Platform Jasa “Seekmi” Dicaplok oleh Siam Cement Group

Platform marketplace jasa Seekmi resmi dicaplok oleh Siam Cement Group (SCG), perusahaan konglomerasi asal Thailand. Akuisisi ini ditargetkan dapat membantu SCG untuk ekspansi bisnis penyedia jasa on-demand ke pasar Indonesia.

Seekmi merupakan marketplace jasa on-demand untuk berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari pembersihan rumah, penatu, AC, hingga tukang harian. Seekmi berdiri sejak 2015 dan telah beroperasi di delapan kota di Indonesia. Jumlah mitra penyedia jasanya telah mencapai puluhan ribu dengan ratusan ribu pelanggan rumah tangga.

“Saya bangga dengan pencapaian tim kami serta bagaimana Seekmi telah mampu mematahkan batasan dan mengubah industri jasa rumah tangga. Kami senang dan bersemangat untuk bekerja sama dengan perusahaan ternama seperti SCG dalam memperluas bisnis untuk membantu lebih banyak orang Indonesia,” tutur Founder dan CEO Clarissa Leung dalam keterangan resminya.

Sekadar informasi, Siam Cement Group (SCG) merupakan salah satu perusahaan konglomerasi terbesar di Asia Tenggara yang kepemilikannya mayoritas dikuasai oleh Raja Vajiralongkorn. SCG didirikan 1913 menyusul keputusan oleh Raja Rama VI untuk memproduksi semen. Kini, SCG memiliki berbagai lini bisnis, mulai dari konstruksi, pengemasan, tenaga surya, hingga logistik.

Ekspansi ke Indonesia

Masih disampaikan dalam keterangan resminya, SCG sejak lama mengincar ekspansi bisnis ke Indonesia melalui anak usahanya Q-Chang usai melihat adopsi masif terhadap penggunaan jasa on-demand rumah tangga. Diketahui, Q-Chang adalah platform home and living berbasis di Bangkok yang diklaim sebagai salah satu platform home service dengan pertumbuhan tercepat di sana.

SCG menilai Q-Chang dan Seekmi menawarkan solusi dan memiliki core value yang sama, yakni menyediakan layanan jasa rumah tangga berkualitas tinggi yang dapat dipesan melalui aplikasi atau website. Dengan akuisisi ini, Q-Chang dapat memperluas penetrasi bisnisnya ke pasar Indonesia dengan membidik segmen kelas menengah yang kini tengah tumbuh di Indonesia.

Berdasarkan pemberitaan terakhir di DailySocial, diketahui Seekmi mulai mendorong kolaborasi strategis dan fokus menyasar sektor B2B. Sejumlah mitra B2B terkemuka yang telah digandeng Seekmi antara lain IKEA, Samsung, Panasonic, Coca Cola, Toshiba, hingga Orang Tua Group. Layanan yang ditawarkan mulai dari insalasi, perbaikan dan pemeliharaan, hingga layanan pengiriman barang ke konsumen mereka.

Seekmi menilai kebutuhan untuk jasa rumah tangga di Indonesia masih sangat besar. Pengguna jasa ini juga mengaku kesulitan untuk merekrut penyedia jasa yang dapat dipercaya mengingat mereka jarang memiliki lisensi atau sertifikasi untuk membuktikan kompetensi dan keamanannya.

Tak sedikit ditemukan penyedia jasa membatalkan atau menjadwal ulang pekerjaan, bahkan pekerjaan tidak selesai. Ini menjadi salah satu tantangan utama di sektor ini. Maka itu, Seekmi menawarkan sistem untuk melakukan perekrutan, penyaringan, pelatihan, dan pemantauan proses kerja bagi penyedia jasa rumah tangga.

Seekmi tercatat memperoleh pendanaan dari sejumlah VC dan angel investor di 2019 antara lain GDP Ventures, AddVentures, Prasetia Dwidharma, Ventek Ventures, AC Ventures, dan CyberAgent.

Rencana Seekmi Tambah Layanan Baru dan Fokus Sasar Segmen B2B [UPDATED]

Seekmi, platform yang menawarkan layanan dan jasa untuk pembersihan dan pemasangan AC, pipa ledeng, alat rumah tangga, kebersihan, dan laundry, saat ini terus memperluas kolaborasi strategis dan mulai fokus menyasar sektor B2B.

Kepada DailySocial.id, CEO Seekmi Clarissa Leung menceritakan perkembangan bisnisnya saat ini. Diceritakan ketika pandemi berlangsung, memang banyak orang yang segan untuk melakukan pemesanan pembersihan AC di rumah mereka, berakibat pada turunnya jumlah pemesanan dan traksi pengguna.

Untuk bisa terus menjalankan bisnis, Seekmi menghadirkan layanan jasa disinfeksi. Namun sayangnya hanya beberapa bulan saja pengguna yang kemudian melakukan pesanan. Ketika kondisi sudah mulai pulih dan banyak orang kemudian terbiasa untuk hidup berdampingan dengan pandemi, layanan jasa disinfeksi tersebut juga mengalami penurunan pemesanan.

“Namun saat ini kami sudah mulai melihat kondisi sudah mulai pulih dan permintaan dari pengguna juga makin banyak dengan mulai terbiasanya banyak orang dengan kondisi saat ini. Untuk pencegahan kami selalu menyiapkan tim sebelum memberikan layanan kepada pengguna,” kata Clarissa.

Dalam 18 bulan terakhir, kendati ekosistem tengah bergejolak, Clarissa mendapati minat investor yang tetap tinggi untuk berinvestasi di ruang layanan on-demand. Namun demikian, memang ada sinyal kehati-hatian dalam mereka melakukan analisis dan seleksi calon portofolio, khususnya di sektor bisnis yang terdampak operasionalnya akibat Covid-19.

Dari kalangan target pengguna juga saat pandemi kemudian menjadi waktu yang tepat bagi mereka untuk lebih fokus kepada kebutuhan sehari-hari hingga pengobatan. Sehingga layanan jasa seperti Seekmi tidak menjadi prioritas.

Kantongi pendanaan tahun 2019

Tahun 2019 lalu perusahaan telah mengantongi pendanaan dari sejumlah venture capital dan angel investor. Di antaranya adalah GDP Ventures, AddVentures, hingga Prasetia Dwidharma. Investor sebelumnya seperti Ventek Ventures, Convergence Ventures (sekarang AC Ventures), dan CyberAgent Capital juga terlibat dalam putaran pendanaan ini.

Tidak disebutkan lebih lanjut oleh Clarissa tahapan pendanaan yang diterima oleh perusahaan tahun 2019 lalu. Namun demikian dirinya menegaskan runway perusahaan saat ini masih sangat cukup dan perusahaan akan terus fokus untuk menghadirkan layanan dan produk yang menguntungkan. Sebelumnya Seekmi telah mendapatkan pendanaan awal dari sejumlah angel investor dan melanjutkan pendanaan putaran seri A.

Didukung oleh tim yang loyal, Seekmi mengklaim mampu bertahan saat pandemi meskipun harus mengurangi pengeluaran. Di sisi lain mereka juga kemudian menghadirkan inovasi baru dengan menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan besar dan ternama seperti IKEA, Panasonic, Coca Cola, dan Orang Tua Group. Mulai dari bantuan untuk pengiriman dan pemasangan hingga perbaikan dan pemeliharaan, dilancarkan oleh Seekmi kepada segmen B2B.

“Kami memilih untuk merahasiakan semua aktivitas kami terutama dari kompetitor. Saat ini kami sudah menjadi pemain B2B yang kuat dan kami memiliki hubungan baik dengan perusahaan besar tersebut,” kata Clarissa.

Ke depannya perusahaan juga sedang menyiapkan inovasi baru. Salah satunya adalah layanan pijat atau massage. Masih dalam persiapan, jika sesuai dengan target layanan ini akan segera diluncurkan oleh Seekmi dalam waktu dekat untuk kawasan terbatas. Inovasi lainnya juga akan di luncurkan oleh Seekmi.

Ketika sebelum pandemi dulu Seekmi fokus untuk melakukan ekspansi dan telah hadir di 8 kota, namun saat ini fokus Seekmi adalah hanya di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya.

Kolaborasi dengan Tokopedia

Untuk memperluas layanan mereka, Seekmi juga telah menjalin kerja sama strategis dengan Tokopedia dalam bentuk layanan Tokopedia Clean. Kerja sama ini menurut Clarissa menjadi sangat strategis, karena bisa digunakan oleh pengguna Tokopedia yang jumlahnya sudah sangat masif saat ini.

Sebelumnya tahun 2020 lalu kerja sama dengan e-commerce seperti ini juga telah dilangsungkan. Selain Tokopedia, waktu itu juga menggandeng Lazada. Hanya saja bentuknya masih berupa Official Store Seekmi di masing-masing e-commerce, belum menjadi fitur khusus yang terintegrasi.

Di sisi lain dirinya melihat, Tokopedia sebagai perusahaan teknologi juga menyadari bukan hanya layanan fintech saja yang kemudian bisa diberikan, namun juga layanan lain seperti yang ditawarkan oleh Seekmi.

“Kami sudah bekerja dengan Tokopedia dalam beberapa tahun terakhir dan kami telah menjadi mitra terdepan mereka untuk layanan kebersihan. Mereka cukup puas dengan hasilnya yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh pengguna untuk melakukan pemesanan layanan yang kami tawarkan,” kata Clarissa.

Selain pembersihan AC layanan yang juga banyak dipesan di Tokopedia adalah jasa untuk kebersihan rumah dan properti lainnya hingga layanan untuk laundry. Selain dengan Seekmi, Tokopedia Clean juga menggandeng platform serupa di antaranya adalah Klik N Clean.

Disclosure: Senin (19/9) kami melakukan pembaruan atas koreksi yang diberikan narasumber terkait beberapa informasi yang disampaikan

Application Information Will Show Up Here

5 Aplikasi Jasa Online, Jembatani Pencari dan Penyedia Jasa

Perkembangan teknologi saat ini kian mempermudah proses transaksi dalam dunia bisnis online, termasuk di bidang jasa. Beriringan dengan itu, kini hadir berbagai aplikasi jasa online, dengan beragam layanan.

Kini, masyarakat dapat dengan mudah mencari jasa yang sedang dibutuhkan secara online. Begitu pun bagi penyedia jasa yang dapat dengan mudah mencari pangsa pasar yang sesuai dengan jasa yang ditawarkannya, melalui aplikasi jasa.

Aplikasi Jasa Online yang Cocok Bagi Pencari dan Penyedia Jasa

Berikut ini beberapa aplikasi jasa yang dapat digunakan baik oleh pencari ataupun penyedia jasa, simak daftarnya!

1. JASKI

Jaski merupakan layanan penyedia pemesanan atau transaksi jasa yang menghubungkan penyedia jasa dengan pengguna jasa secara mudah, melalui aplikasi. Dengan memiliki lebih dari seribu item jasa dan lebih dari 200 mitra, jenis jasa yang ditawarkan pada aplikasi ini beragam.

Mulai dari jasa foto & videografi, wedding organizer (WO) & event organizer (EO), rias wajah, dekorasi, sewa gaun dan jas, sewa venue, katering hingga entertainment seperti MC dan band.

2. SEJASA

meta image daedbeaceecfddccbebcebafca

Sejasa merupakan layanan jasa online yang fokus sebagai penyedia jasa pertukangan profesional, dengan berbagai jenis layanan. Mulai dari kelistrikan, perbaikan rumah, pembuatan kolam renang dan masih banyak lagi.

Aplikasi Sejasa juga memiliki penyedia jasa profesional, mulai dari arsitek, kontraktor bangunan interior designer, tukang kayu, tukang ledeng, tukang taman, hingga kontraktor pameran.

3. KANGGO

Mengusung konsep yang sama dengan Sejasa, aplikasi Kanggo juga bergerak di bidang jasa home improvement, yang menyediakan jasa tukang bangunan dan pertukangan profesional.

Kanggo menyediakan beragam layanan, mulai dari jasa renovasi rumah, perbaikan tembok dinding, pengecatan, pasang keramik, pintu, plafon, atap dan perbaikan, instalasi pipa, hingga jasa angkat barang berat.

4. MOSELO

bfbdbceedcd Moselo sajikan fungsionalitas untuk pemesanan layanan jasa

Moselo adalah aplikasi marketplace, tempat bertemunya pencari dan penyedia jasa kreatif dan seniman lokal. Layanan kreatif di aplikasi beragam, mulai dari kecantikan, fotografi dan videografi, graphic design, hingga entertaiment.

Moselo juga banyak memiliki layanan lainnya, seperti menyediakan produk kerajinan tangan, pangan olahan rumahan, peralatan rumah tangga, bunga, hampers dan parsel hingga peralatan pesta dan pernikahan.

5. SEEKMI

fcaaaccaeaf BDF A CABF

Seekmi adalah aplikasi penyedia layanan jasa yang berkaitan dengan keperluan rumah dan kantor. Layanan yang ditawarkan mulai dari jasa laundry, pembersihan, servis AC, servis elektronik, tukang harian, tukang ledeng hingga disinfeksi.

Aplikasi ini menghubungkan pencari jasa dengan teknisi terlatih, yang berada dalam lingkup wilayah terdekat. Ada pun layanan aplikasi ini tersedia di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

Demikian beberapa aplikasi jasa online yang dapat digunakan, baik oleh pencari ataupun penyedia jasa. Semoga bermanfaat!

Otomo Sementara Dihentikan, Pendirinya Kini Fokus Kembangkan Marketplace Jasa “Adain”

Pandemi yang telah banyak mengganggu pertumbuhan bisnis startup ternyata juga dirasakan oleh platform penyewaan kendaraan mewah Otomo. Kepada DailySocial.id, Founder Otomo Charles Lin menceritakan strategi bisnis mereka saat ini dengan menunda terlebih dulu operasional Otomo dan kemudian fokus untuk mengembangkan platform marketplace untuk semua layanan dan jasa bernama Adain.

Masih belum banyaknya platform yang memberikan opsi layanan di luar professional work dengan kapabilitas spesifik, menjadi alasan bagi Charles mengembangkan aplikasi tersebut. Berangkat dari pengalaman pribadi yang kesulitan untuk menemukan tenaga kerja paruh waktu untuk general work, akhirnya memutuskan untuk menghadirkan layanan yang bisa dinikmati oleh semua.

“Kita ingin memosisikan Adain layaknya platform seperti Carousell dan OLX, semua orang bisa mencari layanan yang dibutuhkan sekaligus menawarkan layanan dan jasa yang mereka kuasai dalam satu platform,” kata Charles.

Secara khusus Adain tidak mengambil komisi kepada mitra freelancer dan perusahaan/vendor yang telah mempromosikan layanan dan jasa mereka ke dalam platform. Bagi perusahaan atau vendor seperti penyedia jasa kebersihan dan lainnya, bisa dengan mudah mempromosikan daftar layanan yang mereka miliki, demikian juga dengan freelancer seperti tukang hingga teknisi. Dengan demikian layanan yang benar-benar dibutuhkan dan dicari bisa diakses melalui platform Adain.

“Kita menghindari pengambilan komisi kepada mitra kami. Saat ini semua vendor dan freelancer bisa mempromosikan dan mendapatkan pelanggan langsung melalui aplikasi Adain. Ke depannya kita mungkin akan melakukan monetisasi ke B2B dengan cara memberikan data yang relevan dan dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan bisnis mereka,” jelas Charles.

Saat ini Adain telah memiliki sekitar 400 vendor di beberapa wilayah seperti Jabodetabek dan Bandung. Kebanyakan layanan atau jasa yang dicari oleh pelanggan adalah jasa teknisi (televisi dan AC) dan jasa kebersihan. Untuk memudahkan pelanggan mengakses layanan dan jasa, Adain telah tersedia dalam aplikasi yang sudah bisa diunduh di Play Store dan juga di Apps Store.

Menjangkau seluruh wilayah di Indonesia

Berbeda dengan platform lainnya seperti SeekmiKliknClean, Sejasa, TukangBersih yang kebanyakan menawarkan jasa dan pilihan mitra mereka yang telah dikurasi secara internal, Adain justru memberikan kesempatan kepada semua freelancer untuk mempromosikan layanan dan jasa mereka.

Dengan demikian jika saat ini di Papua atau wilayah lainnya belum memiliki layanan yang dicari oleh pelanggan, para freelancer hingga vendor di perusahaan yang berlokasi di wilayah tersebut bisa mempromosikan layanan dan jasa yang mereka miliki langsung melalui aplikasi Adain.

“Untuk vendor atau perusahaan kami mempercayakan proses kurasi dan KYC yang mereka miliki. Sementara dari freelancer kami melihat data untuk kemudian di verifikasi,” kata Charles.

Ke depannya Adain juga memiliki rencana untuk meluncurkan fitur instant booking untuk layanan atau jasa on-demand. Untuk memudahkan komunikasi, aplikasi Adain juga menyediakan internal chat/messenger yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan saat berinteraksi dengan vendor atau freelancer.

Saat ini Charles dan co-founder Otomo lainnya masih ingin mengembangkan Adain dengan menambah jumlah freelancer, vendor dan pelanggan. Bulan Oktober mendatang saat kondisi sudah mulai berangsur pulih, Otomo juga rencananya akan di re-launch dengan menghadirkan pilihan yang relevan.

“Saat ini metrik kita lebih kepada berapa banyak pengguna yang memanfaatkan aplikasi Adain. Untuk vendor bisa melakukan on-boarding sendiri di sisi lain para freelancer juga mulai banyak yang bergabung ke dalam platform Adain,” kata Charles.

Belum ada platform yang mendominasi

Dalam artikel DailySocial.id sebelumnya disebutkan, meskipun sudah ada beberapa platform layanan dan jasa yang menyediakan layanan di luar kawasan ibukota, kebanyakan dari mereka masih membatasi layanan di Jakarta dan sekitarnya. Menurut sudut pandang investor, salah satu alasan masih terbatasnya area layanan yang dijangkau platform jasa dan tukang di Indonesia adalah unit ekonomi yang rentan.

Menurut Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto, secara tipikal layanan marketplace jasa cenderung sangat hiperlokal dan kurang scalable. Mereka tidak dapat memanfaatkan penawaran dan permintaan yang sudah ada sebelumnya di satu pasar untuk menarik pengguna di pasar baru. Ketika mereka datang ke pasar baru, mereka perlu mendapatkan semua pelanggan dari awal.

Efeknya adalah akuisisi pelanggan di satu kota akan sangat berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Ketidakpastian Costumer Acquisition Cost (CAC) itu sering kali membuat model ini dirugikan ketika mulai memasuki  pasar baru. Menjelang akhir tahun 2020 jumlah layanan jasa dan tukang di Indonesia makin bertambah. Meskipun demikian, belum ada yang mendominasi layanan dan baru sedikit yang menerima dana segar dari investor.

Application Information Will Show Up Here

Initiatives from “Sharing Economy” Platforms to Support Partners Amid Pandemic

In 2015, the concept of sharing economy has not become part of the daily life of the Indonesian people. In a survey involving 1008 people, 85% of respondents said they had heard this concept, but still less than 40% had tried it. In 2020, such services have become a necessity and part of a lifestyle.

According to data at the end of the first quarter of 2020, Gojek, Indonesia’s largest local economic sharing platform, has operated in 214 cities and five Southeast Asian countries with more than 2 million driver-partners. The application is claimed to have been downloaded more than 170 million times by consumers in the region. According to App Annie’s report titled “2020 State of Mobile Report”, Gojek has become the most widely used on-demand application for Indonesians throughout 2019.

The sharing economy has now become many people’s sources of income in the ecosystem, including driver-partners, restaurant business owners, and various service providers (cleaning, massage, health, etc.).

The current outbreak of Covid-19 in Indonesia directly affects the use of services and the welfare of these ecosystem partners. According to INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Researcher, Nailul Huda, the impact is a bit burdensome for the business industry with the concept of sharing economy.

“The demand will automatically decrease. There will be less people ordering motorcycle taxi services online or lodging based on sharing economy. This is quite hard for some partners that their services will lose a significant income,” Huda said.

Gojek’s initiative to support partners and merchants

With no further explanation on the percentage decrease in the number of uses in the ecosystem, Gojek’s Chief of Corporate Affairs Nila Marita told DailySocial that there are many changes during this pandemic. Nevertheless, Gojek claims to build a strategic and sustainable business that does not only rely on one service.

“Although the large-scale restrictions (PSBB) has affected online transportation services, we finally see a shift in people’s behavior from transacting offline to online, because most people have to do most activities from home to avoid the risk of spreading the virus,” Marita said.

She also added the shift in offline to online transactions is quite a thing, especially in food delivery services, groceries, and shipping goods. People’s habit of eating on the spot (dine-in) and buying their groceries in stores or supermarkets, is now shifting to online purchases.

Gojek moves quickly to adjust, such as expanding GoFood services from only food delivery orders to groceries, daily necessities and ready-to-cook food.

“We also help our SME partners to be able to conduct their business online so that they do not lose the opportunity to maintain revenue and business turnover. The ability to adapt quickly to this situation is one of our competitive advantages to be able to continue to maintain business sustainability amid pandemic,” She added.

Gojek also provides financial support to partners. The funding comes from three sources. Gojek’s co-CEO and senior management will donate 25% of their annual salary over the next 12 months, the annual salary increase of all Gojek employees will be diverted to aid funds, and also creating a foundation to help others make donations, including Gojek’s corporate partners.

In a joint statement, Gojek’s Co-CEO Andre Soelistyo and Kevin Aluwi said, “This fund will support the driver-partners as part of our core business and have become a vital part of people’s lives who are currently experiencing limited mobility. The thing is that every company has the responsibility to provide as much support as possible and this is something we can do to help our partners through this hard season.”

Furthermore, Gojek and Bank BRI launched a mild interest loan facility for GoRide partners, GoCar, and GoFood merchants. Gojek partners who register and fulfill BRI requirements have the potential to obtain a loan facility of Rp.5-20 million.

Seekmi’s new innovation

Meanwhile, Seekmi platform is trying to expand services to accommodate the needs of its consumers. According to the CEO, Clarissa Leung, most businesses in Indonesia and throughout the world have experienced a slowdown due to the crisis. The best thing about Seekmi is the flexibility of the business changes.

“For example, we have been able to reuse cleaning workers and utilize their existing expertise, with some additional training, to provide disinfection cleaning services. We’re also able to provide jobs for our engineers to help build and assemble furniture, a developed area as a result of Work From Home implementation. Our technology platform is very powerful that it can manage all types of ‘blue-collar’ workforce and easily adapt to different situations,” Leung said.

After the pandemic, Clarissa can see that the services provided by her company would experience technology adoption faster than before. In fact, households and businesses can no longer function in the same way.

“We are also exploring partnerships with lending companies to provide loans to our technicians and cleaners,” she said.

Grab Indonesia’s campaign #KitaVSCorona

With a policy to remain at home in order to reduce the spread of the Covid-19 virus, many SMEs are feeling the impact on their livelihoods. Digitalization can help them. The move was chosen by Grab to help small and traditional businesses to adapt to this new trend. The company tried to help them maintain revenue, even with various restrictions.

Grab claims, during the pandemic, delivery business services have increased, including GrabFood, GrabExpress, GrabMart, GrabFresh by HappyFresh, and the latest concierge on-demand access, GrabAssistant.

“As a super-app, Grab believes in technology for good (tech for good) to create positive social impacts both for each of our partners, such as driver-partners, merchant partners, delivery partners, and also our customers. Therefore, Grab always strives “to create large-scale economic opportunities, financial inclusion for the underserved, and easy access to safer and higher-quality daily services,” Grab Indonesia’s Managing Director Neneng Goenadi told DailySocial.

Similar to Gojek, Grab Indonesia and Bank BRI collaborated to launch a mild interest loan facility for Grab driver-partners, GrabFood merchant partners, and GrabKios partners. This loan aims to ease the financial burden of the affected driver-partners. In addition, the distribution of People’s Business Credit (KUR) is expected to help GrabFood merchants and GrabKios partners to get the financial assistance they need to overcome challenges during this pandemic.

“We are conducting socialization for driver-partners who have the opportunity to get this loan facility. Driver-partners who can get this loan are productive and active partners and have been Grab’s driver-partners for several years. In addition, the partners concerned must have good performance including certain average income amounts,” Goenadi said.

The future of sharing economy

The new normal term seems to affect the sharing economy platforms such as Gojek, Seekmi, and Grab. Not only in terms of the approach to target customers but also the company’s approach to driver and merchant partners. The use of non-cash payments is becoming more common and the application of technology is expected to provide a more efficient and faster implementation of new situations.

After the pandemic, the community will be more concerned with health and hygiene factors. Digital industry services based on sharing economy will also be more selective in choosing partners.

“Their business will soon arise following the good record,” Huda said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Upaya Platform “Sharing Economy” Membantu Mitra di Tengah Pandemi

Di tahun 2015, konsep sharing economy belum menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Dalam sebuah survei kepada 1008 orang, 85% responden menyatakan pernah mendengar konsep ini, tapi masih kurang dari 40% yang pernah mencobanya. Di tahun 2020, layanan seperti ini telah menjadi kebutuhan dan bagian dari gaya hidup.

Menurut data per akhir kuartal pertama 2020, Gojek, platform sharing economy lokal terbesar di Indonesia, telah beroperasi di 214 kota dan lima negara Asia Tenggara dengan lebih dari 2 juta mitra pengemudi. Aplikasi Gojek diklaim telah diunduh lebih dari 170 juta kali oleh konsumen di kawasan ini. Menurut laporan App Annie yang berjudul “2020 State of Mobile Report”, Gojek menjadi aplikasi on-demand paling banyak digunakan masyarakat Indonesia sepanjang 2019.

Sharing economy kini menjadi tumpuan penghasilan bagi banyak pihak di dalam ekosistem, termasuk mitra pengemudi, pemilik usaha restoran, dan pemberi berbagai jasa (kebersihan, pemijatan, kesehatan, dan lain-lain).

Penyebaran Covid-19 yang sedang terjadi di Indonesia secara langsung mempengaruhi penggunaan layanan dan kesejahteraan mitra ekosistem ini. Menurut Peneliti INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Nailul Huda, dampaknya sedikit memberatkan industri bisnis yang berkonsep sharing economy.

“Permintaan layanan jasa mereka otomatis akan menurun. Akan sangat berkurang orang yang memesan layanan ojek online ataupun penginapan berbasiskan sharing economy. Dampaknya tentu saja mitra yang menyewakan jasanya akan kehilangan pendapatan yang cukup signifikan,” kata Huda.

Upaya Gojek membantu mitra dan merchant

Meskipun tidak dijelaskan lebih lanjut berapa persen penurunan jumlah penggunaan di ekosistem, Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita, kepada kepada DailySocial menjelaskan, di masa pandemi ini berlangsung banyak perubahan yang terjadi. Meskipun demikian Gojek mengklaim membangun bisnis secara strategis dan berkelanjutan yang tidak hanya bertumpu pada satu layanan.

“Walau pembatasan berskala besar berpengaruh terhadap layanan transportasi online, kami melihat terdapat pergeseran perilaku masyarakat dari bertransaksi offline menjadi ke online, karena sebagian besar masyarakat harus beraktivitas dari rumah untuk menghindari risiko penyebaran virus,” kata Nila.

Ditambahkan Nila, pergeseran transaksi offline ke online ini banyak dirasakan terutama di layanan food delivery, groceries, dan pengiriman barang. Kebiasaan masyarakat untuk makan di tempat (dine-in) dan membeli kebutuhan pokok sehari-hari di toko atau supermarket, saat ini bergeser menjadi menjadi pembelian secara online.

Gojek bergerak cepat menyesuaikan diri, seperti memperluas layanan GoFood dari sebelumnya pesan antar makanan menjadi juga melayani pembelian bahan pokok, kebutuhan sehari-hari, dan makanan siap masak.

“Kami juga membantu mitra UKM kami untuk dapat melakukan bisnisnya secara online, sehingga mereka tidak kehilangan peluang untuk menjaga pendapatan dan omzet usaha. Kemampuan untuk beradaptasi cepat dengan situasi inilah yang menjadi salah satu competitive advantage kami untuk dapat terus memelihara keberlangsungan bisnis di masa pandemi,” ujar Nila.

Dukungan finansial juga dilancarkan Gojek ke mitra. Pendanaan tersebut berasal dari tiga sumber. Co-CEO dan jajaran manajemen senior Gojek akan mendonasikan 25% dari gaji tahunan mereka selama 12 bulan ke depan, anggaran kenaikan gaji tahunan seluruh karyawan Gojek akan dialihkan untuk dana bantuan, dan pembentukan yayasan untuk membantu pihak lain memberikan donasi, termasuk mitra korporat Gojek.

Dalam pernyataan bersamanya, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi mengatakan, “Dana ini akan mendukung mitra pengemudi yang merupakan urat nadi bisnis kami dan telah menjadi bagian vital dari kehidupan masyarakat yang saat ini mengalami keterbatasan ruang gerak. Yang jelas adalah bahwa setiap perusahaan punya tanggung jawab untuk memberikan dukungan sebisa mungkin dan ini adalah sesuatu yang bisa kami lakukan untuk membantu mitra kami melalui periode sulit ini.”

Lebih lanjut, Gojek dan Bank BRI meluncurkan fasilitas pinjaman bunga ringan bagi mitra GoRide, GoCar, dan merchant GoFood. Mitra Gojek yang mendaftar dan memenuhi persyaratan BRI berpotensi mendapatkan fasilitas pinjaman Rp5-20 juta.

Inovasi baru layanan Seekmi

Sementara itu, platform Seekmi mencoba memperluas layanan yang demi mengakomodir kebutuhan konsumennya. Menurut CEO Seekmi Clarissa Leung, sebagian besar bisnis di Indonesia dan seluruh dunia telah mengalami pelambatan akibat krisis. Hal terbaik dari bisnis Seekmi adalah dapat dengan mudah mengubah posisi.

“Sebagai contoh, kami telah dapat menggunakan kembali tenaga pembersih dan memanfaatkan keahlian mereka yang sudah ada, dengan beberapa pelatihan tambahan, untuk menyediakan layanan pembersihan desinfeksi. Kami juga mampu menyediakan pekerjaan bagi teknisi kami untuk membantu membangun dan merakit furnitur, area yang berkembang sebagai efek dari aturan Kerja Dari Rumah. Platform teknologi kami sangat kuat sehingga dapat mengelola segala jenis tenaga kerja ‘kerah biru’ dan mudah beradaptasi dengan situasi yang berbeda,” kata Clarissa.

Pasca pandemi, Clarissa melihat layanan yang dihadirkan perusahaannya akan mengalami adopsi teknologi lebih cepat dari sebelumnya. Kenyataanya rumah tangga dan bisnis tidak lagi dapat berfungsi dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

“Kami juga menjajaki kemitraan dengan perusahaan pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman kepada teknisi dan petugas kebersihan kami,” kata Clarissa.

Kampanye #KitaVScorona Grab Indonesia

Dengan kebijakan untuk tetap berada di rumah dalam rangka mengurangi penyebaran virus Covid-19, banyak UKM yang merasakan dampak terhadap mata pencaharian mereka. Digitalisasi dapat membantu mereka. Langkah tersebut dipilih Grab untuk membantu bisnis kecil dan tradisional untuk beradaptasi ke tren baru ini, Perusahaan mencoba membantu mereka mempertahankan pendapatan, bahkan dengan berbagai pembatasan.

Grab mengklaim, selama pandemi, layanan bisnis pengantaran memiliki peningkatan, termasuk layanan pengantaran makanan GrabFood, layanan pengantaran GrabExpress, layanan pembelian barang GrabMart, layanan GrabFresh yang didukung HappyFresh, dan layanan concierge on-demand access terbaru GrabAssistant.

“Sebagai aplikasi serba bisa, Grab percaya pada teknologi untuk kebaikan (tech for good) untuk menciptakan dampak sosial positif baik bagi setiap mitra kami, seperti mitra pengemudi, mitra merchant, mitra pengantaran, dan juga pelanggan kami. Oleh karena itu, Grab selalu berusaha untuk menciptakan peluang ekonomi dalam skala besar, menciptakan inklusi keuangan bagi yang kurang terlayani, serta memungkinkan akses ke layanan sehari-hari yang lebih aman dan berkualitas tinggi,” kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi kepada DailySocial.

Serupa dengan Gojek, Grab Indonesia dan Bank BRI berkolaborasi meluncurkan fasilitas pinjaman bunga ringan untuk mitra pengemudi Grab, mitra merchant GrabFood, dan mitra GrabKios. Pinjaman ini bertujuan meringankan beban finansial mitra pengemudi yang terkena dampak. Selain itu, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharapkan membantu merchant GrabFood dan mitra GrabKios untuk mendapatkan bantuan finansial yang mereka butuhkan untuk mengatasi tantangan selama pandemi ini.

“Saat ini kami sedang melakukan sosialisasi bagi mitra pengemudi yang berkesempatan mendapatkan fasilitas pinjaman ini. Mitra pengemudi yang bisa mendapatkan pinjaman ini adalah mitra yang produktif dan aktif serta telah menjadi mitra pengemudi Grab selama beberapa tahun. Selain itu mitra yang bersangkutan harus memiliki performa yang baik termasuk jumlah pendapatan rata-rata tertentu,” kata Neneng.

Masa depan layanan sharing economy

Istilah new normal nampaknya bakal berpengaruh ke platform sharing economy seperti Gojek, Seekmi, dan Grab. Tidak hanya dalam hal pendekatan ke target pelanggan, tetapi juga pendekatan perusahaan ke mitra pengemudi dan merchant. Penggunaan pembayaran nontunai menjadi lebih umum dan penerapan teknologi diharapkan bisa memberikan implementasi situasi baru yang lebih efisien dan cepat.

Usai pandemi, masyarakat akan lebih mementingkan faktor kesehatan dan kebersihan. Pelayanan industri digital berbasiskan sharing economy juga akan lebih selektif lagi memilih mitra.

“Bisnis mereka akan kembali menggeliat dengan catatan tersebut,” kata Huda.

Seekmi Lanjutkan Rencana Ekspansi, Luncurkan Layanan Disinfeksi

Didirikan pada tahun 2015, saat ini Seekmi telah memiliki sekitar 20 ribu lebih tenaga kerja yang terdiri dari tukang, jasa kebersihan, dan teknisi yang terlatih dan bersertifikat. Beberapa jasa yang dihadirkan di antaranya pemasangan AC, pipa ledeng, alat rumah tangga, kebersihan, dan layanan penatu.

Memasuki tahun 2020, Seekmi mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang positif dan masih konsisten menyediakan layanan jasa dan tukang untuk masyarakat di Indonesia. Kepada DailySocial CEO Seekmi Clarissa Leung mengungkapkan, saat ini perusahaannya telah meluncurkan layanan tambahan seperti jasa tukang perakitan dan perbaikan furnitur, juga layanan disinfeksi.

“Kami juga telah memperluas layanan ke 8 kota lain di Indonesia dalam waktu 12 bulan terakhir, dan telah sangat meningkatkan algoritma pencocokan untuk memastikan bahwa teknisi terbaik dan terdekat yang akan mendapatkan pesanan. Secara keseluruhan kami telah mencapai tingkat kualitas dan kecepatan layanan,” kata Clarissa.

Disinggung layanan apa yang makin diminati oleh pelanggan, Clarissa menyebutkan instalasi dan jasa pembersihan saat ini makin meningkat permintaannya. Jumlah tersebut bahkan mulai mengalahkan layanan yang paling banyak dipilih oleh pelanggan Seekmi yaitu jasa pemasangan AC.

“Seiring terus tumbuhnya bisnis kami, layanan instalasi dan pembersihan menjadi semakin populer dan sekarang mulai menyaingi layanan pemasangan AC yang sebelumnya paling diminati,” kata Clarissa.

Tahun 2020 ini ada beberapa target yang ingin dicapai perusahaan, di antaranya adalah melakukan ekspansi ke beberapa kota di pulau Jawa dan memberikan kualitas layanan terbaik untuk kalangan individu dan bisnis di Indonesia.

Meskipun pertumbuhan terhambat dengan penyebaran Covid-19, tidak menjadikan rencana ekspansi tersebut ditunda, dan Seekmi masih berharap target tersebut bisa dicapai. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Seekmi juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana.

Luncurkan layanan jasa disinfeksi

Salah satu yang baru saja diluncurkan adalah layanan penyemprotan disinfeksi. Layanan ini sengaja diluncurkan menanggapi makin masifnya penyebaran Covid-19 di Indonesia. Meskipun masih tersedia terbatas di Jabodetabek saja, namun bagi pengguna yang ingin melakukan penyemprotan disinfeksi, bisa mengakses aplikasi Seekmi.

Menggunakan bahan kimia cair bermutu tinggi dan dukungan teknisi profesional, Seekmi melayani jasa penyemprotan rumah, kantor, dan gedung bangunan. Bahan kimia yang digunakan oleh Seekmi untuk layanan desinfeksi, diklaim tidak meninggalkan bau sisa dan aman untuk manusia, hewan, dan tanaman dan bisa efektif mematikan virus hingga 99%. Untuk harga yang ditawarkan oleh Seekmi untuk layanan ini sekitar Rp.6.800 per meter persegi.

“Wabah pandemi saat ini merupakan tantangan yang berkelanjutan untuk seluruh perekonomian termasuk Seekmi. Kami telah membuat keputusan strategis untuk memfokuskan upaya kami dalam membantu pemulihan rumah tangga yang terkena dampak, bisnis dan vendor melalui layanan kami,” kata Clarissa.

Bersama dengan Habitat for Humanity, yang merupakan organisasi nirlaba, Seekmi mengumpulkan dana untuk memasok kebutuhan dokter dan perawat di rumah tinggal sementara. Selain itu Seekmi yang ditangani langsung oleh para profesional, juga melakukan penyemprotan disinfeksi di rumah tinggal tersebut untuk memastikan bersih dari Covid-19.

“Melalui proyek kami dengan Habitat for Humanity dan inisiatif lainnya, kami sangat percaya bahwa setiap orang harus bersatu agar Indonesia dapat pulih dari krisis kemanusiaan dan ekonomi,” kata Clarissa.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Marketplace Jasa Seekmi Perbarui Tampilan Aplikasi dan Hadirkan Logo Baru

Layanan marketplace jasa Seekmi kembali menghadirkan inovasi baru. Sebagai salah satu layanan penyedia jasa, Seekmi berupaya untuk menghadirkan kebutuhan yang relevan untuk warga ibukota, sekaligus memperbarui tampilan aplikasi.

Kepada DailySocial, CEO Seekmi Clarissa Leung mengungkapkan, bukan hanya melakukan revamping aplikasi, Seekmi juga menghadirkan layanan terbaru sekaligus merubah tampilan logo yang terlihat lebih modern dan simpel.

“Sebenarnya layanan yang baru kami hadirkan sudah ada, kami menambahkan beberapa pilihan untuk memberikan banyak layanan jasa sekaligus kemudahan kepada pengguna,” kata Clarissa.

Jasa-jasa baru

Salah satu layanan yang paling banyak dipilih pengguna Seekmi adalah servis AC. Telah hadir sejak Seekmi didirikan, layanan AC Seekmi terdiri dari jasa membersihkan, instalasi, dan perbaikan. Sementara itu untuk layanan laundry, Seekmi menawarkan pilihan jasa laundry berdasarkan berat dan harga per satuan. 

“Untuk jasa kebersihan, Seekmi menghadirkan pilihan kebersihan gedung/rumah tinggal lengkap setiap bulannya. Selain itu Seekmi juga menghadirkan jasa kebersihan untuk fasilitas furnitur hingga karpet dan ubin keramik hingga tembok kaca milik pengguna,” kata Clarissa.

Seekmi juga menghadirkan layanan jasa tukang, instalasi furnitur, cat rumah hingga pemasangan elektronik dan produk rumah tangga di rumah tinggal dan gedung.

Untuk memudahkan pengguna melakukan pemesanan untuk teknisi atau mitra favorit di Seekmi yang pernah dipesan sebelumnya, diluncurkan fitur Re-order di aplikasi.

“Kami juga memastikan harga sudah sesuai dengan standar dan terjangkau jumlahnya untuk semua pengguna,” kata Clarissa.

Seekmi juga memberikan garansi dan asuransi sebesar Rp 5 juta saat melakukan pemesanan di aplikasi Seekmi (untuk pembayaran cashless). Sementara untuk pilihan pembayaran, Seekmi juga menambah pilihan pembayaran dengan bank ternama, termasuk BCA, Mandiri, BRI, dan BNI.

Saat ini Seekmi telah memiliki jumlah pengguna sekitar ratusan ribu orang, sementara itu jumlah teknisi yang bergabung di Seekmi hingga kini sudah mencapai 100 ribu orang. Seekmi juga berencana memperluas area layanan di kota-kota besar di Indonesia.

“Selain itu kita juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana untuk mempercepat pertumbuhan bisnis,” tutup Clarissa.

Application Information Will Show Up Here

Seekmi Perkenalkan Tiga Layanan Baru dan Siap Galang Pendanaan Berikutnya

Setelah merampingkan layanannya pada akhir tahun 2016 lalu, marketplace jasa Seekmi yang hanya fokus kepada laundry, perbaikan AC dan asisten rumah tangga, meluncurkan tiga layanan baru untuk pengguna di kawasan Jabodetabek. Masih dalam versi beta, ketiga layanan baru tersebut adalah tukang harian, tukang ledeng dan servis elektronik.

Kepada DailySocial, CEO Seekmi Clarissa Leung menjelaskan penambahan tiga layanan ini akan menjadi solusi terbaik untuk pengguna setia dan pengguna baru Seekmi.

“Setelah melakukan beberapa survei dan percobaan rencananya minggu depan Seekmi akan meresmikan tiga layanan baru ini. Bukan hanya memudahkan pengguna namun kualitas dan mutu dari penyedia layanan baru tersebut dijamin terbaik dan pilihan dari Seekmi.”

Berbeda dengan layanan serupa, yang masih menggunakan cara-cara umum saat pemesanan dan menentukan jadwal kunjungan hingga penentuan harga yang harus ditawar terlebih dahulu, tiga layanan terbaru Seekmi diklaim akan menerapkan standardisasi yang jelas dan tentunya harga yang tetap atau fixed price.

“Dengan demikian pengguna tidak usah lagi melakukan penawaran atau penyesuaian waktu dengan penyedia layanan, karena semuanya sudah ditentukan langsung dari aplikasi,” kata Clarissa.

Clarissa menambahkan semua harga jasa sudah merupakan harga tetap, namun jika memang adanya penambahan spare part atau alat pendukung lainnya, pengguna bisa melakukan negosiasi harga lebih lanjut dengan mitra Seekmi diluar dari biaya jasa.

“Kami memastikan mulai dari penyedia jasa hingga teknologi yang dihadirkan oleh Seekmi adalah yang terbaik, agar proses pemesanan hingga pembayaran berjalan dengan lancar,” kata Clarissa.

Fitur terbaru Seekmi Agent

Selain meluncurkan tiga layanan baru, saat ini Seekmi juga tengah menggarap Seekmi Agent. Fitur terbaru ini bisa dimanfaatkan oleh semua orang yang ingin mendapatkan pendapatan tambahan, dengan bergabung menjadi agen Seekmi.

“Saat ini kami masih dalam tahap proses perekrutan untuk orang di luar mitra Seekmi yang tertarik untuk menjadi agen lepas atau full time di Seekmi, tentunya dengan komisi yang menjanjikan,” kata Clarissa.

Selain mendapatkan biaya pemesanan sebesar Rp.10 ribu langsung dari Seekmi, agen dari Seekmi nantinya juga bisa mendapatkan keuntungan lebih yang bisa didapatkan langsung dari layanan yang telah diberikan.

“Untuk mereka yang tertarik menjadi agen Seekmi dan meiliki keterampilan dari layanan yang tersedia di Seekmi bisa langsung mendaftarkan diri.”

Meskipun masih dalam tahap percobaan, namun awal tahun 2018 mendatang fitur Seekmi Agent akan menjadi prioritas Seekmi selanjutnya.

Rencana penggalangan dana Seekmi

Untuk mengembangkan teknologi terkini dan mengejar pertumbuhan, akhir tahun 2017 hingga awal tahun 2018 mendatang, Seekmi berencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan Seri A.

“Saat ini masih dalam tahap penjajakan dengan beberapa investor, namun jika nantinya kami menemukan investor yang tepat, dana tersebut bisa membantu Seekmi untuk scale-up dan tentunya fokus kepada pertumbuhan,” tutup Clarissa.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Bukalapak, Goers, dan Seekmi Melakukan Perekrutan “Engineer”

Berbicara mengenai talenta di dunia startup masih menjadi persoalan yang berkepanjangan. Masih minimnya jumlah serta kualitas dari SDM Indonesia di bidang pengembangan teknologi, tidak dibarengi dengan makin meningkatnya jumlah startup berbasis teknologi lokal hingga asing di tanah air.

Kami mencoba berbincang dengan sejumlah penggiat startup lokal tentang bagaimana mereka menyikapi hal ini dan strategi apa yang mereka lakukan untuk menyiasatinya.

Kurangnya pengalaman dan ketrampilan mahasiswa lulusan baru

Menurut CEO Seekmi Clarissa Leung, salah satu alasan utama adalah masih kurangnya pengalaman dan ketrampilan mahasiswa lulusan IT (Sistem Informasi maupun Teknik Informatika) untuk mengisi posisi engineer yang saat ini banyak dicari startup.

“Saya melihat hanya dalam jumlah kecil lulusan terbaik dari Universitas ternama di Indonesia yang sudah bisa langsung bekerja sesuai dengan standar dari startup yang merekrut. Sebagian lagi masih perlu pelatihan dan training lebih lanjut.”

Persoalan belum maksimalnya kemampuan dari lulusan IT saat ini, bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Berdasarkan pengalaman pribadinya saat kunjungan ke Silicon Valley beberapa waktu lalu, Clarissa melihat banyak anak muda yang melanjutkan studinya untuk mempelajari coding.

Alasan lain minimnya jumlah engineer di Indonesia adalah,kebanyakan mahasiswa lulusan IT, lebih memilih untuk bekerja di perusahaan multinasional dengan gaji yang lebih besar ketimbang bekerja di startup atau membangun startup sendiri. Pada akhirnya menyulitkan startup untuk mencari engineer terbaik hingga CTO yang berkualitas.

Memanfaatkan rekomendasi internal dan referral

Bukalapak sebagai salah satu layanan marketplace terbesar di Indonesia, melakukan proses perekrutan posisi engineer dengan cara yang berbeda. Memanfaatkan informasi dari pegawai sendiri, Bukalapak mampu menghasilkan rekomendasi engineer yang diinginkan sesuai dengan kriteria. Menurut VP Engineering Bukalapak Ibrahim Arief, cara tersebut cukup ampuh untuk mengatasi kesulitan mencari talenta baru di bidang pengembangan teknologi.

“Melihat mayoritas engineer berkualitas yang lolos seleksi kami berasal dari referral  pegawai internal, kami menyediakan internal referral  bonus sebesar 20 juta Rupiah untuk setiap engineer yang lolos.”

Untuk menambah opsi yang ada, Bukalapak juga mengadakan berbagai programming dan kompetisi app development dengan hadiah ratusan juta rupiah untuk menjaring talenta engineering Indonesia yang berbakat.

Strategi tersebut ternyata juga dilakukan di Goers. Menurut Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi, meskipun kerap mengalami kesulitan untuk menemukan engineer yang sesuai, namun perekrutan melalui referral dari engineer yang sudah ada cukup efektif untuk dilakukan.

“Ketika kami melakukan hiring, setiap kandidat akan menemui minimal tiga orang untuk dinilai.”

Selain itu Goers juga membuat pengumuman lowongan pekerjaan di universitas-universitas yang memiliki potensi mahasiswa lulusan IT, bekerja sama dengan acara-acara di kampus dan internship program jalur untuk menjadi pegawai tetap.

“Buat Goers, mencari engineer juga menjadi suatu tantangan, karena kami mencari tidak hanya dari segi skill saja, namun juga dari sisi culture fit,” kata Niki.

Perekrutan bertahap memanfaatkan akun media sosial

Berbeda dengan Bukalapak dan Goers, di Seekmi proses perekrutan lebih dilakukan secara bertahap dan tidak terbuka. Dengan melihat secara detil informasi pendidikan dan pengalaman bekerja, Clarissa menyebutkan untuk perekrutan Seekmi masih terus mencari namun tidak dalam skala yang besar. Jika saat tertentu Clarissa dan tim menemukan engineer yang sesuai dengan kriteria dan cocok untuk ditempatkan posisi tertentu, engineer tersebut akan langsung direkrut tanpa menyebarkan lowongan pekerjaan di job listing

“Tidak selamanya Seekmi melakukan perekrutan untuk engineer. Dari berbagai channel jika ada engineer yang qualified, pasti akan langsung kita rekrut,”

Clarissa menambahkan masih kurangnya pengalaman dan pendidikan informal yang dimiliki oleh mahasiswa lulusan teknologi informasi saat ini, masih menyulitkan startup untuk memperkerjakan tenaga baru tersebut.

Untuk ke depannya diperkirakan akan lebih banyak lagi SDM Indonesia di bidang pengembangan teknologi dibutuhkan. Untuk bisa menemukan engineer yang berkualitas, startup dan pihak terkait tentunya harus bisa lebih agresif lagi melakukan pendekatan, edukasi dan awareness terkait dengan Teknologi Informasi agar lebih tertarik untuk berprofesi menjadi engineer.

Sementara mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan IT bisa memanfaatkan kelas coding yang saat ini sudah banyak tersedia di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.