Red Magic 6S Pro Hadir Membawa Chipset Snapdragon 888+ dan Touch Sampling Rate 720 Hz

Dengan spesifikasi teratas dan layar yang mendukung touch sampling rate 360 Hz, Red Magic 6 Pro merupakan salah satu smartphone dengan kinerja paling overkill yang tersedia di pasaran saat ini. Namun dalam konteks perangkat gaming, tidak ada yang namanya performa berlebihan, dan itu dibuktikan oleh kehadiran Red Magic 6S Pro.

Suksesor yang berusia enam bulan lebih muda ini datang membawa layar dengan touch sampling rate 720 Hz, dua kali lebih responsif daripada yang ditawarkan pendahulunya. Namun jenis panel yang digunakan tidak berubah, masih AMOLED 6,8 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate maksimum 165 Hz. Layar ini punya color gamut 100% DCI-P3 dan tingkat kecerahan maksimum 700 nit.

Bagian lain yang ikut diperbarui adalah dua touch-sensitive trigger yang diposisikan di samping perangkat, yang touch sampling rate-nya telah ditingkatkan dari 400 Hz menjadi 450 Hz, memberikan waktu respon secepat 2,2 milidetik. Tidak seperti sebelumnya, pengguna akan menjumpai dua trigger ekstra di bagian punggung Red Magic 6S Pro.

Namun penyempurnaan dari segi performa tidak akan lengkap tanpa melibatkan chipset paling kencang yang tersedia buat produsen smartphone saat ini, yaitu Qualcomm Snapdragon 888+, tidak ketinggalan pula sistem pendinginan yang kian optimal. Ini penting karena secepat apapun prosesornya, kinerjanya tidak akan bisa maksimal kalau suhunya kelewat tinggi.

Selebihnya, Red Magic 6S Pro cukup identik dengan pendahulunya. Sistem kameranya tidak ada yang istimewa, mencakup kamera utama 64 megapiksel, kamera ultra-wide 8 megapiksel, depth sensor, serta kamera selfie 8 megapiksel.

Kapasitas baterainya pun juga sama: 5.050 mAh dengan dukungan fast charging 66 W (khusus versi yang dijual di Tiongkok, baterainya lebih kecil tapi mendukung fast charging 120 W).

Di pasar global, Red Magic 6S Pro kabarnya akan tersedia mulai 27 September dalam tiga konfigurasi RAM dan storage sebagai berikut: 12 GB/128 GB seharga $599, 16 GB/256 GB seharga $699, dan satu lagi varian 16 GB/256 GB tapi dengan panel belakang transparan seharga $729. Ponsel ini sebenarnya juga hadir dalam varian 18 GB/512 GB, tapi sepertinya itu cuma untuk pasar Tiongkok saja.

Sumber: GSM Arena.

Akankah Trigger Ultrasonik Menjadi Tren Baru di Ranah Smartphone Gaming?

Lenovo meluncurkan smartphone gaming perdananya pada tanggal 23 Juli kemarin, kebetulan sama persis dengan hari diluncurkannya Asus ROG Phone 3. Namun ternyata kesamaan kedua ponsel tersebut lebih dari sebatas jadwal pengumumannya saja.

Keduanya sama-sama ditenagai chipset Snapdragon 865+, sama-sama mengemas RAM 16 GB pada salah satu variannya, sama-sama mengusung layar 144 Hz, dan sama-sama dilengkapi kamera utama 64 megapixel. Terkait fitur yang spesifik untuk kebutuhan gaming, keduanya juga dibekali dengan sepasang tombol trigger ultrasonik di sisi kanannya.

Asus menamainya AirTrigger, sedangkan Lenovo menjulukinya Y Trigger. Meski namanya berbeda, teknologi yang digunakan sebenarnya sama-sama datang dari sebuah startup bernama Sentons. Sentons menamai teknologi ini dengan istilah Software-Defined Surfaces (SDS), dan mereka tidak berhenti mematangkannya semenjak teknologi tersebut pertama dipakai di ROG Phone generasi pertama.

Prinsip kerja teknologi SDS sebenarnya cukup simpel. Berbekal sensor ultrasonik dan chip khusus, beragam jenis permukaan pada perangkat dapat diubah menjadi kontrol sentuh, tidak peduli bahan permukaannya terbuat dari apa. Pada Legion Phone Duel dan ROG Phone 3, teknologi SDS yang dijadikan basis adalah generasi terbaru yang Sentons juluki SDS GamingBar.

Lenovo Legion Phone Duel / Lenovo
Lenovo Legion Phone Duel / Lenovo

Berbicara kepada VentureBeat, CEO Sentons, Jess Lee, mengklaim GamingBar sebagai versi yang lebih matang dan yang memiliki kinerja lebih baik daripada versi sebelumnya. Juga menjadi kelebihan utamanya adalah perihal kustomisasi; fungsi tombol trigger virtual ini dapat diprogram sesuai kebutuhan, jadi satu tap singkat dengan satu tap yang ditekan agak keras bisa diterjemahkan menjadi input yang berbeda.

Mengusap ke kiri atau kanan juga demikian, semuanya dapat disesuaikan dengan skenario penggunaan yang berbeda. Kustomisasi trigger virtual ini sebenarnya sudah ada di ROG Phone 2 tahun lalu dan terbukti memicu respon positif dari konsumen. Maka dari itu wajar apabila Lenovo kini memutuskan untuk mengimplementasikan fitur yang sama dengan bekerja sama dengan Sentons.

Dibandingkan tombol kapasitif biasa yang terdapat di smartphone gaming lain, tombol ultrasonik seperti ini jelas punya banyak kelebihan. Yang paling utama tentu saja adalah, keberadaannya sama sekali tidak berpengaruh terhadap estetika maupun ergonomi perangkat. Berhubung tidak ada tonjolan maupun ceruk pada salah satu sisi perangkat, konsumen semestinya dapat menggenggamnya secara lebih nyaman.

Apakah trigger ultrasonik ini ke depannya bakal menjadi standar di segmen smartphone gaming? Bisa jadi begitu. Asus sudah memulai trennya sejak dua tahun lalu, dan sekarang Lenovo pun ikut menyusul. Bukan tidak mungkin apabila ke depannya produsen smartphone gaming lain juga ikut mengadopsi teknologi Sentons ketimbang memakai panel kapasitif.

Sumber: VentureBeat.

Black Shark 3 dan Black Shark 3 Pro Diungkap, Kini dengan Layar 90 Hz

Salah satu kelemahan utama seri Black Shark 2 adalah layarnya yang cuma memiliki refresh rate 60 Hz. Perbedaannya semakin kentara jika dibandingkan dengan smartphone gaming lainnya, macam ROG Phone 2 atau Razer Phone 2, yang keduanya sama-sama mengunggulkan refresh rate 120 Hz.

Kekurangan tersebut akhirnya sudah dibenahi oleh Black Shark 3 dan Black Shark 3 Pro. Keduanya sama-sama mengandalkan layar dengan refresh rate 90 Hz, dan touch sampling rate-nya pun kian naik dari 240 Hz menjadi 270 Hz, dengan touch latency yang lebih rendah lagi di angka 24 milidetik (sebelumnya 34,7 milidetik dan sudah tergolong sangat rendah).

Black Shark 3 Pro
Black Shark 3 Pro / Black Shark

Panel layarnya sama-sama AMOLED, tapi ukuran dan resolusinya berbeda: 6,67 inci 2400 x 1080 pixel pada Black Shark 3, dan 7,1 inci 3120 x 1440 pixel pada Black Shark 3 Pro. Urusan performa, kedua model sama-sama ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 865 dan RAM berkapasitas 8 atau 12 GB. Soal storage internal, Black Shark 3 menawarkan pilihan kapasitas 128 atau 256 GB, sedangkan Black Shark 3 Pro cuma 256 GB saja.

Selain lebih kencang dari pendahulunya, seri Black Shark 3 tentu juga menghadirkan sistem liquid cooling yang lebih bagus lagi. Terkait baterai, Black Shark 3 dibekali kapasitas 4.720 mAh, sedangkan Black Shark 3 Pro sebesar 5.000 mAh. Kedua model sama-sama mendukung fast charging 65 W via sambungan USB-C, yang diklaim mampu mengisi baterai hingga penuh dalam waktu 38 menit saja.

Black Shark 3 Pro
Pada Black Shark 3 Pro, shoulder button-nya berupa tombol fisik yang akan menyembul ketika diperlukan / Black Shark

Spesifikasi kelas sultan saja sebenarnya tidak cukup untuk kategori smartphone gaming, sebab ini bisa disaingi oleh smartphone flagship. Yang unik dari seri Black Shark 3 adalah kehadiran sepasang shoulder button di ujung kiri dan kanan atas perangkat (dalam posisi landscape tentunya), dimaksudkan sebagai input tambahan di samping empat zona pressure-sensitive pada layar.

Di Black Shark 3, shoulder button ini hanya berupa panel kapasitif. Namun di Black Shark 3 Pro, tombolnya benar-benar merupakan sepasang tombol fisik yang akan menyembul setinggi 1,5 mm ketika dibutuhkan. Kedua tombol tersebut diklaim tahan hingga lebih dari satu juta klik, dan mekanisme keluar-masuk tombolnya sendiri diyakini dapat berlangsung mulus sampai lebih dari 300 ribu kali.

Black Shark 3 memiliki layar yang lebih kecil serta shoulder button yang cuma kapasitif / Black Shark
Black Shark 3 memiliki layar yang lebih kecil serta shoulder button yang cuma berupa panel sentuh kapasitif / Black Shark

Beralih ke kamera, duo Black Shark 3 ini sama-sama mengemas tiga kamera belakang – 64 megapixel, 13 megapixel ultra-wide, 5 megapixel depth sensor – serta kamera selfie 20 megapixel. Kalau melihat bagian punggungnya, tampak bahwa perangkat ini masih mempertahankan struktur antena berbentuk huruf “X” yang diyakini bisa membantu menstabilkan koneksi.

Di Tiongkok, kedua ponsel ini akan segera dipasarkan dengan rincian harga sebagai berikut:

  • Black Shark 3 (8 GB/128 GB) 3.499 yuan (± Rp 7,1 juta)
  • Black Shark 3 (12 GB/128 GB) 3.799 yuan (± Rp 7,7 juta)
  • Black Shark 3 (12 GB/256 GB) 3.999 yuan (± Rp 8,1 juta)
  • Black Shark 3 Pro (8 GB/256 GB) 4.699 yuan (± Rp 9,5 juta)
  • Black Shark 3 Pro (12 GB/256 GB) 4.999 yuan (± Rp 10,1 juta)

Sumber: 1, 2, 3.