Rilis Tampilan Baru, DANA Komitmen Tingkatkan Pengalaman Pengguna

Diinisiasi oleh komitmen DANA terhadap kehadiran teknologi finansial yang semakin esensial dalam membawa perubahan yang progresif di masyarakat, DANA memperkenalkan tampilan baru DANA versi 2.0 pada acara DANA Tech Talk yang bertajuk “Gold Recipe in Building Experience to Tens of Millions Users” pada Jumat, 27 Agustus lalu.

Acara yang didukung oleh DailySocial.id ini tak hanya mengupas berbagai terobosan baru, DANA juga berkesempatan membahas berbagai perkembangan teknologi yang mampu berdampak luas untuk memperkaya pengalaman pengguna hingga peningkatan literasi keuangan digital.

Gagasan ini dibangkitkan oleh literasi keuangan atau pengetahuan dan keyakinan dalam melakukan pengelolaan keuangan yang masih rendah. Sehingga, memunculkan keraguan pada masyarakat untuk beralih ke transaksi nontunai. Dalam survei nasional literasi dan inklusi keuangan ketiga yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2019 menunjukan bahwa, indeks literasi keuangan baru mencapai 38,03% dan indeks akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan (inklusi keuangan) sebesar 76,19%, artinya ini masih menjadi disparitas yang cukup signifikan antara literasi dan inklusi keuangan.

Prakarsa ini juga diinisiasi oleh situasi pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan. Pandemi mendorong pergeseran masyarakat dalam memanfaatkan layanan berbasis digital untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satunya adalah pemanfaatan layanan dompet digital yang terus bertumbuh secara signifikan di era pandemi.

Laporan e-Conomy SEA 2020 dalam Fintech Report 2020 oleh DailySocial.id mengemukakan, Indonesia mampu meraih US$44 Miliar Gross Merchandise Value (GMV) hasil kontribusi dari eCommerce, on-demand services, online travel, dan sektor fintech. Menurut analis, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi pertumbuhan fintech di berbagai area. Subsektor yang mengalami pertumbuhan termasuk investasi (116%), remitansi (43%), asuransi (30%), pembayaran digital (3%), dan layanan pinjaman (<1%).

DANA yang menjadi salah satu pemain di layanan pembayaran digital pun seiring dengan teknologi yang maju dan kebutuhan pengguna, berevolusi lebih dari sekadar dompet digital. DANA telah menjelma menjadi lifestyle digital wallet yang terintegrasi dengan kehidupan keseharian penggunanya.

DANA sebagai penyedia layanan keuangan digital terus berupaya untuk menghubungkan dan memahami basis penggunaannya agar manfaat teknologi yang dihasilkan semakin inklusif dan bernilai bagi pengalaman bertransaksi. Salah satu wujud itu dibuktikan dengan pembaruan tampilan UI/UX yang optimal.

Seperti yang dipaparkan oleh Chief Technology Officer DANA Indonesia, Norman Sasono. “Hal pertama yang akan dipikirkan DANA adalah menyajikan manfaat yang besar bagi pengguna. Ini semua tentang di mana kita membawa customer ke situasi yang lebih baik dengan menggunakan teknologi,” paparnya.

Tampilan teranyar DANA itu menawarkan pengalaman pengguna yang dipersonalisasi sehingga memudahkan hampir segala aspek kehidupan pengguna. Adapun berbagai pembaharuan yang sudah bisa dinikmati pengguna sejak 17 Agustus lalu adalah adanya perubahan fitur yang semakin ramah pemakaian kepada setiap pengguna, fitur limitasi untuk mengatur pengeluaran harian, fitur DANA Statement yang kini bisa ditambahkan dengan widget di iOS sehingga pengguna dapat dengan cepat melihat keseluruhan pengeluaran mereka tanpa harus masuk ke aplikasi, dan fitur terakhir adalah adanya Smart Pay yang dapat merekomendasikan pembayaran alternatif bila saldo DANA tidak mencukupi.

Senada dengan ini, CEO dan Co-Founder DANA Indonesia, Vincent Iswara mengatakan, dalam merespon kebutuhan pengguna, keamanan dan kenyamanan menjadi aspek utama dalam setiap rencana pengembangan DANA.

“Secara progresif DANA mengutamakan keamanan bertransaksi dan solusi keuangan yang terintegrasi dengan teknologi pintar yang memudahkan pengguna dalam bertransaksi. Berbagai penyesuaian terus DANA lakukan termasuk mengubah tampilan agar lebih nyaman mengakomodir berbagai kebutuhan pengguna,” ujar Vincent.

Tampilan baru sebuah aplikasi bukan hanya sekadar memikirkan desain yang menarik, lebih jauh dari itu, yang terpenting adalah bagaimana aplikasi layanan tersebut mampu mempertemukan solusi yang dibutuhkan oleh pengguna.

Sehingga, harapannya evolusi yang dilakukan DANA dengan DANA v.2.0 ini mampu mengakselerasi teknologi yang semakin inklusif untuk semua masyarakat dan membawa perubahan yang progresif dalam memudahkan berbagai aktivitas hingga memberdayakan masyarakat ke kehidupan yang lebih baik.

***

Advertorial ini didukung oleh DANA Indonesia

Luncurkan Pembaruan, Aplikasi DANA 2.0 Tingkatkan Personalisasi Pengguna

Bertujuan untuk memberikan kemudahan dan personalisasi kepada pengguna, DANA melakukan pembaruan pada aplikasinya. Dalam acara Tech Talk yang digelar perusahaan, Co-Founder & CEO Vince Iswara menyebutkan, DANA 2.0 yang diluncurkan merupakan bentuk keseriusan mereka dalam menjawab tantangan yang ada di masyarakat.

“Inovasi teknologi, termasuk UI/UX, akan terus kami lakukan secara konsisten dan senantiasa menjadi fokus dalam pengembangan dompet digital DANA demi pengalaman bertransaksi yang terbaik untuk para pengguna.”

Tampilan antarmuka dalam versi teranyar ini diklaim menjadi lebih bersih dengan sajian informasi kontekstual yang lebih baik untuk setiap komponen. Misalnya kemunculan informasi aktivitas pengguna; menu ‘Hanya Untukmu’ untuk mengecek langsung kode referral, voucher, dan lainnya; hingga fitur DANA Protection.

Mereka juga menyederhanakan langkah-langkah dalam fitur Kirim Uang. Pengguna kini dapat dengan mudah memanfaatkan kolom pencarian untuk transfer yang lebih praktis. Selain itu, pada tampilan barunya juga memajang deretan tujuan transaksi yang terakhir dilakukan.

Kedua pilihan ini menjadi jalan pintas bagi pengguna untuk mempercepat transfer pada tujuan yang sama baik sesama pengguna ataupun rekening bank. Selain itu DANA juga memperbarui fitur DANA Statement dengan menambahkan widget di iOS.

Dihadirkan pula fitur Daily Limit yang memungkinkan pengguna mengatur batas pembelanjaan harian untuk setiap kartu sehingga penggunaan makin terkontrol dan terkendali. DANA juga menambahkan lapisan keamanan ekstra untuk kartu pengguna. Melalui fitur Smart Pay, membantu memberikan rekomendasi metode pembayaran terbaik untuk pengguna. Dengan demikian, pengguna tidak perlu khawatir apabila saldo tidak mencukupi untuk bertransaksi.

Perluas edukasi pengguna

Webinar Dana Tech Talk / Dana

Meskipun saat ini DANA telah memiliki sekitar 80 juta pengguna, namun demikian masih besarnya potensi untuk menjangkau pengguna baru menjadi fokus. Dalam hal ini cara paling efektif yang dilakukan adalah terus memberikan edukasi secara online dalam aplikasi. Untuk membuat tampilan informasi menjadi lebih menarik, DANA juga menyuguhkan format infografik yang diklaim lebih menarik untuk dinikmati.

Menurut CTO Dana Norman Sasono, salah satu cara untuk bisa menjangkau lebih banyak pengguna baru adalah menghadirkan UI/UX yang user friendly dan mengedepankan personalisasi. Disinggung apakah ke depannya DANA akan bertransformasi menjadi super app, Norman menegaskan saat ini fokus Dana adalah meningkatkan fitur-fitur yang menjadi unggulan.

Sejak diluncurkan hingga saat ini fitur Kirim Uang menjadi pilihan banyak pengguna. Melalui pembaruan aplikasi DANA 2.0, fitur tersebut ditingkatkan lagi fungsinya untuk mempermudah semua pengguna Dana.

Menurut Head of UX & Design DANA Den Widhana, cara paling efektif untuk memberikan pengalaman UI/UX terbaik adalah dengan memanfaatkan data dan statistik sebagai navigator dan juga UI/UX method yang kemudian dikustomisasi menyesuaikan tujuan dan objektivitas masing-masing produk.

Layanan pembayaran mobile

Menurut laporan “Mobile Wallets Report 2021” yang dirilis Boku, hingga tahun 2020 ada sekitar 63,6 juta pengguna layanan mobile wallet di Indonesia dan diproyeksikan bisa tembus di angka 202 juta pada 2025 mendatang. Nilai transaksinya pun fantastis, sudah mencapai $28 miliar pada tahun 2020 dengan 1,7 miliar volume transaksi.

Didasarkan pada market share, dari total pemain yang ada, laporan tersebut juga menyoroti pemain yang masuk 5 besar, meliputi OVO (38,2%), ShopeePay (15,6%), LinkAja (13,9%), Gopay (13,2%), dan DANA (12,2%).

Pangsa pasar mobile wallet di Indonesia / Boku Report
Pangsa pasar mobile wallet di Indonesia / Boku Report

Kondisi tersebut membuat peneliti menyimpulkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan mobile payment paling cepat di dunia. Namun demikian, fragmentasi pasar masih menjadi tantangan terbesar.

Application Information Will Show Up Here

Inovasi dan Peluangnya Membantu Startup Terus Bertahan

Inovasi menjadi faktor yang paling mempengaruhi keberlangsungan hidup startup. Ketika dalam posisi yang aman hingga saat krisis terjadi, inovasi bisa dipastikan membantu jalannya perusahaan. Dalam edisi #SelasaStartup kali ini, DailySocial mengundang CTO DANA Norman Sasono, membahas peluang startup menghadirkan inovasi yang relevan dan kemampuan beradaptasi demi memecahkan masalah yang bisa mempengaruhi kehidupan orang banyak.

Pantau persoalan yang ada

Salah satu kunci kesuksesan inovasi adalah berdasarkan “keen eye” yang dimiliki founder. Pantau terus masalah yang ada dan pikirkan bagaimana teknologi yang dimiliki bisa memberikan solusi yang terbaik untuk orang banyak. Misalnya yang dilakukan DANA, tim melihat adanya kebutuhan masyarakat untuk mulai melakukan pembayaran secara digital; tidak lagi hanya menggunakan uang tunai, namun pembayaran memanfaatkan QR Code dan tentunya melalui smartphone.

“Bagi platform seperti DANA, LinkAja, Gopay, dan OVO pesaing terbesar tentu saja adalah uang tunai. Untuk itu kami bersama terus memberikan edukasi kepada target pasar untuk mulai meninggalkan pembayaran secara tunai dan memanfaatkan platform pembayaran digital,” kata Norman.

Ketika masalah sudah ditemui dan solusi yang tepat sudah bisa dihadirkan, pastikan kebutuhan tersebut relevan dan tentunya bakal digunakan oleh target pasar. Pantau terus perubahan dan pastikan startup untuk terus menghadirkan inovasi lainnya.

Data-driven

Saat ini data sudah menjadi panduan wajib yang dimiliki oleh startup. Bukan hanya berfungsi sebagai rekomendasi, data yang dimiliki dan kemudian diolah juga bisa menghasilkan inovasi dan produk baru yang relevan. Menjadi ideal tentunya ketika startup sudah mulai memanfaatkan data untuk semua aktivitas dan kegiatan yang bakal dilancarkan.

“Salah satu benefit yang dihasilkan oleh data adalah, bagaimana startup bisa memanfaatkan tools terbaik dan fitur yang relevan untuk pelanggan. Bagi DANA kami melihat sebagian besar masyarakat Indonesia sudah terbiasa menggunakan internet, memanfaatkan mobile phone yang dimiliki. Namun faktanya masih banyak kalangan unbanked dan underserved di pelosok daerah. Di sinilah layanan seperti DANA menjadi ideal bagi mereka, hanya memanfaatkan mobile phone dan layanan data internet,” kata Norman.

Data juga bisa membantu perusahaan untuk menghentikan kegiatan ‘bakar uang’ dilihat dari peningkatan jumlah acitive user. Saat ini DANA mencatat sudah memiliki 40 juta pengguna aktif di seluruh Indonesia. Diharapkan ke depannya, DANA bisa menjangkau seluruh target pasar lebih banyak.

Pengetahuan dan tools yang tepat

Untuk bisa menghadirkan inovasi yang terbaik dan tepat, kemampuan untuk beradaptasi dan pemahaman yang baik terhadap teknologi dan layanan yang ditawarkan menjadi krusial. Startup juga wajib untuk bisa memanfaatkan tools yang tepat atau teknologi yang relevan untuk meningkatkan layanan. Misalnya mulai melakukan uji coba menerapkan AI, IoT, hingga machine learning. Hal ini secara langsung bisa meningkatkan kemampuan dari teknologi yang dimiliki.

“Saat pandemi berlangsung saat ini bisa menjadi potensi yang baik untuk perusahaan melakukan inovasi dan melakukan adaptasi dari perubahan yang ada. Meskipun banyak startup yang mengalami impact negatif saat krisis global saat ini, namun ada pula startup hingga perusahaan yang mendapatkan impact cukup positif saat pandemi. Salah satunya adalah layanan e-commerce. Kami sebagai platform pembayaran digital secara langsung mengalami imbasnya, dilihat dari perubahan dan kebiasaan belanja online masyarakat saat ini,” kata Norman.

Tingkatkan target

Ketika kondisi startup berada pada posisi yang aman dan target telah tercapai, idealnya tidak berpuas diri dulu. Menjadi krusial bagi startup untuk selanjutnya meningkat target OKR, KPI lebih tinggi lagi, sehingga jika nantinya ada masalah yang datang, bisa belajar dan beradaptasi menghasilkan inovasi yang baru.

“Saat proses ini berlangsung kolaborasi antar tim menjadi sangat dibutuhkan. Kebanyakan inovasi hingga ide-ide baru lahir dari proses brainstorming dan kolaborasi antardivisi. Challange terus anggota tim Anda, dengan meningkatkan target yang ada,” kata Norman.

Intinya adalah temukan masalah yang ada dan coba ciptakan solusi yang tepat berangkat dari kondisi yang ada. Jika pada akhirnya startup bisa menemukan peluang baru yang lebih niche untuk kemudian bisa dimanfaatkan oleh perusahaan, tentunya menjadi hal yang positif.

“Tentunya seiring berjalannya waktu kami tidak akan pernah berhenti untuk berinovasi dan terus memperluas kolaborasi dengan pihak terkait,” kata Norman.

Application Information Will Show Up Here

The Adoption of Enterprise Communication Platform in Startup

One thing that supports the productivity of working in an office is enterprise communication platforms. In Indonesia, platforms such as Slack, Google Meet, Workplace from Facebook, and Microsoft Teams are quite familiar to startup enthusiasts. However, WhatsApp, which is not specifically aimed at corporate communication, is also very popular.

DailySocial has summarized the most popular enterprise communication platforms among startups and whether startups have a special budget for premium features. On the other hand, this also invites local players to present their products and to compete.

Essential platform

When the Covid-19 began to spread and the work-from-home system is widely applied, the use of communication platforms surged. Zoom is inevitably become the most popular platform, both globally and in Indonesia. Zoom monthly active users have reached 12.9 million in February 2020. This indicates the essential function of the communication platform to support productivity.

“The use of communication tools is clearly determined by the needs of the company and the habits or main communication channels used by each country,” AnyMind Group Indonesia’s Head of Operations, Yuwanda Fauzi said.

This communication platform helps employees break down tasks and discuss constraints and workloads. On the other hand, supervisors and managers also monitor employee performance using this platform.

“In DANA, ideas for innovation, problem-solving, and value creations must be well communicated and synergized on a daily operational scale for employees. This step needs to be done to ensure all communication among team members work well, given the many functions of each department or different divisions and individuals in a company. Message and communication are key to ensuring that different teams and individuals can work together in the same direction. The goal is for DANA to achieve its shared goals and vision in the most effective and efficient way,” DANA’s CTO Norman Sasono said.

Achieving aligned goals and ensuring collaboration work well is the main focus of startups to utilize a variety of existing communication platforms. The use of applications is also crucial when allowing employees to do other things online, such as meetings, giving presentations, and creating surveys.

“In fact, choosing an application that can safely facilitate employee activities is also important to maintain the privacy of all employees and the security of company information that is confidential,” Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono said.

As a digital payment and financial services company, OVO is demanded to constantly develop and adapt so that OVO services can continue to be accepted and able to support the daily lives of its users. In order to stay agile, there needs to be good communication, coordination, and relations between employees, therefore, they can work together and discuss optimally.

“The platform is easy to use, fast, and practical in supporting daily activities such as discussion and coordination. Especially in a startup environment where speed and practicality are substantial in working,” OVO’s Head of PR Sinta Setyaningsih said.

Slack and WhatsApp as the most popular apps

Based on a survey conducted by DailySocial to 16 startups, most of them chose a foreign platform to support their daily activities. Although the options are quite varied, apparently the two platforms are more dominant than the other platforms.

The first platform is Slack founded by Stewart Butterfield and the second is WhatsApp founded by Brian Acton and Jan Koum. WhatsApp is now under the auspices of Facebook.

In global, Slack as of March 2020 has more than 12 million active daily users. WhatsApp, on the other hand, with wider adoption, as of February 2020 claims to have had two billion users worldwide.

Hasil survei DailySocial
DailySocial’s survey on enterprise communication platform in startup

The interesting thing is, WhatsApp and Slack are perceived differently by users.

“WhatsApp as a communication tool focuses on chat experience and its simplicity and already has a very large number of users from various industries. While Slack as a communication tool focuses on productivity supported by bots and integration tools, making it look more complex and getting large support, especially from technology-based industries,” DOKU’s Chief of Innovation Officer Rudianto said.

The attractive UI/UX display and comfortable user experience make DANA choose Slack and WhastApp as a platform to support daily activities. The company is also willing to allocate a budget to provide premium features for employees.

“There are some factors that cause the instant messaging platform to become popular, such as habits, good user experience (UI / UX), features for productivity and efficiency, and also security aspects,” Norman said.

Slack’s excellent features are to create coordinating groups openly (anyone can join to discuss) and closed (limited to a few people), make voice calls, start and finish work (clock in and clock out), create and fill out forms, and polling on the same platform. In addition, Slack can also provide reports on the results of measurements of communication effectiveness by the team on the platform.

While WhatsApp allows employees to communicate via chat, exchanging documents and photos, and conducting group conferences (in limited numbers) with guaranteed data encryption.

Most startups are willing to pay subscription fees and allocate special funds to support employee productivity.

“Working in a tech company and startup requires fast, efficient, and safe coordination with fellow employees, therefore, a communication channel to fulfill those needs, such as Slack and WhatsApp, is required,” Intan said.

Analyzing opportunities for local platforms

For local platforms in the communication sector, the challenge lies in how they can convince consumers and compete with global platforms. Although most startups in Indonesia use foreign platforms, when the local products provided are more competitive in terms of functionality and price, they are willing to try.

“Local communication tools have the potential to compete with foreign platforms, because in terms of technology, creating communication tools is not complicated. The main challenge is that local platforms must be able to answer the basic question: ‘Why should I move from WhatsApp to the local platform?’. If there is a startup capable to answer this question, it is most likely to become the next unicorn, Indonesia’s first national communication tool, as happened with WeChat, KakaoTalk, and Line in their respective countries,” Rudianto said.

Those with a unique proposition to solve user problems can also attract certain users. In addition to exciting new features, local providers must also really be very well aware of the basics of B2B services, such as UX, SLA for performance and availability and reliability and security.

“Every instant messaging instrument/platform provider can compete in the industry, if it provides a solution or product that is better than the options that are already available in the market,” Norman said.

Seeing the development and trends in this matter, began to emerge several local platforms that try to provide this enterprise communication service.

“The higher the demand for communication tools in work activities, the developers will be more creative and innovative in making products that can meet the needs of a dynamic market. We will certainly always support Indonesian developers to compete with other developers from around the world in creating tools of the highest quality,” Intan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Menyimak Adopsi “Enterprise Communication Platform” di Startup

Salah satu penunjang produktivitas bekerja di kantor adalah enterprise communication platform. Di Indonesia, platform seperti Slack, Google Meet, Workplace from Facebook, dan Microsoft Teams sudah familiar digunakan penggiat startup. Meskipun demikian, WhatsApp, yang tidak secara khusus ditujukan ke komunikasi korporat, juga sangat populer penggunaannya.

DailySocial mencoba merangkum enterprise communication platform apa yang paling familiar di kalangan startup dan apakah startup memiliki budget khusus untuk menikmati fitur premium. Di sisi lain, potensi ini mengundang pemain lokal untuk menunjukkan produknya dan bisa bersaing.

Platform esensial

Saat Covid-19 mulai merebak dan aturan bekerja di rumah mulai banyak diterapkan, penggunaan communication platform melonjak. Zoom adalah platform yang bisa dibilang paling populer, baik secara global maupun di Indonesia. Tercatat pengguna aktif bulanan Zoom mencapai 12,9 juta di bulan Febuari 2020. Hal tersebut menandakan esensialnya fungsi communication platform membantu kegiatan produktivitas.

“Penggunaan alat komunikasi jelas ditentukan oleh kebutuhan perusahaan itu sendiri dan kebiasaan atau saluran komunikasi utama digunakan oleh masing-masing negara,” kata Head of Operation of AnyMind Group Indonesia Yuwanda Fauzi.

Platform komunikasi ini membantu pegawai mengurai tugas dan mendiskusikan kendala dan beban kerja. Di sisi lain, para supervisor dan manager juga melakukan monitoring terhadap kinerja pegawai memanfaatkan platform ini.

“Di DANA, ide untuk berinovasi, problem solving, serta value creations harus bisa dikomunikasikan dan tersinergi dengan baik dalam skala operasional harian bagi para karyawan. Langkah ini perlu dilakukan untuk memastikan semua komunikasi anggota tim bisa berjalan dengan baik, mengingat banyak fungsi setiap departmen atau divisi serta individu yang berbeda di sebuah perusahaan. Pesan dan komunikasi menjadi kunci untuk memastikan tim dan individu yang berbeda bisa bekerja bersama dalam jalur yang terarah. Tujuannya adalah DANA bisa mencapai tujuan dan visinya bersama dengan cara yang paling efektif dan efisien,” kata CTO DANA Norman Sasono.

Mencapai tujuan yang selaras dan memastikan kolaborasi berjalan baik menjadi fokus utama startup untuk memanfaatkan beragam communication platform yang ada. Pemanfaatan aplikasi juga krusial saat memungkinkan pegawai melakukan hal-hal lain secara online, seperti rapat, memberikan presentasi, dan membuat survei.

“Tentunya memilih aplikasi yang dapat memfasilitasi kegiatan pegawai dengan aman juga tidak kalah pentingnya demi menjaga privasi seluruh pegawai serta keamanan informasi-informasi perusahaan yang bersifat rahasia,” kata Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono.

Sebagai perusahaan pembayaran digital dan layanan finansial, OVO dituntut senantiasa berkembang dan beradaptasi agar layanan OVO dapat terus diterima dan mampu menunjang kehidupan sehari-hari para penggunanya. Agar tetap tangkas, perlu adanya komunikasi, koordinasi, dan relasi yang baik antar pegawai agar dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan maksimal.

“Platform tersebut mudah untuk digunakan, cepat, dan praktis dalam menunjang aktivitas sehari-hari seperti berdiskusi dan berkoordinasi. Terlebih pada lingkungan startup di mana kecepatan dan kepraktisan merupakan hal yang substansial dalam bekerja,” kata Head of PR OVO Sinta Setyaningsih.

Slack dan WhatsApp paling populer

Berdasarkan survei yang dilakukan DailySocial ke 16 startup, kebanyakan  memilih platform asing untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Meskipun pilihannya cukup bervariasi, dua platform tampil lebih dominan di antara platform lainnya.

Platform pertama adalah Slack yang didirikan oleh Stewart Butterfield dan yang kedua adalah WhatsApp yang didirikan Brian Acton dan Jan Koum. WhatsApp kini berada di bawah naungan Facebook.

Secara global, Slack hingga bulan Maret 2020 memiliki lebih dari 12 juta pengguna aktif harian. WhatsApp, di sisi lain, dengan adopsi yang lebih luas, per bulan Febuari 2020 mengklaim telah memiliki dua miliar pengguna di seluruh dunia.

Hasil survei DailySocial
Hasil survei DailySocial tentang penggunaan enterprise communication platform di startup

Yang menarik, WhatsApp dan Slack, oleh penggunanya, dipersepsikan dengan peruntukkan yang berbeda.

“WhatsApp sebagai communication tools fokus kepada chat experience and its simplicity dan telah memiliki jumlah pengguna yang sangat besar dari berbagai industri. Sedangkan Slack sebagai communication tools fokus kepada productivity yang didukung oleh bot dan integration tools, membuatnya terlihat lebih kompleks dan mendapat dukungan yang besar, khususnya dari industri berbasis teknologi,” kata Chief of Innovation Officer DOKU Rudianto.

Tampilan UI/UX yang menarik dan pengalaman pengguna yang nyaman juga membuat DANA memilih Slack dan WhastApp sebagai platform penunjang aktivitas sehari-hari. Perusahaan pun bersedia mengalokasikan budget untuk memberikan fitur premium bagi pegawai.

“Ada sejumlah faktor yang menyebabkan platform pesan instan menjadi populer, seperti kebiasaan dalam menggunakannya, pengalaman pengguna (UI/UX) yang baik, memiliki banyak fitur yang membuat pengguna produktif dan efisien, dan juga memiliki aspek keamanan,” kata Norman.

Fitur unggulan Slack adalah membuat grup koordinasi secara terbuka (siapapun dapat bergabung untuk berdiskusi) dan tertutup (terbatas untuk beberapa orang saja), melakukan voice call, melakukan absen mulai dan selesai bekerja (clock in dan clock out), membuat dan mengisi form, dan membuat polling di satu platform yang sama. Selain itu, Slack juga dapat memberikan laporan hasil pengukuran efektivitas komunikasi yang dilakukan tim di platform tersebut.

Sedangkan WhatsApp memungkinkan karyawan berkomunikasi lewat chat, saling berkirim dokumen dan foto, serta melakukan group conference (dengan jumlah terbatas) dengan jaminan enkripsi data.

Kebanyakan startup bersedia membayar biaya berlangganan dan mengalokasikan dana khusus untuk mendukung produktivitas pegawai.

“Bekerja di tech company dan startup membutuhkan koordinasi yang cepat, efisien, dan aman dengan sesama karyawan sehingga dibutuhkan communication channel yang dapat memenuhi kebutuhan itu, seperti Slack dan WhatsApp,” kata Intan.

Melihat peluang platform lokal

Bagi platform lokal di sektor komunikasi, tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mereka bisa meyakinkan konsumen dan bisa bersaing dengan platform global. Meskipun sebagian besar startup di Indonesia menggunakan platform asing, jika produk lokal yang disediakan lebih kompetitif dari sisi fungsi dan harga, mereka bersedia untuk mencoba.

Communication tools lokal memiliki potensi untuk bersaing dengan platform asing, karena dari sisi teknologi, membuat communication tools bukanlah sesuatu yang rumit. Tantangan utamanya adalah platform lokal harus dapat menjawab pertanyaan dasar: ‘Mengapa saya harus berpindah dari WhatsApp ke platform lokal?’. Jika ada startup yang mampu menjawab pertanyaan ini, sudah dipastikan mereka akan jadi the next unicorn, Indonesia’s first national communication tools, seperti yang terjadi dengan WeChat, Kakao Talk, dan Line di negara mereka masing-masing,” kata Rudianto.

Mereka yang memiliki proposisi unik untuk menyelesaikan masalah pengguna juga dapat menarik pengguna tertentu. Selain fitur-fitur baru yang menarik, penyedia lokal juga harus benar-benar sangat memahami dengan baik dasar-dasar layanan B2B, seperti UX, SLA untuk kinerja dan ketersediaan (Performance and Availability) dan keandalan dan keamanan (Reliability and Security).

“Setiap penyedia instrumen / platform pesan instan bisa berkompetisi di industri, jika menyediakan solusi atau produk yang lebih baik daripada opsi yang sudah tersedia di pasar,” kata Norman.

Melihat perkembangan dan tren pada hal ini, mulai muncul beberapa platform lokal yang mencoba memberikan layanan enterprise communication ini.

“Semakin tinggi demand untuk communication tools dalam aktivitas kerja, para developer akan semakin kreatif dan inovatif juga dalam membuat produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis. Kami tentunya akan selalu mendukung para developer Indonesia untuk bersaing dengan developer-developer lainnya dari seluruh dunia dalam menciptakan tools dengan kualitas terbaik,” kata Intan.

Bizzy Konfirmasi Perolehan Pendanaan Pra-Seri B Senilai 115 Miliar Rupiah

Pengembang layanan e-commerce B2B Bizzy mengonfirmasi perolehan pendanaan Pra-Seri B senilai $8 juta (setara sekitar 115 miliar Rupiah), yang pertama kali dikabarkan DealStreetAsia. Pendanaan tersebut dipimpin Sinar Mas Digital Ventures (SMDV) dan beberapa investor baru dari vertikal industri berbeda — detailnya masih enggan diungkapkan pihak Bizzy.

Rencananya dana yang diperoleh akan dialokasikan untuk perekrutan talenta guna mendukung pengembangan solusi B2B yang terintegrasi dari hulu ke hilir, yakni berupa platform e-marketplace, e-procurement, e-distribution dan e-logistics.

“Pendanaan ini mampu menunjukkan besarnya ketertarikan investor yang berasal dari berbagai sektor terhadap platform yang sedang kami bangun. Dengan pengalaman dan dukungan mereka di sektor bisnis perkebunan, manufaktur, finansial, pertambangan, properti, dan teknologi, kami lebih percaya diri menghadirkan teknologi B2B multi-sektor dari hulu ke hilir,” ujar Co-Founder & CTO Bizzy Norman Sasono kepada DailySocial.

Seiring perkembangan yang ada, Bizzy mengaku menyadari untuk menjalankan model bisnis B2B tidak cukup dengan sekadar e-commerce. Sehingga dalam satu tahun terakhir, Bizzy lebih banyak fokus melakukan pengembangan platform agar bisa menjadi solusi menyeluruh bagi pelanggannya.

Norman juga menceritakan, timnya baru saja selesai melakukan perombakan besar pada platform Bizzy dari sisi teknologi untuk bisa menunjang fitur yang lebih luas dari sebelumnya.

“Sekarang platform Bizzy mendukung business model kuasi-ritel dan juga marketplace, lengkap dengan e-procurement, serta integrasi dengan ERP dan sistem e-procurement internal untuk customer skala enterprise. Ke depannya platform Bizzy juga akan mendukung banyak aspek lain yang lebih luas di dunia B2B selain e-commerce,” lanjut Norman.

Kemampuan integrasi dengan ERP internal yang dimiliki perusahaan menjadi salah satu keunggulan yang menarik. Norman menceritakan, integrasi yang ditawarkan Bizzy menggunakan protokol khusus yang memang telah disepakati oleh industri e-commerce, e-distribution, dan e-logistics di dunia, sebuah protokol yang lebih spesifik dari sekedar Web API pada umumnya.

Dari sisi bisnis disampaikan, Bizzy akan memperkuat jaringan vendor lokal di kota-kota utama di Indonesia seperti Banjarmasin, Pekanbaru, Palembang, Pontianak, Surabaya, hingga Medan. Kemudian juga akan mengundang perusahaan kelas korporasi dan menengah dalam vertikal yang didukung oleh investor, yaitu bidang perkebunan, manufaktur, finansial, pertambangan, properti dan teknologi.

“Selain memperluas bisnis, ke depan tentunya kami akan memperkaya barang-barang B2B yang tersedia. Saat ini sudah ada lebih dari 100 ribu barang dalam 14 kategori utama. Dari sisi produk dan platform, Bizzy akan menambah fitur-fitur baru yang akan membuat pelanggan dan vendor pengguna untuk dapat melakukan transaksi secara lebih transparan, accountable dan efisien lagi. Aplikasi mobile juga menjadi pelengkap dalam roadmap kami setelah aplikasi web yang sekarang tersedia,” Norman menjelaskan target Bizzy di tahun ini.

Rencana Pengembangan dan Pembaruan Bizzy di Kuartal Ketiga 2017

Layanan procurement dan e-commerce B2B Bizzy, kini tengah berbenah dan menyiapkan roadmap di bawah kepemimpinan CEO Andrew Mawikere. Resmi menjabat sebagai CEO Bizzy bulan Mei 2017 lalu pasca akuisisi terhadap “Alpha” dengan nilai yang tidak disebutkan, Andrew bakal melakukan revamping dan pengembangan pricing engine, pusat merchant, dan segera meluncurkan Bizzy Select marketplace.

Di sisi lain, Peter Goldsworthy, President Bizzy dan CEO sebelumnya, telah mundur dari posisinya per Juli lalu dan kini menjabat Partner Maloekoe Ventures. Karena Maloekoe Ventures masih merupakan investor Bizzy, Peter kini menjadi wakil VC tersebut di board Bizzy.

“Bagi Bizzy, peluncuran layanan tersebut adalah penting untuk memaksimalkan solusi sekaligus menambah keuntungan kepada pengguna, vendor dan stakeholder. Pembaruan ini kami percaya akan memperkaya investasi Bizzy untuk kegiatan edukasi kepada pelanggan, vendor dan stakeholder agar bisa mulai mengadopsi platform kami. Revamp ini dijadwalkan akan selesai dan live bulan Agustus ini,” kata Andrew.

Pasca mendapatkan pendanaan Seri A, di bawah kepemimpinan Andrew, misi Bizzy adalah menerapkan ekonomi yang transparan dan mendukung ekosistem inklusi bisnis digital secara efisien.

Latar belakang pendidikan keuangan yang dimiliki Andrew, termasuk pengalamannya menjadi Co-Founder Mbiz, disebut cocok mendukung arah pengembangan Bizzy yang sekarang dalam tahap scale up.

Memperluas kerja sama dan kolaborasi

Memasuki kuartal ketiga di tahun 2017, salah satu rencana yang bakal dilancarkan Bizzy adalah memperluas kerja sama dan kemitraan strategis dengan industri yang beragam, perusahaan besar hingga kecil, maupun letak geografis.

“Tujuan perluasan kerja sama strategis tersebut agar bisa mengembangkan dan melakukan eksekusi kegiatan operasional. Kami juga akan mulai fokus untuk melakukan scale up dan memperluas jaringan vendor lokal di luar Jadetabek,” kata Andrew.

Saat ini Bizzy telah memiliki katalog produk sebanyak 19 kategori utama dari lebih 5100 sub-kategori, dengan mengedepankan cross-docking fulfillment model agar bisa memaksimalkan waktu, Bizzy juga terus melakukan kolaborasi dengan mitra logistik dan vendor lokal di seluruh Indonesia.

“Dengan melanjutkan inovasi dan digital platform yang inklusif untuk ekosistem B2B, diharapkan bisa membuat Bizzy tetap tampil relevan,” tutup Andrew.

Platform Perekrutan Sosial Wantedly “Meluncur Kembali” di Indonesia dengan Kearifan Lokal

Di bulan November lalu, kami mengangkat cerita tentang platform perekrutan sosial yang berasal dari Jepang, Wantedly, yang ingin relaunch dengan strategi baru di Indonesia. Perkembangan bisnis Wantedly di Indonesia, yang hadir sejak tahun 2015, dinilai belum memuaskan terutama karena operasional tidak dipegang tim lokal.

Hari ini Wantedly memperkenalkan tim barunya yang dipimpin Country Head Lius Widjaja. Selain Kentaro Adachi yang merupakan perwakilan Wantedly (dari Jepang), direkrut pula Imelda Dharmawi sebagai anggota tim Business Development.

Selain tim lokal, Wantedly berusaha untuk melokalkan berbagai fitur ke dalam bahasa Indonesia, termasuk beberapa hal yang khas Indonesia, misalnya mengkoneksikan fitur messaging (Wantedly Chat) ke beberapa platform messaging populer.

Meskipun terbuka untuk berbagai jenis pekerjaan, Wantedly dikhususkan untuk menjangkau talent pool di kalangan millennial.

Dalam paparannya ke awak media, Lius menjelaskan bahwa titik berat Wantedly, dibanding platform pencarian pekerjaan lainnya, adalah memberikan penjelasan budaya perusahaan ke setiap anggota Wantedly. Lius mengibaratkan matchmaking antara perusahaan dan pegawai layaknya dua insan yang berkencan. Ada fase berkenalan, merasakan kecocokan, hingga akhirnya proses lamaran dan penerimaan.

Saat ini tampilan Wantedly layaknya platform media sosial kerja lainnya, tapi kanal akun perusahaan akan menonjolkan bagaimana nuansa kerja di suatu perusahaan, kegiatan luar kantor yang biasa dilakukan, dan budaya yang diusung. Akun perusahaan didorong untuk memberikan pengenalan awal sebelum seorang calon pegawai benar-benar masuk ke dalam lingkungan kerja perusahaan tersebut.

Co-Founder dan CIO Bizzy Norman Sasono dalam kesempatan yang sama berkomentar, “Sebagai salah satu perusahaan yang telah mencoba menggunakan Wantedly untuk perekrutan pegawai, khususnya untuk tim teknologi, kami percaya bahwa Wantedly mampu menghubungkan kami dengan kandidat yang berkualitas serta memiliki mentalitas yang tepat untuk beradaptasi dengan budaya perusahaan startup.”

Di Indonesia, Wantedly membidik banyak startup sebagai kliennya, mengingat mereka sangat mudah beradaptasi dengan teknologi baru untuk perekrutan.

Mayoritas pekerja mencari perusahaan yang budayanya sesuai

Hasil temuan Research Work Institute menunjukkan hanya 25,5% pekerja yang meninggalkan pekerjaan lama karena isu gaji atau tunjangan. Sisanya (sebagian besar) mencari budaya kerja, visi dan misi perusahaan yang sesuai dengan aspirasinya. Hal tersebut yang mendorong Wantedly menonjolkan budaya perusahaan sebagai “wajah depannya”.

Lius mengatakan, “Berbeda dengan situs lowongan pekerjaan lainnya yang berusaha menarik kandidat dengan iming-iming gaji dan tunjangan, Wantedly mengambil pendekatan yang berbeda terhadap perekrutan. Posting dari perusahaan di platform kami akan lebih berfokus pada penjelasan mengenai budaya kerja serta visi mereka sehingga dapat menarik calon kandidat yang memiliki pemikiran yang sejalan.”

Faktor media sosial

Berbicara soal millennial tidak bisa lepas dari faktor media sosial. Karena banyak millennial yang tidak bergabung ke dalam job board, cara yang dianggap efektif adalah menyebarkan informasi lowongan ke berbagai media sosial. Wantedly mengambil kesempatan itu dengan mempermudah proses berbagi informasi lowongan ke berbagai platform.

Lius menyebutkan, “Kami melihat hanya ada 25% populasi talent pool di platform lowongan kerja tradisional. Sedangkan 75% talent pool adalah passive job seeker yang tidak aktif di platform penarian kerja namun aktif di berbagai media sosial. Mereka adalah orang-orang yang telah memiliki pekerjaan namun sebetulnya terbuka untuk kesempatan kerja yang lebih baik. Wantedly yang mengintegrasikan platform lowongan kerja dengan media sosial memberikan solusi bagi perusahaan untuk memudahkan menjangkau kandidat-kandidat ini.”

Application Information Will Show Up Here

Bizzy Luncurkan Portal Manajemen “Corporate Travel” Bizzy Travel

Untuk memudahkan perusahaan melakukan monitor dan persetujuan terhadap kegiatan pemesanan hotel saat melakukan perjalanan bisnis karyawan, layanan “Everything for the business” Bizzy hari ini meluncurkan portal manajemen corporate travel. Menargetkan kalangan korporasi di Indonesia Bizzy Travel ini diharapkan bisa menjadi portal terlengkap yang bisa dimanfaatkan untuk mengatur dan memonitor semua kegiatan pemilihan hingga pemesanan hotel domestik untuk korporasi.

“Bizzy berusaha untuk menghadirkan layanan yang memudahkan berbagai macam produk terkini khusus untuk layanan bisnis bagi segmen UKM dan korporasi, dengan sistem terpadu Bizzy Travel merupakan portal manajemen corporate travel pertama di Indonesia,” kata Chief Innovation Officer Bizzy Norman Sasono kepada DailySocial.

Saat ini Bizzy Travel bisa diakses melalui Business Select yang terdapat di situs Bizzy, layanan yang secara khusus di ciptakan untuk korporasi ini sebelumya menyediakan kebutuhan procurement perusahaan. Perusahaan yang telah terdaftar dalam layanan Business Select bisa secara langsung menggunakan Bizzy Travel.

“Kami melihat saat ini masih banyak korporasi yang kesulitan membuat itinerary yang lengkap sekaligus transparan untuk proses pemesanan hingga pembayaran hotel urusan bisnis, dengan Bizzy Travel semua bisa di koordinasikan dengan mudah,” kata Norman.

Bermitra dengan partner khusus

Untuk memastikan korporasi mendapatkan penawaran hotel yang sesuai dengan budget dan peraturan masing-masing perusahaan, Bizzy Travel tidak melakukan kemitraan dengan layanan OTA (Online Travel Agent) seperti Traveloka, Agoda, Expedia dan lainnya. Bizzy Travel memiliki beberapa mitra yang bisa dipastikan sesuai dengan kriteria yang dientukan oleh korporasi.

“Tentunya masing-masing perusahaan memiliki peraturan khusus yang hanya mengijinkan hotel tertentu untuk tempat menginap mereka saat melakukan perjalanan bisnis, di sinilah fungsi dari Bizzy Travel yang sebelumnya telah melakukan proses kurasi untuk hotel yang ideal,” kata Norman.

Untuk saat ini Bizzy Travel yang masuk dalam layanan Business Select masih bisa diakses di desktop, sedangkan untuk aplikasi mobile dan keperluan monitor belum ada rencana ke depannya untuk diluncurkan.

“Bizzy Travel sudah live dan bisa diakses oleh semua pengguna yang terdaftar, untuk saat ini kami memberikan penawaran gratis bagi pelanggan program pembelian Bizzy Select,” kata Norman.

DScussion #65: Pergeseran Tren Procurement dan Peranan Bizzy di Segmen Marketplace B2B

Tidak hanya ingin dikenal sebagai startup yang menyediakan layanan marketplace B2B untuk suplai perlengkapan dan layanan bisnis, Bizzy memiliki rencana jangka panjang menjadi layanan “Everything for the business” yang mampu mengakomodir berbagai permintaan atau quotation dari korporasi.

Bizzy juga baru saja meluncurkan Bizzy Select dan Bizzy Benefits sebagai portal tertutup untuk startup, korporasi, dan para pegawainya yang berlangganan dengan konsep layanan terdedikasiSimak wawancara lengkap DScussion dengan Chief Innovation Officer Bizzy Norman Sasono berikut ini.