Startup Agritech Semaai Kantongi Pendanaan Pra-Seri A Rp73 Miliar

Startup agritech Semaai mengumumkan perolehan pendanaan pra-Seri A senilai $4,7 juta (sekitar Rp73 miliar) dalam bentuk ekuitas dan utang. Putaran ini dipimpin CyberAgent Capital, dengan partisipasi dari investor baru, seperti Sumitomo Corporation Equity Asia, Ruvento, MyAsiaVC, dan Heracles Ventures. Investor lama, yakni Surge bagian dari Peak XV, Accion Venture Lab, dan Beenext, turut serta dalam putaran tersebut.

Total raihan pendanaan yang diperoleh Semaai sejak pertama kali berdiri di Agustus 2021 mencapai $7,6 juta (sekitar Rp118 miliar). Putaran sebelumnya diraih pada Februari 2023.

Semaai akan akan memanfaatkan injeksi untuk memperluas layanan konsultasi pertanian yang menyasar toko tani dan petani, bekerja sama dengan institusi keuangan untuk menyediakan solusi fintech, dan perluasan layanan Semaai di Jawa Tengah yang memiliki lebih dari 8.200 desa. Ditargetkan Semaai akan jangkau 75% desa hingga akhir 2024.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (8/1), Co-founder dan CEO Semaai Muhammad Yoga Anindito menyampaikan, “Ini adalah bagian dari target kami untuk menyediakan ekosistem digital terintegrasi dalam mengatasi tantangan rantai pasok pertanian dan mengatasi kesenjangan pengetahuan toko tani dan petani kecil di Indonesia.”

Direktur Kantor CyberAgent Indonesia Kevin Wijaya menuturkan, “[..] Melihat rekam jejak para founder Semaai di sektor pertanian, kami yakin bahwa Semaai dapat merevolusi sektor pertanian Indonesia melalui pendekatan offline-to-online, terutama dalam rantai pasokan bahan baku pertanian.”

Pencapaian Semaai

Aplikasi Semaai / Semaai

Sektor pertanian, bersama dengan sektor kehutanan dan perikanan, tumbuh 1,46% secara tahunan dan 1,61% secara kuartal. Data Badan Pusat Statistik 2023 menunjukkan sektor pertanian menyumbang Rp397.291,202 miliar terhadap PDB Indonesia, atau 12,71% dari total PDB.

Walaupun merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian nasional, sektor ini masih menghadapi beberapa tantangan, seperti terbatasnya akses pembiayaan, rantai pasokan yang panjang, dan rendahnya adopsi teknologi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Semaai menyediakan tiga layanan utama yang banyak digunakan oleh para petani dan peritel pertanian, yaitu:

  1. Marketplace digital bagi B2B untuk input pertanian seperti benih dan pupuk,
  2. Layanan konsultasi pertanian untuk meningkatkan praktik pertanian, dan
  3. Layanan keuangan melalui kerja sama dengan institusi keuangan dan penyedia fintech tepercaya.

Menurut Yoga, perpaduan unik antara perdagangan dan logistik yang terintegrasi ke dalam layanan konsultasi Semaai akan memberikan nilai dan manfaat yang besar bagi para pedagang eceran pertanian dan petani.

Untuk mendukung ketiga produk di atas, Semaai telah meluncurkan fitur klinik pertanian. Fitur ini berisi konten edukasi yang disusun berdasarkan jenis tanaman, fokus hama dan penyakit yang berhubungan dengan tanaman. Konten yang dirancang dengan jelas dan sederhana ini membantu pengguna untuk memahami secara menyeluruh kompleksitas masalah tanaman.

“Setelah tahap edukasi, pengguna diberikan rekomendasi, membantu mereka untuk mengatasi dan memitigasi masalah tersebut secara efektif di masa depan.”

Diklaim, Semaai berhasil mencetak kenaikan pendapatan bersih (net revenue) hingga 15 kali lipat sepanjang 2023 dan kenaikan pengguna marketplace Toko Tani tumbuh dua kali lipat. Penggunaan fitur konsultasi pertanian naik 8 kali lipat sepanjang enam bulan terakhir dan disebutkan sebagian besar pengguna aktif Semaai memanfaatkan fitur tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Startup Pengadaan Barang Konstruksi Quipster Terima Investasi Pra-Seri A dari Chailease Holding

Startup penyedia pengadaan barang konstruksi Quipster mengumumkan telah merampungkan putaran pra-Seri A dengan nilai dirahasiakan. Pendanaan ini dipimpin oleh investor asal Taiwan, Chailease Holding, sekaligus menandai debutnya berinvestasi untuk startup konstruksi di Indonesia.

Dana yang terkumpul akan dialokasikan untuk mendigitalisasi konektivitas rantai pasok industri konstruksi, serta membangun infrastruktur demi memperluas penetrasi pengguna Quipster di kota lapis dua dan tiga.

Quipster merupakan brand baru yang digunakan pasca merger antara Webtrace dan TraktorHub pada tahun lalu.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan pada hari ini (17/5), CEO Quipster Erwin Subroto menyampaikan, pasca merger diklaim pihaknya telah membantu lebih dari 500 proyek konstruksi yang tersebar di seluruh Indonesia. Proyek tersebut mendongkrak revenue perusahaan hingga 300% secara year-on-year.

“Memiliki 8.000 alat berat dan commercial vehicles berteknologi IoT, serta lebih dari 500 kontraktor dan toko bangunan yang bergabung dalam ekosistem kami. Quipster siap mendigitalisasi rantai pasok industri konstruksi Indonesia dengan solusi pengadaan bahan dan alat konstruksi satu atap,” terang Erwin.

Chief Strategy Officer Chailease Holding Kevin Lao menjelaskan, Indonesia menduduki posisi keenam sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia, dengan total hampir 2.500 startup. Akan tetapi, tidak banyak yang dapat memecahkan masalah di industri konstruksi. Quipster, menurutnya, hadir untuk membuat industri tersebut lebih terintegrasi dari hulu ke hilir.

“Terbukti, Quipster mencatatkan pertumbuhan yang positif dengan menyinergikan konstruksi dan teknologi. Kami yakin Quipster dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan industri konstruksi Indonesia yang memiliki peluang luar biasa,” kata Liao.

Chailease adalah perusahaan leasing di Taiwan dengan jangkauan bisnis di Tiongkok dan Asia Tenggara. Produk keuangannya cukup komprehensif untuk pelaku UKM, seperti penyewaan peralatan dan transportasi, angsuran penjualan, putang, dan berbagai solusi pembiayaan korporasi lainnya.

Industri konstruksi

Kinerja industri konstruksi Indonesia diproyeksi bakal terus meningkat. Total pasar konstruksi Indonesia mencapai $244,4 miliar pada 2022, dengan proyeksi CAGR lebih dari 5% selama 2024-2027. Pertumbuhan ini didukung oleh berbagai faktor, salah satunya lonjakan investasi pemerintah sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021-2030.

Dua hal tersebut merupakan bagian dari tiga penggerak industri konstruksi ini, yaitu residensial, industrial, dan infrastruktural.

“Industri konstruksi sangat berpotensi. Contohnya, di sektor residensial, rumah yang dibangun lewat Program Sejuta Rumah pada 2022 mencapai 1,1 juta unit. Sayangnya, industri konstruksi menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari kurangnya konektivitas antara kontraktor dengan penyedia peralatan konstruksi dan toko bahan bangunan untuk proyek konstruksi di kota-kota non-metropolitan, hingga problem klasik kesulitan dalam mengatur cash flow,” terang COO Quipster David Hartono.

Ia melanjutkan, “Kurangnya konektivitas dalam rantai pasok di industri konstruksi ini berimbas pada biaya logistik yang tinggi dan kurangnya opsi alat berat dan jenis material yang tersedia di area lokal proyek. Tantangan lainnya adalah kurangnya transparansi transaksi, pembelian material, dan utilisasi penggunaan alat berat di proyek konstruksi.”

Melihat tantangan yang ada, platform Quipster memberikan empat kemudahan:

  1. Menghubungkan kontraktor dengan jaringan penyewaan alat berat yang lebih efisien dan transparan;
  2. Pengadaan inventori berkualitas dan digitalisasi operasional toko-toko bahan bangunan dalam memenuhi kebutuhan kontraktor di kota-kota tier dua dan tiga;
  3. Membantu kontraktor memenuhi kebutuhan material bangunan melalui channel digital dan jaringan toko-toko bahan bangunan yang terafiliasi dengan Quipster, dan;
  4. Pembiayaan dengan fitur pengaturan pembayaran bagi kontraktor dan toko bahan bangunan dalam platform Quipster.

“Kontraktor yang bergabung menggunakan layanan kami untuk mencari persewaan alat berat dan bahan bangunan dapat menghemat biaya procurement dan delivery hingga 25%. Toko bahan bangunan pun mendapatkan akses ke inventori berkualitas dan fast moving dengan dukungan pengiriman hingga ke pintu toko mereka, dengan harga yang lebih terjangkau hingga 15% dan berbagai opsi pembayaran dan pembiayaan,“ lanjut Erwin.

Untuk membantu penetrasi servis di kota-kota lapis dua dan tiga, Quipster telah mendirikan tim dan infrastruktur pemasaran dan operasional di Lampung yang notabene adalah pintu masuk dari pulau Jawa ke pulau Sumatera. Dengan infrastruktur ini, Quipster mampu meningkatkan konektivitas antara toko bahan bangunan dengan lebih banyak pilihan jenis material yang dapat ditawarkan di area lokal.

Jaringan toko bahan bangunan dalam platform Quipster tersebut juga akan dapat memasarkan produk mereka kepada kontraktor yang memiliki proyek di pulau Sumatera.

BRIK Konfirmasi Tutup Pendanaan Pra Seri A Senilai 168 Miliar Rupiah

Startup konstruksi BRIK telah menutup putaran pendanaan pra seri A dengan nominal sebesar $11,5 juta (sekitar 168 miliar Rupiah). Hal ini telah dikonfirmasi oleh manajemen perusahaan menyusul pemberitaan terakhir terkait penggalangan dana mereka pada Desember 2022 silam.

Kepada DailySocial.id, pihak BRIK menyebut investor terdahulu, seperti Accel dan AC Ventures, kembali berpartisipasi dalam putaran ini. Kemudian, B Capital, Alter Global, Living Lab Ventures, perusahaan konstruksi asal Singapura Woh Hup, salah satu konglomerat lokal, dan beberapa angel investor yang mayoritas berasal dari India, juga ikut berinvestasi.

Sebelumnya, BRIK telah menerima pendanaan tahap awal senilai $4 juta atau Rp59,5 miliar pada Juli 2022, dipimpin oleh AC Ventures dengan keterlibatan Accel, Infra.Market, Alto Partners, BizOnGo, dan sejumlah angel investor.

Dana segar ini akan digunakan untuk memperluas jangkauan bisnis dan menambah lini produk BRIK. Dalam upaya mengembangkan bisnisnya, BRIK juga diketahui berencana untuk mempekerjakan beberapa individu di Singapura, Indonesia, dan India untuk menyediaan produk beton, pracetak dan nonstruktural, agregat berkualitas tinggi, dan bahan kimia konstruksi.

Di samping itu, perusahaan juga mendorong inovasi teknologi untuk dapat menurunkan harga. Hingga saat ini, BRIK telah tersedia di pulau Jawa, Bali, dan Lampung.

Saat ini, BRIK memiliki empat produk unggulan, yaitu beton, cat interior dan waterproofing dari Singapura, bata merah dan hebel brik, juga lem, thinner dan admixtures. Perusahaan segera menambah lini produk baru, seperti kayu untuk konstruksi, dan meningkatkan nilai produk dengan menuju ke green innovation.

Solusi BRIK

BRIK didirikan pada 2022 oleh empat orang founder, dua di antaranya mantan VP SEA Invesment di Jardines dan salah satu co-founder di iDexpress. BRIK merupakan perusahaan agregator bahan baku B2B yang memiliki fokus dalam membangun rumah produk bahan konstruksi.

Dalam operasionalnya, perusahaan memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah di sektor konstruksi seperti kurangnya transparansi harga, kualitas bahan konstruksi yang tidak sesuai, basis vendor yang terfragmentasi, dan logistik yang tidak efisien. Dengan sistem bisnis ini, BRIK telah melayani klien institusional (B2B) dan juga pelanggan ritel.

BRIK mengembangkan produk konstruksi sendiri dengan kualitas dan karakteristik yang sesuai dengan riset yang telah dilakukan tim. Lewat mekanisme cloud manufacturing, perusahaan merangkul rekanan pemasok bahan bangunan untuk membantu perusahaan memproduksi barang. BRIK memberikan jaminan penjualan lewat kanal yang dimiliki.

Beberapa startup yang menyasar segmen konstruksi di Indonesia sebut saja GoCement yang berupaya mengefisiensikan bisnis konstruksi. Selain itu, ada Proglix yang menghadirkan solusi terpadu penyediaan raw material untuk konsumen infrastruktur dan manufaktur.

Menurut riset GlobalData, ukuran pasar bisnis konstruksi di Indonesia telah mencapai $234,6 miliar atau setara Rp3,591 triliun pada 2021 lalu. Diproyeksikan sektor ini akan mendapati average annual growth rate (AAGR) lebih dari 4% dalam periode 2023-2026 mendatang. Pertumbuhan ini berkorelasi langsung dengan sejumlah metrik perekonomian, termasuk PDB nasional yang pada 2022 berhasil tumbuh 5,31%.

Desty Dikabarkan Galang Pendanaan Baru

Startup pengembang full stack e-commerce solution untuk merchant Desty dikabarkan menggalang putaran dana baru. Menurut regulatory filings, sejumlah investor berpartisipasi di seri ini, termasuk pemodal sebelumnya seperti East Ventures, Jungle Ventures, Square Peg, turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Ada pula nama-nama investor baru, seperti ZVC Investment (VC hasil merger dengan YJ Capital dengan Line Ventures), dan BAce Capital.

Manajemen Desty tidak bersedia berkomentar mengenai informasi ini ketika dihubungi DailySocial.id.

Desty mengumumkan pembukaan pendanaan pra-seri A senilai $3,2 juta pada Juli 2021 lalu dipimpin 5Y Capital. Putaran tersebut mendapatkan tambahan dana senilai $5 juta dengan East Ventures sebagai pemimpin berikutnya pada November 2021. Lalu di Juni 2022 lalu Square Peg masuk dalam pendanaan tambahan untuk putaran yang sama.

Perkembangan Desty

Desty Commerce

Desty merupakan platform yang fokus menyediakan solusi menyeluruh untuk bisnis dari berbagai sektor sejak Oktober 2020. Kini solusi yang ditawarkan terbagi menjadi empat layanan, yaitu layanan untuk tampilan depan (Desty Page), serta layanan untuk membantu operasional penjualan (Desty Store, Desty Omni, dan Desty Menu).

“Sebagai tech startup yang menawarkan solusi bagi merchant, Desty Commerce terus berupaya untuk menemukan solusi atas segala permasalahan yang terjadi di lapangan. Misi kami berfokus pada penyediaan solusi digital untuk menunjang bisnis di Indonesia. Kami harap, dengan Desty Commerce, para merchant dapat mengembangkan bisnisnya serta membawa pengaruh positif bagi ekonomi digital,” ujar Co-founder dan CEO Desty Mulyono Xu dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.

Desty Page memungkinkan merchant untuk menyatukan seluruh informasi yang berhubungan dengan bisnisnya ke dalam satu halaman bio-link, seperti konten sosial media (Youtube, TikTok, dan sebagainya), katalog toko, informasi mengenai promosi, kanal penjualan, kontak bisnis, dan lain-lain. Selain itu, Desty Page juga dilengkapi dengan fitur built-in analytics dan pixel tracking dari Google dan Facebook.

Fitur ini pun ditawarkan secara cuma-cuma bagi para pelaku e-commerce maupun content creator tanpa dikenakan biaya berlangganan. Bahkan beberapa selebriti atau content creator ternama juga sudah merasakan manfaat dari penggunaan Desty Page seperti Luna Maya, Farah Quinn, Choky Sitohang, Titan Tyra, dan Greysia Polii.

Kemudian, Desty Store memberikan akses bagi bisnis e-commerce untuk membuat web-store fungsional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tampilan brand. Laman ini telah terhubung dengan layanan logistik maupun ride-hail app nasional, seperti Wahana, SiCepat, Lion Parcel, GoSend, dan Grab Express. Opsi pembayarannya pun lengkap mulai dari Virtual Account, kartu kredit serta e-wallet seperti GoPay, OVO, dan ShopeePay. Desty Store juga dilengkapi dengan fungsi built-in analytics dan pixel tracking dari Google dan Facebook.

Untuk mendukung integrasi penjualan e-commerce di berbagai marketplace maupun web store, Desty Commerce menghadirkan layanan Desty Omni untuk mengelola produk, pesanan, serta stok barang. Belum lama ini, Desty meluncurkan fitur baru bertajuk Omni Chat, dashboard kolektif untuk mengakses seluruh chat pelanggan dari berbagai marketplace. Fitur ini diharapkan dapat mempermudah bisnis untuk melayani pelanggan secara efektif serta meningkatkan chat response time yang merupakan sebuah indikator penting bagi pelanggan e-commerce saat memilih toko untuk berbelanja.

Diklaim sejak diluncurkan hingga saat ini, Desty Omni telah berhasil mencapai ratusan miliar rupiah Gross Merchandise Value (GMV). Desty turut mengembangkan layanan Desty Menu yang dirancang khusus untuk pelaku bisnis dalam industri F&B untuk memangkas rantai operasional pemesanan, dapat digunakan di restoran, coffee shop, bioskop, karaoke, dan sebagainya.

Dengan Desty Menu, merchant dapat memanfaatkan berbagai layanan seperti pick-up, dine-in, delivery, dan scheduled order. Lebih dari itu, Desty Menu memberikan akses bagi pemilik bisnis untuk mengumpulkan dan memusatkan data pelanggan dalam sistem Customer Relationship Management (CRM). Fitur delivery dan CRM ini akan segera diluncurkan untuk dapat digunakan oleh merchant.

Disebutkan merchant yang telah menggunakan Desty Menu membuktikan kenaikan omset hingga 30%, efisiensi waktu pelayanan hingga 5 menit, serta mendapat testimoni positif lebih dari 90% pelanggannya.

Menurut Mulyono, setiap e-commerce dapat menggunakan berbagai layanan Desty Commerce sesuai kebutuhan maupun seluruh layanan yang tersedia karena seluruh layani dapat terintegrasi dan kedepannya akan disatukan ke dalam sebuah super app.

Hingga saat ini, Desty Commerce sudah menggandeng banyak brand ternama, seperti Electronic City, PVN, DAMN I Love Indonesia, NAMA Beauty, Kurumi, Duvaderm, SOVLO, Mirael Sugar Wax, Cinepolis, NAV Karaoke, Liberica, Omija, Pison Coffee, Vilo Gelato, dan masih banyak lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang Biogas “Gree Energy” Peroleh Investasi 50 Miliar Rupiah dari Earthcare Group

Gree Energy, perusahaan pengembang biogas ke energi asal Indonesia, mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A senilai $3,2 juta atau sebesar 49,9 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Earthcare Group, catalytic investor berbasis di Hong Kong.

Putaran ini merupakan investasi tambahan dari pendanaan pra-seri A sebesar $250 ribu oleh Water Unite Impact pada Mei 2022. Bila ditotal, Gree Energy telah mengantongi dana sebesar $3,45 juta atau sekitar 53,8 miliar Rupiah.

“Visi Gree untuk mengurangi polusi di sektor pertanian dan pangan, dan untuk menggantikan energi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil adalah kunci mitigasi perubahan iklim, dan sangat sejalan dengan tujuan Indonesia untuk mengurangi emisi karbon sebesar 43% pada 2030,” kata Co-Head of Investment Earthcare Group Andre Barlian, seperti dikutip dari situs resmi Gree Energy pada Rabu (21/12).

Ia melanjutkan, perusahaan memiliki pendekatan holistik unik yang memungkinkan mereka menghasilkan aliran pendapatan yang terdiversifikasi dengan sedikit biaya tambahan. “Model bisnis Gree juga sangat dapat direplikasi di sebagian besar ekonomi berbasis pertanian dengan permintaan energi yang terus meningkat, yang terjadi di sebagian besar wilayah Selatan Global. Potensi pertumbuhannya luar biasa,” tambahnya.

Solusi Gree Energy

Didirikan pada 2013, Gree Energy adalah perusahaan yang mendekarbonisasi pengolah makanan di negara berkembang dengan mengubah air limbah mereka menjadi biogas. Adapun, biogas ini digunakan untuk menghasilkan energi, panas, bio-CNG, air bersih, pupuk organik, dan dapat dijual sebagai kredit karbon, sehingga layak secara finansial dengan membuka akses ke pasar kredit karbon, keuangan hijau, dan pasar energi terbarukan.

Salah satu contoh proyek Gree yang berhasil adalah Hamparan di Lampung. Disebutkan, proyek yang sudah berjalan sejak Desember 2022 tersebut telah mengurangi lebih dari 30.000 emisi CO2eq setiap tahunnya, menghasilkan hampir 10 GWh energi bersih, dan andal per tahun untuk 19 desa di sana. Proyek ini memperlihatkan bukti potensi skala model dampak Gree untuk berkontribusi terhadap dekarbonisasi industri makanan di negara-negara berkembang.

Perusahaan mengestimasi ada lebih dari 1.350 pengolah makanan di Indonesia menghasilkan lebih banyak polusi air daripada populasi 185 juta. Pengolah makanan ini mengeluarkan 50 juta ton emisi CO2eq per tahun, setara dengan mengeluarkan sepulih juta mobil di jalan setiap tahun.

Secara paralel, pada 2030 mendatang, Indonesia menargetkan untuk meningkatkan porsi listrik terbarukan dari 13,5% pada 2021 menjadi 34% dan mengurangi emisi karbon hingga hampir 32% dengan upaya sendiri (43,2% dengan bantuan internasional).

Biogas adalah salah satu landasan utama untuk mengatasi tantangan kembar ini. Untuk memanfaatkan potensi biogas Indonesia, diestimasi membutuhkan investasi lebih dari $2 miliar untuk fasilitas pengolahan air limbah biogas. Ini akan membuka investasi lebih dari $3 miliar dalam pengembangan aset energi biogas terdistribusi.

Menurut Gree Energy, biogas adalah teknologi yang telah terbukti memenuhi bauran energi terbarukan Indonesia, tetapi peluang untuk membuka potensi penuhnya belum dimanfaatkan sepenuhnya.

Model dampak Gree berada di posisi yang tepat untuk menangkap peluang tersebut di Indonesia dan mereplikasinya di pasar negara berkembang lainnya yang perlu memenuhi permintaan energi yang terus meningkat sambil mendekarbonisasi dan mengolah air limbah industri dengan benar.

Gree Energy mengadopsi metrik lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang terukur dan dapat diverifikasi secara independen untuk melaporkan aktivitas, hasil, dan dampak secara transparan. Perusahaan telah tersertifikasi B-Corp yang berkomitmen untuk memenuhi standar kinerja sosial dan lingkungan terverifikasi tertinggi.

Startup Wellness “DOOgether” Peroleh Tambahan Dana Pra-Seri A, Perbanyak Lokasi Olahraga Offline

Startup yang bermain di segmen wellness DOOgether mengumumkan perolehan tambahan dana pra-seri A dengan nominal dirahasiakan. Putaran ini dipimpin oleh Living Lab Ventures (afiliasi dari Sinarmas Land Group) dan Aldo Henry Artoko (CEO PT Arkora Hydro Tbk), diikuti investor sebelumnya, yakni Asiantrust Capital, Prasetya Dwidharma, dan lainnya.

Kedua investor yang sudah ada ini sebelumnya berpartisipasi dalam putaran tahap pertama yang diumumkan pada April 2021. Alexander Rusli (eks Dirut Indosat) juga serta dalam putaran tersebut.

Dana segar ini nantinya akan dimanfaatkan perusahaan untuk memperbanyak jumlah DOOspace, ruang kesehatan dan kebugaran offline, hingga enam titik di kuartal III 2023 mendatang. Lokasinya bakal tersebar di area Jabodetabek, salah satunya di BSD City.

Co-founder dan CEO DOOgether Fauzan Gani menyampaikan pihaknya bangga karena telah membangun bisnis yang kuat, berkelanjutan, berhasil bertahan melewati pandemi dan gejolak ekonomi. Namun, melihat data saat ini, ia percaya bahwa aktivitas online akan tetap berperan penting di industri kesehatan dan kebugaran, terutama untuk memenuhi permintaan komunitas olahraga.

Menurut data yang ia kutip, industri kesehatan dan kebugaran yang digelutinya ini bernilai $36,4 miliar di Indonesia, dan diperkirakan akan tumbuh 7,9% setiap tahunnya.

DOOspace

Perusahaan meluncurkan DOOspace untuk memenuhi permintaan dan membantu mitra fasilitas kebugaran yang kesulitan karena situasi yang sedang berlangsung. Melalui DOOspace, perusahaan mendukung mitra fasilitas kebugaran yang masuk sebagai operator, membantu rebranding seluruh fasilitasnya menjadi DOOspace by DOOgether.

Fauzan melanjutkan, DOOspace mendukung mitra fasilitas kebugaran yang sedang melewati masa kritis karena pandemi dengan menjadi operator fasilitas, menghadirkan pakar ternama dari industri olahraga, menstandardisasikan kualitas pengalaman pelanggan fasilitas kebugaran, dan memastikan pertumbuhan bisnis fasilitas kebugaran tersebut.

“Para mitra juga akan mendapatkan keuntungan dari ekosistem digital kami yang sudah mapan, dari pengarahan lintas pengguna dari aplikasi kami ke fasilitas kebugaran, hingga data demografis dan tren olahraga di wilayah mereka,” ucap Fauzan.

DOOspace menawarkan ruang kesehatan dan kebugaran bagi komunitas yang berkumpul, memiliki berbagai pilihan olahraga, mulai dari zumba, pilates, yoga, muay thai, berenang, dan latihan otot dan kekuatan. Layanan ini mulai diperkenalkan ke publik sejak Agustus 2022 dengan lokasi pertamanya di Senopati, Jakarta.

Perusahaan sendiri sudah dirintis sejak 2016. DOOgether berawal dari produknya yang bernama DOOfit, menyediakan layanan pemesanan kelas olahraga online dan offline ke fasilitas kebugaran di lebih dari 350 fasilitas olahraga, trainer, dan komunitas di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali. Kelas olahraga yang ditawarkan mencapai lebih dari 30 ribu kelas, seperti zumba, boxing, barre, yoga, bootcamp, wall climbing, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, juga tersedia video latihan gratis di dalam situsnya.

Application Information Will Show Up Here

Startup “Coffee Chain” Jago Umumkan Pendanaan Pra-Seri A 34 Miliar Rupiah

Startup coffee chain Jago mengumumkan penyelesaian pendanaan pra-seri A senilai $2,2 juta (sekitar 34,2 miliar Rupiah) yang dipimpin Intudo Ventures dan BEENEXT, dengan partisipasi CyberAgent Capital dan Arkblu Capital. BEENEXT adalah investor sebelumnya, memimpin pendanaan tahap awal yang diperoleh Jago pada November 2021.

Lewat penggalangan ini, Jago akan memanfaatkan dana untuk perluas armada mobile cafe hingga 200 unit yang mampu menjangkau 20 area di Jakarta. Selanjutnya, memperkuat tim inti di lini operasional dan teknologi.

Jago memosisikan diri bukan sebagai bisnis ritel yang mendukung operasionalnya dengan teknologi, melainkan sebaliknya, memungkinkan siapa saja dan di mana saja memiliki akses ke kopi berkualitas dengan harga terjangkau.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (27/10), Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyampaikan, ada beberapa hal yang khas Indonesia daripada kopi. Jago merupakan model baru bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati kopi, mengungguli kafe tradisional dalam hal kenyamanan dan mengalahkan kopi instan dan pre-made dalam hal kualitas.

“Kami yakin dengan tim gabungan pengusaha kopi dan teknologi Jago dan menantikan momentum lanjutan mereka di pasar kopi Indonesia yang sedang booming,” kata Yip.

Partner BEENEXT Faiz Rahman menambahkan, Jago menyeduh sesuatu yang berbeda dari secangkir kopi rata-rata, memberikan pengalaman dan layanan unik kepada konsumen melalui kopi. Perusahaan ini memanfaatkan teknologi sebagai produk intinya dan memanfaatkan infrastrukturnya untuk mendefinisikan ulang ritel last-mile.

“Oleh karena itu, kami sangat bersemangat untuk melanjutkan kemitraan jangka panjang kami dengan Jago seiring dengan percepatan ekspansi perusahaan di seluruh Jakarta dan sekitarnya,” ucap Faiz.

Model bisnis Jago

Diluncurkan pada Juni 2020, Jago adalah kafe berjalan yang memberdayakan micro mobile  retail (gerobak elektrik)—menemui pelanggan kapan pun mereka mau—di mana pun mereka mau. Dengan armada kafe keliling yang bertenaga elektrik, Jago beroperasi di lokasi-lokasi utama di Jakarta.

Perusahaan menawarkan pendekatan hiperlokal ke konsumer akhir dengan melayani lingkungan sekitar dalam radius 1-2 km untuk menyiapkan dan mengantarkan minuman segar dengan cepat dalam hitungan menit. Gerobak beroperasi di area dengan kepadatan tinggi, dengan permintaan dari area perumahan dan bisnis, dengan populasi kedai kopi yang kurang melimpah meskipun permintaan kopi kuat.

Jago menyediakan minuman kafe berkualitas yang disajikan oleh barista yang dilengkapi dengan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyiapkan minuman segar di tempat, termasuk panas & dingin, kopi & teh, dan minuman khusus lainnya.

Jago Coffee juga menawarkan pemesanan langsung dan pesan-antar, menawarkan layanan penjemputan dan pengiriman untuk kopi segar tingkat kafe langsung ke konsumen dengan harga yang dibanderol mulai dari Rp8 ribu per cangkir. Konsumen dapat menikmati alternatif kopi kualitas yang lebih tinggi untuk kopi instan, tanpa mengurangi kenyamanan dan efektivitas biaya.

Pengguna cukup mengunduh aplikasi Jago di iOS dan Android untuk memesan minuman yang baru diseduh untuk pengambilan dan pengiriman, sehingga tidak perlu pergi ke kafe untuk menyegarkan diri.

Jago dipimpin oleh tim pengusaha Indonesia yang berpengalaman di bidang kopi dan teknologi, termasuk Yoshua Tanu (CEO) dan Christopher Oentojo (CTO). Selain Jago, Yoshua juga merupakan salah satu pendiri Common Grounds, jaringan kafe premium di Indonesia. Sementara, Christopher sebelumnya adalah Vice President of Product di Gojek, ia pernah memimpin peluncuran GoCar dan inisiatif pemetaan internal perusahaan.

Selain itu, Daniel Sidik baru-baru ini bergabung dengan Jago sebagai COO & CMO. Daniel membawa pengalaman di bisnis makanan & minuman yang luas, bergabung dengan perusahaan setelah mendirikan dan memimpin Reddog, rantai hotdog bergaya Korea yang populer di Indonesia dengan lebih dari 40 gerai ritel setelah dua tahun diluncurkan.

“Model bisnis inovatif kami, menggabungkan kafe seluler dengan aplikasi Jago kami, menciptakan akses kopi yang tak tertandingi kapan saja, di mana saja tanpa harus mengorbankan kualitas, harga, atau kenyamanan. Kami sedang membangun kemungkinan baru untuk ritel last-mile yang berkelanjutan dan memuaskan bagi konsumen Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kopi dan penyegaran harian mereka,” kata Co-founder & CEO Jago Yoshua Tanu.

Application Information Will Show Up Here

majoo Confirms Pre Series A Funding Worth of 130 Billion Rupiah

After raising a $4 million pre-series A funding in late 2021, majoo has completed the round and raised a total $9 million or equivalent to 130 billion Rupiah. New investors are participating in this round, including Quona Capital and Xendit. BRI Ventures also injected more funds into majoo.

majoo’s Co-Founder & CEO, Adi W. Rahadi confirmed to DailySocial on this funding. The follow-on funding has been part of majoo’s pipeline which has been mentioned in the previous interview.

majoo was founded by three, Adi W. Rahadi (CEO), Audia R. Harahap (COO), and Bayu Indriarko (VP Engineering). Previously, the three founders were retail business players who also served SME customers, therefore, they are familiar with various difficulties around the field.

Platform that offers similar services to majoo include Moka, which is part of GoTo Group’s merchant ecosystem. There is also Qasir which started to target the regional market, Pawoon with 25 thousand active merchants, Youtap, which wraps its services with a loyalty program, and many more.

Targeting MSMEs

majoo’s business solution is basically an app with a monthly subscription fee or SaaS. The company has reached more than 15 thousand paid users, including entrepreneurs across more than 600 cities in Indonesia with various types of businesses. It is ranging from F&B, retail, services, and other types of entrepreneurs.

Was founded in 2019, majoo claims to have processed more than 80 million transactions worth of $600 million or over 8.4 trillion Rupiah for MSMEs across 600 cities/districts in Indonesia from various types of businesses, icnluding F&B and laundry.

The service starts from a point of sales (POS) aka cashier application. Currently, it expands to the employee management, inventory, CRM applications, and online marketplace. Statistically, majoo claims to have grown by 85% YoY and has acquired more than 20K active users with a good retention rate.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

majoo Konfirmasi Telah Rampungkan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 130 Miliar Rupiah

Setelah membuka pendanaan pra-seri A senilai $4 juta akhir tahun 2021 lalu, majoo kini telah merampungkan putaran tersebut dan berhasil mengumpulkan dana senilai $9 juta atau kira-kira 130 miliar Rupiah. Investor baru yang tergabung dalam putaran ini adalah Quona Capital dan Xendit. BRI Ventures turut menyuntikkan dananya lagi ke majoo.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO majoo Adi W. Rahadi memberikan konfirmasi terkait pendanaan tersebut. Pendanaan tahapan lanjutan ini telah menjadi rencana dari majoo yang yang telah disampaikan dalam wawancara sebelumnya.

majoo didirikan oleh tiga founder, meliputi Adi W. Rahadi (CEO), Audia R. Harahap (COO), dan Bayu Indriarko (VP Engineering). Sebelumnya ketiga para pendiri tersebut merupakan pelaku bisnis ritel yang juga melayani pelanggan UKM, sehingga mereka cukup memahami berbagai kesulitan yang ditemui di lapangan.

Platform yang menawarkan layanan serupa dengan majoo di antaranya adalah Moka yang saat ini menjadi bagian dari ekosistem merchant di GoTo Group, Qasir yang sudah mulai menyasar pasar regional, Pawoon dengan 25 ribu merchant aktif, Youtap yang membungkus layanannya dengan program loyalitas, dan masih banyak lagi.

Menyasar UMKM

Solusi bisnis dari majoo merupakan aplikasi dengan biaya berlanggan secara bulanan atau SaaS. majoo saat ini telah memiliki pengguna berbayar lebih dari 15 ribu wirausaha tersebar di lebih dari 600 kota di Indonesia dengan berbagai jenis usaha. Mulai dari F&B, ritel, jasa, dan jenis wirausaha lainnya.

Sejak berdiri pada 2019, majoo mengaku telah memproses lebih dari 80 juta transaksi senilai $600 juta atau lebih dari 8,4 triliun Rupiah untuk UMKM di lebih dari 600 kota/kabupaten di Indonesia dari berbagai jenis bisnis, mulai dari F&B hingga laundry.

Layanan majoo dimulai dari sebuah point of sales (POS) alias aplikasi kasir. Saat ini terus diperluas mencakup pengelolaan karyawan, inventori, aplikasi CRM, hingga pemesanan online. Secara statistik, majoo mengklaim telah tumbuh 85% YoY dan telah mengakuisisi lebih dari 20 ribu pengguna aktif dengan tingkat retensi yang dinilai baik.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures and EMTEK Invest to the Real Estate Project NFT Developer

Fraction, a Hong Kong and Bangkok-based fintech startup, announced $3 million (nearly 43 billion Rupiah) pre-series A round led by East Ventures. Also participated in this round  EMTEK Group, Thakral Limited, V Ventures, and other regional investors.

This fundraising is in line with the Thailand’s ICO Portal License (subject to activation approval) from the Securities and Exchange Commission of Thailand (SEC). In addition, the previous plans to offer partial ownership (fractional ownership) of some of Thailand’s iconic real estate assets in the first quarter of 2022 through an end-to-end fractional ownership platform powered by NFT and blockchain.

In the earlier seed round, Fraction was backed by several well-known ventures, both from the technology and conventional finance industries, including SINGHA Ventures, John Wylie’s Tanarra Capital, and Skystar Capital Indonesia.

Fraction was founded by Eka Nirapathpongporn, an ex-Director and Partner in  Lazard, a New York-based global financial advisory and asset management firm. And Shaun Sales, a seasoned tech entrepreneur. Fraction creates access to wealth creation by enabling partial and digital asset transactions for people to own or trade, starting with world-famous iconic real estate projects.

With Fraction’s plug-and-play platform, individuals and companies can invest, sell, and partially manage ownership from small stakes in city condominiums, beachfront inns, or artworks, also to manage personal funds, assets and investors.

“Removing barriers and providing equal access to opportunities to achieve wealth for all has become an urgent global issue. We are pleased to be a pioneer in implementing NFT and a decentralized Ethereum digital solution to partially manage ownership of multiple assets,” Nirapathpongporn said in an official statement, Monday (17/1).

He continued, “From now on, we can enable financial inclusion that allows small investors to participate in attractive  asset classes that weren’t accessible before. Fraction has great opportunities where the real estate token market estimated to be worth US$80 trillion and we are delighted to be at the forefront of this new wave of finance and blockchain technology convergence.”

East Ventures’ Co-founder & Managing Partner, Willson Cuaca showed his gratitude to be part of Fraction’s vision to create access to investment capital currently reserved for limited community.

“However, we are getting excited about the huge growth of this platform; making digitization and partial ownership of real-world assets an easy day-to-day activity. Real estate is the first asset class and we look forward to supporting Fraction as it evolves into multiple asset classes and jurisdictions,” said Willson.

The products

With the ICO license obtained from Thai’s authorities, companies can link offline assets such as real estate to non-fungible tokens (NFT), digitize them, and offer a small portion to interested communities. “We share ownership of this NFT, and this ownership token is offered to investors. Therefore, it is an asset-backed proprietary token,” the Co-founder and CEO, Eka Nirapathpongporn was quoted by Tech in Asia.

Fraction prints an NFT with a “real world legal link” to a property. These tokens will consist of different exchangeable tokens, or fractions, with each representing a portion of the property. Furthermore, the token will be listed through IFO with a fractional ownership equivalent to a partial ownership of the actual real estate asset. Fraction can be traded between investors.

“Now you can […] legally own part of this villa – maybe 1% of it – instead of having to pay $5 million to buy the whole thing,” he added.

In its journey, Fraction has developed an integrated platform that includes, i) Digitalization and integrated fractional asset ownership, ii) Initial Fraction offering to investors (IFO). Also, iii) Fraction token trading platform on secondary market among investors, iv) All services to accommodate end-to-end experience.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian