Apa itu RGB dan CMYK? Definisi dan Perbedaannya

Warna merupakan bagian besar di dunia grafis. Warna memiliki kemampuan untuk memengaruhi audiens dan menarik perhatiannya. Jika kita menggunakan palet warna yang tepat, desain tersebut akan membangun ketertarikan audiens.

Didalam dunia grafis, palet warna tersebut memiliki sebutan istilah sendiri. Palet warna disebut dengan istilah RGB dan CMYK.

Banyak sekali orang-orang yang masih belum mengetahui perbedaan kedua istilah ini. Kebanyakan, mereka hanya tahu bahwa RGB dan CMYK adalah warna saja.

Jika kamu ingin terjun ke dunia grafis, seperti designer, kamu harus tahu apa yang membedakan dua istilah ini.

Sebelum mengetahui perbedaan keduanya, kamu harus mengetahui definisi masing-masing warna. Berikut ini adalah definisi masing-masing warna serta perbedaannya.

Definisi RGB

RGB / wikipedia
RGB / wikipedia

Warna-warna yang biasa kita jumpai di dunia digital, disebut dengan RGB. Nama RGB diambil dari singkatan Red-Green-Blue. Penggunaan RGB berawal dari dunia fotografi tahun 1861 oleh James Clerk Maxwell.

Warna RGB biasa disebut dengan warna cahaya, karena RGB merupakan warna yang digunakan oleh media elektronik sehingga warna ini terkesan terang seperti cahaya.

Jika kamu ingin mencetak sebuah desain yang berwarna RGB, maka desain RGB ini harus dikonversi terlebih dahulu menjadi CMYK agar bisa dicetak. Hal ini dikarenakan mesin percetakan hanya bisa mendeteksi waran CMYK.

Definisi CMYK

CMYK / mixam.com
CMYK / mixam.com

Pernahkah kamu membuat mencetak sebuah gambar melalui printer? Warna-warna yang terdeteksi oleh percetakan tersebut disebut dengan CMYK. CMYK merupakan singkatan dari warna Cyan, Magenta, Yellow, Key (hitam).

Hitam disebut dengan Key karena tanpa adanya warna hitam, kumpulan warna tersebut tidak akan lengkap dan jika dicampur pun akan tetap menjadi warna hitam. Karena itu, hitam disebut dengan kunci atau warna utama dari CMYK.

Karena hasil warna yang cenderung redup, CMYK ditujukan untuk proses percetakan. Karena jika warna CMYK diterapkan di dunia digital, maka akan sulit untuk dilihat.

Jika kamu sudah mengetahui definisi keduanya, saatnya kamu mengetahui perbedaan dari keduanya. Berikut ini adalah perbedaannya:

Perbedaan RGB dan CMYK

Dua istilah ini memiliki susunan warna yang berbeda. Sesuai dengan namanya, RGB terdiri dari warna merah, hijau, dan biru. sedangkan CMYK terdiri dari warna cyan, magenta, kuning, dan hitam.

Dua istilah ini juga memiliki perbedaan fungsi. RGB biasanya digunakan untuk konten-konten digital, seperti website, font, konten media sosial, dan lainnya. Sedangkan CMYK biasanya digunakan untuk industry percetakan, seperti brosur, spanduk, poster, dan lainnya.

Perbedaan ketiga adalah mereka memiliki hasil pencampuran warna yang berbeda. Jika warna-warna RGB dicampurkan, akan menghasilkan warna yang terang hingga mendekati warna putih. Sedangkan CMYK akan menghasilkan warna yang gelap atau hitam.

Demikianlah definisi masing-masing warna dan juga perbedaannya, semoga bermanfaat!

[Review] ASUS ROG Phone 5: Smartphone Gaming Snapdragon 888 dan Layar 144 Hz untuk Gamer Enthusiast

ASUS sepertinya tidak pernah absen setiap tahunnya dalam meluncurkan perangkat gaming smartphone-nya. Dengan lini RoG atau yang sering dikenal dengan Republic of Gaming, ASUS selalu menghadirkan perangkat smartphone dengan SoC terkencang yang ada pada masanya. Setelah meluncurkan RoG Phone II dan RoG Phone 3 di Indonesia, sekarang saatnya ASUS RoG Phone 5.

Pada perangkat terbarunya, tentu saja ASUS menanamkan SoC terkencang untuk Android saat ini dengan Snapdragon 888. ASUS juga tetap menggunakan layar 144 Hz serta baterai 6000 mAh pada RoG Phone 5 yang sudah terlebih dahulu hadir pada RoG Phone 3. Hal ini tentu saja membuat RoG Phone 5 bisa menjalankan sebuah game hingga 144 fps. ASUS juga sudah menggunakan panel AMOLED terbaru dari Samsung yang membuatnya memiliki warna yang lebih baik dari perangkat sebelumnya.

ASUS juga menanamkan desain baru pada RoG Phone 5. Kali ini, logo ROG pada bagian belakangnya sudah disesuaikan dengan standar laptop gaming mereka. Logo tersebut saat ini sudah mendukung warna RGB dengan desain titik-titik yang bisa diatur sendiri warna dan pola menyalanya. Hal ini tentu saja bisa membuat orang lain “iri” dengan desain yang ditawarkan oleh ASUS.

Spesifikasi dari ASUS RoG 5 yang saya dapatkan bisa dilihat pada tabel berikut ini

ASUS ROG Phone 5 ASUS ROG Phone 3
SoC Snapdragon 888 Snapdragon 865+
CPU 1 x 2.84 GHz Kryo 680 + 3 x 2.42 GHz Kryo 680 & 4 x 1.80 GHz Kryo 680 1 x 3.1 GHz Kryo 585 + 3 x 2.42 GHz Kryo 585 + 4 x 1.8 GHz Kryo 585
GPU Adreno 680 Adreno 650
RAM

8 GB LPDDR5

Internal

128 GB UFS 3.1

Layar 6,78 AMOLED inci 2448×1080 Gorilla Glass Victus 6,59 inci 2340×1080 Gorilla Glass 6
Refresh Rate

144 Hz

Dimensi 172.8 x 77.3 x 10.3 mm 171 x 78 x 9.9 mm
Bobot 238 gram 240 gram
Baterai 6000 mAh dengan 65 watt charger 6000 mAh dengan 30 watt charger
Kamera

64 MP / 16 MP utama, 13 MP wide, 5 MP Macro, 24 MP selfie

Spesifikasi yang didapatkan dari CPU-Z, AIDA-64, serta SensorBox

Bisa dilihat pada tabel di atas bahwa spesifikasi ASUS ROG Phone 5 yang saya dapatkan mirip dengan ROG Phone 3. Konfigurasi kamera juga masih mirip dengan generasi sebelumnya. Selain itu, RAM serta kapasitas penyimpanan internal yang beredar di Indonesia juga masih sama dan menggunakan UFS 3.1. Kapasitas baterai masih sama, namun dengan daya pengisian yang berbeda.

Unboxing

ASUS RoG Phone 5 tadinya datang hanya dengan kotak paket penjualannya. Namun ternyata, pihak ASUS mengatakan bahwa perangkat ini akan datang dengan RoG Cetra II Core, sebuah earphone gaming yang khusus dibuat untuk lini RoG. Berikut adalah penampakannya.

Yang unik adalah komik dibalik paket penjualan dari ASUS RoG Phone 5. Dengan menggunakan aplikasi Armory Crate, Anda bisa melihat sebuah cerita AR yang nantinya menjadi sebuah misi bagi para pengguna ASUS RoG Phone 5.

Desain

Desain bagian depan dari ASUS RoG Phone 5 masih sama dengan dua perangkat sebelumnya, yaitu dengan menebalkan bezel pada bagian atas dan bawahnya. Hal tersebut ditempuh oleh ASUS yang tidak menggunakan layar berponi karena untuk kenyamanan saat bermain game. Kedua ibu jari pun akan lebih presisi saat menekan tombol yang ada pada layar. Selain itu, ASUS juga lebih leluasa menempatkan beberapa sensor dan kamera pada bezel tersebut.

Desain bagian belakang dari ASUS RoG Phone 5 juga sudah dibuat menjadi RGB dengan desain bintik-bintik seperti pada laptop ASUS Zephyrus G14. Tentunya hal ini membuat tampilah ASUS RoG Phone 5 jauh lebih keren dibandingkan dengan dua perangkat sebelumnya. Logo RGB tersebut juga bisa diganti warnanya serta cycle-nya. Semua itu bisa langsung dikontrol dengan membuka aplikasi Armory Crate.

Layar yang digunakan pada ASUS RoG Phone 5 menggunakan teknologi AMOLED buatan Samsung, yaitu E4 Panel. Dengan E4, membuat layar terbaru dari Samsung ini memiliki akurasi warna yang lebih tepat serta tingkat kontras dan kecerahan yang lebih baik. Resolusi yang digunakan pada perangkat ini adalah 2448 x 1080 dengan 144 Hz. Layar ini juga sudah menggunakan Corning Gorilla Glass Victus yang diklaim paling kuat saat ini.

Dengan menggunakan layar AMOLED, membuat sebuah perangkat bisa dipasangkan sensor sidik jari di bawah layar. ASUS memang dikenal memiliki sensor sidik jari bawah layar yang sangat responsif. Hal ini pula yang saya rasakan saat membuka kunci layar dari ASUS RoG Phone 5. Bahkan, hasilnya lebih responsif dibandingkan dengan ASUS RoG Phone II yang saya pegang saat ini.

Untuk bagian kirinya, bisa ditemukan slot SIM nano yang ditandai dengan warna merah dan juga side mounted port yang berisikan sebuah port USB-C dan proprietary yang cukup berbeda dengan generasi sebelumnya. Pada bagian kanannya terdapat tiga buah tombol, yaitu volume naik dan turun, serta tombol daya yang memiliki warna samping merah dan juga AirTrigger untuk bermain game pada bagian atas dan bawahnya. Pada bagian bawahnya terdapat sebuah port USB-C utama untuk mengisi baterai serta ASUS mengembalikan port audio 3.5mm pada smartphone yang satu ini.

Pada bagian belakangnya akan ditemukan tiga buah kamera yang juga ditemani oleh sebuah LED flash. Pada bagian kamera hingga pas sebelum logo ROG, merupakan area yang cukup luas untuk membaca NFC. Jika dipasangkan dengan  Aero Case, ternyata tidak mengurangi sensitivitas dari NFC-nya. Sayangnya, belum ada sertifikasi IP untuk tahan air dan debu pada smartphone gaming yang satu ini.

ASUS ROG Phone 5 menggunakan antar muka buatan ASUS sendiri dengan ASUS Launcher versi 8. ASUS masih menghadirkan app drawer pada antarmukanya ini sehingga mirip dengan launcher bawaan Google. Sistem operasi yang digunakan adalah Android 11 saat perangkat ini datang ke meja pengujian Dailysocial. Entah apakah ASUS RoG Phone 5 akan mendapatkan 2 kali update atau tidak karena pengguna ROG Phone II saat ini masih sabar menunggu update ke Android 11.

Konektivitas

ASUS RoG Phone 5 menggunakan SoC Snapdragon 888 yang berarti sudah memiliki modem untuk terkoneksi ke 5G. Walaupun secara spesifikasi sudah mendukung, namun informasi terakhir yang saya dapatkan mengatakan bahwa ASUS RoG Phone 5 belum mendukung 5G dari Telkomsel. Sayangnya juga karena PPKM, saya tidak bisa menguji apakah perangkat ini bisa mendeteksi jaringan baru tersebut.

Untuk jaringan 4G LTE, ASUS RoG Phone 5 sudah mendukung semua band yang meliputi 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 18, 19, 20, 26, 28, 34, 38, 39, 40, 41, 42, dan 48. Band 5G nya sendiri juga sudah mendukung 1, 3, 7, 8, 20, 28, 38, 41, 77, 78, dan 79 SA/NSA. Dapat dilihat memang bahwa perangkat ini tidak akan mendukung band N40 yang digunakan oleh Telkomsel. Akan tetapi, Indosat yang kini sedang melakukan uji coba 5G sudah didukung oleh ASUS ROG Phone 5.

ASUS RoG Phone 5 juga sudah memiliki NFC dan juga sudah memiliki bluetooth versi 5.1. Untuk pemindaian lokasi, ASUS RoG Phone 5 juga sudah mendukung GPS, BEIDOU, GALILEO, QZSS, dan GLONASS. ASUS RoG Phone 5 tentunya juga sudah memiliki konektivitas ke WiFi 5 GHz dengan nama WiFi 6 yang memiliki kecepatan transfer data lebih kencang dari WiFi 5.

Kamera: Kembali dengan IMX 686

ASUS mungkin merupakan salah satu loyalis pada sensor buatan Sony. Saat ini, ASUS RoG Phone 5 kembali dipasangkan sensor yang sama dengan ASUS RoG Phone 3, yaitu Sony IMX 686 yang memang hasil tangkapannya sudah tidak diragukan lagi. Bedanya, kali ini sensor tersebut dipadukan dengan Spectra 580 terbaru dari Qualcomm.

Seperti yang kita ketahui bahwa sensor IMX 686 menggunakan teknologi Quad Bayer. Teknologi ini sendiri akan menggabungkan 4 piksel sehingga akan mendapatkan gambar yang lebih baik. Walau bisa mengambil gambar pada resolusi 64 MP, hasilnya mungkin tidak akan sebaik saat teknologi Quad Bayer tersebut diaktifkan dan menjadi resolusi 16 MP. ASUS juga tidak memasangkan OIS pada perangkat yang satu ini dan hanya menggunakan EIS.

Kamera yang satu ini menghasilkan gambar yang cukup mumpuni. Walaupun begitu, bakal cukup terlihat algoritma pengurangan noise pada bagian gelap. Tingkat ketajaman dari kamera utamanya ini memang cukup baik. Saya cukup menyarankan untuk menyalakan HDR Auto agar memperbaiki hasil tangkapannya.

Kamera kedua merupakan ultrawide yang menggunakan sensor OmniVision OV13B. Kamera yang satu ini juga bisa menangkap gambar yang cukup baik dan bisa diandalkan hasilnya. Namun sekali lagi, saya juga menyarankan untuk menayalakan HDR Auto pada kamera yang satu ini karena dapat membenahi dynamic range pada kamera ultrawide ASUS RoG Phone 5.

Kamera makro yang terpasang pada perangkat ini memiliki resolusi 5 MP, yang tentunya bakal lebih baik dibandingkan dengan perangkat dengan 2 MP yang ada di pasaran. Namun, hasilnya juga masih kurang memuaskan dan tidak memiliki fitur auto fokus.

Kamera swafoto pada perangkat ini memiliki resolusi 24 MP dengan sensor OmniVision OV24B1Q. Akan tetapi, secara default perangkat ini akan memasangkannya pada 6 MP, karena sensornya juga menggunakan teknologi quad bayer. Hasilnya ternyata juga cukup tajam dengan warna yang cukup baik pula. Hasilnya juga terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan para pendahulunya.

Pengujian Kinerja

ASUS RoG Phone 5 menggunakan cip terkencang dari Qualcomm saat ini, yaitu Snapdragon 888. SoC ini sendiri memiliki 3 buah cluster yaitu Prime, Performance, dan Efficiency. Cluster terkencang menggunakan Kryo 680 dengan basis Cortex X1 berkecepatan 2,84 GHz, diikuti dengan cluster kinerja yang menggunakan Kryo 680 Gold dengan basis Cortex A78 berkecepatan 2,42 GHz, dan terakhir adalah cluster efisiensi yang menggunakan Kryo 680 silver dengan basis Cortex A55 dengan clock 1,8 GHz. GPU yang digunakan pada SoC ini adalah Adreno 680.

Untuk membuktikan SoC yang satu ini tentu saja harus melalui beberapa pengujian. Hal yang paling utama dan memakan banyak sumber daya adalah dengan menggunakan game. Tentunya, perangkat ini juga bisa digunakan untuk bekerja. Saya juga menguji RoG Cetra II Core untuk bermain serta mendengarkan musik.

Bermain Game

Terus terang, dengan menggunakan nama gaming membuat saya harus mencari beberapa game yang bisa berjalan pada 144 fps. Untungnya, ASUS sudah menyediakan daftarnya langsung pada aplikasi Armoury Crate. Hal ini tentu saja membuat saya cukup mudah dalam mencari beberapa game yang bisa berjalan dan kompatibel dengan ASUS ROG Phone 5.

Game pertama yang saya jalankan pada perangkat yang satu ini adalah Genshin Impact. Tentunya, saya menggunakan setting paling tinggi dengan 60 fps untuk mengetahui apakah ada kendala atau tidak. Ternyata, perangkat ini mampu menjalankannya dengan sangat baik: tidak ada fps drop atau lag. Secara grafis, Anda akan mendapatkan pengalaman yang terbaik.

Sayangnya, saat menguji perangkat yang satu ini ASUS tidak menyertakan kipas Aero Cool 5. Hal tersebut dikarenakan GameCool 5 yang merupakan sistem pendingin dari ASUS RoG Phone 5 kurang bisa menghambar panas yang dihasilkan saat bermain Genshin. Saya mendapatkan suhu sampai dengan 52º celcius saat bermain game tersebut.

Saya juga menguji PUBG Mobile dua kali. Yang pertama menggunakan mode UHD dengan 40 fps dan yang kedua adalah mode Smooth 90 fps. Hasilnya, kedua mode bisa dijalankan tanpa adanya penurunan framerate. Mungkin karena cukup enteng, smartphone gaming ini tidak menghasilkan panas yang berarti dan membuatnya nyaman untuk bermain game tersebut.

Game lain yang saya gunakan adalah Real Racing 3 serta Bullet Echo yang sudah mendukung 144 fps. Kedua game juga terasa sangat ringan jika dijalankan dengan ASUS RoG Phone 5. Layarnya yang licin juga membuat saya cukup andal saat bermain. Memang cukup berbeda dengan ROG Phone II yang saya gunakan sebelumnya.

Untuk mengukur framerate, saya menggunakan dua aplikasi. Yang pertama adalah Game Genie dan yang kedua adalah menggunakan aplikasi GameBench yang mampu merekam framerate dari sebuah game. Akan tetapi sepertinya aplikasi ini masih memiliki kekurangan di mana belum mampu mendeteksi framerate hingga 144 fps.

Untuk Bekerja

Kalau sudah sangat mumpuni saat digunakan untuk bermain game, tentu saja tidak akan bermasalah saat dipakai untuk bekerja. Saya harus menggunakan aplikasi Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang selalu digunakan sehari-hari. Dan memang saya tidak menemukan masalah sama sekali.

Hal yang menyenangkan adalah pada saat melakukan rendering video. Walaupun membuat perangkat ini panas, namun hasilnya bisa dibilang paling cepat di antara semua perangkat yang pernah saya uji. Jadi, sepertinya mereka yang suka melakukan editing video bisa menggunakan perangkat ini agar bisa membantu pekerjaannya.

ROG Cetra II Core

ASUS mengatakan mereka menyertakan ROG Cetra II Core pada penjualan ASUS RoG Phone 5. Nama Core itu sendiri menandakan bahwa IEM yang satu ini menggunakan konektor 3,5 mm dan bukan USB-C. Dimensi driver dari IEM yang satu ini adalah 9,4 mm yang sudah lebih dari mumpuni untuk menghantarkan suara dengan baik.

Saya mencoba In-ear monitor ini dengan bermain game serta mendengarkan musik. Sepertinya memang ROG Cetra II Core memiliki profile bass yang cukup menggelegar, yang memang akan membuat suara ledakan serta tembakan menjadi lebih menggelegar. Menggunakan ROG Cetra II Core saat bermain game seperti PUBG Mobile membuat saya cukup mudah mengetahui langkah musuh yang ada di sekitar. Suaranya sangat detail sehingga saya juga sering menggunakannya untuk bermain game PC seperti CS:GO serta Valorant.

Untuk mendengarkan musik, IEM ini juga pasti sangat disukai oleh mereka yang lebih suka profile bass. Suara high dan mid juga terdengar cukup lembut sehingga tidak terlalu memekakkan telinga. Akan tetapi, suaranya sedikit terdengar seperti tercampur pada beberapa lagu. Suara petikan gitar pada beberapa lagu juga terdengar sedikit “mendem”.

Untuk volumenya, IEM ini bisa mengeluarkan suara dengan sangat keras. Saya pun harus menurunkan volume agar pas terdengar di telinga. Untuk bas dan trebble-nya sendiri, Anda bisa naikkan pada menu AudioWizard agar terdengar lebih baik lagi.

Benchmark

Rasanya tidak lengkap jika saya tidak menghadirkan kembali perangkat ROG sebelum yang satu ini. Oleh karena itu, ASUS RoG Phone 5 akan disandingkan dengan ASUS RoG Phone II dan 3. Saya juga menghadirkan SoC Snapdragon 845 yang digunakan pada RoG Phone pertama. Tentunya, Anda akan mendapatkan gambaran mengenai kinerja dari setiap perangkat RoG Phone.

Berikut adalah hasilnya

Uji Baterai 6000 mAh

Untuk menguji baterai 6000 mAh yang digunakan ASUS RoG Phone 5 saya menggunakan refresh rate 120 Hz yang terkunci oleh Armory Crate. Rencananya, saya ingin menggunakan refresh rate  60 Hz. Akan tetapi, saya baru mengetahuinya setelah pengujian berakhir. Toh, refresh rate tersebut juga sudah terpasang secara default saat perangkat ini diaktifkan untuk pertama kali.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, ASUS RoG Phone 5 bisa bertahan hingga 17 jam 51 menit. Saat sudah mencapai 0%, saya langsung mengisi baterainya dengan menggunakan charger bawaan dan berada pada mode HyperCharge 65 watt. Smartphone gaming ini dapat diisi hingga penuh dalam waktu lebih dari 1 jam.

Verdict

Pasar gaming memang selalu menjadi sesuatu yang menarik bagi banyak kalangan, terutama yang gemar bermain game. Dengan memiliki perangkat yang sudah ditujukan untuk bermain game, tentu saja memiliki kemampuan yang tinggi sehingga tidak lagi terasa lamban saat menggunakannya. Salah satunya adalah dengan memiliki smartphone gaming ASUS ROG Phone 5.

Kinerja dari smartphone ASUS ROG Phone 5 sudah menjadi salah satu yang tercepat saat ini. Dengan Snapdragon 888, tidak ada satu pun aplikasi dan game yang terasa pelan pada perangkat yang satu ini. Hal ini membuatnya cocok untuk mereka yang juga suka menggunakan smartphone sebagai alat untuk melakukan editing seperti video dan gambar, selain untuk bermain.

Kamera yang ada pada perangkat ini sudah menggunakan sensor dari Sony IMX 686 yang menghasilkan gambar yang bagus. Oleh karena itu, smartphone ini sudah cukup untuk mengambil momen selama seharian. Baterai 6000 mAh yang bisa diisi hanya dalam waktu 1 jam ini pun juga bisa membuat ASUS ROG Phone 5 bertahan lebih dari sehari.

ASUS menjual ROG Phone 5 dengan kapasitas 8/128 GB dengan harga Rp. 9.999.000. Tentunya dengan harga tersebut, pengguna sudah terjamin bahwa akan bisa bermain semua game yang dibuat untuk platform Android tanpa masalah. Selain untuk para gamer enthusiastsmartphone ini juga bisa digunakan untuk para editor video dan gambar, serta para pembuat konten. Hal tersebut membuatnya menjadi sebuah smartphone gaming yang bisa digunakan untuk semua kegiatan dan pekerjaan tanpa hambatan.

Sparks

  • Kinerja terkencang saat ini dengan Snapdragon 888
  • AirTrigger 5 sangat sensitif dan mampu membantu pengguna dalam bermain
  • Speaker dengan suara keras dan jelas
  • Daya tahan baterai yang baik, bahkan pada refresh rate 120Hz
  • Hasil kamera yang bagus
  • Pilihan aksesoris yang lengkap dan tersedia di Indonesia

Slacks

  • Sebagai smartphone gaming, 128 GB tanpa microSD terasa kurang besar kapasitasnya
  • Tidak kompatibel dengan aksesoris ROG Phone II dan 3
  • Tidak memiliki IP rating
  • Panas saat bermain game yang berat

[Review] Lenovo Legion 7i 15IMHg05: Laptop Gaming dengan GeForce RTX dan RGB

Pasar laptop gaming sampai saat ini masih diminati oleh banyak orang. Oleh karena itu, walaupun memiliki harga yang cukup tinggi namun penjualan laptop jenis ini tidak lah sepi. Salah satu laptop gaming yang cukup menarik adalah solusi dari Lenovo. Laptop tersebut adalah Lenovo Legion 7i dengan seri 15IMHg05.

Lenovo Legion 7i yang satu ini memang terlihat lebih tipis dibandingkan dengan laptop gaming pada umumnya. Laptop ini memiliki bobot yang hanya sekitar 2.1 kg saja. Bandingkan dengan bobot 3-4 kg yang dimiliki oleh laptop gaming lainnya. Laptop ini juga dihiasi dengan warna-warni RGB pada bagian dalam maupun luarnya.

Lenovo Legion 7i - Depan

Laptop ini dijual oleh Lenovo tentu saja untuk pangsa pasar gamer. Akan tetapi, ada pasa lain yang mereka tuju untuk penjualan Lenovo Legion 7i ini. Content creator dan mereka yang bekerja di dunia kreatif yang membutuhkan spesifikasi tertinggi, serta mereka yang membutuhkan mobilitas tinggi juga menjadi sasarannya.

Spesifikasi yang dimiliki oleh laptop Lenovo Legion 7i 15IMHg05 adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 10875H 8 Core 16 Thread 2,3 GHz Turbo 5,1 GHz
GPU NVIDIA GeForce RTX 2070 Super Max-Q
RAM 16GB 2933MHz DDR4
Storage Samsung MZVLB1T0HBLR M.2 NVMe PCI-e Gen 3 1 TB
Layar 15,6 inci 1920×1080 144 Hz
WiFi 802.11 ax atau WiFi 6
Bobot 2.1 kg
Sistem operasi Windows 10 64 Bit
Dimensi 360 x 255 x 20 mm
Baterai 4 cell 80 Wh

CPU-Z dan GPU-Z mencatat spesifikasinya sebagai berikut

Unboxing

Didalam paket penjualannya, selain dokumen dan kartu garansi, hanya terdapat charger dan kabel listrik. Unit charger yang ada pada paket penjualannya tergolong cukup besar dan memiliki bobot yang berat. Hal ini tentu saja cukup mengganggu saat kita ingin membawanya ke luar rumah.

Lenovo Legion 7i - Charger

Desain

Walaupun tidak memiliki sertifikasi militer, namun laptop yang satu ini terasa sangat kokoh semenjak saya keluarkan dari paket penjualannya. Hal tersebut salah satunya karena penggunaan material aluminium pada badan Legion  7i ini. Hal tersebut juga akan terasa saat badannya diketuk dan akan menandakan bahwa build quality-nya cukup baik. Dengan warna hitam, laptop ini juga terlihat cukup keren.

Lenovo Legion 7i - Kiri

Layar dengan dimensi 15,6 inci ini menggunakan tipe IPS. Resolusi yang dimiliki adalah 1920 x 1080 dengan refresh rate 144 Hz. Layar ini juga sudah mendukung 100% Adobe sRGB serta Dolby Vision. Dan bingkai yang dimiliki oleh Lenovo Legion  7i ini pada bagian kanan, kiri dan atasnya di desain cukup tipis.

Keyboard yang digunakan pada Lenovo Legion 7i memiliki RGB LED backlit. Pada unit yang saya dapatkan ternyata mendukung software Corsair iCUE RGB yang bisa membuat warna backlit-nya sesuai dengan keinginan pengguna. Legion  7i menggunakan teknologi TrueStrike Keyboard yang memang responsif saat dipakai untuk bermain game. Desainnya sendiri juga merupakan full keyboard.

Lenovo Legion 7i - Kanan

Pada bagian bawah keyboard terdapat sebuah touchpad yang cukup responsif. Touchpad yang satu ini juga cukup nyaman saat ditekan pada bagian kanan dan kirinya. Hal ini tentu saja akan menambah tingkat kenyamanan pada saat bekerja untuk melakukan editing gambar dan video yang saya lakukan untuk tugas anak-anak saya saat sekolah di rumah.

Pada bagian kiri dari laptop ini akan ditemukan dua port USB-C (yang satu adalah Thunderbolt 3) dan audio 3,5 mm. Pada bagian kanannya ditemukan port USB 3.1 Gen 2. Di bagian belakangnya akan ditemukan dua buah port USB 3.1 Gen 2, sebuah HDMI 2.0, RJ45 Ethernet, Kensington lock, dan Power-in charge.

Lenovo Legion 7i - Belakang

Pada setiap sisinya, laptop ini juga memiliki ventilasi. Hal ini cukup baik mengingat kinerja tinggi membutuhkan alur pembuangan panas yang lebih terbuka. Untuk mengambil udaranya, laptop ini sendiri menyedotnya langsung dari bagian bawah.

Pengujian

Lenovo Legion 7i masih menggunakan prosesor Intel Core generasi ke 10. Pada unit yang saya dapatkan, prosesornya adalah Core i7-10875 yang memiliki 8 inti dan 16 thread dengan kecepatan 2,3 GHz serta dapat mencapai clock 5.1 GHz pada saat Turbo-nya menyala. Prosesor ini sendiri masih menggunakan proses pabrikasi 14 nm dengan TDP 45 watt.

Pada Intel Core i7-10875H terdapat IGP Intel UHD Graphics. Namun secara default, Lenovo sepertinya mematikan IGP tersebut. Setidaknya, seperti itulah yang saya temukan pada unit uji yang dikirimkan langsung dari Lenovo. Tentu saja, hal tersebut menyingkat waktu uji yang saya lakukan pada laptop yang satu ini.

Game

Sebuah laptop gaming tentu saja harus diuji dengan beberapa software permainan. Dengan menggunakan GeForce RTX 2070 Super Max-Q, laptop yang satu ini tentu saja sudah bisa menjalankan beberapa game dengan setting yang tinggi. Dipadu dengan Intel Core i7 yang memiliki clock tinggi juga akan membuat game akan jauh dari lag.

Lenovo Legion 7i - RGB Keyboard

Saya menggunakan beberapa game dalam menguji perangkat yang satu ini. Tentu saja, semua pengujian saya lakukan dengan memasang profile setting yang paling tinggi. Oleh karena layar yang digunakan hanya mendukung resolusi 1080p, tentu saja resolusi tersebut yang digunakan serta refresh rate 144 Hz. Selain dengan game, saya juga menggunakan 3DMark untuk menguji kinerja gaming-nya.

Berikut adalah hasil benchmark-nya.

Produktivitas dengan Sintetis

Laptop ini tidak hanya dipasarkan untuk para gamer yang ingin bermain game dengan lancar. Pasar lain yang dituju oleh Lenovo untuk menjual produk yang satu ini adalah para pembuat konten yang butuh sebuah komputer dengan kinerja tinggi. Hal tersebut tentu saja sangat berdampak saat melakukan editing video dan animasi.

Semua itu tergambar pada benchmark sintetis yang saya lakukan. CineBench dan GeekBench akan melakukan perhitungan kinerja dari prosesor Intel Core i7-10875H. Selain kedua benchmark tersebut, saya juga menggunakan PCMark 10 sebagai pengukur kinerja komputer untuk digunakan dalam bekerja sehari-hari.

Berikut adalah hasil dari benchmark tersebut

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p dengan container file MP4. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop.

Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata bisa bertahan selama 6 jam 48 menit. Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa jadi lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk melakukan rendering video dan bermain game, sepertinya akan lebih cepat habis.

Verdict

Setiap tahun, sebuah produsen harus memperbarui spesifikasi laptop gaming-nya. Hal tersebut tentu saja agar kinerja yang dimilikinya lebih kencang dari tahun ke tahun. Berbicara mengenai kinerja yang kencang, Lenovo saat ini memiliki Legion 7i yang memiliki kinerja kencang. Hal tersebut tentu saja karena ramuan spesifikasi yang mereka miliki.

Kinerjanya yang kencang muncul berkat Intel Core i7-10875H dan GPU NVIDIA GeForce RTX Super Max-Q. Selain itu setting seperti RAM dengan Dual Channel juga dimiliki oleh perangkat ini sehingga performanya optimal. Oleh karena itu, sepertinya tidak ada kata lag saat bermain dengan Lenovo Legion 7i ini.

Lenovo Legion 7i

Lenovo menjual Legion 7i dengan harga Rp. 35.999.000 untuk versi dengan Intel Core i7 10875H dan RTX 2070 Super Max-Q. Tentunya, Lenovo masih memiliki varian lain yang menggunakan prosesor serta kartu grafis yang berbeda. Oleh karena itu, sesuaikan saja dengan kebutuhan Anda.

Sparks

  • Kinerja yang kencang untuk bermain game dan rendering
  • Build-nya kokoh
  • Menggunakan NVIDIA GeForce RTX 2070 Super Max-Q untuk gaming 
  • Layar mendukung 144 Hz
  • Menggunakan SSD NVMe PCIe
  • Daya tahan baterai yang bagus untuk sebuah laptop gaming

Slacks

  • Tidak ada slot SDCard
  • Walaupun tidak Throttle, namun cukup mengeluarkan panas
  • Dimensi charger yang cukup besar dan berat

[Review] Corsair K70 RGB Mk.2 SE Rapidfire, ‘Ratu’ di Kelas Gaming Keyboard Premium

Di ranah gaming gear, inovasi dan eksperimen tak selamanya memperoleh respons positif. Bayangkan saat kita sudah terbiasa menggunakan sebuah periferal, namun versi barunya punya rasa berbeda. Boleh jadi, hal tersebut hanya akan memancing keluhan user. Mungkin inilah mengapa Corsair K70 RGB Mk. 2 Rapidfire lebih terasa seperti penyempurnaan sekaligus alternatif, bukan pengganti.

Dalam meracik versi Mark 2 ini, upgrade diterapkan secara minor atas dasar pemikiran, ‘untuk apa memperbaiki sesuatu yang tak rusak’. Lewat K70 RGB Mk.2 SE, perusahaan hardware asal Fremont ini menawarkan lebih banyak variasi opsi switch mekanis. Huruf SE ialah kependekan dari Special Edition, menandai penggunaan warna berbeda. Ketika gaming gear Corsair identik dengan hitam, K70 RGB Mk.2 SE Rapidfire didominasi tubuh cerah.

Corsair Indonesia sebetulnya telah lama meminjamkan K70 RGB Mk.2 SE pada DailySocial, bersama set PC ‘iCUE Ready’, namun baru beberapa waktu lalu saya punya kesempatan buat bercengkerama bersamanya secara lebih personal. Sejatinya, K70 RGB Mk.2 SE tidak terlalu berbeda dari sang pendahulu, dan membawa segala kelebihan serta kekurangannya.

K70 2

Seperti biasa, selama sesi pengujian saya gunakan periferal ini untuk mengetik dan bermain, khususnya game-game action. Simak ulasan lengkapnya di sini.

 

Presentasi produk

Penyajian K70 RGB Mk.2 SE Rapidfire berkiblat pada desain keyboard tradisional yang terpercaya. Begitu dikeluarkan dari bungkusnya, Anda akan segera berjumpa dengan papan ketik full size tebal berbobot. Perangkat tersambung ke kabel braided tebal sepanjang 1,8-meter bercabang dua. Anda perlu mencolokkan kedua connector USB-nya ke port agar keyboard bisa bekerja sempurna.

K70 6

Sesuai namanya, K70 Mk.2 edisi spesial ini punya perbedaan distingtif dari sisi estetika dari versi standar. Di sana, produsen memilih untuk mengimplementasikan pemakaian warna putih, abu-abu cerah dan perak. Tuts-nya putih, pelat aluminium di bawahnya tidak dicat dan menampilkan warna keperakan asli dengan finishing brushed, lalu chassis dan wrist rest detachable-nya mengusung warna abu-abu cerah.

K70 16

Bagi saya, penampilan K70 RGB Mk.2 SE merupakan kombinasi dari tema futuristis dengan konsep utilitarian. Desainnya menarik, dihias lengkungan-lengkungan stylish, tapi tak berlebihan. Warna-warna cerah juga membuatnya lebih ‘netral’. Ia bisa lebih mudah disandingkan bersama PC minimalis di ruang kerja, serta berpeluang menarik hati kaum Hawa – terlepas dari apakah mereka gamer atau bukan.

K70 5

Begitu disambungkan ke PC, kita akan segera sadar bahwa pemakaian warna cerah lebih efektif dalam menonjolkan pencahayaan RGB. Warna hitam punya sifat menyerap cahaya, membuat kecerahan LED jadi teredam. Sebaliknya, tubuh abu-abu metalik K70 RGB Mk.2 SE Rapidfire sangat baik dalam memantulkan cahaya. Sehingga ketika backlight menyala, permukaan aluminium tersebut seolah-olah turut berpendar.

K70 29

Pertunjukan 16,8 juta warna yang ditampilkan K70 RGB Mk.2 SE Rapidfire dengan memuaskan. RGB-nya terang, cerah serta jelas – dan Anda bisa mengatur tingkat brightness-nya secara langsung. Di mode rainbow, tidak ada warna yang tampak pudar. Selain pada tuts, LED juga dibubuhkan pada tombol-tombol pengaturan, fungsi multimedia, dan serta sebagai indikator.

K70 15

K70 RGB Mk.2 SE mempunyai dimensi 43,8×16,6×3,9-sentimeter dan berat 1,25-kilogram, termasuk kabel minus wrist rest. Dengan bobot yang cukup tinggi dan volume besarnya, berkuranglah faktor portabilitas produk. Menyebabkannya kurang praktis untuk dibawa-bawa setiap hari.

K70 17

 

Aspek teknis pada desain

Corsair sama sekali tidak mengambil jalan pintas dalam memproduksi K70 edisi spesial ini. Pengguna disuguhkan set tombol lengkap (totalnya ada 104). Dan silakan perhatikan lebih teliti. Keycap di sana terbuat dari bahan plastik PBT (Polybutylene terephthalate) yang lebih superior dari ABS (Acrylonitrile butadiene styrene). Beberapa hobiis keyboard bahkan berpendapat bahwa PBT mengeluarkan suara lebih rendah ketika ditekan dibanding ABS yang ‘nyaring’.

K70 7

Tentu saja saya tak akan membahas sampai sejauh itu. Buat saya, PBT lebih keras dan kuat dibanding ABS. Teksturnya mungkin tak sehalus ABS, tetapi material ini tidak mudah mengilap. Apalagi, saya punya permukaan jari berjenis ‘ampelas’ dan korban sudah banyak berjatuhan. Penggunaan PBT juga ideal buat keycap warna putih, menjaganya agar tidak cepat kotor. Cukup bersihkan dengan lap lembap begitu selesai memakainya.

K70 27

Desainer Corsair menempatkan bagian stem dan base tombol di atas pelat datar tanpa area-area cekung, sehingga debu dan kotoran lebih mudah dibersihkan (dibanding model K63). Jika ingin membersihkannya secara menyeluruh, Anda hanya tinggal melepas keycap-nya saja.

K70 9

Sempat sedikit dibahas di atas, K70 RGB Mk.2 SE dibekali tombol pengaturan dedicated, baik untuk fungsi multimedia, kendali volume, microphoneswitch kontrol brightness LED, serta tombol untuk menonaktifkan tuts shortcut menu Start. Pengguna kasual umumnya kurang mengapresiasi fitur ini, namun ia sangat esensial bagi gamer yang tak mau terganggu karena masalah-masalah kecil. Rangkaian dedicated button itu memungkinkan kita mengakses fungsi-fungsi esensial tanpa perlu menggunakan kombinasi dua tombol konvensional.

K70 8

Produsen juga tetap mempertahankan pemakaian volume wheel di area kanan atas, sehingga proses pengaturannya sangat simpel dan cuma memakan sedikit tenaga. Di dekatnya, terdapat tombol mute dan multimedia (stop/prev/pause/play/next).

K70 4

Silakan lihat bagian depan, dan Anda akan menemukan sebuah port USB pass-through. Dengannya, Anda bisa langsung menyambungkan mouse atau headphone, atau menggunakannya untuk mengisi ulang baterai smartphone.

K70 20

 

iCUE

iCUE adalah versi lebih canggih dari Corsair Utility Engine. Dengannya, sistem mampu membaca seluruh komponen Corsair yang tersambung di PC, serta memungkinkan pengguna untuk mengonfigurasi segala macam fitur di sana melalui interface simpel dan mudah dimengerti oleh pengguna awam. Di PC yang saya gunakan, iCUE segera mendeteksi mouse Glaive RGB, mouse mat MM800 RGB Polaris, termasuk node lighting Pro dan RAM Vengeance RGB Pro.

K70 32

Software ini memang tak wajib diinstal, tapi hanya melaluinya Anda bisa mengutak-atik macro, men-setup profil berbeda, dan mengustomisasi RGB serta menentukan efek pecahayaan. Anda juga dipersilakan mematikan fungsi dari kombinasi tombol di keyboard tertentu, misalnya Shift-Tab, Alt-F4 atau Alt-Tab.

K70 33

Bagi saya, iCUE mempunyai sebuah pesona (dan keajaiban) tersendiri, apalagi jika K70 RGB MK.2 SE bukan satu-satunya produk Corsair yang terpasang di komputer. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam cuma untuk bermain-main dengan RGB, mencoba mencari setting yang bisa merepresentasikan mood saat itu.

K70 34

 

Pernak-pernik di dalam dan pengalaman menggunakan

Corsair memilih switch mekanis Cherry Mx ‘Silver’ Speed sebagai jantung dari K70 RGB Mk.2 SE. Kemampuan tuts membaca dorongan jari secara responsif ialah asal kata ‘Rapidfire’. Cherry MX Speed ialah switch berprofil liner. Karakteristiknya mirip Cherry MX Red, namun titik actuation serta jarak key travel-nya lebih pendek. Tombol akan meregistrasi tekanan jari di jarak 1,2mm (versus 2mm untuk MX Red) dan berjalan sejauh 3,4mm (MX Red punya key travel 4mm).

K70 14

Selain itu, baik MX Speed maupun MX Red memiliki actuation force serupa di 45-gram dan menjanjikan daya tahan sampai 50 juta kali tekan. Di atas kertas, ia cocok untuk menemani Anda bermain game-game bertempo cepat seperti shooter. Cherry MX Speed juga  merupakan satu-satunya switch yang tidak diindentifikasi dengan warna stem-nya. Walaupun MX Speed punya nama panggilan ‘silver‘, bagian stem sebetulnya berwarna abu-abu.

K70 11

Melengkapi switch MX Speed, Corsair mencantumkan kemampuan anti-ghosting N-key rollover ‘full key‘. Itu artinya, seberapa pun jumlah tombol yang Anda tekan, K70 RGB Mk.2 SE tetap mampu meregistrasi input. Kemudian berkat pemanfaatan konektivitas kabel, perangkat mampu menyampaikan informasi segesit mungkin, dengan frekuensi 1.000Hz.

K70 18

Dihitung dari durasi pemakaian,  K70 RGB Mk.2 SE Rapidfire sebetulnya lebih sering saya gunakan untuk bekerja ketimbang bermain. Mayoritas orang lebih menyukai papan ketik jenis clicky (dengan switch MX Blue) untuk mengetik dan mereka yang berdompet tebal boleh jadi akan memilih varian high-end seperti Topre Type Heaven. Saya sendiri menggunakan keyboard ber-switch Cherry MX Red buat bekerja dan pengalamannya tidak istimewa.

K70 21

Karena itulah, untuk fungsi produktif, saya tidak berharap terlalu banyak dari K70 RGB Mk.2 SE. Namun performa produk ini ternyata  mengejutkan saya. Berkat key travel dan actuation point yang lebih pendek, ia lebih nyaman dipakai mengetik. Keyboard tidak membuat jari cepat lelah karena resistansi yang rendah, mampu merespons tekanan dengan baik tanpa ada double typing, dan saya juga jarang salah ketik karena penempatan tiap-tiap tuts-nya familier.

K70 31

Di sesi gaming, K70 RGB Mk.2 SE menemani saya dalam menikmati judul battle royale yang belakang sedang naik daun, Apex Legends. Dan sesuai tradisi, saya tak lupa mengujinya dengan Titanfall 2 buat mencari tahu efektivitas periferal dalam menangani first-person shooter bertempo super-cepat. Kedua permainan ini pada dasarnya masih kerabat tetapi punya karakteristik yang bertolak belakang.

K70 22

Saya sama sekali tidak menemui kendala saat bermain Apex Legends. Respawn  memastikan fungsi-fungsi kendali penting berada di jangkauan tangan kiri Anda, dan saya tak kesulitan buat mengaksesnya: mengelola isi tas via Tab, mengeluarkan granat (G), mengisi ulang senjata (R), hingga melompat (spasi) atau menunduk (Ctrl). Jari kelingking bahkan tidak terasa lelah ketika situasi mengharuskan saya untuk menunduk selama beberapa belas menit.

K70 10

K70 RGB Mk.2 SE juga lulus tes Titanfall 2. Keyboard punya andil besar dalam membantu saya mendapatkan gelar MVP, atau setidaknya mengamankan posisi runner-up. Dengan K70 RGB Mk.2 SE, tidak sulit bagi saya untuk bermanuver di udara, lari dan lompat dari tembok ke tembok, serta hinggap di punggung Titan lawan untuk mencuri baterai perisainya. Selain itu, tidak susah buat menggapai tombol krusial di area bawah seperti Z (push to talk), X (memulai tahap ejection), dan V (menurunkan Titan atau mengaktifkan Titan Core).

K70 12

Faktor kenyamanan saat bermain sangat terbantu oleh wrist rest plastik berpermukaan rubberized-nya.  Bagian ini terasa lembut ketika bersentuhan dengan kulit tangan, dan punya sedikit celah untuk bergerak mengikuti keyboard ketika kedua kakinya dinaikkan. Kemudian seandainya meja kerja/bermain Anda tak memiliki banyak ruang, wrist rest dapat dilepas.

K70 1

Satu kendala kecil yang berpotensi mengejutkan Anda adalah listrik statis. Anda akan merasakan sengatannya jika menyentuh bagian pojok pelat aluminium tanpa mengenakan alas kaki.

K70 23

 

Konklusi

K70 RGB Mk.2 SE Rapidfire masuk dalam kategori keyboard premium Corsair, hanya berada satu tier di bawah varian top-end K95 RGB Platinum. Tidak heran jika segala macam teknologi dan material terbaik dapat ditemukan di sana. Efek negatifnya, konsumen dibebani dengan harga tinggi. Untuk meminang satu unit keyboard, Anda harus rela mengeluarkan uang Rp 2,5 juta. Di antara model K70 ber-RGB, edisi spesial ini merupakan yang termahal.

K70 13

Bagi saya, K70 RGB Mk.2 SE ialah salah satu keyboard berprofil linier paling fleksibel yang pernah saya gunakan. Shooter memang jadi spesialisasinya, tapi tak ada keluhan pula saat ia dipakai menekel genre lain, misalnya action adventure atau racing. Kemudian dengan sedikit adaptasi, papan ketik siap jadi rekan kerja sehari-hari.

K70 3

Meski demikian, saya tidak melihat adanya alasan kuat untuk beralih ke K70 RGB Mk.2 SE jika Anda sudah memiliki varian K70 lawas, kecuali jika Anda memang mengincar switch Cherry MX Speed atau tengah melengkapi satu set PC berwarna putih. Dengan kapabilitas mutakhir dan tubuh cerah, perkenankanlah saya menyebut K70 RGB Mk.2 SE Rapidfire sebagai ratu keyboard gaming premium.

Sparks

  • Responsif, akurat dan nyaman
  • Ideal untuk menikmati shooter, tapi siap juga menangani  action adventure dan racing
  • Terbuat dari material-material premium
  • Penuh fitur
  • Didukung penuh iCUE
  • Cukup fleksibel buat jadi rekan kerja

 

Slacks

  • Mahal
  • Berat dan besar, mengurangi faktor portabilitasnya
  • Tidak banyak perbedaan dari anggota keluar K70 lain kecuali pada switch
  • Warna putih mungkin bukan favorit semua orang

Spire Ergo Diklaim Sebagai Keyboard Mekanis Ergonomis Tenkeyless Pertama

Ukurannya kadang memakan tempat, namun hingga sekarang peran keyboard sebagai alat pendukung kerja (dan sistem kendali bermain game) sulit digantikan. Dalam memperingkas periferal tersebut, produsen mencoba membuat varian yang lebih kecil seperti tenkeyless atau model padat 60 persen, serta memperkenalkan opsi papan ketik tipe lipat serta gulung.

Namun dengan mengecilnya ukuran keyboard, biasanya aspek ergonomis jadi dikorbankan. Selain harus membiasakan diri atas berkurangnya jumlah tombol, padatnya desain secara signifikan mengurangi keyamanan pemakaian. Di sinilah Spire mencoba memberikan solusi lewat produk bernama Ergo. Spire Ergo diklaim sebagai papan ketik mekanis ergonomis berdesain tenkeyless pertama di dunia.

Spire sendiri memang bukan merupakan brand familier di telinga saya. Berdasarkan laman profilnya, perusahaan ini didirikan di Belanda pada tahun 1998 dan ketika itu, fokus bisnis mereka adalah penyediaan solusi pendingin komputer, casing dan power supply. Saya belum tahu kapan mereka memperluas bisnisnya ke bidang aksesori, namun di situsnya, Spire menawarkan banyak sekali opsi mouse dan keyboard.

Spire Ergo 1

Namun berbeda dari produk-produk sebelumnya, Spire Ergo memiliki penampilan yang kental dengan tema gaming. Tersaji tanpa numpad, warna hitam mendominasi permukaan tubuh Ergo. Susunan tombolnya juga tidak biasa. Penempatan tuts QWERTY dibuat melengkung ke depan, dibagi oleh area berisi LED, tombol backspace, enter, Ctrl dan Shift. Tidak ada pengurangan pada ukuran tuts dan Spire tetap menyertakan tombol cursor arah dedicated.

Spire Ergo.

Rancangan melengkung tersebut dimaksudkan agar sesuai dengan postur tubuh, karena ketika mengetik, posisi natural kedua tangan dan keyboard tidak benar-benar tegak lurus. Kemudian tombol spasi diletakkan di kedua area tangan, sehingga jempol mudah menjangkaunya. Spire juga memindahkan sejumlah tuts penting, namun mereka memastikan agar penempatannya tidak membuat pemakaian Ergo jadi canggung.

Spire Ergo 2

Selain mengetik, Spire Ergo kabarnya siap mendukung gaming. Papan ketik ini dibekali LED RGB, tapi saya belum bisa memastikan apakah ia mengusung sistem pencahayaan berbasis zona atau per-key. Lalu sebagai jantungnya, Spire memilih switch Cherry MX, meski produsen belum secara spesifik menjelaskan variannya.

Spire Ergo 3

Spire Ergo sudah mulai dipasarkan, dan produk dijajakan di harga kompetitif, yaitu US$ 80.

Saat menulis artikel ini, saya merasa seperti pernah melihat produk ini sebelumnya, hingga akhirnya saya menyadari bahwa penampilan Ergo sangat menyerupaiX-Bows yang sempat dijajakan di Indie Gogo dan dibanderol dua kali lipat lebih mahal. Saya rasa ini bukan suatu kebetulan…

Via PC Gamer.

Lewat iCUE, Corsair Tunjukkan Bahwa RGB Bukanlah Sekadar Pemanis Mata

Kepopuleran RGB di gaming gear merupakan hal yang dipuji sekaligus dicemooh. Di satu sisi, kehadirannya membuat periferal jadi terlihat jauh lebih menarik, terutama untuk kalangan casual, sangat cocok bagi mereka yang gemar memamerkan perangkat gaming kesayangannya. Tapi di sisi lain, gamer hardcore berpendapat bahwa RGB tidak banyak membantu meningkatkan performa bermain.

Namun apakah benar begitu? Beberapa brand seperti SteelSeries dan MSI mulai memanfaatkan warna-warni RGB untuk menyampaikan informasi dalam permainan. Contohnya, LED bisa menampilkan tingkat health atau jumlah amunisi yang tersisa, atau dapat pula menyampaikan notifikasi voice chat. Fitur ini belakangan juga diadopsi oleh perusahaan hardware PC asal Fremont, Corsair Components.

Corsair 4

Langkah Corsair dalam mengintegrasikan fungsi notifikasi gaming ke sistem RGB dimulai lewat kolaborasi bersama Ubisoft belum lama ini: gamer Far Cry 5 yang bermain menggunakan periferal Corsair dapat menikmati pertunjukan LED serta memperoleh notifikasi status game via pencahayaan. Sejauh ini, kapabilitas tersebut baru hadir di Far Cry 5, tapi Corsair sempat mengungkap rencana untuk mengekspansinya ke game shooter survival Metro Exodus.

Corsair 8

Bagi saya, integrasi antara LED dan game merupakan suatu arahan menarik yang membuat kehadirannya memberikan dampak positif bagi gamer dan bukan sekadar pemanis mata. Sejumlah pertanyaan saya ajukan pada tim Corsair Indonesia tentang kolaborasi mereka dengan publisher serta implementasi sistem tersebut. Sebagai respons mereka, Corsair malah meminjamkan satu set PC lengkap dan mempersilakan saya dan tim DailySocial menjajalnya langsung.

 

iCUE

Namun sebelum saya membahas pengalaman menikmati Far Cry 5 dengan sistem RGB Corsair, kita perlu tahu satu teknologi yang memungkinkan hadirnya kapabilitas tersebut. Dahulu, perusahaan menyediakan aplikasi Corsair Utility Engine sebagai medium untuk mengonfigurasi periferal serta mengutak-atik pola LED. Fungsi ini diperluas lagi via iCUE, memungkinkan software membaca seluruh produk Corsair yang terpasang di PC dan menyinkronkan mereka.

Dengan iCUE, sistem tak hanya bisa membaca periferal semisal headset atau mouse saja, tapi juga solusi pendingin, RAM, hingga LED strip di casing. Kabarnya, Corsair mengeluarkan banyak biaya riset dan pengembangan untuk menggarap iCUE. Dan begitu revolusioner-nya iCUE, teknologi ini bahkan diadopsi oleh Lenovo di notebook gaming Legion mereka.

Corsair 7

iCUE memungkinkan pengguna memilih pola pencahayaan menyeluruh atau malah mengustomisasinya secara berbeda satu per satu. Misalnya, Anda dapat menerapkan pola pelangi atau menggunakan efek riak yang dipicu oleh sentuhan di tombol keyboard, menyambung hingga ke RAM, kipas dan water cooling. Proses kustomisasi disuguhkan secara sederhana, via UI yang mudah dipahami. Anda bisa mengimplementasikan dua atau lebih efek pencahayaan di gaming gear, menghapusnya, serta menyimpan profil itu jika sudah puas dengan hasilnya.

Corsair 1

PC yang Corsair pinjamkan mempunyai spesifikasi hardware sebagai berikut:

  • Case Corsair Crystal 460X RGB
  • Power supply unit Corsair RM750X
  • Cooler Corsair Hyrdro Series H150i Pro
  • RAM Corsair Vengeance RGB Pro DDR4-3200 32GB
  • SSD Corsair Force LE200 480GB

Dan ini merupakan daftar gaming gear-nya:

  • Keyboard Corsair K70 RGB MK.2 Special Edition
  • Mouse Corsair Glaive RGB
  • Mousepad Corsair MM800 RGB Polaris
  • Headset Corsair HS70 Wireless
  • Headset stand Corsair ST1000

 

Far Cry 5

Tak ada langkah rumit yang harus dilakukan untuk menikmati fitur integrasi Corsair iCUE di game shooter Ubisoft ini. Setelah semua hardware terpasang dan tersambung dengan baik, Anda hanya perlu menginstal software iCUE di PC. Selanjutnya, ia secara otomatis akan mendeteksi seluruh komponen Corsair, mencantumkan daftarnya, dan mempersilakan Anda mengaksesnya dari software.

Corsair 2

Corsair 12

Sistem iCUE segera membaca Far Cry 5 di PC terlepas dari versi yang Anda gunakan, baik Steam ataupun Uplay. Begitu permainan dimulai, seluruh pola RGB yang Anda gunakan akan digantikan oleh setting default Far Cry 5, dan mengubah pencahayaan jadi menyerupai bendera Amerika. Dominasi warna merah, putih dan biru di sana benar-benar mengekspos tema satir permainan ini.

Corsair 6

Corsair 13

RGB kembali bertransformasi ketika Anda memulai petulangan di Hope County, kali ini transisinya lebih dinamis. Dalam keadaan normal, LED di casing akan menampilkan warna biru muda, namun akan berubah jadi merah saat musuh mengetahui posisi Anda. Ketika berjalan di atas rumput di siang hari, LED pada keyboard menyuguhkan warna hijau dan kuning, dan segera beralih jadi biru tua sewaktu Anda berenang atau jadi merah menyala jika karakter Anda terbakar.

Corsair 3

Corsair 5

Kemampuan Corsair iCUE mengingatkan saya pada light bar di controller DualShock 4. Di sejumlah permainan PS4 (contohnya God of War), light bar bisa menunjukkan status atau kondisi karakter, menjadi biru saat Anda sedang mengarungi danau menggunakan sampan atau berubah merah jika karakter mendekati ajalnya. Bedanya, efek iCUE jelas lebih terasa karena cahaya RGB berada di sekeliling Anda.

Corsair 9

Corsair 14

iCUE bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin menikmati Far Cry tanpa HUD – apalagi game menyediakan fitur untuk menonaktifkan elemen-elemen interface; dari mulai crosshair, indikator amunisi, kompas, sampai peringatan jika ada bahan peledak aktif di dekat Anda. Kombinasi setting tanpa head-up display dan iCUE membuat konten permainan tersaji lebih realistis sekaligus ‘immersive‘.

 

Harapan saya

Berkat penyajian yang menyeluruh dan dinamis, kehadiran iCUE dan RGB tersinkronisasi bisa membuat perbedaan pada game yang kita mainkan. Saya berharap akan ada lebih banyak permainan mendukungnya, dan sebagai penggemar berat genre action dan kompetitif, saya pribadi sangat ingin agar judul-judul multiplayer turut menggunakannya.

Corsair iCUE memberikan kesempatan bagi developer untuk meminimalkan penyajian HUD yang sering kali membingungkan karena memenuhi tampilan in-game, contohnya Monster Hunter: World, Warframe, hingga Titanfall 2. Dan bayangkan apiknya iCUE seandainya ia diintegrasikan dengan game simulasi seperti Project CARS 2. Bermain tanpa HUD, Anda tetap bisa mengetahui jika ada bagian mobil yang tidak sehat, ditunjukkan oleh perubahan warna LED.

Catatan: Corsair meminjamkan satu unit PC lengkap beserta segala gaming gear-nya sebagai bagian dari program kolaborasi antara Corsair dengan DailySocial.

[Review] Rapoo VPro V16: Mouse Gaming Murah untuk Gamer Pemula

Untuk menikmati pengalaman optimal sebagai gamer, bisa membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain harus menabung untuk membeli game yang setiap bulannya rilis, peralatan gaming pun juga harus dimiliki. Hal tersebut tentunya untuk menambah kenyamanan dalam bermain.

Sayangnya, perlengkapan bermain game seperti laptop, keyboard, mouse, motherboard, graphics card, dan lain sebagainya akan diberi harga lebih mahal saat dijual dengan label gaming. Padahal, beberapa vendor memiliki jenis peripheral yang sama yang tidak dilabeli gaming namun lebih murah.

Rapoo Vpro V16 - Atas

Dengan dilabeli peripheral gaming, fasilitas yang dimiliki juga biasanya lebih baik dibandingkan dengan peripheral biasa. Akan tetapi, harga sekali lagi bakal membuat mereka yang tidak memiliki dana lebih harus gigit jari. Apalagi, sebuah mouse gaming biasanya memiliki tingkat presisi yang lebih baik serta tersedia tombol yang lebih dibandingkan mouse biasa.

Untungnya, vendor seperti Rapoo memiliki sebuah mouse gaming yang memiliki harga yang dapat dibilang murah. Kami pun kedatangan sebuah mouse gaming milik Rapoo dengan nama VPro dengan seri V16. Harga jualnya juga tidak mahal, hanya Rp. 220.000 saja.

Rapoo masih menggunakan kabel USB untuk terkoneksi dengan komputer. Untungnya, VPro V16 menggunakan braided cable (Kabel berlapis sulaman kain) sehingga kabelnya tidak terlalu kaku. Rapoo juga mengklaim bahwa konektor USB dari V16 menggunakan lapisan emas.

Paket Penjualan

Paket penjualan dari Rapoo Vpro V16 adalah seperti berikut ini:

Desain

Desain dari mouse yang satu ini dapat dibilang tidak istimewa. Bentuknya seperti kebanyakan mouse yang beredar di pasaran. Walaupun menggunakan nama gaming mouse, bobotnya ternyata hanya 111 gram saja. Beberapa gamer biasanya lebih nyaman saat bobot mouse mereka ditambahkan.

Mouse ini didesain memiliki lekukan tubuh yang sama antara kanan dan kirinya. Pada bagian atas mouse ini terbuat dari bahan polikarbonat plastik yang dibuat cukup kesat sehingga tidak licin. Akan tetapi, pada bagian sisi-sisinya tidak dibuat kesat. Dan pada bagian bawahnya terdapat lapisan karet yang licin sehingga mouse dapat mudah digeser di segala permukaan.

Di bagian tengah terdapat sebuah scroll yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan slider pada window di komputer Anda. Scroll ini juga dapat diklik untuk mendapatkan fungsi tambahan. Di bawah scroll-nya terdapat tombol untuk mengatur resolusi DPI-nya.

Pada sisi sebelah kiri terdapat dua buah tombol tambahan. Secara default tombol tersebut berfungsi sebagai back dan forward pada browser. Sayangnya, Rapoo tidak menyertakan software pada paket penjualannya. Pengguna harus melakukan download dari webpage resmi mereka.

Software

VPro V16 memiliki sebuah software yang mampu melakukan setting lebih dalam untuk setiap tombol yang ada. Software yang bernama VPro Unified Driver ini bahkan memiliki fungsi macro yang bisa digunakan pada beberapa game. Dan fungsi macro tersebut pun juga sudah memiliki beberapa profile bawaan.

Namun lampu LED yang ada pada mouse ini tidak dapat diubah warnanya. Jadi, pengguna tidak dapat mengubah warna oranye yang ada pada bagian logo dan sekitar scroll dari mouse ini.

Pengujian

Hal yang paling menyebalkan pada saat menggunakan mouse optical adalah saat berada di meja kaca. Seringkali mouse tidak akan bergerak sehingga sebuah mouse pad menjadi sebuah kebutuhan. Hal yang sama juga terjadi dengan menggunakan VPro V16.

Dengan menggunakan resolusi 2.000 DPI (dot per inch), mouse ini terasa cukup baik dalam melakukan beberapa gerakan yang membutuhkan ketelitian. Mouse ini pun dirasa cukup baik pada saat dipakai dengan menggunakan software editing gambar seperti Photoshop.

Rapoo Vpro V16 - With Laptop

Saat digunakan untuk bermain game, mouse ini juga cukup presisi saat digunakan. Sayangnya, bobot dari mouse ini cukup ringan sehingga sensasi saat bermain game FPS menjadi kurang nyaman. Akan tetapi, saat bermain game-game RTS, mouse ini terasa cukup nyaman saat digunakan.

Kesimpulan

Dalam membeli sebuah mouse, tentu saja tingkat kenyamanan seseorang dalam menggunakannya berbeda-beda. Rapoo menawarkan sebuah mouse gaming dengan bobot yang ringan namun memiliki tingkat presisi sebesar 2000 DPI. Selain itu, harga yang ditawarkan juga tergolong cukup murah.

VPro V16 dapat dengan nyaman digunakan saat melakukan editing gambar pada software-software editing kenamaan. Hal tersebut dikarenakan pengguna dapat menyesuaikan sendiri tingkat presisi sampai 2000 DPI. Hal ini membuatnya cocok digunakan oleh para editor foto maupun video.

Rapoo Vpro V16 - Light

Untuk bermain game, beberapa orang tidak akan nyaman dengan ringannya bobot V16. Namun, para penggemar game RTS bisa bermain dengan cukup nyaman dengan mouse ini.

Dengan harga Rp. 220.000 saja, mouse ini dapat dimiliki oleh semua kalangan. Namun, jika Anda seorang gamer profesional, mouse ini kemungkinan tidak cocok. Jika Anda seorang gamer amatir, mouse ini mungkin dapat menjadi langkah awal untuk menjadi seorang profesional.

Sparks

  • Harga Murah
  • Presisi sampai 2000 DPI
  • Tombol di pinggir mouse
  • Braided Cable
  • Software tambahan yang bisa mengubah fungsi tombol

Slacks

  • Terlalu ringan
  • Build terkesan rapuh

[Hands-On] MSI GE63 Raider RGB Edition, Laptop Gaming Berperforma Tinggi Dengan Kegemerlapan RGB

Untuk memenuhi kebutuhan gamer nomaden berbeda, MSI memisahkan laptop gaming mereka dengan kode huruf. GT artinya kelas top-end, GS merupakan perangkat ultra-thin, dan GE ialah seri notebook terlaris karena menawarkan keseimbangan terbaik antara harga dan performa. Tapi di era Nvidia Pascal, sebuah transformasi terjadi pada cara mereka menyajikan produk-produknya.

Di Computex 2017, MSI memperkenalkan laptop GE generasi baru, kali ini mempunyai codename Raider. Beragam upgrade yang dibubuhkan sang produsen Taiwan di notebook tersebut tak hanya membuatnya tampil mewah, namun juga mampu menyamai performa saudarinya di ‘kelas’ yang lebih tinggi. Dan minggu lalu, MSI membawa versi refresh GE63 bersenjata prosesor Intel Core generasi kedelapan ke Indonesia, bersama dengan GS65 Stealth Thin dan versi anyar GT75 Titan.

Dan tak lama, tim MSI Indonesia memberikan saya waktu untuk menjajal GE63 Raider RGB Edition secara lebih menyeluruh. Artikel ini bukanlah ulasan biasa, tapi saya sangat gembira berkesempatan menguji kemampuan laptop menangani tiga permainan blockbuster dan bermain-main langsung dengan fitur-fiturnya. Silakan disimak:

 

Desain, RGB, layar & konektivitas

Melihat namanya, Anda mungkin bisa mudah menerka apa yang berbeda dari GE63 Raider RGB Edition. Laptop tetap mengusung tema desain sportscar, dapat Anda lihat dari bagian lid yang menyerupai kap serta lubang pembuangan panas ala grille mobil. Namun dalam merancang versi ini, MSI tampak begitu bersenang-senang dalam penerapan RGB Mystic Light-nya.

GE63 18

GE63 9

GE63 Raider RGB Edition menyajikan papan ketik RGB per-key dan slot USB yang menyala merah. Namun di versi ini, MSI mengganti decal merah di punggung dengan sepasang striping RGB. Pola pencahayaan dan warna dapat dikustomisasi via SteelSeries Engine 3 – Anda bisa membuat backlight di keyboard dan striping serasi atau malah memasang efek berbeda.

GE63 13

GE63 1

Laptop mempunyai dimensi 383x260x29,5mm. Ukuran ini memang tidak memasukkannya ke kategori ultra-thin, tetapi saya melihat bagaimana GE63 Raider RGB memiliki kaki yang cukup tinggi. Efeknya adalah notebook tetap tampak ramping. Dan berkat ‘volume’ yang lebih besar, MSI bisa menyematkan GPU high-end dan rangkaian speaker bertenaga di dalam tubuhnya (dibahas lebih jauh di bawah).

GE63 5

GE63 4

GE63 Raider RGB Edition yang tersedia di Indonesia menyuguhkan layar full-HD 15,6-inci dengan refresh rate 120Hz dan waktu respons 3-milidetik. Tingkat refresh rate ini memungkinkan kita bisa melihat detail objek permainan walaupun ia bergerak di kecepatan tinggi. Kapabilitas tersebut sangat ideal bagi penggemar game-game bertempo cepat seperti shooter atau racing.

GE63 19

GE63 10

Sebagai sarana input, GE63 Raider RGB memanfaatkan keyboard SteelSeries full-sized. Warna-warni LED RGB disuguhkan melalui bagian samping dan huruf – tipe font-nya tebal dan mudah terliat. Meski jarak key travel-nya tergolong pendek, buat saya keyboard ini tetap nyaman baik untuk mengetik maupun ber-gaming, ditunjang pula oleh luas permukaan dan jarak antar-tuts yang pas. Touchpad-nya sendiri berada menjorok ke area kiri wrist rest karena efek dari kehadiran numpad.

GE63 11

GE63 14

Selain tiga port USB 3.1 yang menyala, GE63 Raider RGB Edition juga dilengkapi koneksi fisik berupa USB type-C, HDMI, mini-DIsplayPort, port LAN, card reader SD, serta sepasang port audio mic dan headphone ‘Hi-Fi’.

GE63 7

GE63 6

 

Hardware dan pengalaman gaming

Karena tidak berambisi mengejar faktor ‘ketipisan tubuh’, MSI bisa lebih leluasa dalam menyusun hardware laptop. GE63 Raider RGB yang saya jajal kemarin merupakan unit berotak Intel Core i7-8750H, dengan RAM DDR4 16GB, penyimpanan berbasis SSD dan HDD, serta dipersenjatai kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070 non-Max-Q. Komposisi ini tak hanya memungkinkannya menangani game-game blockbuster baru di setting tertinggi, tapi juga menjalankan konten VR.

GE63 12

Saya hanya menguji GE63 Raider RGB dengan satu software benchmark, yaitu Unigine Superposition, sisanya saya langsung gunakan laptop buat menjalankan game. Di Superposition, saya memilih opsi ‘1080p ultra‘ dengan shaders di level ‘extreme‘, detail tekstur ‘high‘, kemudian efek depth of field dan motion blur menyala. Dari beberapa kali benchmark, GE63 Raider RGB mendapatkan skor tertinggi 3442.

GE63 22

 

Untuk uji coba gaming, saya menginstal tiga permainan: Far Cry 5, Final Fantasy XV Windows Edition, dan Project CARS 2.

Saat mendeteksi komposisi hardware GE63 Raider RGB Edition, Far Cry 5 secara otomatis akan memilihkan preset grafis high dan resolusi full-HD. Dengan setting ini, permainan berjalan mulus dan stabil di 80- sampai 90-frame rate per detik. Hanya ketika game menyodorkan banyak objek, efek pencahayaan, bayangan serta efek partikel saja frame rate jadi menurun – tapi tidak terlalu jauh – ke 73FPS.

GE63 37

GE63 38

Far Cry 5 merupakan game bervisual cantik, dibangun dengan memanfaatkan Dunia Engine yang merupakan modifikasi dari CryEngine. Menitikberatkan petualangan di alam terbuka, tiap screenshot yang Anda ambil via GE63 Raider bisa segera dijadikan wallpaper desktop. Hal ini cukup menarik mengingat Far Cry 5 sebetulnya dioptimalkan buat kartu grafis AMD Radeon. Beberapa sampel screenshot-nya dapat Anda nikmati di bawah.

GE63 25

GE63 24

GE63 32

GE63 28

GE63 29

 

Final Fantasy XV berjalan lebih lancar lagi. Frame rate per detik tersaji di kisaran 80 sampai di atas 100FPS dengan memilih preset high 1080p; tanpa mengaktifkan Nvidia HairWorks, VXAO, TurfEffects dan ShadowLibs. Di atas GE63 Raider RGB, Anda bisa menikmati boy band road trip simulator bersama Noctis dan kawan-kawan ini secara optimal. Bahkan tanpa controller, keyboard SteelSeries-nya tetap dapat jadi input kendali yang nyaman dan responsif.

GE63 39

Seperti game Final Fantasy sebelum-sebelumnya, Square Enix memang sangat memerhatikan aspek desain karakter. Dan berkat GE63, visi sang developer bisa tersuguh maksimal: pakaian Gladiolus terlihat betul-betul terbuat dari kulit, detail dan efek bayangan di mobil Regalia membuatnya tampak mewah, lalu detail rambut Noctis mungkin membuat Anda bertanya-tanya gel merek apa yang ia pakai.

GE63 45

GE63 42

GE63 48

GE63 41

GE63 49

 

Beralih ke Project CARS 2, game akan segera memilihkan resolusi 1920x1080p dengan 120Hz sebagai setting default. Rincianya bisa Anda simak di bawah, namun yang jelas, Project CARS 2 memasang car detail dan track detail di opsi ultra, serta anisotropic filtering 16 kali. Meski demikian, selama saya memainkannya, frame rate hampir tidak pernah berukurang dari 120 per detik.

GE63 53

GE63 52

Apapun mode kamera yang dipilih, buat saya Project CARS 2 di GE63 menghidangkan pengalaman balapan virtual terbaik. Saya mengapresiasi segala detail dan efek cahaya di bagian kokpit dan dashboard berserat karbon McLaren P1 GTR. Pindahkan kamera ke dalam helm, maka area lain tampak blur kecuali jalanan dan lawan Anda di depan. Geser kamera ke bagian belakang mobil, dan kilauan serta pantulan di body terlihat mengagumkan.

GE63 60

GE63 57

GE63 56

GE63 55

GE63 61

 

Audio

Performa audio GE63 Raider RGB Edition merupakan kejutan menyenangkan. Tidak disangka, output laptop ini terdengar membahana dengan bass menendang – cukup istimewa di kelas laptop. Setelah menyelidikinya, ternyata MSI mencantumkan sepasang woofer 3W dan dua speaker 3W. Agar maksimal, pastikan notebook duduk di permukaan keras seperti meja.

GE63 21

 

Konklusi sementara

Di antara lima laptop gaming baru MSI, banyak orang mungkin akan memfavoritkan GS65 Stealth Thin karena keanggunan desainnya, atau GT75 Titan berkat pemanfaatan Intel Core i9 ter-overclock. Namun setelah mencobanya langsung, secara pribadi saya akan memilih GE63 Raider RGB Edition karena eksistensi dari GPU GTX 1070 ‘standar’ serta kelangkapan fitur dan input.

GE63 17

Jika berkesempatan memiliki GE63 Raider RGB, saya juga tidak akan terlalu sering membawa-bawanya keluar rumah, dan dengan begitu, saya tidak keberatan dengan ukuran yang lebih besar dari GS. Sejujurnya, saya bukan penggemar berat RGB. Sistem ini memang membuat notebook tampil menarik, tapi tidak begitu esensial dalam gaming. Namun keleluasan kustomisasi memperkenankan kita memilih tema dan warna yang sesuai dengan mood. Lalu seandainya Anda sedang tidak ingin menarik perhatian, RGB bisa dinonaktifkan.

GE63 Raider RGB Edition dibanderol seharga Rp 31 juta.

GE63 19

Keyboard Gaming Baru Roccat Sajikan Aspek Terbaik dari Switch Mekanis dan Membran

Ketika berdiskusi dengan gamer, mungkin mayoritas pemain kelas hardcore segera mengklaim bahwa sensasi menggunakan keyboard mekanis sulit ditandingi oleh papan ketik ber-switch karet. Namun sebetulnya keyboard mekanis menyimpan sejumlah kelemahan, antara lain bobotnya relatif lebih berat, berisik saat digunakan, dan harganya lebih mahal.

Menakar dari faktor-faktor ini, papan ketik mekanis memang belum bisa dibilang sebagai solusi ‘ultimate‘ seperti kata orang. Roccat sendiri bukanlah pemain baru di bidang penyediaan keyboard mekanis, namun versi membran tetap menjadi salah satu produk gaming andalan perusahaan aksesori PC Jerman ini. Setelah memperkenalkan Isku+ Force FX awal tahun lalu, kali ini Roccat meluncurkan keyboard RGB Horde Aimo.

Roccat Horde Aimo 4

Horde Aimo mengusung teknologi yang mengingatkan saya pada switch mecha-membrane Razer Ornata. Roccat menyebutnya membranical. Switch hybrid ini menjanjikan aspek terbaik dari dua versi tersebut. Sensasi mengetik di atas Horde Aimo kabarnya seresponsif dan seakurat seperti ketika menggunakan papan ketik mekanis, namun ia bekerja lebih hening dengan aspek pemeliharaan yang simpel.

Roccat Horde Aimo 1

Roccat memberikan komparasi terkait responsitivitas tombol di Horde Aimo. Keyboard membran karet umumnya menyajikan kecepatan actuation di 9ms. Horde Aimo sendiri menyajikan actuation di 7,8ms pada bagian tombol utama dan 5ms untuk tombol macro. Selanjutnya, produsen menerapkan fitur anti-ghosting pada tombol-tombol yang sering digunakan dalam game – terutama tuts di zona kiri serta tombol Tab, Ctrl, Alt, Shift dan spasi. Bahkan ketika semua tombol itu ditekan, keyboard tetap bisa membacanya.

Roccat Horde Aimo 2

Horde Aimo menghidangkan layout full-size (termasuk numpad) yang debekali pencahayaan RGB multi-zone. Dari yang saya baca, tampaknya ia belum menggunakan sistem per-key. Meski begitu, Anda tetap bisa mengustomisasinya dengan memilih warna dari palet red-green-blue serta menerapkan pola berbeda.

Roccat Horde Aimo 3

Untuk menyederhanakan akses ke fungsi multimedia, Roccat mencantumkan beragam tombol di bagian atas serta menyediakan kenop ‘Tuning Wheel’ buat mengatur volume, warna dan kecerahan RGB, DPI serta hotkey. Tuning Wheel juga kompatibel dengan fungsi dial Windows 10. Lalu di pinggir kiri, Anda dapat menemukan lima tombol macro. Semuanya dapat dikustomisasi via software Roccat Swarm.

Horde Aimo sudah mulai dipasarkan, ditawarkan seharga US$ 90. Di kuartal dua nanti, Roccat berencana buat melepas versi non-RGB-nya yang dibanderol US$ 70.

Seorang kawan sekaligus pakar keyboard gaming pernah bilang pada saya bahwa apapun istilah yang digunakan produsen, basis penyusunan papan ketik tetap mengusung satu dari dua tipe switch: mekanis atau membran. Dan Horde Aimo masih masuk ke kategori membran. Bahkan varian baru seperti switch ‘optis’ masih menyimpan komponen mekanis, hanya metode pengiriman input-nya saja yang berbeda.

Sumber: Roccat.

Logitech Luncurkan Speaker dan Keyboard Mekanis dengan Teknologi RGB Unik

Peran sistem pencahayaan RGB di industri perangkat gaming sudah tidak bisa dipandang sebelah mata, terutama sejak Razer menjalin kerja sama dengan Philips, yang notabene merupakan produsen lampu pintar terbesar saat ini. Logitech mencoba mengejar ketertinggalannya dengan memperkenalkan teknologi bernama Lightsync.

Lightsync pada dasarnya merupakan penyempurnaan terhadap sistem pencahayaan RGB yang sudah ada sekarang. Ketimbang hanya menyala dan ‘menari’ dalam berbagai warna, Lightsync memungkinkan efek pencahayaan untuk menyesuaikan dengan apa yang sedang tampil di layar.

Ada dua peripheral Lightsync yang sudah Logitech siapkan: speaker 2.1 Logitech G560 dan keyboard mekanis Logitech G513. Pengguna bisa menetapkan empat zona spesifik pada layar sehingga kedua perangkat ini dapat membiaskan cahaya dengan warna yang sama seperti yang pada zona-zona tersebut.

Logitech G560 / Logitech
Logitech G560 / Logitech

Ketika semuanya terlihat sinkron (grafis dan efek pencahayaan), Logitech percaya bahwa pengalaman gaming bisa terasa semakin immersive. Logitech memang bukan yang pertama menerapkan teknologi semacam ini, dan fitur yang sama sebenarnya juga sudah ada pada mouse Logitech G502 Proteus Spectrum.

Speaker-nya sendiri mengusung desain yang mirip seperti Logitech MX Sound. Kedua unitnya datang bersama sebuah subwoofer, dan perpaduannya bisa menghasilkan output sebesar 240 watt. Logitech pun tak lupa membekalinya dengan dukungan audio 3D via DTS:X Ultra, sedangkan koneksinya bisa melalui jack 3,5 mm, USB atau Bluetooth.

Logitech G513 / Logitech
Logitech G513 / Logitech

Untuk keyboard-nya, G513 merupakan suksesor langsung dari G413 yang berharga kompetitif. Penyempurnaannya datang dalam wujud pencahayaan RGB (plus dukungan Lightsync itu tadi), serta palm rest opsional guna meningkatkan kenyamanan. Tidak hanya itu, konsumen pun kini bisa memilih antara switch yang berkarakter linear dan taktil.

Baik G560 dan G513 akan dipasarkan mulai bulan April mendatang. Harganya dipatok $200 untuk G560, dan $150 untuk G513.

Sumber: Logitech.