Acer Luncurkan Segudang Produk Baru, Tapi Mana Smartphone Gaming Predator?

Melalui sebuah livestream berjudul Next@Acer 2020 yang disiarkan pada tanggal 21 Oktober kemarin, Acer menyingkap sederet perangkat baru yang sangat menarik. Dari lini laptop ConceptD misalnya, selain memperbarui spesifikasi ConceptD 7 dan ConceptD 7 Pro, Acer turut mengungkap PC desktop ConceptD 300 yang sangat mencuri perhatian berkat desainnya yang elegan sekaligus timeless.

Lalu di segmen Chromebook, Acer memperkenalkan Chromebook Spin 513 yang ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 7c. Juga menarik adalah kolaborasi perdana antara Acer dan Porsche Design, yakni sebuah laptop premium dengan desain yang terinspirasi mobil sport, lengkap beserta sejumlah aksesori yang tak kalah mewah.

Beralih ke sektor gaming, tidak tanggung-tanggung, Acer meluncurkan enam monitor gaming baru sekaligus, termasuk salah satunya yang benar-benar dirancang secara spesifik agar tidak mudah membuat mata lelah, yang sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Eyesafe.

Acer juga membahas lebih jauh mengenai Planet9, sebuah platform esports yang mereka perkenalkan pertama kali pada bulan September lalu. Satu bagian paling menarik dari Planet9 adalah SigridWave, sebuah sistem penerjemah berbasis AI yang diciptakan untuk menjembatani komunikasi antar gamer tanpa harus terbendung perbedaan bahasa.

Sejauh ini sudah mendukung bahasa Inggris dan Mandarin, SigridWave dilatih agar benar-benar memahami terminologi gaming. Jadi ketimbang menerjemahkan kata “camper” sebagai “orang yang sedang berkemah”, SigridWave tahu yang dimaksud adalah “pemain yang berdiam di satu posisi dan menunggu musuh datang”.

AcerPure Cool / Acer
AcerPure Cool / Acer

Dalam kesempatan yang sama, Acer bahkan turut memperkenalkan lini produk baru bernama AcerPure yang berfokus di bidang lifestyle. Produk pertama dari lini tersebut adalah AcerPure Cool, kombinasi antara pembersih sekaligus penyejuk udara yang sangat relevan terhadap situasi pandemi.

Bersama sejumlah media lain, saya berkesempatan untuk mewawancarai lima eksekutif dari Acer guna menanyakan mengenai sejumlah hal terkait produk-produk baru Acer tadi. Kelima eksekutif tersebut adalah:

  • Tiffany Huang – Co-COO dan President of Corporate Marketing, Business Planning and Operations
  • Andrew Chuang – General Manager of Esports Service and Rugged Computing
  • Andrew Hou – President of Pan-Asia Pacific Operations
  • James K Lin – General Manager of Notebook Products Business
  • Jerry Kao – Co-COO and President of IT Products

Tanpa berlama-lama, pembicaraan kami langsung mengarah ke AcerPure, cukup wajar mengingat ini merupakan bidang baru yang belum pernah Acer geluti sebelumnya. Tiffany sendiri membenarkan bahwa ini merupakan upaya Acer untuk memperluas lineup produk mereka di luar bisnis utamanya, dan pembersih udara dipilih berkat relevansinya terhadap situasi pandemi.

Namun yang menarik adalah, seperti yang dijelaskan oleh James, Acer sebenarnya sudah mulai menggarap kategori ini sejak tahun lalu, tapi kala itu fokusnya hanya untuk ranah komersial. Barulah di awal 2020 ini, Acer melihat adanya peluang lini produk baru AcerPure ini untuk segmen konsumen umum.

Ke depannya dipastikan bakal ada kategori produk lainnya, tapi untuk sekarang, prioritas Acer adalah AcerPure Cool itu tadi. Kabar baiknya, Acer sudah berencana untuk menghadirkannya ke Indonesia mulai awal tahun 2021.

Saya sendiri lebih tertarik dengan sektor gaming, dan pertanyaan pertama yang saya lontarkan adalah, “Kapan Acer bakal membuat smartphone gaming Predator?” Tiffany pun tertawa, lalu lanjut menjelaskan bahwa mereka selalu terbuka terhadap peluang. Beliau bahkan sempat menyinggung sendiri terkait kegagalan Acer di industri smartphone beberapa tahun lalu, dan yang saya tangkap, itu bukan berarti Acer sudah menyerah.

Kalau tren smartphone gaming terus ramai ke depannya, bukan tidak mungkin kita akan melihat penawaran serupa dari Acer. Pun demikian, supaya tidak ada kesalahpahaman, Jerry menambahkan bahwa untuk sekarang Acer belum punya keinginan sama sekali soal itu.

Lalu ketika mulai membahas esports, saya langsung menanyakan tentang teknologi penerjemah berbasis AI SigridWave itu tadi. Jujur saya penasaran apakah Acer berniat untuk melisensikannya ke platform lain, atau mungkin ke layanan seperti Discord atau TeamSpeak. Andrew Chuang dengan tegas menjawab tidak, setidaknya untuk sekarang.

Terkait monetisasi Planet9, Andrew menjabarkan bahwa ke depannya mereka bakal mengeksplorasi sejumlah cara. Bisa dengan memberikan coaching, iklan, atau berjualan in-game item. Opsi lain yang tak kalah menarik adalah, Planet9 sebagai pusat data profil pemain-pemain profesional, yang kemudian mungkin bisa dijual ke para stakeholder esports.

Acer Chromebook Spin 513 / Acer
Acer Chromebook Spin 513 / Acer

Terakhir, kami juga sempat berbicara banyak mengenai Chromebook. Dalam penjelasannya, Andrew Hou memaparkan satu fakta yang sangat menarik: sampai kuartal ketiga kemarin, penjualan Chromebook yang dicatatkan Acer di Indonesia naik sebesar 2.601%. Ya, saya bukan salah ketik, tapi memang angka penjualannya naik 26 kali lipat dari tahun sebelumnya.

Rupanya, peningkatan sangat drastis ini datang dari keberhasilan Acer memenangkan sejumlah tender pendidikan dari pemerintah, dan hal yang sama juga terjadi di negara-negara lain seperti Jepang atau Filipina. Di Indonesia sendiri, Acer sekarang memimpin pangsa pasar Chromebook dengan 80%.

Oh ya, saya juga sempat meminta pendapat Acer mengenai tren laptop foldable. Soal itu, James menjelaskan bahwa Acer sebenarnya sudah mengeksplorasi laptop foldable selama beberapa tahun, namun mereka masih belum menemukan cara terbaik untuk menyajikan user experience yang paling optimal dari form factor tersebut.

Kalau melihat obsesi Acer terhadap laptop yang tipis dan ringan, sekaligus yang terkadang punya desain tidak umum, saya yakin di pusat R&D-nya sudah ada beberapa prototipe laptop foldable. Namun kalau bicara soal user experience, tentu saja kita juga harus menyinggung soal Microsoft sebagai penyedia sistem operasinya, dan sejauh ini mereka memang belum punya versi Windows 10 yang benar-benar matang untuk perangkat foldable.

KEF Space One Wireless Andalkan Rancangan Porsche Design dan Baterai Super-Awet

Produsen perangkat audio ternama asal Inggris, KEF, kembali bekerja sama dengan Porsche Design dalam menggarap sebuah headphone Bluetooth premium. Seperti yang saya bilang, ini bukan pertama kalinya KEF berkolaborasi dengan Porsche Design, dan headphone bernama Space One Wireless ini pada dasarnya hanya sebatas varian berkonektivitas Bluetooth dari headphone Space One standar.

Kendati demikian, desainnya yang sempat menerima Red Dot Design Award memang terlihat sangat elegan, dengan bodi serba aluminium berbobot 330 gram, diikuti oleh finish titanium. Bantalan empuk berbahan memory foam-nya dilapisi oleh kulit imitasi yang tahan keringat. Ini penting mengingat Space One Wireless siap digunakan dalam durasi yang cukup lama.

KEF Space One Wireless

Dalam satu kali charge, ia dapat beroperasi selama 30 jam nonstop, bahkan ketika fitur active noise cancelling-nya terus diaktifkan. Angka ini setara dengan headphone terbaru andalan Sony, WH-1000XM2, yang juga mengemas teknologi pemblokir suara serupa.

Ketimbang mengandalkan kontrol berbasis sentuhan, KEF lebih memilih rute tradisional dengan menambatkan sederet tombol pada salah satu earcup Space One Wireless. Kinerjanya sendiri ditopang oleh sepasang driver neodymium 40 mm yang menjanjikan reproduksi suara berimbang, termasuk bass yang terkesan padat.

KEF Space One Wireless

Space One Wireless menggunakan konektivitas Bluetooth 4.1, serta mendukung codec Qualcomm aptX. Saat sedang tidak digunakan, kedua earcup-nya dapat diputar sehingga perangkat dapat diletakkan mendatar.

KEF Space One Wireless rencananya akan dipasarkan seharga £349, atau kurang lebih sekitar Rp 6,3 juta.

Sumber: The Verge.

Speaker Bluetooth Ini Dibuat dari Ujung Knalpot Asli Porsche 911 GT3

Siapa yang tidak kenal dengan Porsche 911 GT3? Baik desain, performa, bahkan suaranya begitu ikonik, dan Porsche rupanya ingin mengenangnya lewat sesuatu yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dunia otomotif, yakni sebuah speaker Bluetooth.

Dijuluki 911 Speaker, ia tak sekadar mencomot nama tanpa karakteristik dari sang mobil legendaris yang telah diproduksi sejak tahun 1999. Pada kenyataannya, sebelum ia dijejali driver dan komponen elektronik lainnya, ia merupakan bagian penting dari 911 GT3 itu sendiri, yaitu ujung knalpotnya.

Ya, speaker ini dibuat dari ujung knalpot asli Porsche 911 GT3. Bagian tersebut, ditambah dengan housing yang terbuat dari aluminium, kemudian diisi dengan komponen audio yang memberikan output total sebesar 60 watt, menjanjikan reproduksi bass yang alami sekaligus presisi.

Porsche Design 911 Speaker

Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 4.0 dengan dukungan aptX, plus NFC untuk semakin memudahkan proses pairing. Pengguna pun bisa menyambungkan unit 911 Speaker lain guna mendapatkan konfigurasi stereo, atau malah mengaktifkan Party Mode. Semuanya ini bisa dinikmati selama 24 jam nonstop sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Anda mungkin bisa menikmati kualitas suara yang lebih baik dari speaker lain, tapi tidak bisa dipungkiri desainnya benar-benar berkesan. Porsche Design 911 Speaker saat ini sudah dipasarkan seharga $550. Sama seperti produk lain dari Porsche Design, harga dan keunikannya membuatnya lebih cocok dijadikan barang collectible.

Sumber: Porsche Design via Ape to Gentleman.

AOC dan Porsche Ciptakan Monitor Berdesain Amat Keren

Kita semua tahu bahwa bagian terpenting dari suatu monitor adalah panel layarnya. Namun bagi yang memprioritaskan desain monitor itu sendiri, AOC punya persembahan istimewa hasil kolaborasinya dengan Studio F. A. Porsche.

Keduanya merancang dua monitor ber-bezel tipis, satu berukuran 24 inci, dan satu lagi 27 inci. Spesifikasi selebihnya semua identik, mencakup panel IPS beresolusi 1920 x 1080 pixel, viewing angle 178º, response time 5 ms, tingkat kecerahan 250 nit dan rasio kontras dinamis 50.000.000:1.

AOC PDS241

Harus saya akui, spesifikasinya itu tergolong standar. Tidak ada refresh rate tinggi, tidak ada dukungan wide color gamut, tapi memang nilai jual utamanya terletak pada desainnya. AOC dan Porsche merancangnya dengan tujuan untuk membuat monitor ini tampak rapi di atas meja, dengan hanya satu kabel saja yang keluar dari belakangnya.

Umumnya, Anda akan melihat paling tidak dua kabel yang menggantung dari belakang monitor. Tidak demikian di sini, dimana hanya ada satu kabel yang keluar dari ujung stand asimetrisnya, dan input HDMI beserta power-nya pun ditempatkan dalam satu adapter.

AOC PDS241

Kalau itu saja belum cukup keren, masih ada panel yang begitu tipis. Dengan tebal cuma 5,2 milimeter, 2/3 dari atas monitor ini bahkan lebih tipis ketimbang mayoritas smartphone kita. Bagian bawahnya yang tebal sendiri itu merupakan tempat bersembunyinya seluruh komponen elektronik dari monitor ini.

Buat yang tertarik, monitor bernama AOC PDS241 (24 inci) dan AOC PDS271 (27 inci) ini sekarang sudah dipasarkan melalui Amazon masing-masing seharga $200 dan $250.

Sumber: The Verge dan AOC.

Porsche Design Singkap Book One, Laptop 2-in-1 Premium Berdesain Anggun

Didirikan di 2003, Porsche Design merupakan anak perusahaan yang difokuskan untuk memasarkan produk-produk non-otomotif dengan brand Porsche; di antaranya pakaian, arloji, alat tulis, kacamata, hingga perangkat elektronik. Dan di MWC 2017, Porsche Design menyingkap anggota baru dari keluarga produk di kategori Computing, ditujukan untuk mendukung kebutuhan produktif.

Porsche Design menamainya Book One, sebuah laptop convertible yang beroperasi di platform Microsoft Windows 10. Lewat perangkat ini, sang produsen ingin menunjukkan kemahiran mereka dalam menggabungkan brand lifestyle premium dengan gagasan multifungsi berbasis hardware berperforma tinggi. Porsche juga ingin memperlihatkan keseriusannya pada teknologi dan inovasi di segmen mobile computing.

Porsche Design Book One

Book One menyuguhkan layar IPS 13,3-inci sebagai jendala Anda mengakses konten. Meskipun ukuran panel tersebut tidak begitu besar, resolusinya tergolong tinggi, yaitu 3200×1800-pixel – dengan format 16:9, rasio kontras 1000:1, dan turut diproteksi Corning Gorilla Glass 4. Soal desain, Porsche tentu saja tidak main-main. Tubuh laptop ini terbuat dari aluminium, dipotong dan dibentuk secara detail, mempunyai dimensi 311,4×226,5mm dan berketebalan hanya 15,9mm. Porsche menggunakan jenis finishing matte, membubuhkan branding Porsche Design di punggung dan bagian bawah display, dan memanfaatkan keyboard backlight.

Porsche Design Book One 4

Bagian paling unik dari Porsche Design Book One terletak pada engselnya. Ketika produsen device 2-in-1 harus memilih antara menggunakan struktur detachable atau engsel putar, Porsche mengadopsi keduanya. Solusi ini telah dipantenkan, memungkinkan Anda melepas layar dari keyboard atau sekedar memutarnya 360 derajat ke belakang. Engsel dan elemen roda bergigi di sana terinspirasi dari wujud transmisi mobil sport.

Porsche Design Book One 2

Porsche Desing melengkapi Book One dengan berbagai konektivitas high-end, di antaranya dua port USB type-C dan satu lagi USB type-C Thunderbolt 3, ditambah dua port USB 3.0 dan DisplayPort standar agar pemakaiannya lebih fleksibel. Perangkat juga dibekali fitur otentikasi biometrik menggunakan wajah, dapat terpenuhi berkat kehadiran kamera 5-megapixel di bagian depan dipadu software Windows Hello.

Porsche Design Book One 1

Untuk memastikan Book One bekerja optimal, Porsche menyematkan komponen-komponen canggih yang bisa mereka temukan. Laptop 2-in-1 ini diotaki prosesor Intel Core i7-7500U 3,5GHz, juga menyimpan RAM 16GB serta menyajikan penyimpanan berbasis SSD sebesar 512GB. Dan demi memudahkan Anda bekerja, Book One turut dibundel bersama stylus garapan Wacom.

Harganya sendiri memang tidak murah. Porsche Design Book One dibanderol seharga US$ 2.500, akan tersedia mulai bulan April 2017.

Sumber: Porsche.

Sebagai Dedikasi ke Pengguna Setia di Indonesia, BlackBerry Hadirkan Tiga Device Baru

Gempuran dari kepoluaritasan device Android dan iOS sejak 2011 memicu BlackBerry untuk melakukan langkah-langkah drastis. Mereka melepas ‘eksklusivisme’ BlackBerry Messenger, meramu platform supaya sanggup menjalankan app Android, dan belakangan kita tahu BlackBerry sedang menyiapkan handset perdana yang beroperasi di OS mobile milik Google itu. Continue reading Sebagai Dedikasi ke Pengguna Setia di Indonesia, BlackBerry Hadirkan Tiga Device Baru