Motorola Umumkan 5 Smartphone Seri Moto G, Flagship-nya Ditenagai Snapdragon 888+

Motorola telah mengumumkan lima smartphone seri Moto G generasi terbaru. Namun yang paling menonjol adalah perangkat flagship Moto G200 5G karena ditenagai oleh chipset terbaik dari Qualcomm saat ini, Snapdragon 888+. Ditandemkan RAM LPDDR5 8GB dan penyimpanan internal UFS 3.1 128GB atau 256GB.

Spesifikasi lainnya, Moto G200 5G mengusung layar IPS 6,8 inci beresolusi 1080×2460 piksel dalam aspek rasio 20:9 dengan screen-to-body ratio 89%. Layarnya memiliki refresh rate tinggi 144Hz, mengantongi sertifikasi HDR10, dan mendukung color space DCI-P3.

Untuk mengabadikan momen, Moto G200 5G mengandalkan tiga unit kamera di belakang. Kamera utamanya 108MP f/1.9 yang secara default menghasil foto 12MP dengan piksel besar 2,1 µm. Kamera sekunder 8MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 120 derajatnya dilengkapi autofocus dan dapat membidik foto macro pada jarak 3 cm. Satunya lagi 2MP f/2.4 sebagai depth sensor dan kamera depannya 16MP f/2.2.

Perangkat ini menjalankan sistem operasi Android 11 dan disuplai baterai 5.000 mAh dengan pengisian cepat TurboPower 33W. Motorola turut membekalinya dengan fitur Ready For yang memungkinkan pengguna menghubungkan smartphone ke layar yang lebih besar, baik itu monitor, laptop, ataupun Smart TV.

Saat ini, Moto G200 5G sedang menuju ke pasar Eropa dan Amerika Latin, harganya €450 atau sekitar Rp7,2 jutaan dalam opasi warna stellar blue dan glacier green.

Motorola Moto G71 5G

Beralih ke Moto G71 5G, ia ditenagai oleh salah satu chipset 5G kelas menengah terbaru dari Qualcomm yakni Snapdragon 695. Penerus Snapdragon 690 ini menjanjikan kekuatan CPU 15% dan GPU 30% lebih tinggi. Tentu performa tersebut dicapai berkat sokongan RAM 6GB atau 8GB dan penyimpanan internal 128GB.

Fitur menarik lainnya termasuk sajian panel AMOLED 6,4 inci FHD+, sayangnya refresh rate-nya sebatas 60Hz. Kemudian ada tiga unit kamera belakang, dengan kamera utama 50 MP f/1.8, 8MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 118 derajat, dan 2MP f/2.4 untuk macro, serta kamera depan 16MP f/2.2.

Tanki baterainya menampung daya 5.000 mAh dan dapat diisi dengan pengisian cepat 30W. Harga Moto G71 5G dibanderol €300 atau sekitar Rp4,8 jutaan.

Motorola Moto G51 5G

Sama seperti Moto G71 5G, perangkat yang satu ini juga ditenagai salah satu chipset 5G terbaru milik Qualcomm, yakni Snapdragon 480+. Didukung oleh opsi RAM 4GB, 6GB, dan 8GB, serta opsi penyimpanan internal 64GB atau 128GB.

Layar Moto G51 5G masih berjenis IPS, tetapi sudah dibekali refresh rate 120Hz. Membentang seluas 6,8 inci beresolusi FHD+ dalam rasio 20:9.

Balik ke belakang terdapat tiga unit kamera, yang utama beresolusi 50MP f/1.8, ditemani 8MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 118 derajat, dan 2MP f/2.4 untuk macro. Kapasitas baterainya 5.000 mAh, tetapi pengisiannya lambat hanya 10W. Harga Moto G51 5G dijual €230 (Rp3,7 jutaan).

Motorola Moto G41

Boleh dikatakan bahwa Moto G41 ialah versi hemat dari Moto G71 5G. Sebab ia juga mengemas layar AMOLED 6,4 inci FHD+ dengan refresh rate 60Hz.

Dijual dengan harga €250 (Rp4 jutaan), spesifikasinya pun mengalami penyesuaian. Dapur pacunya hanya menggunakan chipset MediaTek Helio G85 tanpa kemampuan 5G, dengan RAM 4GB atau 6GB, dan penyimpanan internal 64GB atau 128GB.

Tiga unit kamera belakangnya meliputi kamera utama 48MP f/1.7 dilengkapi OIS, 8MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 118 derajat, dan 2MP f/2.4 untuk macro. Selain itu, baterai 5.000 mAh didukung pengisian cepat 30W.

Motorola Moto G31

Spesifikasinya lumayan mirip dengan Moto G41. Termasuk layar AMOLED 6,4 inci FHD+ 60Hz, ditenagai chipset MediaTek Helio G85 tanpa 5G, RAM 4GB, dan penyimpanan internal 64GB atau 128GB.

Perbedaannya, kamera utamanya menggunakan sensor 50MP seperti Moto G71 5G, bersama kamera 8MP dengan lensa ultrawide, dan 2MP macro. Namun baterai 5.000 mAh yang dibawanya hanya didukung pengisian daya 10W. Harga Moto G31 paling murah dari para saudaranya, yakni €200 (Rp3,2 jutaan).

Sumber: GSMArena

Motorola Edge S Resmi, Smartphone Pertama dengan Chipset Snapdragon 870

Minggu lalu, Qualcomm mengumumkan chipset Snapdragon 870 5G Mobile Platform sebagai penerus dari Snapdragon 865 Plus. Kini smartphone pertama dengan chipset tersebut telah hadir, dari Motorola yang baru saja mengumumkan Motorola Edge S.

SoC ini dibuat pada teknologi proses 7nm dan mengemas CPU octa-core Kryo 585 yang salah satu intinya melesat dengan kecepatan hingga 3,2GHz, bersama GPU Adreno 650. Motorola memadukannya dengan opsi RAM 6GB atau 8GB dan penyimpanan UFS 3.1 dengan kapasitas 128GB atau 256GB.

Motorola Edge S

Untuk desain, bagian muka Motorola Edge S memiliki dual hole-punch di pojok kiri atas untuk kamera depan 16MP dan 8MP dengan lensa ultrawide yang menyuguhkan sudut pandang 100 derajat. Layarnya membentang 6,7 inci beresolusi 1080×2520 piksel dalam aspek rasio 21:9, menggunakan panel IPS dengan refresh rate 90Hz, memiliki tingkat kecerahan maksimum 560 nit, dan mendukung HDR10.

Cover belakangnya diselimuti warna blue atau silver yang tampil mewah dengan gradasi warna dan efek berkilau. Bodinya splash proof dengan sertifikasi IP52. Di sana terdapat empat unit kamera belakang dengan kamera utama 64MP f/1.7, bersama kamera 16MP dengan lensa ultrawide, 2MP sebagai depth sensor, dan satu lagi kamera TOF 3D.

Motorola Edge S 1

Kemampuan perekam video Motorola Edge S agak nanggung, belum mendukung 8K melainkan hanya 6K pada 30fps. Sementara, di resolusi 4K dan 1080p mendukung frame rate 30/60 fps. Sedangkan, kamera depannya mentok sampai 1080p 30fps saja.

Kegiatan ber-smartphone pada Motorola Edge S disuplai baterai 5.000 mAh dengan dukungan fast charging 20W. Saat ini, Motorola Edge S tersedia untuk pre-order di pasar Tiongkok dengan harga CNY 1.999 (Rp4,3 jutaan) untuk model memori 6/128GB, CNY 2.399 (Rp5,2) jutaan model 8/128GB, dan CNY 2.799 (Rp6 jutaan) untuk model 8/512GB.

Sumber: GSMArena

Motorola Luncurkan Smartphone Keduanya dengan Kamera Pop-up, One Fusion+

Motorola punya smartphone kelas menengah baru. Namanya One Fusion+, dan seperti yang bisa kita lihat, daya tarik utamanya tersembunyi di sisi atas. Ya, ini merupakan ponsel kedua Motorola yang dilengkapi kamera pop-up setelah One Hyper.

Kamera pop-up itu memiliki resolusi 16 megapixel. Memang tidak setinggi milik One Hyper (32 megapixel), akan tetapi jumlah kamera belakang One Fusion+ lebih banyak, dan spesifikasinya secara umum juga lebih unggul.

Dua kamera belakangnya cukup identik dengan One Hyper: 64 megapixel f/1.8 dan ultra-wide 8 megapixel (118°). Namun ia juga mengemas dua modul ekstra, yaitu kamera macro 5 megapixel dan depth sensor 2 megapixel. Di sebelah kameranya, kita bisa melihat sensor sidik jari yang dihiasi logo Motorola.

Motorola One Fusion+

Urusan performa, One Fusion+ mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 730 yang didukung oleh RAM 6 GB dan storage internal 128 GB (plus slot microSD). Bandingkan dengan One Hyper yang hanya ditenagai oleh Snapdragon 675 dan RAM 4 GB. Kapasitas baterai milik One Fusion+ juga lebih besar di angka 5.000 mAh, akan tetapi dukungan fast charging-nya cuma mentok di 15 W saja.

Beralih ke layar, One Fusion+ menggunakan panel IPS 6,5 inci beresolusi 1080p, lagi-lagi sama seperti One Hyper. Yang sedikit berbeda, One Fusion+ tercatat telah mendukung konten berformat HDR10, dan Motorola tidak lupa menyinggung soal speaker internalnya yang lebih cekatan terkait reproduksi bass.

Motorola berencana memasarkan One Fusion+ di dataran Eropa dalam waktu dekat dengan banderol 300 euro (± Rp 4,8 juta). Pilihan warna yang tersedia cuma dua, yakni putih atau biru.

Sumber: GSM Arena.

Motorola Edge+ Adalah Flagship Pertama Motorola dalam Empat Tahun

Terakhir kali Motorola meluncurkan smartphone flagship adalah di tahun 2016, tepatnya ketika mereka memperkenalkan Moto Z dan Moto Z Force. Setelahnya, produk-produk yang dirilis Motorola tidak lebih dari ponsel kelas budget dan kelas midrange.

Tahun 2020 ini berbeda. Motorola baru saja menyingkap dua smartphone baru, yakni Motorola Edge dan Motorola Edge+. Edge+ adalah yang lebih menarik di antara keduanya, dengan spesifikasi nyaris tanpa kompromi. Jadi mari kita bahas Edge+ lebih dulu.

Motorola Edge+

Kita mulai dari wajahnya. Seperti yang bisa dilihat, nyaris seluruh bagian depan Edge+ diselimuti layar. Panel layar yang digunakan juga cukup istimewa: AMOLED 6,7 inci beresolusi 1080p, dengan refresh rate 90 Hz dan dukungan konten berformat HDR10+.

Bagian samping layarnya melengkung cukup ekstrem, hampir 90° kalau kata Motorola, dan tentu saja sudah ada sensor sidik jari di balik layarnya. Lubang di ujung kiri atas layarnya dihuni oleh kamera selfie 25 megapixel.

Motorola Edge+

Masih seputar kamera, Edge+ mengemas tiga kamera belakang: kamera utama 108 megapixel f/1.8 dengan OIS (mirip punya Xiaomi Mi Note 10 Pro, bukan Samsung), kamera ultrawide 16 megapixel dengan sudut pandang 117° yang merangkap peran sebagai kamera macro, dan kamera telephoto 8 megapixel dengan 3x optical zoom dan OIS.

Edge+ juga dibekali depth sensor, dan menurut saya Motorola perlu diapresiasi karena tidak mempromosikannya sebagai kamera keempat mengingat fungsinya hanya sebatas untuk merekam informasi kedalaman (untuk meningkatkan kualitas foto Portrait Mode). Untuk video, Edge+ sanggup merekam dalam resolusi maksimum 6K, bukan 8K.

Motorola tidak mau main-main perihal performa. Edge+ datang membawa chipset Snapdragon 865, RAM LPDDR5 12 GB, dan storage internal UFS 3.0 256 GB. Baterainya sangat besar – 5.000 mAh – dan mendukung fast charging 18 W via USB-C maupun wireless charging. Motorola mengklaim baterainya cukup besar untuk bertahan sampai 2 hari pemakaian.

Satu detail yang mungkin terdengar agak mengejutkan di tahun 2020 ini adalah, Edge+ masih mengemas headphone jack. Perangkat ini kabarnya bakal dipasarkan mulai bulan Mei seharga 1.199 euro (± Rp 20,1 juta).

Motorola Edge

Motorola Edge

Tidak seperti Edge+, Motorola Edge mungkin lebih pantas dimasukkan kategori premium midrange, sebab ada beberapa spesifikasi yang dikurangi demi menekan harga jualnya secara signifikan.

Di bagian layar, Edge mengusung panel AMOLED 6,7 inci yang sama, lengkap dengan resolusi 1080p dan refresh rate 90 Hz, tapi tanpa dukungan HDR+. Edge juga dibekali kamera depan model hole-punch dengan resolusi 25 megapixel.

Beralih ke belakang, kamera utamanya di-downgrade menjadi 64 megapixel. Kamera telephoto-nya tetap 16 megapixel, tapi cuma menawarkan 2x optical zoom dan tidak disertai OIS. Selebihnya, Edge mempunyai kamera ultrawide dan depth sensor yang sama, tapi entah mengapa di sini depth sensor-nya diberi lensa yang sama besar seperti kamera lainnya.

Motorola Edge

Performanya juga berbeda jauh, sebab Edge hanya ditenagai chipset Snapdragon 765G, RAM 6 GB, dan storage 128 GB. Lucunya, Edge turut dilengkapi slot microSD, sedangkan Edge+ tidak. Baterainya sedikit lebih kecil di angka 4.500 mAh, akan tetapi tetap mendukung fast charging 18 W. Yang absen di sini adalah dukungan wireless charging.

Lalu seberapa terjangkau Motorola Edge dibanding Edge+? Separuhnya. Motorola berniat menjual perangkat ini seharga 599 euro (± Rp 10 juta).

Sumber: GSM Arena.

Motorola Ungkap Generasi ke-9 Seri Smartphone Terlarisnya: Moto G Stylus dan G Power

Usai melewati delapan generasi selama hampir tujuh tahun, seri ponsel Moto G tercatat telah terjual sebanyak 100 juta unit di seluruh dunia, menjadikannya sebagai seri smartphone yang paling sukses dari Motorola.

Untuk tahun 2020 ini, Motorola sudah menyiapkan Moto G Stylus dan Moto G Power. Dua ponsel ini punya banyak kemiripan, terutama dari segi spesifikasi: chipset Qualcomm Snapdragon 665 dan RAM 4GB, dengan perbedaan hanya pada storage-nya (128 GB pada G Stylus, 64 GB pada G Power). Layarnya pun identik, dengan panel IPS 6,4 inci beresolusi 1080p yang mengadopsi gaya hole-punch. Keduanya sama-sama mengemas sensor sidik jari di punggungnya.

Moto G Stylus

Untuk G Stylus, keunikannya sudah bisa terbaca dari namanya. Layaknya seri Samsung Galaxy Note, ponsel ini turut dilengkapi stylus terintegrasi. Fiturnya memang tidak selengkap S Pen (utamanya karena tidak ada pressure sensitivity dan dukungan Bluetooth), akan tetapi stylus ini masih cukup fungsional berkat pop-up menu dan sejumlah shortcut, serta aplikasi Moto Note yang otomatis terbuka saat stylus dikeluarkan.

Beralih ke G Power, namanya juga menggambarkan keunggulannya: model ini mengemas baterai 5.000 mAh, sedangkan G Stylus hanya 4.000 mAh. Motorola mengklaim daya sebesar itu mampu menenagai G Power selama tiga hari penuh dalam sekali pengisian. Menariknya, selisih tebal G Power dan G Stylus hanya terpaut sekitar 0,4 mm, dan bobotnya pun juga nyaris sama (199 gram dan 192 gram).

Moto G Power

Di sektor kamera, G Stylus dan G Power sama-sama mengemas tiga kamera belakang, akan tetapi spesifikasinya berbeda. G Stylus lebih unggul berkat kamera utama 48 megapixel f/1.7, “Action Cam” 16 megapixel dengan lensa ultra-wide f/2.2, dan kamera macro 2 megapixel f/2.2. G Power di sisi lain cuma mengemas kamera utama 16 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, dan kamera macro 2 megapixel f/2.2.

Ya, yang identik hanyalah kamera macro-nya, yang diklaim dapat mengunci fokus pada objek dari jarak sedekat 2 cm. Juga sama adalah kamera depannya, sama-sama 16 megapixel f/2.0. Di Amerika Serikat, Moto G Stylus dan G Power rencananya bakal dipasarkan pada bulan April, masing-masing seharga $300 dan $250.

Sumber: 9to5Mac dan Motorola.

Motorola Dikabarkan Sedang Menyiapkan Razr Versi 5G

Sulit menyangkal anggapan bahwa Motorola Razr merupakan ponsel foldable berpenampilan paling menarik sejauh ini. Reinkarnasi ponsel lipat legendaris ini juga menunjukkan manfaat lain dari tren foldable, yakni untuk mengecilkan ukuran ponsel secara drastis saat sedang tidak dipakai.

Ini justru berbanding terbalik dari premis yang diusung foldable lain, utamanya Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X, yang keduanya justru diciptakan untuk dipakai layaknya sebuah tablet saat diperlukan. Juga berbeda cukup signifikan adalah spesifikasinya; baik Galaxy Fold maupun Mate X sama-sama mengusung komponen flagship, sedangkan Razr hanyalah perangkat kelas menengah.

Benar saja, Razr hanya dibekali oleh chipset Qualcomm Snapdragon 710 yang performanya jauh di bawah Snapdragon 855. Chipset ini juga tak lagi bisa dibilang baru saat Razr sudah mulai dipasarkan nanti, yang dijadwalkan baru akan dimulai di tahun 2020 ini.

Motorola Razr

Terlepas dari itu, Razr tetap saja menarik meski harganya mencapai $1.500. Akan lebih menarik lagi seandainya perangkat ini bisa lebih future-proof, terutama dari segi konektivitas. Ya, yang saya maksud adalah dukungan terhadap jaringan 5G, yang ternyata absen pada Razr.

Kabar baiknya, Motorola dilaporkan sedang menyiapkan Razr versi 5G. Versi ini tentu akan mengemas chipset yang berbeda, kemungkinan besar antara Snapdragon 765G atau MediaTek Dimensity 1000L, chipset yang sama yang menenagai OPPO Reno3 Pro dan Reno3 yang duduk di segmen menengah.

Tidak menutup kemungkinan juga adalah Exynos 980, chipset bikinan Samsung pertama yang mengemas modem 5G terintegrasi, sebab ini bukan pertama kalinya Motorola menggunakan chipset buatan Samsung.

Sumber: GSM Arena.

Motorola One Hyper Unggulkan Kamera Pop-up dan Kamera Belakang 64 Megapixel

Motorola cukup produktif menelurkan smartphone baru tahun ini, dari yang mengemas layar hole punch, yang mengusung karakteristik action cam, sampai yang hype-nya paling tinggi, yakni reinkarnasi RAZR V3 dengan layar tekuk. Tahun belum resmi berganti, Motorola rupanya juga belum mau berhenti.

Mereka baru saja mengungkap Motorola One Hyper, dan seperti yang bisa kita lihat, ini merupakan ponsel pertama mereka yang dibekali kamera depan tipe pop-up, membebaskan layarnya dari notch ataupun lubang kamera. Kamera selfie-nya pun cukup memikat dengan resolusi 32 megapixel.

Motorola One Hyper

Beralih ke belakang, pengguna bakal disambut oleh sepasang kamera. Kamera yang utama ditenagai sensor 64 megapixel dengan ukuran fisik cukup besar (1/1,7 inci), tidak ketinggalan juga lensa f/1.9 dan sistem laser autofocus. Sesuai tren, tentu saja kamera ini mendukung fitur Night Mode (Night Vision kalau dalam kamus Motorola).

Kamera yang kedua merupakan kamera ultra-wide dengan sudut pandang seluas 118° dan resolusi 8 megapixel. Urusan video, One Hyper siap merekam dalam resolusi 4K 30 fps atau 1080p 60 fps. Lalu di bawah kameranya, kita bisa melihat sensor sidik jari yang merangkap peran sebagai lampu indikator notifikasi.

Selain kamera, layar juga merupakan salah satu nilai jual utama One Hyper. Penggunaan kamera pop-up berhasil menyisakan bezel di bawah saja, akan tetapi sayangnya panel 6,5 inci yang digunakan adalah IPS LCD dengan resolusi 1080p, bukan AMOLED.

Motorola One Hyper

Performa One Hyper yang menjalankan sistem operasi Android 10 secara default ini ditunjang oleh chipset Snapdragon 675, RAM 4 GB serta kapasitas penyimpanan sebesar 128 GB, lengkap dengan slot microSD. Namanya sendiri berasal dari dukungan baterai 4.000 mAh-nya terhadap Hyper Charging, fitur fast charging dengan output sebesar 45 W. Namun lucunya, konsumen harus membeli charger secara terpisah agar dapat menikmatinya, sebab yang dibundel sebagai standar adalah charger 15 W biasa.

Di Amerika Serikat, Motorola One Hyper saat ini telah dipasarkan seharga $400. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: Blue Ocean, Amber Red dan Fresh Orchid.

Sumber: GSM Arena.

Motorola Razr Adalah Reinkarnasi Ponsel Lipat Paling Legendaris untuk Era Foldable

Ponsel foldable masih seumur jagung. Teknologinya belum benar-benar matang, harganya masih mahal, dan bisa dibilang secara umum para pemain di industri smartphone masih belum bisa memastikan arah tren ini bakal ke mana.

Indikasinya bisa kita lihat dari cara mengeksekusi konsep foldable yang berbeda-beda di antara tiap pabrikan. Lihat saja Samsung dan Huawei. Terlepas dari itu, tren foldable sudah pasti akan melahirkan perangkat dengan beragam form factor, namun siapa yang menyangka kalau tren ini juga dapat menghidupkan kembali salah satu ponsel legendaris dari dekade sebelumnya?

Perkenalkan Motorola Razr, reinkarnasi modern dari salah satu ponsel terlaris Motorola yang dirilis di tahun 2004, RAZR V3. Selain meninggalkan kenangan manis di hati konsumen yang pernah memilikinya, RAZR V3 juga punya pengaruh besar terhadap sejarah Motorola; volume penjualannya yang begitu besar berhasil membangkitkan kembali divisi ponsel Motorola yang sempat stagnan dan merugi.

Motorola Razr

Versi baru Razr ini murni dibuat untuk menghidupkan kembali kenangan tersebut. Tidak ada yang istimewa dari spesifikasinya, tapi ia luar biasa dari segi estetika. Nyaris semua elemen yang membuat konsumen jatuh hati dengan RAZR V3 dipertahankan di sini; mulai dari bodi lipat yang begitu tipis, lengkap dengan ‘dagu’ di bagian bawahnya, sampai layar kecil di sisi luarnya.

Yang berubah drastis adalah layar di sisi dalamnya. Kalau dulu layar tersebut harus saling berbagi ruang dengan keyboard fisik, di sini layarnya memanjang sampai ke bagian dagu. Ya, yang dilipat sekarang bukan cuma bodinya, tapi sekaligus layarnya.

Di saat layar Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X terlipat secara horizontal, Razr berbeda sendiri karena layarnya terlipat secara vertikal. Samsung dan Huawei pada dasarnya memanfaatkan tren foldable untuk menyulap ponsel menjadi tablet, sedangkan Motorola justru memanfaatkannya untuk menciutkan ukuran smartphone secara drastis saat sedang tidak dipakai.

Motorola Razr

Saat terbuka lebar, pengguna akan dihadapkan dengan layar pOLED 6,2 inci beresolusi 2142 x 876 pixel. Sebaliknya, saat ditutup, giliran layar sentuh kecil di sisi luar yang menyambut dengan berbekal panel OLED 2,7 inci beresolusi 600 x 800 pixel. Selain menampilkan jam, layar kecil ini juga berfungsi untuk menampilkan notifikasi dan menyajikan sejumlah fungsi basic.

Di bawah layar kecil itu, tampak sebuah kamera dengan sensor 16 megapixel dan lensa f/1.7. Jadi dalam posisi perangkat tertutup, pengguna dapat memanfaatkan kamera tersebut untuk mengambil selfie, sedangkan dalam posisi terbuka, kameranya pun otomatis beralih peran menjadi kamera belakang. Di sisi dalam, masih ada satu kamera lagi yang menghuni notch layarnya, tapi hanya 5 megapixel f/2.0.

Motorola Razr

Menggunakan Razr dalam posisi terbuka sejatinya tidak jauh berbeda dari ponsel non-foldable berkat bentuknya yang rata. Sebagai pengaman, Motorola turut menyematkan sensor sidik jari di atas dagu Razr. Saat tertutup, Razr juga tampak rapat dan rata. Motorola cukup beruntung memiliki akses ke tim desainer Lenovo yang sebelumnya ditugaskan merancang engsel seri laptop Yoga.

Namun seperti yang saya bilang, Razr terkesan biasa saja dari segi spesifikasi. Chipset yang digunakan bukanlah kelas flagship, melainkan Snapdragon 710, ditemani oleh RAM 6 GB dan storage 128 GB. Lebih mengejutkan lagi, kapasitas baterainya cuma 2.510 mAh, dengan dukungan fast charging hanya 15 W, dan tanpa wireless charging.

Motorola Razr

Kekurangan ini sejatinya bisa dimengerti jika melihat dimensi Razr yang begitu ringkas. Saat terbuka, tebalnya berkisar 6,9 mm kecuali di bagian dagu, dan saat tertutup tebalnya pun hanya 14 mm. Kompromi ini mau tidak mau harus diambil demi mempertahankan keunggulan RAZR V3 sebelumnya.

Jadi begitulah, kalau yang Anda cari adalah teknologi tercanggih di segmen foldable, mungkin Anda salah tempat. Motorola Razr disiapkan buat mereka yang ingin merasakan kembali masa kejayaan ponsel lipat (clamshell), dengan catatan mereka siap mengucurkan dana sebesar $1.500 saat perangkat ini dipasarkan mulai awal tahun depan.

Sumber: SlashGear dan Wired.

Moto 360 Bangkit Kembali dengan Mengusung Sejumlah Revisi

Para pemerhati smartwatch pastinya masih ingat dengan Moto 360. Jauh sebelum Apple Watch mendominasi pasar, Moto 360 adalah salah satu yang paling menonjol dari seluruh deretan smartwatch Android Wear generasi pertama, utamanya berkat desainnya yang berkelas.

Usai menghilang cukup lama, Moto 360 kini sedang bersiap untuk kembali menyapa konsumen. Sebuah perusahaan bernama eBuyNow telah mengantongi lisensi dari Motorola, dan mereka hendak memasarkan kembali Moto 360 yang sudah direvisi. Skenarionya kurang lebih mirip seperti Nokia yang bereinkarnasi di bawah payung HMD Global, atau BlackBerry di bawah arahan TCL.

Secara keseluruhan, desain Moto 360 versi baru ini tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Namun jika kita amati layarnya, tidak ada lagi garis hitam kecil kontroversial seperti pada Moto 360 generasi pertama maupun kedua. Perkembangan teknologi terbaru rupanya berhasil mewujudkan layar yang benar-benar membulat pada Moto 360.

Moto 360 (3rd Gen)

Layarnya sendiri merupakan panel AMOLED always-on dengan diameter 1,2 inci dan resolusi 390 x 390 pixel. Di sebelah kanan layarnya, tampak ada sepasang tombol (sebelumnya cuma ada satu), dan yang atas rupanya juga dapat diputar layaknya crown pada arloji tradisional.

Juga direvisi adalah deretan komponen yang tertanam di balik casing stainless steel tahan airnya. Mengikuti tren terkini, Moto 360 ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon Wear 3100, RAM 1 GB, dan storage internal 8 GB. Baterai berkapasitas 355 mAh miliknya sudah mendukung fast charging, dapat diisi sampai penuh dalam waktu satu jam saja.

Moto 360 (3rd Gen)

Penggunaan chipset terbaru berarti perangkat ini punya baterai yang cukup awet, apalagi sistem operasinya juga sudah memakai Wear OS versi teranyar. Andai baterainya sedang kritis, pengguna dapat mengaktifkan mode battery saver supaya perangkat masih bisa menampilkan waktu hingga selama tiga hari ke depan.

Rencananya, Moto 360 edisi comeback ini bakal dipasarkan mulai bulan Desember mendatang seharga $350 dalam tiga pilihan warna. Sayangnya sejauh ini belum ada informasi apakah ia juga akan dijual di luar AS, Kanada dan Inggris.

Sumber: Engadget.

Motorola One Zoom Ramaikan Tren Smartphone Quad Camera

Motorola One Action yang diumumkan sebulan lalu bukanlah smartphone flagship, tapi ia tetap menarik berkat sistem kameranya yang unik. Belum lama berselang, Motorola kembali merilis ponsel lain yang lagi-lagi mengunggulkan sistem kameranya, yakni Motorola One Zoom.

Diperkenalkan di ajang IFA 2019, One Zoom merupakan jawaban Motorola atas tren quad camera yang sedang naik daun. Kamera utamanya mengandalkan sensor 48 megapixel dan lensa f/1.7, sedangkan kamera keduanya dengan sensor 16 megapixel dan lensa wide-angle (117 derajat).

Kamera yang ketiga adalah alasan mengapa Motorola menamai perangkatnya demikian: 8 megapixel, dengan lensa telephoto yang menawarkan optical zoom sebesar 3x, lengkap beserta sistem OIS (optical image stabilization) seperti pada kamera utamanya. Terakhir, kamera keempatnya merupakan sensor 5 megapixel yang bertugas merekam informasi depth.

Motorola One Zoom

Di depan, ada kamera selfie 25 megapixel f/2.0 yang bernaung di balik notch. Seperti kamera utamanya, kamera depan ini juga dilengkapi mode khusus low light yang akan mengaktifkan metode pixel binning, menggabungkan empat pixel jadi satu agar hasil akhir fotonya kelihatan lebih jernih dan lebih terang.

Layarnya sendiri merupakan panel OLED 6,39 inci, dengan resolusi 2340 x 1080 pixel dan sensor sidik jari terintegrasi. Motorola memercayakan chipset Qualcomm Snapdragon 675 sebagai otak One Zoom, tidak ketinggalan pula RAM 4 GB dan storage internal 128 GB (plus slot microSD). Kapasitas baterainya pun cukup mumpuni di angka 4.000 mAh.

Semua ini bisa didapat dengan mahar $450 saja, menjadikannya sebagai salah satu penawaran terbaru yang memikat di kelas menengah. Satu hal yang agak aneh sekaligus mengejutkan, Motorola One Zoom tidak termasuk dalam program Android One, terlepas dari namanya yang demikian. Untungnya Motorola tidak pernah memodifikasi OS-nya secara berlebihan.

Sumber: Ubergizmo dan Engadget.