Video Tangkapan Drone Parrot Kini Bisa Diedit Secara Otomatis oleh Aplikasi Pendampingnya

Berbeda dengan kondisi beberapa tahun silam, drone masa kini begitu mudah dioperasikan. Mayoritas bahkan dibekali fitur untuk mengikuti subjek secara otomatis, sehingga konsumen pada dasarnya hanya perlu mementingkan aksi atau momen yang hendak diabadikannya.

Selesai merekam, situasinya ternyata berbalik 180 derajat. Proses mengedit video masih sama susah dan sama makan waktunya seperti dulu. Hal ini memotivasi pabrikan drone asal Perancis, Parrot, untuk merancang solusi yang lebih praktis.

Buah pemikiran mereka adalah fitur Flight Director pada aplikasi FreeFlight Pro (yang bisa digunakan untuk mengoperasikan sejumlah model drone buatan Parrot). Flight Director bertugas mengedit hasil tangkapan drone secara otomatis, berbekal algoritma yang mempelajari pergerakan dan rute drone selama mengudara.

Parrot Flight Director

Yang konsumen perlu lakukan hanya sebatas menentukan durasi hasil akhirnya (sampai 3 menit), arahan videonya (kronologis, sinematik, atau yang seperti trailer film), serta memilih tema dan musik latarnya. Cara kerjanya kurang lebih sama seperti fitur QuikStories milik GoPro.

Yang mungkin agak disayangkan, fitur ini ternyata tidak gratis. Anda bisa membuat klip video berdurasi 15 detik, tapi Anda harus membayar in-app purchase terlebih dulu sebelum bisa membuat yang durasinya lebih panjang. Perihal kompatibilitas, fitur ini bisa digunakan bersama drone Parrot Bebop orisinil, Bebop 2 dan Bebop 2 Power.

Sumber: DPReview dan Parrot.

Application Information Will Show Up Here

Parrot Luncurkan Drone untuk Regu Penyelamat dan Petani

Dominasi DJI di segmen drone untuk konsumen umum sungguh tidak terbendung. Bahkan produsen sekelas Parrot pun sudah merasakan dampaknya, yakni menurunnya angka penjualan sampai-sampai mereka dengan terpaksa harus memecat hampir 300 karyawan di bulan Januari lalu.

Dari situ Parrot memutuskan untuk mengubah strategi dan mengalihkan fokusnya ke segmen drone komersial. DJI memang juga ‘bermain’ di segmen ini, tapi setidaknya dominasinya tidak sebesar di segmen drone untuk konsumen umum.

Parrot Bebop-Pro Thermal

Peralihan fokus ini melahirkan dua drone baru sekaligus: Parrot Bebop-Pro Thermal dan Parrot Bluegrass. Keduanya ditargetkan untuk pasar yang berbeda; Bebop-Pro Thermal untuk pemadam kebakaran dan regu penyelamat berkat kamera pendeteksi panasnya, sedangkan Bluegrass untuk bidang agrikultur berkat sensor multispectral-nya.

Bebop-Pro Thermal pada dasarnya memiliki desain yang sama persis seperti Bebop standar, hanya saja di belakangnya telah dipasangi kamera thermal Flir One Pro yang sanggup mendeteksi panas sampai suhu 400 derajat Celsius. Di tangan regu penyelamat misalnya, drone ini bisa membantu menemukan korban yang tertimbun reruntuhan.

Parrot Bluegrass

Lain halnya dengan Parrot Bluegrass. Berbekal modul sensor multispectral Parrot Sequoia, quadcopter yang satu ini dimaksudkan untuk membantu para petani memonitor lahannya secara efisien. Dalam satu kali charge, Bluegrass diklaim sanggup memantau lahan hingga seluas 30 hektar.

Mengingat yang menjadi target Parrot kali ini adalah kalangan profesional, wajar apabila harga kedua drone ini cukup premium. Bebop-Pro Thermal dibanderol $1.500, sedangkan Bluegrass lebih mahal lagi di angka $5.000.

Sumber: Parrot dan Engadget.

Parrot Alihkan Segmentasi Drone-nya ke Pasar Profesional

DJI adalah penguasa pasar consumer drone, itu adalah fakta yang tidak bisa dilawan. Kualitas lini Phantom, ditambah inovasi kelas wahid yang ditunjukkan oleh Mavic Pro bisa dianggap sebagai pukulan pamungkas pada pabrikan drone pesaing.

Akan tetapi Parrot sebagai pemain lama tidak mau tinggal diam. Ketimbang mengejar ketertinggalan yang sudah terlalu jauh, pabrikan asal Perancis tersebut lebih memilih untuk mengalihkan segmentasi drone-nya ke pasar yang lebih sesuai, yakni pasar profesional.

Parrot juga sebenarnya sudah lama bermain di segmen ini, namun sekarang mereka memutuskan bahwa drone Bebop dan Disco juga bisa diikutkan pada segmen profesional, asalkan didampingi oleh software dan aksesori yang sesuai. Secara spesifik, Parrot menarget ranah 3D modeling, 3D mapping dan agrikultur.

Alhasil, Parrot pun bakal memasarkan bundel baru untuk Bebop dan Drone. Bebop sekarang tersedia bersama sebuah software untuk pemetaan tiga dimensi seharga $1.099, dan Parrot yakin drone ini sangat ideal untuk pemilik bisnis real estate maupun konstruksi.

Disco di sisi lain bakal tersedia dalam bundel yang lebih bervariasi lagi. Bersama aksesori Parrot Sequioa misalnya, drone bergaya pesawat ini siap ‘menyisir’ lahan pertanian seluas 80 hektar selama 30 menit selagi memetakan dan mengambil gambar multi-spektrum untuk keperluan inspeksi. Paket semacam ini rencananya bakal tersedia mulai bulan Juni seharga $5.000.

Apa yang Parrot lakukan ini sejatinya merupakan langkah bijak. DJI memang sedang di atas angin, dan inovasi teknologinya memang sudah jauh melewati pesaing-pesaingnya. Tapi itu hanya berlaku di segmen consumer, sedangkan di segmen profesional ceritanya sudah berbeda.

Sumber: TechCrunch.

5 Drone Terbaik di Tahun 2015

Demam drone begitu mewabah, bukan cuma di negara-negara luar, tetapi juga di Indonesia. Tidak percaya? Lihat saja keputusan 3D Robotics menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di Asia yang disinggahi drone andalannya.

Maka dari itu, sudah merupakan langkah yang alami apabila Anda kami suguhi dengan daftar drone terbaik di tahun 2015. Kelima quadcopter berikut adalah yang terbaik yang bisa Anda beli saat ini juga, dimulai dari nomor 1.

1. DJI Phantom 3 Professional

DJI Phantom 3 Professional

Tidak mengejutkan melihat nama DJI menduduki posisi teratas. Phantom 3 Professional memang amat fenomenal. Seluruh kebaikan pendahulunya dipertahankan, malahan sistem navigasinya semakin canggih berkat kombinasi GPS, GLONASS, plus sensor ultrasonik untuk di dalam ruangan.

Kemudahan navigasi ini makin terasa setelah menggenggam controller barunya yang mempunyai transmisi sinyal hingga 2 km. Dan tentu saja, kualitas videonya kini meningkat menjadi 4K 30 fps. Kalau Anda masih ragu seberapa bagus hasil rekamannya, segera cari sampel videonya yang banyak tersebar di YouTube – favorit saya ini.

Semuanya semakin lengkap berkat fitur semi-autopilot yang diusungnya. Secara keseluruhan DJI Phantom 3 Professional sangat layak dihargai ± Rp 17 juta sekaligus dinobatkan sebagai drone terbaik tahun 2015.

2. 3D Robotics Solo

3DR Solo

Posisi kedua diduduki oleh drone yang sempat kita bicarakan pada awal artikel tadi. Drone ini sangat lain daripada yang lain. Pertama, ia tak punya kamera. Kualitas videonya bergantung pada action cam GoPro Hero4 yang Anda tancapkan ke gimbal istimewanya. Kedua, ia begitu pintar sampai-sampai Anda tak perlu memegang kendali.

Yup, fitur autopilot yang dimiliki Solo merupakan salah satu yang paling canggih saat ini. Ia bisa bergerak mengikuti jalur lurus, mengorbit maupun mengikuti objek dengan sendirinya. Pengguna tinggal mengendalikan gimbal beserta GoPro yang menancap, termasuk halnya mengubah setelan fps kamera secara real-time.

Kalau saja harganya sedikit lebih manusiawi, mungkin posisi teratas yang diduduki DJI bisa direbutnya dengan mudah. 3DR Solo dibanderol seharga Rp 24 juta, sudah termasuk gimbal – tapi belum termasuk kamera GoPro.

3. Yuneec Typhoon Q500 4K

Yuneec Typhoon Q500 4K

Sama seperti DJI, Yuneec berasal dari Tiongkok dan cukup berpengalaman dalam hal merancang drone yang berkualitas. Salah satu yang pantas masuk dalam daftar ini adalah Typhoon Q500 4K. Dari namanya saja kita sudah tahu kalau drone ini sanggup merekam video dalam resolusi 3840 x 2160 pixel, tapi itu baru sebagian dari ceritanya.

Fitur paling uniknya adalah gimbal-nya yang bisa dilepas-pasang dengan mudah. Saat terlepas, gimbal plus kamera tersebut beralih fungsi menjadi sebuah action cam –sangat mirip seperti DJI Osmo.

Terlepas dari itu, kualitas videonya terbukti jagoan. Menurut sejumlah reviewer, ia disebut sebagai salah satu yang paling mendekati DJI Phantom 3 Professional soal kualitas video 4K. Kekurangannya menurut saya cuma satu: harganya agak mahal di angka ± Rp 20,5 juta.

4. Parrot Bebop 2

Parrot Bebop 2

Berusia paling muda, Bebop 2 layak mendapat tempat di sini karena ia membawa sederet penyempurnaan terhadap Bebop orisinil yang potensial tapi punya beberapa kekurangan. Utamanya adalah masalah stabilitas koneksi dengan smartphone atau tablet sebagai controller, dan masalah itu diklaim sudah teratasi sekarang.

Ia memang belum bisa merekam video 4K seperti tiga drone ‘senior’ di atas. Pun begitu, hasil rekaman 1080p-nya masih tergolong bagus, apalagi untuk kebutuhan non-profesional. Belum lagi daya tahan baterainya kini bisa mencapai sekitar 25 menit, setara dengan drone lain yang ukurannya jauh lebih besar ketimbang ia sendiri.

Soal harga, Bebop 2 dipatok $550. Parrot juga menawarkan bundle Bebop 2 bersama SkyController – bisa memperluas transmisi sinyal hingga 2 kilometer – senilai $800.

5. Lily Camera

Lily Camera

Mungkin masih ada banyak drone lain yang lebih baik darinya, tapi saya tak bisa mengabaikan sisi unik Lily Camera begitu saja. Lihat saja namanya. Pihak pengembangnya menyebutnya sebagai sebuah kamera, padahal ia bisa mengudara dengan bebas seperti keempat drone di atas.

Mengapa demikian? Karena Lily sama sekali tak perlu Anda kendalikan. Ia didampingi sebuah tracking device berwujud ringkas yang bisa Anda simpan dalam saku atau dikaitkan ke pergelangan tangan dengan bantuan sebuah strap. Selanjutnya, Lily akan terbang mengikuti ke mana saja Anda bergerak, dan Anda tinggal menekan tombol pada tracking device tadi untuk memulai perekaman video atau sekedar mengambil selfie.

Lily Camera memang bukan seperti drone pada umumnya, tapi toh fungsinya sama, yakni mengabadikan beragam momen dari udara. Konsep tanpa controller yang diusung sangat cocok bagi pengguna-pengguna awam yang keberatan meluangkan waktu untuk belajar mengendalikan drone. Buat orang-orang seperti itu, Lily Camera bisa digaet dengan modal $499.

Gambar header: DJI Phantom 3 via Shutterstock.

Parrot Bebop 2 Diungkap, Andalkan Daya Baterai 2x Lipat dan Performa Lebih Ngebut

Pabrikan drone asal Perancis, Parrot, kembali mengumumkan kehadiran produk terbarunya, Bebop 2. Drone ini merupakan penerus langsung dari Parrot Bebop yang diluncurkan tahun lalu. Meski mengusung label “2”, pembaruan yang diusung sejatinya tidak begitu banyak.

Fisik Parrot Bebop 2 kurang lebih sama seperti pendahulunya. Konsep desainnya pun tidak berubah: posisi kamera masih terletak pada bagian hidung. Tidak seperti drone lain yang mengandalkan gimbal, kamera ini tertanam di dalam bodi Bebop 2. Maka dari itu, Parrot turut membekalinya dengan sistem stabilizer berbasis software.

Dari segi kualitas, komponen optik milik kamera ini juga sama dengan yang terdapat di Bebop orisinil: 14 megapixel, 1080p dengan sudut pandang 180 derajat. Parrot merasa sejauh ini performanya masih cukup bagus. Anggapan ini tidak berlebihan, karena berdasarkan pengalaman para reviewer, kelemahan utama Bebop orisinil terletak pada konektivitasnya yang kurang stabil.

Kini, Bebop 2 diklaim bisa mempertahankan koneksi ke smartphone atau tablet dengan lebih baik. Sama seperti pendahulunya, Bebop 2 juga akan ditemani dengan komponen SkyController yang dijual dalam bundle terpisah. Dengan SkyController, jangkauan Bebop 2 bisa diperluas hingga mencapai angka 2 kilometer.

Parrot SkyController Black Edition

Terus, apa lagi yang baru dari Bebop 2? Menurut pengakuan Parrot sendiri, mereka berhasil mengurangi jumlah komponen-komponen yang bergerak di dalam Bebop 2, lalu menggantinya dengan software. Hal ini juga diyakini berdampak pada soliditas bodi drone itu sendiri.

Selanjutnya, Bebop 2 juga lebih ngebut, dengan kecepatan maksimum sekitar 34 km/jam. Daya tahan baterainya juga telah meningkat pesat. Kalau Bebop orisinil hanya bisa mengudara selama 12 menit dalam satu kali charge, Bebop 2 kini diklaim bisa beroperasi sampai 25 menit sekaligus.

Parrot Bebop 2

Selebihnya, Anda masih akan bertemu dengan sebuah drone bertubuh ringkas yang dibekali dengan komputer dan sederet sensor yang amat canggih, mulai dari accelerometer dan gyroscope sampai GPS dan sensor ultrasound.

Parrot Bebop 2 rencananya bakal mulai dipasarkan pada pertengahan Desember mendatang seharga $550. Bersamaan dengan itu, Parrot juga akan menawarkan bundle Bebop 2 dan SkyController seharga $800.

Sumber: The Verge dan Digital Trends.