 6700 monthly active users (MAU), Petskita posted a sales increase of 71% in the first three months since its establishment.

Petskita offers a marketplace concept and an aggregator model by providing pet products and services. The monetizing strategy comes from various methods including commissions, subscriptions (both products, services, and SaaS) which will be applied at each stage of product launch.

“For the overall monetization strategy, Petskita is focused on building a pet ecosystem with integrated data that can provide added value to all Petskita customers,” Herpeiriati said.

Since May 2020, Petskita has launched a selection of more than 1000 products, from pet food to gadgets and accessories. Not only focusing on dogs and cats, but Petskita also provides products for fish, birds, rabbits, and other exotic animals. Petskita also makes it easy for all Pet Parents to meet the needs of their pets online during a pandemic.

“Since its launching, Petskita has received a lot of positive responses from pet parents in Indonesia, it is shown from the user growth which has increased by more than 49% in the last 5 months which can also be seen from the distribution of Petskita users from various provinces in Indonesia from the island of Sumatra to Papua.

Currently, Petskita is still developing new products and features. Several programs have also been presented, such as one of them; Kita For Pets as a movement and community of animal lovers that will be inaugurated shortly.

“Apart from that, we are also in the process of raising funds at an early stage. We expect this fundraising can help us develop further and faster,” Herpeiriati said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Marketplace Petskita Tawarkan Solusi dan Kebutuhan Hewan Peliharaan

Salah satu industri yang masih sulit untuk berkembang adalah platform marketplace yang menghadirkan layanan, produk, dan perawatan hewan peliharaan. Meskipun sudah banyak bermunculan sejak tahun 2017, namun kebanyakan di antara mereka menghilang dan tidak beroperasi lagi. Pasar yang terbilang “niche” menjadikan tidak banyak platform masuk ke segmen tersebut.

Namun demikian tidak menurunkan minat para penggiat startup untuk kemudian menghadirkan layanan tersebut. Terbukti dengan kehadiran pemain baru dengan model bisnis yang unik. Terbaru ada platform Petskita. Startup berbasis di Medan ini menawarkan berbagai solusi dan kebutuhan hewan peliharaan dalam satu platform digital (website dan aplikasi) yang terintegrasi.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Petskita Herpeiriati mengungkapkan, Petskita adalah all-in-one platform yang berfokus di hewan peliharaan. Menyediakan semua kebutuhan hewan peliharaan dalam satu platform, dengan data yang terintegrasi, memiliki tujuan untuk menjadi super-app untuk pemilik hewan peliharaan.

“Di Petskita, kami percaya dengan pentingnya sebuah partnership model yang baik dengan semua pelaku bisnis di bidang ini untuk mendapatkan dan mempertahankan para pengguna. Oleh karena itu, melalui produk-produk Petskita yang akan terintegrasi (Pets focused Marketplace, Pet Services Booking Platform dan Pet Service Management Platform) kami bertujuan untuk memberikan personalised experience kepada pengguna dan juga value tinggi kepada semua pet parents (pemilik hewan) dan pelaku bisnis di industri ini,” kata Herpeiriati.

Strategi monetisasi dan model bisnis Petskita

Hanya dalam beberapa bulan, Petskita yang didirikan oleh Herpeiriati bersama dengan Taufin Rusli (CTO) dan Gunawan Wahab (Managing Director) ini mengklaim telah berhasil mendapatkan respons positif dari para pemilik hewan di Indonesia. Dengan lebih dari 6700 monthly active users (MAU), Petskita membukukan peningkatan penjualan sebesar 71% dalam tiga bulan pertama sejak pendiriannya.

Petskita mengadopsi konsep marketplace dan model agregator dengan menyediakan produk hewan peliharaan dan layanan. Strategi monetisasi yang diterapkan adalah,] datang dari berbagai metode termasuk komisi, langganan (baik produk, layanan, dan SaaS) yang akan diterapkan pada setiap tahap peluncuran produk.

“Untuk strategi monetisasi secara keseluruhan, Petskita berfokus untuk membangun sebuah ekosistem hewan peliharaan dengan data yang terintegrasi dan dapat memberikan nilai lebih untuk semua pelanggan Petskita,” kata Herpeiriati.

Sejak bulan Mei 2020, Petskita telah meluncurkan lebih dari 1000 pilihan produk, mulai dari makanan hewan hingga gadget dan aksesoris. Tidak hanya berfokus pada anjing dan kucing, Petskita juga menyediakan produk untuk ikan, burung, kelinci, hingga hewan eksotik. Petskita juga memudahkan semua Pet Parents memenuhi kebutuhan hewan kesayangan mereka secara online di masa pandemi

“Sejak diluncurkannya Petskita mendapat banyak sekali respons positif dari pet parents di Indonesia, dapat dilihat dari pertumbuhan pengguna yang meningkat lebih dari 49% sejak 5 bulan terakhir yang juga dapat terlihat dari persebaran pengguna Petskita yang dari berbagai provinsi di Indonesia, seperti dari pulau Sumatera hingga Papua.

Saat ini Petskita masih terus mengembangkan produk dan fitur-fitur baru. Beberapa program juga telah dihadirkan, seperti salah satunya; Kita For Pets sebagai movement dan komunitas pecinta hewan yang akan diresmikan dalam waktu dekat.

“Selain itu, kami juga sekarang sedang dalam proses penggalangan dana tahapan awal. Harapan kami dengan fundraising ini, kami dapat berkembang lebih jauh dan lebih cepat,” kata Herpeiriati.

Startup Fintech Asal Medan “Top Remit” Hadirkan Platform Online untuk Kirim Uang ke Luar Negeri

Top Remit merupakan startup berbasis di Medan yang mengembangkan layanan online untuk pengiriman uang ke luar negeri. Mereka telah mengantongi perizinan dari Bank Indonesia sebagai perusahaan “Penyelenggara Transfer Dana”.

Didirikan oleh Hermanto (CEO) dan Henry Wirawan (CTO), Top Remit sudah berdiri sejak tahun 2009, kala itu masih melayani konsumennya secara offline. Situs online baru diluncurkan pada bulan Agustus 2018 lalu, karena kebutuhan masyarakat yang semakin mengarah ke digital.

Top Remit adalah perusahaan pengiriman uang ke luar negeri berbasis online pertama di Indonesia. Kami memiliki misi untuk membantu masyarakat mengirimkan uang dengan efisien dalam hal menghemat waktu, transportasi dan biaya pengiriman,” ujar Hermanto kepada DailySocial.

Dengan sistem online, Top Remit menyajikan layanan pengiriman online tanpa dibatasi waktu dan dapat dilacak prosesnya secara real-time. Dalam prosedurnya, biaya dibebankan kepada pengirim, sehingga uang akan diterima penuh tanpa ada potongan apapun. Pengiriman dana dapat dimulai dari nominal terkecil 10 ribu Rupiah.

“Dengan Top Remit pengguna dapat menghemat hingga 80% biaya transfer, jika dibandingkan dengan transaksi melalui bank. Fee dan rate dijamin transparan, tanpa ada biaya-biaya tersembunyi. Jika transaksi gagal, sepenuhnya uang dikembalikan kepada pengirim,” jelas Hermanto.

Dalam melayani pengiriman uang, ada empat fitur utama yang juga disuguhkan Top Remit. Ada “Bank Transfer”, memungkinkan pengirim menambahkan pengaturan agar uang ditransfer langsung ke rekening bank penerima. Selain itu terdapat fitur “Cash Pickup”, penerima dapat mengambil uang melalui agen terdekat.

Fitur “Home Delivery” turut dihadirkan, untuk meminta bantuan khusus mengirimkan uang ke lokasi yang ditentukan. Top Remit juga menjembatani pengiriman yang ditujukan ke akun e-wallet milik pengguna di negara tujuan.

Latar belakang pengembangan sistem

Hermanto turut menuturkan, ada tiga hal yang membuatnya yakni bahwa layanan Top Remit memang dibutuhkan pasar. Pertama, sejauh ini biaya pengiriman uang yang dibebankan bank dinilai cukup mahal. Pada umumnya akan ada tiga biaya yang harus ditanggung ketika ingin mengirimkan uang ke luar negeri, yakni admin fee (sekitar Rp100.000), full amount fee (sekitar $25), dan receiver fee (sekitar $5).

“Kalau dihitung bisa mencapai Rp500.000 untuk sekali kirim. Isunya saat masyarakat ingin mengirimkan uang dalam jumlah kecil, biayanya jadi sangat terasa.”

Kedua, pelayanan manual yang kurang efektif. Khususnya pengalaman founder di Medan, ketika ingin mengirimkan uang melalui Kantor Pos cukup banyak berkas formulir yang harus diisi. Belum lagi jatah menunggu antrean yang bisa saja memakan waktu berjam-jam. Permasalahan ini yang membuat Top Remit menerapkan sistem pendaftaran, sehingga pengguna bisa bertransaksi berkali-kali tanpa harus mengisikan berkas terkait identitas secara berulang.

“Ketiga, ini yang paling nyesek. Seorang Ibu datang jauh dari luar kota ke kantor kami hanya untuk kirim uang senilai Rp500.000 untuk anaknya di Malaysia karena kebutuhan mendesak. Bayangkan saja waktu yang dihabiskan beberapa jam dan biaya transportasi yang habis dalam perjalanan sangat disayangkan. Dari kejadian ini, kami dan tim terdorong untuk membangun sebuah platform online yang bisa membantu orang kirim uang ke luar negeri tanpa harus keluar rumah,” kata Hermanto.

Saat ini sudah cukup banyak negara tujuan yang diakomodasi layanan Top Remit. Berikut daftar beserta flat rate-nya: Bangladesh (Rp75.000), China (Rp100.000), Filipina (Rp75.000), India (Rp75.000), Jepang (Rp170.000), Kamboja (Rp100.000), Malaysia (Rp45.000), Nepal (Rp75.000), Pakistan (Rp75.000), Singapura (Rp75.000), Thailand (Rp120.000), Sri Lanka (Rp100.000), dan Vietnam (Rp90.000).

“Target kami meluncurkan aplikasi di Q3 2019 dan ekspansi negara baru Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia dan Eropa di akhir tahun 2019,” tutup Hermanto.

Memang sejauh ini belum ada platform lokal yang mengakomodasi penuh kegiatan pengiriman uang ke luar negeri –biasanya disebut dengan remitansi. Ada beberapa pemain yang sudah menginisiasi modal bisnis tersebut.

Misalnya LinkAja, mereka secara khusus bekerja sama dengan bank di Singapura untuk dapat saling berkirim dana melalui platformnya. Namun cakupannya baru satu negara. Ada juga RemitPro, namun jika mengamati di situsnya masih belum sepenuhnya optimal digital yang dapat diakses secara perorangan.

Potensi layanan remitansi yang besar turut membawa investor seperti MDI Venture berinvestasi pada startup di bidang tersebut. Akhir tahun 2018 lalu mereka memimpin pendanaan seri C $20 juta untuk Instarem, startup fintech remitansi asal Singapura.

Aplikasi Gerak Dorong Masyarakat Hidup Sehat dengan Berolahraga

Memanfaatkan teknologi, platform yang bertujuan memotivasi masyarakat Indonesia untuk bergerak, berlari dan berpartisipasi bersama dalam aksi positif resmi meluncur pada bulan Februari 2019. Didirikan oleh tiga orang dengan latar belakang freelance designer dan program developer yaitu Jesslin Sevelen, Septian Rahman, dan Michael; aplikasi “Gerak” saat ini sudah bisa diunduh di perangkat iOS dan Android.

Kepada DailySocial Connector Gerak Septian Rahman mengungkapkan, tujuan utama aplikasi Gerak diciptakan adalah mengajak, menantang dan memotivasi orang untuk berolahraga lari di mana saja dan kapan saja.

“Gerak sebenarnya bukan startup pertama yang kami miliki, sebelumnya founder juga pernah merintis startup lain selama 2 tahun dan gagal. Pelajaran dan pengalaman yang kami dapati adalah ide sangat gampang untuk ditemukan, namun komitmen dan eksekusinya yang terpenting. Dalam hanya waktu 2 bulan, kami berhasil merilis aplikasi Gerak di Android dan iOS, serta merilis acara virtual perdana bertajuk Gerak Ramadan Run 2019.”

Dalam perjalanannya, para pendiri Gerak melihat banyak antusias dan respons positif dari masyarakat yang telah memanfaatkan platformnya. Secara khusus Gerak mengedepankan tiga aspek, yaitu dari purpose/value, teknologi, dan brand.

Cara kerja Gerak

Cara kerja aplikasi mirip dengan aplikasi tracking lari Strava, namun Gerak memiliki perbedaan yang signifikan karena dikombinasikan dengan acara virtual run yang bisa diikuti oleh pengguna berbayar. Secara sederhana pengguna bisa ikut lomba lari atau maraton dari mana saja, tidak berfokus dalam satu titik lokasi.

“Setiap event atau tantangan yang berhasil diselesaikan akan mendapatkan rewards, selain hidup yang lebih sehat, setelah finish akan mendapatkan medali, jersey dan hadiah lainnya sesuai tema acara. Sekaligus ikut serta membantu berdonasi dan aktivitas sosial lainnya,” kata Septian.

Saat ini Gerak telah memiliki sekitar 2500 pengguna aktif. Berbagai kegiatan pun sudah dilancarkan. Dengan modal terbatas, Gerak berhasil mengajak 600 orang untuk mendaftar dan berlari selama bulan ramadan.

“Target kami tahun ini adalah mengejar angka 10 ribu masyarakat Indonesia untuk mulai ikut aktif berlari dan berhasil menyelenggarakan minimal 10 virtual run event dan challenge,” kata Septian.

Masih menjalankan bisnis secara bootstrapping, tahun ini juga Gerak memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana. Harapannya para pendiri Gerak bisa menemukan investor yang memiliki visi sama, yaitu mendukung cara hidup sehat untuk masyarakat. Jika nantinya berhasil diperoleh, tambahan kapital tersebut akan digunakan untuk menambah jumlah tim dan mempercepat pertumbuhan bisnis baik dari sisi produk hingga pasar.

“Semua kegiatan virtual run yang Gerak adakan lebih berfokus kepada membantu lingkungan sekitar dan membantu pengguna untuk membentuk kebiasaan bergerak dan berolahraga. Dari segi brand sendiri, Gerak berfokus untuk membangun good relationship dengan pengguna dan komunitas tentunya,” tutup Septian.

Application Information Will Show Up Here

Melalui Pendekatan Online-Offline, Pak Tani Digital Upayakan Sinergi di Industri Pertanian

Pak Tani Digital merupakan startup yang mencoba mengambil peran untuk menghubungkan petani dengan seluruh pemain di industri pertanian dari hulu ke hilir, mulai dari supplier hingga ke pelanggan rumah tangga. Startup ini sudah dua tahun berjalan secara bootstrap dan terus berupaya mengembangkan bisnisnya.

“Pak Tani Digital sudah beroperasi sejak November 2017, hingga saat ini kami punya lebih dari 28 ribu pengguna aplikasi. Tidak hanya itu, program Pak Tani Digital Goes To Campus sudah mengunjungi berbagai daerah, baik di kampus-kampus pertanian di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera,” jelas CEO Pak Tani Digital Kris Pradana kepada DailySocial.

Startup yang berkantor di Medan ini diprakarsai oleh Mahendara Sitepu, Yosephine Natalia Sembiring, dan Nador Darojad Iwa Brahmana. Ketiganya memiliki visi menyelesaikan permasalahan pertanian di Indonesia, seperti kurang fasihnya para petani menggunakan teknologi untuk mendapatkan informasi dan terhubung dengan pasar.

Usia petani yang rata-rata sudah tidak muda lagi membuat mereka jauh dengan teknologi digital. Sementara pemanfaatan teknologi berpotensi untuk membantu mengembangkan bisnis cocok tanam mereka. Untuk itu Pak Tani Digital aktif mengedukasi para petani dengan cara mendekat ke petani muda dan kelompok tani untuk melakukan sosialisasi.

Tim Pak Tani Digital juga berusaha membangun sebuah ekosistem marketplace pertanian yang mampu menyediakan informasi. Melalui sistem itu diharapkan petani dapat dihubungkan dengan para stakeholder industri. Misinya memangkas banyak biaya, salah satunya terkait distribusi.

“Semua orang pasti membutuhkan makanan, sehingga pertanian sudah pasti sangat menjanjikan. Di samping itu, kita melihat nasib petani kita belum membaik sepenuhnya, sehingga peran kita adalah empowering mereka dan menantang mereka bersemangat menjadi petani dengan prospek yang tidak diragukan lagi,” imbuh Kris.

Saat ini mungkin konsep yang diusung Pak Tani Digital bukanlah hal baru. Untuk itu mereka berusaha mengembangkan fitur-fitur yang bisa bermanfaat bagi seluruh stakeholder di ekosistem pertanian. Seperti, fitur “Pasar Online”, memungkinkan petani menjual komoditi pertanian secara langsung.

Ada juga fitur “Supplier” yang disiapkan untuk memudahkan para supplier menjual alat dan bahan pertanian. Fitur “Cek Harga” untuk memudahkan memantau harga komoditas pertanian di Indonesia. Dan fitur “Transporter” untuk memudahkan siapa saja menyewakan armada angkut yang mereka miliki.

Tahun ini Pak Tani Digital akan melanjutkan program “Pak Tani Digital Goes to Campus” untuk mengajak para mahasiswa menjadi pionir pertanian memanfaatkan pendekatan digital. Selain itu mereka juga aktif mencari mitra untuk bersama-sama membantu petani dalam menjual hasil panen.

Application Information Will Show Up Here

Mapaya Develops Online Catering Platform, Available in Medan

The rise the internet era has changed the perspective of Indonesian society, both consumers and businesses.  Technology plays a role in the process, not only about service but also business models. Mapaya is one of the startups trying to combine a catering business with internet technology. They want to provide a platform to order catering online. They’re offering high-quality food at affordable prices.

The company specifically targeting users who demand easy lunch. Mapaya is currently reached more than 2000 users.

“Mapaya concept is an online-based catering platform targeting Medan population with the demand for delicious food at affordable prices yet the quality meets the restaurant standard,” Mapaya’s CEO, William said to DailySocial.

The concept is similar to Kulina in Jakarta. As one of the developing startup in Medan, Mapaya offers some benefit, such as personalized subscription feature, various kinds of menu every day, and easy payment using Ovo and Go-Pay, also free delivery all around Medan.

As a business, Mapaya is supported by angel investor with undisclosed value.

Mapaya is one of many startups with an opportunity to make pitching at Startupfest 2019 Medan. This year, they’re focus to develop a mobile app for Android and iOS platform. They also plan to reach the suburban area and form partnerships with more companies.

The next plan is to increase user growth by approaching the potential users, improving system and service quality, and educate people to optimize lunchtime through its services.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mapaya Kembangkan Platform Katering Online, Layani Area Medan

Adanya teknologi internet sedikit banyak mengubah cara pandang masyarakat Indonesia, baik itu konsumen maupun bisnis. Teknologi berperan membawa perubahan tidak hanya soal pelayanan namun juga model bisnis. Mapaya adalah salah satu startup yang mencoba menggabungkan bisnis model katering dengan teknologi internet. Mereka mencoba menghadirkan platform untuk pemesanan katering secara online. Yang mereka unggulkan adalah kualitas makanan dan harga yang terjangkau.

Secara spesifik perusahaan menargetkan pengguna yang menginginkan kemudahan dalam mendapatkan makan siang. Kini Mapaya sudah berhasil mendapatkan lebih dari 2000 pelanggan.

“Konsep Mapaya adalah platform katering berbasis online yang ditujukan ke seluruh orang di Medan yang ingin mengkonsumsi makanan enak dengan harga sangat terjangkau tetapi dengan kualitas setara restoran,” terang CEO Mapaya William kepada DailySocial.

Konsep Mapaya tidak jauh berbeda dengan konsep Kulina yang beroperasi di Jakarta. Sebagai salah satu startup Medan yang mencoba berkembang, Mapaya mengandalkan beberapa keunggulan, di antaranya adalah fitur berlangganan dengan bisa dipersonalisasi, menu makanan yang bervariasi tiap harinya, kemudahan pembayaran menggunakan Ovo dan Go-Pay, hingga penawaran gratis pengiriman untuk Medan kota dan sekitarnya.

Sebagai sebuah bisnis, Mapaya disokong pendanaan dari angel investor dengan nominal pendanaan yang dirahasiakan.

Mapaya adalah satu dari beberapa startup yang berkesempatan melakukan pitching di ajang Startupfest 2019 Medan. Tahun ini fokusnya adalah menyiapkan aplikasi mobile, baik untuk platform Android maupun iOS. Mereka juga berencana untuk memperluas jangkauan ke pinggiran kota Medan dan menjalin lebih banyak kerja sama dengan perusahaan.

Berikutnya perusahaan berupaya untuk menggenjot pertumbuhan pengguna mereka dengan cara melakukan pendekatan ke calon pelanggan, meningkatkan kualitas sistem dan layanan, dan mengedukasi masyarakat untuk mengoptimalkan jam makan siang melalui layanannya.

Geliat Ekosistem Startup Medan dalam Startupfest 2019

Tahun 2019 adalah kali keempat penyelenggaraan Startupfest di Medan. Selain sesi konferensi dan workshop, pada pagelaran kali ini banyak startup yang melakukan speed dating ke investor, dengan harapan bisa mendapat saran untuk pengembangan bisnisnya di tingkat lanjut.

Dalam sambutannya Founder Clapham Christopher Angkasa, salah satu inisiator Startupfest 2019 memaparkan bahwa setiap tahunnya ada peningkatan peminat dari segi peserta dan pembicara. Sebuah tren positif untuk ekosistem startup di “Kota Melayu Deli” tersebut.

“Saya rasa startup Medan itu kalau dilihat dari tahun pertama (Startupfest) ada perkembangan. Yang paling kelihatan itu satu, mereka sekarang lebih banyak keluar. Jadi dulu itu masih kayak aduh startup gue jelek atau pitch deck gue jelek. Semenjak kita dukung, mereka semakin terbiasa,” terang Chris kepada DailySocial.

Chris menambahkan, saat ini banyak perubahan positif bagi penggiat startup di sana, salah satunya terkait kemampuan presentasi yang kian membaik, keterbukaan untuk menghadiri konferensi, dan juga tumbuhnya penggiat startup itu sendiri. Dampak positif seperti inilah yang diharapkan akan terus berlanjut seiring dengan digelarnya acara Startupfest dari tahun ke tahun.

Ekosistem startup di Medan dinilai juga masih butuh “cerita-cerita sukses” dari para founder yang sudah berpengalaman. Untuk memberikan motivasi, meski lahir di Medan mereka juga bisa sukses menjalankan bisnis startup.

“[…] tugas kita dari community builder untuk naikin orang-orang ini ke podium. Jangan nanti semua ketutup oleh Gojek, Bukalapak, dan lain-lain,” imbuh Chris.

Dari banyak pembicara yang dihadirkan Startupfest 2019, beberapa memang berasal dari Medan, seperti Engineer Canva Steven Sinatra yang hadir untuk berbagi dalam workshop membangun MVP (Minimun Viable Product), COO Bukalapak Willix Halim yang berbagi cerita tentang pengalaman dirinya dan Bukalapak, dan masih banyak lagi.

Beberapa startup asal Medan peserta pitch tahun lalu pun didaulat untuk berbagi kisah. Mereka adalah Founder Cerah.co Eunice Budiharjo, Founder Invita Dikent Jingga, dan Co-founder Pak Tani Digital Yosephine Sembiring.

Tentang ekosistem startup di Medan

Ekosistem startup di Medan masih berkembang. Mulai banyak startup dengan ide menarik bermunculan, tapi tak jarang mereka “pivot” dan beralih ke model bisnis baru. Menurut Chris salah satu permasalahan yang banyak ditemui di Medan adalah soal talenta.

Talent, jadi saya rasa talenta ini jadi pertanyaan besar karena banyak developer yang terserap Jakarta. Untuk talenta bisnis tidak begitu masalah. Di sini tim teknik banyak yang bertalenta tapi kebanyakan single fighter atau lari ke Jakarta,” jelas Chris.

Tak berbeda dengan Chris, Dikent Jingga pendiri Invita juga merasakan hal serupa. Ia menilai bahwa di Medan sebenarnya tersedia banyak talenta developer, hanya saja kebanyakan dari mereka memilih untuk ke Jakarta.

“Menurutku talent di Medan itu banyak yang bagus cuma banyak yang belum kelihatan, atau banyak yang lebih memilih ke Jakarta,” imbuh Dikent.

Di Startupfest 2019 ini banyak nama-nama startup dengan konsep menarik, beberapa di antaranya adalah Kepul (startup yang menghubungkan pengepul dan pemilik sampah), MOI (aplikasi pemesanan jasa medis profesional), dan Mapaya (aplikasi catering online).

Startupfest 2019 Akan Kembali Hadir di Medan

Setelah sukses diselenggarakan pada tahun 2018, Startupfest akan kembali dihadirkan. Diadakan sejak tahun 2016, konferensi akbar untuk komunitas startup tersebut kini menjadi agenda tahunan di Medan. Fokusnya menyediakan akses dan kesempatan bagi pelaku usaha untuk menambah wawasan dan jaringan.

Startupfest 2019 akan diselenggarakan pada tanggal 21-22 Juni 2019, bertempat di CoHive at Clapham Coworking Space.

Pagelaran tersebut akan menghadirkan program-program seperti keynote dan panel session dengan pembicara seperti Front-End Engineer Canva Steven Sinatra, Managing Partner Kejora Ventures Andy Zain, Commissioner Startuplokal Nuniek Tirta Sari, CEO Urbanhire Benson Kawengian, Co-Founder Cerah.co Eunice Budiharjo, Founder MauBelajarApa Jourdan Kamal, COO Bukalapak Willix Halim dan lainnya.

Beberapa pemateri dari kalangan investor juga dijadwalkan hadir untuk memberikan pelatihan dan arahan kepada startup yang mengikuti sesi Startup Pitch Floor dan Investor Speed Dating. Mulai dari East Ventures, Coffee Ventures, Prasetia Dwidharma, Gobi Ventures, Venturra Capital, dan Denali Capital.

Dalam gelaran Startupfest 2019 ini juga ada sesi pelatihan dengan topik-topik seputar bisnis, media sosial, teknologi & digital. Seperti manajemen dinamika tim menggunakan metode MBTI, tipe investasi di dalam startup, akuntansi digital, dan masih banyak lagi.

Untuk informasi lebih jauh mengenai acara Startupfest 2019 dan juga pembelian tiket bisa diakses via http://eventa.id/startupfest2019.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Startupfest 2019

Grab Introduces GrabCar Ellite+ in Medan

Grab returns with a new program called GrabCar Ellite+ in Medan. Previously, this program has been introduced in Jakarta, Surabaya, Makassar, Bali, Lampung, Palembang, Manado, Yogyakarta, and Semarang. This program allows qualified Grab drivers to get some benefits, such as additional incomes and priority access.

There are some requirements to make a qualified driver for Grab Ellite+ ; (1) achieve the minimum target for a month, (2) no fraud, (3) obey the codes of ethics, (4) receive zero negative comments, and (5) good performance.

The GrabCar Ellite+ provides driver partners with some benefits, such as (1) Turbo Order, it allows them to get priority orders, (2) special attributes for GrabCar Ellite+, and (3) priority service in Grab Driver Center Medan.

Medan City Manager for Grab Indonesia, Angeline Jus, said that driver partners play an important role in the business process. GrabCar Ellite+ was emerged from their aspirations, in order to improve cooperation and service quality.

“We are very excited to announce the launch of the GrabCar Ellite+ program for our first-rate driver partners to have the opportunity to increase revenue with more financial benefits and priority services. It goes along with our commitment to improving service quality, as well as providing a better experience for driver partners,” she explained.

“Based on the previous driver partner survey conducted in Medan, as many as 89% of the driver partners supported the GrabCar Ellite+ program. The launching is our appreciation for them, and to show them our long-term commitment in improving our driver partners’ welfare in Medan and surrounding areas,” she concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here