A Kaleidoscope of Strategic Corporate Acts in 2019

The disruptive era has been driven not only by the startup industry. In recent years, a number of large-scale corporations have taken part in developing the digital ecosystem in Indonesia.

Moreover, innovation development within the scope of the corporation or corporate innovation will come back to its main goal, a sustainable business.

The year 2019 highlighted some strategic steps with various instruments, from internal innovation incubation, collaboration with startups, and the rise of venture capitals.

DailySocial summarizes the most engaging corporate actions of some sectors within the year of 2019 as follows:

A synergy of state-owned e-money products

Last year begins with Telkomsel’s e-money service transformation, Tcash, to LinkAja. This is said to be the former SOE Minister Rini Soemarno’s initiative who wants to put state-owned e-money companies altogether into one platform.

Tcash is considered to have the most ready ecosystem at that time than any other SOE e-money, therefore, It was designated as an “embryo” for the LinkAja platform. This is quite a surprising decision since Tcash plans to become an agnostic e-money service and spin off from Telkomsel in the mid-2018.

Meanwhile, LinkAja has been announced and started rolling in February. In fact, it was officially launched in the middle of the year due to the long-await for the integration of all SOE e-money to be completed.

It is to be highlighted that LinkAja is the result of a joint venture of state-owned companies in which 25% of the shares owned by Telkomsel, 20% each for Mandiri, BRI and BNI, BTN, Pertamina with 7%, and Jiwasraya Insurance also involved with 1%.

Prior to this, LinkAja positioned itself as e-money for daily basis. Therefore, this joint venture – to be followed by other shareholders – is considered to fasten the acceleration for the company’s use case, such as transportation and gasoline purchases.

Collaboration and Innovation

Innovation and collaboration between corporations and startups have made the news in 2019. It indicates a number of business sectors have realized the power of inclusiveness towards Indonesia’s digital business development.

As an example, Gojek officially partners with Indonesian Railways (KAI) to support the integration of digital ecosystems and railroad services through orders and payments in one transaction. In this case, Gojek is the first and last-mile provider, while KAI acts as the middle mile provider.

Next, BRI kicked off the market through its collaboration with Traveloka through the “PayLater Card” launching. This co-branding partnership allows users to transact at offline and online merchants in 53 million locations worldwide and receive payments by VISA.

In late 2019, BRI is to increase its digital service portfolio by launching a BRI Ceria virtual credit card that provides loans starting from Rp500 thousand to Rp1 million. The app-based service aims for BRI customers in the underbanked segment.

In terms of telco, Telkomsel initiated another breakthrough by launching the first digital app-based cellular service product by.U. It’s called digital-based for all activities of purchase, registration, and use are fully carried out in the application.

It was internally incubated and developed through MVP, the by.U service has become Telkomsel’s strategic “weapon” to win the market in the digital era. In fact, by.U is targeting gen Z for their digital literacy and unwillingness to be “regulated” for data packages.

The rise of Corporate Venture Capitals

2019 highlights the aggressive penetration of Corporate Venture Capital (CVC). In our observation, there are four new CVCs established to capture great opportunities in the Indonesian digital industry. They include Amatil X (Coca Cola Amatil), Telkomsel Mitra Inovasi / TMI (Telkomsel), BRI Ventures (BRI), and Sarana Papua Ventura (BTN).

Furthermore, DailySocial also highlighted Nicko Widjaja‘s transfer from MDI Ventures to be the head of BRI Ventures. Nicko’s appointment as CEO is expected to bring a new success story in the coming year.

Broadly speaking, each CVC targets a different business vertical, depending on the demand and values ​​of the company’s business development. Likewise, the funding stage. For example, TMI is currently aiming for early-stage and BRI Ventures will focus on growth and late-stage startups.

In addition to the CVC, Telkom Group has recently added more to its managed funds by launching the Centauri Fund.  The new strategy is a joint venture between the telco giant with KB Financial Group, which is one of the largest banks in South Korea.

Expecting the next strategic step in 2020

Through the summarize of various corporate actions above, we can draw a common thread that inclusiveness will be the main key for players – whoever are both corporations and startups – in driving the development of the digital ecosystem in the future.

Collaboration will be more aggressive and there are more innovations to arrive. A number of Indonesian corporates have realized the power of innovation and digital transformation. Some of those, such as BRI and Telkomsel, have prepared themselves to start a new chapter in 2020.

Moreover, in line with the more mature startup ecosystem, the VC industry will be more selective for its investment. The investment climate is predicted to increase. However, we are likely to see a decrease in the initial funding.

For some reason, both CVC and VC will be more focused on growth and late-stage funding. Aside from minimizing risk — learn from the previous years — startups must have clear traction, scale-up, and monetizing plans.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kaleidoskop Aksi Korporasi Strategis di Sepanjang 2019

Era disruptif sesungguhnya tak hanya didorong oleh industri startup. Faktanya sejumlah korporasi berskala besar turut ambil bagian dalam pengembangan ekosistem digital di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Walau demikian, pengembangan inovasi di lingkup korporasi atau corporate innovation akan kembali mengacu pada tujuan utamanya, yakni kelangsungan bisnis untuk jangka panjang.

Tahun 2019 menandai ramainya sejumlah langkah strategis dengan instrumen bervariasi, mulai dari inkubasi inovasi internal, kolaborasi dengan startup, hingga pembentukan pemodal ventura.

DailySocial merangkum berbagai aksi korporasi menarik dari beberapa sektor industri di sepanjang 2019 berikut ini:

Sinergi besar-besaran e-money BUMN

Tahun 2019 diawali dengan transformasi layanan e-money Telkomsel, Tcash, menjadi LinkAja. Transformasi ini disebut sebagai inisiasi dari eks Menteri BUMN Rini Soemarno yang ingin menggabungkan seluruh e-money milik perusahaan pelat merah ke dalam satu platform.

Tcash dinilai punya ekosistem paling siap saat itu dibandingkan e-money BUMN yang lain sehingga Tcash ditetapkan sebagai “embrio” bagi platform LinkAja. Keputusan ini tentu cukup mengagetkan mengingat di pertengahan 2018, Tcash berencana untuk menjadi layanan e-money agnostik dan spin off dari Telkomsel.

Adapun, LinkAja diumumkan dan beroperasi pada Februari, namun baru diluncurkan secara resmi di pertengahan tahun karena menunggu integrasi seluruh e-money BUMN rampung.

Yang perlu digarisbawahi, LinkAja merupakan hasil kongsi perusahaan BUMN yang saat ini sahamnya dimiliki oleh Telkomsel sebesar 25 persen, Mandiri, BRI, dan BNI yang masing-masing menguasai 20 persen, BTN dan Pertamina 7 persen, serta Asuransi Jiwasraya 1 persen.

Sejak awal, LinkAja memposisikan diri sebagai e-money untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka itu, kongsi ini–dan akan bertambah dengan masuknya pemegang saham lain–dinilai akan memperkuat akselerasi use case yang disiapkan perusahaan, seperti transportasi dan pembelian bensin.

Kolaborasi dan inovasi

Inovasi dan kolaborasi antara korporasi dan startup mewarnai pemberitaan di sepanjang 2019. Ini menandakan sejumlah sektor bisnis telah menyadari pentingnya inklusivitas terhadap pengembangan bisnis digital di Indonesia.

Misalnya, Gojek resmi bermitra dengan Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mendukung integrasi ekosistem digital dan layanan perkeretaapian melalui penerapan pesanan dan pembayaran dalam satu transaksi. Dalam hal ini, Gojek menjadi penyedia first mile dan last mile, sedangkan KAI sebagai penyedia middle mile.

Kemudian BRI menggebrak pasar lewat kolaborasinya dengan Traveloka lewat peluncuran kartu kredit “PayLater Card”. Kerja sama co-branding ini memungkinkan pengguna untuk bertransaksi di merchant offline dan online yang tersebar di 53 juta lokasi di seluruh dunia dan menerima pembayaran dengan VISA.

Di penghujung tahun 2019, BRI kembali menambah portfolio layanan digital dengan meluncurkan kartu kredit virtual BRI Ceria yang menyediakan pinjaman mulai dari Rp500 ribu-Rp1 juta. Layanan berbasis aplikasi ini hanya menyasar nasabah BRI di segmen underbanked.

Dari sektor telekomunikasi, Telkomsel juga membuat gebrakan baru dengan meluncurkan produk layanan seluler pertama berbasis aplikasi digital by.U. Disebut digital karena seluruh aktivitas pembelian, registrasi, dan pemakaian sepenuhnya dilakukan di aplikasi.

Diikubasi di internal dan dikembangkan secara MVP, layanan by.U menjadi “senjata” strategis Telkomsel untuk memenangkan pasar di era digital. Maka tak heran, by.U membidik generasi Z yang dianggap sudah melek digital dan tidak mau “diatur” dalam memilih paket.

Corporate Venture Capital paling bersinar

Tahun 2019 menyoroti agresifnya pembentukan Corporate Venture Capital (CVC). Menurut catatan kami, terdapat empat CVC baru yang didirikan untuk menangkap peluang besar di industri digital Indonesia. Mereka antara lain Amatil X (Coca Cola Amatil), Telkomsel Mitra Inovasi/TMI (Telkomsel), BRI Ventures (BRI), dan Sarana Papua Ventura (BTN).

Kemudian, DailySocial juga menyoroti kepindahan Nicko Widjaja dari MDI Ventures untuk menakhodai BRI Ventures. Penunjukkan Nicko sebagai CEO diharapkan membawa kisah kesuksesan baru di tahun mendatang.

Secara garis besar, setiap CVC memiliki target vertikal bisnis berbeda, tergantung dengan kebutuhan dan nilai yang diincar untuk pengembangan bisnis perusahaan. Demikian pula tahapan pendanaan. Misalnya, TMI saat ini membidik early-stage dan BRI Ventures akan fokus terhadap startup di growth dan late stage. 

Selain pembentukan CVC, Telkom Group baru-baru ini juga menambah dana kelolaan dengan membentuk Centauri Fund. Strategi dana kelolaan baru tersebut merupakan hasil kongsi raksasa telekomunikasi ini dengan KB Financial Group, yakni salah satu perusahaan bank terbesar di Korea Selatan.

Menantikan langkah strategis selanjutnya di 2020

Lewat rangkuman beragam aksi korporasi di atas, kami dapat menarik benang merah bahwa inklusivitas akan menjadi kunci utama bagi pemain—siapapun itu baik korporasi dan startup—dalam mendorong pengembangan ekosistem digital di masa depan.

Kolaborasi akan semakin agresif dan inovasi akan terus berdatangan. Sejumlah korporasi di Indonesia sudah menyadari pentingnya inovasi dan transformasi digital. Beberapa di antaranya, seperti BRI dan Telkomsel, telah mempersiapkan diri memulai babak baru di tahun 2020.

Di sisi lain, sejalan dengan semakin matangnya ekosistem startup, industri VC akan semakin selektif dalam memilih pendanaan. Iklim investasi memang diprediksi meningkat. Akan tetapi, kita tampaknya bakal melihat menurunnya fokus pendanaan tahap awal.

Baik CVC atau VC akan mulai lebih fokus membidik pendanaan growth dan late stage karena sejumlah alasan. Selain minim risiko—belajar dari pengalaman di tahun-tahun sebelumnya—startup memang harus memiliki traction, rencana scale up, dan monetisasi yang jelas.

LinkAja Mulai Uji Coba untuk Pembayaran Tiket KRL Jabodetabek

LinkAja mulai uji coba sebagai metode pembayaran nontunai untuk tiket KRL per hari ini (1/10). Untuk sementara, uji coba baru dilakukan di 200 gate yang tersebar di 80 stasiun di Jabodetabek.

Uji coba ini turut dihadiri Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah, Direktur Utama KAI Edi Sukmoro, dan Direktur Utama LinkAja Danu Wicaksana. Mereka mencoba langsung pengalaman menggunakan LinkAja dari Stasiun Juanda menuju Stasiun Jakarta Kota.

Rini menegaskan komitmennya dalam memperkuat sinergi antar perusahaan BUMN. Ke depannya bakal ada gimmick yang disiapkan BUMN untuk dukung inovasi ini. “Per hari ini mulai uji coba, semoga bisa efektif minggu depan. Sekarang baru tersedia di 200 gate bertanda khusus LinkAja di 80 stasiun,” terangnya.

Dia menambahkan ke depannya LinkAja bakal perluas kehadirannya di berbagai moda transportasi kereta api, termasuk LRT Cibubur-Cawang yang rencananya akan mulai uji coba. “Sementara baru KRL. Moga-moga nanti semua kereta akan bisa [pakai LinkAja], yang pasti LRT untuk Cibubur-Cawang bisa mulai uji coba kalau sudah mulai jalan.”

Danu melanjutkan, sembari uji coba, pihaknya juga menunggu persetujuan dari Bank Indonesia sebagai regulator. Lantaran ini adalah metode pembayaran yang tergolong baru diterapkan di KRL. Gate tiket KRL kini tidak hanya menerima pembayaran dengan kartu e-money fisik bank, tetapi juga merambah pembayaran digital.

LinkAja mengembangkan tiket KRL buat tiap pengguna tapi hanya berlaku selama 15-30 detik. Bahasa teknisnya disebut encrypted ID, bukan QR. “Kalau QR ini kan bisa buat bayar di gerai offline, tapi untuk tiket ini hanya berlaku sebentar, kita takut di-screenshot lalu disebar ke orang lain.”

Uji coba ini juga dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan sistem LinkAja ketika dicoba secara massal. Timnya akan meminta bantuan pihak KRL bagaimana implementasinya selama uji coba berlangsung dan apa saja feedback yang harus diperbaiki. Dibutuhkan proses edukasi agar orang terbiasa memakainya.

Untuk menggunakan LinkAja, pengguna cukup buka aplikasi, shake layar smartphone-nya sebentar untuk memunculkan tiketnya atau pilih menu Pay di laman utamanya, lalu pilih My QR. Setelah itu, dekati tiket minimal jarak 1 cm ke mesin sensor di gate KRL agar lebih mudah membacanya.

Sama seperti menggunakan kartu e-money fisik, LinkAja mewajibkan penggunanya untuk memiliki saldo minimal Rp13 ribu. Angka ini merupakan hitungan kasar untuk jarak terjauh penumpang. “Kita butuh saran dari teman-teman KCI [Kereta Commuter Indonesia] untuk melihat kebiasaan penumpang.”

Sinergi BUMN diperkuat

Di kesempatan terpisah, kemarin Danu hadir dalam penandatangan nota kesepahaman dengan Pegadaian. Kini gerai Pegadaian bisa menerima setoran tunai bagi yang ingin menambah saldo Link Aja dan penarikan dana di 4147 outlet Pegadaian di seluruh Indonesia.

Danu menjelaskan, sinergi ini diharapkan dapat mengedukasi secara konsisten mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia yang menggunakan uang tunai menjadi non tunai, serta optimalisasi jangkauan ke seluruh masyarakat untuk memberikan layanan keuangan yang efisien.

“Kami berharap point of services LinkAja yang mencapai lebih dari 100 ribu titik di seluruh Indonesia dapat semakin memberikan kemudahan untuk bertransaksi nontunai.”

Setiap transaksi cash in dan cash out di Pegadaian akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp1.500 untuk cash in dan Rp5 ribu untuk cash out.

Pegadaian termasuk salah satu dari delapan BUMN yang tertarik untuk jadi pemegang saham di LinkAja. Terdapat pula Garuda Indonesia, Angkasa Pura I dan II, Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen), Jasa Marga, KAI, dan Perum Damri.

Saat ini saham LinkAja dipegang oleh Telkomsel (25%), BRI, BNI, dan Mandiri (masing-masing 20%), BTN (7%), Pertamina (7%), dan Jiwasraya (1%).

Nantinya mereka akan masuk melalui penerbitan saham baru (rights issue) yang dilakukan LinkAja. Belum ada detail kapan rencana ini akan dilakukan dan bagaimana skema perubahan kepemilikan sahamnya.

Danu mengatakan, yang dicari dari masuknya BUMN ini bukan sekadar dana segar, melainkan sinergi untuk penetrasi produk LinkAja yang bakal makin beragam. “Karena sebelum ini, tidak bisa dipenetrasi. Tapi karena mereka (BUMN lain) jadi pemegang saham, jadi terbuka,” seperti dikutip dari Katadata.

Produk-produk BUMN yang menggunakan LinkAja adalah pembelian tiket kereta jarak jauh (KAI Access), restoran kereta api (Reska), LRT Palembang, tiket pesawat Citilink dan Garuda Indonesia, top up kartu e-money BNI, Mandiri, BRI, dan bayar tagihan atau beli polis asuransi Jiwasraya.

Application Information Will Show Up Here

Blanja Jadi Etalase Online Produk UMKM Binaan BUMN

Tak hanya menjual produk-produk BUMN di pasarprodukBUMN, pemerintah juga akan mengintegrasikan digitalisasi bisnis UMKM mitra binaan seluruh BUMN ke dalam platform e-commerce milik Telkom Group, Blanja.

Integrasi ini masih didasari oleh semangat yang sama, semangat menjual dan memperluas jangkauan produk BUMN ke seluruh Indonesia. Menteri BUMN Rini Soemarno sendiri yang meminta semua BUMN memanfaatkan platform Blanja untuk memasarkan produk UMKM binaan maupun produk / jasa masing-masing BUMN.

“Hari ini sudah ada kerja sama antara Blanja.com sebagai wadah sinergi BUMN dengan Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN untuk sektor pembayaran, Pos Indonesia untuk sektor logistik, serta dukungan finansial yang diberikan Permodalan Nasional Madani (PNM),” ujar Rini seperti dikutip dari Pikiran Rakyat.

Sementara itu CEO Telkom Group Alex J. Sinaga mengatakan bahwa Blanja merupakan etalase online seluruh produk UMKM binaan BUMN yang bisa mendorong persaingan pelaku usaha ke tingkat global. Menurutnya perlu adanya sinergi BUMN guna meningkatkan kompetensi dan daya saing pelaku usaha mikro. Integrasi ini adalah salah satu bentuknya.

Menurut Alex, digitalisasi dan sinergi UMKM melalui Blanja adalah wujud nyata implementasi visi Presiden Joko Widodo memperkuat sektor UMKM dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara digital ekonomi terbesar di ASEAN tahun 2020.

Selain itu, Alex menjelaskan sinergi juga hadir dalam bentuk pendirian Rumah Kreatif BUMN. Nantinya di sana terdapat bimbingan dan pelatihan UMKM yang direncanakan Kementerian BUMN akan hadir di 514 Kabupaten / Kota seluruh Indonesia. Telkom Group akan berperan memberikan dukungan berupa digitalisasi bisnis melalui platform Blanja.

Rumah Kreatif sendiri dicanangkan selain oleh Telkom Group bersama dengan Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, Pertamina dan PLN. Hingga akhir 2016, tujuh BUMN itu akan menyelesaikan 100 unit Rumah Kreatif, termasuk satu unit di Kabupaten Manggarai Barat yang telah diresmikan dan siap dioperasikan.

Application Information Will Show Up Here

Banyuwangi Mall Siap Pasarkan Produk UMKM Lokal

Pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia terus menggeliat dari hari ke hari. Kini bukan hanya pihak swasta saja yang melirik, pemerintah daerah pun mulai menggali potensinya. Pemerintah kabupaten (Pemkab) Banyuwangi kali ini mencoba memberdayakan e-commerce demi mendorong pertumbuhan UMKM lokal lewat mall online bernama Banyuwangi Mall.

Banyuwangi Mall digagas oleh Pemkab Banyuwangi dengan menggandeng PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Peluncurannya dilaksanakan pada hari Rabu (20/4) kemarin di Banyuwangi oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Direktur Utama BNI Achmad Baiquni. Menteri BUMN Rini Soemarno juga turut hadir untuk menyaksikan peluncuran Banyuwangi Mall.

Dikutip dari Beritasatu, Rini mengatakan, “Saya sangat mengapresiasi kehadiran digital marketplace [Banyuwangi Mall]. Ini merupakan sinergi antara BUMN dan pemerintah daerah (Pemda). Jadi sudah tidak ada sekat antara BUMN dan Pemda. Semuanya bekerja untuk kesejahteraan rakyat.”

Bersamaan dengan kehadiran Banyuwangi Mall, Pemkab Banyuwangi juga memfasilitasi pembentukan Rumah Kreatif. Tugas utamanya adalah untuk mengelola operasional Banyuwangi Mall, mulai dari administrasi hingga kegiatan pemotretan produk. Rumah Kreatif ini digawangi oleh empat orang anak muda asal Banyuwangi, yakni Sari, Fatah Rohmansah, Fathurrachman dan Achmad Zaini.

“Pekerjaan kami di sini [adalah] untuk update konten yang ada di Banyuwangi Mall. Monitoring transaksi dari customer ke seller, juga sosialisasi pihak UMKM untuk dilatih dalam pemanfaatan Banyuwangi Mall ke digital marketing seperti sosial medianya,” ujar Sari.

Pun demikian, empat anak muda tersebut tidak sendirian dalam mengelola Banyuwangi Mall ini. Mereka mendapat pendampingan dari Rumah Klinik Koperasi dan UMKM yang merupakan program milik Pemkab Banyuwangi untuk mendampingi penggiat UMKM secara online maupun tatap muka.

Anas menyebutkan bahwa pasar utama e-commerce ini adalah untuk kelas menengah yang mengeluarkan rata-rata dana konsumtif Rp 60 ribu – Rp 300 ribu sehari. Menariknya, baru tiga jam Banyuwangi Mall diluncurkan, tercatat sudah ada 194 transaksi dengan nilai mencapai Rp 51 juta.

“Ini [adalah] upaya kami melindungi dan mendorong UMKM Banyuwangi. […] Selama ini banyak produk Banyuwangi secara direct masuk ke pasar potensial seperti Yogyakarta, Bali, Jakarta dan pelosok negeri lainnya dibajak dan dikatakan sebagai UMKM luar kota. Banyuwangi Mall tentu memperjelas pasar, memperlebar keuntungan para produsen dan mempersingkat rantai distribusi,” kata Anas dilansir oleh Detik.

Saat ini, dalam Banyuwangi Mall sudah ada 45 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dijadikan sebagai pilot project. Produk yang dipasarkan pun beragam, mulai dari kerajinan tangan hingga produk buah-buahan. Sedangkan BNI sendiri berperan dalam membantu promosi ke jaringan nasabahnya dan menyediakan pilihan pembayaran melalui fasilitas e-payment seperti BNI Debit Online, BNI SMS Payment, BNI VA Payment, dan juga BNI Kartu Kredit.

Telkom’s Plan of Establishing A Data Center in Singapore Obtained Government’s Support

Telkom’s plan for international expansion as part of its data center business in Singapore draws various responses. Since Telkom is one of government’s companies, issues like regulation and data leak remain the big question, although the Ministry of Communication and Information and Minister of SOE gave their objection already. Continue reading Telkom’s Plan of Establishing A Data Center in Singapore Obtained Government’s Support

Rencana Telkom Dirikan Data Center di Singapura Dapat Dukungan Pemerintah

Pemerintah melalui Kemkominfo dan Menteri BUMN mendukung langkah Telkom ekspansi bisnis data center ke kancah internasional / Shutterstock

Rencana Telkom ekspansi ke kancah internasional dalam rangka bisnis data center yang tengah disiapkan di Singapura menuai reaksi beragam. Karena Telkom termasuk salah satu perusahaan milik pemerintah, regulasi dan isu kebocoran data menjadi hal yang dipertanyakan, meski pada akhirnya hal ini sanggah Kemenkominfo dan Menteri BUMN.

Continue reading Rencana Telkom Dirikan Data Center di Singapura Dapat Dukungan Pemerintah