Fitur E-wallet Dinonaktifkan, Pengguna Wise Indonesia Tetap Bisa Pakai Layanan Remitansi Tanpa Tampung Saldo

Update 06/3/2024 16.00: Kami menambahkan pernyataan lanjutan dari Country Manager Indonesia, Wise

Pengguna Wise di Indonesia tidak akan lagi bisa menampung dana/saldo di aplikasi per 23 Mei 2024, hal ini seperti yang telah diumumkan Wise melalui email ke para pelanggan.

Berdasarkan penjelasan yang diberikan, pengurangan fitur ini dikarenakan regulasi di Indonesia – Wise belum memiliki lisensi untuk kebutuhan terkait. Seperti diketahui, untuk bisa menampung dana di aplikasi lewat fitur e-wallet/dompet elektronik, sebuah layanan digital harus terdaftar sebagai penyedia uang elektronik berbasis server di Bank Indonesia. Hal ini tertera pada Peraturan Bank Indonesia No. 20/6/PBI/2018.

Ketika dihubungi DailySocial.id, Country Manager Wise Indonesia Elian Ciptono mengatakan, “Kami telah menginformasikan kepada pelanggan kami bahwa terdapat perubahan dalam penggunaan Wise di Indonesia. Mulai 23 Mei 2024, pengguna pribadi dan bisnis tidak dapat menggunakan saldo mereka atau bertransaksi dengan kartu debit Wise.”

Ia melanjutkan, “Pengguna Wise di Indonesia tetap bisa mengirim uang dari Indonesia ke luar negeri dan sebaliknya, dengan nilai tukar tengah dan tanpa biaya tersembunyi. Kami menyadari bahwa hal ini mengganggu kenyamanan pengguna Wise di Indonesia, namun kami akan terus berkomitmen untuk menghadirkan kembali berbagai layanan yang diminati oleh pengguna Wise di masa mendatang.”

Wise adalah perusahaan asal UK yang fokus menyediakan layanan remitansi atau pengiriman uang lintas negara. Didirikan tahun 2011, teknologi finansial yang diusung diklaim bisa membuat transfer uang online secara lebih cepat dan aman — dengan biaya 2,5x lebih murah dibanding bank atau lembaga tradisional lainnya yang menyediakan remitansi.

Selain untuk pengguna personal, Wise juga memiliki fitur serupa untuk kebutuhan bisnis. PT Wise Payments Indonesia (entitas lokal mereka) telah memiliki lisensi dari Bank Indonesia sebagai Penyelenggara Transfer Dana.

Di Indonesia, mereka bersaing langsung dengan sejumlah platform lokal, beberapa di antaranya Topremit, Transfez, Wallex, Oy!, hingga Flip.

“Bisnis utama Wise Indonesia adalah layanan remitansi antarnegara, sesuai dengan lisensi yang kami miliki di Indonesia, dan bisnis ini telah berkembang pesat. ⁠Pengguna Wise di Indonesia sebelumnya dapat menggunakan rekening multi-mata uang (multi-currency account) dan Wise Card di bawah lisensi entitas Wise di luar negeri, yang dilakukan dengan sepengetahuan Bank Indonesia. Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai layanan yang ditawarkan kepada pelanggan di Indonesia, ke depannya, layanan yang akan tersedia di Indonesia hanya mencakup layanan remitansi. Seiring pertumbuhan bisnis kami, kami berharap dapat menghadirkan lebih banyak produk & layanan bagi pelanggan di Indonesia,” imbuh Elian.

Wise Indonesia sudah hadir sejak 2020

Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, hingga semester pertama 2023 total transfer uang asing yang dilakukan Pekerja Migran Indonesia (PMI) telah mencapai Rp77,35 triliun. Persebaran PMI di berbagai negara ini yang mendorong Indonesia menjadi salah satu pengguna remitansi terbesar di dunia. Menurut Bank Dunia, Indonesia menerima sekitar $10,5 miliar dalam bentuk pengiriman uang pada tahun 2020, menjadikannya penerima pengiriman uang ke-10 terbesar di dunia.

Melihat potensi yang begitu besar, Wise hadir di Indonesia per tahun 2020 lalu. Wise dapat melayani pelanggan di Indonesia yang ingin mengirim uang ke 80 negara.

Salah satu strategi yang digencarkan Wise untuk memantapkan bisnis di Indonesia adalah kerja sama dengan pemain lokal. Satu tahun setelah setup bisnis di Indonesia, Wise menggandeng pemain lokal Instamoney sebagai penyedia API finansial. Instamoney adalah bagian dari Xendit Group yang resmi berdiri pada 2018.

Kemudian di tahun 2023, Wise membangun kemitraan dengan Bank Mandiri. Bank Mandiri menjadi mitra pertama Wise Indonesia yang mengintegrasikan platform remitansi tersebut ke aplikasi bank digital miliknya.

Application Information Will Show Up Here

Jack Resmikan Kehadiran, Usung Kemudahan Manajemen Keuangan Perusahaan

Startup fintech remitansi Transfez memperkenalkan produk baru yang berbeda dari sebelumnya. Bernama “Jack”, layanan ini memfokuskan diri sebagai platform manajemen keuangan komprehensif untuk bantu tim keuangan di perusahaan.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Jack dan Transfez Edo Windratno menjelaskan inisiatif awal Jack dimulai setelah Transfez beroperasi. Ditemukan data bahwa para penggunanya ada yang datang dari kalangan UMKM. Mereka memanfaatkan solusi remitansi untuk bayar tagihan ke vendornya di luar negeri.

“Yang mana saat itu, legacy player masih mewajibkan konsumennya untuk datang [ke kantor cabang] untuk kirim uang. Dari sana kita tahu ada insight untuk B2B yang akhirnya launch Transfez for Business untuk bantu korporasi transfer uang,” ujar Edo.

Berjalannya waktu, ditemukan lagi kondisi bahwa ternyata transfer uang adalah satu dari sebagian kecil masalah finansial yang dihadapi oleh korporat. Terlebih lagi, di Indonesia itu untuk bisnis remitansi di kalangan ritel tergolong receiving countries bukan sending countries, mengingat banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri dan mengirim uang untuk keluarganya di tanah air.

Dengan kata lain, untuk mendorong remitansi dapat bertumbuh lebih eksponensial harus masuk ke segmen B2B.

Transfez sebagai perusahaan pada umumnya juga mengalami isu tersebut. Kemudian divalidasi langsung ke lapangan sampai akhirnya mantap untuk membuat brand baru secara terpisah. Transfez for Business itu sendiri merupakan produk yang usianya baru sembilan bulan lalu dihadirkan oleh perusahaan.

“Jack dan Transfez for Business ini sangat jauh berbeda [dari segi fitur]. Sementara itu, Transfez sudah dikenal sebagai brand remitansi, akhirnya kami gunakan Jack agar lebih fresh.”

Edo pun memastikan bahwa secara brand, Jack dan Transfez merupakan entitas terpisah yang masih dalam satu entitas perusahaan. Hanya saja, fokus kedua brand tersebut berbeda. Transfez fokus pada layanan transfer lintas negara untuk kalangan ritel, sementara Jack bantu konsumer korporasi yang sudah berbadan usaha dengan solusi yang lebih kompleks.

Terkait pencapaian Transfez sejauh ini, disebutkan lini ini sudah cetak untung karena telah memiliki unit economic yang sehat dan mampu mengakuisisi pengguna secara organik. Diklaim pertumbuhan jumlah transaksi naik 6,2 kali lipat per tahunnya. Profil penggunanya berasal dari ekspatriat, pelajar, orang tua, dan pengusaha importir.

Produk Jack

Diterangkan lebih jauh, Jack dikembangkan sebagai respons terhadap berbagai tantangan keuangan yang dihadapi oleh bisnis di Indonesia, seperti akses terbatas pada kartu kredit korporat dan prosedur keuangan yang tidak efisien. Dengan memanfaatkan kekuatan teknologi AI terdepan, Jack merevolusi proses keuangan dan meningkatkan produktivitas hingga sepuluh kali lipat dengan memperhatikan tingkat privasi dan keamanan data.

CEO Jack dan Transfez Edo Windratno / Jack

Jack menyediakan rangkaian solusi keuangan komprehensif, di antaranya Corporate Cards, Reimbursement, Bill Payment, Local Transfer, dan International Transfer. Platform ini membantu bisnis menyelesaikan permasalahan desentralisasi yang didapat dari penggunaan beberapa platform dan vendor berbeda, dengan menawarkan solusi holistik untuk meningkatkan kualitas kontrol finansial berdasarkan dengan data real-time dan tersentralisaasi pada sistem.

Dengan Jack, pemilik bisnis dan tim finansial bisa memiliki kontrol penuh atas pengeluaran perusahaan, meningkatkan akuntabilitas karyawan melalui tracking system secara real-time, mengotomasi pembayaran, memangkas biaya transaksi, dan mengurangi beban kerja tim finance. Dilengkapi dengan alur approval yang mudah melalui aplikasi mobile atau portal, Jack membantu setiap kliennya untuk dapat mengelola keuangan secara fleksibel.

“Yang membedakan kami adalah adanya integrasi antara submission, approval hingga payment-nya. Problem-nya selama ini disintegrasi financial software, ada yang pakai tools a, tools b, kami bisa integrasikan itu semua. Flow-nya dapat diatur dan ketika ada approval, dana bisa langsung di-disburse.”

Edo mencontohkan, untuk kebutuhan reimburse, tim finance dapat onboard para karyawan untuk memfoto tagihan lalu submit ke platform. Setelahnya akan masuk ke proses approval di tim finance. Tak hanya tim finance saja, tapi sistem di Jack dapat dikostumisasi orang terakhir yang dapat approve untuk setiap pengajuan.

“Ketika orang terakhir yang ditunjuk sudah approve untuk reimburse, engine kita bisa tembak untuk mulai transfer. Itu baru untuk reimburse, masih ada banyak pengeluaran lainnya yang akan kita kembangkan dengan fitur-fitur demi memangkas waktu kerja tim finance.”

Diklaim, dalam beberapa bulan setelah peluncuran Jack versi beta melalui platform Transfez for Business, kemampuan Jack telah diakui oleh para klien di berbagai skala bisnis, mulai dari UKM, startup, hingga korporasi, seperti Visinema, Adhimix Precast Indonesia, Impactto, dan Love Bonito.

Jack telah membantu para klien memangkas total waktu kerja tim finance hingga 7,800 jam, serta menghemat biaya transaksi dan operasional hingga 60% atau senilai lebih dari Rp 30 miliar per tahunnya.

Karena solusi Jack ini sektor agnostik, artinya perusahaan dapat menjangkau semua vertikal bisnis yang memiliki 10-250 karyawan. Diharapkan ke depannya semakin banyak klien korporasi yang dapat bergabung. Solusi sejenis juga ditawarkan oleh pemain asal Singapura, Aspire.

Application Information Will Show Up Here

Perluasan Kemitraan, Wise Perkuat Layanan Remitansi di Indonesia

Layanan pengiriman uang antarnegara atau ramitansi merupakan aspek penting dari lanskap industri finansial, karena banyak warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dan mengirim uang ke tanah air untuk menghidupi keluarga mereka. Di Indonesia, ada beberapa layanan pengiriman uang yang tersedia, antara lain melalui bank, money transfer agent, dan platform online.

Sebagai salah satu perusahaan teknologi global yang menghadirkan layanan untuk mengirimkan dan mengelola uang, Wise melihat aliran remitansi ke Indonesia diperkirakan akan tumbuh sekitar 3% pada tahun 2022 menjadi $9,7 miliar, berdasarkan laporan yang dirilis oleh Bank Dunia. Kepada DailySocial.id, Country Manager Wise Indonesia Elian Ciptono mengungkapkan rencana bisnis mereka di Indonesia dan perluasan kemitraan strategis dengan bank dan non-bank.

Kemitraan dengan perbankan

Salah satu tantangan dalam menggunakan layanan pengiriman uang di Indonesia adalah tingginya biaya pengiriman uang. Menurut Bank Dunia, rata-rata biaya pengiriman uang ke Indonesia adalah sekitar 7% dari jumlah yang dikirim, lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 6,5%. Namun, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi biaya layanan pengiriman uang dengan mendorong persaingan antar-penyedia layanan dan menerapkan kebijakan untuk merampingkan proses pengiriman uang.

Hingga saat ini Bank adalah penyedia layanan pengiriman uang yang paling umum di Indonesia. Banyak bank menawarkan layanan pengiriman uang yang memungkinkan pelanggan mentransfer uang ke bank lain di Indonesia atau di luar negeri. Biaya yang dikenakan oleh bank untuk layanan pengiriman uang bervariasi tergantung pada jumlah uang yang ditransfer, negara tujuan, dan kecepatan transfer.

Sejak diluncurkan pada tahun 2011, Wise terus mengembangkan Wise Platform, layanan infrastruktur transaksi pembayaran untuk bank dan non-bank. Hingga saat ini sudah ada lebih dari 60 bank dan perusahaan besar di seluruh dunia yang telah mengintegrasikan Wise Platform ke dalam infrastruktur mereka.

Setelah meluncurkan layanan pengiriman uang berbiaya rendah dan cepat dari Indonesia pada tahun 2020, perusahaan ingin memperdalam komitmen mereka melalui Wise Platform ke Indonesia, dengan menggandeng Bank Mandiri. Bank Mandiri menjadi mitra pertama Wise di Indonesia yang mengintegrasikan Platform Wise ke aplikasinya, Livin’ by Mandiri. 

“Dengan mengintegrasikan Wise Platform, Bank Mandiri dapat menawarkan kepada 16 juta penggunanya kemampuan untuk mengirim uang dengan harga terjangkau ke 5 mata uang (USD, SGD, GBP, EUR, AUD). Selain itu, 52% transfer yang dikirim melalui Wise secara global diselesaikan secara instan (kurang dari 20 detik), sehingga memberikan kecepatan dan kenyamanan yang lebih baik bagi nasabah Bank Mandiri.”

Sebelumnya perusahaan juga telah menjalin kerja sama strategis dengan Instamoney. Wise dapat melayani pelanggan di Indonesia yang ingin mengirim uang ke 80 negara, termasuk Australia, Malaysia, Singapura, Jepang, United Kingdom, hingga Tiongkok (melalui Alipay).

“Saat pertama kali diluncurkan di Indonesia pada tahun 2020, kami bekerja sama dengan Instamoney sebagai mitra lokal. Saat ini kami telah mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia, dan terus menghadirkan cara yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih nyaman untuk mengirimkan uang dari Indonesia ke luar negeri,” kata Elian.

Tercatat secara global perusahaan telah meluncurkan 15 mitra baru di 4 pasar baru dan memberikan akses kepada 10 juta orang ke pembayaran internasional Wise yang cepat, murah, dan transparan secara langsung dari platform penyedia layanan yang sudah ada. Didirikan oleh Taavet Hinrikus dan Kristo Käärmann, Wise diluncurkan pada tahun 2011 dengan nama aslinya TransferWise.

Selain Wise saat ini platform yang menawarkan layanan remitansi di antaranya adalah, Flip, Instamoney, Oy!, Yourpay, Wallex dan Transfez.

Rencana dan target bisnis Wise di Indonesia

Indonesia adalah salah satu penerima remitansi terbesar di dunia, dengan jutaan orang Indonesia bekerja di luar negeri dan mengirim uang ke rumah untuk keluarga mereka. Menurut Bank Dunia, Indonesia menerima sekitar $10,5 miliar dalam bentuk pengiriman uang pada tahun 2020, menjadikannya penerima pengiriman uang ke-10 terbesar di dunia.

Platform pengiriman uang online juga semakin populer di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Platform seperti Wise menawarkan layanan pengiriman uang yang cepat dan terjangkau, dengan nilai tukar yang kompetitif dan biaya rendah. Platform ini sangat menarik bagi generasi muda Indonesia yang lebih nyaman dalam penggunaan online dan mobile banking.

Disinggung berapa jumlah pengguna Wise di Indonesia hingga saat ini, Elian enggan untuk mengungkapkan lebih lanjut. Namun secara global, ada sekitar 16 juta orang dan bisnis yang menggunakan Wise, memproses 9 miliar poundsterling dalam transaksi lintas negara setiap bulannya, sehingga mampu menghemat sekitar 1,5 miliar poundsterling per tahun.

“Sejak diluncurkan pada tahun 2011, kami terus fokus dan berinvestasi pada empat pilar misi kami, harga, kecepatan, kenyamanan, dan transparansi untuk membangun cara terbaik bagi orang dan bisnis untuk memindahkan dan mengelola uang mereka secara internasional,” kata Elian.

Tampilan Wise yang baru 2023 / Wise

Baru-baru ini Wise juga telah memperkenalkan tampilan baru mereka, yang diharapkan bisa digunakan oleh para pengguna yang terdiri dari orang-orang, bisnis, dan bank. Perubahan tampilan ini juga menyoroti komitmen Wise dalam membangun alternatif yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih transparan untuk mengelola uang dalam berbagai mata uang.

“Perjalanan kami di Indonesia masih sangat baru, namun kami melihat pertumbuhan yang berkelanjutan berkat investasi yang terus menerus dalam pengembangan produk maupun ekspansi. Satu hal yang jelas, kami tetap fokus untuk membuat Wise dapat diakses oleh semua orang, di mana saja, dan menghadirkan lebih banyak fitur bagi pelanggan kami di Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Flip to Expand Market Reach, Introducing Remittance for B2B

International money transfer has become common activity for some customers. With the rapid increase of this kind of financial activities, many financial institutions offer various features to simplify the transactions, including remittance.

Startup that offers the cross-bank transfer, Flip, is now adding the remittance feature for its B2B solution, Flip for Business. Through this feature, a company can transfer cash up to 1.000 bank accounts abroad with a competitive fee, both to personal and business account in real-time.

Since January 2022, this feature is available to use by entrepreneurs for transactions with partners or suppliers abroad altogether. Also, Flip has obtained a license from Bank Indonesia to operate International Transfer feature. There are no hidden fees charged on every transaction and the exchange rate is relatively competitive with other players.

To date, Flip for Business’ International Transfer feature is available for several countries, including Singapore, Malaysia, Thailand, Japan, UK, Australia and Germany. Those are the most in demand countries by Indonesian entrepreneurs. Furthermore, Flip is seeking to expand the scope of its services to more countries.

This service is also a form of Flip’s effort to facilitate and support money transfer between countries, particularly from Indonesia to other countries. Previously, Flip has been providing International Transfer feature called Flip Globe. Every individual or entrepreneur is able to use this feature to send money up to 48 countries.

“Flip is expecting to be able to continuously support more companies and business owners in Indonesia through B2B finance solution, not only for both domestic and international money transfer, but also for payment. Through this initiative, we are expecting to support every segment of finance transaction, in line with our tagline, #FlipBuatSemua or Flip for all,” Henri explained.

Flip announced the rebranding of its B2B solution from “Big Flip” to “Flip for Business” in early this year. The transformation was backed with financial transaction automation solutions powered by the latest technology such as dashboard for no-code solution, API for seamless integration, extension features like verification and idempotency key.

There are three primary features, including Money Transfer which allows partner to transfer funds up to 20.000 bank accounts with just few clicks; Accept Payment which provides simple and real-time payment for client’s customers; International Transfer which enables users to save transfer fee up to 50% to seven countries.

Within 7 years of operation, Flip’s B2B solution has grown significantly amid the increased technology adoption. This service has been utilized by hundred companies and SMEs (small and medium-sized enterprises) in Indonesia and served more than seven million users to process various financial transactions both from and to various regions in Indonesia as well as overseas remittance.

In late 2021, the platform founded by Rafi Putra Arriyan, Luqman Sungkar and Ginanjar Ibnu Solikhin managed to secure a Series B funding of 48 million dollars led by Sequoia Capital India, Insight Partners and Insignia Ventures Partners.

Remittance for B2B

Indonesia’s remittance market, both in terms of business and users, is still very fragmented. In fact, this service has been provided by almost every bank in the country. Most of the users are migrant workers or overseas students.

Bank Indonesia (BI) recorded remittances from Indonesian migrant workers amounted to $2.28 billion or equivalent to Rp33 trillion (exchange rate of Rp14.496/$) in the second quarter of 2021. Those amounts increased by 0,75% compared to the first quarter of 2021 at US$ 2.26 billion (month to month/m-to-m).

In addition, the Micro-Small and Medium Enterprise (MSME) sector in Indonesia is currently growing. Driven by  technology and digital transformation, entrepreneurs are now able to sell their products overseas. In this case, the opportunity for remittance apps for business is definitely getting bigger.

There are already several non-bank players in Indonesia that provide similar service and are focusing to serve B2B including Wallex Technologies which was recently acquired by M-DAQ, RemitPro as a part of Digiasia Bios. In addition, there is Transfez that is said to be expanding its service to the B2B payment sector after securing a funding led by East Ventures and BEENEXT.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Flip Perluas Jangkauan Pasar, Hadirkan Fitur Remitansi untuk B2B

Mengirim uang dari dalam negeri ke luar negeri maupun sebaliknya telah menjadi aktivitas yang biasa dilakukan bagi beberapa nasabah. Dengan semakin pesatnya aktivitas transfer keuangan ini membuat banyak perusahaan keuangan menciptakan berbagai layanan yang memudahkan transaksi keuangan, yakni layanan remitansi.

Startup yang menawarkan layanan transfer antarbank Flip kini menambahkan fitur remitansi pada solusi B2B mereka Flip for Business. Melalui fitur ini, perusahaan dapat mengirim uang hingga ke 1.000 rekening di luar negeri sekaligus dengan biaya yang lebih kompetitif, baik ke rekening pribadi maupun bisnis secara real-time.

Layanan yang telah tersedia sejak Januari 2022 ini bisa digunakan oleh para pengusaha untuk melakukan transfer ke para mitra atau suplier yang berada di luar negeri secara sekaligus. Flip sendiri telah mendapat lisensi dari Bank Indonesia untuk menjalankan fitur International Transfer. Tidak ada biaya tersembunyi yang dikenakan pada setiap transaksi, serta kurs pengiriman uang juga dibuat lebih kompetitif dengan para pemain lain.

Saat ini, layanan International Transfer Flip for Business dapat melayani ke beberapa negara, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Inggris, Australia, dan Jerman. Negara-negara tersebut menjadi negara yang paling diminati oleh para pelaku bisnis di Indonesia. Namun, ke depannya, Flip akan berupaya memperluas cakupan layanan ini tidak terbatas di 7 negara tersebut.

Layanan ini juga sebagai wujud upaya Flip untuk mempermudah dan mendukung kelancaran arus transfer uang antarnegara, khususnya dari Indonesia ke luar negeri. Sebelumnya, Flip memang telah memiliki layanan International Transfer yang disebut Flip Globe. Para individu atau pengusaha bisa menggunakan layanan ini untuk mengirim uang ke 48 negara.

“Flip berharap dapat terus membantu semakin banyak perusahaan dan pemilik bisnis di Indonesia melalui solusi keuangan B2B, baik untuk keperluan transfer uang ke domestik maupun luar negeri serta penerimaan pembayaran. Melalui inisiatif ini juga, kami berharap dapat membantu transaksi keuangan semua segmen sesuai dengan tagline kami, #FlipBuatSemua.” jelas Henri.

Flip mengumumkan rebrand solusi B2B mereka dari “Big Flip” menjadi “Flip for Business pada awal tahun ini. Perubahan turut didukung dengan penguatan solusi automasi transaksi keuangan yang ditenagai dengan teknologi mutakhir, seperti dashboard for no-code solution, API for seamless integration, fitur lanjutan seperti verifikasi dan idempotency key.

Ada tiga fitur unggulan yang ditawarkan, yakni Money Transfer memungkinkan mitra dapat mengirim dana hingga 20 ribu akun bank dalam beberapa klik. Kemudian, Accept Payment yang menyediakan pembayaran bagi konsumen perusahaan klien yang mulus dan dapat diterima secara real-time. Terakhir, International Transfer yang mampu menghemat biaya transfer hingga 50% ke tujuh negara.

Selama kurang lebih 7 tahun beroperasi, solusi B2B Flip tumbuh secara signifikan di tengah meningkatnya adopsi teknologi. Layanan ini telah dimanfaatkan oleh ratusan perusahaan dan UKM (Usaha Kecil Menengah) di Indonesia, juga melayani lebih dari tujuh juta pengguna untuk memroses berbagai jenis transaksi keuangan dari dan ke berbagai daerah di Indonesia serta untuk pengiriman uang ke luar negeri.

Pada akhir tahun 2021 lalu, platform yang dikembangkan oleh Rafi Putra Arriyan, Luqman Sungkar, dan Ginanjar Ibnu Solikhin ini berhasil memperoleh pendanaan Seri B senilai 48 juta dolar yang dipimpin oleh Sequoia Capital India, Insight Partners, dan Insignia Ventures Partners.

Layanan Remitansi untuk B2B

Pasar remitansi, baik dari segi bisnis dan pengguna, masih sangat terfragmentasi di Indonesia. Sejatinya, layanan ini disediakan oleh hampir seluruh perbankan yang ada di Tanah Air. Kebanyakan pengguna layanan ini merupakan para pekerja migran atau pelajar yang berada di luar negeri.

Bank Indonesia (BI) mencatat pengiriman uang (remitansi) dari tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri sebesar US$ 2,28 miliar atau setara Rp 33 triliun (kurs Rp 14.496/US$) pada kuartal II-2021. Nilai tersebut naik 0,75% dibandingkan pada kuartal I-2021 yang sebesar US$ 2,26 miliar (month to month/m-to-m).

Di samping itu, sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia saat ini kian bertumbuh. Menggunakan kendaraan teknologi dan transformasi digital, pelaku bisnis kini mampu memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Melihat hal ini, tentunya peluang aplikasi yang menawarkan layanan remitansi untuk bisnis ini semakin besar.

Di Indonesia, sudah ada beberapa pemain non-bank yang menyediakan layanan serupa dan fokus melayani b2b termasuk Wallex Technologies yang belum lama ini diakuisisi M-DAQ, juga RemitPro sebagai bagian dari solusi Digiasia Bios. Selain itu juga ada Transfez yang disebut akan memperluas layanannya ke sektor pembayaran B2B setelah berhasil mengamankan pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures dan BEENEXT.

Application Information Will Show Up Here

Penguatan Mitra Transfer Valas Jadi Strategi Instamoney Gencarkan API Remitansi

Pasar remitansi, baik dari segi bisnis dan pengguna, masih sangat terfragmentasi di Indonesia. Dari sisi pengguna, pemain yang ada saat ini dikuasai oleh perbankan dengan segala limitasi yang mereka punya, sering kali menyulitkan pengguna untuk mengirim uang ke luar negeri untuk keluarga dan koleganya.

Sementara itu, dari sisi bisnis, pasar remitansi ini masih sangat terlokalisasi. Hal tersebut membuat setiap perusahaan valas yang ingin masuk dan melakukan bisnis remitansi di sini memerlukan upaya penelitian yang signifikan dan kemudian menerjemahkannya ke dalam rencana kerja.

“Nilai tambah Instamoney di sini adalah kami dapat menyediakan infrastruktur pengiriman uang secara plug and play yang efisien [berbasis API], serta praktik terbaik sehingga mitra pengiriman uang internasional dapat fokus pada tujuan komersial mereka dan melakukan pengiriman uang secara efektif dan efisien,” ucap Direktur Instamoney Mikiko Steven kepada DailySocial.id.

Instamoney adalah bagian dari Xendit Group yang resmi berdiri pada 2018. Instamoney fokus menyediakan API remitansi untuk tiga segmen. Pertama, untuk perusahaan remitansi lokal yang sudah berizin dari Bank Indonesia dan menginginkan proses transfer dana dengan sentuhan digital.

Kedua, perusahaan remitansi dari luar negeri yang mencari mitra lokal. Terakhir, perusahaan yang memerlukan proses transfer dana dalam model bisnisnya.

“Kami terbuka dengan lebih banyak kemitraan dan saat ini sedang mencari mitra lain yang memiliki visi yang sama dengan kami untuk menyederhanakan proses pengiriman uang bagi pengguna akhir mereka.”

Perkembangan bisnis Instamoney

Wise (rebrand dari Transferwise) adalah salah satu mitra global pertama yang bermitra dengan Instamoney. Wise dapat melayani pelanggan di Indonesia yang ingin mengirim uang ke 80 negara, termasuk Australia, Malaysia, Singapura, Jepang, United Kingdom, hingga Tiongkok (melalui Alipay).

Wise membuat pasar remitansi jadi lebih kompetitif dari segi rate karena diklaim 2,5 kali lebih murah daripada rate yang ditawarkan perbankan dan non-bank. Proses transfer juga lebih cepat dalam jangka waktu satu jam saja. Setelah Wise, mitra global berikutnya adalah MoneyGram yang dapat beroperasi di Indonesia.

Pengguna MoneyGram memungkinkan dapat menerima uang dari keluarga dan teman di seluruh dunia langsung ke rekening bank secara near real-time. Serta, menerima uang lewat dompet elektronik GoPay dan OVO.

“Dalam setahun ke belakang, kemampuan untuk menerima uang secara aman dan nyaman di dalam rumah menjadi semakin penting bagi banyak keluarga. Kini, melalui kemitraan dengan Instamoney, pelanggan di Indonesia memiliki lebih banyak opsi lagi dalam menerima uang dari keluarga dan teman di seluruh dunia yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk dan layanan esensial,” kata Regional Head of South East Asia and Indo-China MoneyGram Vijay Raj Poduval dalam keterangan resmi.

Mikiko menolak menjelaskan lebih jauh dampak dari kemitraan di atas dengan pertumbuhan transaksi remitansi yang berhasil di fasilitasi Instamoney. Ia hanya menjelaskan negara pengirim yang paling banyak tercatat di Instamoney, didominasi oleh Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia.

Menurutnya, secara umum Indonesia selalu menjadi pasar untuk pengiriman uang masuk ke Indonesia (inbound). Hanya saja, menurut statistik Bank Indonesia, semenjak pandemi terjadi koreksi penurunan untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.

Mengutip dari data BI, nilai remitansi pada 2020 turun 17,6% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi $9,43 miliar. Indonesia kehilangan sekitar $2 miliar atau sekitar Rp29 triliun akibat pandemi. Sebelumnya, nilai transaksi tumbuh secara beruntun pada 2017-2019, yakni 0,85%, 25,26%, dan 4,2%.

Selain menguatkan basis mitra perusahaan pengiriman uang internasional dan domestik yang membutuhkan layanan Instamoney, Mikiko menyebutkan pihaknya juga aktif berkolaborasi teknologi dengan perusahaan teknologi lain yang dapat meningkatkan fitur Instamoney dan memperkaya ekosistem. seperti mitra valas, KYC digital, dan lainnya.

“Kami terus meningkatkan API kami untuk perkembangan bisnis kami sendiri, mitra, dan pelanggan kami,” tutupnya.

Di Indonesia, platform remitansi yang telah beroperasi dan mengantongi lisensi dari Bank Indonesia di antaranya adalah

Oy! Raises 653 Billion Rupiah Funding, Soon to be Centaur

Afintech platform providing transfer service, Oy! reportedly raises series A funding worth of $45 million or equivalent to 653.4 billion Rupiah. Softbank Ventures Asia and MDI Ventures led the round with some investors including Pavilion Capital, AC Ventures, Alfamart, Central Capital Ventura, Wavemaker Partners.

Apart from already registered with the regulator, parties that involves in this agreement confirmed the new round. The total funding is said to take the company’s valuation to $108 million. AC Ventures entrance also brought one of its founding partners, Pandu Sjahrir, to the ranks of Oy!’s board members.

Oy!’s seed round has been raised from 2017 to 2020, several investors involved including MDI Ventures, Wavemaker Partners, Pavilion Capital, and Central Capital Ventures.

Oy! Indonesia offers several services, both for consumers and business. On the B2C sector, they have the Oy! Indonesia app to accommodate fund transfer between banks. Its capabilities also include remittances, enabling transfers between countries.

In terms of business, they provide API services to facilitate transactions, both for sending and receiving funds. Based on our observation, with the development of existing features, Oy! Indonesia seems more serious in working on the B2B segment. The open finance service potential is really impressive as business are transforming and trying to provide efficiency in the financial transaction process on its platform.

In the interbank transfer feature for consumers, Oy! is in close competition with the Flip app. We have specifically conducted an analysis of the two platforms. The market share is quite large for this service, based on BI data throughout 2019, the volume of domestic transactions was recorded at more than 218.89 million with a nominal value of Rp84.47 trillion. The remittance business alone recorded 37.7 million transactions with a value of Rp90.67 trillion.

This service is also available to resolve the interbank transfer fees issue.  Alfamart entrance as a strategic partner shows interesting indication, regarding the potential of Oy! to enter the online-to-offline (O2O) model in selling its services. This is in line with one of fintech’s visions to serve the underbanked, which still a big number in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Oy! Kumpulkan Pendanaan 653 Miliar Rupiah, Jadi Centaur Selanjutnya

Platform fintech penyedia layanan transfer dana Oy! dikabarkan berhasil mengumpulkan pendanaan seri A dengan total hingga $45 juta atau setara 653,4 miliar Rupiah. Softbank Ventures Asia dan MDI Ventures memimpin putaran ini didukung sejumlah investor termasuk Pavilion Capital, AC Ventures, Alfamart, Central Capital Ventura, Wavemaker Partners.

Selain sudah tercatat di regulator, beberapa pihak yang dekat dengan kesepakatan ini mengonfirmasi adanya putaran baru tersebut. Akumulasi dari total pendanaan ditaksirkan membawa valuasi perusahaan di angka $108 juta. Masuknya AC Ventures juga membawa salah satu founding partner mereka Pandu Sjahrir di jajaran board member Oy!.

Sebelumnya putaran seed Oy! digalang sejak taun 2017 s/d 2020, beberapa investor yang terlibat termasuk MDI Ventures, Wavemaker Partners, Pavilion Capital, dan Central Capital Ventura.

Oy! Indonesia memiliki beberapa layanan, baik untuk konsumer maupun pebisnis. Di kancah B2C, mereka memiliki aplikasi Oy! Indonesia untuk membantu pengguna melakukan transfer dana antarbank. Kapabilitas mereka juga sudah mencakup remitansi, memungkinkan dilakukannya transfer antarnegara.

Kemudian untuk bisnis, mereka menyediakan layanan API untuk memudahkan transaksi, baik untuk pengiriman maupun penerimaan dana. Dari pengamatan kami, dengan melihat laju pengembangan fitur yang ada, Oy! Indonesia tampak lebih serius untuk menggarap segmen B2B ini. Potensinya layanan open finance memang begitu mengesankan di saat para pebisnis melakukan transformasi dan berusaha memberikan efisiensi proses transaksi finansial di platformnya.

Di fitur transfer antarbank untuk konsumen, Oy! berhadapan langsung dengan aplikasi Flip. Secara spesifik kami pernah melakukan analisis terkait kedua platform tersebut. Pangsa pasarnya cukup besar untuk layanan tersebut, menurut data BI sepanjang tahun 2019 volume transaksi domestik tercatat ada lebih dari 218,89 juta dengan nominal Rp84,47 triliun. Bisnis remitansi sendiri mencatat 37,7 juta transaksi dengan nilai Rp90,67 triliun.

Layanan tersebut juga hadir untuk menyelesaikan isu biaya transfer antarbank. Masuknya Alfamart sebagai mitra strategis juga menjadi indikasi menarik, khususnya terkait potensi Oy! masuk ke model online-to-offline (O2O) dalam menjajakan layanannya. Hal ini sejalan dengan salah satu visi fintech untuk melayani kalangan underbanked yang jumlahnya masih banyak di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Yourpay, Aplikasi E-money Remitansi untuk Pekerja Migran

Pemain remitansi sejauh ini masih dikuasai oleh perbankan dengan segala limitasi yang mereka punya, sering kali menyulitkan pekerja migran untuk mengirim gajinya ke keluarga yang ada di Indonesia. Yourpay ingin mengambil kesempatan tersebut dengan pendekatan yang lebih ramah sesuai tren saat ini.

Yourpay adalah aplikasi uang elektronik yang telah mengantongi tiga izin dari Bank Indonesia, yakni penyedia jasa uang elektronik, transfer dana, dan layanan keuangan digital. Startup ini didirikan pada 2018 oleh Christilia Angelica Widjaja sebagai pendiri tunggal. Ia merupakan cucu dari Eka Tjipta Widjaja yang merupakan pendiri Sinarmas Group.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Yourpay Christilia menuturkan, ia membangun Yourpay bersumber dari genuine empati terhadap sesama perempuan, khususnya pekerja migran dan ibu. Ia memperoleh inspirasi contoh berbisnis dengan empati dari mendiang neneknya yang merupakan seorang filantropi.

“Youpay memiliki fokus untuk komunitas unbanked dan underbanked dari kalangan pekerja migran beserta keluarganya. Segala hal mulai dari price/performance ratio dan segala fitur diperhatikan dan diciptakan untuk selalu mengedepankan dan memajukan nilai kemanusiaan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna,” ucapnya.

Tidak sekadar menjadi pemain e-money, Yourpay mengambil fokus pada layanan remitansi untuk pekerja migran di luar negeri. Mereka dapat dengan mudah mengonversi pendapatannya yang berbasis uang tunai ke saldo Yourpay, langsung terkonversi dalam Rupiah dengan top up melalui mitra outlet. Saldo tersebut dapat langsung dipakai untuk ditransfer ke rekening bank milik salah satu anggota keluarga dan dicairkan kembali untuk membayar berbagai kebutuhan.

Biaya yang dikenakan juga terbilang murah bahkan diklaim dapat menghemat hingga 10,5 kali lipat dari layanan remitansi tradisional. Misalnya, untuk transfer ke sesama aplikasi beda negara dikenakan biaya dimulai dari Rp5 ribu. Aplikasi Yourpay juga menyediakan berbagai fitur pembayaran tagihan PPOB yang sudah bermitra dengan Yourpay, seperti PLN dan BPJS Kesehatan, serta transfer dana ke sesama pengguna Yourpay (p2p transfer).

“Yourpay dibangun dengan perspektif yang jeli, tidak ikut dengan tren metode bakar uang. Hingga saat ini, biaya marketing yang dikeluarkan masih di bawah 1% dari total Gross Revenue. Kami belum pasang iklan di mana-mana dan mengandalkan komunitas grassroot pengguna di luar negeri dan Indonesia.”

Berdasarkan data PBB, lebih dari 200 juta pekerja migran di dunia mengirim uang ke lebih dari 800 juta anggota keluarga setiap tahunnya. Sehingga muncul desakan inisiatif dalam Global Compact for Safe, Orderly and Regular Migration oleh PBB agar penyedia layanan finansial internasional bisa mengurangi biaya transfer dan mempermudah inklusi keuangan yang lebih besar melalui pengiriman uang.

Sebagai catatan, laporan Bank Dunia yang dirilis Mei 2021 mengungkapkan terjadinya penurunan remitansi seluruh pekerja migran 2020 menjadi US$ 540 miliar dari US$ 548 miliar pada 2019. Penurunan yang hanya sebesar 1,6% di tengah pandemi itu menjadi bukti bahwa di tengah kesulitan ekonomi global, para pekerja tidak memangkas kiriman uang kepada keluarga tercinta di rumah.

“Remitansi ini menanggung banyak kebutuhan dasar rumah tangga. Meskipun Covid-19 telah menjadi ujian berat, namun nyatanya data remitansi tersebut menjadi bukti pengikat para migran dengan keluarga mereka di kampung halaman. Yourpay mengadopsi dan turut merayakan hari Internasional Remitansi Keluarga karena memiliki visi untuk fokus melayani pengguna dari kalangan pekerja migran beserta keluarganya.”

Aplikasi Yourpay

Perkembangan bisnis Yourpay

Christilia menyebutkan, nilai rata-rata transaksi yang berhasil diproses Yourpay antara $200-$500 (sekitar Rp2,9 juta-Rp7,2 juta) per bulan untuk top up. Sejak diluncurkan beta version pada Juni 2020, saat ini Yourpay telah mengantongi total kumulatif GMV lebih dari $11 juta (hampir Rp160 miliar), dengan volume transaksi lebih dari 200 ribu.

Pengguna terdaftar Yourpay disebutkan ada lebih dari 50 ribu orang, yang tersebar di Indonesia, Hong Kong, Macau, Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Hong Kong dan Macau menjadi kontributor utama bisnis Yourpay dengan persentase 72% dari total kumulatif GMV.

Untuk mendorong bisnis perusahaan di kedua negara tersebut, Yourpay mengumumkan kerja sama strategis dengan Chandra Remittance. Sebanyak 60 outlet Chandra Remittance di Hong Kong kini dapat menerima top up saldo Yourpay. Chandra Remittance adalah perusahaan remitansi lokal yang didirikan oleh mantan pekerja migran asal Lombok. Perusahaan tersebut melayani hampir 95% pekerja migran dari Indonesia untuk mengirim gajinya ke keluarganya di Indonesia.

(tengah) Founder dan CEO Yourpay Christilia Widjaja bersama pengguna Yourpay / Yourpay

Yourpay juga berencana masuk ke Singapura. Saat ini perusahaan sedang memroses pengajuan izin Payment Services Act (PSA) di Monetary Authority of Singapore (MAS). PSA adalah izin untuk sistem pembayaran dan penyedia layanan pembayaran di Singapura. Negara lain yang diincar adalah Malaysia dan Arab Saudi.

Christilia mengatakan untuk mencapai visi perusahaan yang ingin menciptakan lebih banyak dampak buat para pekerja migran, saat ini sedang menggalang putaran dana tahap awal. Sebelumnya perusahaan mengandalkan pertumbuhan bisnis secara organik dan bootstrap. “Yourpay menargetkan untuk mendapat funding dari global investors yang memiliki visi sama dan mengerti pentingnya impact, dan tentunya terus bertumbuh dan meningkatkan tractions,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Wallex Bidik Segmen UKM, Permudah Transaksi Lintas Negara

Dibandingkan bisnis fintech lainnya, remitansi tidak seramai dengan saudaranya karena ketatnya regulasi yang menaunginya. Kendati demikian, bisnis ini punya potensi bisnis yang tak kalah menggiurkan karena potensinya yang selama ini masih dikuasai oleh perbankan.

Startup fintech remitansi Wallex menangkap kesempatan tersebut dengan meresmikan kehadirannya pada 2018. Proposisi yang ditawarkan Wallex adalah ingin permudah UKM yang selama ini kurang mendapat perhatian oleh perbankan saat ingin melakukan transaksi lintas negara.

“UKM di Indonesia perlu melakukan pembayaran internasional karena beberapa alasan. Dari membayar pemasok, pembayaran staf jarak jauh, hingga pembayaran antar perusahaan, seluruh kebutuhan ini harus dilakukan oleh UKM. Namun, mereka berjuang dengan pilihan penyedia layanan yang terbatas, biaya selangit, dan prosedur perbankan yang ketinggalan zaman,” terang COO Wallex Hiro Kiga saat dihubungi DailySocial.

Dia melanjutkan, sejauh ini layanan remitansi yang disediakan perbankan memiliki tarif yang disesuaikan untuk perusahaan besar yang telah menjadi menjalin relasi. Sedangkan Wallex, telah melayani lebih dari 20 ribu pelanggan yang datang dari UKM dan bisnis dari segala bentuk dan ukuran.

Di samping itu, bank kebanyakan menyediakan pilihan mata uang yang terbatas hanya sekitar 10 sampai 16 mata uang saja. Akibatnya, mengirim mata uang yang tidak didukung akan menjadi tantangan dengan uang yang dialihkan ke pusat, seperti Singapura, dan kemudian baru ke tujuan akhir.

Biaya transfer pun akhirnya membengkak dan tidak terjadi secara real time. Sementara, Wallex mampu mendukung pembayaran dalam 47 mata uang melalui jaringannya dan sebagian besar dikirimkan dalam sehari jika dana disetorkan sebelum batas waktu harian. “Kami memiliki pembayaran dari UKM ke mata uang eksotis seperti Baht, Peso, Dong, Won, Riyal, Rupee, dan lain-lain yang biasanya tidak didukung oleh bank di Indonesia.”

Belum lagi, karena sepinya kompetisi di ranah ini, membuat bank membebankan biaya yang besar di seluruh biaya dan margin valas. Sementara di sisi lain, dibantu dengan jaringan teknologi yang kuat, Wallex justru mampu membuat mitra bisnis dapat menghemat hingga Rp2,4 juta untuk satu transaksi sebesar $25 ribu.

Limitasi lainnya, sebagian besar bank hanya mengizinkan transaksi hingga $25 ribu melalui perbankan online, lebih dari itu harus melalui kantor cabang. “Wallex memberikan pengalaman full online, semua transaksi dapat dilakukan secara online dengan cara yang terjamin keamanannya dan batasan jumlah yang dikirim.”

Sisi kompetitif yang ditawarkan Wallex ini diharapkan dapat menarik lebih banyak UKM beralih dari layanan perbankan yang sebetulnya kurang ramah buat segmen ini.

Kiga pun mencontohkan, salah satu penggunanya adalah Investree. Berkat kemitraan ini, Investree dapat menghemat hingga 70% untuk segi biaya dan waktu untuk pembayaran internasionalnya. Lalu ada sebuah perusahaan fintech lokal yang memanfaatkan layanan Wallex untuk bertransaksi hingga $10 juta per bulannya.

Selain Wallex, saat ini juga ada beberapa platform remitansi lain yang telah beroperasi dan mengantongi lisensi dari otoritas.

Perkembangan bisnis Wallex

CEO Wallex Jody Ong menambahkan, dalam tiga tahun terakhir (hingga Juni 2021) Wallex telah memproses transaksi sebesar $2 miliar secara GTV (gross transaction value). Kinerja ini cukup menggembirakan di tengah kondisi pandemi yang mengakibatkan volume perdagangan turun secara global.

Bila dilihat secara industri, diklaim Wallex memproses sekitar 8%-10% dari volume pengiriman uang ke luar yang diproses oleh lembaga nonkeuangan dari catatan Bank Indonesia. “Kami adalah mitra terpercaya untuk BI dan bekerja sama dengan mereka untuk menghadirkan ekosistem pembayaran yang kuat di Indonesia,” kata Ong.

Dirinci lebih jauh oleh Ong, dari total volume yang diproses Wallex, negara tujuan yang paling populer adalah Singapura, Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok, Inggris, Hong Kong, dan Jepang. Berkaitan dengan itu pula, Wallex turut membuka kantor cabang di Hong Kong yang mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun ini.

Khusus di Indonesia, yang menjadi pasar utama Wallex, turut membuka kantor cabang lainnya selain di Jakarta. Kota yang dipilih adalah Surabaya. Ong menjelaskan, Surabaya adalah kota terbesar ke-2 di Indonesia dan merupakan kota pelabuhan. “Kami yakin ada banyak kegiatan ekspor impor di Surabaya. Surabaya juga dikenal sebagai pintu gerbang Indonesia Timur. Kami melihat banyak peluang pertumbuhan di sini.”

Pada tahun ini, Ong mengincar pertumbuhan agresif dengan target pertumbuhan 4 kali lipat dari total dana yang diproses melalui Wallex Indonesia.