Asus GeForce RTX 3070 Noctua Edition Diungkap, Kartu Grafis Pertama dengan Cooler Besutan Noctua

Selama sekitar 16 tahun berdiri, Noctua telah dikenal sebagai produsen kipas komputer dan CPU cooler kelas premium. Produk-produk bikinannya punya tampilan yang sangat khas, dengan kombinasi warna cokelat dan krem yang sering kali kelihatan kurang cocok dengan estetika PC modern bertabur RGB.

Terlepas dari penampilannya yang eksentrik, performa produk-produk Noctua sudah tidak perlu diragukan lagi. CPU air cooler-nya bahkan mampu menyaingi performa sejumlah solusi AIO water cooling kelas high-end, dan dari situ banyak konsumen yang berharap Noctua juga bisa menghadirkan solusi pendinginan untuk komponen kartu grafis.

Setelah sekian lama, harapan tersebut akhirnya terkabul. Bekerja sama dengan Asus, Noctua mengumumkan kartu grafis pertama yang dibekali sistem pendingin hasil rancangannya, yakni Asus GeForce RTX 3070 Noctua Edition.

Secara teknis, produk ini sebenarnya merupakan Asus TUF Gaming GeForce RTX 3070, tapi yang sistem pendinginnya sudah dirombak total. Seperti yang bisa kita lihat, ketiga kipasnya telah digantikan oleh sepasang kipas Noctua NF-A12x25 PWM dengan diameter masing-masing 120 mm. Lalu di bawah kipasnya, ada heatsink tebal yang juga dikembangkan oleh Noctua.

Saking tebalnya produk ini, ia bakal memakan 4 slot kartu grafis di PC. Bandingkan dengan TUF Gaming RTX 3070 standar yang memakan hampir 3 slot. Untuk panjangnya, RTX 3070 Noctua Edition berada di kisaran 310 mm. Ia dibekali dua konektor 8-pin, dan Asus menyarankan penggunaan PSU berkapasitas minimal 750 W.

Tipikal Noctua, cooler-nya tak hanya memiliki kinerja yang sangat efektif, tapi juga amat senyap ketika beroperasi. Dibandingkan TUF Gaming RTX 3070 standar, Noctua Edition diyakini mampu mengurangi tingkat kebisingan sampai sebesar 15 dB.

Mengutip hasil pengujian lab Noctua, dengan kecepatan kipas yang diatur di titik rendah, RTX 3070 Noctua Edition hanya menghasilkan suara sekeras 12,6 dB, sementara versi standarnya menghasilkan 18,3 dB. Istimewanya, suhunya justru lebih rendah di Noctua Edition (60° C) ketimbang di TUF Gaming RTX 3070 (64° C).

Di setting kecepatan kipas sedang, Noctua Edition masih sangat sunyi di 21,1 dB, sementara versi standarnya sudah menembus angka 36,8 dB. Meski begitu, suhu GPU di kedua kartu sama-sama 53° C.

Di setting kecepatan maksimum, Noctua Edition menghasilkan suara sekeras 33,3 dB, sedangkan versi standarnya 42,2 dB. Suhunya sedikit lebih dingin di Noctua Edition (50° C) ketimbang di TUF Gaming (51° C).

Bagi kalangan enthusiast, mereka dapat mengutak-atik performa kipas RTX 3070 Noctua Edition lebih lanjut menggunakan software Asus GPU Tweak III, termasuk halnya menyetel custom fan curve. Bagi yang tidak mau ambil pusing, Noctua masih memberikan opsi kustomisasi dalam bentuk profil BIOS ganda.

Jadi pada pelat belakang RTX 3070 Noctua Edition, ada tuas kecil yang bisa digeser ke kiri atau kanan, dengan label “P Mode” dan “Q Mode” di atasnya. P Mode (Performance) berarti yang diprioritaskan adalah suhu GPU serendah mungkin, sementara Q Mode (Quiet) ditujukan bagi pengguna yang ingin PC-nya beroperasi sesenyap mungkin.

Untuk tugas-tugas yang ringan, kartu grafis ini malah tidak akan menghasilkan suara sama sekali, sebab kipasnya baru akan aktif ketika suhu GPU mencapai angka 50° C. Di bawah itu, kipasnya akan berhenti bekerja secara otomatis.

Asus bakal menawarkan RTX 3070 Noctua Edition dalam dua versi: standar dan OC. Versi standarnya memiliki base clock 1.500 MHz, boost clock 1.725 MHz pada mode gaming dan 1.755 MHz pada mode OC. Versi OC-nya dibekali base clock yang sama persis, akan tetapi boost clock-nya jauh lebih agresif di 1.815 MHz (gaming mode) dan 1.845 MHz (OC mode).

Selebihnya, RTX 3070 Noctua Edition identik dengan versi TUF Gaming-nya, dengan dua port HDMI 2.1 dan tiga DisplayPort 1.4. Kedua varian RTX 3070 Noctua Edition ini kabarnya akan dijual mulai pertengahan bulan Oktober. Sayang sejauh ini belum ada bocoran mengenai harga jualnya — wajar mengingat MSRP tidak ada artinya dalam kondisi seperti sekarang, dan stok barangnya sendiri mungkin juga bakal sangat terbatas.

Sumber: AnandTech dan Noctua.

Acer Predator Helios 300 Resmi Mendarat di Indonesia, Tawarkan Value yang Sangat Baik untuk Gamer Maupun Kreator

Acer kembali memperkenalkan laptop gaming yang sangat menarik untuk pasar tanah air, yakni Predator Helios 300 (PH315-53). Menarik karena ia didukung oleh spesifikasi yang sangat mumpuni, tapi di saat yang sama dijual dengan harga yang terbilang kompetitif.

Banderol resmi perangkat ini dipatok di angka Rp26.999.000, dan sepintas itu jelas terdengar jauh dari kata terjangkau. Namun di tengah kelangkaan stok GPU seperti sekarang, membeli laptop gaming mungkin bisa menjadi keputusan yang lebih bijaksana daripada merakit PC.

Sentimen itulah yang saya dapatkan setelah mendengar testimoni Tara Arts, YouTuber gaming yang hadir dalam acara media hands-on Predator Helios 300. Saya tahu Tara Arts merupakan brand ambassador (BA) Predator Gaming, namun ketika ia mulai mengaitkan value yang ditawarkan laptop ini dengan fakta bahwa harga kartu grafis di pasaran yang sedang di luar nalar, saya pun langsung mengangguk-angguk setuju.

Memangnya spesifikasi seperti apa yang bakal Anda dapatkan dengan modal 27 juta rupiah itu? Yang paling utama, prosesor 8-core/16-thread Intel Core i7-10870H dan GPU Nvidia GeForce RTX 3070 Max-Q. Kombinasi ini, menurut Tara Arts, sudah mampu menjalankan Cyberpunk 2077 di resolusi 1080p dengan setting rata kanan, dibantu oleh DLSS. Kalau Anda pernah memainkan Cyberpunk 2077, saya yakin Anda pasti tahu betapa beratnya game tersebut.

Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 16 GB dan SSD NVMe berkapasitas 512 GB. Angka-angka ini bisa dikatakan tentatif, sebab konsumen masih bisa menambahnya lebih jauh lagi berkat keberadaan 2 slot NVMe, 1 slot SATA, dan 2 slot RAM. Dalam posisi mentok alias endgame, Predator Helios 300 bisa menawarkan RAM 32 GB, SSD 2 TB, dan HDD 2 TB, dan ini pada dasarnya menjadikannya ideal untuk keperluan kreasi konten.

Tara Arts sendiri membenarkan pendapat bahwa laptop ini tak hanya cocok untuk gamer, melainkan juga untuk kalangan kreator. Tugas-tugas berat seperti render video 4K dapat diselesaikannya dengan cepat, dan semua itu dilakukan selagi perangkat tetap terasa dingin. Seperti yang kita tahu, ‘penyakit’ umum laptop adalah panas, terutama kalau spesifikasinya setinggi ini. Namun itu rupanya tidak berlaku untuk Predator Helios 300.

Rahasianya terletak pada sistem pendingin dua kipas yang sangat efisien, yang mampu memaksimalkan aliran udara selagi meminimalkan kebisingan. Tiap-tiap bilah kipasnya memiliki tebal cuma 0,1 mm, dan karena lebih tipis, otomatis jumlah bilahnya pun bisa diperbanyak di setiap unit kipas.

Selain tipis, bilah kipasnya juga mempunyai rancangan yang cukup unik yang mencakup tepi bergerigi, sayap kecil di ujung atas dan bawah, serta sirip melengkung di sepanjang bagian dalam setiap bilah. Hasilnya adalah peningkatan aliran udara hingga 45% jika dibandingkan dengan kipas biasa.

Pada kenyataannya, sistem pendingin yang lebih baik merupakan salah satu kelebihan seri Predator Helios ketimbang seri Predator Nitro kalau berdasarkan penjelasan Dimas Setyo selaku Presales Manager Acer Indonesia. Faktor pembeda lainnya meliputi material yang lebih bagus, serta layar yang lebih superior.

Benar saja, pada Predator Helios 300, superioritas layarnya sebenarnya sudah bisa diterka dari namanya. Perangkat ini mengemas panel IPS 15,6 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 300 Hz. Menurut Adrian Lesmono, Country Consumer Business Lead Nvidia untuk Indonesia, dengan refresh rate setinggi itu, otomatis laptop ini sudah bisa dimasukkan ke dalam standar esport, apalagi mengingat ia sudah didukung penuh oleh teknologi Nvidia Reflex yang akan semakin memangkas latensi lebih jauh lagi.

Sebagai referensi, refresh rate paling tinggi yang bisa kita dapatkan dari monitor gaming terkini sejauh ini adalah 360 Hz. Acer sebenarnya bisa saja menyematkan resolusi yang lebih tinggi, akan tetapi perpaduan resolusi 1080p dan refresh rate 300 Hz pada dasarnya merupakan indikasi bahwa fokus yang dituju adalah ranah gaming kompetitif.

Sekali lagi, banderol harga Rp26.999.000 itu relatif mahal, namun Tara Arts berpendapat bahwa value yang didapat cukup sepadan. Secara fisik, dimensi perangkat ini juga tergolong cukup ringkas, dengan tebal 22,9 mm dan bobot 2,3 kg. Menurut Tara Arts, ukurannya pas untuk dibawa-bawa dan digunakan selama masa WFH alias “work from hanywhere“.

Acer Perkenalkan Desktop PC ConceptD 300 Sekaligus Perbarui Spesifikasi Laptop ConceptD 7

Acer memperkenalkan segudang produk baru belum lama ini, salah satunya dari lini ConceptD yang ditujukan untuk para kreator konten, baik yang masih kelas amatir maupun yang sudah di taraf profesional. Total ada tiga produk anyar dari lini Acer ConceptD, yakni desktop ConceptD 300 dan laptop ConceptD 7 beserta ConceptD 7 Pro.

Kita mulai dari ConceptD 300 dulu, yang berhasil mencuri perhatian saya berkat desainnya yang sangat elegan. Bodinya putih bersih khas lini ConceptD, dengan aksen warna hitam pada grille bagian depannya. Tambahan panel kayu di bagian atasnya membuat desainnya secara keseluruhan tampak timeless.

Secara teknis, ConceptD 300 masuk kategori mid-tower dengan volume 18 liter, cukup ringkas untuk ditempatkan di atas meja – mempunyai PC dengan desain secantik ini tentu akan terasa sia-sia kalau harus disembunyikan di bawah meja. Kebetulan panel depannya turut dilengkapi slot SD card, yang pastinya bakal semakin memudahkan workflow.

Konsumen juga tidak perlu khawatir keberadaannya di atas meja bakal mengganggu konsentrasi, sebab tingkat kebisingannya diklaim kurang dari 40 dBA, atau setara dengan kondisi di ruang perpustakaan. Namun yang lebih penting tentu saja adalah bagaimana PC ini dapat mengakomodasi keperluan kreasi konten lewat kinerjanya yang mumpuni.

Hal itu diwujudkan berkat penggunaan prosesor Intel Core i7 generasi ke-10, GPU Nvidia GeForce RTX 3070, RAM DDR4 64 GB 2666 MHz, SSD NVMe 1 TB dan HDD 4 TB. Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh banyak reviewer, RTX 3070 terbukti mempunyai performa setara atau bahkan melampaui RTX 2080 Ti, yang sendirinya sudah menjadi andalan banyak kalangan profesional. Bonusnya tentu saja PC ini siap dipakai untuk gaming dalam resolusi 4K sekalipun.

Beralih ke ConceptD 7 dan ConceptD 7 Pro, di sini Acer telah melakukan penyegaran agar spesifikasinya makin bertenaga sekaligus makin optimal berkat sistem pendingin baru. Keduanya sama-sama ditenagai prosesor Intel Core i7 generasi ke-10, dan letak perbedaan utamanya adalah pada kartu grafis yang digunaka: ConceptD 7 dengan RTX 2080 Super Max-Q, sedangkan ConceptD 7 Pro dengan Quadro RTX 5000 Max-Q pada varian termahalnya.

Namun salah satu faktor yang selalu menjadi daya tarik utama lini ConceptD selama ini adalah layar dengan reproduksi warna yang sangat akurat. Baik pada ConceptD 7 maupun ConceptD 7 Pro, panel yang digunakan adalah panel IPS 15,6 inci dengan resolusi 4K dan dukungan 100% spektrum warna Adobe RGB. Lebih lanjut, validasi dari Pantone pada dasarnya menjamin bahwa layar kedua laptop ini benar-benar bisa diandalkan dalam konteks profesional.

Ketiga produk ini kabarnya bakal tersedia di tanah air, tapi masih belum dipastikan kapan dan berapa harganya. Sebagai referensi, Acer ConceptD 300 dihargai mulai 1.299 euro di dataran Eropa (± Rp22,4 jutaan), sedangkan ConceptD 7 dan ConceptD 7 Pro masing-masing mulai 2.899 euro (± Rp50,1 jutaan) dan (± Rp63,9 jutaan).

Nvidia Resmi Luncurkan GeForce RTX 3070, RTX 3080, dan RTX 3090

Penantian panjang para gamer PC akhirnya usai. Nvidia semalam resmi mengungkap GeForce RTX 30 Series, keluarga kartu grafis generasi terbarunya yang mengandalkan arsitektur Nvidia Ampere. Sejauh ini sudah ada tiga model yang diperkenalkan, yakni RTX 3070, RTX 3080, dan RTX 3090.

Ketiganya dibangun di atas proses pabrikasi 8 nm besutan Samsung, dan menurut Nvidia ini berdampak langsung pada kepadatan transistor yang bisa dikemas dalam satu GPU. Tidak main-main, RTX 3080 sebagai model flagship dibekali sekitar 28 miliar transistor, menjadikannya lebih kencang sekaligus lebih efisien daripada generasi sebelumnya.

Secara total ada 8.704 CUDA core yang tertanam di RTX 3080, lengkap beserta memory GDDR6X dengan kapasitas 10 GB dan kecepatan 19 Gbps. Kombinasi ini, Nvidia bilang, dapat menghasilkan performa jauh di atas RTX 2080 Ti sekalipun, atau dua kali lipat lebih ngebut jika dibandingkan dengan RTX 2080.

Pencapaian tersebut sungguh mengesankan, terutama jika melihat harga RTX 3080 yang dibanderol $699, lebih murah $100 ketimbang harga awal RTX 2080, sama-sama varian Founders Edition. Singkat cerita, kalau Anda merupakan gamer yang menargetkan resolusi 4K 60 fps (lengkap dengan efek ray tracing aktif), Nvidia percaya RTX 3080 siap menyuguhkan semua itu secara konsisten.

Buat saya pribadi, jujur saya belum perlu 4K, dan di sini RTX 3070 jadi pilihan yang lebih masuk akal. Di atas kertas, spesifikasinya memang tidak sebombastis kakaknya – 5.888 CUDA core, memory GDDR6 8 GB – akan tetapi kala dipraktikkan, kinerjanya bahkan bisa mengalahi RTX 2080 Ti yang semestinya sudah beda kasta.

Andai saya membeli RTX 2080 Ti dalam sebulan atau dua bulan terakhir, mungkin saya bakal kesal bukan kepalang. Pasalnya, RTX 3070 ini dihargai cuma $499, sedangkan RTX 2080 Ti Founders Edition sebelumnya dipatok $1.200. Harga tidak sampai separuhnya, tapi performa bisa melampaui, luar biasa memang Ampere.

Lalu buat yang benar-benar sultan, ada RTX 3090 yang menanti untuk dipinang. Kartu ini ukurannya benar-benar masif – “BFGPU” kalau kata CEO Nvidia, Jensen Huang – dengan tebal yang memakan tiga slot PCIe. Jumlah CUDA core-nya jelas lebih banyak lagi dibanding RTX 3080, persisnya 10.496 core. Namun yang lebih membuat geleng-geleng kepala adalah memory-nya: GDDR6X dengan kapasitas 24 GB dan kecepatan 19,5 Gbps.

Saat dikomparasi dengan Titan RTX, Nvidia bilang RTX 3090 punya performa 50% lebih cepat selagi berjalan di suhu yang lebih adem. Kalau Anda punya rencana untuk menikmati sesi gaming di resolusi 8K 60 fps, saatnya menabung untuk menggaet RTX 3090 yang dihargai $1.499. Kehadiran port HDMI 2.1 juga memastikan setup-nya cuma perlu mengandalkan satu kabel saja.

Satu catatan yang perlu diperhatikan adalah, ketiga kartu grafis baru ini memanfaatkan konektor power model baru, yakni 12-pin ketimbang 8-pin. Kabar baiknya, Nvidia memastikan setiap unit kartu grafis bakal dilengkapi adaptor di paket penjualannya sehingga konsumen tidak perlu membeli PSU baru.

Ketiganya akan mulai dipasarkan dalam waktu dekat; RTX 3080 dan RTX 3090 di bulan September, RTX 3070 menyusul di bulan Oktober. Lalu di mana RTX 3060? Seperti biasa kita harus menunggu beberapa bulan sampai Nvidia merilis kartu baru kelas mainstream. Melihat RTX 3070 yang semenggiurkan itu, saya tidak sabar melihat semenarik apa value yang bakal ditawarkan RTX 3060 nantinya.

Sumber: Nvidia.