Astell & Kern Kembali Luncurkan Portable Music Player Kelas Sultan, Kann Cube

Dengan banderol $999 dan spesifikasi kelas sultan, Astell & Kern Kann yang dirilis dua tahun silam masih merupakan salah satu portable music player terbaik yang dapat dibeli saat ini. Namun kalau ternyata Anda masih mengincar performa yang lebih wah dan tidak keberatan merogoh kocek lebih dalam lagi, A&K rupanya sudah menyiapkan penawaran lain.

Namanya Kann Cube, dan ia diyakini mampu membawa performa Kann orisinal ke level yang lebih tinggi lagi berkat penggunaan dua chip DAC ESS ES9038PRO Sabre sekaligus, tidak ketinggalan juga amplifier dengan output nyaris dua kali lipat lebih tinggi dari yang terdapat pada Kann orisinal.

Pada bagian depannya, Kann Cube mengemas layar sentuh 5 inci beresolusi 720p, sebuah peningkatan yang cukup drastis dibanding Kann orisinal. Bukan cuma itu, pengoperasiannya juga dipastikan bakal lebih mulus perkat penggunaan prosesor quad-core baru.

Yang mungkin sedikit membuat alis mengernyit adalah bentuknya yang sepintas mirip power bank, dan bobotnya pun sudah hampir menyentuh angka 500 gram. Ini dikarenakan baterai yang tertanam punya kapasitas yang lebih besar: 7.400 mAh, dengan estimasi daya tahan hingga 9 jam ketika dipakai untuk memutar file audio FLAC (lossless).

Kabar baiknya, Kann Cube sudah mendukung fast charging via USB-C, yang berarti waktu charging yang diperlukannya tak bisa disetarakan dengan mayoritas power bank. Urusan penyimpanan, A&K menjejalkan storage internal sebesar 128 GB pada Kann Cube, namun tentu saja pengguna dapat mengekspansinya lebih jauh lagi dengan bantuan memory card.

Seperti yang saya bilang, semua ini tentu harus ditebus dengan biaya yang amat tinggi. A&K mematok harga $1.499 untuk Kann Cube, dan berencana untuk memasarkannya mulai akhir bulan Mei mendatang.

Sumber: The Verge.

Pemutar Musik Mobil Spotify Kabarnya Siap Dipasarkan Tahun Ini

April tahun lalu, beredar kabar bahwa Spotify sedang bersiap untuk merilis hardware perdananya, yakni sebuah pemutar musik untuk ditempatkan di dashboard mobil. Eksistensinya hingga kini masih dipertanyakan, namun laporan terbaru dari Financial Times mengatakan bahwa Spotify bakal meluncurkannya dalam beberapa bulan ke depan seharga $100.

Laporan ini turut didukung oleh kabar bahwa Spotify sempat mendaftarkan diri ke Federal Communications Commision (FCC) di Amerika Serikat, yang merupakan salah satu prasyarat bagi perusahaan untuk bisa memasarkan perangkat dengan konektivitas wireless di Negeri Paman Sam.

Tidak ketinggalan juga adalah sedikit detail tambahan mengenai perangkat ini. Sebelumnya, perangkat diberitakan bakal membawa dukungan perintah suara, namun laporan terbarunya mengatakan bahwa perangkat juga akan dilengkapi sebuah tombol yang berfungsi untuk mengakses playlist favorit secara instan.

Soal konektivitas, perangkat dapat menyambung ke sistem audio mobil via Bluetooth. Jadi selain berperan sebagai alternatif head unit mahal, perangkat ini sebenarnya punya fungsi utama memberikan akses tercepat ke Spotify ketika berada di dalam mobil, tidak peduli secanggih apa head unit yang digunakan.

Spotify belakangan ini memang tampak cukup berfokus untuk memberikan pengalaman yang lebih baik bagi para pengguna yang mengaksesnya dari dalam mobil. Mereka baru-baru ini meluncurkan mode Car View pada aplikasi Android-nya, dan hardware ini pada dasarnya bisa dilihat sebagai kulminasi dari seluruh upaya mereka.

Sumber: Engadget.

Mighty Vibe Adalah iPod Shuffle-nya Para Pelanggan Spotify

Dua tahun lalu, sebuah startup bernama Mighty Audio memperkenalkan kembaran iPod Shuffle yang ditujukan bagi para pelanggan Spotify. Perangkat bernama Mighty itu sukses terealisasi via Kickstarter, dan sekarang pengembangnya sudah menyiapkan suksesornya yang membenahi banyak hal.

Dijuluki Mighty Vibe, penampilannya sepintas kelihatan mirip, masih dengan layout tombol ala iPod Shuffle dan satu tombol ekstra untuk mengganti playlist. Deretan icon-nya disederhanakan, dan pilihan warna yang ditawarkan kini mencakup hitam, biru dan merah.

Mighty Vibe

Namun desain bukanlah kelemahan utama Mighty, melainkan stabilitas koneksi Bluetooth-nya. Menurut Engadget, generasi pertamanya kesulitan mempertahankan koneksi dengan headphone Bluetooth seandainya perangkat tidak dijepitkan ke baju, alias tidak benar-benar dekat dengan headphone.

Mighty Vibe dipastikan telah mengatasi kendala ini berkat penggunaan antena baru. Perangkat bisa disimpan di kantong celana, dan koneksinya dengan headphone Bluetooth akan tetap terjaga dengan baik. Bukan cuma itu, Mighty Vibe tidak pilih-pilih perangkat Bluetooth yang kompatibel seperti pendahulunya.

Penyempurnaan lainnya diterapkan pada sektor efisiensi daya. Meski Mighty orisinal diklaim memiliki baterai yang tahan hingga lima jam, kenyataannya sejumlah konsumen melaporkan kurang dari itu. Untuk Mighty Vibe, daya tahannya dipastikan lebih bisa mendekati angka 5 jam.

Mighty Vibe

Selebihnya, Mighty Vibe masih mirip perihal fungsionalitasnya. Asalkan Anda sudah berlangganan Spotify Premium, Anda bisa menjejalkan lebih dari 1.000 lagu ke dalam storage-nya yang berkapasitas 8 GB untuk dinikmati secara offline sembari berolahraga.

Penyempurnaan pada aplikasi pendampingnya pun tidak dilupakan oleh pengembangnya. Alhasil, proses syncing dan pairing perangkat Bluetooth pada Mighty Vibe diklaim jauh lebih mudah dari sebelumnya.

Tertarik? Mighty Vibe saat ini sudah bisa dibeli seharga $86.

Sumber: Engadget.

Garmin Forerunner 645 Music Siap Menyemangati Aktivitas Olahraga Anda Dengan Alunan Lagu

Meskipun sama-sama meracik smartwatch, Garmin dan brand-brand semisal Apple dan Samsung punya target konsumen berbeda. Produk seperti Apple Watch dan Gear S dirancang sebagai ekspansi fungsi smartphone yang ditempatkan di pergelangan tangan Anda, sedangkan perangkat wearable pintar Garmin diprioritaskan sebagai activity tracker terlebih dahulu, dan smartwatch kemudian.

Tapi tentu perusahaan teknologi GPS asal Amerika itu punya keinginan agar produk-produk wearable-nya bisa se-trendi brand-brand yang lebih populer. Tanpa mengorbankan fitur serta ciri khas mereka, Garmin mulai menyajikan layar bundar di lineup activity tracker yang lebih terjangkau – seperti VivoActive 3. Dan minggu lalu, Garmin menghadirkan versi ‘music player‘ dari varian Forerunner 645 di Indonesia: Forerunner 645 Music.

645 14

Alasan Garmin membawa Forerunner 645 Music ke tanah air mungkin tak sulit ditebak. Mereka ingin menyediakan perangkat pendukung olahraga yang tak hanya pintar, tapi juga dapat menghibur. Biasanya, hal ini merupakan tugas dari smartphone, namun membawa-bawa handset dalam kegiatan olah fisik bisa jadi sangat merepotkan – Anda harus menenteng tas atau memasang armband. Dengan Forerunner 645 Music, smartphone tak lagi dibutuhkan.

 

Untuk siapa smartwatch ini dibuat?

Di presentasinya, marketing manager Rian Krisna menjelaskan bahwa jenis konsumen Garmin tergolong majemuk. Pengguna produk Garmin mempunyai rentang usia antara 25 sampai 55 tahun, 60 persen merupakan pria, dan 40 persen ialah kaum Hawa. Forerunner 645 Music sendiri disiapkan buat dua jenis segmen user, yaitu atlet profesional dan pecinta fitness (biasanya mereka ini sering berpartisipasi dalam lari maraton).

645 13

Dan inilah alasannya Garmin tetap mengusung sejumlah fitur dan teknologi andalannya, walaupun mungkin malah berpotensi menyebabkan konsumen awam jadi kurang tertarik.

 

Impresi

Forerunner 645 Music mempunyai penampilan serupa varian standar. Tubuhnya terbuat dari konstruksi plastik kuat yang dipadu bersama bezel baja anti-karat, memiliki diameter 42mm dan tebal 13,5mm. Meski terlihat cukup lebar jika dikenakan oleh orang berpergelangan tangan kecil, salah satu hal paling luar biasa dari smartwatch ini ialah bobotnya: hanya 42-gram. Garmin  menjanjikan daya tahan terhadap air sampai 5ATM. Itu artinya, ia bisa diajak berenang/snorkeling serta menemani Anda mandi.

645 5

645 7

Sebagai jendela penyampai informasi, Garmin kembali memanfaatkan layar transflective memory-in-pixel. Jenis display ini memang tidak seatraktif OLED di Apple Watch, tapi tampil atraktif bukanlah tugas utama Forerunner 645 Music. Panel transflective punya karakteristik berbeda: semakin intens sinar matahari, konten jadi kian jelas terlihat tanpa sama sekali membebani baterai karena harus meningkatkan kecerahan layar. Sifatnya mirip e-ink.

645 4

645 12

Faktor kenyamanan juga jadi perhatian utama Garmin dalam mendesain 645 Music. Agar sensor optik detak jantung bekerja optimal, smartwatch memang harus dikenakan secara erat di tangan. Dan demi memastikan penggunaannya tetap nyaman, produsen memanfaatkan strap silikon 20mm yang sangat lembut dan lentur. Bahkan jika Anda memasangnya dengan kencang, Forerunner 645 Music tidak akan menyakiti atau menghambat gerakan tangan.

645 10

645 16

Untuk berinteraksi dengan fitur-fiturnya, Anda bisa menggunakan layar sentuh atau kelima tombol fisik yang diposisikan di area samping smartwatch. Contohnya: Anda bisa mencatat putaran cukup dengan menekan tombol.

645 2

Meminimalkan bobot juga menjadi faktor penting dalam desain Forerunner 645 Music. Dalam pemakaian biasa, orang umumnya tidak akan mengeluhkan berat jam atau smartwatch di tangan. Namun bobot dari aksesori yang Anda pakai akan terasa setelah berlari jarak jauh, 5km misalnya. Mungkin ini salah satu alasan mengapa para atlet tidak membawa-bawa smartphone ketika berlatih.

 

Fitur

Seperti yang diindikasikan namanya, Forerunner 645 Music mampu memutar lagu secara mandiri tanpa dukungan smartphone. Smartwatch dibekali memori internal yang mampu menyimpan 500 file audio MP3 (boleh jadi berkapasitas 4GB). Lalu jika Anda adalah pelanggan layanan streaming third-party, perangkat juga bisa menyinkronkan musik-musik favorit sehingga Anda dapat mendengarkannya secara offline.

645 17

Walaupun demikian, kapabilitas tracking Forerunner 645 Music dijanjikan tetap nomor satu. Ia siap melacak detak jantung Anda secara non-stop, ditunjang oleh GPS dan GLONASS. Dipadu bersama algoritma pintar dan sensor, smartwatch mampu menghitung aspek-aspek penting saat Anda berolahraga: performa, interval, cadence, keseimbangan kaki kiri dan kanan, VO2 Max, hingga melacak data-data ‘standar’ seperti jumlah langkah dan banyaknya tangga yang dilewati setiap hari.

645 9

645 3

Selain itu, Anda bisa memanfaatkan fitur Virtual Partner untuk memberikan elemen kompetitif di sesi latihan serta menciptakan rute berlari via software Garmin Connect sebagai panduan. Aplikasi Garmin Connect tersedia buat Android serta iOS, dan dengannya, Anda bisa mendapatkan informasi detail mengenai aktivitas olah fisik. Di sana, Anda juga dipersilakan mengutak-atik watch face hingga men-share hasil latihan ke sosial media.

645 12

645 15

Ada beberapa hal yang Garmin upgrade di Forerunner 645 Music, terutama pada fitur konektivitas seperti Wi-Fi, notifikasi pintar, sampai kemampuan upload otomatisnya. Lalu produsen turut memperluas dukungan terhadap jenis olahraga, misalnya trail run, paddling dan elliptical. Kemudian jika Anda ingin memperoleh data olah fisik lebih lengkap lagi, Forerunner 645 Music bisa disambungkan ke aksesori Garmin Dynamics Pod.

645 19

645 18

 

 

Ketersediaan dan harga di Indonesia

Garmin Forerunner 645 Music sudah tersedia di Indonesia, dijajakan di harga yang cukup premium, yaitu mulai Rp 7,8 juta. Produk bisa dipesan di situs Erafone.com, Dinomarket, WearinAsia serta Blibli.com, dan akan segera hadir secara offline di Erafone Mega Store dan jaringan retail resmi lain. Produk tak lupa dilindungi oleh garansi resmi selama dua tahun.

Garmin menyediakan dua pilihan warna strap Forerunner 645 Music, yaitu hitam dan pink. Dan seperti smartwatch Garmin lain, bagian ini mudah digonta-ganti, lalu produsen juga menyiapkan beragam pilihan strap pengganti – termasuk strap berbahan kulit.

645 8

645 1

HiBy R3 Ialah Music Player Portable Hi-Fi Berkonektivitas Super-Lengkap

Tak ada masa yang lebih memanjakan para pecinta musik dari saat ini. Berkat layanan-layanan streaming seperti Spotify, Apple Music, dan Soundcloud, kita bisa menikmati musik di mana saja berbekal perangkat bergerak dan internet. Tapi tidak sedikit dari mereka, khususnya para audiophile, yang masih belum puas pada kualitas audio di platform-platform populer tersebut.

Solusi umum yang mereka ambil adalah memanfaatkan music player dedicated. Namun biasanya, perangkat-perangkat ini berukuran besar dan kurang ringkas, lalu produk kelas Hi-Fi juga dibanderol di harga tinggi. Melihat masalah ini, tim HiBy Music asal Hong Kong mencoba mengajukan jalan keluar yang lebih terjangkau, berfitur lengkap, tanpa mengorbankan faktor reproduksi suara. Produk anyar itu mereka namai HiBy R3.

HiBy R3 ialah music player portable Hi-Fi  yang ditopang aspek kompatibilitas dan konektivitas super-lengkap. Perangkat bertubuh balok, hampir sebesar Sony NW-A40 dengan dimensi 61x82x13-milimeter, menyuguhkan layar sentuh IPS seluas 3,2-inci untuk memudahkan Anda melakukan navigasi serta mengakses fitur-fiturnya. Aspek pengendalian juga disempurnakan oleh enam tombol fisik yang diposisikan secara asimetris.

HiBy 2

Meski mungil dan ringan, HiBy R3 menyimpan baterai 1.600mAh, memungkinkannya menghidangkan lagu selama 11 jam non-stop dengan waktu standby sampai 60 hari. Uniknya, produsen memutuskan untuk tidak membekali music player ini bersama memori internal. Anda harus menambahkan kartu microSD sebagai medium penyimpanan lagu – maksimal 2TB.

HiBy 1

R3 kompatibel ke berbagai format audio lossless, di antaranya FLAC, APE,WMA, WAV, AIFF, DSD IOS, DFF dan OGG, serta menunjang DSD256 secara native dan PCM 384KHz/64bit. Kemampuan wireless-nya juga tak kalah mengagumkan. HiBy R3 dibekali radio 2,4GHz yang siap mendukung DLNA dan AirPlay, bisa tersambung ke library app Tidal via Wi-Fi, serta dilengkapi Bluetooth 4.1 aptX bi-directional.

HiBy 4

Selanjutnya via fitur bernama HiBy Link, Anda dipersilakan menjalankan musik yang tersimpan dalam R3 menggunakan smartphone. Untuk koneksi fisik, media player ini mempunyai port audio 3,5mm standar dan headphone jack balanced 2,5mm. Ia juga mendukung koneksi SPDIF, tapi Anda perlu membeli kabel adapter tambahan. Menariknya lagi, R3 dapat dimanfaatkan jadi dongle DAC smartphone atau perangkat musik lain.

HiBy 5

HiBy R3 dijajakan di harga US$ 190, dapat dipesan di Kickstarter.

Dengan harga yang berada di kisaran FiiO X3 Mark III dan Sony NW-A40, keunggulan terbesar HiBy R3 terletak pada konektivitas Wi-Fi dan audio 64-bit/384KHz. Walaupun begitu, reputasi brand baru ini belum teruji seperti Sony Walkman – yang tetap jadi favorit saya.

Plexamp Ingin Menjadi Versi Modern dari Winamp

Plex, pengembang aplikasi media streamer yang cukup populer, baru saja meluncurkan divisi eksperimental bernama Plex Labs. Divisi ini pada dasarnya didedikasikan untuk mewadahi proyek-proyek yang dikerjakan tim internal Plex di waktu luangnya, dan salah satu yang pertama adalah sebuah aplikasi pemutar musik untuk Windows dan Mac bernama Plexamp.

Mendengar namanya, saya yakin Anda pasti teringat akan Winamp. Plexamp sejatinya memang banyak mengambil inspirasi dari salah satu music player terpopuler yang resmi pensiun empat tahun silam tersebut, dan pengembangannya banyak berkaca pada fitur-fitur unggulan Winamp yang berhasil membuat dunia jatuh cinta dengannya.

Dari kacamata sederhana, Plexamp yang ingin menjadi versi modern dari Winamp, mempertahankan wujudnya sebagai aplikasi yang ringkas dan ringan, namun di saat yang sama juga mengedepankan kinerja berbasis server yang selama ini diunggulkan oleh Plex. Tampilannya bahkan sengaja dikemas dalam satu jendela saja seperti Winamp.

Terlepas dari tampilannya yang simpel dan statusnya sebagai web app, Plexamp menyimpan sederet fitur unggulan. Yang paling utama, Plex mengklaim kinerjanya tidak kalah dibanding aplikasi native; pengguna bahkan bisa membukanya dari mana pun via kombinasi beberapa tombol pada keyboard.

Plexamp

Fitur standar macam gapless playback turut tersedia, demikian juga dengan optimalisasi volume secara otomatis meski lagu-lagu yang diputar berasal dari album yang berbeda. Bagi yang memiliki koleksi musik cukup masif, Plexamp yang mendukung banyak format sekaligus ini juga menawarkan fitur radio.

Fitur lain yang Plexamp pinjam dari Winamp adalah visualizer, yang menyuguhkan deretan animasi menarik selagi mengikuti irama musik. Saya yakin Anda yang pernah menggunakan Winamp sempat bermain-main dengan fitur ini, dan setidaknya Plexamp bisa menjadi obat kangen bagi kita semua.

Plexamp saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma. Sayangnya ada satu fitur Winamp yang paling saya kenang yang absen di sini, yaitu opsi untuk menggonta-ganti tampilan aplikasi alias skinning.

Sumber: Plex.

Aplikasi Pemutar Musik Ini Diklaim Dapat Meningkatkan Kualitas Pendengaran Anda

Apa yang Anda cari dari sebuah aplikasi pemutar musik? Tampilan yang rapi? Kustomisasi yang lengkap? Dukungan format file audio yang beragam? Bagaimana dengan yang mampu meningkatkan kualitas pendengaran Anda? Akankah Anda tertarik?

Sepintas memang terdengar tidak masuk akal atau bahkan konyol, tapi inilah yang dijanjikan oleh aplikasi bernama TSC Music besutan Earlogic. Untuk memulai, fitur menarik yang ditawarkan TSC adalah kemampuan memutar tak cuma musik yang tersimpan di memory ponsel, tapi juga yang berasal dari layanan streaming macam Spotify, SoundCloud dan YouTube.

Balik ke klaim ambisiusnya itu tadi, TSC merupakan singkatan dari “Threshold Sound Conditioning”, yang menurut pengembangnya ibarat fisioterapi untuk indera pendengaran. Sebelum Anda berpikiran skeptis, teknologi ini bukan omong kosong belaka, melainkan sudah diuji di Stanford University, dan abstraknya pun telah dipublikasikan di Neurology Journal.

Teknologi yang dipakai TSC Music telah diuji dan dipublikasikan pada jurnal ilmiah / Earlogic
Teknologi yang dipakai TSC Music telah diuji dan dipublikasikan pada jurnal ilmiah / Earlogic

TSC bekerja dengan pertama-tama memberikan lima frekuensi suara untuk menguji kualitas pendengaran pengguna, mendeteksi frekuensi mana yang paling sulit didengar, lalu menyuguhkan sinyal suara khusus yang telah dikustomisasi guna menstimulasi indera pendengaran pada batas paling minimal.

TSC kemudian akan menyimpan data tersebut dan memakainya untuk mengatur equalizer sekaligus menyajikan evaluasi harian. Earlogic cukup percaya diri bahwa kualitas pendengaran pengguna bisa meningkat setelah sekitar satu bulan memakai TSC Music selama satu jam setiap harinya.

Berdasarkan hasil studi yang telah dipublikasikan tadi, sebanyak 7 dari 10 orang menunjukkan peningkatan kualitas pendengaran senilai sekitar 10 desibel setelah menggunakan TSC Music. Anda boleh percaya boleh tidak, namun yang pasti Anda bisa mencobanya langsung secara cuma-cuma jika Anda memiliki perangkat iOS.

Sumber: Digital Trends.

Mirip iPod Shuffle, Perangkat Ini Bisa Memutar Musik dari Spotify Tanpa Terhubung ke Ponsel

Alat pemutar musik super-mungil macam iPod Shuffle sangatlah ideal untuk menemani kita beraktivitas fisik sehari-harinya. Sayangnya perangkat tersebut masih menganut cara lama, dimana proses syncing dengan iTunes masih terasa cukup merepotkan, apalagi di era streaming musik seperti sekarang ini.

Kita bisa saja berlari atau bersepeda selagi menikmati layanan streaming musik dengan bantuan smartphone. Tapi tidak semua orang suka membawa smartphone-nya saat sedang berolahraga. Cukup banyak yang ingin memanfaatkan waktu berolahraga untuk menjauh dari keramaian di media sosial, dan fokus pada kebugaran tubuhnya.

Balik lagi ke iPod Shuffle, bagaimana misalnya kalau ada perangkat semacam ini, tapi yang bisa memutar musik dari layanan streaming secara mandiri? Mandiri maksudnya tidak harus ditemani oleh smartphone, yang berarti pengguna bisa jogging dengan hanya ditemani sepasang earphone dan perangkat berukuran mini tersebut.

Kalau itu yang Anda cari, maka Anda akan tersenyum melihat perangkat keluaran startup Mighty Audio ini. Mereka merancang ‘kembaran’ iPod Shuffle yang dapat memutar musik dari layanan streaming Spotify. Perangkat bernama Mighty ini sangat mungil, dan bagian belakangnya bisa dijepitkan ke pakaian atau baju sehingga aktivitas fisik Anda tidak akan terganggu.

Mighty

Mighty tidak butuh koneksi internet. Saat pertama menggunakan, Anda akan diminta untuk menyambungkan Mighty ke smartphone via Bluetooth atau Wi-Fi. Menggunakan aplikasi pendampingnya, Anda akan diminta untuk memasukkan akun Spotify Premium. Dari situ proses syncing playlist maupun lagu yang sudah Anda simpan secara offline di aplikasi Spotify bisa dimulai.

Mighty punya kapasitas penyimpanan sebesar 2 GB, atau kurang lebih setara 48 jam konten musik di Spotify. Setelah proses syncing selesai, pengguna pun bisa segera berolahraga selagi menikmati musik dari Spotify bersama Mighty secara offline. Baterainya diperkirakan bisa bertahan hingga lima jam – kemungkinan besar Anda akan merasa capai duluan.

Sama seperti iPod Shuffle, Mighty tidak memiliki layar. Layout tombolnya bahkan sangat menyerupai milik iPod Shuffle. Hanya saja, Mighty punya tombol ekstra yang berfungsi untuk mengganti playlist. Saat tombol ditekan, pengguna akan mendengar nama playlist dalam wujud petunjuk suara.

Konsep yang dibawa Mighty ini terdengar sangat praktis. Pengguna memang harus melakukan proses syncing di awal, tapi setelahnya, Mighty bisa digunakan secara mandiri tanpa koneksi internet sama sekali – dan lagi proses syncing-nya juga jauh lebih simpel daripada memakai iTunes. Bagi yang tertarik, ia sekarang sudah bisa dipesan lewat Kickstarter seharga $75 – harga retail-nya akan naik menjadi $109.

Sumber: Cult of Mac.

Streamz Ialah Headphone Wireless Khusus Para Pecinta Streaming Musik

Berkat teknologi, industri musik terus berkembang dan membentuk sebuah model bisnis baru, menarik lebih banyak pengguna ke platform layanan musik digital serta membuat musisi menjadi lebih dikenal. Hal ini merupakan kabar baik bagi kedua pihak, namun jika streaming musik adalah kegemaran Anda, sudahkah Anda menyiapkan device untuk mendukung aktivitas itu?

Memiliki visi buat menyederhanakan serta meningkatkan pengalaman hiburan konsumen, Douglas Kihm dan timnya memperkenalkan Streamz. Produk ini dideskripsikan sebagai ‘satu-satunya headphone yang dilengkapi Wi-Fi player musik build-in‘. Premisnya ialah kemampuan dan kemudahan streaming musik berkualitas tinggi tanpa memerlukan smartphone, kabel, dan bebas dari segala kerumitan.

Keunikan fungsi Streamz direpresentasikan oleh penampilannya. Ketika pada umumnya desain headphone sengaja diramu agar mengikuti bentuk telinga, Streamz memiliki bentuk earcup persegi. Untuk menggantikan fungsi navigasi konten di perangkat music player (atau smartphone), developer membubuhkan penel kendali di sisi luar komponen driver. Di kanan ada power/play/pause, skip dan volume; kemudian di kiri terdapat tombol kursor dan mode.

StreamZ 03

Uniknya lagi, kita bisa memperlihatkan lagu yang sedang didengar lewat layar OLED 1,5-inci 128×128-pixel. Lalu lampu indikator LED dapat berubah warna sesuai kondisi. Tapi mungkin Anda harus menoleransi satu kelemahan Streamz. Kapabilitas dan konektivitas menyebabkan headphone jadi berbobot, kira-kira seberat 460-gram.

Mengulik kemampuan penyajian musiknya, Streamz dibekali digital to analog converter (DAC) ‘ultra-high quality‘ 96kHz/24-bit, amplifier discrete body booming, serta speaker neodymium ber-diafragma 50mm, menyuguhkan frekuensi 20Hz-20kHz dan suara 112dB. Ia sanggup menjalankan bermacam-macam format file, antara lain MP3, AAC, FLAC, dan kabarnya dukungan Ogg Vorbis juga segera hadir.

StreamZ 02

Lebih dari 150 situs musik online telah kompatibel ke Streamz, termasuk Pandora dan Spotify. Headphone turut ditopang fitur voice control Voxxi, di mana Anda tinggal menyuruh Streamz untuk mulai memutar lagu. Andai koneksi internet sedang tidak tersedia, kita dapat menyimpan musik di memori internal 4GB yang bisa ditambah 32GB lagi dengan kartu microSD. Sebagai perangkat berbasis Android, headset ditenagai prosesor quad-core Cortex A5 1,6GHz, microcontroller Cortex-M3 100MHZ serta RAM 1GB.

Melalaui lembar rilis pers, tim pengembang mengabarkan bahwa Streamz akan dipamerkan secara perdana di ajang Consumer Electronics Show 2015 Las Vegas, dan proses distribusi segera dilakukan di bulan maret 2016. Satu unitnya dibanderol seharga US$ 400.

Sumber: StreamzMedia.com.

Pioneer Luncurkan Perangkat Pemutar Audio Hi-Res Portable, XDP-100R

Di telinga seorang audiophile, smartphone saja biasanya tidak cukup guna menenteramkan hati bersama alunan musik klasik. Mereka yang bertelinga sangat analitis ini butuh perangkat yang benar-benar diciptakan untuk mengolah sinyal audio digital hingga menjadi sinyal analog yang pada akhirnya akan disemburkan menuju telinga oleh headphone/earphone. Continue reading Pioneer Luncurkan Perangkat Pemutar Audio Hi-Res Portable, XDP-100R