Paragon Pictures Announces Pre Series A Funding from SALT Ventures and Inter Studio

Paragon Pictures today (22/6) announced the pre-series A funding from SALT Ventures and Inter Studio. The investment value is undisclosed. The production house is known operating under Ideosource Entertainment (part of NFC Indonesia and M Cash) which is also an early stage investor.

This additional capital will be focused on producing several new intellectual property (IP) in various forms, including live streaming content with GoPlay, animated children’s videos, series for the OTT platform, and new feature films.

“Our vision is to produce local content in various formats with a unique and fresh perspective for the Indonesian people and globally,” Paragon Pictures’ CEO, Robert Ronny said.

Previously, the IP developer had published several content variants, including several films entitled “Losmen Bu Broto”, “Backstage”, the animation “Ini Budi”, also the live streaming of JKT48 on GoPlay.

“The film industry is included in the pent-up demand industry, it means consumer demand for films by filmmakers, especially in Indonesia, will continue to boom after this pandemic ends,” SALT Ventures’ Managing Partner, Andika Sutoro Putra said.

Meanwhile, Kevin Sanjoto as Inter Studio’s partner added, “In my observation, geographically, politically and culturally, Indonesia was born as a large and unique country, and has a variety of positive local wisdom spread across various regions. Based on those things, the current content ecosystem developing in Indonesia still has enormous opportunities and attractiveness to be able to grow massively.”

In a general note, Inter Studio Group is a production house that has been operating for more than 50 years in Indonesia.

Ideosource Entertainment’s CEO, Andi S. Boediman said, “Furthermore, this investment will open up opportunities to collaborate with Inter Studio in developing new films based on IP assets owned by Inter Studio.”

Since 2018, Ideosource Entertainment has focused on investing in the Indonesian film industry and has been involved in funding various films such as “Keluarga Cemara”, “Gundala”, “Sobat Ambyar”, and “Bebas”. In addition, they have also invested in a number of digital platforms, including GoPlay and Cinepoint.

Regarding companies engaged in the IP sector, there is Visinema which previously invested by a venture capital. In series A led by Intudo Ventures, the company led by Angga Dwimas Sasongko managed to secure 45.5 billion Rupiah in funds.

Entering the same industry, IDN Media introduced IDN Pictures around mid-2020 by acquiring Demi Istri Production House.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Paragon Pictures Umumkan Pendanaan Pra-Seri A dari SALT Ventures dan Inter Studio

Paragon Pictures hari ini (22/6) mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A dari SALT Ventures dan Inter Studio. Tidak disebutkan nominal yang didapat. Diketahui, rumah produksi tersebut saat ini berada di bawah naungan Ideosource Entertainment (bagian dari NFC Indonesia dan M Cash) yang juga merupakan investor tahap awalnya.

Dana modal tambahan ini akan difokuskan untuk memproduksi beberapa intellectual property (IP) baru dengan beragam bentuk, termasuk konten live streaming bersama GoPlay, video animasi anak, serial untuk platform OTT, hingga film layar lebar baru.

“Visi kami adalah menghasilkan konten lokal dalam berbagai format dengan sudut pandang yang unik dan segar bagi masyarakat Indonesia dan juga internasional,” ujar CEO Paragon Pictures Robert Ronny.

Sebelumnya pengembang IP tersebut sudah mempublikasikan beberapa varian konten, termasuk film berjudul “Losmen Bu Broto”, “Backstage”, animasi “Ini Budi”, hingga sajian live streaming JKT48 di GoPlay.

“Industri perfilman termasuk dalam pent-up demand industry, artinya permintaan konsumen akan film-film karya filmmaker khususnya di Indonesia akan booming setelah pandemi ini berakhir,” jelas Managing Partner SALT Ventures Andika Sutoro Putra.

Sementara itu, Kevin Sanjoto selaku Partner Inter Studio menambahkan, “Dalam pandangan saya, secara geografis, politik dan budaya, Indonesia lahir sebagai negara besar dan unik, serta memiliki ragam kearifan lokal positif yang tersebar di berbagai wilayah. Dari keunikan tersebut, ekosistem konten yang saat ini berkembang di Indonesia masih memiliki peluang dan daya tarik yang sangat besar untuk dapat bertumbuh secara masif.”

Seperti diketahui, Inter Studio Group merupakan rumah produksi yang sudah berjalan lebih dari 50 tahun di Indonesia.

CEO Ideosource Entertainment Andi S. Boediman mengatakan, “Lebih lanjut, investasi ini akan membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan Inter Studio dalam mengembangkan film-film baru berdasarkan aset IP yang dimiliki oleh Inter Studio.”

Sejak tahun 2018, Ideosource Entertainment telah memfokuskan investasi di industri film Indonesia dan telah turut dalam pendanaan berbagai film seperti “Keluarga Cemara”, “Gundala”, “Sobat Ambyar”, dan “Bebas”. Selain itu, mereka juga berinvestasi ke sejumlah platform digital, termasuk GoPlay dan Cinepoint.

Terkait perusahaan yang bergerak di bidang IP sendiri, sebelumnya ada Visinema yang juga terima pendanaan dari venture capital. Di seri A yang dipimpin Intudo Ventures, perusahaan yang dinakhodai oleh Angga Dwimas Sasongko berhasil membukukan dana 45,5 miliar Rupiah.

Masuk ke ranah yang sama, IDN Media pada pertengahan tahun lalu juga melahirkan IDN Pictures dengan mengakuisisi rumah produksi Demi Istri Production.

Inisiatif Kendaraan Listrik di Indonesia Terus Didukung Pebisnis Digital

NFC Indonesia bersama SiCepat membentuk perusahaan patungan PT Energi Selalu Baru (ESB) yang akan difokuskan pada distribusi sepeda motor listrik, penukaran baterai, dan layanan pendukung lainnya. Sebagai langkah awal, ESB akan mengakuisisi saham minoritas PT Volta Indonesia Semesta (Volta), perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai sepeda dan motor listrik di Indonesia.

Didukung anak perusahaan M Cash lainnya, seperti DMMX dan Telefast, ESB akan berupaya meningkatkan penyerapan dan distribusi penggunaan kendaraan listrik dengan pendekatan teknologi. Menjelaskan hal itu, Presdir NFC Abraham Theofilus menyampaikan, “Melalui platform digital kami yang memungkinkan pengguna untuk mengelola kendaraan listrik mereka dan penggunaan baterai terkait, kami berusaha untuk meredakan keraguan yang berkaitan dengan adopsi EV (Electric Vehicle) terutama perihal jarak tempuh dan frekuensi penggunaan.”

Ia melanjutkan, “Dalam prosesnya, NFCX juga akan secara bertahap memperkenalkan mekanisme loyalitas dalam platform digital yang akan memberi reward kepada pengguna sepeda motor listrik kami.”

Volta akan menjadi rumah produksi utama sepeda motor listrik untuk ESB dengan NFCX menyediakan dan mengelola platform digital untuk registrasi dan pengelolaan kendaraan, pembayaran dan reward. ESB akan memanfaatkan kemampuan logistik serta jaringan SiCepat dan Telefast untuk merencanakan dan menyebarkan stasiun penukaran baterai. Ekspansi jaringan penukaran baterai ini juga akan menggunakan jaringan toko ritel DMMX yang luas di seluruh Indonesia.

Misi dengan kendaraan listrik

Inisiatif penggunaan kendaraan listrik juga disampaikan oleh decacorn Gojek. Dalam sebuah kesempatan di acara peluncuran laporan keberlanjutan perusahaan, salah satu eksekutif perusahaan mengatakan bahwa mereka berencana menjadikan setiap unit kendaraan di platformnya menjadi kendaraan listrik pada tahun 2030 mendatang. Realisasinya dengan menggandeng produsen dan pengaturan leasing yang menguntungkan mitra.

Pemain lain, yakni Grab, juga mulai agresif memulai inisiatif kendaraan listrik. Mereka mulai melakukan pilot project pada awal tahun 2020 di Jabodetabek memanfaatkan unit mobil dari Hyundai dan motor listrik Gesits. PLN turut digandeng untuk perencanaan bersama, riset, pengembangan model bisnis, dan pelaksanaan percontohan tersebut.

Di sisi hulu, pengembang unit kendaraan listrik juga tengah mendapatkan perhatian investor. Sebut saja ION Mobility, perusahaan berbasis di Singapura, Shenzhen (Tiongkok), dan Jakarta tersebut belum lama ini membukukan pendanaan awal $3,3 juta dari Monk’s Hill Ventures, TNB Aura, Village Global, 500 Startup (melalui fund 500 Durians), AngelCentral, kipleX, dan Seeds Capital.

Pada dasarnya ION Mobility adalah perusahaan pengembang motor elektrik pintar. Pintar di sini karena mereka turut tanamkan perangkat lunak kecerdasan buatan untuk beberapa tugas, seperti penghematan daya dan kemudahan penggunaan.

Tantangan implementasi

Di sisi pemerintah, Kementerian ESDM memiliki konsentrasi khusus dalam mendukung program percepatan kendaraan listrik. Menurut data yang diungkapkan pada April 2021 lalu, saat ini sudah ada 122 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang terbangun dan tersebar di 83 lokasi. Jika merujuk pada peta jalan yang sudah disusun, pemerintah menargetkan pada tahun 2025 dapat membangun 3.860 SPKLU dan 17.000 Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK).

Di sisi infrastruktur, jika melihat kondisi saat ini dan cita-cita yang ingin dicapai, pekerjaan rumah yang dimiliki masih cukup banyak. Walau bagaimana pun, kehadiran sistem pendukung seperti layanan pengisian daya perlu terdistribusi dengan baik untuk menjadi langkah awal mengajak masyarakat melakukan transisi ke kendaraan listrik.

Di sisi lain, masih ada tantangan yang saat ini perlu dipikirkan bersama. Pertama adalah harga jual kendaraan listrik yang masih cenderung tinggi dan opsinya pun belum terlalu banyak. Pemerintah, lewat Kementerian Perindustrian juga mewajibkan produsen kendaraan listrik luar negeri yang ingin memasarkan produknya di sini harus memiliki kandungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sampai 2023 sebesar 35 persen.

Kedua, penetrasi kendaraan listrik yang belum banyak secara tidak langsung juga membuat masyarakat bertanya-tanya tentang efektivitasnya digunakan di Indonesia. Bagaimana keandalan baterai dan jarak tempuh yang bisa diakomodasi, mengingat dua tantangan utama di sini adalah soal lalu-lintas dan geografi yang berkontur.

Perspektif publik Indonesia tentang kendaraan listrik / marketresearchindonesia.com

Hadirnya pemain digital dalam dorongan penetrasi kendaraan listrik menjadi hal penting. Selain meningkatkan awareness, kekuatan yang mereka miliki dapat secara langsung berperan dalam menumbuhkan ekosistemnya sendiri. Misalnya yang dilakukan NFC dan SiCepat dengan masuk ke dalam lini supply chain, atau Grab dan Gojek yang berupaya menghadirkan mekanisme terbaik untuk memfasilitasi para mitranya dengan kendaraan ramah lingkungan.

Karena selain aspek bisnis, kendaraan listrik dinilai mampu memberikan masa depan lingkungan yang lebih terjaga – dengan kualitas udara yang lebih bersih dan sumber daya energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Kilas Balik Setahun Startup Teknologi Mulai Melantai di Bursa Efek Indonesia

Perjalanan saat merintis perusahaan memang perlu jatuh bangun, harus warna warni karena tidak selalu berjalan mulus. Ada yang butuh waktu bertahun-tahun ada juga yang dalam waktu cepat langsung melejit. Pelajaran yang pasti dibutuhkan adalah dalam membangun perusahaan butuh talenta terbaik, produk yang konsumen butuhkan, pemasaran tepat, dan tentunya modal yang kuat.

Tercatat menjadi perusahaan terbuka (tbk) di bursa, go public atau juga dikenal IPO (Initial Public Offering) adalah salah satu cara mendapatkan modal. Perusahaan pada umumnya melirik potensi tersebut karena ada kemudahan untuk mendapatkan tambahan dana segar dalam waktu relatif cepat.

Opsi tambah dana segar juga variatif, bisa berutang dengan menerbitkan surat utang atau mengeluarkan saham baru berbentuk rights issue. Kinerja perusahaan terbuka yang mentereng, tentunya akan menarik para investor publik untuk berinvestasi. Cek saja daftar perusahaan yang masuk dalam saham blue chip, seperti BCA, BRI, Bank Mandiri, Telkom, Astra International, Unilever, Indofood, HM Sampoerna, dan lainnya.

Saham blue chip adalah saham yang berada di papan atas dengan angka kapitalisasi pasar yang besar. Umumnya mereka sudah lama tercatat, memiliki kinerja stabil, aset besar, dan telah dikenal secara luas sebagai pemimpin pasar di sektornya.

Agar pasar bursa semakin bergairah, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan OJK aktif dalam mendorong perusahaan untuk mencatatkan sahamnya, termasuk startup atau yang diklasifikasikan sebagai perusahaan teknologi. Segala jurus dilakukan untuk menarik para founder startup tertarik agar tercatat sebagai perusahaan terbuka, hingga upaya yang terbaru adalah rencana membuat papan akselerasi.

Sejak geliat startup membahana di Indonesia, termasuk mencuatnya empat perusahaan teknologi yang memperoleh status unicorn, baru ada tiga (menyusul Passpod pada akhir tahun) yang sudah melantai. Mereka adalah Kioson, MCASH, dan NFC telah tercatat di papan pengembangan. Dua perusahaan yang terakhir tergabung dalam grup Kresna Graha Investama.

Kioson memanfaatkan momentum sebagai perusahaan teknologi pertama yang melantai. Sahamnya sudah diperdagangkan sejak 5 Oktober 2017. MCASH menyusul kurang dari sebulan kemudian, pada 1 November 2017, kemudian NFC pada 12 Juli 2018.

Listing Kioson
Kioson memanfaatkan momentum untuk menjadi startup digital pertama yang melantai di BEI / Kioson

Minimnya minat startup, menurut Ekonom Indef Bhima Yudhistira dikaitkan persyaratan yang rumit dan mahal, termasuk biaya valuasi dan audit. Pada dasarnya startup menghindari keterbukaan keuangan secara berlebihan. Ada kekhawatiran publik atau kompetitor bisa mengetahui isi dapur startup, baik dari kondisi keuangan dan strategi manajemen.

“Mereka juga ingin agar intervensi investor dilakukan secara terbatas, misalnya soal pengelolaan operasional diserahkan kepada manajemen yang dipilih oleh si founder. Kalau perusahaan terbuka, pasca IPO harus mau direksinya dipilih oleh publik. Artinya peran founder jadi berkurang,” ujar Bhima kepada DailySocial.

“Sampai valuasinya menyentuh level tertentu, baru [startup] terpikirkan untuk IPO,” sambungnya.

IPO tidak identik dengan exit strategy

Seringkali IPO diasosiasikan sebagai exit strategy buat startup. Selain IPO, exit strategy lainnya yang umum dilakukan adalah merger & akuisisi (M&A), menjual perusahaan, menjadi “cash cow“, atau yang terparah dilikuidasi dan tutup.

Banyak contoh yang telah terjadi di Indonesia tentang exit strategy ini. Yang cukup terkenal adalah merger antara Berniaga.com dan Tokobagus menjadi OLX Indonesia, akuisisi Tiket.com oleh Blibli, atau akuisisi Lazada oleh Alibaba.

Bhima berpendapat IPO adalah exit strategy bagi founder untuk menjual sebagian kepemilikan sahamnya, sementara Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menganggapnya bukan sebagai awal, bukan juga exit, melainkan milestone startup.

Bukan awal karena IPO terjadi setelah perusahaan sudah beroperasi sekian lama. Bukan exit pula karena IPO hanyalah salah satu cara penggalangan dana. Setelah IPO, perusahaan bakal terus berjalan untuk menjadi lebih besar.

“Beda pre-IPO dan post-IPO bagi perusahaan hanya di shareholder-nya. Kalau pre-IPO pemiliknya private, sedangkan post-IPO adalah publik. Sementara bagi investor, IPO memberikan pilihan likuiditas ke investor,” terang Willson.

Bagi tiga perusahaan yang sudah IPO, aksi korporasi ini dianggap sebagai langkah awal untuk jadi lebih besar. Bagi Co-Founder dan CEO Kioson Jasin Halim, IPO merupakan strategi yang sedari awal tidak pernah terlintas saat pertama kali merintis perseroan pada 2015.

Kioson awalnya memperoleh pendanaan dari Mitra Komunikasi Nusantara (MKNT) pada pertengahan tahun lalu untuk tahapan Pra-Seri A. Sempat pula perseroan bertemu dengan investor untuk memulai penggalangan dana mulai dari VC, PE, sampai korporat. Tidak ada satupun yang berjodoh lantaran ada beberapa ketidakcocokan, salah satunya penghitungan valuasi.

Pasca MKNT masuk, lalu Kioson terbantu dengan jaringan yang mereka miliki untuk mempelajari apakah IPO memungkinkan buat startup, apakah ada aturan yang menghambat, dan sebagainya.

“Sebab bisa dibilang, saat itu kami sedang dalam posisi mencari dana segar dalam waktu singkat. Sementara lewat VC itu lama cepatnya di luar kontrol kita. Kebetulan ada momentum pas, belum ada startup yang IPO, regulator mulai gencar dorong startup, pemerintah dorong e-commerce. Itu momentum yang sangat berperan,” terang Jasin.

Managing Director Kresna Graha Investama (KREN) Suryandy Jahja mengamini pendapat Willson. Jahja melihat IPO adalah milestone untuk kesempatan tumbuh lebih besar. Oleh karena itu KREN cukup aktif mendorong anak-anak usaha di bawahnya untuk terdaftar di bursa.

Pencatatan saham perdana MCASH di BEI / MCASH
Pencatatan saham perdana MCASH di BEI / MCASH

Secara rutin pihak KREN melakukan review mana saja yang dianggap siap. Bila ada akan segera didorong. Pertimbangan lainnya juga dilihat dari berbagai metrik. Apakah secara fundamental sudah siap untuk IPO, siap untuk ekspansi, dan yang tak kalah penting ada keinginan untuk tumbuh dengan profil yang bagus.

Ketika sudah terdaftar, ada tanggung jawab yang harus diemban kepada investor institusi maupun ritel. Mereka harus selalu transparan dan menjunjung tinggi tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance / GCG). Kedua hal tersebut kadang terlupakan dan diabaikan pelaku startup.

“KREN tidak sembarangan dalam mendorong anak usahanya untuk listed. Hanya yang sudah siap dan dalam waktu dekat sudah profitable agar mereka punya funding yang kuat. Setiap tiga bulan kami selalu periksa kinerja mereka,” kata Jahja.

“Jadi menurut kita IPO adalah langkah awal untuk perusahaan untuk mulai tumbuh. Kita percaya sekali perusahaan bisa tumbuh lebih cepat karena ada dana segar dari IPO yang bisa langsung dipakai. Kalau perusahaan bagus tapi enggak punya uang untuk ekspansi, masa minta terus ke Kresna,” tambah Jahja yang juga menjadi Direktur di MCASH dan Komisaris Utama di NFC.

Perjalanan pasca IPO

Hari ini Kioson menandai tahun pertamanya tercatat sebagai perusahaan terbuka. Sekadar mengingat kembali, Kioson melepas 150 juta saham atau sekitar 23,07 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah pelaksanaan IPO. Harga saham Kioson ditawarkan senilai Rp300 saham dan memperoleh dana segar Rp45 miliar. Di awal Oktober ini, kapitalisasi pasar Kioson sudah berada di atas Rp2 triliun.

Jasin mengungkapkan, semenjak IPO yang paling dirasakan adalah visibilitas Kioson semakin meningkat, apalagi menyandang startup digital pertama yang berhasil IPO. Keuntungan tersebut dimanfaatkan untuk bermitra dengan banyak pihak agar kinerja perseroan terus membaik.

Direktur Utama Kioson Jasin Halim / Kioson
Direktur Utama Kioson Jasin Halim / Kioson

Melihat laporan keuangan di Q2 2018, Kioson meraup laba bersih Rp4,8 miliar. Penjualan bersih sebesar Rp1,27 triliun dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp47,7 miliar. Kenaikan selaras dengan total aset perseroan menjadi Rp263,9 miliar atau naik 5,69%.

Penjualan terbesar dikontribusikan dari produk digital Rp1,27 triliun, disusul oleh produk e-commerce Rp5,38 miliar. Meski demikian, beban pokok penjualan juga naik Rp1,25 triliun dari sebelumnya Rp45,75 miliar.

“Makanya kami terus perbaiki performa bisnis Kioson, sebab ini sesuatu yang harus diperhatikan karena pegang mandat dari publik untuk membaguskan perusahaan,” ujar Jasin.

Perseroan makin variatif dalam menghadirkan produk-produknya. Yang terakhir adalah layanan OTA yang bisa dibeli masyarakat lewat agen Kioson dan melakukan top up produk uang elektronik.

“Secara vertikal dan horizontal kami akan terus menghadirkan berbagai produk untuk masyarakat dan semakin menarik buat agen. Kami mau jadi yang terlengkap dengan harga yang terjangkau.”

Sementara MCASH menjual saham baru sebanyak 25% atau setara dengan 216,98 juta saham ke publik dari modal yang disetor penuh. Saat itu saham dijual seharga Rp 1.385 per lembar. Alhasil dana segar yang diterima lebih dari Rp300 miliar. Kapitalisasi MCASH kini menembus angka Rp3 triliun.

“MCASH sejak listed tahun lalu tumbuh dengan persentase yang eksponensial, jauh di atas proyeksi. Revenue tumbuh berkali-kali lipat, profit bagus. Justru sesudah listed, perusahaan jauh lebih kuat dan bagus. Kita bisa dapat peluang bisnis yang banyak, orang-orang banyak kenal kita, padahal sebelum listed peluang tersebut tidak ada,” ujar Jahja.

Berdasarkan kinerja semester I 2018, laba bersih perseroan melesat jadi Rp45,05 miliar padahal di periode yang sama tahun lalu hanya Rp3,79 miliar. Pendapatan menjadi Rp1,83 triliun dari sebelumnya Rp474,86 miliar. Sementara aset tumbuh menjadi Rp745,1 miliar dari akhir 2017 sebesar Rp568,4 miliar.

Distribusi MCASH tersebar di ratusan titik lewat empat kanal penjualan utama: kios digital, jaringan wholesale, kasir, dan app/chatbot. Kios digital berhasil menembus 1.700 unit tersebar di berbagai titik, sedangkan agen digital juga naik menjadi 36 ribu orang.

MCASH menjual berbagai konten digital, mulai dari voucher games, restoran, pulsa & paket data, dan lainnya. Diklaim transaksi harian MCASH pada Juni 2018 sekitar 340 ribu, bahkan pernah tembus 505 ribu transaksi.

Pencatatan saham perdana NFC / NFC
Pencatatan saham perdana NFC / NFC

Untuk NFC, meski baru melantai, perseroan mempublikasikan kinerja per kuartal I 2018. Pendapatan tumbuh 15,8 kali lipat menjadi Rp265,24 miliar secara year-on year, sementara pendapatan bersih tercatat di angka Rp2,54 miliar. Aset tumbuh 233,6% secara year-on-year menjadi Rp77,15 miliar.

NFC menawarkan harga saat hari pertama listed seharga Rp1.850 per lembar. Sebanyak 25% saham baru dilepas dari total saham atau setara 166,67 juta saham. Dari situ, NFC mengantongi dana IPO sebesar Rp308,33 miliar. Sejak listed di 12 Juli 2018, kapitalisasi pasar NFC kini berada di angka Rp1,6 triliun.

NFC bergerak di bisnis digital dengan dua lini bisnis utama, yakni phone credit exchange, yang merupakan platform marketplace pulsa digital, dan layanan streaming TV Oona bersama Telkom.

Jahja mengatakan, “Banyak hal yang sudah terjadi dan akan terus terjadi ke depannya. Setiap direksi dituntut untuk terus berinovasi, kolaborasi, dan fokus pada hasil. Ini akan terus dilakukan pasca IPO.”

Mendapatkan dana segar dari publik dalam waktu sekejap harus dibayar dengan tanggung jawab yang tak kalah besar. Salah satu tanggung jawab yang diemban, seperti dikatakan Jahja, adalah harus selalu transparan dan menjunjung tinggi tata kelola perusahaan yang baik.

Setiap tiga bulan sekali perusahaan terbuka harus menggelar paparan publik mengumumkan soal kinerja, memakai jasa auditor dan konsultan untuk laporan keuangan, dan menyebar informasi ke publik memastikan semua pihak menerima informasi yang sama.

“Punya akses funding yang jelas, pembukuan bisa rutin dilihat, masuk radar internasional, dan setiap hal yang kita kerjakan publik harus tahu karena wajib untuk transparan. Negatifnya menurut saya hampir enggak ada, cuma harus mau lebih repot saja karena harus cerita ke publik. Tapi itu enggak masalah,” kata Jahja.

Ketiga perusahaan menolak untuk memberi tahu rencana terdekat kapan aksi korporasi akan diselenggarakan. Alasannya karena ingin mencegah terjadinya spekulasi pasar.

“MCASH dan NFC belum ada rencana sama sekali untuk rights issue atau lainnya. Kita masih punya banyak cash,” ungkap Jahja.

Jasin menambahkan, “Belum bisa kita bahas sekarang. Lagipula kami tidak ingin sembarang kasih info.”

Pergerakan saham perusahaan teknologi

Infografis profil dan kinerja tiga startup berstatus perusahaan terbuka / DailySocial
Infografis profil dan kinerja tiga startup berstatus perusahaan terbuka / DailySocial

Terasa tanggung apabila kita belum membahas pergerakan saham ketiga perusahaan teknologi ini, meski belum bisa dikatakan adil karena tidak bisa mengangkat dari segi fundamentalnya. Sebab umumnya minimal butuh dua tahun sejak listed untuk melihat secara utuh kinerjanya.

Analisa fundamental itu dimaksudkan agar kita tahu bahwa apakah perusahaan itu memang menguntungkan dan layak untuk dibeli sahamnya. Kendati demikian, masih memungkinkan untuk membahas sekelibat sisi analisis teknikalnya.

Tujuan mempelajari analisis teknikal adalah untuk menentukan kapan harus masuk atau keluar pasar. Technical Analyst Panin Sekuritas William Hartanto membantu  menjelaskan bagaimana prospek ketiga saham ketiga perusahaan saat ini dan ke depannya.

Pertama, pergerakan saham Kioson cenderung menurun, volume perdagangan hampir tidak ada dalam sebulan ini. Hal ini menunjukkan bahwa saham perusahaan ini sedang tidak likuid.

Di sisi lain, MCASH berpotensi menguat secara teknikal. “MCASH masih bagus secara teknikal,” terangnya.

Terakhir untuk NFC terjadi tren menurun. Penurunan ini dianggap lumrah karena NFC baru listed dan kenaikannya pada awal listing sangat “liar”.

“Jadi saat ini harga baru menyesuaikan kondisi yang sebenarnya, memang ada unsur fundamental [penyebab harga saham turun]. Tapi bukan karena fundamentalnya jelek, harga penyesuaian saja.”

Bhima mengamini pendapat William. Saham Kioson sangat fluktuatif berbentuk kurva U terbalik.

“Ini memang ciri khas saham startup yang listing di bursa. Begitu juga NFC dari puncaknya 3.100 (13/7), pasca IPO kini hanya dihargai 2.650 (24/9). Ada koreksi yang signifikan,” terang Bhima.

Menurut Bhima, MCASH dianggap memiliki potensi kenaikan saham yang bagus karena solusi bisnis yang ditawarkannya. Perusahaan mengembangkan kios digital dan menawarkan berbagai produk digital, seperti top up, OTA, dan voucher digital.

“Bisnis startup yang bersinggungan dengan fintech secara umum lebih menggiurkan karena turn over keuntungannya lebih cepat dibandingkan jenis bisnis lainnya.”

Mendorong gairah lewat papan akselerasi

Infografis perbedaan antara Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Akselerasi
Ketentuan Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Akselerasi / DailySocial

OJK dan BEI terus mendorong agar pasar modal semakin atraktif untuk para investor. BEI merevisi aturan papan akselerasi untuk mempermudah UMKM dan startup digital terdaftar di bursa. Inisiasi ini adalah buah POJK No. 53 dan 54 yang terbit tahun lalu, meliputi pengaturan tentang aset maksimal (net tangible asset).

Papan akselerasi adalah papan pencatatan yang didesain khusus untuk UMKM dan startup digital berdasarkan kriterianya yang berbeda dibandingkan perusahaan pada umumnya. BEI sebelumnya sudah membuat aturan soal papan akselerasi, tetapi kini sudah direvisi dengan mempertimbangkan banyak masukan dari berbagai stakeholder.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebut revisi tersebut sudah disampaikan ke OJK. Diharapkan papan ini sudah bisa diberlakukan sebelum tutup tahun ini. Menurut revisi terbaru, BEI banyak memangkas regulasi yang dianggap terbelit-belit dan memakan waktu lama.

Satu di antaranya adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Untuk papan akselerasi, panduan yang digunakan adalah PSAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yang sifatnya lebih sederhana. Sementara perusahaan di papan utama dan pengembangan menggunakan PSAK umum.

Di papan pengembangan, persyaratan soal standar GCG juga kental. Harus mencantumkan jumlah direksi, komisaris, dan perangkat lainnya. Hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik startup digital.

“Startup itu kan pemula, jadi karakteristiknya mikir bisnisnya dulu, bagaimana validasinya di market dan mempertahankan ide. Boro-boro pada tahap awal sudah mikirin hidup perusahaannya. Sehingga yang diambil adalah PSAK ETAP,” ujar Nyoman.

Berikutnya dari sisi laba usaha yang diperoleh. Sebelumnya untuk papan pengembangan, perusahaan diwajibkan untuk memperoleh laba pada tahun kedua. Di papan akselerasi diputuskan periode yang diperlukan untuk mencapai kondisi laba adalah enam tahun setelah terdaftar.

Persyaratan untuk listed di papan akselerasi juga ditentukan berdasarkan besaran aset, hanya saja untuk metrik ini BEI mengusulkan agar memakai total aset, bukan dari net tangible asset. Pertimbangan ini diambil karena dalam startup itu umumnya lebih banyak memiliki intangible asset (aset tak berwujud) daripada aset fisiknya.

Detail ketentuan Papan Akselerasi
Detail ketentuan Papan Akselerasi / DailySocial

“Dulu itu kita masih coba bangun ekosistem untuk perusahaan yang established dulu untuk listed. Sekarang startup digital yang ke depannya kita lihat akan jadi penggerak ekonomi negara. Makanya sekarang kita pakai jargon ‘Pasar Modal untuk Semua’.”

Selain memberi kemudahan untuk startup bisa listed, tak lupa peraturan baru menyiapkan perlindungan untuk para investor. Pemberitahuan kepada investor sebelum menggelar IPO harus menyebutkan bahwa penawaran saham ini disesuaikan dengan POJK No. 53 dan 54 tahun 2017 dan dicatatkan dalam papan akselerasi. Ini menandakan bahwa perusahaan tersebut adalah UMKM dan startup digital.

Berikutnya bakal ada kode ticker khusus yang bakal disematkan di calon perusahaan terdaftar. Umumnya kode ticker terdiri atas empat huruf. Dua langkah tersebut diharapkan jadi penunjuk perlindungan investor, juga memastikan saham yang diperdagangkan tetap likuid.

“Investor pun akan kita ubah paradigmanya agar paham bahwa karakteristiknya ini beda dengan perusahaan pada umumnya yang tercatat di papan utama dan pengembangan. Cara melihat prospeknya bukan dari segi fundamentalnya, tapi dari ekspektasi terhadap prospek masa depan.”

Nyoman berharap papan akselerasi ini akan mempermudah opsi pencarian dana segar buat UKM dan startup digital dari pasar modal. Mereka juga tidak menutup potensi menarik perusahaan teknologi yang sudah menyandang status unicorn untuk merealisasikan langkah IPO.

“Tentunya yang kecil [UKM] saja bisa [lewat papan akselerasi], apalagi Go-Jek [untuk IPO].”

Willson memberikan apresiasi terhadap rencana BEI ini. Ia mengatakan, kalau hal ini berhasil, Indonesia akan jauh lebih progresif ketimbang negara lain di Asia Tenggara.

“BEI juga perlu membuat tim konsultasi khusus untuk IPO. Biaya yang besar untuk IPO biasanya ada di konsultasi keuangan, hukum, dan audit. Kalau ketiga komponen tadi diberi bantuan oleh pemerintah, maka cost-nya bisa jauh lebih murah,” tambah Bhima.

Mengambil keputusan untuk terdaftar di bursa memang pada akhirnya kembali ke masing-masing pemimpin perusahaan. Memilih terdaftar memerlukan banyak pertimbangan dan persiapan. Setelah IPO pun ada kewajiban yang perlu penuhi secara rutin sebagai bagian dari GCG.

Meskipun demikian, di balik kerumitan tersebut ada kelebihan yang didapat, perusahaan jadi lebih mudah dikenal. Visibilitas meningkat berkali-kali lipat, memancing terjadinya kolaborasi bisnis dengan berbagai pihak.

Investor dari luar negeri dapat dengan mudah mencari perusahaan di portal Bloomberg. Cukup mengetikkan kode ticker sebelum memutuskan membeli saham perusahaan terbuka ini.

Jadi siap besar karena IPO atau tunggu besar dulu baru IPO?

Capaian dan Rencana Aplikasi Streaming TV OONA

Penetrasi internet yang meningkat turut mendongkrak konsumsi data. Hal ini tercermin dari capaian pesat yang dialami aplikasi streaming TV OONA. Platform ini mengklaim telah memiliki 600 ribu pengguna, meski resmi hadir secara publik kurang lebih lima minggu lalu.

Menurut CEO dan Founder OONA Global Christophe Hockart, pencapaian tersebut sebenarnya melebihi ekspektasi perusahaan. Secara rata-rata, lama kunjungan mencapai 16 menit per sesi setiap harinya. Angka tersebut meningkat drastis dibandingkan saat OONA baru hadir sekitar 2 menit, lalu meningkat jadi 10 menit.

Peningkatan kunjungan tersebut terjadi lantaran semakin bertambahnya jumlah channel TV yang bisa ditonton para pengguna. Terhitung kini OONA memiliki 115 channel dari berbagai segmen, sekitar 50% di antaranya adalah konten lokal dan sisanya dari internasional.

“Lima minggu yang lalu kami baru memiliki 60 channel, sekarang sudah 115. Kami akan terus menambah channel agar pengguna kami bisa menikmati layanan OONA secara gratis,” terang Hockart, Kamis (31/8).

Dia bilang sampai akhir tahun ini OONA bakal menambah 50 channel baru, sehingga bila ditotal setidaknya ada 160 channel tersedia di dalam aplikasi. Semakin bertambahnya konten diharapkan OONA dapat menjaring 2,5 juta pengguna.

Andalkan iklan untuk pemasukan

Hockart menjelaskan, memasang iklan adalah cara paling tepat untuk model bisnis aplikasi streaming. Hanya saja OONA berkomitmen untuk memberikan pengalaman yang berbeda baik ke pengguna maupun para pengiklan. OONA tidak memaksa pengguna untuk menonton iklan, melainkan memberikan sejumlah reward (berbentuk poin) apabila pengguna rela memberikan waktunya untuk iklan.

Perusahaan sadar betul bahwa karakter milenial saat ini adalah enggan berkomitmen untuk bayar biaya langganan. Mereka suka sesuatu yang gratis, namun tidak suka juga bila dipaksa untuk menonton iklan di tengah tayangan favoritnya.

“Saat ini iklan adalah model bisnis yang paling tepat untuk kita terapkan. Namun kami tetap mengutamakan kontrol ada di tengan pengguna dengan tidak memaksa mereka dengan menyelipkan iklan ditengah-tengah tontonan mereka karena saya sendiri tidak suka dengan itu.”

Pengguna bisa memilih mau menyaksikan iklan atau tidak. Bila iya, akan muncul iklan selama 30 detik setelah itu pengguna akan menerima poin yang dapat ditukar dengan berbagai hadiah. Bila tidak memilih, akan tetap muncul pop up iklan di sisi kanan/kiri atas. Pengguna tetap menerima reward dari situ.

Ke depannya, OONA akan menyediakan fitur bidding. Setiap poin yang didapat pengguna dapat di-bid setinggi-tingginya untuk mendapatkan hadiah seperti smartphone, motor, atau tiket konser.

“Fitur ini akan diluncurkan September mendatang, pengguna bisa mendapatkan hadiah yang mereka inginkan dengan cara bidding.”

Persiapkan IPO

Dalam kesempatan yang sama, Hockart menuturkan pihaknya berencana untuk ekspansi ke tiga sampai lima negara baru. Sayangnya dia enggan membeberkan negara mana saja yang dibidik, hanya saja dia berkeinginan untuk menyambangi negara di Amerika Selatan, Timur Tengah, dan Asia.

Rencana berikutnya setelah hadir di tiga sampai lima negara tersebut, OONA akan melakukan pencatatan di bursa sebagai perusahaan terbuka. Ini termasuk rencananya untuk bisnis OONA di Indonesia, kendati dia belum mengumumkan kapan bakal terealisasinya. Setelahnya, OONA akan melakukan IPO secara global di kantor pusatnya di Hong Kong.

“Sehingga pada 2021 mendatang kami sudah tercatat sebagai perusahaan terbuka untuk OONA global.”

OONA dikembangkan oleh PT OONA Media Indonesia, salah satu anak usaha PT NFC Indonesia Tbk yang bermitra dengan Telkom Indonesia. Indonesia adalah ekspansi perdana OONA setelah resmi berdiri selama dua tahun di Hong Kong.

Application Information Will Show Up Here

NFC Indonesia dan M Cash Berinvestasi ke Perusahaan Iklan Digital DMS

NFC Indonesia dan M Cash mengumumkan investasi ke perusahaan periklanan digital berbasis cloud PT Digital Marketing Solution (DMS) dengan masing-masing mendapatkan kepemilikan saham sebesar 30% dan 5%. Investasi ini adalah langkah strategis pertama NFC Indonesia selepas IPO sebagai bagian strategi memperkaya pertukaran iklan digitalnya. Bagi M Cash, investasi ini untuk memperluas jangkauan distribusi digitalnya di Indonesia.

DMS merupakan perusahaan yang memberdayakan teknologi artificial intelligence untuk memberikan solusi lengkap, dengan memadukan kanal komunikasi online dan offline. DMS saat ini sudah mencakup lebih dari 4000 titik di 19 kota yang tersebar di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan hingga Sulawesi, dengan klien ritel seperti Grup Djarum, Indomaret, Circle-K, The Body Shop Indonesia, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Direktur DMS Budiasto Kusuma menjelaskan bahwa kolaborasi strategis dengan NFC Indonesia dan M Cash akan memperluas jaringan untuk menjangkau lebih banyak khalayak, tidak hanya melalui saluran ritel tetapi juga melalui saluran distribusi digital yang dimiliki NFC Indonesia dan M Cash.

“Kami mengeksploitasi teknologi distribusi melalui cloud untuk mengelola layanan iklan tanpa [konsumen] perlu pergi ke masing-masing tempat beriklan lagi. Dilengkapi dengan analisis kamera pintar, aplikasi berbasis mobile, dan artificial intelligence kami dapat mengirimkan iklan yang sesuai dengan pengguna yang ditargetkan,” terang Budiasto.

Presiden Director NFC Indonesia Abraham Theofilus dalam keterangan resminya menyambut gembira investasi ini. NFC dan DMS akan bersinergi untuk bersama-sama memperkuat akuisisi pelanggan. NFC Indonesia akan membantu DMS mendapatkan exposure penuh dari ekosistem periklanan yang dibangun, sedangkan DMS akan membantu menambah penawaran platform iklannya bagi pelanggan komersial.

Sementara itu Direktur M Cash Suryandy Jahja menambahkan, pihaknya tahun ini akan memulai bisnis periklanan melalui kios digitalnya.

“Tahun ini M Cash akan memulai bisnis periklanan melalui kios digitalnya. Kami berencana untuk memasang layar TV tambahan di atas mesin, lebih jauh lagi, di (mesin) kiosk layar monitor dan body yang akan berfungsi sebagai jalan iklan kami sehingga menambah aliran pendapatan baru. Di sinilah keahlian DMS dalam teknologi iklan digital berbasis cloud akan menjadi nilai tambah yang bagus untuk bisnis M Cash,” ujar Suryandy.

“Digital Exchange Hub” NFC Indonesia Siap “Go Public”, Targetkan Raup Dana Segar Hingga Rp333,3 Miliar

NFC Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang digital exchange hub, menargetkan dapat meraup dana antara Rp250 miliar sampai 333,3 miliar dari rencana melantai di Bursa Efek Indonesia pada Juli 2018 mendatang. NFC akan menjadi perusahaan digital ketiga yang melantai dan tercatat sebagai perusahaan terbuka di Indonesia.

Besaran dana segar yang diharapkan dapat diraup perseroan setara dengan 25% saham baru yang dilepas dari modal disetor. Harga per sahamnya berkisar antara Rp1.500 sampai Rp2.000 per saham. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk modal kerja (60%), beragam investasi digital termasuk perkembangan TI (30%), dan investasi pada sumber daya manusia (10%).

Perseroan menunjuk Kresna Sekuritas, Trimegah Sekuritas, dan Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi saham. Tak hanya itu, perseroan juga telah mempersiapkan anchor investor untuk membeli saham NFC Indonesia yang berasal dari dalam dan luar negeri. Hanya saja, perseroan memberi porsi yang lebih besar untuk investor lokal (60%) ketimbang asing (40%).

“Kami menempatkan IPO sebagai strategi awal untuk mempercepat perkembangan usaha perseroan menjadi digital exchange hub terbesar di Indonesia. Bertujuan agar perseroan dapat berperan penting dalam keseharian gaya hidup masyarakat Indonesia yang tech-savvy,” ucap Presiden Direktur NFC Abraham Theofilus, Jumat (8/6).

Masa book building akan dimulai efektif pada hari ini sampai 22 Juni 2018. Sementara jadwal listing di BEI rencananya akan diselenggarakan pada 10 Juli 2018.

NFC Indonesia merupakan anak usaha M Cash Integrasi dengan kepemilikan saham 25%. Pemilik saham lainnya termasuk Kresna Jubileum Indonesia (35%), Nusantara Teknologi Perkasa (25%), Kresna Graha Investama (10%), dan 1 Inti Dot Com (10%).

Unit usaha NFC Indonesia

Menurut laporan keuangannya, NFC sudah mencatatkan pendapatan sebesar Rp95,55 miliar pada 2017 atau tumbuh 119,63% bila dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih tercatat sebesar Rp65 miliar, melonjak dibanding dua tahun sebelumnya yang mencatat kerugian sebesar Rp224 miliar.

Bisnis NFC selama ini dikontribusikan NFCXC, sebuah marketplace pulsa real time untuk usaha digital. Perseroan juga baru mengembangkan layanan OTT OONA TV untuk usaha media dan hiburan.

Sebagai digital exchange hub, NFC memanfaatkan API untuk menghubungkan perseroan dan mengoperasikan big data dari berbagai lini usaha. Abraham menerangkan NFCXC merupakan solusi real time untuk mengatasi masalah distribusi pulsa di pasar tradisional.

Saat ini distribusi pulsa seringkali mengalami ketimpangan antara ketersediaan pasokan dengan jumlah permintaan di pasar. Ini dikarenakan mekanisme distribusi yang bersifat mingguan dan berbasis wilayah. Diharapkan kehadiran NFCXC membuat likuiditas pulsa di pasar akan terjamin.

“NFCXC juga membuka akses bagi seluruh agen dan dealer untuk mendapatkan informasi harga pulsa secara transparan. Sebagai salah satu upaya untuk menegaskan posisi kami di industri ini, NFCXC akan berperan sebagai pelopor di pasar digital yang menyediakan solusi guna memperbaiki inefisiensi di pasar pulsa tradisional Indonesia.”

Ke depannya, NFC akan menambah unit bisnis digital lainnya agar semakin lengkap dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Ada sejumlah unit bisnis yang akan dirilis perseroan, seperti bursa iklan digital, bursa platform komunikasi, bursa digital, dan sistem pembayaran.

Kresna Graha Siapkan Lima Anak Usaha “Go Public” di Bursa Indonesia dan New York

Kresna Graha Investama mengungkapkan setidaknya akan mendorong lima anak usaha untuk melantai di bursa efek pada tahun ini. Satu atau dua anak usaha akan diarahkan untuk melantai di bursa efek New York, sementara tiga diantaranya akan melantai di bursa lokal.

“Yang akan listed di bursa luar negeri itu anak usaha kita yang ada di pasar global. Itu masih kami kaji dan masuk rencana tahun ini. Untuk yang anak usaha lokal, dua minggu lagi akan ada public expose, rencananya setelah Lebaran akan melantai,” ujar Managing Director Kresna Graha Investama Surjandy Jahja, kemarin (17/5).

Seluruh anak usaha yang akan didorong Kresna Graha adalah perusahaan yang bergerak di bidang digital. Perseroan ingin mendorong anak-anak usahanya untuk mendapatkan tambahan dana segar dari pasar modal demi mengembangkan bisnisnya.

Hanya saja, Jahja enggan membeberkan nama-nama anak usaha yang akan didorong untuk melantai tersebut. Salah satu perusahaan anak usaha Kresna yang bergerak di pasar global adalah MatchMove Pay Pte Ltd (MMP) yang berbasis di Singapura dengan kepemilikan saham 15,5%.

Tak hanya mengambil saham MMP, sebelumnya Kresna Graha juga menguasai saham MatchMove Indonesia (MMI) bersama M Cash dengan masing-masing kepemilikan 14,81%. Sedangkan untuk anak usaha lokal Kresna Graha yang sudah memiliki jadwal melantai adalah PT NFC Indonesia.

Bila tidak ada aral melintang, Kresna Graha berencana menggelar public expose untuk anak usahanya tersebut pada awal Mei 2018. Ditargetkan NFC akan segera melantai setelah Lebaran, atau sekitar Juli 2018.

Kresna Graha akan melepas saham baru sebanyak 25% dan target dana yang didapat sekitar Rp225 miliar sampai Rp325 miliar. Proses roadshow ke luar negeri juga telah dilakukan perusahaan guna mendapatkan komitmen dari investor.

“Yang dua lagi [anak usaha lokal] sedang kita kaji yang mana yang akan kita dorong IPO. Setelah NFC, berikutnya bukan MMI. Setiap anak usaha yang mau kita IPO, prosesnya sama seperti saat M Cash, persis sekali.”

NFC adalah perusahaan yang bergerak di bidang digital hub exchange, beroperasi sejak 2013. Beberapa produk dari NFC adalah toko online Selalu Ada, marketplace barang bekas Tawarin, pulsa agregator, dan aplikasi TV streaming OONA.

Secara total, anak usaha digital yang berada di bawah Kresna Graha mencapai lebih dari 10 perusahaan.

“Sejak 2015 kami transformasi dari holding jasa keuangan sekarang merambah ke bisnis digital. Perusahaan-perusahaan yang unik dan sudah menghasilkan profit akan disiapkan untuk menuju ke bursa.”

Dorong kontribusi bisnis digital

Lini digital menjadi kontributor utama dalam bisnis perseroan, bila dilihat dari laporan keuangan di kuartal I/2018, pendapatan perseroan mencapai Rp950,4 miliar atau tumbuh 764,2% dibandingkan kuartal yang sama di tahun sebelumnya.

Dari pencapaian tersebut kontribusi dari bisnis digital mencapai 83%, meningkat dari tahun lalu sebesar 75%. Perseroan meraih pendapatan sebesar Rp1,57 triliun di 2017, tahun ini ditargetkan sebesar Rp5 triliun, diperkirakan 90% diantaranya berasal dari lini digital.

“Melihat capaian kami di kuartal I/2018, target Rp5 triliun itu cukup konservatif. Tahun ini kami targetkan 90% pendapatan ditopang oleh sektor digital.”

Kendati pendapatan didorong dari digital, perseroan mengungkapkan bila dilihat dari segi laba lini tersebut baru menyumbang kurang dari 10% dari perolehan laba. Mayoritas di antaranya berasal dari perolehan bisnis M Cash.

Jahja memproyeksikan lini digital baru bisa memberikan laba yang signifikan sekitar 40%-50% pada 2022 untuk perseroan. Maka dari itu perseroan akan memperkuat anak usaha, disamping itu menambah jumlah anak usaha yang siap diakuisisi.

Direktur Utama Kresna Graha Investama Michael Steven menambahkan, perseroan telah menyiapkan dana belanja (capex) sebesar Rp350-400 miliar untuk akuisisi anak usaha baru. Sekitar Rp50 miliar di antaranya akan diberikan sebagai penyertaan modal untuk Kresna Sekuritas, sehingga modal dari perusahaan efek itu meningkat jadi Rp 155 miliar.

Sisanya akan dipakai untuk akuisisi perusahaan digital lainnya. Di dalam pipeline perseroan, setidaknya ada lima sampai 10 perusahaan yang akan dibidik.