Gojek to Reshuffle Management for Financial Business Effectivity

Yesterday (18/11), Gojek announced the reshuffle of the C-level management structure to strengthen the company’s two main portfolios, namely services under Gojek and financial which will be effective as of January 2020.

Co-CEO Gojek will share the tasks. Kevin Aluwi will lead the Gojek service, while Andre Soelistyo will lead the digital and financial payment line. They both remain as Co-CEOs of Gojek Group. Changes only occur at the operational level of the company, so they do not have an impact on the organizational structure as a group.

“We will continue our role as Co-CEO of the Gojek Group, but each of us will have a more specific scope and responsibilities going forward,” said Kevin and Andre in an official statement.

Andre will lead three business units, digital payments (Gopay), financial services such as PayLater, and B2B and merchant solutions.

Both of them explained that in the development of two large business portfolios under the Gojek Group, namely services under the Gojek brand and digital & financial payment services, they have grown bigger. Each portfolio requires different skills and focus.

The management focus on strengthening these two portfolios was carried out due to the stronger corporate fundamentals this year. Total GTV on the Gojek group platform reached $12 billion, increased by 10% from the previous year. Meanwhile, GTV Gopay grew to exceed the total transaction value in the pre-pandemic period.

“Therefore, we must optimize our team to maximize the growth of each of these big businesses. [..] Now is the right time to look back at our business and ensure that Gojek can run optimally, therefore, it will be even more successful in the future. ”

Another line shifting of management is that Hans Patuwo will head the payments business, previously he served as COO of Gojek for nearly three years. Moreover, Ryu Suliawan will lead the B2B and merchant solutions. He previously held the position of Head of Merchants Gojek and also Founder of Midtrans, a payment gateway company that was acquired by Gojek in 2017.

Andre, Hans, and Ryu will develop payment lines next year, Gojek’s current financial business is led by Aldi Haryopratomo as CEO of Gopay who has served for three years. Aldi will step down next year, it was not clear about his next venture.

“Under Aldi’s leadership, Gopay has grown rapidly and has become an important part of the way Indonesians transact. Gojek will always be grateful for Aldi’s services and contributions [..] Aldi will continue to be a friend and advisor who is trusted and respected by everyone in the Gojek Group,” Andre added.

Aldi also said, “I am very grateful to be able to be a part of the development of Gopay and with the team that has helped build the company into what it is today. [..] I am confident that the company will continue to provide access to financial services for the people who need it most.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Rombak Manajemen Untuk Perkuat Bisnis Finansial

Kemarin (18/11), Gojek mengumumkan perubahan struktur manajemen C-level untuk perkuat dua portofolio utama perusahaan, yakni layanan di bawah Gojek dan finansial yang efektif berlaku per Januari 2020.

Co-CEO Gojek akan berbagi tugas. Kevin Aluwi akan memimpin layanan Gojek, sementara Andre Soelistyo pimpin lini pembayaran digital dan finansial. Mereka berdua tetap menjabat sebagai Co-CEO Gojek Group. Perubahan hanya terjadi di tataran operasional perusahaan, sehingga tidak berdampak terhadap struktur organisasi secara grup.

“Kami akan melanjutkan peran kami sebagai Co-CEO Gojek Group, namun masing-masing dari kami akan memiliki ruang lingkup dan tanggung jawab yang lebih spesifik ke depannya,” ujar Kevin dan Andre dalam pernyataan resmi.

Andre akan memimpin tiga unit usaha, yaitu pembayaran digital (Gopay), layanan jasa keuangan seperti PayLater, dan solusi B2B dan merchant.

Keduanya menjelaskan, dalam perkembangan dua portofolio bisnis besar di bawah Gojek Group, yaitu layanan di bawah brand Gojek dan layanan pembayaran digital & keuangan telah tumbuh semakin besar. Tiap portofolio membutuhkan keahlian dan fokus yang berbeda.

Penguatan fokus manajemen pada kedua portofolio ini dilakukan menyusul fundamental perusahaan yang semakin kuat pada tahun ini. Total GTV di dalam platform Gojek group mencapai $12 miliar naik 10% dari tahun sebelumnya. Sementara, GTV Gopay tumbuh melebihi total nilai transaksi di masa pra-pandemi.

“Oleh karena itu, kami harus mengoptimalkan tim kami untuk memaksimalkan pertumbuhan dari masing-masing bisnis besar tersebut. [..] Saat ini merupakan saat yang tepat untuk melihat kembali bisnis kami dan memastikan Gojek dapat berjalan semakin optimal agar semakin sukses lagi di masa depan.”

Jajaran manajemen lainnya yang ikut bergeser adalah Hans Patuwo akan mengepalai bisnis pembayaran, sebelumnya ia menjabat sebagai COO Gojek selama hampir tiga tahun. Kemudian, Ryu Suliawan akan memimpin lini untuk solusi B2B dan merchant. Ia sebelumnya memegang posisi sebagai Head of Merchants Gojek yang juga Founder Midtrans, perusahaan payment gateway yang diakuisisi Gojek pada 2017.

Andre, Hans, dan Ryu akan mengembangkan lini pembayaran pada tahun depan, saat ini bisnis keuangan Gojek dipimpin oleh Aldi Haryopratomo sebagai CEO Gopay yang sudah menjabat selama tiga tahun. Aldi akan mundur mulai tahun depan, tidak dijelaskan ke mana ia akan berlabuh.

“Di bawah kepemimpinan Aldi, Gopay telah berkembang pesat dan telah menjadi bagian penting dari cara masyarakat Indonesia bertransaksi. Gojek akan selalu berterima kasih atas jasa dan kontribusi Aldi [..] Aldi akan terus menjadi sahabat dan penasihat yang dipercaya dan dihormati semua orang di Gojek Group,” imbuh Andre.

Aldi menambahkan, “Saya sangat bersyukur dapat bisa menjadi bagian dari perkembangan Gopay dan bersama tim yang telah membantu membangun perusahaan menjadi seperti sekarang ini. [..] Saya yakin bahwa perusahaan akan terus memberikan akses ke layanan keuangan bagi masyarakat yang paling membutuhkan.”

Application Information Will Show Up Here

Kevin Aluwi dan Ryu Suliawan Ikut Pendanaan Seri A untuk Startup India m.Paani

Dua petinggi Gojek, Co-Founder dan Co-CEO Gojek Kevin Aluwi dan Head of Merchant Gojek Ryu Suliawan, terlibat dalam pendanaan Seri A sebesar $5,5 juta (sekitar 77 miliar Rupiah) untuk platform digitalisasi peritel India m.Paani.

Turut berpartisipasi dalam pendanaan kali ini VC asal Turki AC Ventures, Henkel, Candy Ventures, Suvir Varma (Bain & Company), Chiratae Ventures, dan Blume Ventures.

Dikutip dari ETtech.com, pendanaan akan dipakai untuk pengembangan produk, mengejar pertumbuhan, dan ekspansi wilayah baru.

Kevin Aluwi mengatakan, m.Paani memiliki pemahaman yang mendalam tentang peritel lokal, tercermin dari produk dan strategi mereka untuk menyelesaikan masalah dan aspirasi penggunanya. Menurutnya, model bisnis m.Paani dapat diberdayakan untuk peritel lokal di luar India, terutama di negara berkembang di mana toko-toko kecil masih mendominasi pola konsumsi.

“Kami juga melihat potensi besar bagi mereka untuk memberdayakan peritel lokal di luar India,” terangnya.

m.Paani didirikan lima tahun lalu di Mumbai oleh Akanksha Hazari. Startup ini bergerak di analitik data dan pemasaran yang memungkinkan pengecer lokal untuk go-online, mendigitalkan hubungan dengan konsumen mereka, mengakses data dan insight bisnis, dan mengelola operasi bisnis secara lebih efektif.

“m.Paani menjembatani kesenjangan teknologi untuk memastikan bahwa pengecer lokal kami tidak hanya bertahan tetapi berkembang di India 2.0. Masa depan ritel India harus dikuasai pemain lokal,” katanya.

Tim m.Paani / Inc42
Tim m.Paani / Inc42

Di India, terdapat lebih dari 10 juta toko kelontong (disebut Kirana) berkontribusi lebih dari 85% dari barang-barang konsumen. Sisanya datang dari ritel modern dan online yang bersama-sama menyumbang 10-15%.

Sebagian besar pengguna korporat m.Paani, termasuk Hindustan Unilever, telah menghasilkan permintaan melalui pemasaran berbasis data dan menghubungkan pembeli ke toko menggunakan aplikasi peritel.

Dari hasil riset mereka, sekitar 86% masyarakat India berbelanja melalui Kirana yang hanya berjarak 3-4 km dari rumah. Konsep bisnis m.Paani disebutkan berhasil membuktikan ada monetisasi melalui pelanggan pengecer, memberikan pertumbuhan bisnis lebih dari 25% kepada mitra ritel yang terlibat.

Saat ini, m.Paani memiliki lebih dari 50.000 pengecer dan tujuh juta konsumen di platformnya.

Model bisnis serupa m.Paani juga mulai digarap pemain lokal. Sebut saja Wahyoo, GrabKios, Warung Pintar. Bahkan Bukalapak dan Tokopedia juga sudah terjun ke segmen yang sama. Keterlibatan Gojek, bila membawa m.Paani ke Indonesia, akan meramaikan peta persaingan di vertikal ini.

GO-JEK Konfirmasi Akuisisi Terhadap Midtrans, Kartuku, dan Mapan

Hari ini GO-JEK memfinalisasi akuisisi tidak hanya satu, tidak juga dua, tetapi tiga startup fintech sekaligus. Mereka adalah Midtrans, Kartuku, dan Mapan dengan nilai yang tak disebutkan. Pasca akuisisi, ketiga perusahaan akan secara independen dikonsolidasi di bawah GO-JEK Group. Setiap CEO perusahaan akan melanjutkan peranannya sekarang, tetapi juga akan memegang posisi manajemen senior di GO-JEK Group. Secara garis besar, langkah ini akan membantu GO-JEK menyediakan ekosistem pembayaran inklusif untuk institusi finansial, korporasi, UKM, dan juga masyarakat yang sudah mengenal jasa perbankan atau belum.

Rumor tentang cerita akuisisi ini telah terdengar setidaknya selama tiga bulan terakhir. Sebelumnya saya berargumen akuisisi untuk Midtrans dan Kartuku bakal membantu GO-PAY, sistem pembayaran GO-JEK, untuk memiliki dukungan kuat dari payment gateway online dan offline. Penambahan Mapan, sebelumnya kita kenal dengan nama Ruma, bakal membantu GO-JEK untuk visi dealnya, mendorong inklusi finansial ke masyarakat yang lebih luas di Indonesia.

Secara bersama-sama, perusahaan-perusahaan ini telah memproses transaksi finansial sebesar 67,5 triliun Rupiah (sekitar $5 miliar) per tahunnya, melalui kartu kredit, debit, maupun dompet elektronik.

“Kini, saatnya GO-JEK melangkah maju memasuki babak baru. Melalui akuisisi ini, GO-JEK akan berkolaborasi dengan tiga perusahaan fintech nasional terdepan di Indonesia yang memiliki visi dan etos kerja yang sama dengan kami. Inisiatif ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat pondasi dan langkah kami di industri fintech Indonesia,” ujar Founder dan CEO GOJEK-Group Nadiem Makarim dalam pernyataannya.

Ia melanjutkan, “Kami sangat antusias menyambut Kartuku, Midtrans, dan Mapan ke dalam keluarga besar GO-JEK. Kami sudah bekerjasama dan mengikuti perkembangan mereka selama beberapa tahun terakhir dan sangat menantikan kolaborasi lebih lanjut untuk mewujudkan misi yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui semangat inklusi keuangan. Hal ini sejalan dengan aspirasi Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara di tahun 2020.”

CEO Mapan Aldi Haryopratomo akan memegang posisi baru di dalam GO-JEK Group untuk memimpin GO-PAY, CEO Midtrans Ryu Suliawan akan memimpin platform merchant Group, sedangkan CEO Kartuku Thomas Husted akan menjadi Group CFO yang baru.

Inklusi finansial sebagai pendorong

Sistem pembayaran memegang peranan penting bagi perusahaan digital saat ini untuk menambah konsumen baru, apalagi dengan kenyataan bahwa kepemilikan kartu kredit hanya kurang dari 4% dari total populasi. GO-PAY bukanlah satu-satunya pemain di segmen ini, tetapi ia merupakan salah satu metode pembayaran terpopuler di antara konsumen digital karena kemudahan yang ditawarkan untuk pembayaran non-tunai di sarana transportasi, pengantaran makanan, pengantaran paket, dan segmen lainnya di bawah kelolaan GO-JEK.

Presiden GO-JEK Group Andre Soelistyo mengatakan, “Tahun 2018 akan menjadi tahun di mana GO-PAY akan berkembang di luar ekosistem GO-JEK, menyediakan layanan pembayaran yang aman, nyaman, mudah, dan terpercaya baik secara offline maupun online.”

“Akuisisi ini akan mengakselerasi penetrasi dan jangkauan GO-PAY ke ranah pembayaran offline melalui Kartuku, ranah pembayaran online melalui Midtrans, serta meningkatkan inklusi finansial bagi masyarakat unbanked melalui Mapan. Kolaborasi antara perusahaan fintech nasional di dalam GO- JEK Group ini akan mendorong percepatan inklusi finansial untuk jutaan orang Indonesia serta meningkatkan produktivitas ekonomi di seluruh penjuru negeri.”

“Setelah akuisisi ini, tim manajemen dan seluruh karyawan dari masing-masing perusahaan akan beroperasi sebagaimana sebelumnya, namun dapat mengambil manfaat sinergi sebagai bagian dari GO-JEK Group,” ujarnya.

Akhir bulan lalu GO-JEK baru saja meluncurkan GO-BILLS. Konsumen bisa menggunakan GO-PAY untuk membayar tagihan, awalnya untuk tagihan listrik dan BPJS Kesehatan.

Di bulan Agustus, GO-JEK juga telah mengakuisisi Loket, sebuah platform analitik dan manajemen event, yang kini mengelola GO-TIX, platform tiket dan hiburan GO-JEK. Langkah strategis ini membantu Loket berinovasi secara agresif di segmen event.

GO-JEK mengungkapkan saat ini pihaknya melayani 15 juta pengguna aktif mingguan dengan 900 ribu pengemudi di seluruh Indonesia, lebih dari 125 ribu merchant, dan lebih dari 100 juta transaksi yang diproses di dalam platform per bulannya.

GO-JEK disebutkan tahun depan akan berekspansi ke Filipina.

Secara independen mengejar visi

Walaupun sekarang berada di bawah GO-JEK Group, Ryu dan Aldi mengkonfirmasi kepada DailySocial bahwa setiap perusahaan akan terus mengejar visinya secara independen. Go-Pay, menurut mereka, akan membantu mereka untuk melayani konsumennya secara lebih baik dan mengakselerasi setiap misi mereka.

Ryu juga mengatakan bahwa Prism, dan juga produk lain yang berada di bawah kelolaan Midtrans, akan terus melayani pasar e-commerce. “Kami tetap berkomitmen membantu mengakselerasi e-commerce di Indonesia,” ungkapnya.

Aldi menambahkan, Mapan akan terus dikembangkan untuk membantu lebih banyak keluarga Indonesia mendapatkan peluang menikmati layanan finansial berbasis komunitas. Sebagai bagian GO-JEK Group, Mapan dapat mengakselerasi inklusi finansial ke masyarakat unbanked, terutama mereka yang hidup di daerah-daerah pedesaan yang GO-JEK sendiri belum sepenuhnya tersedia.

GO-PAY akan memiliki peranan penting pasca akuisisi, tetapi metode pembayaran lainnya akan tetap didukung oleh Mapan dan Midtrans. Hal ini akan membantu masyarakat untuk tetap memiliki berbagai pilihan pembayaran yang mudah dan nyaman.

“Sebagai negara mobile first, kami percaya pembayaran digital akan semakin banyak masyarakat yang dapat dijangkau, baik di kota maupun yang ada di pelosok desa. Ini adalah upaya GO-JEK Group untuk mendukung dan mengakselerasi program pemerintah terkait inklusi keuangan dan juga ekonomi digital.”

Application Information Will Show Up Here

GO-JEK Confirms the Acquisitions of Midtrans, Kartuku, and Mapan

Today GO-JEK has finalized the acquisitions of not one, not two, but three fintech startups. They are Midtrans, Kartuku, and Mapan (PT Ruma) with no amount disclosed. Post acquisition, the three companies will be consolidated independently under GO-JEK Group. Each company’s CEO to resume on their current position, but will also hold senior management position within GO-JEK Group. In the big picture, this move will allow GO-JEK to provide inclusive payment ecosystem for financial institutions, enterprise, SMEs, and also banked and unbanked customers.

Rumor about these stories has been around for at least past three months. Previously I argued that the acquisition for Midtrans and Kartuku will help GO-PAY, GO-JEK’s payment system, to have strong support from both online and offline payment gateway. The addition of Mapan, previously also known as Ruma, will enable GO-JEK, in its ideal vision, to push financial inclusion to a larger group of society in Indonesia.

Altogether, those companies have processed more than 67,5 trillion Rupiah (around $5 billion) of financial transaction annually, through credit card, debit card, and digital wallet.

“We are now taking GO-JEK to the next stage. Through the acquisitions announced today, we will be working hand in hand with three likeminded companies who share our vision and ethos. This marks a significant development in our position at the heart of Indonesia’s vibrant fintech industry,” GO-JEK Group’s Founder and CEO Nadiem Makarim said in a statement.

He continued, “We are very excited to welcome Kartuku, Midtrans, and Mapan into the GO-JEK family. We have collaborated with them and followed their progress for a number of years and are looking forward to working together on a shared mission to stimulate economic growth and improve lives through increased financial inclusion in Indonesia. This is in line with the Indonesian government’s aspiration for the country to become the largest digital economy in Southeast Asia by 2020.”

Mapan’s CEO Aldi Haryopratomo will be taking new role inside GO-JEK Group to lead GO-PAY, Midtrans’ CEO Ryu Suliawan will lead Group’s merchant platform, and Kartuku’s CEO Thomas Husted will also be Group’ new CFO.

Financial inclusion as the driving force

Payment system plays vital point for digital companies nowadays to acquire new customer, given credit card ownership in Indonesia is around less than 4% if compared to total population. While GO-PAY is not the only player in this segment, it’s one of the most popular payment method among digital customers due to ease of cashless transaction for transportation, food delivery, package delivery, and some other segments under GO-JEK’s management.

GO-JEK Group’s President Andre Soelistyo said, “2018 will be the year that GO-PAY moves beyond the GO-JEK ecosystem, providing convenient, secure and reliable payments both offline and online.”

“The acquisitions will immediately accelerate the acceptance and market leadership of GO-PAY in the offline space through Kartuku as well as the online space through Midtrans, while also increasing financial inclusion for the unbanked through Mapan. This approach to finance, implemented by leading home-grown Indonesian technology businesses within GO-JEK Group, will accelerate financial inclusion for millions of Indonesians and stimulate economic productivity throughout the country.”

“When the acquisitions are finalised, the management teams and employees will continue to operate as before, but will benefit from synergies as part of the Group,” he said.

Recently GO-JEK has just launched GO-BILLS, where customers can use GO-PAY to pay for bill payments, initially for electricity and BPJS Kesehatan. The latter is national health insurance system.

On August, GO-JEK has acquired Loket, an event management and analytics platform, that in turn now manage GO-TIX, GO-JEK’s own ticket and entertainment platform. It’s a strategical move that enable Loket to innovate aggressively in event segment.

GO-JEK revealed its platform now serves 15 million weekly active users with 900,000 drivers all over the country, more than 125,000 merchants, and over 100 million transactions processed through its platform per month.

It also plans to expand to the Philippines next year.

Independently pursuing respective visions

While now serve under GO-JEK Group, Suliawan and Haryopratomo confirm to DailySocial that each of the companies will continue to pursue their respective visions. Go-Pay, according to them, will allow to better serve their user base and accelerate each of their missions.

Suliawan also said that Prism, as well as the other products of Midtrans, will continue to serve the online commerce market. “We remained committed in helping accelerate online commerce in indonesia,” he said.

Haryopratomo added, Mapan will continue to be developed to help more Indonesian families to have opportunity to enjoy community based financial services. As part of GO-JEK Group, Mapan can accelerate financial inclusion to unbanked society, especially those who live in the remote area where GO-JEK is not widely available.

GO-PAY will play major role post acquisition, but other payment methods will still be supported by Mapan and Midtrans. It will help customers to enjoy variety of payments that are comfortable and enjoyable for them.

“As mobile first country, we believe digital payment will be widely adopted by society, both who live in the cities and rural area. It is part of GO-JEK Group’s effort, as a local company, to support and accelerate government program on financial inclusion and digital economy.”

Application Information Will Show Up Here

Fintech Startup dan Tugasnya Membawa Perubahan

Game changer adalah istilah dalam bahasa Inggris yang mengacu pada situasi atau ide yang mendobrak dan mengubah cara berpikir masyarakat akan sebuah tatanan. Mereka yang masuk kategori game changer biasanya bukan cuma mendapat eureka moment saja, tetapi juga sadar bahwa inovasinya akan membawa perubahan bagi orang banyak dan juga dapat membumikannya. Mengingat banyak tokoh inventor yang ada di dalamnya, dunia teknologi tampaknya sudah tidak asing lagi dengan istilah game changer, apalagi bila meninjau geliat startup yang unjuk gigi di industri.

Di pasar mancanegara, perusahaan-perusahaan teknologi game changer hadir di berbagai ranah, termasuk yang cukup signifikan untuk disoroti adalah lingkup financial technology (fintech). Mengapa? Sebab, keuangan adalah denyut nadi dari sebuah sistem organisasi, entah itu dalam skala keluarga, komunitas, korporasi, maupun pemerintahan.

PayPal, Alipay, dan Paytm adalah tiga dari sekian banyak bisnis fintech internasional yang menghantam dinding budaya masyarakat terkait cara bertransaksi dan mengelola keuangan, dengan model bisnisnya masing-masing. Ryu Kawano, CEO Midtrans, menceritakan bagaimana ketiga perusahaan ini begitu menginspirasi.

“PayPal didirikan pada tahun 1998, bermula dari sistem pembayaran default di eBay, kini menjadi payment method yang mengubah cara berpikir orang-orang dalam melakukan pembayaran,” ujar Ryu.

Alipay juga memiliki caranya sendiri dalam menjalankan bisnisnya di Tiongkok. Platform pembayaran online yang didirikan pada tahun 2004 ini melihat adanya trust issue antara penjual dan pembeli. “Maka, Alipay membuat escrow service, dan membuat rasio NPL (non-performing low) Tiongkok menurun tajam, yang awalnya berada di angka lebih dari 25%,” kisah Ryu.

Lain lagi dengan Paytm yang juga dikagumi Ryu. Awal terciptanya e-wallet asal Negeri Barata ini adalah dari kesadaran bahwa, di India, mesin ATM tidak dapat digunakan untuk membeli pulsa. Padahal di sisi lain, rider Uber mulai bermunculan. Akhirnya, Paytm memberikan solusi tersebut, khususnya bagi rider Uber India yang tidak memiliki kartu kredit.

“Kesamaan dari setiap perusahaan tadi adalah solusi yang mereka tawarkan di masing-masing tempat mereka berada,” ujar Ryu. Ya, tiga perusahaan fintech tadi telah membawa solusi dan gebrakan di daerahnya. Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut Ryu, yang perlu difokuskan adalah masalah yang terjadi di Indonesia, bukan terlalu terpaku pada fitur yang dimiliki PayPal, Paytm, atau Alipay. Berpegangan pada prinsip tersebut, Ryu mengawali bisnis payment gateway-nya dengan perusahaan bernama Veritrans yang membantu masyarakat Indonesia dalam pembayaran online pada tahun 2011. “Kami memproses transaksi yang bernilai miliaran rupiah setiap hari,” aku Ryu.

Seiring dengan pertumbuhan volume transaksi, ternyata Ryu dan timnya tidak hanya menghadapi permasalahan cara pembayaran online saja; mereka juga mendapati pola fraud yang semakin hari semakin rumit dan dapat menghilangkan ribuan dolar hanya dalam hitungan menit.

Ryu kemudian mengubah Veritrans menjadi Midtrans. Bagi Ryu, hal ini tentu bukan hanya soal perubahan nama, namun Midtrans hadir untuk bertransformasi menjadi solusi untuk menjangkau perubahan pasar yang cepat melalui inovasinya yang lebih dari payment gateway, salah satunya adalah Aegis.

“Aegis awalnya dikembangkan untuk mengisi kebutuhan terhadap Fraud Detection System yang melonjak,” kisah Ryu. Pertama-tama, Midtrans mengembangkan Rule Engine-based Fraud Detection System, yang mana ternyata fraud di ranah e-commerce berkembang semakin kompleks saja seiring waktu. “Contohnya, konsumen yang ingin menyalahgunakan promotional discount seringkali memperlihatkan gerak-gerik yang sama dengan konsumen yang memang betul-betul secara identitas jelas,” tambah Ryu.

Midtrans lantas menambahkan kemampuan dari Aegis seperti scoring, augmented intelligence, dan visualisasi untuk mendeteksi pola-pola canggih dari para fraudster.

Melalui Aegis, Midtrans berupaya menjawab keresahan dari para pelaku industri jual-beli elektronik. Cerita sukses PayPal, Alipay, dan Paytm tadi terbukti mendorong Midtrans untuk terus membawa solusi di masyarakat, hingga disadari atau tidak, mereka pun menjadi game changer dalam ekosistem fintech Indonesia. “Yang menarik dari inovasi mereka adalah bukan tentang mengubah sistem pembayaran, namun memperbaikinya,” tutur Ryu mengacu pada keberhasilan tiga perusahaan tersebut.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Midtrans.

DStour #18: Berkenalan dengan “Double Robot” di Kantor Veritrans

Kantor startup fintech yang satu ini terbilang luas dan dilengkapi dengan teknologi terkini. Veritrans, layanan pengelola payment gateway Indonesia memiliki ruang kerja yang minimalis lengkap dengan fasilitas dan teknologi terkini.

Terletak di kawasan bisnis Jakarta Pusat, kantor Veritrans memiliki banyak ruang meeting, lounge room hingga bunk bed atau ruang santai yang bisa dimanfaatkan oleh pegawai untuk beristirahat sejenak.

Salah satu keunikan yang hanya dimiliki oleh Veritrans adalah Double Robot yang biasa digunakan Presiden Direktur Veritrans Ryu Kawano Suliawan. Simak DStour selengkapnya berikut ini.

Mengenal Aegis, Platform Pattern Detection System Dari Veritrans

IMG_1100

Menjadi salah satu pemain penting yang turut mengiringi perkembangan industri e-commerce di Indonesia, layanan pembayaran Veritrans yang baru saja menginjak usia tiga tahun kembali menelurkan produk terbaru mereka yakni Aegis dan Social Link.

Continue reading Mengenal Aegis, Platform Pattern Detection System Dari Veritrans

Isi Pulsa Dapat Kupon Diskon Layanan E-Commerce Melalui Sepulsa

IMG-20150512-WA0001

Layanan pengisian pulsa online Sepulsa hari ini (12/5) resmi memperkenalkan layanannya kepada publik. Sepulsa melakukan pendekatan yang berbeda dalam proses pengisian pulsa melalui platform miliknya, yakni dengan menawarkan kupon diskon berbagai mitra e-commerce mereka. Layanan Sepulsa sendiri dapat diakses melalui desktop dengan mengunjungi situs resminya dan aplikasi smartphone berbasis Android.

Continue reading Isi Pulsa Dapat Kupon Diskon Layanan E-Commerce Melalui Sepulsa

Is Indonesia Ready for Online-to-Offline Logistics Scheme?

Even though the e-commerce industry in Indonesia is currently on a fast lane that it even beats the growth pace in China, the issue of logistics, particularly the delivery service, has always been attached to it. A report by Nielsen showed that the high rate of delivery service contributes to people’s reluctance in doing online transaction. However, the emergence of a new concept, namely the O2O (Online-to-Offline), is predicted to change this condition. Continue reading Is Indonesia Ready for Online-to-Offline Logistics Scheme?