Siap Diproduksi, Polestar Precept Adalah Mobil Elektrik Pertama Polestar yang Tidak Mewarisi DNA Volvo

Februari lalu, Polestar memperkenalkan sebuah mobil konsep yang sangat menarik bernama Precept. Saat diumumkan, Precept disebut bakal mendikte filosofi desain yang bakal Polestar terapkan pada mobil-mobil mereka ke depannya.

Namun ternyata sub-brand Volvo tersebut bohong. Bukannya menjadi indikator masa depan Polestar, Precept justru akan diproduksi secara massal. Respon publik yang sangat positif terhadap Precept rupanya berhasil mendorong Polestar untuk merealisasikan mobil elektrik yang sangat istimewa ini.

Ada beberapa alasan menurut saya yang membuat Polestar Precept spesial. Yang pertama, ia merupakan mobil perdana Polestar dengan desain yang orisinal, tidak seperti Polestar 1 ataupun Polestar 2 yang memakai mobil besutan Volvo sebagai basisnya. Boleh dibilang, Precept adalah titik balik yang menandai lepasnya Polestar dari warisan DNA Volvo.

Kebetulan Precept memang tidak kelewat canggih seperti mobil konsep pada umumnya, terutama beberapa yang bahkan tidak memiliki setir sama sekali. Kendati demikian, setidaknya ada satu elemen desain yang membuat Precept terkesan futuristis, bahkan jika dibandingkan dengan mobil-mobil elektrik yang saat ini sudah mengaspal sekalipun: absennya spion dan kaca belakang.

Ya, spion kiri, kanan, dan tengahnya sudah ditukar dengan kamera. Berhubung tidak punya spion tengah, Precept pada akhirnya juga tidak memerlukan kaca belakang. Alhasil, ruang kepala bagi penumpang di kabin belakangnya pun bisa terasa lebih lega walaupun atapnya melandai seperti mobil coupé.

Lebih lanjut soal kabin, Precept menawarkan interior yang tidak kalah istimewa dari eksteriornya. Istimewa karena interiornya sepenuhnya vegan, alias tidak ada satu pun material yang berasal dari seekor hewan. Lapisan yang membalut joknya misalnya, terbuat dari hasil daur ulang botol plastik yang umum dipakai oleh produsen air mineral, sedangkan karpetnya menggunakan bahan yang berasal dari jaring-jaring nelayan.

Yang menarik, penekanan pada tema sustainability ini tidak semata untuk menunjukkan kepedulian terhadap bumi saja, melainkan juga menawarkan manfaat dari segi fungsionalitas. Contohnya adalah serat komposit besutan Bcomp, material unik lain yang juga Polestar gunakan pada panel pintu maupun sisi belakang jok milik Precept, yang terbukti lebih kokoh ketimbang plastik meskipun ternyata bobotnya jauh lebih ringan.

Secara estetika, interior Precept memang langsung menggambarkan nuansa minimalis khas Skandinavia. Seperti halnya Polestar 2, Precept turut mengandalkan sistem infotainment berbasis Android yang Polestar garap sendiri langsung bersama Google, meski tentu dengan beberapa pembaruan.

Satu fitur yang paling saya suka adalah pemanfaatan proximity sensor pada layar 15,5 inci yang ada di tengah dashboard-nya. Jadi dalam kondisi normal, layar ini akan menampilkan informasi seminimal mungkin demi tidak menjadi pengalih perhatian bagi sang pengemudi. Lalu ketika pengemudi atau penumpang depan mendekatkan tangannya dan hendak menyentuh layar, secara otomatis tampilan layarnya akan berubah dan menyajikan informasi tambahan, termasuk halnya tombol-tombol ekstra yang berukuran besar demi semakin memudahkan pengoperasian.

Bentuk layar yang vertikal juga sudah dipikirkan agar pengguna dapat menampilkan dua aplikasi sekaligus dalam ukuran yang proporsional, semisal Spotify dan Google Maps. Panduan navigasi turn-by-turn pada Precept juga secara otomatis akan ditempatkan di panel instrumen di balik lingkar kemudi ketimbang di layar tengahnya.

Terakhir, Precept turut mengemas sebuah sistem eye tracking di dashboard-nya yang berguna untuk memantau kesiagaan pengemudinya. Jadi seandainya sistem mendeteksi pengemudi mulai kelelahan, secara perlahan sistem akan mengambil alih kendali, mulai dari memberikan peringatan sampai menurunkan kecepatan mobil dengan sendirinya.

Mengenai performa, sayangnya Polestar sejauh ini masih bungkam; wajar mengingat Precept masih berstatus konsep sampai beberapa hari lalu. Pun begitu, setidaknya kita bisa melihat jarak roda depan dan belakang yang cukup panjang pada Precept, yang berarti ia menyimpan ruang yang cukup luas untuk menyimpan baterai. Kalau memang harus menebak, saya cukup yakin Precept bakal lebih efisien lagi ketimbang Polestar 2 yang diklaim sanggup menempuh jarak 500 km dalam sekali pengisian baterai 78 kWh-nya.

Sejauh ini Polestar belum bilang kapan tepatnya Precept bakal mulai diproduksi. Kemungkinan besar versi finalnya juga tidak akan memakai nama Precept, melainkan nama berbasis angka seperti dua mobil Polestar yang sudah dijual sekarang.

Via: CNET.

Polestar Terus Sempurnakan Sistem Infotainment Berbasis Android pada Mobil Elektriknya

Diumumkan setahun lalu, Polestar 2 terdengar menarik bukan hanya karena ia berpotensi menjadi salah satu pesaing terkuat Tesla Model 3, melainkan juga karena ia merupakan mobil pertama yang mengemas Android Automotive OS; evolusi Android Auto yang sudah terintegrasi langsung pada sistem infotainment bawaan mobil.

Dalam pengembangannya, Polestar bekerja sama langsung dengan Google. Google yang merancang semua fungsionalitas Android Automotive OS, kemudian Polestar yang memoles user interface-nya hingga tampak minimalis dan senada dengan nuansa kabin Polestar 2 itu sendiri. Menariknya, kolaborasi ini tidak terhenti begitu saja pasca peluncuran Polestar 2.

Baru-baru ini, Polestar membeberkan rencananya untuk semakin menyempurnakan sistem infotainment milik mobil elektrik perdananya tersebut. Android Automotive OS memang sudah jauh lebih canggih ketimbang mayoritas sistem infotainment lain, akan tetapi Polestar yakin sistem ini masih bisa disempurnakan lagi lewat aspek personalisasi yang lebih komprehensif.

Polestar 2 Android Automotive OS

Sekadar mengingatkan, Polestar 2 menerapkan teknologi digital key sebagai standar; yang menjadi kunci mobil adalah smartphone masing-masing pemilik mobil. Kunci digital ini krusial dalam aspek personalisasi, memungkinkan Polestar 2 untuk mendeteksi pengemudi yang berbeda (yang sudah diverifikasi oleh pemilik mobilnya tentu saja), lalu menyesuaikan posisi jok, spion, suhu kabin dan pengaturan sistem hiburan berdasarkan preferensi masing-masing pengemudi.

Ke depannya, selain mengevaluasi preferensi, sistem juga akan melihat aplikasi-aplikasi yang terakhir digunakan sebagai salah satu faktor. Kalau pengemudi mengizinkan, sistem dapat menampilkan informasi-informasi yang relevan dan kontekstual secara proaktif.

Saat mobil sedang diparkir di titik charging misalnya, sistem bakal menampilkan sejumlah aplikasi streaming video sehingga pengemudi tidak bosan menunggu selagi baterai mobilnya diisi ulang. Ya, Polestar dan Google memang bukan yang pertama menerapkannya, sebelum ini Tesla juga sudah menghadirkan fitur serupa.

Polestar 2 Android Automotive OS

Sifat proaktif ini turut didukung oleh pembaruan pada Google Assistant. Polestar bilang bahwa ke depannya Assistant bakal bisa diajak bercakap-cakap secara lebih alami sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa pengemudi hanya sebatas melontarkan instruksi demi instruksi.

Terakhir dan yang tidak kalah menarik adalah penerapan sistem eye-tracking di dashboard. Jadi saat pengemudi terdeteksi lebih banyak melihat layar ketimbang jalanan, sistem akan langsung memberikan peringatan. Eye-tracking juga berpengaruh pada bagaimana informasi ditampilkan di layar; kalau pengemudi sedang fokus ke jalanan, layarnya akan meredup dengan sendirinya.

Lebih jelasnya, Polestar berencana mendemonstrasikan penyempurnaan sistem infotainment milik Polestar 2 ini melalui live stream di YouTube pada tanggal 25 Februari mendatang.

Sumber: Car and Driver dan Polestar.

Bakal Pesaing Tesla Model 3 dari Swedia, Polestar 2, Resmi Diperkenalkan

Tahun demi tahun, musuh Tesla terus bertambah. Kendati demikian, sejauh ini masih sulit mencari mobil elektrik lain yang pantas disetarakan dengan Tesla Model 3. Sedan tersebut canggih, performanya mumpuni, jarak tempuhnya jauh, dan harganya terjangkau (meski mungkin masih belum terlalu merakyat).

Niat untuk menciptakan rival yang sepadan dengan Tesla Model 3 mungkin bakal dinilai terlalu ambisius oleh publik, akan tetapi hal itu tak mencegah Polestar untuk membuktikannya. Sekadar mengingatkan, Polestar bukanlah pemain baru di dunia otomotif. Sejak tahun 2017, Polestar sudah ditunjuk oleh Volvo selaku perusahaan induknya sebagai sub-brand yang secara khusus mengembangkan mobil elektrik.

Sayangnya, mobil pertama mereka, Polestar 1, hanya sebatas mobil sport bermesin hybrid. Untuk mobil keduanya, sejak jauh-jauh hari Polestar sudah mengumumkan bahwa mobil tersebut siap menantang Tesla Model 3 secara langsung, dan mereka rupanya bukan sekadar membual.

Polestar 2

Tepat tanggal 27 Februari kemarin, mereka memperkenalkan Polestar 2 secara resmi. Tampang luarnya langsung kelihatan sangat Volvo sekali, dan itu dikarenakan Polestar menggunakan Volvo Concept 40.2 sebagai basisnya. Yang cukup unik, ia kelihatan seperti sebuah crossover jika dilihat dari samping.

Sebagai lawan Tesla Model 3, Polestar 2 tentunya tidak boleh mengecewakan soal angka-angka. Benar saja, perpaduan sepasang motor elektrik dan penggerak empat rodanya mampu menghasilkan daya total sebesar 300 kW (408 hp), serta torsi 660 Nm. Akselerasi 0 – 100 km/jam ditempuhnya dengan mudah dalam waktu 5 detik saja.

Namun yang paling mengesankan adalah efisiensi energinya. Dalam satu kali pengisian, baterai berkapasitas 78 kWh-nya sanggup membawa mobil ini melaju hingga sejauh 500 kilometer. Tentunya ini baru sebatas estimasi dan masih harus dibuktikan lagi. Andai benar, ini bisa menjadi pukulan telak terhadap Tesla.

Polestar 2

Performa dan efisiensinya sudah layak menandingi Tesla Model 3, namun Polestar 2 rupanya juga tidak mau setengah-setengah dalam hal kecanggihan teknologi. Ini tersirat dari interiornya yang minimalis, dengan layar sentuh 11 inci yang mendominasi bagian tengah dashboard. Dilihat sepintas, saya pribadi lebih suka kabin Polestar 2 ketimbang Model 3 hanya karena masih ada panel instrumen di balik lingkar kemudinya.

Tidak kalah menarik adalah sistem infotainment berbasis Android hasil kolaborasi langsung antara Volvo dan Google. Integrasi Google Assistant sudah pasti tersedia, demikian pula akses ke aplikasi-aplikasi pihak ketiga via Google Play Store.

Selanjutnya, fitur canggih seperti smartphone sebagai kunci mobil juga merupakan fitur standar untuk Polestar 2. Masalah kepraktisan maupun keamanan seputar fitur ini memang masih menjadi perdebatan, akan tetapi Volvo sudah punya visi besar terkait layanan car sharing ke depannya, dan di titik itu smartphone sebagai kunci mobil bakal menjadi komponen penunjang yang esensial.

Polestar 2

Canggih, performanya mumpuni, jarak tempuhnya jauh, Polestar 2 benar-benar sangat berpotensi menjadi rival sepadan Tesla Model 3. Lalu bagaimana dengan harganya? Nantinya, varian terendahnya bakal dipasarkan dengan banderol mulai 39.900 euro. Namun yang selalu menjadi pertanyaan adalah, kapan varian tersebut bakal tersedia?

Jawabannya masih belum ada yang berani memastikan, tapi publik pasti berharap nasibnya tidak seperti Tesla Model 3, yang hingga detik ini pun belum tersedia varian termurah seharga $35.000 seperti yang dijanjikan pada acara peluncurannya. Semoga saja Volvo bisa mewariskan pengalaman panjangnya di bidang produksi kepada tim Polestar demi mencegah problem seperti ini terjadi.

Yang akan dipasarkan terlebih dulu mulai awal tahun 2020 adalah Polestar 2 Launch Edition, dengan banderol mulai $63.000. Varian tersebut kabarnya akan diproduksi selama setahun pertama, yang berarti konsumen baru akan berjumpa dengan varian termurahnya paling cepat tahun 2021.

Sumber: SlashGear.

Sub-brand Volvo, Polestar, Siap Bikin Rival Tesla Model 3

Mobil elektrik dengan harga yang bersahabat sejauh ini belum banyak populasinya. Dua model populer yang sudah mengaspal adalah Tesla Model 3 dan Chevrolet Bolt, yang keduanya dibanderol di kisaran $30.000 – $35.000 (untuk varian bawahnya).

Ke depannya, jumlahnya dipastikan bakal terus bertambah. Salah satu pabrikan yang tengah bersiap adalah Volvo, lewat sub-brand miliknya yang secara khusus menangani segmen mobil elektrik, yakni Polestar. Mobil perdananya, Polestar 1, baru dibawa ke jalanan untuk pertama kalinya belum lama ini, namun mobil tersebut bukan murni bermesin elektrik, dan harganya pun jauh di atas $100.000.

Yang lebih menarik adalah pernyataan terbaru dari COO-nya, Jonathan Goodman, terkait Polestar 2, yakni sebuah sedan elektrik empat pintu yang bakal menjadi rival Tesla Model 3. Soal desain, gambar di atas yang merupakan Volvo Concept 40.2 bakal menjadi basis sekaligus acuan dari mobil ini.

Volvo Concept 40.2

Berbicara kepada Autocar, Goodman membeberkan spesifikasi kunci Polestar 2: 400 tenaga kuda, jarak tempuh 560 km per charge dan harga jual di kisaran $35.000. Angka-angka ini masih belum final, tapi kalaupun ada perubahan semestinya tidak akan terlalu jauh.

Yang cukup istimewa adalah, semua ini merupakan penjelasan terkait varian bawah Polestar 2, yang berarti varian atasnya yang berharga jauh lebih mahal juga pastinya bakal jauh lebih istimewa. Sebagai perbandingan, varian bawah Tesla Model 3 yang berharga setara hanya sanggup menempuh jarak sekitar 350 km dalam satu kali pengisian.

Tidak bisa dipungkiri, segmen mobil elektrik bakal semakin menarik dalam beberapa tahun ke depan. Tesla tidak bisa selamanya berada di atas angin, dan perlahan hal itu bakal semakin terbukti.

Sumber: The Drive dan Autocar.