Samsung Luncurkan The Freestyle, Proyektor Unik untuk Kalangan Milenial dan Gen Z

Samsung meluncurkan banyak produk baru di ajang CES 2022 pekan lalu, namun salah satu yang paling mencuri perhatian adalah sebuah proyektor bernama The Freestyle. Pasalnya, perangkat ini terkesan sangat berbeda dari proyektor pada umumnya.

Berwujud silindris, The Freestyle mampu berayun 180º untuk memudahkan pengaturan posisi proyeksinya. Mau ke tembok, ke langit-langit, maupun ke lantai; asalkan permukaannya datar, The Freestyle siap menjalankan tugasnya dengan baik. Ukuran proyeksinya bervariasi antara 30 inci sampai 100 inci, tergantung seberapa jauh posisi perangkatnya dari permukaan.

Secara teknis, The Freestyle mampu memproyeksikan dalam resolusi 1080p, dengan tingkat kecerahan maksimum 550 lumen dan rasio kontras 300:1. Fitur-fitur seperti auto-focus, auto-levelling, dan auto-keystone hadir sebagai standar, demikian pula dukungan terhadap konten HDR10. Tidak punya tembok putih? Tidak masalah, sebab The Freestyle dibekali fitur Smart Calibration yang akan menyesuaikan warna secara otomatis. Usia pakainya diperkirakan mampu mencapai 20.000 jam.

Fisiknya tergolong ringkas, dengan bobot di kisaran 830 gram saja. Ia memang tidak bisa dimasukkan kategori proyektor portabel karena tidak mengemas modul baterai. Namun setidaknya ia masih bisa beroperasi dengan dicolokkan ke power bank (yang memiliki output minimum 50W/20V serta mendukung spesifikasi USB Power Delivery).

Saat sedang tidak dipakai untuk menonton, The Freestyle dapat beralih fungsi menjadi sebuah smart speaker, dengan sepasang passive radiator yang menjanjikan dentuman bass yang jernih sekaligus bulat. Dalam posisi ini, penutup lensanya bahkan punya peran kedua sebagai diffuser untuk menghadirkan ambient lighting.

Satu kelebihan yang sangat unik adalah kemampuan The Freestyle untuk dipasangkan ke fitting lampu standar E26 tanpa bantuan kabel tambahan, sangat berguna ketika perlu memproyeksikan sesuatu ke atas meja (selagi rapat di kantor misalnya). Selebihnya, The Freestyle juga didukung sistem operasi Tizen, sehingga fitur-fiturnya bakal terasa cukup identik seperti lini smart TV milik Samsung.

Sesuai namanya, nilai jual utama The Freestyle terletak pada fleksibilitasnya, bukan spesifikasi maupun kualitas hasil proyeksinya, dan itulah mengapa Samsung melihat kalangan milenial sekaligus Gen Z sebagai target pasarnya. Di Amerika Serikat, perangkat ini rencananya akan dijual dengan harga $900.

Sumber: Samsung.

Acer Luncurkan Proyektor Gaming dengan Dukungan Variable Refresh Rate

Kehadiran PlayStation 5 dan Xbox Series X mendorong produsen TV untuk menyematkan fitur variable refresh rate (VRR) pada model-model high-end terbarunya. Sekarang, fitur yang dirancang untuk memuluskan jalannya permainan itu juga bisa kita nikmati di proyektor.

Adalah Acer Predator GD711, salah satu proyektor pertama yang pantas menyandang titel proyektor gaming berkat dukungan fitur VRR tadi. Fitur tersebut bisa aktif di resolusi 1080p 120 Hz saat disambungkan ke konsol, atau 1080p 240 Hz saat digunakan bersama PC. Sesuai fungsinya, VRR akan selalu menyamakan refresh rate tampilan dengan output frame rate (fps) yang tersaji di masing-masing perangkat.

Untuk keperluan di luar gaming, proyektor LED ini mampu memproyeksikan gambar dalam resolusi 4K (3840 x 2160), dengan tingkat kecerahan maksimum 4.000 LED lumen (atau 1.650 ANSI lumen), dan rasio kontras 2.000.000:1. Color gamut-nya tercatat di 95% Rec. 709, dan perangkat juga kapabel untuk menyuguhkan konten HDR10.

Ukuran proyeksi terbesarnya adalah 300 inci, akan tetapi Acer sendiri merekomendasikan ukuran 100 inci dari jarak 2,7 meter. Perangkat hadir membawa speaker 10 W dan remote control dengan lapisan antimicrobial. Urusan software, Acer telah membekalinya dengan integrasi app store Aptoide.

Konektivitasnya mencakup dua port HDMI 2.0, tiga port USB-A, dan port audio-out. Berbekal sirkulasi udara yang baik, proyektor ini memiliki estimasi masa hidup hingga 20.000 jam, atau sampai 30.000 jam jika menggunakan mode Eco.

Sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaan proyektor ini di kawasan Asia, namun Acer berniat menjualnya di Tiongkok seharga 11.999 yuan, dan di kawasan Eropa seharga €1.499. Kalau dikonversi, berarti harganya ada kisaran 24-26 jutaan rupiah.

Acer Predator GM712 / Acer

Alternatifnya, Acer juga menawarkan Predator GM712 yang sedikit lebih terjangkau di €1.399 atau 10.999 yuan. Perangkat ini menawarkan dukungan fitur VRR yang sama persis (hingga 120 Hz di konsol dan 240 Hz di PC), akan tetapi dengan proyeksi berbasis lampu biasa ketimbang LED.

Tingkat kecerahan maksimumnya lebih tinggi di 3.600 ANSI lumen, dan ia tetap kompatibel dengan konten HDR10. Meski begitu, rasio kontrasnya lebih rendah di 10.000:1. Juga lebih inferior adalah estimasi masa hidupnya: sampai 5.000 jam, atau bisa juga sampai 15.000 jam dengan menggunakan mode Eco Pro.

Sumber: The Verge dan Acer.

XGIMI Elfin Hadirkan Sederet Fitur Proyektor High-End dalam Kemasan Seukuran Mac Mini

Semakin mini suatu proyektor, biasanya semakin terbatas kapabilitas yang ditawarkannya. Namun anggapan tersebut sepertinya tidak begitu berlaku untuk proyektor mini besutan XGIMI berikut ini. Dinamai Elfin, ia menawarkan spesifikasi beserta fitur-fitur yang mumpuni dalam kemasan seukuran Mac Mini.

Secara teknis, XGIMI Elfin tercatat memiliki dimensi 192 x 194 x 48,3 mm, dengan bobot sekitar 898 gram. Sekali lagi, dimensinya mirip seperti Mac Mini, hanya saja Elfin lebih ringan meski bodinya sekitar 1 cm lebih tebal. Singkat cerita, ia cukup ringkas untuk dibawa-bawa menggunakan tas ransel maupun tas jinjing, tapi jangan sampai lupa membawa kabel power-nya karena ia bukanlah sebuah proyektor portabel yang dilengkapi baterai.

Elfin merupakan sebuah proyektor DLP. Ia tercatat memiliki resolusi maksimum 1920 x 1080 pixel, sedangkan tingkat kecerahannya berada di kisaran 600 – 800 lumen. Seringkali yang menjadi kelemahan utama proyektor mini adalah perkara rasio kontras, dan itu Elfin atasi dengan membawa dukungan HDR10+. Di saat yang sama, image engine-nya juga telah dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas warna dan clarity.

XGIMI sama sekali tidak menggunakan istilah short throw untuk Elfin, akan tetapi jarak proyeksinya tergolong cukup dekat: 80 inci dari jarak 2,1 meter, 100 inci dari jarak 2,6 meter, dan 120 inci dari jarak 3,2 meter. Ukuran proyeksi maksimumnya sendiri adalah 200 inci.

Selain diposisikan di atas meja, Elfin juga dapat digantungkan ke langit-langit, dan ia pun turut mendukung mode rear projection. Berbagai fitur pintar turut disematkan untuk semakin memudahkan penempatannya, mulai dari Intelligent Obstacle Avoidance, Intelligent Screen Alignment, sampai autofocus dan auto keystone correction, baik untuk sudut horizontal maupun vertikal.

Elfin mengemas tampilan antarmuka Android TV 10.0, yang berarti pengguna dapat menginstal beragam aplikasi dari Google Play Store ke storage-nya yang berkapasitas 16 GB, maupun meneruskan konten dari perangkat mobile ke proyektor via Chromecast. Bagi yang berniat menggunakan Elfin untuk bermain game, mereka dapat mengaktifkan fitur Game Mode Boost yang akan menekan angka latensi sampai serendah 26,5 milidetik.

Perihal konektivitas, Elfin hadir membawa port USB dan HDMI 2.0, tidak ketinggalan pula jack audio 3,5 mm, Wi-Fi, serta Bluetooth. Urusan audio, Elfin dibekali sepasang speaker 3W yang telah mengantongi sertifikasi dari Harman-Kardon. Konsumen yang tertarik saat ini sudah bisa membeli Elfin seharga $649.

Sumber: SlashGear.

Asus ZenBeam Latte L1 Adalah Proyektor Sekaligus Speaker Bluetooth Berwujud Unik

Proyektor tidak selamanya harus berwujud membosankan. Hal itu dibuktikan oleh Asus lewat proyektor bernama ZenBeam Latte L1 berikut ini. Diperkenalkan pertama kali pada perhelatan CES 2021 di bulan Januari kemarin, bentuknya sepintas lebih mirip speaker Bluetooth ketimbang alat yang dapat memproyeksikan gambar ke tembok.

Penamaannya sendiri bukanlah suatu kebetulan. Desainnya memang menyerupai sebuah cangkir kopi, dengan dimensi 131 x 90 x 90 mm dan bobot tak lebih dari 585 gram. Asus pun cukup bangga dengan fakta bahwa ZenBeam Latte L1 merupakan proyektor pertama di dunia yang memiliki lapisan luar berbahan kain. Selain membantu meningkatkan sirkulasi udara, lapisan kain ini juga dapat membantu menyempurnakan akustik suara.

Di dalam tubuhnya yang mungil tersebut, Asus tidak lupa menanamkan sepasang speaker bersertifikasi Harman Kardon dengan total output sebesar 10 W. Guna semakin mengoptimalkan pengalaman pengguna, Asus turut menyertakan tiga preset audio untuk mendukung tiga skenario penggunaan yang berbeda: menonton film, mendengarkan musik, atau bermain game.

Kemampuan proyeksinya pun tak boleh dipandang sebelah mata. Asus ZenBeam Latte L1 mampu memproyeksikan gambar beresolusi HD (720p) seluas 40 inci dari jarak 1 meter, hingga 120 inci dari jarak 3,2 meter, dengan tingkat kecerahan maksimum 300 lumen. Sumbernya pun bebas, sebab di samping mengemas port HDMI, ZenBeam Latte L1 juga mendukung mirroring secara nirkabel dari perangkat Android, iOS maupun macOS.

Streaming langsung dari berbagai layanan juga dimungkinkan berkat ekosistem aplikasi yang tersedia di platform Aptoide TV, dan perangkat turut dibekali remote control untuk memudahkan navigasi. Dalam sekali pengisian, ZenBeam Latte L1 mampu beroperasi selama 3 jam nonstop (dalam mode Eco). Kalau cuma dipakai sebagai speaker Bluetooth, baterainya tahan sampai 12 jam pemakaian.

Asus sejauh ini belum merincikan kapan ZenBeam Latte L1 bakal tersedia di Indonesia dan berapa harganya. Sebagai referensi, di Amerika Serikat harganya dipatok $399 (± Rp5,7 jutaan).

BenQ GS2: Proyektor Android Portabel Mini untuk Belajar dan Hiburan Keluarga di Mana Saja

Sebuah proyektor tidak melulu harus digunakan saat melakukan presentasi. Saat ini, sebuah proyektor kerap dipakai untuk menonton film bak dalam sebuah bioskop dan juga untuk mengajar. Namun, kesulitannya adalah sebuah proyektor harus terhubung dengan sumber data dan juga harus dekat dengan sumber tenaga (baca: steker listrik). Memangnya tidak ada proyektor yang bisa dipasang di mana saja tanpa harus ribet mencari steker listrik?

Tidak sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut . Saat ini, BenQ memiliki sebuah proyektor pintar yang memiliki tenaga baterai. Nama dari proyektor tersebut adalah BenQ GS2. Produk yang satu ini merupakan sebuah proyektor LED mini yang menggunakan sistem operasi Android dan memiliki baterai yang diklaim mampu bertahan hingga 3 jam.

BenQ GS2

Tidak seperti kebanyakan proyektor, BenQ GS2 ternyata memiliki dimensi yang cukup kecil. Hal tersebut membuatnya mudah untuk dibawa kemana-mana. Termasuk saat ingin menonton video atau belajar bersama sang buah hati. Hal tersebut bisa terlaksana karena sistem operasi Android saat ini memiliki ribuan aplikasi yang siap dipasang.

Untuk spesifikasi dari BenQ GS2 adalah sebagai berikut:

BenQ GS2
SoC Mediatek MStar MSD648
CPU 4 x Cortex A53 1,46 GHz
GPU ARM Mali T-720
RAM 2 GB
Penyimpanan internal 8 GB
Sistem Proyeksi DLP
Resolusi 1280×720 pixel
Kecerahan 500 ANSI Lumens
Rasio Kontras 100.000:1
Lampu Osram Q8A
Speaker 2 x 2 watt
Konsumsi Daya Max 65W, Normal 42 W, Eco 30 W
Dimensi 139 x 144 x 139 mm
Berat 1.6 kg
WiFi Dongle 802.11 ac

Hasil dari CPU-Z adalah sebagai berikut

Menggunakan chipset dari MStar yang merupakan bagian dari Mediatek membuat proyektor ini cukup bertenaga. Spesifikasi seperti ini juga kerap digunakan pada smart TV yang dipasarkan saat ini. Tentunya dengan menggunakan aplikasi yang ada untuk Android TV, proyektor ini akan bebas dari lag.

BenQ juga tidak lupa menyertakan dongle WiFi untuk terhubung dengan internet. Hal ini tentu saja menambah kenikmatan dalam menggunakan BenQ GS2 sebagai bioskop di mana saja. Tinggal melakukan instalasi layanan streaming video, pengguna bisa langsung menonton di layar yang lebar.

 

Koneksi internet juga dibutuhkan oleh mereka yang sedang melakukan sekolah di rumah dan bekerja di rumah pada saat pandemi seperti saat ini. Karena memiliki sistem operasi Android, membuat proyektor ini bisa ditancapkan sebuah webcam untuk melakukan konferensi web seperti dengan Zoom atau Google Meet.

Bagi para orang tua yang memiliki anak kecil juga bisa langsung terhubung dengan internet untuk langsung mengakses konten hiburan. Misalkan saja sang ibu sedang memasak, menggunakan BenQ GS2 untuk memberikan hiburan melalui aplikasi streaming video kepada anak-anaknya juga akan menyenangkan. Apalagi, pantulan sinar dari proyektor juga cukup aman terhadap mata anak-anak.

Unboxing

Saat membuka paket penjualan dari BenQ GS2, pengguna akan menemukan tas seperti ini.

BenQ GS2 - tas

Didalam tas tersebut, akan ditemukan barang seperti di bawah ini.

BenQ GS2 - Unboxing

Desain Proyektor Portabel BenQ GS2

Saya cukup terkesan dengan paket penjualan dari BenQ GS2. Pasalnya saat membuka paket penjualan tersebut, konsumen akan menemukan sebuah tas cantik yang berisikan proyektor portabel ini. Tasnya sendiri mirip dengan tas kamera yang memberikan perlindungan ekstra dari benturan dan debu.

Tidak seperti kebanyakan proyektor yang menggunakan bahan plastik polikarbonat, BenQ GS2 menggunakan bahan jenis karet. Dengan bahan seperti ini membuat BenQ GS2 tahan terhadap percikan air serta benturan. BenQ sendiri mengklaim bahwa proyektor ini tahan terhadap jatuh dari ketinggian 0,5 meter.

BenQ GS2 - Atas

Seperti biasa, sebuah proyektor pasti memiliki tombol kendali pada bagian atasnya. Desain yang dibuat oleh BenQ pada GS2 memang cukup berbeda dibandingkan dengan produk lainnya. Pada bagian atas tersebut akan ditemukan tombol arah, OK, back, home, menu, daya, serta tiga LED indikator baterai.

Pada bagian kanannya ditemukan sebuah penutup pada sisi atasnya. Dibalik penutup tersebut terdapat sebuah port USB khusus untuk WiFi dongle buatan BenQ dengan nama WDR02U, audio 3,5 mm, HDMI, tombol reset, USB-C/Display Port, dan USB 2.0. Semua port ini ditutup agar BenQ GS2 tahan terhadap percikan air.

BenQ GS2 - Kiri

Di bagian belakangnya terdapat lubang untuk keluar masuk udara serta lubang speaker. Uniknya setelah pemakaian berjam-jam, GS2 tidak menunjukkan gejala panas. Selain itu pada bagian bawahnya terdapat konektor untuk mengisi daya. Konektornya sendiri memiliki magnet sehingga sangat mudah untuk memasang dan mencabutnya.

Dongle BenQ yang datang bersama paket penjualannya, seperti yang sudah disebut di atas, bernama WDR02U. Perangkat USB ini berfungsi untuk memberikan akses WiFi kepada BenQ GS2. WDR02U memiliki teknologi WiFi 5 atau 802.11ac yang mendukung jaringan 2,4 Ghz dan 5 GHz. Selain itu, penggunaan sistem operasi Android juga membuat BenQ GS2 dengan WDR02U menjadi sebuah hotspot internet.

BenQ GS2 - Remote

Selain tombol pada bagian atasnya, BenQ GS2 juga datang dengan sebuah remote control. Desain dari remote ini cukup minimalis sehingga tidak terlalu banyak tombol yang ada pada bagian atasnya. Selain tombol yang ada pada bagian atas dari BenQ GS2, terdapat juga tombol fokus yang akan mempertajam gambar dari proyektor ini.

Bagi para pengguna perangkat dengan sistem operasi Android, sepertinya akan lebih mudah mengenali menu pada BenQ GS2. Hal tersebut dikarenakan homescreen dari BenQ GS2 tersedia dalam bentuk icon yang mirip dengan Android. BenQ GS2 memiliki basis sistem operasi Android Marshmallow dengan antar muka buatan BenQ sendiri.

Menonton di mana saja

Terus terang setelah langsung memegang BenQ GS2, saya langsung berpikiran untuk melakukan liburan. Hal tersebut karena sebenarnya saya ingin langsung mencoba menonton streaming video seperti Netflix pada alam terbuka. Sayang memang, masa pandemi seperti ini membuat saya harus berpikir dua kali untuk bepergian.

Untungnya, saya masih memiliki tembok yang cukup luas untuk mencoba BenQ GS2. Namun setelah melihat spesifikasi yang diberikan, ternyata proyektor ini berkarakteristik standard throw dengan rasio 1.3. Hal ini akan membuat projeksinya terlalu kecil saat jarak proyektor terlalu dekat. Dan saat berada pada jarak 3 meter, di situ lah saya merasa seperti memiliki sebuah layar 100 inci.

BenQ GS2 - charger

 

Setelah melakukan inisiasi pertama yang sangat cepat dan mudah, saya tiba para homescreen-nya. Namun, hal pertama yang saya lakukan adalah melakukan pemasangan dongle WDR02U sehingga bisa tersambung ke internet. Tentunya, hal ini akan membuat saya bisa melakukan download dan instal aplikasi tertentu.

BenQ GS2 tidak memiliki toko aplikasi Google Play. BenQ bekerja sama dengan toko aplikasi open source, Aptoide. Kerjasama Aptoide dengan BenQ menghadirkan toko aplikasi Aptoide TV di dalam GS2. Yap, hal ini membuat aplikasi yang cocok untuk dipasang pada sebuah smartTV bisa diinstalasikan pada BenQ GS2.

Sistem operasi Android yang terpasang pada BenQ GS2 tidak menggunakan Google Framework. Hal tersebut membuat beberapa aplikasi Android tidak dapat dipasang pada proyektor pintar ini. Contohnya saja saya tidak bisa melakukan instalasi Disney+ Hotstar pada GS2, namun tidak ada masalah berarti untuk memasang Netflix yang tidak membutuhkan service Google.

BenQ GS2 - projected

Saya juga memasang sebuah web browser, yaitu Firefox pada BenQ GS2. BenQ GS2 pun menjadi seperti sebuah komputer mini yang mampu menjelajah internet dengan mudah. Namun, saya sangat menyarankan pengguna untuk melakukan instalasi aplikasi BenQ Smart Control pada smartphone, karena melakukan navigasi pada BenQ GS2 akan terasa jauh lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan remote control.

Memasang Firefox memang memberikan sebuah kenyamanan tersendiri bagi saya saat WFH. Pada saat bekerja dan agar tidak terganggu, saya memasang Youtube agar anak-anak dapat menonton video dengan layar besar dan nyaman. Minuman yang ditaruh didekat proyektor ini pun juga tidak membuat saya khawatir karena akan ketumpahan dan rusak. Terakhir, pantulan cahaya dari proyektor ke tembok ini terasa nyaman di mata.

BenQ GS2 - Website

Jika tidak digunakan untuk melakukan proyeksi gambar, ternyata ada satu fitur unik yang ada pada BenQ GS2. Proyektor ini bisa digunakan untuk menjadi sebuah bluetooth speaker. Dengan dua speaker yang ada dibelakangnya, suara yang dikeluarkan juga cukup keras dan mampu terdengar dengan baik pada ruangan sekitar 3×4 meter.

Saya juga penasaran dengan baterai yang digunakan pada BenQ GS2 ini. BenQ menjanjikan bahwa baterainya dapat bertahan selama 3 jam. Saya belum mendapatkan informasi pengujian seperti apa yang dilakukan oleh BenQ pada GS2 ini. Namun, hasil pengujian yang saya dapatkan cukup berbeda.

BenQ GS2 - WiFi Dongle

Saat mencabut kabel charger-nya, BenQ GS2 langsung masuk pada mode battery. Hal ini membuat lampunya langsung masuk ke mode ekonomis. Setting inilah yang saya gunakan. Nyatanya, saya bisa menonton Netflix sepanjang 4 jam 55 menit sampai indikator baterai tinggal 10% menyala setiap kali saya matikan.

Pengujian saya lanjutkan dengan melakukan wireless casting dari smartphone ke BenQ GS2. Tidak ada masalah yang berarti pada saat melakukan pairing antara keduanya. Cukup dengan melakukan panduan yang ada pada homescreen, perangkat Android, iPhone, atau Windows yang digunakan bakal terpancar melalui BenQ GS2.

Melakukan pemasangan aplikasi seperti VLC atau Kodi membuat BenQ GS2 bisa memainkan file dengan codec terbaru yang ada saat ini. Saya bisa menonton semua file MKV dan MP4 h.264 yang saya taruh pada flash disk yang ditancapkan pada port USB dari proyektor pintar ini. Hal ini tentu saja menambah pilihan akses hiburan yang lebih baik lagi.

Satu hal menarik adalah pada saat menonton sebuah video, anak bungsu saya jalan ke depan proyektor dan menutupi pandangan. Ternyata, lampu proyektor ini mati dengan sendirinya. Hal tersebut ternyata fitur yang bernama Auto Blank
(Eye-Protection Sensor) bekerja.

Terakhir, BenQ GS2 juga bisa digunakan seperti sebuah komputer pribadi. Cukup dengan menancapkan USB Hub, saya bisa menggunakan mouse dan keyboard fisik pada BenQ GS2 ini. Sebagai catatan, artikel ini juga saya buat sebagian dengan menggunakan BenQ GS2 yang ditenagai dengan baterai.

Verdict

Perangkat visual untuk bekerja dan hiburan tidak melulu berbentuk sebuah monitor. Bagi mereka yang menginginkan sensasi yang berbeda dan nyaman tentu saja akan memilih perangkat selain TV dan monitor. BenQ menawarkan sebuah kenyamanan di mana konsumen bisa menonton dan bekerja tanpa harus terbentur oleh ruang. Solusi tersebut ada pada proyektor pintar BenQ GS2.

Banyak kenyamanan yang ditawarkan pada proyektor pintar BenQ GS2. Sistem operasi Android yang dipasang mampu dijadikan sebuah komputer mini dan sumber hiburan. Kemampuannya untuk dapat terkoneksi dengan internet membuat saya bisa mengakses ribuan film resmi melalui aplikasi streaming video. Dan yang pasti, pengguna bisa melakukan update OTA agar proyektor pintar ini memiliki fungsi lebih dan terhindar dari bug.

Baterai yang digunakan pada BenQ GS2 membuat semua orang bisa menonton dan bekerja di mana saja dengan layar yang sangat lebar. Dengan bobot yang ringan, tentu saja proyektor pintar ini mudah dibawa ke mana saja. Dimensinya yang kecil juga membuat proyektor portabel mini ini tidak repot saat dibawa-bawa.

Harga dari BenQ GS2 dipatok Rp. 12.900.000 di pasar Indonesia. Proyektor mini pintar ini sudah dilindungi dengan garansi resmi selama 3 tahun, yang meliputi 3 tahun full service ditambah 1 tahun atau 1000 jam untuj lampunya. Untuk ketersediaan barangnya, dapat di cek di BenQ Store Tokopedia. Dan untuk informasi lebih lanjut bisa langsung dilihat pada https://benqurl.biz/33TmLOF

Rangkuman keunggulan proyektor mini BenQ GS2

  • Sistem operasi Android
  • Daya tahan baterai yang cukup baik
  • Bisa dibawa dengan mudah dan nyaman ke mana saja
  • Dapat terkoneksi dengan internet
  • Proyeksi gambar yang cukup tajam dengan resolusi 1280×720
  • Bisa digunakan untuk bekerja dan melihat konten hiburan
  • Tahan benturan dan jatuh hingga 0,5 meter
  • Tahan terhadap air

Disclosure: Artikel ini didukung oleh BenQ.

The Premiere Adalah Cara Termudah Menciptakan Bioskop Pribadi di Rumah

The Frame, The Serif, The Sero, dan The Terrace, keempat produk tersebut masuk dalam keluarga “Lifestyle TV” besutan Samsung, dengan desain yang sengaja dirancang supaya bisa menyatu dengan interior rumah. Anggotanya baru saja bertambah satu, hanya saja kali ini bukan TV, melainkan proyektor laser bernama The Premiere.

Seperti yang bisa kita lihat dari gambarnya, The Premiere masuk dalam kategori proyektor ultra short throw, yang berarti ia tetap dapat memproyeksikan gambar dengan baik meskipun diposisikan hampir mepet dengan tembok. Seberapa besar gambarnya? Sampai 120 atau 130 inci, tergantung model yang dipilih.

The Premiere hadir dalam dua model: LSP7T yang dihargai $3.499, dan LSPT9T yang dihargai $6.499. Dengan selisih harga sejauh itu, jelas saja perbedaannya lebih dari sekadar ukuran maksimum gambar yang dapat diproyeksikan.

Perihal tingkat kecerahan maksimum, LSP9T tercatat mampu menyala hingga seterang 2.800 lumen, sedangkan LSP7T ‘sampai’ 2.200 lumen saja. Perbedaannya mungkin tidak terlalu signifikan di ruang yang gelap, tapi ketika cukup banyak lampu ruangan yang dinyalakan, sudah pasti hasil proyeksi LSP9T bakal kelihatan lebih jelas. Resolusi gambarnya sendiri sama-sama mentok di 4K.

Perbedaan selanjutnya adalah, LSP9T mengemas sistem audio 4.2 channel dengan output 40 W, sedangkan LSP7T dilengkapi sistem audio 2.2 channel berdaya 30 W. Ya, kedua proyektor ini pada dasarnya merupakan solusi all-in-one yang juga merangkap tugas sebuah soundbar, lengkap dengan unit woofer terintegrasi.

Selebihnya, kedua model terbukti cukup identik. The Premiere menjalankan sistem operasi Tizen yang sama seperti deretan TV Samsung, dan pengoperasian dengan mengandalkan Alexa maupun Bixby juga tersedia sebagai fitur standar, demikian pula dukungan terhadap format HDR10+.

Di Amerika, perangkat ini akan segera dipasarkan mulai bulan ini juga. Belum diketahui kapan Samsung bakal membawanya ke negara lain, tapi kalau melihat keberadaan The Frame dan The Serif di Indonesia, bukan tidak mungkin Samsung juga berniat memboyong The Premiere ke tanah air.

Sumber: The Verge dan Samsung.

Proyektor Portable BenQ GS2 Telah Tersedia di Indonesia

Bertahun-tahun berkiprah di bidang proyektor, penawaran BenQ tentu sudah merambah banyak kategori. Namun salah satu yang paling menarik, terutama untuk kalangan konsumen secara umum, adalah kategori proyektor portable. Di segmen ini, BenQ punya model baru yang cukup memikat, yaitu BenQ GS2.

Mini, wireless, portable, tiga kata ini sejatinya sudah bisa menggambarkan nilai jual GS2. Desainnya tergolong unik, menyerupai kubus dengan angle yang mudah disesuaikan, membuatnya ideal ditempatkan di mana saja pengguna perlu memproyeksikan sesuatu.

Secara teknis, BenQ GS2 mampu memproyeksikan dengan ukuran terbesar 100 inci. Resolusinya tercatat di angka 720p, sedangkan tingkat kecerahan maksimumnya berada di kisaran 500 nit, dan bisa diatur secara otomatis berdasarkan kondisi pencahayaan di sekitar. Perangkat turut dibekali sepasang speaker dengan output masing-masing 2 W, dan baterainya diyakini bisa bertahan sampai tiga jam pemakaian dalam satu kali charge.

Wi-Fi, Bluetooth, semuanya lengkap, yang berarti streaming video dari smartphone atau laptop bisa dilakukan tanpa kabel. Kalaupun memerlukan kabel, semisal untuk menyambungkan game console seperti PS4 atau Nintendo Switch, GS2 mengemas port HDMI dan USB-C yang siap dipekerjakan kapan saja.

Sebagai produk yang ditujukan untuk menunjang kebutuhan hiburan keluarga, GS2 telah dirancang supaya ramah terhadap anak-anak. Hal itu diwujudkan lewat fitur-fitur pintar macam Eye-Protection Sensor maupun Parental Timer.

Sesuai namanya, Eye-Protection Sensor memungkinkan perangkat untuk mematikan sendiri lampunya ketika anak-anak berdiri di depannya. Parental Timer di sisi lain memudahkan orang tua untuk membatasi waktu penggunaan. Lebih lanjut, BenQ juga telah mendesain bodi GS2 agar tahan air dengan sertifikasi IPX2, serta drop-proof dari ketinggian 0,5 meter. Semuanya esensial untuk perangkat yang harus rutin berhadapan dengan anak-anak.

“Kami percaya proyektor mini BenQ GS2 dengan wireless dapat meningkatkan pengalaman tetap di rumah menjadi lebih menyenangkan dan lebih sehat untuk menikmati hiburan dan bahkan kegiatan belajar di rumah,” terang Andryanto C. Wijaya selaku Managing Director BenQ indonesia pada siaran persnya.

Di Indonesia, BenQ GS2 saat ini sudah dipasarkan seharga Rp 12.900.000.

Hachi Infinite M1 Adalah Proyektor Touchscreen dengan Sistem Image Recognition yang Cerdas

Proyektor yang dapat mengubah permukaan datar apapun menjadi layar sentuh bukan lagi sesuatu yang sangat istimewa seperti di tiga atau empat tahun lalu, persisnya ketika Sony memamerkan Xperia Touch. Maka dari itu, jangan heran seandainya di luar sana sudah beredar cukup banyak produk serupa dari berbagai pabrikan.

Dari sekian banyak, salah satu yang cukup mencuri perhatian baru-baru ini adalah Hachi Infinite M1, terutama setelah perangkatnya sempat dibahas secara cukup mendetail oleh YouTuber teknologi kondang Marques Brownlee (MKBHD). Di balik wujudnya yang mini, proyektor ini memang menyimpan cukup banyak kejutan.

Sebelumnya, mari membahas apa fungsi utama dari Hachi Infinite M1. Jadi saat ia diberdirikan di atas meja atau lantai, permukaan di depannya akan disulap seketika menjadi layar sentuh multitouch.

Pengalaman yang diberikan kurang lebih sama seperti apabila kita menggunakan tablet di atas meja. Bedanya, jari-jari kita tidak melulu harus menyentuh kaca, tapi bisa juga material-material lainnya tergantung di mana proyektor berdiri. Ukuran ‘layarnya’ pun besar, dengan bentang diagonal 23 inci, resolusi 720p, dan tingkat kecerahan maksimum 500 lumen.

Andai ingin digunakan seperti proyektor biasa, Hachi Infinite M1 juga bisa ditidurkan dan didempetkan dengan tembok. Ukuran terbesar proyeksinya adalah 100 inci, tapi mungkin ini kelewat besar untuk resolusi yang cuma 720p. Supaya benar-benar portable, perangkat turut dibekali sepasang speaker stereo serta baterai internal berkapasitas 5.000 mAh.

Selebihnya, spesifikasi proyektor ini sebenarnya mirip seperti smartphone atau tablet: chipset Qualcomm Snapdragon 670, RAM 6 GB, storage 128 GB, dan sistem operasi Android 9.0 (yang sudah dimodifikasi tentunya). Melengkapi semua itu adalah konektivitas Wi-Fi, Bluetooth 5.0, port HDMI 1.4, DisplayPort 1.4, serta USB-C.

Namun yang lebih penting untuk dibahas tentu adalah fungsinya sebagai ‘tablet‘ itu tadi. Kalau menurut MKBHD, layar sentuhnya termasuk sangat responsif. Asalkan tidak ada bayangan yang menutupi, semua bagian pada layarnya pasti bisa disentuh dan reaksinya pun instan.

Lebih lanjut, Hachi Infinite M1 turut menyimpan sistem image recognition yang cukup cerdas. Contoh kegunaan dari fitur ini adalah untuk konteks pendidikan, di mana anak-anak bisa belajar alfabet dengan menyusun huruf-huruf di atas hasil proyeksinya, dan perangkat bisa mengenali apakah huruf-hurufnya benar atau salah.

Contoh lainnya, pengguna bisa meletakkan bahan makanan di atas hasil proyeksinya, lalu perangkat akan langsung menyajikan sejumlah rekomendasi resep masakan yang bisa dibuat. Kalau perlu, Hachi Infinite M1 bahkan bisa bertindak seperti smart mirror yang belakangan ini cukup ngetren untuk yang gemar berolahraga di rumah.

Berhubung perangkat ditenagai sistem operasi Android, tentu saja pengembangnya bisa menambahkan fitur-fitur cerdas lain seiring waktu. Di Amerika Serikat, perangkat ini sudah dijual seharga $999. Cukup mahal kalau cuma diperlakukan sebagai proyektor short-throw, tapi menarik jika menimbang fungsinya sebagai tablet dadakan.

[Review] BenQ W2700: Proyektor 4K untuk Home Theater Enthusiast

Untuk menonton video, biasanya para enthusiast akan membeli sebuah TV berukuran besar dengan resolusi yang tinggi. Akan tetapi, sebuah TV dengan dimensi dan resolusi tinggi mengharuskan penggunanya untuk merogoh kocek yang lebih banyak lagi. Misalkan saja, sebuah TV dengan ukuran 86 inci dengan resolusi 4K akan memakan biaya sekitar 50-60 juta!

BenQ W2700 Proyektor 4K

4K mungkin merupakan resolusi minimal yang harus dimiliki oleh para enthusiast. Namun, harga TV berukuran besar tersebut juga tidaklah murah. Salah satu cara untuk meredam hal tersebut adalah dengan menggunakan proyektor. Saat ini, BenQ sudah memiliki produk Proyektor 4K yang memiliki tingkat ketajaman yang tinggi. Barangkali bisa jadi sebagai salah satu proyektor 4K terbaik di kelasnya saat ini.

Proyektor 4K tersebut bernama BenQ W2700. BenQ W2700 sendiri menggunakan teknologi DLP (Digital Light Processing) yang memiliki feature HDR10. Teknologi DLP yang digunakan menggunakan chipset buatan Texas Instrument.

BenQ W2700 Proyektor 4K - Shot

Selain HDR10, BenQ W2700 juga menawarkan rentang warna yang lebih luas dari RGB, yaitu DCI-P3. Hal ini akan membuat tampilan video akan setara dengan bioskop. Untuk mereka yang ingin menonton 3D, BenQ juga sudah menyediakan fasilitasnya.

BenQ W2700 memiliki spesifikasi sebagai berikut

Sistem Proyeksi DLP
Resolusi 3840 x 2160
Tingkat Kecerahan 2000 ANSI Lumens
Rasio Kontras 30.000:1
Daya Lampu 245 Watt
Speaker 2x 5W Chamber Speaker
Konsumsi daya Max 350 Watt
Dimensi 380 x 263 x 127 mm
Berat 4.2 kg

Proyektor 4K BenQ W2700 juga datang dengan sebuah remote control yang sangat mudah untuk dioperasikan. Remote control yang dimiliki oleh W2700 sudah memiliki LED sehingga dapat membantu pengguna untuk mengoperasikan pada saat lampu dimatikan. Remote ini pun juga cukup ergonomis saat digunakan.

Desain BenQ Proyektor 4K W2700

Saat dipegang, body dari BenQ Proyektor 4K W2700 ini terasa kokoh. Badannya ini sendiri terbuat dari plastik polikarbonat yang cukup tebal. Hal ini membuatnya terlihat cukup berbeda dengan kebanyakan proyektor yang ada dipasaran.

BenQ W2700 Proyektor 4K - Atas

Pada bagian atasnya terdapat tombol daya, back, menu, source, dan tombol empat arah beserta tombol OK. Semua tombol yang ada cukup mudah untuk ditekan.

Handle untuk mengatur lensa juga dapat dioperasikan dari sisi atas proyektor 4K ini. Pada kotak tersebut, pengguna bisa mengatur zoom yang diinginkan serta dapat melakukan fokus agar gambar menjadi tajam. Selain itu, terdapat dial untuk menyesuaikan lensa agar lebih ke atas atau ke bawah.

BenQ W2700 Proyektor 4K - Lens Dial

Pada bagian bawahnya terdapat tiga kaki. Setiap kaki yang ada dapat diputar untuk dinaikkan atau diturunkan agar dapat menyesuaikan dengan posisi tembakan cahaya. Hal ini tentunya akan memudahkan pengguna pada saat alas yang digunakan tidak lurus, sehingga gambar tidak miring.

Pada sisi-sisi proyektor 4K BenQ W2700 ini terdapat kipas yang memang sedikit bising pada saat digunakan. Akan tetapi saat menonton, suara tersebut akan tertutup dengan suara dari speaker internal yang ada pada proyektor 4K W2700 ini. Didalamnya, terdapat 2 buah speaker dengan daya 5 watt. Speaker yang ada juga memiliki suara yang keras, namun untuk lebih baiknya gunakanlah speaker tambahan yang memiliki suara lebih baik.

BenQ W2700 Proyektor 4K - Belakang

Pada bagian belakang BenQ W2700 terdapat beberapa port. Terdapat port audio 12v, RS-232, mini USB, USB 3.0 untuk media, dua buah HDMI, sebuah USB untuk upgrade firmware, SPDIF, audio out, serta power. Pembaca medianya sendiri bisa untuk menampilkan gambar, musik, dan video. Tentunya semua dapat berjalan lancar saat W2700 mengenali codec-nya.

BenQ W2700 Proyektor 4K - Remote

Remote bawaan dari BenQ W2700 memiliki banyak tombol. Tentunya, tombol-tombol itu akan lebih memudahkan dibandingkan dengan membuka menu dan memilih fungsinya satu-satu. Remote ini sendiri sudah dilengkapi dengan LED backlit, sehingga pengguna tidak akan salah tekan pada saat suasana ruangan tidak bercahaya.

Menu yang dimiliki oleh BenQ W2700 juga sangat mudah untuk dioperasikan. Yang perlu diperhatikan adalah pada saat W2700 dimatikan, semua setting akan kembali seperti semula. Oleh karena itu, pengguna harus melakukan setting kembali.

Pengujian

Oleh karena ditujukan untuk menonton video 4K, pihak BenQ pun juga meminjamkan kepada kami player Bluray untuk memutar 4K. Jadi, suasana yang kami coba akan sedekat mungkin dengan bioskop: lampu dimatikan, menonton bersama-sama, suara dari proyektor 4K itu sendiri, dan jarak antara dinding dengan proyektor kurang lebih dua setengah meter. Dimensi layar yang terbentuk seharusnya lebih dari monitor 100 inci.

Ada tiga buah video yang kami gunakan untuk menguji proyektor yang satu ini. Ketiganya merupakan film papan atas dengan resolusi 4K yang menampilkan adegan cepat.

BenQ W2700 Proyektor 4K - Ambience

Kesan pertama pada saat video dimainkan membuat kami berdecak kagum karena ketajamannya. Warna yang dipancarkan juga memiliki kontras yang sangat baik sehingga terasa bedanya saat menggunakan layar TV 50 inci, yang saat ini masih memiliki rentang warna RGB. HDR-nya pun juga langsung terasa dengan meningkatkan warna yang ada, terutama bagian yang terlihat gelap.

Saat menampilkan gambar muka seseorang, saya bisa melihat detail kumis dan bahkan pori-pori dari mukanya. Bahkan pada film Godzilla, detail kulit sang monster juga dapat dilihat dengan cukup baik. Hal ini tidak berbeda dengan film-film lain yang saya lihat.

BenQ W2700 Proyektor 4K - Low Light

Pada saat terkena cahaya, warna dari tembakan cahayanya memang akan sedikit memudar. Hal ini dapat ditanggulangi dengan mengubah set color gamut. Kadang dengan mematikan HDR juga dapat menolong meningkatkan gambar pada saat terkena cahaya lampu atau matahari. Hal ini tentu saja membuat para penggunanya harus sedikit membiasakan diri dengan suasana yang ada.

Pada saat memutar konten dengan resolusi FullHD, proyektor 4K BenQ W2700 secara otomatis akan menurunkan resolusinya. Mungkin beberapa orang yang menonton video 1080p pada W2700 akan bisa memperhatikan perbedaan gambarnya. Kelemahan dari sumber video resolusi FullHD dengan bitrate rendah pun akan cukup terlihat, seperti pada saat adanya gradasi warna akibat gambar asap yang tidak terlalu mulus.

BenQ W2700 Proyektor 4K -

Setting lampu pada proyektor 4K ini ada tiga, yaitu Normal, Eco, dan SmartEco. Pada saat kondisi ruangan gelap, gunakan saja antara Normal atau SmartEco. Eco akan membuat lampu lebih redup sehingga cukup gelap.

Suara yang keluar dari proyektor 4K ini memang sangat baik. Seringkali kami tidak menyangka bahwa suara sekeras dan cukup jernih tersebut keluar dari sebuah proyektor. Sayangnya, pada saat menonton konten 4K, seringkali suara terdengar terputus. Tentu saja, hal tersebut dikarenakan secara default, konten 4K akan mengeluarkan suara 7.1 yang kadang mematikan suara dari dua speaker utama. Oleh karena itu, ada baiknya untuk menggunakan sistem suara terpisah sehingga kenikmatan menonton akan lebih nyaman lagi.

Verdict

Para penggemar Home Theater yang ada saat ini mungkin sedang mencari perangkat penampil gambar dengan resolusi 4K. Selain membeli sebuah TV dengan dimensi besar yang bakal memakan biaya tinggi, proyektor juga dapat dijadikan bahan pertimbangan. Proyektor 4K Home Theater BenQ W2700 merupakan salah satu pilihan yang lebih terjangkau.

Instalasi proyektor 4K BenQ W2700 memang cukup mudah. Secara default, setingnya sudah bisa digunakan tanpa harus mengubah pilihan-pilihan yang ada. Setting warna yang cukup luas pun dapat mengakomodasi selera penggunanya dan kualitas gambar CinematicColor juga akan memanjakan para penikmat konten audio visual.

Gambar yang dipancarkan dari lampu proyektor 4K ini memiliki ketajaman yang baik. Warna yang dihasilkan juga bakal memukau karena sudah menggunakan DCI-P3. Selain itu, fasilitas HDR10 juga mampu membuat gambar lebih baik lagi.

BenQ menjual proyektor 4k untuk home theater ini dengan harga Rp. 35.000.000. Garansi yang diberikan mencakup dua tahun dan satu tahun untuk lampunya. Oleh karena itu, jika Anda membutuhkan proyektor 4K untuk kebutuhan home theater yang tajam dan memiliki warna yang sangat bagus, BenQ W2700 bisa dijadikan pilihan dalam daftar belanja Anda.

Rangkuman keunggulan proyektor 4K BenQ W2700:

  • HDR10
  • Slot ekspansi yang cukup lengkap
  • Gambar 4K yang tajam
  • Pengoperasian yang mudah
  • Remote dengan LED backlit
  • Suara speaker kencang
  • Kualitas gambar CinematicColor

Proyektor Short-Throw Epson LS500 Datang Bersama Layar Khusus untuk Mencegah Gambar Tampak Pudar

Keuntungan utama memiliki proyektor short-throw adalah terkait instalasinya. Berkat lensa khusus yang diusung, perangkat hanya perlu ditempatkan beberapa cm dari tembok, dan gambar yang diproyeksikan pun sudah jauh lebih besar ketimbang TV berukuran masif sekalipun.

Namun proyektor short-throw juga memiliki kelemahan: gambar yang diproyeksikan mudah sekali tampak pudar akibat pencahayaan di ruangan. Solusinya, kalau menurut Epson, adalah selembar layar khusus yang dibundel bersama proyektor itu sendiri. Itulah yang menjadi daya tarik utama proyektor bernama Epson LS500 ini.

Epson LS500

Jika dilihat dengan mata telanjang, layar berukuran 100 atau 120 inci ini kelihatan tidak lebih dari sebatas kain berwarna putih. Padahal, permukaannya sebenarnya dilengkapi gerigi kecil-kecil yang bertindak layaknya lensa, memusatkan cahaya hasil proyeksi menuju penonton dengan maksimal selagi mengalihkan pantulan cahaya lain di ruangan.

Hasil akhirnya, menurut Epson, penonton dapat menikmati gambar proyeksi yang kaya warna, dengan warna hitam yang begitu pekat. Sebagai bonus, Epson tidak lupa menyematkan sepasang speaker 10 watt pada LS500 agar sesi menonton bisa langsung dilaksanakan tanpa diribetkan dengan instalasi.

Epson LS500

Proyeksi gambarnya sendiri bisa kita nikmati dalam resolusi 4K. Namun ternyata 4K di sini bukan murni, melainkan hasil perpaduan refresh rate yang tinggi dan metode pixel shifting. Singkat cerita, panel milik Epson LS500 hanya beresolusi HD, namun berkat proses cerdik yang diterapkan, hasil proyeksinya kelihatan nyaris tidak berbeda dengan resolusi 4K sebenarnya.

Itulah mengapa Epson bisa mematok harga $4.999 untuk bundel Epson LS500 bersama layar 100 inci, atau $5.999 bersama layar 120 inci. Bandingkan dengan penawaran Sony di angka $25.000, yang memang mengemas panel beresolusi 4K yang sebenarnya, bukan hasil pemrosesan cerdik seperti yang diterapkan Epson.

Sumber: Gizmodo.