Muhammad “Naitomea” Bicara Soal BOOM.ID dan Karirnya di Esports AOV

Tempo hari (12 April 2019), BOOM.ID mengumumkan roster AOV terbaru mereka. Roster ini berisikan mantan punggawa divisi AOV tim besutan Reza “Arap”, We Against the Worlds (WAW), yang beranggotakan: Agung “Razor” Prasetyo, Muhammad “Naitomea”, Eka “Raze” Ady Putera, Faruk “Cassy”, dengan tambahan satu mantan pemain GGWP.ID, Randy “CL” Shimane

Roster yang kini berada di bawah bendera BOOM.ID ini bisa dibilang masih belum bisa bicara banyak di kancah AOV belakangan. Terakhir kali pada Kaskus Battleground, WAW terhenti di babak Lower Bracket setelah kalah 2-1 oleh GGWP.ID. Dari jajaran roster ini, salah satu sosok yang menarik untuk disorot adalah sosok Muhammad “Naitomea”. Dulu nama dari pemain ini sempat berkibar gemilang di kancah esports AOV.

Bermain sejak awal-awal ketika AOV masih bernama Mobile Arena, Naitomea melakukan langkah berani meninggalkan Mobile Legends, mencoba peruntungan di kancah AOV, dan bergabung dengan tim GGWP.ID. Potensinya sudah terlihat sejak saat itu, mengingat mental kompetitif sosok yang kerap disapa Ahmad ini sudah cukup terlatih. Hal tersebut karena dahulu ia juga sempat aktif berkompetisi di kancah Lost Saga. Saat berkompetisi di sana, Ia bahkan pernah mewakili Indonesia di Korea Selatan dalam pertandingan internasional.

Sumber: WAW Official Media
Sumber: WAW Official Media

Setelah hampir 2 tahun berada di kancah kompetitif AOV, Muhammad “Naitomea” bisa dibilang sudah merasakan berbagai pahit manis berkompetisi di kancah AOV. Membicarakan soal kepindahannya ke BOOM.ID serta kelanjutan karirnya di kancah AOV Indonesia, kami lalu mengajak Muhammad “Naitomea” untuk berbincang singkat.

Pertama-tama kami berbincang soal BOOM.ID. Kabar soal BOOM.ID yang ingin bergabung ke kancah AOV memang sudah santer terdengar di kalangan internal komunitas pro player AOV.  Namun kesempatan itu belum datang, setidaknya sampai saat ini, ketika akhirnya mereka melihat ada celah serta potensi pada sosok Naitomea dan kawan-kawan.

Bergabung dengan organisasi esports yang terkenal selalu mengedepankan prestasi, Naitomea mengaku merasa sangat senang. “Karena BOOM adalah satu team esports yang besar di Indonesia, jadi udah lebih matang dari sisi manajemen. Selain itu dari sisi player antar divisi juga udah deket banget, jadi udah tumbuh kekeluargaannya; yang juga jadi salah satu alasan kenapa gue pengen join di sini.” Jawab Naitomea.

Selama karirnya di AOV, salah satu pencapaian terbesarnya adalah berhasil memenangkan musim pertama AOV Star League bersama tim EVOS, mewakili Indonesia di gelaran eksibisi esports Asian Games 2018 cabang AOV, dan AOV World Cup (AWC) 2018. Bergabung dengan manajemen esports baru, bagaimana Naitomea melihat masa depan karirnya di kancah AOV?

Muhammad menjawab, menurutnya ia kini jadi lebih realistis. Pasca AWC, Ia keluar dari tim EVOS dan bergabung dengan tim WAW. Ketika bersama WAW, mereka gagal masuk ASL, walau berhasil memenangkan ANC. Untuk bisa kembali merebut tahta AWC, Naitomea mengakui bahwa kehadiran sosok coach, yaitu Randy “CL” Shimane, bisa sangat membantu perkembangan dirinya dan tim.

“Dulu nggak ada coach, jadi gue juga harus mikirin gimana caranya untuk menangin game. Buat sekarang sama BOOM.ID, itu biar jadi tugas coach gue aja. Gue lebih fokus untuk main sebaik mungkin dan kalau bisa gendong tim gue.” Jawab midlaner dari tim AOV BOOM.ID.

Bicara soal potensi roster kali ini, Ahmad kembali membicarakn soal pentingnya peran coach di dalam tim. “Kalau bicara potensi, sebenarnya sama aja seperti ketika bersama tim WAW, karena ini adalah roster WAW namun ditambah CL sebagai Coach. Tapi kehadiran CL sangat membantu, karena dia bisa memberi tahu kita sudut pandang dari luar pemain. Dia bisa memperhatikan pergerakan 5 orang pemain sekaligus, dan memberikan saran-saran untuk memperbaiki gaya permainan kita.”

Sumber: Garena AOV Indonesia
Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia

Setelah membicarakan Naitomea dan BOOM.ID, obrolan kami berlanjut kepada soal bagaimana Ahmad melihat masa depan karir dirinya sebagai pro player AOV. Bicara soal karir, salah satu kenyataan pahit yang mungkin harus diterima oleh para player AOV adalah, kancah kompetitif AOV di Indonesia yang tidak sebesar saudara tirinya, yaitu Mobile Legends.

Kendati AOV punya jenjang yang jelas dan sempat dipertandingkan di Asian Games, namun kini banyak organisasi esports yang undur diri dari scene AOV; sehingga memunculkan sentimen negatif di kalangan fans. Namun demikian, Ahmad tetap bertahan di AOV, kenapa? Ia menjawab bahwa salah satu alasannya adalah karena ia percaya dengan skill permainan yang ia miliki.

“Gue merasa gue masih mampu di AOV. Gue sendiri melihat kalau gue nggak kalah bagus, bahkan bisa lebih baik, dibanding pemain lain dari segi gameplay atau playstyle. Kalau untuk sekarang, tinggal penyesuaian sama tim dan chemistry aja sih.” Ahmad menjawab dengan penuh percaya diri.

Kancah kompetitif AOV kini sedang berada dalam masa off-season, hal ini memberi ruang kepada para pemain mempersiapkan diri untuk musim mendatang. Lalu prestasi apa yang ingin diraih Ahmad untuk musim mendatang? Menurutnya, merebut kembali tahta juara ASL adalah yang utama. Lebih lanjut, Muhammad mengatakan: “Kalau bisa sih pengen berkembang terus sampai bisa bersaing di AWC atau AOV International Championship (AIC) sampai 4 besar.”

Berlanjut membahas soal karir, kami menyoroti soal kancah AOV di Indonesia yang bisa dibilang berkembang kurang maksimal. Tapi walau AOV di Indonesia kurang sebegitu besar, game MOBA besutan Tencent ini malah berkembang pesat di negara tetangga kita, yaitu Vietnam dan Thailand. Melihat hal tersebut, kami cukup penasaran, apakah Ahmad punya keinginan untuk bisa go internasional? Mencoba menjajaki karir sebagai player AOV di luar Indonesia.

Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia
Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia

Ahmad lalu menjawab dengan antusias bahwa ia ingin sekali mencoba menjajaki karir sebagai player AOV secara internasional. “Gue memandang diri gue sebagai orang yang rela berusaha keras demi mengembangkan skill permainan gue.” kata Ahmad. “Jadi kalau ditanya kepingin atau nggak, jelas sangat ingin bisa berkarir entah di Thailand atau Vietnam demi mengembangkan skill permainan. Kalau ada tim yang menawarkan sih, akan gue terima dengan sangat senang hati.”

Dalam keadaan off-season, bisa dibilang belum ada kompetisi lagi untuk dimainkan oleh Naitomea dan kawan-kawan BOOM.ID. Mengingat roster ex-WAW ini tidak memegang kunci bermain di ASL, bisa jadi mereka harus berjuang ekstra keras demi dapat lolos ke liga utama; juga tentunya mengalahkan EVOS AOV yang sedang berada dalam keadaan tak terkalahkan.

Mari kita doakan untuk Muhammad “Naitomea” agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik bersama BOOM.ID, dan juga mengharumkan nama Indonesia di kancah kompetitif AOV Internasional nantinya!

Akhir Dari Sebuah Era, Heroes of Newerth Umumkan Patch Besar Terakhir

Ada masanya League of Legends tidak bersaing dengan Dota 2. Saat itu Valve belum merilis Dota 2, dan mod Defense of the Ancient di Warcraft III (alias DotA atau Dota 1) masih dikembangkan dan di-update secara aktif oleh Icefrog. Melihat ada celah, ada satu developer yang mencoba membuat game standalone dari Defense of the Ancient. Mereka adalah S2 Games, yang menciptakan MOBA bernama Heroes of Newerth.

Rilis tahun 2010, Heroes of Newerth ternyata akan menemui ajalnya dalam waktu dekat. Pada forum resmi Heroes of Newerth, sang pengembang mengumumkan sebuah patch besar terakhir yang akan rilis 26 Februari 2019 mendatang. Dengan ini, maka tidak akan ada lagi konten baru untuk Heroes of Newerth.

Sumber: Alpha Coders
Penampakan gameplay dari Heroes of Newerth. Sumber: GeForce Gaming

Masih dari forum resmi tersebut, sang pengembang meyakinkan bahwa Heroes of Newerth tidak ditinggalkan sepenuhnya. Butir kedua dari informasi tersebut mengatakan bahwa patch HoN di masa depan hanya akan berisi perubahan kecil yang sifatnya adalah balancing dan/atau perbaikan bug, dan hanya dilakukan jika hal tersebut benar-benar dibutuhkan.

Sejak kehadiran Dota 2, game Heroes of Newerth terbilang seperti kehilangan identitasnya karena dulu HoN adalah versi standalone dengan grafis apik dari DotA Warcraft. Apalagi pada tahun 2011 ketika Valve mempromosikan Dota 2 lewat kompetisi The International, membuat Heroes of Newerth sedikit demi sedikit semakin tenggelam.

Sumber:
Sumber: JoinDOTA

Mengapa demikian? Salah satu alasannya adalah karena banyaknya pemain profesional Heroes of Newerth yang migrasi ke Dota 2, pada saat The International diumumkan. HoN merupakan salah satu saksi bisu atas terciptanya pemain bintang di kancah kompetitif Dota 2. Johan “N0tail” Sundstein, Tal “Fly” Aizik, Peter “PPD” Dager, dan Ludwig “zai” Wahlberg, adalah jajaran pemain yang sempat mencicipi panasnya jagat kompetitif Heroes of Newerth; sebelum akhirnya pindah ke Dota 2.

Heroes of Newerth telah menjadi salah satu evolusi dari era mod Warcraft, Defense of the Ancient. Pada zamannya, Heroes of Newerth jadi pilihan bagi pemain yang menikmati kedalaman mekanik DotA Warcraft, namun tidak suka dengan League of Legends yang membuat DotA jadi lebih “nyantai”.

Sayang sepanjang pengembangannya, Heroes of Newerth, terbilang tidak pernah punya identitas pembeda dari DotA, entah itu hero atau mekanik gameplay. Alhasil setelah Valve resmi merilis Dota 2, yang dikembangkan langsung oleh Icefrog, pemain pun jadi tak punya alasan lagi untuk tetap main Heroes of Newerth.

Dota 2 Chongqing Major Sudah Ditonton Lebih dari 12 juta Jam

Sampai sekarang game MOBA ibarat jadi “sepakbolanya” esports. Genre MOBA masih jadi favorit hingga kini, walau sudah 10 tahun lebih berlalu dari sejak genre MOBA ditemukan. Selama ini League of Legends selalu dianggap sebagai MOBA paling sukses, tetapi bukan berarti Dota 2 tertinggal begitu saja.

Nyatanya esports Dota tetap jadi hal yang menarik untuk ditonton. Tapi seberapa menarik? Berapa banyak orang yang masih menonton esports Dota 2 sampai saat ini? Mari kita lihat dari raihan jumlah penonton dari kompetisi Dota 2 yang baru saja usai, Chongqing Major. Digelar oleh StarLadder, Chongqing Major jadi kompetisi besar pertama bagi jagat kompetisi Dota di tahun 2019 ini.

Sumber:
Sumber: Red Bull esports

Mengutip data dari Esports Charts, event yang digelar dari 19 sampai 27 Januari 2019 ini sudah ditonton sampai dengan 12,6 juta jam, dengan rata-rata penonton di saat bersamaan alias concurrent users sebanyak 147.494 penonton. Raihan tersebut berhasil membawa Dota 2 berada di posisi ketiga dalam most-watched game pada platform Twitch.

Data tersebut sebenarnya tak bisa dibilang sepenuhnya valid. Data ESC merangkum jumlah viewership dari beberapa platform streaming, yaitu Dota TV, Facebook, Nimo TV, Steam TV, Twitch, VK, dan Youtube. Namun nyatanya ada data penonton yang tidak turut terhitung. Kenapa demikian? Salah satunya adalah karena kerjasama Chongqing Major dengan ImbaTV serta Chongqing Cable Network untuk menayangkan kompetisi tersebut di Tiongkok, dan tak ada data penonton dari dua platform tersebut.

Pertandingan final antara Secret melawan VP jadi pertandingan yang paling banyak ditonton, dengan total 503.727 penonton. Berdasarkan semua data penonton dari berbagai platform, Twitch ternyata masih jadi pilihan utama gamers, dengan jumlah penonton terbanyak sebesar 386.557 penonton dari Twitch.

Sumber:
Sumber: Esports Charts

Mengutip Esports Observer, jumlah penonton Dota 2 di Twitch kebanyakan disebabkan oleh esports. Acara besar seperti DPC Major, atau kompetisi sekelas ESL selalu jadi pendongkrak jumlah penonton konten Dota di Twitch. Tahun lalu, tanpa menghitung jumlah penonton The International, Dota 2 jadi game yang paling banyak ditonton ketiga pada platform Twitch.

Lalu apa arti dari semua data ini? Satu yang pasti adalah, bahwa Dota 2 ternyata masih bertahan sebagai salah satu MOBA favorit, setelah sekitar hampir 8 tahun jagat kompetisi Dota 2 ada.

Kalau dibandingkan dengan jumlah penonton tahun lalu, jumlahnya penonton ini masih sama, bahkan bertambah. Namun patut diingat, data ini mengacu kepada konteks penonton global dengan konten berbahasa inggris. Juga data ini berpatokan pada Twitch yang kerap dianggap sebagai platform streaming esports terbesar di tingkat global.