Starting Out as E-Commerce, Orami Transforms Into Parenting Platform

Orami, usually known as a niche e-commerce site for mom and kids products, has recently launched the “Orami Parenting” app to tighten its position as an all-in-one parenting app. The launch is held along with the 7th anniversary. The step is said to be in line with its vision to simplify the parenting stuff.

Orami’s Head of Parenting, Cynthia Tenggara told DailySocial, the presence of Orami Parenting does not mean to disregard the e-commerce business. This decision was taken due to the increasing needs of mothers instead of just shopping.

“On our internal research, they need more than that [e-commmerce], they need a support system, original content, and community. Starting there, we finally developed the application,” Cynthia said, Wednesday (12/2).

She also said, last year when she joined the Orami, it was the beginning of Orami Parenting initiative. Cynthia was the former founder & CEO of Berrykitchen which has now been acquired by Yummy Corp.

Orami’s initial business was e-commerce and has been the company’s core business since 2013. Product expansion begins with the presence of the Orami Forum in 2017, a solid foundation to be further developed as the Orami Community in 2018.

This community has thousands of members come from various areas in 75 cities. They are majorly located in Greater Jakarta, Bandung, Surabaya and Yogyakarta.

Orami Parenting

Orami Parenting is a community-based parenting application. In this space, parents can have an online discussion via chat with fellow parents with the same interest.

There are online consulting classes to gather them with experts in ​​childcare and have direct interaction through the online chat platform provided.

In addition, users can read various articles related to parenting in various formats including writing, visual, audio and video; gain special access to enjoy promos at various merchants and partners; and shop on the Orami e-commerce site.

“All the features we’ve been working on are always through the inspiration from mothers as our users.”

Cynthia also explained, the team isn’t focused on the monetization strategy in the application, at this time. Although, it’s quite possible in the future.

“We are now focusing on making an impact related to parenting, how to acquire more mothers to join and have a good support system.”

This application allows Orami to expand coverage throughout Indonesia. Also, there are partners from outside Java island for parents’ needs. This benefit is expected to have more impact due to no ‘privilege’ impression between members who live in big cities with the others.

“We also create a community based on domicile, therefore, if there’s a group of mothers in Papua, we can create a separate group.”

The complete business plan

Cynthia also revealed the future plans for feature development, one of which is to facilitate the search for babysitters. Moreover, the forum used by community members to share information with each other, including babysitter recommendations.

Furthermore, it is the wholesale shopping feature in order to get a much cheaper price. “We are currently developing because shopping with the community offers a much cheaper price. The main feature is based on internal research and the aspirations of mothers.”

This year, Chyntia is targeting to increase the number of app downloads to 150 thousand downloads. The new Orami Parenting app has officially introduced today, (12/2).

Orami's CEO, Ferry Tenka / Orami
Orami’s CEO, Ferry Tenka / Orami

Separately, regarding the e-commerce services, Orami’s CEO, Ferry Tenka is targeting to gradually expand shipping coverage for more users can have access to their services. About 70% -80% of Orami Commerce orders come from Java.

The company is to open a warehouse located in Medan as user penetration is getting high. Currently, Orami has two warehouses located in Bekasi and Surabaya for shipping around the area.

In addition, Orami has its own fleet of one-day-delivery service, however, it only applies to short-distance shipments. When the delivery goes too far, it will be handled by a third party courier company.

“We have just launched a warehouse in Surabaya, aiming to serve buyers from Eastern Indonesia. This year we plan to add another warehouse in Medan, “Ferry said.

Orami currently has around 30 to 40 thousand product SKUs provided by 400-500 brands. There are nine categories of products, ranging from children’s fashion, gears, diapers, children’s food, baby gear, baby travel gear, also children’s milk and nutrition.

Last year, the transaction volume is estimated at 400 thousand. It’s targeting all the company’s business strategies to be able to realize the ambition to process 1 million transactions this year.

The Orami site is said to have been visited by five million unique visitors each month. Of that number, around 700 thousand of them have registered. Moreover, 500 thousand of them already transact in Orami.

“Our target is trying to expand the unique visitor range. There are 20 million mothers who have children under the age of seven as our target users,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Berawal dari Situs E-commerce, Orami Kini Menjadi Platform Parenting

Orami yang sebelumnya lebih dikenal dengan situs e-commerce niche untuk produk ibu dan anak, baru saja merilis aplikasi “Orami Parenting” untuk mengokohkan posisinya sebagai all-in-one parenting app. Peluncuran ini bertepatan dengan hari jadinya yang ketujuh. Langkah yang diambil sejalan dengan visinya ingin menyederhanakan pola asuh (simplifying parenting).

Kepada DailySocial, Head of Orami Parenting Cynthia Tenggara menegaskan, bukan berarti kehadiran Orami Parenting tidak mengindahkan bisnis e-commerce. Keputusan ini diambil karena sejalan dengan berjalannya waktu, kebutuhan ibu bukan hanya soal belanja saja.

“Setelah kita riset internal, mereka butuh lebih dari itu [e-commmerce], mereka butuh support system, konten yang original dan komunitas. Berawal dari situ akhirnya kita kembangkan aplikasi,” ujar Cynthia, Rabu (12/2).

Dia juga menyebut, bergabungnya dirinya ke Orami pada awal tahun lalu adalah penanda dimulainya Orami Parenting diinisiasi. Sebelumnya, Cynthia adalah founder & CEO Berrykitchen yang kini sudah diakuisisi Yummy Corp.

Bisnis awal Orami adalah e-commerce dan menjadi backbone perusahaan sejak tahun 2013 beroperasi. Perluasan produk dimulai hadirnya Forum Orami di 2017, yang menjadi bekal untuk diperkuat menjadi Orami Community di 2018.

Anggota komunitas ini tersebar di 75 kota dengan jumlah puluhan ribu. Mayoritas berlokasi di Jabodetabek, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta.

Orami Parenting merupakan aplikasi parenting berbasis komunitas. Di sana para orang tua dapat berdiskusi via chat dengan sesama orang tua lainnnya dengan minat yang sama secara online.

Ada kelas konsultasi online yang mempertemukan mereka dengan para ahli di bidang pengasuhan anak dan berinteraksi langsung melalui kanal chat online yang telah disediakan.

Selain itu, pengguna dapat membaca beragam artikel terkait parenting dalam berbagai format ada tulisan, visual, audio dan video; mendapatkan akses khusus untuk menikmati promo diskon di berbagai merchant dan mitra; dan berbelanja di situs e-ecommerce Orami itu sendiri.

“Seluruh pengembangan fitur selalu kami kerjakan dengan selalu melihat inspirasi dari ibu-ibu sebagai pengguna kita.”

Cynthia juga menerangkan, untuk saat ini pihaknya belum fokus pada strategi monetisasi pada aplikasinya tersebut. Meski tidak menutup kemungkinan ke depannya.

“Sekarang yang kami fokuskan adalah memperdalam dampak yang bisa kita berikan terkait parenting, bagaimana bisa semakin banyak ibu-ibu yang bergabung dan punya support system yang bagus.”

Aplikasi ini memungkinkan Orami untuk perluas jangkauan pengguna hingga ke seluruh Indonesia. Ditambah ada rekanan merchant dari luar Pulau Jawa yang bisa dimanfaatkan untuk orang tua. Kelebihan ini diharapkan bisa membawa dampak yang lebih karena tidak ada kesan ‘privilege’ antara anggota yang tinggal di kota besar dengan yang tidak.

“Kita juga membuat komunitas based on domisili, sehingga kalau ada ibu-ibu di Papua yang sudah ada banyak anggotanya, bisa kita buatkan grup tersendiri.”

Rencana bisnis keseluruhan

Cynthia turut mengungkapkan rencana pengembangan fitur ke depan, salah satunya untuk memudahkan pencarian babysitter. Karena sebelumnya forum chat yang dipakai anggota komunitas banyak yang saling berbagi informasi, termasuk soal rekomendasi babysitter.

Berikutnya adalah fitur belanja secara borongan untuk mendapat harga produk yang jauh lebih murah. “Itu sedang kita kembangkan karena kalau belanja bareng komunitas harganya bisa jauh lebih murah. Intinya fitur berdasarkan riset internal dan aspirasi para ibu.”

Cynthia menargetkan dalam tahun ini pihaknya dapat menambah jumlah unduhan aplikasi menjadi 150 ribu pengunduh. Aplikasi Orami Parenting baru secara resmi diperkenalkan pada hari ini, (12/2).

CEO Orami Ferry Tenka / Orami
CEO Orami Ferry Tenka / Orami

Secara terpisah, untuk layanan e-commerce-nya, CEO Orami Ferry Tenka menargetkan untuk perluas cakupan pengiriman secara bertahap agar semakin banyak pengguna yang bisa menikmati layanannya. Pesanan yang datang ke Orami Commerce sekitar 70%-80% datang dari dalam Pulau Jawa.

Perusahaan akan membuka gudang yang berlokasi di Medan, karena di sana memiliki penetrasi pengguna dengan pertumbuhan yang tinggi. Saat ini Orami memiliki dua gudang yang berlokasi di Bekasi dan Surabaya untuk melayani pengiriman sekitar sana.

Di samping itu, Orami punya armada sendiri untuk pengiriman sehari sampai, tapi hanya berlaku untuk pengiriman jarak dekat. Apabila di luar jangkauan, akan ditangani oleh pihak ketiga perusahaan kurir.

“Gudang di Surabaya baru kita launch, tujuannya untuk melayani pembeli dari Indonesia Timur. Tahun ini kita baru berencana tambah satu gudang di Medan,” ujar Ferry.

Orami memiliki sekitar 30 ribu sampai 40 ribu SKU produk yang disediakan oleh 400-500 brand. Ada sembilan kategori produk yang dijual, mulai dari fesyen anak, gears, popok, makanan anak, perlengkapan bayi, perlengkapan bepergian bayi, hingga susu dan nutrisi anak.

Volume transaksi yang diproses pada tahun lalu diperkirakan sebanyak 400 ribu. Ia menargetkan seluruh strategi bisnis yang dijalankan perusahaan dapat merealisasikan ambisi untuk memproses 1 juta transaksi sepanjang tahun ini.

Situs Orami disebutkan telah dikunjungi oleh lima juta unique visitor setiap bulannya. Dari angka tersebut, sekitar 700 ribu di antaranya sudah melakukan registrasi. Lalu 500 ribu di dalamnya sudah bertransaksi di Orami.

“Target kita sedang mencoba perluas range unique visitor kita. Di luar sana, ada 20 juta ibu-ibu yang punya anak usia di bawah tujuh tahun yang menjadi target pengguna kita,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

In the Hype of “Sharing Economy”, Gigel Introduces Baby Equipment Rental Marketplace

It begins with Muhammad Syahdani and Putri Arinda experience as a married couple, they are then founded the baby equipment rental named Gigel. The platform offered lists of products for young couples with newborn children, such as baby walker, stroller, toys and many more.

The CEO, Syahdani told DailySocial, the high demand and big potential of this business has made its services quite popular, particularly in the Greater Jakarta. Earlier this year, Gigel also aggressively expanded its service coverage and rental marketplace business model. Currently, it’s not only baby’s products but they also rent such items as winter jackets, travel luggage, and cameras.

“We present all items by partnerships with merchants across Jabodetabek. We also have a strategic partnership with GoSend for shipping and payment using GoPay digital wallet,” Dani said.

Gigel claims to have 500 partners, 30 thousand registered users, and 15 thousand active users. It’s currently available in the Greater Jakarta, this year Gigel has plans to expand services to other large cities.
“Currently, we are still preparing things to expand to Bandung. Our target for Gigel to launch in Yogyakarta, Surabaya, and Bali this year,” he added.

Gigel website interface
Gigel website interface

Challenge for rental marketplace

One reason to create Gigel is that there are no local players dominating the business model. While the trend among millennials who prefer the concept of sharing economy and smart buying, become a great opportunity to be further developed. In addition, there are other rental services, such as Cumi.id, and Sevva which was renamed into nyewain.com.

Arinda’s thought as the CMO, is that there is countless problems in purchasing goods for the needs of mothers and children, that could end up useless and costs money. With the rental concept, Gigel offers users the freedom within a certain period of time to use a product.

“We currently have angel investors and have no plan to raise funds. Still focusing on traction and serving more users, it is expected this year to add more products for users,” she added.

Most (60%) of the products rented are Gigel’s personal inventories. However, to grow the business and reach more users, they decided to add a variety of products from partners interested in renting goods. Gigel also requests a deposit with all user requirements and agreements are determined by the merchant.

In terms of future consolidation with other players or be willing to be acquired with a larger marketplace, is possible, it all depends on the current conditions and agreements. For now, Gigel, with 30 of its team, is still focused on developing the business and expanding.

Gigel team and management
Gigel team and management

Part of Gojek Xcelerate’s third round

As part of the effort to develop business, Gigel is incorporated with Gojek Xcelerate acceleration program. In accordance with the program’s current theme, which is daily consumer innovation, it is expected that Gigel to gain more insight as well as open access to Gojek’s ecosystem network.

“We see the program and speakers by Gojek Xcelerate very compelling, practical and fit the needs in developing startups at this early stage,” Dani said.

Inviting mentors from Gojek’s internal team and curriculum specifically created for this accelerator program, Dani also realize the insights from during the program were similar to the conditions of the current Gigel business.

“I think one of the important and useful lessons for me and Gigel is the strategy planning and problem analysis taught by the McKinsey consulting team,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Manfaatkan Momentum “Sharing Economy”, Gigel Hadirkan Marketplace Penyewaan Perlengkapan Bayi

Berawal dari pengalaman pribadi pasangan suami istri Muhammad Syahdani dan Putri Arinda, mereka mendirikan layanan penyewaan perlengkapan bayi bernama Gigel. Platform tersebut berisikan produk yang banyak dibutuhkan oleh pasangan muda yang baru saja memiliki anak seperti baby walker, stroller, mainan dan masih banyak lagi.

Kepada DailySocial, Syahdani (Dani) selaku CEO mengungkapkan, besarnya permintaan dan potensi bisnis ini menjadikan layanannya sejauh ini cukup diminati, terutama di kawasan Jabodetabek. Awal tahun ini Gigel juga gencar mengembangkan cakupan layanan dan model bisnis marketplace penyewaannya. Kini bukan hanya produk untuk bayi, pengguna bisa menyewa barang seperti winter jacket, koper untuk wisata hingga kamera.

“Semua kami hadirkan dengan memanfaatkan kemitraan dengan merchant yang tersebar di Jabodetabek. Kami juga menjalin kemitraan strategis dengan GoSend untuk pengiriman hingga menghadirkan pembayaran dompet digital GoPay,” kata Dani.

Gigel mengklaim telah memiliki sekitar 500 mitra, 30 ribu pengguna yang terdaftar dengan 15 ribu pengguna aktif. Masih terbatas di kawasan Jabodetabek, tahun ini Gigel memiliki rencana untuk memperluas layanan ke kota-kota besar lainnya.

“Saat ini kita masih melakukan persiapan untuk hadir di Bandung. Target kami tahun ini Gigel bisa meluncur di Yogyakarta, Surabaya dan Bali,” kata Dani.

Tampilan situs Gigel
Tampilan situs Gigel

Tantangan marketplace penyewaan

Salah satu alasan mengapa Gigel diciptakan adalah, masih belum adanya pemain lokal yang mendominasi model bisnis tersebut. Sementara ada tren di kalangan milenial yang lebih menggemari konsep sharing economy hingga smart buying, menjadi peluang yang cukup menarik untuk dikembangkan. Selain Gigel ada layanan penyewaan lain, misalnya Cumi.id dan Sevva yang sudah berganti nama menjadi nyewain.com.

Menurut Arinda selaku CMO, saat ini masih banyak ditemui persoalan pembelian barang untuk kebutuhan ibu dan anak yang tidak bisa maksimal digunakan, sehingga menjadi percuma dan menghabiskan uang saja. Dengan konsep penyewaan, Gigel memberikan kebebasan kepada pengguna untuk menggunakan dalam jangka waktu tertentu produk yang sedang dibutuhkan.

“Saat ini kami telah memiliki angel investor dan belum berencana untuk melakukan penggalangan dana. Masih fokus kepada traksi dan melayani lebih banyak pengguna, diharapkan tahun ini kami juga bisa menambah pilihan produk untuk pengguna,” kata Arinda.

Sebagian besar (60%) produk yang disewakan adalah inventori pribadi milik Gigel. Namun untuk mengembangkan bisnis dan merangkul lebih banyak pengguna, mereka memutuskan untuk menambah produk yang bervariasi dari mitra yang berminat menyewakan barang. Gigel juga menerapkan deposit yang semua persyaratan dan kesepakatan kepada pengguna ditentukan langsung oleh merchant.

Disinggung apakah ada rencana untuk Gigel melakukan konsolidasi dengan pemain lainnya atau bersedia diakuisisi dengan marketplace yang lebih besar, proses tersebut bisa saja dilakukan, tergantung dari kondisi dan kesepakatan yang ada. Namun saat ini Gigel yang telah memiliki 30 tim, masih fokus untuk mengembangkan bisnis dan melakukan ekspansi.

Tim dan manajemen Gigel
Tim dan manajemen Gigel

Peserta Gojek Xcelerate putaran ketiga

Sebagai upaya untuk mengembangkan bisnis, Gigel juga tengah tergabung dalam program akselerasi Gojek Xcelerate. Sesuai dengan tema dari program kali ini yaitu daily consumer innovation, diharapkan Gigel bisa mendapatkan wawasan lebih sekaligus akses terbuka kepada jaringan ekosistem miliki Gojek.

“Kita melihat program dan pemateri yang ditawarkan oleh Gojek Xcelerate ini sangat menarik, praktikal dan cocok dengan kebutuhan dalam mengembangkan startup di tahap early stage ini,” kata Dani.

Memanfaatkan mentor dari tim internal Gojek dan kurikulum yang dibuat secara khusus untuk program akselerator ini, Dani juga melihat ilmu yang telah diperoleh selama program serupa dengan kondisi dari bisnis Gigel saat ini.

“Menurut saya salah satu pelajaran penting dan bermanfaat untuk saya dan Gigel adalah strategi planning dan analisa masalah yang diajarkan oleh tim konsultan McKinsey.