Setelah Bali dan Surabaya, SayurBox Targetkan Bisa Tersedia di Seluruh Jawa

Peningkatan transaksi dan pengguna untuk layanan online grocery di Indonesia tampaknya juga dirasakan oleh SayurBox. Dengan klaim untuk membantu petani lokal dan memenuhi kebutuhan pelanggan, kini mereka resmi hadir di Surabaya dan Bali.

Head of Communications SayurBox Oshin Hernis menyampaikan, selain operasional pihaknya juga sudah memiliki kantor, warehouse, dan tim lapangan di area tersebut.

“Surabaya dan Bali memiliki potensi Agrikultur yang besar. Kami memberikan akses bagi petani lokal untuk menjual hasil panen mereka kepada konsumen. Peluncuran SayurBox di kedua kota ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kelangsungan bisnis petani lokal. Terlebih lagi di masa pandemi ini, kami mengakomodasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok harian dengan aman melalui aplikasi SayurBox,” terang Oshin.

Oshin lebih jauh menjelaskan, setelah Bali dan Surabaya pihak SayurBox sudah menargetkan area baru untuk beroperasi. Bandung dan luar Pulau Jawa secara keseluruhan adalah target selanjutnya. Hal ini menurutnya tak lepas dari permintaan masyarakat di daerah-daerah tersebut.

Pihak SayurBox enggan menjelaskan secara rinci mengenai capaian yang didapat selama masa pandemi ini, hanya saja buah dan sayuran seperti Mangga dan Kangkung menjadi produk unggulan. Banyak dikonsumsi karena mudah untuk mengolahnya.

Ekspansi di waktu yang tepat

SayurBox tercatat sudah empat tahun berkecimpung di ekosistem jual-beli sayur dan buah segar. Secara konsep, mereka menyalurkan langsung hasil panen dari petani ke pelanggan. Tahun ini mereka resmi beroperasi di Surabaya dan Bali, tepatnya pada Agustus 2020.

SayurBox sendiri saat ini menyandang status centaur dengan pendanaan yang didapat dari Insigna Venture, Patamar Capital, East Ventures, dan Tokopedia. Ekspansi di tengah pandemi ini merupakan salah satu keputusan yang tepat. di waktu yang tepat. Selain Sayurbox sudah cukup berpengalaman di industri ini persaingan dengan layanan sejenis juga menjadi menjadi pertimbangan.

Salah satu cara untuk menjangkau lebih banyak tentunya dengan hadir di lebih banyak kota. Mengingat pandemi sukses mendorong pertumbuhan industri online grocery ini adalah waktu yang tepat.

Sebelum industri ini cukup ramai dengan pemain baru atau pemain lama yang mengambil langkah agresif. Etanee, TaniHub, Happy Fresh, atau KedaiSayur (pivot ke layanan pesan antar bahan makanan) adalah beberapa nama yang cukup aktif menjalankan strategi inovasi dan eksoansi.

Sementara itu di Surabaya sendiri pilihan untuk belanja sayur dan buah segar sudah ada beberapa. Ada Happy Fresh, Tanihub, dan TukangSayur.

Application Information Will Show Up Here

AwanTunai to Facilitate Credit Agriculture for Farmers on Sayurbox

The p2p lending startup AwanTunai is expanding its financing products for farmers who distribute their crops in Sayurbox. Pilot projects are already ongoing for selected farmers located in Bogor, Sukabumi, Bandung, and Indramayu.

The two companies partnered due to the circumstances of sister companies and founded by the same co-founder, Rama Notowidigdo. Both have the same ambition to improve the lives of micro-entrepreneurs.

AwanTunai’s Co-Founder and CEO, Dino Setiawan explained that the company is interested in entering this segment considering it’s in line with the company’s core focus on SME financing in the FMCG and grocery supply chain.

“Downstream we have stalls that sell goods to end consumers and upstream there are farmers. Therefore, farmers are the next SME group we serve,” he told DailySocial.

Before AwanTunai, Sayurbox had never been involved with farmers to finance working capital because the selling system was off. Sayurbox Head of Communication Oshin Hernis explained, when farmers need a loan, the company will usually educate and recommend it to Bank BRI Agro as the company’s partner.

Furthermore, the bank will perform some curation based on historical data from Sayurbox regarding these farmers. The bank will get an overview of determining credit scoring before approving a capital loan.

On the other hand, the company also offers a one-month partnership, when they meet certain requirements. For example, it is in good quality and guaranteed quantity.

“If the two big factors fulfilled, Sayurbox will offer to be a partner as a form of higher commitment and appreciation. This is one of our selections so that our partners’ expectations can be maintained properly in the future,” Oshin added.

Regarding its partnership with AwanTunai, there will be no specific criteria for farmers in Sayurbox to get a loan. The company only ensures that the farmers to be referred are Indonesian citizens as proven by an ID.

“The rest, we provide flexibility for AwanTunai to select farmers who become our suppliers to get a capital loan facility.”

Dino continued, the company provides loans ranging from IDR5 million to IDR 500 million per farmer for this collaboration curated by Sayurbox. The tenor is quite short, between 2 weeks to 1 month and the interest is 0.75% per week.

“Loan repayments through virtual accounts/bank transfers are due to maturity. For every return according to maturity, we will be given cashback,” he said.

In risk mitigation, companies do not provide financing in cash, it is in the form of seeds, fertilizers, or other inputs needed for agriculture. They believe this method can reduce the risk default, as well as learn from previous mistakes.

This method is also used for AwanTempo, a financing product for grocery stores in need of additional capital to buy their shop needs. The company works closely with suppliers to provide financing to the small shop.

“In past agricultural financing programs, loan misuse has become quite a problem. We want to apply our AwanTempo financing program to micro farmers.”

This product has been rolled out for selected farmers located in Bogor, Sukabumi, Bandung, and Indramayu. Dino said that there were interesting insights found in the field, including that some farmers needed advanced payment therefore they could turn the funds into agricultural raw materials such as seeds and pesticides.

“This scheme is similar to cash on delivery (COD) without additional time. Meanwhile, for gardens or paddy fields, some farmers manage land owned by other people through a production sharing system or land rental system. ”

The pandemic effect

Sayurbox is one of the leading e-commerce players for groceries in Indonesia. Was founded in 2016, it has received seeds from Insignia Ventures Partners, Patamar Capital, and Tokopedia.

Oshin explained, since the pandemic happened at the end of March-April, Sayurbox transactions skyrocketed due to panic buying. The company had decided to temporarily close the transaction for a while.

“However, as the new normal began, transactions are quite stable even though the current level of competition is increasing,” Oshin said.

In an interview with Tempo, Sayurbox Co-Founder and CEO Amanda Cole said that the company added more partnerships with farmers from 50 to 100 people during the pandemic as the demand increases.

He said, the company is lucky to become “famous” and continues to grow exponentially because of the recommendation of “word of mouth”. He hopes that after the pandemic ends, it’ll be a new habit for people to shopping for vegetables and fruit online.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

AwanTunai Kini Salurkan Kredit Pertanian untuk Petani di Sayurbox

Startup p2p lending AwanTunai memperluas produk pembiayaan untuk petani yang mendistribusikan hasil panennya di Sayurbox. Pilot project sudah berjalan untuk petani terpilih yang berlokasi di Bogor, Sukabumi, Bandung, dan Indramayu.

Kedua perusahaan ini bermitra tak lain karena menjadi sister company yang dirintis oleh co-founder yang sama, ialah Rama Notowidigdo. Keduanya punya kesamaan ambisi ingin memperbaiki hidup para pengusaha mikro.

Co-Founder dan CEO AwanTunai Dino Setiawan menjelaskan, perusahaan tertarik untuk masuk ke segmen ini karena sejalan dengan fokusnya pada pembiayaan UKM dalam rantai pasokan FMCG dan sembako.

“Di hilir kami memiliki warung yang menjual barang ke konsumen akhir dan di hulu ada petani. Jadi petani adalah kelompok UMKM berikutnya yang kami layani,” katanya kepada DailySocial.

Sebelum AwanTunai masuk, Sayurbox belum pernah terlibat dengan petani untuk pembiayaan modal kerja karena selama ini sistem jual lepas. Head of Communication Sayurbox Oshin Hernis menjelaskan, apabila petani memerlukan pinjaman, biasanya perusahaan akan mengedukasi sekaligus merekomendasikannya ke Bank BRI Agro sebagai mitra perusahaan.

Selanjutnya, pihak bank akan melakukan proses seleksi yang didasari oleh data historikal yang dimiliki Sayurbox mengenai petani-petani tersebut. Bank akan mendapat gambaran untuk penentuan skoring kredit sebelum menyetujui pinjaman modal.

Di sisi lain, perusahaan juga membuka sistem kemitraan dalam waktu satu bulan, bila mereka memenuhi sejumlah persyaratan. Seperti kualitas yang diberikan sesuai ekspektasi dan kuantitas dapat terus dipenuhi oleh petani tersebut.

“Apabila dua faktor besar ini dipenuhi, maka Sayurbox akan menawarkan untuk menjadi mitra sebagai bentuk komitmen dan penghargaan yang lebih tinggi. Hal ini merupakan salah satu seleksi kami agar ekspektasi para pelanggan dapat terus menerus terjaga dengan baik oleh para mitra kami ke depannya,” kata Oshin.

Terkait kemitraannya dengan AwanTunai, setiap petani yang direferensikan oleh Sayurbox, tidak ada kriteria khusus mana petani yang bisa memperoleh pinjaman modal. Perusahaan hanya memastikan bahwa petani yang akan direferensikan ini merupakan warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan KTP.

“Selebihnya kami memberikan keleluasaan untuk AwanTunai untuk memilih petani yang menjadi supplier kami untuk mendapat fasilitas pinjaman modal.”

Dino melanjutkan, untuk kerja sama ini perusahaan menyediakan fasilitas mulai dari Rp5 juta sampai Rp500 juta per petani yang direferensikan Sayurbox. Tenornya tergolong pendek antara 2 minggu sampai 1 bulan dan bunganya 0,75% per minggu.

“Pengembalian pinjaman melalui virtual account/transfer bank sesuai jatuh tempo. Untuk setiap pengembalian sesuai jatuh tempo akan diberikan cashback oleh kami,” ucapnya.

Dalam mitigasi risiko, perusahaan tidak memberikan pembiayaan dalam bentuk tunai, melainkan dalam program pembiayaan yang berbentuk benih, pupuk, atau input lain yang dibutuhkan untuk pertaniannya. Cara ini dipercaya dapat mengurangi risiko dari gagal bayar, sekaligus belajar dari kesalahan sebelumnya.

Metode ini juga dipakai untuk AwanTempo, produk pembiayaan untuk toko kelontong yang butuh tambahan modal untuk membeli kebutuhan tokonya. Perusahaan bekerja sama dengan supplier untuk memberikan pembiayaan kepada toko kecil tersebut.

“Dalam program pembiayaan pertanian di masa lalu, penyalahgunaan dana pinjaman telah menjadi masalah. Kami ingin menerapkan keberhasilan dari program pembiayaan AwanTempo warung kami kepada petani mikro juga.”

Produk ini sudah digulirkan untuk petani terpilih yang berlokasi di Bogor, Sukabumi, Bandung, dan Indramayu. Dino mengatakan insight menarik yang ditemukan di lapangan, di antaranya sebagian petani memerlukan pembayaran di depan agar dapat memutar dana untuk melakukan pembelian bahan baku pertanian seperti bibit dan pestisida.

“Secara skema ini mirip dengan cash on delivery (COD) tanpa tambahan waktu. Sementara untuk lahan kebun atau sawah, beberapa petani mengelola lahan milik orang lain yang dilakukan dengan sistem bagi hasil atau sistem sewa lahan.”

Dampak pandemi

Sayurbox menjadi salah satu pemain e-commerce khusus kebutuhan sehari-hari yang terdepan di Indonesia. Sejak dirintis pada 2016, sudah beberapa kali mendapat pendanaan tahap awal dari Insignia Ventures Partners, Patamar Capital, dan Tokopedia.

Oshin menerangkan, sejak pandemi di akhir Maret-April kemarin, transaksi Sayurbox meroket tajam karena ada panic buying dari pengguna baru. Perusahaan sempat memutuskan untuk menutup transaksi sementara waktu karenanya.

“Namun seiring berjalannya new normal saat ini, transaksi dapat dikatakan signifikan stabil walaupun tingkat kompetisi saat ini meningkat,” ujar Oshin.

Dalam wawancara bersama Tempo, Co-Founder dan CEO Sayurbox Amanda Cole menyebut selama pandemi perusahaan menambah jumlah kemitraan dengan petani dari 50 menjadi 100 orang untuk memenuhi lonjakan permintaan.

Menurutnya, perusahaan beruntung menjadi “tenar” dan terus tumbuh secara eksponensial karena rekomendasi “word of mouth”. Dia berharap setelah pandemi berakhir, akan terbentuk kebiasaan baru masyarakat yang sudah terbiasa berbelanja sayur dan buah secara online.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here