Xiaomi Umumkan Seri Redmi Note 11, Versi Pro+ Punya Pengisian Cepat 120W

Pada awal kemunculan Xiaomi di Indonesia, mereka hanya fokus menawarkan smartphone seri Redmi dan Redmi Note. Bagi yang membutuhkan performa lebih, untuk sekian tahun Redmi Note menjadi satu-satunya pilihan yang tersedia.

Sekarang kondisinya sudah berbeda, kehadiran smartphone seri Mi dan Poco di Tanah Air membuat posisi Redmi Note menjadi kurang begitu menonjol. Padahal dibanding Poco yang berfokus pada kecepatan misalnya, Redmi Note ialah smartphone yang kuat dan berimbang di segala aspek.

Nah yang terbaru, Xiaomi telah memperkenalkan tiga smartphone kelas menengah seri Redmi Note 11 di Tiongkok, meliputi Redmi Note 11 original, Note 11 Pro, dan Note 11 Pro+. Mari bahas lebih lanjut.

Redmi Note 11 Pro dan Note 11 Pro+

Kedua smartphone ini punya spesifikasi yang cukup identik. Mulai dari layar AMOLED 6,67 inci FHD+ dengan refresh rate 120Hz dan touch sampling rate 360Hz yang dilengkapi punch hole untuk kamera depan 16MP dengan diameter hanya 2,96mm.

Beralih ke belakang, tersemat tiga unit kamera dengan kamera utama 108MP menggunakan sensor Samsung ISOCELL HM2. Berpadu kamera 8MP dengan lensa ultrawide dan kamera telemacro 2MP.

Bagian inti dari smartphone yang menjalankan MIUI 12.5 berbasis Android 11 ini ialah chipset MediaTek Dimensity 920 5G. SoC tersebut membawa CPU octa-core yang terdiri dari 2x Cortex-A78 2.5 GHz, 6x Cortex-A55 2.0 GHz, dan GPU Mali-G68 MC4. Serta, didukung konfigurasi memori 6GB/128GB, 8GB/128GB, dan 8GB/256GB.

Sekarang mari bahas perbedaannya, keistimewaan yang dimiliki Redmi Note 11 Pro+ adalah dukungan pengisian cepat 120W. Berbekal baterai 4.500 mAh, ia dapat mengisi penuh hanya dalam waktu 15 menit.

Sementara, kecepatan pengisian daya pada Redmi Note 11 Pro diturunkan menjadi 67W yang masih terbilang cepat. Ditambah kapasitas baterainya sedikit lebih besar yakni 5.160 mAh.

Redmi Note 11

Beralih ke Redmi Note 11, ia sangat berbeda dengan saudaranya. Mulai dari layar, Xiaomi menggunakan panel IPS 6,6 inci FHD+ dengan refresh rate 90Hz. Setidaknya punch hole-nya masih sama-sama mengemas kamera depan 16MP.

Balik ke belakang, Redmi Note 11 hanya membawa dua unit kamera dengan kamera utama 50MP dan 8MP dengan lensa ultrawide. Chipset yang digunakan juga mengalami penyesuaian, dengan Dimensity 810 dan konfigurasi memori 4GB/128GB, 6GB/128GB, 8GB/128GB, dan 8GB/256GB.

Perbedaan lain dari segi daya, baterai 5.000 mAh miliknya hanya didukung pengisian cepat 33W yang dapat mengisi penuh dalam waktu 62 menit. Ketiganya dibekali sensor sidik jari yang terletak di sisi samping.

Untuk harga, Redmi Note 11 dibanderol mulai dari CNY 1.199 atau sekitar Rp2,6 jutaan akan tersedia dalam warna gradient, black, dan mint blue. Versi Pro-nya dijual mulai CNY 1.699 atau Rp3,7 jutaan dan tersedia dalam opsi warna black, aurora gradient, violet, dan forest green. Satu lagi versi Pro+ dijual mulai CNY 1.999 atau Rp4,4 jutaan dan punya warna eksklusif yang disebut Yibo Design.

Sumber: GSMArena

Kenalan dengan Dolby Atmos dan Vision pada Xiaomi Pad 5

Xiaomi pada akhirnya meluncurkan lagi sebuah tablet dengan sistem operasi Android yang bernama Xiaomi Pad 5. Tablet yang satu ini cukup menjadi perhatian karena kebutuhan masyarakat di Indonesia yang sedang work from home dan school from home akibat pandemi Covid-19. Selain itu, tablet yang satu ini cukup berbeda dengan tablet lainnya karena menggunakan chipset kencang Snapdragon 860. Tentunya, masih banyak lagi yang disuguhkan Xiaomi pada tablet barunya tersebut.

Pada tanggal 24 September 2021, Xiaomi mengadakan pertemuan secara online untuk memperkenalkan tablet barunya kepada para media. Salah satu yang ditawarkan oleh Xiaomi pada tabletnya tersebut adalah hadirnya fitur dari Dolby. Pada kesempatan kali ini pula, Xiaomi juga menghadirkan representasi dari Dolby untuk membicarakan tentang teknologinya.

Hal pertama yang ada pada Xiaomi Pad 5 adalah suara yang didukung dengan Dolby Atmos. Dolby Atmos akan meningkatkan kualitas suara dari sebuah musik dan lagu, sehingga terdengar jauh lebih baik. Dolby Atmos sendiri sudah digunakan pada bioskop-bioskop yang ada di Indonesia dengan tujuan agar para penonton bisa merasa seperti didalam film yang sedang diputar tersebut.

Kanal suara memang saat ini sudah banyak diperkenalkan. Mulai dari stereo yang memiliki 2 kanal, yakni kiri dan kanan. Setelah itu, teknologi berkembang dengan memberikan suara dari tengah selain kiri dan kanan, yang dikenal dengan 2.1. Selanjutnya, teknologi berubah lagi dengan menambah speaker pada bagian belakang yang disebut dengan surround sound.

Sayangnya dengan teknologi berbasis kanal ini, suara tidak dapat dihadirkan dengan cara diurutkan dan terdengat bersamaan. Dengan Dolby Atmos, mereka menembus batas tersebut sehingga suara bisa dihadirkan dan diurutkan secara bebas dengan ruang 360 derajat. Dan seperti telinga manusia, kita bisa mendengarkan dari mana suara tersebut datang. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan kedalaman cerita dari sebuah film atau musik yang didengar.

Selain Dolby Atmos, teknologi lainnya yang dibenamkan pada Xiaomi Pad 5 adalah Dolby Vision. Teknologi Dolby Vision akan meningkatkan warna serta detail dari sebuah konten. Warna yang dihasilkan dari Dolby Vision akan menjadi akurat karena warna hitamnya benar-benar hitam serta kedalaman warnanya lebih baik dari teknologi lain yang ada saat ini.

Untuk dapat menghadirkan konten yang bisa memiliki warna akurat serta tingkat ketajaman yang lebih baik tersebut, sebuah konten harus sudah mendukung Dolby Vision. Dolby bekerja sama dengan studio film untuk menghadirkan teknologi ini agar bisa ditonton pada perangkat yang sudah mendukung Dolby Vision pula. Jika sebuah perangkat tidak mendukung Dolby Vision, tentu konten tersebut masih bisa dimainkan namun tanpa peningkatan yang dijanjikan oleh Dolby.

Tanpa Earphone, bagaimana kualitasnya?

Setelah sedikit menjelaskan mengenai teknologi dari Dolby Atmos dan Dolby Vision yang ada pada Xiaomi Pad 5, saya pun menanyakan satu hal kepada Ashim Mathur, Senior Regional Director, Emerging Markets, Dolby Laboratories. Pertanyaan tersebut mengenai bagaimana kualitas suara dari Dolby Atmos jika kita mendengarkan suaranya melalui speaker Xiaomi Pad 5 dan bukan earphone. Tentunya, selama ini kita hanya akan bisa mendengar perbedaan suaranya melalui sebuah earphone maupun headphone.

Ashim mengatakan bahwa teknologi Dolby Atmos ini sudah terintegrasi ke dalam Xiaomi Pad 5. Oleh karena itu jika kita ingin mendengarkan suara melalui headphone, baik itu yang murah maupun yang mahal, pengalaman Dolby Atmos tentu akan terasa. Teknologi ini tidak tergantung pada perangkat eksternal namun sudah ada pada Xiaomi Pad 5 tersebut. Jadi, pengalaman tersebut juga bisa didengarkan melalui speaker bawaannya.

Namun Asham mengatakan bahwa beliau pribadi lebih memilih menggunakan sebuah earphone. Hal tersebut akan membuat suaranya lebih baik karena kita akan mendengarkan pergerakan suaranya dan pengalaman merasakan kontennya akan lebih baik. Akan tetapi jika kita ingin mendengarkan tanpa headphone dan earphone, tentu saja bisa merasakannya pula namun pengalamannya akan lebih sedikit.

[Review] Poco X3 GT: Smartphone 5G Kencang Berkat Dimensity 1100

Poco, sebuah merek independen yang masih di bawah naungan Xiaomi, baru-baru ini meluncurkan sebuah smartphone yang memiliki kinerja tinggi. Selain memiliki kinerja yang tinggi, perangkat yang satu ini juga sudah memiliki kapabilitas untuk terkoneksi dengan jaringan 5G. Poco sendiri juga tidak menjual perangkat ini dengan harga yang melambung tinggi. Smartphone tersebut bernama Poco X3 GT.

Poco X3 GT merupakan perangkat pertama di Indonesia yang menggunakan chipset terbaru dari Mediatek, yaitu Dimensity 1100. Dimensity 1100 sendiri dimasukkan ke dalam chipset flagship oleh sang pembuatnya. Oleh karena itu, Poco X3 GT seharusnya memiliki kinerja yang sama dengan perangkat-perangkat flagship lainnya.

Tidak hanya SoC saja, Poco mempersenjatai X3 GT dengan beberapa peripheral lainnya yang sering ditemukan pada sebuah perangkat flagship. Layar dari Poco X3 GT sudah memiliki kemampuan refresh rate 120 Hz. Selain itu, layar tersebut juga sudah dilindungi dengan Corning Gorilla Glass Victus yang saat ini merupakan yang paling kuat. Baterainya yang berkapasitas 5000 mAh dapat diisi dengan cepat berkat charger 67 watt bawaannya.

Poco X3 GT memiliki spesifikasi sebagai berikut

SoC Mediatek Dimensity 1100
CPU 4 x 2.6 GHz Cortex-A78 +  4x 2.0 GHz Cortex-A55
GPU ARM Mali-G77 MC9
RAM 8 GB LPDDR4x + 2 GB Memory Expansion
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 6,6 inci IPS 2400 x 1080 120Hz Gorilla Glass Victus
Dimensi 163.3 x 75.9 x 8.9 mm
Bobot 193 gram
Baterai 5000 mAh 67 watt charger
Kamera 64 MP / 16 MP utama, 2 MP Macro, 8 MP Ultrawide, 16 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12.5

Untuk hasil pemindaian CPU-Z dan GPU-Z bisa dilihat pada gambar berikut ini

Poco X3 GT juga merupakan yang pertama dari Xiaomi yang memiliki fungsi penambah RAM. Fitur tersebut bernama Memory Extension yang dapat memperluas kapasitas RAM untuk cache sebesar 2 GB. Poco X3 GT juga sudah dilengkapi dengan NFC yang bisa digunakan untuk mengisi kartu uang elektronik. Perangkat ini juga sudah memiliki Dolby Atmos.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan didalam kotak paket penjualannya. Xiaomi sudah memberikan charger 67 watt langsung didalam paket penjualannya. Hal ini tentunya bakal mempercepat pengisian daya baterai dari Poco X3 GT.

Desain

Jika Poco X3 NFC dan X3 Pro memiliki desain belakang yang sama, hal tersebut tidak pada Poco X3 GT. Desain kameranya kembali diletakkan di sebelah kiri atas. Selain itu, logo Poco juga memiliki posisi yang sama dengan Redmi, yaitu di kiri bawah. Untuk warna yang saya dapatkan memiliki nama warna Cloud White.

Layar Poco X3 GT memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,6 inci ini serta memiliki refresh rate 120 Hz. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass Victus terbaru dari Corning sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Hal tersebut menyebabkan Poco X3 GT memiliki kaca yang paling keras pada lini X3 untuk saat ini.

Pada sisi belakangnya, terdapat ruang kotak yang berisikan kamera dengan LED Flash. Kamera utama dengan 64 MP berada pada bagian atas dan LED berada persis di sebelah kanannya. Kamera ultrawide ada pada bagian tengah dari kotak ini. Kamera makro ada pada bawah.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker,  serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (slot hibrid) terletak pada bagian kirinya.

Poco X3 GT tidak memiliki port audio 3.5 mm, sehingga pengguna diharuskan memakai converter bawaan dari USB-C ke audio. Jika kabel tersebut hilang atau tertinggal, maka pengguna hanya bisa mengandalkan earphone bluetooth atau TWS. Untungnya, Poco X3 GT sudah menggunakan Dolby Atmos sehingga suara yang dikeluarkan dari earphone menjadi lebih lengkap.

Poco X3 GT yang saya uji sudah menggunakan MIUI versi 12.5.1 versi Poco. Versi Poco tidak memiliki pilihan untuk menghilangkan app drawer-nya. Sistem operasi yang digunakan sudah memakai Android 11. Versi 12.5 sendiri sudah memiliki beberapa peningkatan yang membuatnya lebih responsif dibandingkan dengan versi 12.0.x sebelumnya.

Poco X3 GT juga membawa sebuah fitur baru untuk melegakan RAM. Fitur tersebut bernama Memory ExtensionMemory Extension akan memberikan ruang tambahan pada RAM dengan membuat ruang memori virtual pada penyimpanan internal. Hal ini akan membuat sistem menaruh beberapa cache pada memori virtual sehingga RAM-nya menjadi tidak penuh.

Fitur ini kemungkinan besar tidak akan sering digunakan untuk pemakaian sehari-hari. Kecuali Anda membuka banyak aplikasi (yang tentunya akan memboroskan baterai), maka RAM tentu akan menaruh sebagian isinya pada penyimpanan internal. Namun berhati-hatilah, karena penyimpanan internal memiliki daur penulisan yang terbatas.

Jaringan

Poco X3 GT menggunakan chipset Dimensity 1100 yang memang ditujukan untuk perangkat flagship. Oleh karena itu, perangkat ini sudah menggunakan modem yang sudah mendukung teknologi terkini, seperti Carrier Aggregation untuk 4G maupun 5G. Modem yang digunakan oleh Dimensity 1100 juga sudah mendukung semua jaringan yang ada saat ini.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 18, 19, 26, 28, 38, 40, 41, dan 42 untuk jaringan 4G. Sedangkan untuk jaringan 5G, Poco X3 GT sudah mendukung bandwidth n1, n3, n28, n41, n77, n78. Sayang memang, perangkat ini belum mendukung jaringan n40 yang digunakan oleh provider seluler terbesar di Indonesia. Walaupun begitu, Poco yakin bahwa Telkomsel nantinya tidak hanya menggunakan n40 saja.

Dimensity 1100 mendukung fungsi Smart 5G Power Saving. Teknologi ini secara cerdas akan mengidentifikasi kekuatan sinyal di sekitarnya dan beralih antara 4G dan 5G tanpa jeda waktu peralihan. Hal tersebut akan menghasilkan konsumsi daya yang 30% lebih rendah dibandingkan dengan smartphone tanpa fitur Smart 5G.

Untuk konektivitas WiFi, Poco X3 GT sudah bisa terkoneksi dengan WiFi 6 atau yang dikenal dengan 802.11 AX. Hal ini menandakan bahwa perangkat ini mampu terhubung dengan jaringan 5 GHz dari sebuah router WiFi yang lebih kencang dari 802.11 AC. Kecepatannya sendiri tentunya juga lebih kencang dari WiFi pada jaringan 2.4 GHz.

Kamera: 64 MP buatan Omnivision

Kali ini, Xiaomi hanya membenamkan tiga buah kamera pada Poco X3 GT. Hal tersebut terdiri dari kamera 64 MP dengan sensor Omnivision OV64B yang memiliki filter quad bayer yang menghasilkan resolusi 16 MP. Kamera kedua adalah wideangle 8 MP yang menggunakan sensor Sony IMX 355. Terakhir adalah kamera makro dengan resolusi 2 MP.

Kamera utama yang dimiliki oleh Poco X3 GT ternyata tidak mengecewakan. Hal ini dapat dilihat pada pengambilan gambar di cahaya yang baik. Menurut saya, hasilnya akan lebih baik lagi saat AI dinyalakan, karena akan menambah sedikit kontras pada gambar. Sayangnya, saya tidak sempat menguji pada malam hari karena hujan.

Kamera ultrawide yang terpasang juga menghasilkan gambar yang cukup baik. Akan tetapi, bagian-bagian yang terkena pendaran cahaya akan menjadi cukup buram. Noise yang dihasilkan juga cukup minim di bagian-bagian yang gelap.

Untuk kamera makro, well, hanya memiliki resolusi 2 MP saja. Hasilnya juga tidak memukau. Walaupun begitu bagi mereka yang gemar mengambil gambar dengan jarak yang dekat, bisa menggunakan kamera ini.

Kamera selfie pada Poco X3 GT memiliki resolusi 16 MP yang juga menggunakan quad bayer. Pada beberapa kasus, hasilnya tidak terlalu tajam dan overexposure. Tingkat noise-nya juga cukup terlihat pada bagian-bagian yang gelap. Akan tetapi, warna yang dihasilkan cukup bagus.

Pengujian

Smartphone Android Poco X3 GT menggunakan chipset kelas flagship dari Mediatek dengan Dimensity 1100. Prosesor yang terpasang pada Dimensity 1100 terdiri dari 4 inti Cortex A78 berkecepatan 2,6 GHz pada cluster performa dan 4 inti Cortex A55 berkecepatan 2 GHz pada cluster efisien. GPU yang digunakan oleh Mediatek adalah ARM Mali-G77 MC9. Dengan spesifikasi seperti ini tentu saja akan memberikan tenaga yang kencang.

Lalu sekencang apa chipset Dimensity 1100 ini? Dua skenario tentu saja saya gunakan. Yang pertama sudah pasti untuk bermain game dan yang kedua dipakai untuk bekerja sehari-hari. Perangkat ini sendiri sudah saya gunakan selama dua minggu penuh.

Bermain: Tidak panas dan lancar

Seperti yang sudah dikatakan di atas, Dimensity 1100 menggunakan empat inti prosesor Cortex A78 yang baru di tambah GPU ARM Mali G77 MC9. Perpaduan ini tentu saja memberikan performa yang sangat baik untuk menjalankan game di lingkungan Android. Hal tersebut juga berarti bahwa pada beberapa game, akan lancar dijalankan dengan menggunakan setting yang tinggi.

Genshin Impact pada 60 fps sudah pasti menjadi benchmark saya. Poco X3 GT terbukti mampu menjalankan setting high dengan frame rate yang cukup baik. Setelah bermain selama sekitar 30 menit, saya tidak merasakan panas yang mengganggu pada tangan saya. Oleh karena itu, saya bisa katakan bahwa LiquidCool Tech 2.0 yang ada pada perangkat ini cukup berhasil.

Selanjutnya untuk PUBG Mobile, sayangnya, belum mendukung layar 120 Hz dan 90 fps pada smartphone ini. Oleh karena itu, game yang satu ini saya skip karena sudah pasti bisa dijalankan pada frame rate yang dibatasi oleh PUBG Mobile. Saya juga menjalankan game Marvel Future Revolution dan mendapatkan frame rate yang tinggi pada setting paling tinggi pula. Terakhir, saya menggunakan game 1945 AirForce untuk membuktikan bahwa layar ini bisa menjalankan game dengan frame rate 120 fps.

Dengan menggunakan aplikasi GameBench, berikut adalah hasilnya

Untuk Bekerja: Lancar

Poco X3 GT tidak hanya nyaman digunakan untuk bermain game. Akan tetapi, mereka yang menggunakan smartphone sebagai perangkat untuk memperlancar pekerjaannya juga akan merasa nyaman menggunakannya. Aplikasi Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Telegram, Facebook, Tiktok, serta Chrome yang menggunakan banyak tab akan berjalan tanpa lag. Apalagi, tambahan 2 GB pada memory Extension juga cukup membantu multitasking.

Menggunakan aplikasi Office seperti WPS juga tidak akan ditemukan masalah. Selain itu, melakukan editing video untuk keperluan tugas sekolah anak juga terasa lebih cepat. Saya juga masih belum merasakan panas yang sangat mengganggu saat melakukan rendering. Hal ini membuat saya cukup nyaman saat menggunakannya.

Benchmarking

Tidak pas rasanya jika keluarga Poco X3 tidak saya hadirkan para pengujian kali ini. Oleh karena itu, saya kembali memasukkan Poco X3 NFC serta Poco X3 Pro sebagai pembanding kali ini. Hal ini tentu saja bukan untuk menentukan siapa yang buruk atau lebih bagus karena setiap perangkat sudah memiliki sasaran pasarnya sendiri.

Berikut adalah hasilnya

Uji baterai: 5000 mAh

Menguji baterai, apalagi dengan kapasitas 5000 mAh, memang akan memakan banyak waktu. Sayangnya, aplikasi yang ada saat ini tidak merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian smartphone tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan seperti menonton video dan mendengarkan musik serta sosial media.

Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Poco X3 GT dapat bertahan hingga 15 jam 31 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 67 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang lebih 47 menit.

Verdict

Pilihan dalam membeli sebuah smartphone pada rentang harga 4 jutaan semakin banyak. Hal tersebut dipenuhi oleh Poco yang saat ini sudah melepas brand-nya dari Xiaomi dengan Poco X3 GT. Hal ini juga menjadikan pilihan untuk mereka yang suka dengan chipset Mediatek. Dan tentunya, perangkat ini sudah mendukung jaringan 5G.

Kinerja yang dihasilkan oleh Poco X3 GT memang sangat baik pada rentang harganya. Dengan Dimensity 1100, sepertinya tidak akan ada (kecuali terkena bug) aplikasi dan game yang bakal pelan atau lag. Oleh karenanya, selain nyaman digunakan untuk bermain, perangkat ini juga cocok untuk mereka yang bekerja dengan mengandalkan smartphone. Sehingga pengguna akan nyaman bekerja di mana pun.

Kamera yang digunakan pada Poco X3 GT juga cukup bisa diandalkan. Walaupun begitu, saya masih akan melakukan editing jika ingin mencetak hasil gambarnya. Baterai yang digunakan juga memiliki daya tahan yang cukup panjang. Selain itu, pengisian dayanya juga cepat dan kurang dari 50 menit.

Poco X3 GT dijual dengan harga Rp. 4.799.000 untuk varian yang saya dapatkan, 8/256 serta Rp. 4.399.000 untuk varian 8/128. Harga seperti ini memang tergolong terjangkau jika kita membandingkannya dengan kinerja yang dimiliki. Oleh karena itu, perangkat ini pantas menyandang smartphone terjangkau untuk para gamer serta mobile worker.

Sparks

  • Gorilla Glass Victus membuat kacanya lebih tahan terhadap benturan
  • Refresh rate 120 Hz yang nyaman di mata
  • Dimensity 1100 yang kencang membuat lebih responsif
  • Daya tahan baterai yang panjang serta pengisian daya yang cepat
  • Dual 5G dan WiFi 6
  • Speaker Stereo disertai dengan Dolby Atmos
  • Harga jual yang cukup terjangkau berbanding kinerja yang diberikan

Slacks

  • Walaupun memiliki storage hingga 256 GB, namun microSD masih sering digunakan oleh konsumen Indonesia
  • Kamera makro yang kurang tajam karena hanya 2 MP
  • Kamera utama tidak memiliki OIS
  • Tidak mendukung jaringan 5G Telkomsel di N40

Poco M3 Pro 5G Diluncurkan: Smartphone 5G Paling Murah

Dengan dikomersialkannya layanan 5G oleh beberapa penyedia layanan seluler, tentu saja perangkatnya harus tersedia. Akan tetapi untuk merasakan jaringan tersebut, konsumen harus merogoh kocek sekitar tiga juta rupiah untuk membeli smartphone yang sudah mendukung. Ternyata, hal tersebut yang ingin dipecahkan oleh Poco dengan meluncurkan sebuah smartphone baru pada tanggal 29 Juni 2021. Perangkat tersebut bernama Poco M3 Pro 5G.

“Indonesia telah memasuki era 5G, di mana akan semakin banyak inovasi digital bermunculan yang menandakan teknologi generasi kelima ini sudah menjadi kebutuhan wajib bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Poco menghadirkan The Real 5G Killer untuk menjangkau sebanyak mungkin masyarakat Indonesia serta memungkinkan mereka untuk merasakan teknologi 5G. Lebih dari itu, POCO M3 Pro 5G semakin menarik untuk dimiliki karena membawa fitur-fitur esensial yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini,” kata Head of Marketing POCO Indonesia, Andi Renreng.

Smartphone yang satu ini datang dengan menggunakan chipset dari Mediatek, yaitu Dimensity 700. Dengan menggunakan SoC ini, Poco pun bisa menghadirkan smartphone dengan harga yang tidak mencapai 3 juta rupiah. Spesifikasi lengkap dapat Anda lihat pada bagan berikut ini

Poco M3 Pro 5G
SoC Mediatek Dimensity 700
CPU 2× 2.2 GHz Cortex-A76+ 6× 2 GHz Cortex A-55
GPU Arm Mali-G57 MC2 950MHz
RAM 4 dan 6 GB LPDDR4x
Internal 64 dan 128 GB UFS 2.2
Layar 6,5 inci IPS 2400 x 1080 90 Hz
Dimensi 161.8 x 75.3 x 8.9 mm
Bobot 190 gram
Baterai 5000 mAh dengan pengisian 18 watt
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 8 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12 POCO

Pengguna bisa langsung memakai jaringan 5G pada smartphone ini tanpa harus melakukan unlocking atau pun upgrade firmware. Sayang memang, 5G masih hanya ada dibeberapa titik saja di Jakarta sehingga belum bisa dinikmati dengan nyaman. Selain itu pada sisi layarnya, Poco M3 Pro 5G juga sudah menggunakan Gorilla Glass 3 yang membuatnya lebih tahan terhadap benturan.

Poco M3 Pro 5G akan hadir dalam dua varian RAM dan penyimpanan data, 4GB/64GB dan 6GB/128GB. Kedua varian akan tersedia dalam tiga warna yang menakjubkan: POCO Yellow, Power Black, dan Cool Blue. 4/64 GB memiliki harga Rp. 2.699.000 dan 6/128 GB akan dijual pada harga Rp. 2.999.000. Seperti biasa, pada flash sale harganya akan dipotong Rp. 100.000.

Xiaomi dan Poco Menjadi Brand Sendiri. Akan Bersaing?

Semenjak peluncuran Poco M3, Poco menjadi sebuah merek tersendiri yang terlepas dari Xiaomi. Hal ini tentu membuat anggapan bahwa keduanya akan menjadi pesaing antara satu dengan lainnya. Hal ini pun juga saya tanyakan kepada Andi. Apakah Xiaomi dan Poco akan mulai bersaing?

Andi dengan tegas mengatakan bahwa kedua merek tidak akan bersaing. Hal tersebut dikarenakan target audience-nya yang sangat berbeda. Xiaomi dengan Mi dan Redmi untuk audience yang all rounded. Poco ditujukan kepada mereka yang haus pada performa atau mereka yang game changer. Andi percaya bahwa keduanya akan saling berkolaborasi karena memang tujuan konsumen mereka berbeda.

Hilangnya Speaker Stereo dan Kamera Ultrawide, Apakah Kompensasi untuk Hadirkan Perangkat 5G Murah?

Perangkat Poco M3 Pro 5G memang memiliki harga yang menarik. Namun hal tersebut harus didapat dengan tidak hadirnya speaker stereo yang kerap hadir di perangkat Poco. Selain itu sama seperti Poco M3, perangkat ini juga tidak memiliki kamera ultrawide. Apakah hal tersebut sebagai kompensasi untuk menurunkan harga?

Setiap produk banyak sekali karakteristiknya sesuai dengan tim yang mendesainnya. Poco M3 Pro 5G mungkin tidak memiliki speaker stereo, tetapi jika dilihat dari spesifikasi lainnya masih sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari spesifikasi yang dibawa oleh Poco M3 Pro 5G dibandingkan dengan entry level lainnya yang ada dipasaran. Secara overall, menurut Andi, Poco selalu memberikan yang tertinggi.

Hal tersebut juga ditunjukkan pada seri F yang menghadirkan Snapdragon 800 di kelas midrange. Andi juga percaya bahwa pada seri M, mereka selalu memberikan performa ekstrim. Hal tersebut juga dibanderol dengan harga yang ekstrim pula. Jadi, Andi sangat percaya dengan produk yang dikeluarkan oleh Poco.

[Review] Poco X3 Pro: Smartphone Murah untuk Bermain Game

Saat ini banyak sekali smartphone yang diklaim mampu menjalankan game-game kelas berat. Padahal, perangkat tersebut menggunakan system on chip yang bisa dikatakan dibuat untuk smartphone mainstream dan bahkan entry level. Namun berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Poco. Saat ini, Poco X3 Pro merupakan smartphone mainstream yang menggunakan chipset flagship.

Smartphone mainstream mengindikasikan bahwa Poco X3 Pro diposisikan pada rentang harga tersebut. Akan tetapi, Poco menggunakan SoC baru rasa lama dari Qualcomm yang pernah memberikan tenaga untuk smartphone-smartphone flagship. Poco pertama kalinya menggunakan SoC Snapdragon 860 pada smartphone mereka pada X3 Pro.

Snapdragon 860 merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang pernah digunakan pada smartphone-smartphone gaming dengan harga 8 hingga 10 jutaan. Xiaomi sendiri menegaskan bahwa lini Poco memang dibuat khusus untuk memberikan performa tinggi pada harga yang terjangkau.

Jika dibandingkan dengan saudaranya, Poco X3 NFC, perangkat ini juga memiliki kemiripan dari segi desainnya. Akan tetapi jika melihat dari spesifikasinya, keduanya terlihat cukup berbeda. Ada beberapa bagian pada Poco X3 NFC, seperti kamera, yang lebih unggul dibandingkan dengan Poco X3 Pro. Namun dari segi kinerja, Poco X3 Pro memang lebih unggul.

Spesifikasi lengkap dari Poco X3 Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Poco X3 Pro
SoC Snapdragon 860
CPU 1×2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3×2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4×1.78 GHz Kryo 485 Silver
GPU Adreno 640
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 6,67 inci Super AMOLED 2400 x 1080 120 Hz
Dimensi 165.3 x 76.8 x 9.4 mm
Bobot 215 gram
Baterai 5160 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 20 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12 POCO

Pemindaian yang dilakukan pada CPU-Z, AIDA 64, dan Sensor Box adalah seperti di bawah ini

Pada beberapa aplikasi, SoC yang digunakan pada Poco X3 Pro masih terdeteksi sebagai Snapdragon 855+. Keduanya memang sebenarnya kembar. Hal ini terjadi karena CPU-Z belum mengenali karakteristik dari Snapdragon 860. Sebaliknya, AIDA-64 sudah bisa mengenali SoC yang satu ini dengan akurat.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya. Charger yang diberikan oleh Xiaomi pada paket penjualan Poco X3 Pro memiliki kemampuan untuk menghantarkan daya hingga 33 watt.

Desain

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, perangkat yang satu ini seperti saudara kembar dari Poco X3 NFC. Jika diletakkan bersebelahan, maka saya yakin kita tidak bisa membedakan antara keduanya karena desain kameranya sama persis, yaitu bundar berada di tengah. Logo Poco juga tertulis cukup besar pada bagian belakang bawahnya. Warna yang saya dapatkan adalah Metal Bronze.

 

Layar Poco X3 Pro memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,67 inci ini serta memiliki refresh rate 120 Hz. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 6 sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Hal ini lah yang membedakannya dengan X3 NFC yang masih menggunakan Gorilla Glass 5.

Pada bagian belakangnya akan ditemukan sebuah ruang bundar dengan empat buah kamera dan sebuah LED Flash. Kamera utama dengan 48 MP berada pada sisi kanan atas dan LED berada pada kiri atas. Kamera ultrawide ada pada bagian tengah dari bundaran ini. Kamera makro ada pada sebelah kiri bawah dan diseberangnya adalah depth sensor.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker,  port audio 3,5mm, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (slot hibrid) terletak pada bagian kirinya.

Karena kembar dengan Poco X3 NFC, X3 Pro juga memiliki masalah yang sama. Bagian belakang dari Poco X3 NFC dan X3 Pro akan bergetar cukup keras saat pengguna mendengarkan musik dengan kedua speaker-nya. Walaupun sebenarnya tidak terlalu mengganggu, namun beberapa orang akan merasa tidak suka. Menggunakan case bawaan akan sedikit meredam getaran tersebut.

Unit yang saya dapatkan sudah memakai MIUI untuk Poco versi 12.0.3. Sistem operasi yang digunakan sudah memakai Androi 11 R. Bagi pengguna Xiaomi, Anda tidak akan bingung saat menggunakannya karena MIUI untuk Xiaomi dan Poco hampir tidak ada bedanya, hanya pemilihan default untuk tema dan app drawer. Jadi, semua itu dapat diatur langsung dari setting-nya.

Jaringan

Poco X3 Pro menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas flagshipSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X24 yang sudah masuk dalam Catergory 20. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 7 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hingga 2000 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Perlu diingat bahwa perangkat ini belum bisa terkoneksi pada jaringan 5G. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel serta akan mendapatkan kecepatan tinggi saat menjelajah internet.

Kamera: 48 MP hasil trade-off SOC kencang

Alvin Tse selaku Country Director Xiaomi Indonesia selalu mengatakan bahwa dalam meramu spesifikasi, selalu ada yang diunggulkan dan juga dikorbankan (trade off). Pada Poco X3 NFC, kamera yang digunakan memiliki sensor 64 MP dan pada X3 Pro sensornya “hanya” 48 MP. Namun pada Poco X3 Pro, sensor yang terpasang adalah buatan Sony dengan IMX 582 yang tidak mendukung perekaman 4K 60 fps.

Sony IMX 582 juga memiliki fitur quad bayer. Hal ini berarti bahwa saat fitur tersebut dinyalakan, hasil tangkapan kamera akan memiliki resolusi 12 MP. Saat dimatikan, semua piksel akan mengambil gambar, sehingga hasil foto akan memiliki resolusi 48 MP. Gambarnya akan menjadi lebih besar, namun hasilnya mungkin tidak akan sebaik saat menggunakan 12 MP.

Kamera utamanya dapat menangkap gambar pada siang hari dengan apik. Warnanya cukup akurat, tingkat noise cukup rendah, dan ketajamannya yang cukup baik. Walaupun begitu, beberapa kali algoritma pengurang noise-nya sedikit menghilangkan detail gambar. Namun, trade off yang diambil Poco sepertinya tidak terlalu mengecewakan.

Kamera ultrawide pada Poco X3 Pro ternyata dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Hasil yang tertangkap ternyata cukup tajam dan memiliki noise yang cukup rendah. Warnanya juga cukup akurat saat dibandingkan dengan aslinya. Walaupun begitu, dengan resolusi 8 MP belum tentu bisa memuaskan semua orang.

Kamera makro yang terpasang mungkin akan membuat pengguna (termasuk saya) kecewa. Dengan resolusi hanya 2 MP, mungkin hanya akan menjadi bagus pada saat ingin melihat tulisan-tulisan yang kecil. Hasil gambarnya tidak terlalu tajam dan sering melewatkan beberapa detail gambar.

 

Untuk penggemar swafoto, ternyata mengambil gambar sendiri pada Poco X3 Pro bisa cukup terpuaskan. Hal tersebut dikarenakan detail gambar yang diambil cukup baik. Akan tetapi, hasilnya terasa kurang kontras sehingga warnanya agak sedikit lebih pudar.

Pengujian

Poco X3 Pro menggunakan Snapdragon 860 yang saat ini mungkin menjadi chipset 4G terkencang. Snapdragon 860 sendiri merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang digunakan pada beberapa smartphone gaming. Perbedaan antara keduanya hanyalah penggunaan RAM maksimal, di mana 855+ hanya mendukung hingga 12 GB dan 860 hingga 16 GB. Kinerja yang diusung juga seharusnya sama aja, asal tidak ada tweak kinerja seperti pada smartphone gaming.

Snapdragon 860 menggunakan sebuah prime core dengan kecepatan 2,96 GHz ditambah tiga prosesor Kryo 485 Gold (Cortex A76) berkecepatan 2,42 GHz serta empat inti prosesor Kryo 485 Silver (Cortex A55) berkecepatan 1,8 GHz. Hal tersebut membuat Snapdragon 860 memiliki total delapan inti prosesor. SoC ini menggunakan Adreno 640 sebagai GPU-nya.

Menguji untuk bermain

Menguji bermain game dengan perangkat yang menggunakan Snapdragon 860? Sepertinya hal ini mudah dilakukan karena SoC yang satu ini sudah terbukti pada saat kembarannya digunakan pada perangkat gaming. Jadi, hal tersebut tidak akan berubah: game yang lancar pada setting tinggi.

Banyak game yang saya uji pada saat menggunakan Poco X3 Pro. Akan tetapi, mari kita kerucutkan pada tiga buah game, yaitu Genshin Impact, PUBG Mobile, dan LifeAfter. Genshin saya pasang pada mode High 60 fps, PUBG Mobile pada HDR Extreme, dan LifeAfter pada mode Movie. Saya tidak menemukan kendala yang berarti saat bermain ketiganya dengan setting tersebut.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari ketiga game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Rasa puas bermain pada sebuah perangkat yang memiliki harga hanya tiga jutaan, namun lancar. Jika ada beberapa kendala, coba turunkan setting ke satu level di bawahnya agar menjadi lebih lancar lagi. Sayangnya, belum banyak game yang bisa berjalan pada 120 Hz di perangkat ini.

Untuk Bekerja

Jika untuk bermain game saja sudah lancar, tentunya saat dipakai untuk bekerja juga akan lancar. Betul saja, tidak ada kendala sama sekali saat menggunakan perangkat ini untuk bekerja. Aplikasi seperti Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang menggunakan banyak tab tidak akan terasa lambat. Hal tersebut juga dikarenakan oleh spesifikasi Poco X3 Pro yang tinggi.

Saat melakukan edit video, banyak resource yang digunakan pada smartphone ini. Akan tetapi, semuanya terasa cepat saat melakukan rendering video. Tugas-tugas sekolah di rumah anak-anak saya pun juga menjadi lebih cepat dikumpulkan. Rasanya seperti menggunakan perangkat flagship.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan Poco X3 NFC. Selain itu, saya juga menghadirkan Snapdragon 855+ dari salah satu smartphone gaming yang dinyalakan tweak-nya. Saya juga akan membandingkan dengan Snapdragon 865 sehingga akan cukup terukur bagaimana kinerja dari Poco X3 Pro ini.

Artikel ini juga membawa perdana benchmark PCMark versi 3.0 untuk Android. Dua benchmark pendahulunya juga saya ikut sertakan agar pengguna tidak bingung saat membandingkan dengan perangkat lamanya. Berikut adalah hasil benchmarking-nya

Uji baterai: 5000 mAh lebih sedikit

Pengujian baterai dari Poco X3 Pro memang memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pengujian ini harus dilakukan pada saat saya akan tidur (he he he). Dengan SoC yang membutuhkan tenaga ekstra, refresh rate 120Hz,  dan layar FullHD+, tentunya perangkat ini akan sedikit lebih boros jika disandingkan dengan smartphone yang memiliki rentang harga yang sama.

Benar saja, saat saya mengujinya dengan menggunakan sebuah video MP4 yang diputar berulang-ulang, perangkat ini hanya bisa mencapai 11 jam 58 menit saja. Pengisian ulang pada perangkat ini menggunakan charger bawaan yang mampu mengisi 33 watt. Poco X3 Pro pun dapat diisi dalam waktu sekitar 70 menit dari 0% hingga 100%.

Verdict

Ada banyak tipe konsumen smartphone. Oleh karena itu, vendor smartphone harus benar-benar pintar dalam menyuguhkan perangkatnya kepada masing-masing pengguna. Salah satunya adalah Xiaomi yang menawarkan Poco X3 Pro kepada para gamer dan mereka yang membutuhkan sebuah smartphone yang mulus dalam bermain game namun murah.

Dengan menggunakan Snapdragon 860, membuat perangkat yang satu ini bisa melahap hampir semua game yang ada di Play Store dengan setting tertinggi. Kinerjanya sudah tidak perlu lagi dipertanyakan, apalagi untuk bekerja dan melakukan rendering video. Baterai yang terpasang juga besar sehingga bisa bertahan seharian.

Kamera yang memiliki resolusi 12 MP dan hingga 48 MP juga bisa diandalkan untuk momen sehari-hari. Perangkat ini juga sudah memiliki fitur-fitur yang lengkap seperti NFC, infra merah, speaker stereo, dan lain sebagainya. Layar 120 Hz juga akan menjadi satu hal yang membuat penggunanya merasa nyaman.

Xiaomi menjual Poco X3 Pro dengan harga Rp. 3.499.000 untuk versi 6/128 GB dan Rp. 3.999.000 untuk versi yang saya dapatkan, yaitu 8/256. Harganya akan naik Rp. 100.000 jika Anda membelinya secara offline seperti pada Mi Store. Dengan harga tersebut, Anda akan mendapatkan sebuah smartphone gaming dengan harga paling murah.

Sparks

  • Kinerja tinggi pada harga 3 jutaan
  • Responsif
  • Layar 120 Hz membuat tampilan mulus
  • Speaker stereo
  • Kamera yang walaupun hanya 48 MP, tapi bisa mengambil gambar dengan baik
  • Daya tahan baterai yang cukup baik

Slacks

  • Area kamera yang terlalu menonjol
  • Desain yang sama dengan X3 NFC
  • Bagian belakang bergetar saat memainkan musik
  • Kamera makro 2 MP yang kurang tajam

[Review] Xiaomi Redmi Note 10 Pro: Smartphone dengan Hardware Kamera 108 MP Termurah di Indonesia

Setiap kali, Xiaomi selalu mengeluarkan smartphone yang memiliki harga yang tergolong terjangkau pada kelasnya. Xiaomi mengklaim bahwa penetapan harga tersebut tidak lepas dari pengambilan keuntungan yang hanya 5% per perangkat. Hal tersebut juga berlaku pada smartphone yang baru saja mereka luncurkan yang memiliki kamera mobile dengan resolusi paling tinggi saat ini. Perangkat tersebut adalah Xiaomi Redmi Note 10 Pro.

Dengan menyandang nama Pro, Xiaomi membenamkan kamera dengan resolusi 108 MP. Selain itu, perangkat ini juga dipasangkan layar yang mampu memberikan refresh rate 120 Hz. Penyimpanan internal pada Redmi Note 10 Pro juga menggunakan UFS 2.2. Terakhir, baterai 5020 mAh yang digunakan dapat diisi dengan cepat karena menggunakan charger 33 watt.

Menggunakan layar Super AMOLED memang memiliki kontras yang lebih baik dibandingkan dengan IPS. Dan menyajikan untuk para gamer, perangkat ini juga hadir dengan touch sampling 240 Hz yang akan merespons dengan cepat saat disentuh. Spesifikasi lengkap dari Xiaomi Redmi Note 10 Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Redmi Note 10 Pro
SoC Snapdragon 732G
CPU 2×2.3 GHz Kryo 470 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 470 Silver
GPU Adreno 618
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 128 GB UFS 2.2
Layar 6,67 inci Super AMOLED 2400 x 1080 120 Hz
Dimensi 164 x 76.5 x 8.1 mm
Bobot 193 gram
Baterai 5020 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 108 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 5 MP Macro, 2 MP Depth, 16 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12

Untuk hasil dari CPU-Z dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Xiaomi menggunakan chipset yang sama dengan Poco X3 NFC, sehingga membuatnya memiliki kinerja yang kurang lebih sama. Hal ini tentu saja membuatnya terlihat lebih menarik karena Redmi Note 10 Pro menawarkan fitur yang lebih menarik pada sisi kameranya.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya. Charger yang diberikan oleh Xiaomi pada paket penjualannya memiliki kemampuan untuk menghantarkan daya hingga 33 watt.

Desain

Beda perangkat, tentu saja beda desain bagian belakang dari Xiaomi Redmi Note 10 Pro. Hal tersebut sangat terlihat dari desain bagian kameranya yang sangat fresh dan berbeda dari saudaranya maupun pesaingnya. Logo Redmi terletak pada bagian kiri bawah dari perangkat ini dan menggunakan font yang cukup kecil. Warna yang saya dapatkan adalah Onyx Gray.

Layar Xiaomi Redmi Note 10 memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,67 inci ini. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 5 sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Layarnya juga sudah memiliki rasio kontras 4.500.000:1 dan mendukung DCI-P3. Xiaomi juga sudah menempelkan lapisan anti gores tambahan sehingga lebih melindungi lagi dari goresan.

Pada bagian belakangnya terdapat empat buah kamera yang tergabung dalam sebuah blok tersendiri. Bagian paling atas dengan lingkaran perak merupakan kamera 108 MP disertai dengan kamera makro pada sisi kiri, sensor depth pada bagian kanan, dan ultrawide pada bagian bawahnya. Di sebelah blok tersebut terdapat sebuah LED flash.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, port audio 3,5mm, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (tiga slot) terletak pada bagian kirinya.

Bagi Anda yang membeli Xiaomi Redmi Note 10 Pro, usahakan minimal menggunakan MIUI 12.0.5 karena telah menyelesaikan bug layar berkedip saat di set ke 120 Hz dan Dark Mode. Pada MIUI 12.0.5, Xiaomi sudah menggunakan Android 11 atau R  terbaru. Hal ini membuat pengguna akan mendapatkan fitur-fitur baru seperti chat head saat menerima pesan dan lain sebagainya. Anda pun juga bisa memilih antara menggunakan launcher dengan app drawer atau full homescreen.

Jaringan

Xiaomi Redmi Note 10 Pro menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas premiumSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X15 yang sudah masuk dalam Catergory 15. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 3 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hinggai 800 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 32, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Tentunya, kanal jaringan ini sudah mendukung semua yang digunakan oleh operator seluler di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel serta akan mendapatkan kecepatan tinggi saat menjelajah internet.

Kamera: 108 MP kelas mainstream

Xiaomi kembali menghadirkan kamera 108 MP pada Redmi Note 10 Pro. Akan tetapi, sensornya berbeda dengan yang digunakan pada Mi Note 10 Pro dan Mi 10T Pro. Redmi Note 10 Pro menggunakan ISOCELL HM2 yang menggunakan teknologi nonapixel, menggabungkan 9 piksel menjadi sebuah piksel berukuran 2.1μm. Berbeda dengan kedua pendahulunya yang menggunakan ISOCELL HMX yang menggunakan teknologi tetrapixel.

Teknologi nonapixel akan menghasilkan gambar 12 MP (mudahnya, 108/9 = 12). Sedangkan teknologi tetrapixel menghasilkan gambar yang lebih besar, yaitu 27 MP. Produsennya sendiri menjanjikan framerate yang lebih baik serta perekaman hingga 8K pada sensornya yang lebih baru ini. Jadi teknologi yang dibawa bukan merupakan hasil interpolasi, namun benar-benar memiliki 108 juta piksel pada sensornya.

Hasil kamera 108 MP (yang diambil pada resolusi 12 MP) memang sangat bagus untuk rentang harganya. Dynamic range yang bagus, tidak overbrightness, kontras juga baik, dan noise yang dihasilkan rendah. Tingkat ketajamannya juga bagus, namun sering terlihat pula beberapa bagian yang oversharpening.

Kamera ultrawide pada Redmi Note 10 Pro ternyata dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Dengan menggunakan sensor Sony IMX 355, hasil yang tertangkap ternyata cukup tajam dan memiliki noise yang rendah. Warnanya juga cukup akurat saat dibandingkan dengan aslinya.

Kamera makro yang ada para perangkat ini memiliki resolusi 5 MP. Sensor yang digunakan adalah OmniVision OV5675. Walaupun tidak sebaik dua sensor lainnya, hasil tangkapannya memang lebih tajam dibandingkan dengan beberapa perangkat di pasaran yang masih menggunakan kamera 2 MP. Namun, warnanya masih kurang akurat dan kurang kontras.

Kamera swafoto yang ada pada Redmi Note 10 Pro akan menangkap gambar lebih baik dan tajam pada saat siang hari. Akan tetapi pada saat tingkat cahaya menurun seperti di malam hari, siap-siap untuk mendapatkan gambar seperti lukisan cat air. Hal tersebut mungkin algoritma perangkat ini dalam menekan noise yang muncul.

Lalu bagaimana perbandingan gambar antara saat diambil pada 12 MP dan 108 MP? Tentu saja 108 MP memiliki tingkat ketajaman yang lebih baik dibandingkan dengan 12 MP. Namun, jika kita berbicara mengenai keakuratan warna dan kontras, 12 MP mendominasi. Dan ingat, 108 MP hanya boleh digunakan pada saat kondisi cahaya cukup terang agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

Keduanya di zoom hingga kurang lebih menampilkan area yang sama. Pada bagian kiri merupakan hasil dari 108 MP dan yang sebelah kanan adalah dengan nonapixel 12 MP. Dapat dilihat bahwa di sebelah kiri helai daun dapat terlihat jedanya serta tulisan juga terlihat lebih tajam. Tingkat ketajaman juga bisa dilihat pada bagian atasnya.

Pengujian

Xiaomi Redmi Note 10 Pro menggunakan Snapdragon 732G yang saat ini mungkin menjadi chipset 4G terakhir pada seri 700. Xiaomi pertama kali memperkenalkan chipset ini pada Poco X3 NFC, sehingga konsumen sudah bisa mengira seberapa kencang kinerjanya. Chipset ini sendiri masih kurang lebih seimbang dengan Snapdragon 720G, walaupun seringkali kinerjanya berada di bawah saudaranya tersebut.

Snapdragon 732G menggunakan dua inti prosesor Kryo 470 Gold dengan kecepatan 2,3 GHz pada cluster performa. Untuk cluster hemat daya, masih menggunakan enam inti Kryo 470 Silver yang berbasis Cortex A55 dengan kecepatan 1,8 GHz. Adreno 618 adalah graphics processing unit yang menjadi bawaan Snapdragon 732G.

Menguji untuk bermain

Menggunakan prosesor Snapdragon 732G mengartikan bahwa SoC ini memang ditujukan untuk bermain game (G pada akhiran 732 memang berarti game). Walaupun begitu, bukan berarti bahwa kita bisa bermain pada setting paling tinggi.

Dalam menguji perangkat ini untuk bermain, saya menggunakan dua buah game yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Kedua game tersebut adalah Genshin Impact dan PUBG Mobile. Oleh karena beratnya grafis dari kedua game ini untuk dijalankan oleh Snapdragon 732G, saya menggunakan setting low dengan frame rate yang paling tinggi (60 fps) yang bisa disajikan oleh game tersebut.

Di lain pihak, PUBG Mobile belum mendeteksi refresh rate tinggi dari Xiaomi Redmi Note 10 Pro. Hal tersebut membuat frame rate yang dapat dimainkan hanya tertahan di 30 fps. Semoga saja Xiaomi bekerja sama dengan developer PUBG Mobile untuk menghadirkan frame rate 90 Hz dan 120 Hz pada setiap perangkatnya.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari kedua game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Terus terang, bermain kedua game yang saya uji bisa berjalan dengan lancar. Memang ditemukan sedikit lag pada Genshin Impact, namun tidak sampai membuat motion sickness saat bermain. Untuk membuat frame rate-nya menjadi lebih tinggi lagi, turunkan saja profile-nya menjadi lowest.

Untuk bekerja

Dengan menggunakan SoC yang khusus ditujukan untuk bermain game, membuat perangkat ini menjadi cukup andal jika digunakan untuk bekerja. Pasalnya, aplikasi-aplikasi untuk bekerja yang ada di perangkat Android tidak memerlukan resource yang sangat tinggi. Jadi, aplikasi seperti Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang menggunakan banyak tab tidak akan terasa lambat.

Bagi Anda yang memiliki seorang anak, pada masa WFH ini tentu saja akan banyak tugas yang harus dikumpulkan melalui aplikasi tukar pesan. Untuk melakukan editing gambar dan video, diperlukan smartphone yang memiliki processing power yang cukup tinggi. Dalam pengujian yang saya lakukan, Snapdragon 732G sudah lebih dari cukup untuk menangani pekerjaan tersebut.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan SoC Snapdragon 730G, 720G, serta 678 yang baru digunakan pada sang “adik” dari Redmi Note 10 Pro. Hal ini tentu saja hanya sekedar untuk membandingkan kinerja dari tiap-tiap chipset. Walaupun konfigurasi tiap perangkat berbeda, namun pada akhirnya pengguna akan mendapatkan gambaran bagaimana kinerja dari sebuah smartphone secara utuh.

Berikut adalah hasil benchmark-nya

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Snapdragon 732G akan bersaing ketat dengan 720G, meninggalkan 730G dan 678 di belakang. Namun, rentang kinerja ini tentu saja tidak akan terlalu terasa karena tergolong cukup kecil. Hasil seperti ini tentu saja sudah lebih dari cukup dalam menjalankan setiap aplikasi dan game pada sistem operasi Android.

Uji baterai 5000 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan Redmi Note 10 Pro yang memiliki kapasitas sebesar 5020 mAh. Perangkat ini sendiri sudah menggunakan layar FHD+ yang sedikit lebih boros dibandingkan dengan layar HD+ yang biasa digunakan pada smartphone di kelas entry level.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, Redmi Note 10 bisa bertahan hingga 17 jam 40 menit. Namun saat digunakan untuk bermain, tentu saja tidak akan bertahan sampai waktu tersebut.  Pengisian baterainya sendiri akan memakan waktu kurang lebih 75 menit dari benar-benar habis hingga penuh.

Verdict

Kamera sampai saat ini masih merupakan salah satu fitur yang paling dicari pada sebuah smartphone. Oleh karena itu, produsen smartphone selalu saja membuat perangkat yang memiliki hasil kamera yang menakjubkan. Teknologi terbaru pun dipasangkan pada perangkat-perangkat mereka diluar kelas premium dan flagship. Salah satunya adalah smartphone mainstream Xiaomi Redmi Note 10 Pro.

Dengan menggunakan Snapdragon 732G, Redmi Note 10 Pro memiliki kinerja yang kencang. Semua pekerjaan yang dilakukan masih akan terasa cepat jika dikerjakan pada perangkat yang satu ini. Ditambah dengan menggunakan baterai yang bisa bertahan lebih dari satu hari kerja dan cepat saat diisi ulang, membuat perangkat ini nyaman digunakan.

Kamera yang menjadi poin penting dalam penjualan perangkat ini juga dapat diandalkan. Dengan ISOCELL HM2, membuat Redmi Note 10 Pro dapat mengambil momen dengan nyaman di mana saja, termasuk saat lebaran nanti. Namun, hal tersebut tentunya berlaku saat kondisi cahayanya sedang bagus. Saat rendah cahaya, gunakan saja mode malamnya.

Perangkat yang saya dapatkan memiliki spesifikasi 8/128 GB. Untuk varian ini, Xiaomi menjualnya dengan harga Rp. 3.999.000 dan akan didiskon Rp. 100.000 pada saat flash sale. Varian di bawahnya, 6/64 dijual dengan harga Rp. 3.599.00 dan bisa mendapatkan diskon Rp. 100.000 pada saat flash sale. Hal ini tentu saja membuat Xiaomi Redmi Note 10 Pro menjadi smartphone dengan hardware kamera 108 MP termurah di Indonesia.

Sparks

  • Kinerja baik dengan Snapdragon 732G
  • Layar 120 Hz yang sangat responsif
  • Speaker stereo
  • Daya tahan baterai mencapai 17 jam
  • Hasil kamera yang sangat bagus untuk rentang harganya
  • NFC sudah menjadi standar
  • Pengisian baterai yang cepat, hanya 75 menit

Slacks

  • Hasil kamera saat cahaya rendah kurang bagus jika tidak menggunakan night mode
  • Bagian kamera terlalu menonjol
  • Sayangnya, masih belum 5G

Xiaomi Luncurkan Redmi 9T, Spesifikasi Mirip Poco M3 Ditambah Kamera Wide Angle

Xiaomi sekali lagi meluncurkan sebuah smartphone yang cukup merusak harga pasar. Setelah mengeluarkan Poco M3 yang ditujukan untuk pasar entry level, ternyata kali ini mereka kembali meluncurkannya untuk pasar yang sama. Perangkat yang diluncurkan tersebut adalah Xiaomi Redmi 9T.

Spesifikasi yang dimiliki oleh Redmi 9T ternyata mirip dengan saudaranya yang bakal melepaskan diri dari Xiaomi tersebut di Indonesia. Redmi 9 merupakan smartphone pertama membawa empat kamera pada harga di bawah dua juta rupiah. Redmi 9T ternyata yang pertama membawa kamera 48 MP pada segmen tersebut.

Xiaomi Redmi 9T - Combine-2-color-2

Perangkat yang satu ini juga menggunakan SoC Qualcomm Snapdragon 662. Selain itu, penggunaan UFS 2.1 dan 2.2 juga mirip dengan Poco M3. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel spesifikasi berikut ini

 

Xiaomi Redmi 9T
SoC Qualcomm Snapdragon 662
CPU 4×2.0 GHz Kryo 260 Gold +& 4×1.8 GHz Kryo 260 Silver
GPU Adreno 610
RAM 4 GB dan 8 GB LPDDR4X 1866 MHz
Internal 64 GB (UFS 2.1)  dan 128 GB (UFS 2.2)
Layar IPS 6.53″ 2340 x 1080 Gorilla Glass 3
Kamera 48MP/12MP Utama, 8 MP Ultrawide, 2 MP Makro, 2 MP bokeh, 8 MP Selfie
Kapasitas Baterai 6000 mAh
OS Android 10 dengan MIUI 12

Pada perangkat entry level ini, Xiaomi juga menyediakan charger dengan daya 22,5 watt. Menurut Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia, charger dengan daya tersebut sudah cukup terjangkau untuk dimasukkan ke dalam kotak penjualan dari Xiaomi Redmi 9T. Walaupun begitu, Redmi 9T masih bisa diisi hingga 18 watt.

Xiaomi Redmi 9T - 2

Xiaomi Redmi 9T bakal dijual dengan harga Rp. 1.999.000 untuk varian 4/64 GB dan Rp. 2.399.000 untuk varian 6/128 GB. Pada saat flash sale, Xiaomi memotong harganya Rp. 100.000. Penjualan perdananya akan dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2021 mulai pukul 10 pagi.

Lalu bedanya dengan Poco M3?

Dengan spesifikasi yang sangat mirip, dengan pembedanya adalah desain dan kamera ultrawide, Xiaomi Redmi 9T memang seperti Poco M3 yang berganti baju saja. Saya pun cukup penasaran untuk menanyakan apakah yang membedakan antara keduanya, dari segi pemasaran dan juga perangkatnya. Tentu saja hal ini akan membuat bingung bagi mereka yang akan membeli Poco M3 dan yang menunggu hadirnya Redmi 9T.

Alvin pun menjawab rasa penasaran saya. Pertama, Poco nantinya bakal menjadi sebuah merek yang independent dan terpisah dari Xiaomi. Hal ini juga bisa dilihat dari bahasa desainnya di mana Redmi akan ditujukan untuk masyarakat umum dan Poco akan dipasarkan untuk para tech enthusiast. Selain itu, Redmi juga memiliki desain yang lebih ditujukan untuk umum dan Poco akan menggunakan warna-warna tertentu seperti kuning pada Poco M3.

Alvin

Poco juga nantinya akan lebih difokuskan untuk memiliki performa yang lebih baik pada rentang harga yang dimilikinya. Redmi akan memberikan semua fitur yang seimbang pada rentang harga tersebut. Untuk kali ini, perbedaannya memang pada tiga kamera pada Poco M3 dan empat kamera pada Redmi 9T. Selain itu, MIUI untuk Poco juga cukup berbeda dengan pure MIUI pada Redmi.

Jika dibandingkan dengan Redmi 9, keduanya memiliki prosesor yang berbeda. Kameranya juga memiliki resolusi 13 MP saja. Jika memang menginginkan harga yang sedikit lebih murah, konsumen masih bisa memilih Xiaomi Redmi 9 untuk dijadikan pilihannya. Namun jika ingin menggunakan kamera dengan resolusi yang tinggi, Redmi 9T menjadi solusinya.

[Review] Membandingkan 3 Smartphone Murah Xiaomi: Redmi 9, 9A, dan 9C

Dalam bertanding di kelas satu jutaan, Xiaomi kali ini sudah memiliki tiga perangkat Android. Ketiganya adalah Xiaomi Redmi 9, Redmi 9A, dan Redmi 9C. Keluarga Redmi 9 ini memiliki harga yang cukup memukau jika melihat spesifikasi yang diberikan. Namun, masih banyak orang yang bingung untuk memilih Redmi 9 mana yang cocok untuk kebutuhan mereka.

Xiaomi Redmi 9 9a 9c - The Phones

Ketiga anggota keluarga Redmi seri 9 ini sama-sama menggunakan chipset buatan MediaTek. Redmi 9 ditenagai dengan MediaTek Helio G80, Redmi 9c dengan Helio G35, dan Redmi 9A dengan Helio G25. Tidak ada versi Snapdragon untuk kelas yang satu ini.

Redmi 9 yang menggunakan Helio G80 adalah satu-satunya yang memiliki dua inti prosesor Cortex A75. Seperti yang kita ketahui, prosesor yang satu ini memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan Cortex A55. Redmi 9C dan Redmi 9A menggunakan prosesor Cortex A53 yang lebih rendah kinerjanya dibandingkan dengan prosesor rendah daya dari G80.

Spesifikasi lengkap dari ketiga smartphone yang datang ke meja pengujian DailySocial dapat dilihat dari tabel berikut ini

Redmi 9A Redmi 9c Redmi 9
SoC Mediatek Helio G25 Mediatek Helio G35 Mediatek Helio G80
CPU 4×2 GHz Cortex-A53 + 4×1.8 GHz Cortex-A53 4×2.3 GHz Cortex-A53 + 4×1.8 GHz Cortex-A53 2×2.0 GHz Cortex-A75 + 6×1.8 GHz Cortex-A55
GPU PowerVR GE8320 Mali-G52 MC2
RAM 2 GB 4 GB
Internal 32 GB 64 GB
Layar 6.53 inci 1600×720  IPS 20:9 6.53 inci 2340×1080 IPS 19.5:9
Dimensi 164.9 x 77 x 9 mm 163.3 x 77 x 9.1 mm
Bobot 196 gram 198 gram
Baterai 5000 mAh 5020 mAh
OS Android 10 MIUI 12 Android 10 MIUI 11

Masing-masing perangkat mulai dari Redmi 9a, Redmi 9c, dan Redmi 9 terdeteksi oleh CPU-Z, AIDA-64, dan SensorBox sebagai berikut

Jika kita lihat, Redmi 9A dan 9C tidak memiliki sensor Gyroscope. Sensor ini sendiri digunakan untuk mengukur orientasi sebuah perangkat secara 360 derajat. Gyro sendiri banyak digunakan oleh para gamer untuk melakukan aiming dengan lebih baik. Sedangkan, sensor ini tersedia untuk Redmi 9.

Pada artikel kali ini, saya akan menguji perbedaan kinerja serta kamera yang ada pada ketiga perangkat. Dua hal tersebut tentu saja penting karena memang yang paling penting dalam membeli sebuah smartphone.  Namun sebelum itu, mari kita lihat desain dari ketiga perangkat tersebut.

Desain

Menyandang perangkat dengan harga di bawah dua juta, tentu membuat perangkat yang satu ini memiliki bahan plastik polikarbonat di bagian belakangnya. Namun, desain ketiganya dibuat semewah mungkin agar tidak terlihat kuno. Redmi 9A memiliki garis yang membuatnya mewah, 9C memakai desain kamera kotak yang kekinian, dan Redmi 9 memiliki bundaran di sekitar kameranya.

Xiaomi Redmi 9 9a 9c - Sisi Kiri

Ketiga perangkat ini memiliki dimensi layar yang sama, yaitu 6,53 inci. Untuk resolusinya, Redmi 9A dan 9C menggunakan 1600×720 sedangkan Redmi 9 memakai 2340×1080. Si kembar Redmi 9A dan 9C juga tidak menggunakan pelindung pada layarnya, sehingga keduanya rentan retak saat terbentur. Di lain pihak, Redmi 9 sudah terlindungi Gorilla Glass 3 dan sudah memiliki lapisan anti gores.

Redmi 9, 9C, dan 9A memiliki desain layar depan yang sama. Desain poni bernama Dot Drop masih digunakan pada ketiga perangkat ini. Dengan dimensi yang sama, sepertinya bakal sulit membedakan antara ketiganya

Xiaomi Redmi 9 9a 9c - Sisi Kanan

Uniknya, desain tombol untuk ketiga perangkatnya cukup mirip. Pada bagian kiri hanya terdapat slot SIM nano. Pada bagian kanannya terdapat tombol power dan volume. Redmi 9A dan 9C menaruh port audio pada bagian atasnya sedangkan pada Redmi 9 hanya ada sensor infra merah dan microphone kedua.

Port audio Redmi 9 terletak pada bagian bawah bersama dengan speaker dan microphone utama. Kecuali Redmi 9A, 9 dan 9C sudah memiliki sensor sidik jari. Untuk Redmi 9A dan 9C, port USB yang tersedia adalah microUSB sedangkan Redmi 9 sudah menggunakan USB-C. Karena sudah menggunakan USB-C, Redmi 9 mendukung pengisian 18 watt.

Xiaomi Redmi 9 9a 9c - USB Port

Ketiga perangkat sudah menggunakan sistem operasi Android 10. Untuk Redmi 9A dan 9C sudah memakai MIUI 12. Sayang memang, Redmi 9 masih bertahan di MIUI 11 dan sampai tulisan ini diturunkan, update MIUI 12 masih belum tersedia.

Jaringan dan WiFi

Saat ini, semua smartphone baru pasti sudah mendukung semua jaringan LTE yang ada di Indonesia. Ketiga perangkat ini juga sudah mendukung VoLTE yang hanya menggunakan jalur LTE seperti untuk operator Smartfren, Telkomsel, dan Indosat.

Xiaomi Redmi 9 9a 9c - Layar

Redmi 9A dan 9C mendukung kanal WiFi 2.4 GHz. Redmi 9 sendiri mendukung kanal 2.4 GHz dan 5 GHz. Jadi bagi kalian yang butuh menggunakan WiFi 802.11ac, pilihannya hanya ada pada Redmi 9.

Kamera

Ketiga smartphone memiliki kamera utama dengan resolusi 13 MP yang memiliki spesifikasi mirip. Untuk Redmi 9A, hanya tersedia satu kamera saja. Redmi 9C datang dengan tambahan kamera makro dan depth. Sedangkan Redmi 9 mendapatkan tambahan ultrawide, makro, dan depth.

Satu hal yang sangat disayangkan adalah ketiganya tidak memiliki mode malam. Padahal, mode yang satu ini selalu digaungkan oleh pesaing Redmi pada rentang harga di bawah dua jutaan. Kita lihat saja, apakah Xiaomi akan menyediakan mode malam pada update berikutnya.

Untuk kamera utama, saya mencoba mengambil tiga gambar yang sama dengan fokus yang sama. Hal yang cukup mengejutkan adalah Redmi 9C memiliki warna yang sama dengan aslinya. Sementara Redmi 9 dan 9A memiliki kontras yang kurang. Tingkat ketajaman ketiganya terlihat sama, jadi bisa saja ketiganya menggunakan sensor Omnivision yang sama.

Berikut adalah hasil kamera utama dari Redmi 9

Hasil kamera Redmi 9C adalah sebagai berikut

Sedangkan untuk Redmi 9A hasilnya adalah sebagai berikut:

Untuk kamera depannya, profile ketiganya cukup mirip. Hanya saja, Redmi 9A dan 9C menggunakan kamera dengan resolusi 5 MP, sedangkan Redmi 9 menggunakan resolusi 8 MP. Gambar yang terambil kurang tajam dalam kondisi tertentu serta terlihat noise di seluruh gambar.

Hasil kamera depan dari Redmi 9 adalah sebagai berikut

Untuk Redmi 9C, hasil kameranya adalah sebagai berikut

Untuk Redmi 9A, kamera depannya adalah sebagai berikut

Hanya Redmi 9 dan 9C yang memiliki kamera makro. Keduanya memiliki resolusi 2 MP dan menghasilkan gambar yang mirip. Hasilnya memang kurang tajam dan tidak stabil. Kadang saya bisa mengambil gambar dengan jarak 4 cm dengan baik dan kadang buram.

Berikut adalah hasil kamera makro Redmi 9:

Hasil kamera makro untuk Redmi 9C adalah sebagai berikut

Terakhir, hanya Redmi 9 yang memiliki kamera ultrawide angle. Hasilnya justru memiliki warna yang sedikit lebih akurat dibandingkan dengan kamera utamanya. Untuk sebuah kamera dengan resolusi 8 MP, hasilnya memang cukup patut diacungi jempol.

Pengujian Kinerja

Dengan menggunakan cip buatan MediaTek, yaitu Helio G25, G35, dan G80, kinerja yang diharapkan tentu saja tinggi. Helio G25 dan G35 masih menggunakan prosesor Cortex A53 yang dibuat khusus untuk hemat daya. Jadi, kinerjanya tidak akan terlalu tinggi.

Untuk Helio G80, SoC ini memiliki prosesor Cortex A75 dan A55 yang memang akan memiliki gap kinerja yang cukup jauh dengan G25 dan G35. Namun, yang menarik adalah jarak harganya tidak terlalu jauh.

Pada pengujian kinerja kali ini, saya menghadirkan Redmi 8 yang menggunakan Snapdragon 439. Redmi 8 saat ini masih tersedia di pasaran dan memiliki spesifikasi SoC yang lebih baik dibandingkan Redmi 9A dan 9C. Oleh karena itu, mari kita lihat kinerja dari Redmi 9, 9A, 9C, dan 8 pada grafik berikut ini

Dengan kinerja seperti ini, cukup sejalan dengan bagaimana Redmi 9A dan 9C digunakan. Dibandingkan dengan Redmi 9, pengalaman menggunakan 9A dan 9C menjadi jauh di bawah. Saya membutuhkan hampir 2 detik untuk menjalankan sebuah aplikasi.

Saat menjalankan aplikasi, hanya Redmi 9 yang terasa seperti “standar” beberapa smartphone Android pada umumnya. Aplikasi yang saya jalankan meliputi WPS, Trello, Slack, Whatsapp, Facebook, dan Instagram. Namun pada 9A dan 9C, saya merasa adanya lag saat mengoperasikan semua aplikasi tersebut.

Jadi, walaupun menggunakan chipset yang digadang sebagai gaming oleh Mediatek, Redmi 9A dengan Helio G25 dan Redmi 9C dengan Helio G35 lebih baik digunakan sebagai perangkat sosial media saja. Dan agar game yang dimainkan lancar, saya merekomendasikan Redmi 9 yang harganya terpaut tidak terlalu jauh.

Pengujian Baterai

Baterai ketiganya memiliki kapasitas yang kurang lebih sama, yaitu 5000 mAh. Namun, berbagai konfigurasi bakal membuat daya tahannya menjadi berbeda. Sebagai contoh, Redmi 9 menggunakan layar FHD+ dan Redmi 9A menggunakan layar HD+. Pemakaian dayanya tentu saja sudah berbeda di mana FHD+ sudah pasti akan lebih boros daya.

Redmi 9 lolos pada pengujian MP4 looping dengan waktu sekitar 15 jam 15 menit. Redmi 9A bisa mendapatkan waktu sekitar 21 jam 20 menit dari 100% hingga mati secara otomatis. Untuk Redmi 9C, waktu yang saya dapatkan sedikit lebih pendek, yaitu 20 jam 59 menit.

Verdict

Dalam membeli sebuah perangkat Android dengan harga di bawah dua juta rupiah memang banyak pilihannya. Tiga di antara pilihan tersebut adalah smartphone dari Xiaomi yaitu Redmi 9, Redmi 9A, dan Redmi 9C. Ketiganya ditujukan untuk pasar entry level dengan tingkatan yang cukup berbeda.

Redmi 9 memiliki kinerja paling tinggi di antara ketiganya. Kameranya pun paling lengkap di antara ketiganya. Dengan yang fitur yang ditawarkan, Redmi 9 memang menjadi yang paling menarik untuk dimiliki pada harga Rp. 1.749.000 untuk 3/32 GB dan Rp. 1.949.000 untuk 4/64 GB. Sayangnya, smartphone ini masih menggunakan MIUI 11.

Redmi 9C memiliki hasil kamera utama yang paling baik di antara ketiganya. Kinerja yang ditawarkan tidak sekencang Redmi 9 dan masih ditemukan lag pada saat pemakaian sehari-hari. Namun, perangkat ini paling baik untuk dijadikan smartphone sosial media dan chatting serta untuk mereka yang butuh perangkat untuk sekolah di rumah. Harga dari perangkat ini adalah Rp. 1.449.000 untuk 3/32 GB (bukan yang saya review).

Redmi 9A memiliki kinerja yang paling rendah di antara ketiganya. Namun, dengan harga varian tertingginya Rp. 1.299.000, sepertinya menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Smartphone ini sendiri paling cocok untuk mereka yang memiliki dana terbatas serta yang baru ingin pindah dari ponsel biasa ke perangkat Android.

Jika harus memilih antara tiga perangkat ini, saya sendiri bakal memilih Redmi 9. Mengapa? Kinerja yang ditawarkan cukup terpaut tinggi dibandingkan dengan Redmi 9A dan 9C. Saya tidak menemukan lag pada saat mengoperasikannya. Penggunaan MIUI 11 pun juga tidak terlalu mengganggu saya.

Kamera 9C memang menghasilkan gambar yang lebih baik, namun hasilnya terpaut sedikit dari Redmi 9. Harga yang ditawarkan juga tidak terpaut jauh, sehingga nilai perbandingannya dengan kinerja masih jauh lebih baik. Saya bisa mengoperasikan semua aplikasi untuk bermain dan bekerja dengan lancar.

Sparks

Redmi 9

  • Kinerja terbaik untuk perangkat harga di bawah dua jutaan
  • Bisa menggunakan WiFi 5 GHz
  • Layar sudah menggunakan Gorilla Glass 3

Redmi 9C

  • Hasil kamera cukup baik di harga satu jutaan
  • Perangkat paling murah yang memiliki sensor sidik jari
  • Garansi 2 tahun

Redmi 9A

  • Harga perangkat paling murah di antara ketiganya
  • Daya tahan baterai paling panjang

Slacks

Redmi 9

  • Hasil kamera bukan yang terbaik di antara ketiganya
  • Masih MIUI 11

Redmi 9C

  • Kinerja masih kurang kencang walau menggunakan Helio G35
  • Tanpa dukungan WiFi 5 GHz

Redmi 9A

  • Kinerja paling rendah di antara ketiganya
  • Tanpa sensor sidik jari

[Review] Xiaomi Redmi Note 9 Pro: Fitur Lengkap dengan Prosesor Kencang dan Harga yang Murah

Xiaomi lagi-lagi menggebrak pasar Indonesia dengan mengeluarkan sebuah smartphone yang memiliki harga terjangkau. Saat ini, Xiaomi sudah memiliki sang penerus dari Redmi Note 8 Pro, yaitu Redmi Note 9 Pro. Redmi Note 8 Pro sendiri cukup dikenal karena Xiaomi pada akhirnya memasukkan NFC ke dalam perangkatnya yang salah satu variannya memiliki harga tiga jutaan. Hal tersebut pun juga diteruskan pada Redmi Note 9 Pro.

Berbeda dengan seri Redmi Note 8-nya, kali ini seri Redmi Note 9 berpindah penggunaan prosesornya. Pada seri 8, versi pro menggunakan cip Mediatek dan versi non pro menggunakan Snapdragon. Pada seri 9, versi pro menggunakan cip Snapdragon dan non pro menggunakan Mediatek. Jadi bagi kalian yang ingin melakukan upgrade, jangan sampai salah ya..

Xiaomi Redmi Note 9 Pro

Redmi Note 9 Pro ini juga meneruskan apa yang menjadi visi dari Xiaomi: menyediakan perangkat terjangkau dengan spesifikasi yang tinggi. Xiaomi membekali smartphone ini dengan kamera yang memiliki resolusi hingga 64 megapiksel. Perangkat ini juga yang pertama pada kelas Redmi yang menggunakan kamera makro dengan resolusi 5 MP. Terakhir, baterai yang digunakan juga ditingkatkan menjadi 5020 mAh.

Spesifikasi Redmi Note 9 Pro yang datang ke meja pengujian tim DailySocial adalah sebagai berikut

Redmi Note 9 Pro Redmi Note 8 Pro
SoC Snapdragon 720G Mediatek Helio G90T MT6785T
CPU 2×2.3 GHz Kryo 465 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 465 Silver 2×2.05 GHz Cortex-A76 & 6×2.0 GHz Cortex-A55
GPU Adreno 618 Mali G76 MC4
RAM 8 GB 6 GB
Internal 128 GB 64/128 GB
Layar 6,67 inci IPS 2400 x 1080 Gorilla Glass 5 6,53 inci IPS 2340 x 1080 Gorilla Glass 5
Dimensi 165.8 x 76.7 x 8.8 mm 161.4 x 76.4 x 8.8 mm
Bobot 209 gram 200 gram
Baterai 5020 mAh 4500 mAh
Kamera 64 MP/16 MP, 8 MP Wide, 5 MP Macro, 2MP depth, 16 MP selfie 64 MP/16 MP, 8 MP Wide, 2 MP Macro, 2MP depth, 20 MP selfie
OS Android 10 MIUI 11 Android 9 Pie MIUI 10

Untuk spesifikasi berdasarkan CPU-Z dan AIDA64 adalah sebagai berikut

Unboxing

Saat membuka paket penjualannya, perlengkapan inilah yang bisa didapatkan didalamnya

Xiaomi Redmi Note 9 Pro - Unboxing

Desain

Hal pertama yang saya suka dari Redmi Note 9 Pro saat pertama membuka kotak penjualannya adalah desain tanpa poni. Yup, banyak yang mengatakan bahwa desain dengan notch cukup membosankan walau sekecil apa pun. Sekarang desain dari Redmi Note 9 Pro menggunakan punch hole atau lubang pada bagian tengah atas. Hal ini tentunya membawa penyegaran pada desain smartphone dari Xiaomi.

Xiaomi Redmi Note 9 Pro - Bawah

Bagian samping dari Xiaomi Redmi Note 9 Pro terasa sekali terbuat dari plastik polikarbonat. Untuk bagian belakangnya, Xiaomi sudah melapisi dengan Gorilla Glass 5 seperti pada layar di bagian depannya. Oleh karena itu, bagian belakangnya sangat ramah terhadap sidik jari sehingga mudah terlihat kotor. Saat pengujian, saya selalu menggunakan rubber case bawaan sehingga tidak terganggu dengan kotornya sidik jari.

Layar yang digunakan pada Redmi Note 9 Pro berjenis IPS dengan resolusi 2400×1080. Walaupun sudah menggunakan Gorilla Glass 5, Xiaomi juga sudah memberikan lapisan anti gores tambahan sehingga membuatnya lebih aman dari goresan. Namun tetap saja, saya masih merekomendasikan untuk memasangkan tempered glass agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Xiaomi Redmi Note 9 Pro - Sisi Kanan

Jika dilihat pada bagian belakangnya, hanya ditemukan empat buah kamera saja serta lampu LED. Untuk sensor sidik jarinya ditempatkan pada bagian kanan tergabung dengan tombol power yang terletak di bawah tombol volume. Untuk bagian kirinya terdapat slot SIM dan microSD. Pada bagian bawah terdapat port audio 3.5mm, USB-C, microphone, dan speaker.

Xiaomi juga tidak lupa menyematkan sensor infra merah pada bagian atasnya. Hal ini sudah terbukti membantu para penggunanya (khususnya saya) saat remote untuk TV dan AC rusak atau hilang. Pada bagian atas pula juga ditemukan microphone kedua yang sering digunakan untuk merekam suara untuk video.

Xiaomi Redmi Note 9 Pro - Sisi Kiri

Saya pernah menanyakan kepada Xiaomi mengenai sensor sidik jari samping yang sering membuat masalah karena kurang responsif. Saat mencobanya, ternyata strategi Xiaomi cukup pintar. Perangkat ini akan merekam sekitar 25 posisi jari per profile, sehingga membuatnya lebih responsif dibandingkan beberapa perangkat yang pernah saya uji. Nice move, Xiaomi.

Xiaomi Redmi Note 9 Pro datang dengan menggunakan Android 10 yang dibalut dengan antar muka MIUI 11. Xiaomi juga sudah menjanjikan bahwa pada bulan Agustus 2020, MIUI 12 akan hadir untuk Redmi Note 9 Pro. Semoga saja, perangkat ini mendapatkan upgrade Android 11 nantinya.

Jaringan

Redmi Note 9 Pro menggunakan Snapdragon 720G yang berarti sudah menggunakan modem X15. Perangkat ini sendiri mendukung kanal 1 (2100), 2 (1900),3 (1800), 4 (1700), 5 (850), 7 (2600), 8 (900), 20 (800), 28 (700), 38 (2600), 40 (2300), dan 41 (2500). Modem yang digunakan mendukung LTE Cat 15 dan sudah mendukung fitur 3 Carrier Aggregation.

Untuk jaringan WiFi, perangkat ini sudah mendukung kanal 5 GHz dan 2,4 GHz dengan lancar. Penerimaan sinyalnya pun juga cukup baik, bahkan lebih baik dari Mi Note 10 yang saat ini saya gunakan.

Kamera

Xiaomi masih menggunakan rangkaian yang sama untuk kameranya pada Redmi Note 9 Pro. Yang membedakan adalah kamera makro yang digunakan memiliki resolusi 5 MP. Kamera utamanya sendiri masih menggunakan sensor 64 MP yang memiliki spesifikasi yang sama dengan ISOCELL Bright GW1 buatan Samsung.

Xiaomi Redmi Note 9 Pro - Kamera

Dengan menggunakan GW1, resolusi kamera utama dari Redmi Note 9 Pro adalah 16 MP hingga 64 MP, tergantung mode yang dipilih. Saya sendiri menguji hanya menggunakan mode 16 MP karena sudah seringkali terbukti memiliki hasil yang jauh lebih baik dibandingkan 64 MP. Hasilnya? Tentu lebih baik dibandingkan dengan Redmi Note 8 Pro.

Hasil foto kamera utamanya memang memiliki hasil yang cukup baik. Xiaomi berhasil menekan timbulnya noise pada Redmi Note 9 Pro. Namun, sepertinya algoritma tersebut membuat hasilnya menjadi lebih soft dan sedikit tidak tajam.  Hasilnya pun kurang lebih sama pada saat mengambil gambar ditempat yang menggunakan cahaya lampu. Berikut adalah contoh hasilnya

Kamera makro yang dimiliki oleh perangkat ini juga ternyata membuahkan hasil yang cukup baik. Selain untuk kreativitas tersendiri, kamera makro juga kerap dijadikan sebuah kaca pembesar untuk tulisan-tulisan yang sangat kecil. Kamera makro pada Xiaomi Redmi Note 9 Pro sudah memiliki resolusi yang lebih besar sehingga hasilnya juga lebih baik.

Kamera depan yang ada pada perangkat ini menggunakan sensor Omnivision OV16A1Q. Kamera ini menghasilkan gambar yang cukup baik pada saat cahaya yang cukup terang. Namun hasilnya memiliki karakter yang sama dengan kamera utamanya, di mana menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam.

Pengujian

Kemunculan Snapdragon 720G memang sempat menjadi sebuah perdebatan. Hal tersebut dikarenakan pada beberapa benchmark, kinerjanya sering kali di atas Snapdragon 730G. Penggunaan prosesor yang memiliki clock speed 100 MHz lebih kencang menjadi salah satu penyebab SD 720G lebih kencang.

Xiaomi Redmi Note 9 Pro - Punch Hole

Snapdragon 720G sendiri menggunakan dua core kencang Kryo 465 Gold dengan kecepatan 2.3 GHz. Enam inti prosesor lainnya bernama Kryo 465 Silver yang merupakan turunan dari Cortex A55 dengan kecepatan 1,8 GHz dan menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Adreno 618 yang sama digunakan pada Snapdragon 730G.

Pada pengujian kali ini, saya akan menghadirkan Snapdragon 730G serta Helio G90T. Hal ini untuk mengetahui seberapa baik kinerja dari Snapdragon 720G yang digunakan pada Redmi Note 9 Pro dibandingkan dengan cip yang sekelasnya. Berikut adalah hasilnya

Menilik dari hasil yang ada, membuat perangkat ini ternyata memiliki kinerja yang tinggi. Dengan hasil seperti itu, kita tidak akan merasakan kinerja yang pelan pada saat melakukan editing gambar. Bahkan, bermain game juga akan lebih lancar dengan hasil benchmark seperti ini.

Satu hal yang cukup mengejutkan dari hasil benchmark di atas adalah hasil AI dari Redmi Note 9 Pro. Kinerjanya cukup jauh dari 730G, membuat AI-nya menjadi lebih lancar saat digunakan. Akan tetapi, kinerjanya kurang lebih sama dengan cip pembanding yang saya hadirkan.

Pengujian Daya Tahan Baterai

Redmi Note 9 Pro hadir dengan baterai berkapasitas 5020 mAh. Baterai besar seperti ini kerap bisa digunakan untuk pemakaian lebih dari sehari. Hal itu tentu saja menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin membeli perangkat ini.

Saya menguji baterai dari Redmi Note 9 Pro dengan menggunakan video MP4 resolusi 1080p. Video di-loop sampai baterai dari smartphone ini habis. Hasilnya, perangkat ini mampu bertahan hingga 15 jam 44 menit. Hasil seperti ini memang lumrah didapat oleh perangkat dengan baterai 5020 mAh serta memiliki resolusi FHD+ pada layarnya.

Verdict

Sang penerus Redmi Note pun sudah hadir di Indonesia. Dengan Redmi Note 9 Pro, Xiaomi pun meneruskan lini smartphone dengan spesifikasi yang cukup tinggi dan harga terjangkaunya di Indonesia. Dan dengan menyertakan NFC membuat perangkat yang satu ini cukup menarik untuk dimiliki.

Spesifikasi yang cukup tinggi tersebut membuat kinerja dari Redmi Note 9 Pro kencang. Dengan hasil yang ada, membuat game dan aplikasi yang ada pada Google Play bisa dijalankan dengan cukup baik, walau bukan yang terbaik. Baterai yang disematkan juga mampu membuat kinerja yang tinggi tersebut bertahan lama.

Xiaomi Redmi Note 9 Pro -

Kameranya masih menjadi andalan Xiaomi untuk mengambil momen sehari-hari. Namun hasil kameranya memang bukanlah yang terbaik. Hasilnya memang cukup bagus, rendah noise, dan memiliki warna yang baik. Namun terlalu soft sehingga kadang membuatnya tidak terlalu tajam.

Xiaomi Redmi Note 9 Pro yang saya uji memiliki RAM 8 GB dan internal 128 GB. Harga jual dari versi yang satu ini adalah Rp. 3.799.000 secara online dan Rp. 3.899.000 jika membeli di toko offline. Harga tersebut memang masih tergolong murah, mengingat feature yang dimilikinya cukup lengkap dan spesifikasi yang diberikan juga cukup tinggi. Xiaomi juga masih memiliki versi 6/64 GB dengan harga Rp. 3.399.000 jika harga tersebut terasa mahal.

Sparks

  • Kinerja tinggi dengan Snapdragon 720G
  • Daya tahan baterai yang panjang
  • Desain yang refresh dengan tidak menggunakan notch
  • Ada NFC
  • Harga yang cukup terjangkau dengan kinerja dan fitur yang ada
  • Profiling side fingerprint yang lebih baik
  • Pengisian baterai 30 watt

Slacks

  • Mode malam yang tidak terlalu bagus
  • Layar masih 60 Hz

Ngopi dengan Bos Xiaomi Indonesia: Redmi sampai Mi Mix Alpha

Tepatnya hari Kamis tanggal 21 November yang lalu, bertempat di restoran Williams SCBD, Xiaomi mengundang beberapa media untuk mengobrol dengan bos baru Xiaomi Indonesia, Alvin Tse. Pada acara yang cukup santai ini, Alvin pun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh para jurnalis terkait isu-isu yang terkait Xiaomi, mulai dari ghoib-nya Redmi Note 8 sampai dengan flagship terbaru mereka.

Redmi Note 8 dijanjikan memiliki jumlah yang cukup untuk dijual di Indonesia. Ternyata, beredar kabar mengenai langkanya stok dari smartphone yang satu itu. Alvin pun mengamini bahwa terjadi sebuah kesalahan pada saat produksi Redmi Note 8 di Batam.

Xiaomi Alvin - Talk

Hal pertama yang terjadi karena adanya peningkatan produksi di pabrik Satnusa. Untuk benar-benar memastikan bahwa tidak ada defect, mereka pun harus melakukan pengawasan kualitas yang ada dan hal tersebut memakan waktu. Tentunya, ada beberapa produksi yang ternyata cacat, sehingga hal tersebut harus ditanggulangi terlebih dahulu.

Hal kedua adalah fokus penjualan Xiaomi yang sejatinya adalah online. Namun, karena kompleksnya pelanggan di Indonesia, yang ternyata tidak hanya konsumen akhir saja yang memburu Redmi Note 8 melainkan para toko dan distributor juga melakukannya. Hal ini yang membuat Xiaomi seperti tidak memiliki barang. Seharusnya ini menjadi masalah untuk ecommerce online.

Hal ketiga, Alvin mengatakan memang permintaan kedua Redmi Note terbaru tersebut sangat tinggi. Hal ini juga membuat persediaan mereka yang mencapai 125 ribu unit ludes.

Saya sempat menanyakan mengenai flagship terbaru mereka, Mi Note 10 atau Mi CC9. Perangkat ini kabarnya sudah lolos proses TKDN di Indonesia. Alvin sayangnya tidak menjawab dengan pasti. Bahkan, beliau mengatakan bahwa baru saja memangku jabatan sebagai Country Director Indonesia sejak Oktober lalu.

Yang pasti, Alvin tidak akan memasukkan Mi 9 karena umurnya sudah mencapai 7 bulan, sehingga dianggap tidak masuk akal. Akan tetapi, Alvin memastikan bahwa Xiaomi akan memasukkan perangkat flagship di Indonesia. Akan tetapi, perangkat flagship tersebut akan dibagi ke beberapa varian.

Misalkan saja, Mi Note 10 nanti akan disebut sebagai Camera Flagshipyang peluncurannya masih dirahasiakan oleh Alvin. Alvin hanya berkelakar kalau mereka meluncurkan pada saat libur Natal, takutnya tidak ada jurnalis yang akan datang pada acara peluncuran.

Saat ini, Alvin memegang dua jabatan sekaligus, yaitu juga sebagai Head of Pocophone. Beberapa wartawan juga menanyakan bagaimana nasib dari Pocophone setelah F1. Dan secara mengejutkan, Alvin mengatakan bahwa Pocophone belum mati hingga saat ini. Walaupun Jai Mani, sang co-founder Pocophone sudah meninggalkan perusahaan itu, namun Alvin memastikan bahwa mereka masih beroperasi.

Pocophone merupakan sebuah perangkat yang hanya berfokus pada performa saja. Oleh karena itu, mereka memasukkan Snapdragon 845 namun memiliki badan yang terbuat dari plastik polikarbonat. Namun, untuk sang penerus, Alvin masih berpikir keras untuk menghadirkan keunikan lainnya. Beliau pun mengatakan bagi yang sangat ingin mengetahui Poco F2 seperti apa, harus menunggu berita dari Twitter-nya.

Xiaomi Alvin - Mi Mix Alpha

Terakhir, Alvin membicarakan mengenai peringkat Xiaomi yang cukup merosot pada beberapa lembaga riset. Misalnya, IDC pada kuartal ketiga menempatkan Xiaomi pada urutan kelima. Apa tanggapan Alvin?

Beliau mengatakan bahwa setiap lembaga riset memiliki perolehan angka sendiri-sendiri. Beliau pun menghargai cara yang digunakan oleh setiap lembaga tersebut. Namun, Alvin melihat dari kekurangan yang mereka miliki sehingga bisa dilakukan perbaikan.

Selama ini, fokus dari Xiaomi adalah penjualan melalui jalur online. Pasar offline merupakan salah satu kelemahan yang mereka miliki. Oleh karena itu, Alvin pun ingin dibawah kepemimpinannya untuk membuka 51 Mi Store di Indonesia. Sebagian dari Mi Store tersebut merupakan Authorized Mi Store yang dijalankan oleh partner mereka.

Partner yang akan menjalankan toko mereka pun juga harus memenuhi standar yang mereka miliki. Hal ini akan membuat para pelanggan untuk dapat merasakan pengalaman yang sama pada semua Mi Store yang dibuka di Indonesia.

Acara pertemuan pun ditutup dengan memamerkan sebuah smartphone purwarupa. Apalagi kalau bukan Mi Mix Alpha yang memiliki layar disekujur badannya. Sayangnya, tidak satu orang pun yang boleh menyentuhnya kecuali sang pemimpin Xiaomi Indonesia tersebut.

Smartphone yang satu ini memang sangat cantik untuk dilihat. Namun pertanyaannya, bagaimana ya kalau perangkat yang satu ini jatuh dari tangan?