Sensor Sidik Jari Ultrasonik Generasi Kedua Qualcomm Lebih Luas Sekaligus Lebih Responsif

Sensor sidik jari di balik layar sudah bukan barang baru lagi di tahun 2021 ini. Kendati demikian, sebenarnya masih banyak yang bisa disempurnakan dari teknologi tersebut, misalnya saja luas area pada layar yang bisa dibaca oleh sensor, maupun seberapa cepat sidik jari pengguna dapat terbaca.

Problem-problem inilah yang hendak dibenahi oleh Qualcomm. Mereka baru saja mengumumkan 3D Sonic Sensor Gen 2, generasi baru dari sensor ultrasoniknya yang sudah bisa kita jumpai di smartphonesmartphone flagship Samsung sejak tahun 2018. Timing pengumuman ini pun bukanlah suatu kebetulan mengingat Samsung memang akan segera memperkenalkan ponsel flagship terbarunya, Galaxy S21.

Apa saja penyempurnaan yang dibawa? Yang paling utama adalah area permukaan sensor yang lebih luas; 8 mm x 8 mm, alias 77% lebih luas dibanding generasi pertamanya yang tercatat memiliki area permukaan seluas 4 mm x 9 mm. Karena lebih luas, otomatis data biometrik yang direkam pun juga lebih banyak, sehingga kinerjanya secara keseluruhan bakal semakin akurat.

Qualcomm 3D Sonic Sensor Gen 2

Bukan cuma itu, Qualcomm mengklaim sensor ultrasonik generasi kedua ini dapat membaca sidik jari 50% lebih cepat daripada sebelumnya. Peningkatan performa ini penting mengingat Qualcomm sebenarnya juga punya sensor lain bernama 3D Sonic Max, yang ukuran penampangnya sangat luas meski kinerjanya sama persis seperti generasi yang pertama.

Secara teknis, Qualcomm 3D Sonic Sensor Gen 2 ini memiliki ketebalan hanya 0,2 mm, cukup tipis untuk disematkan di balik panel OLED yang fleksibel. Apakah ini artinya penerus Galaxy Z Fold2 dan Z Flip bakal dilengkapi sensor sidik jari di balik layarnya? Bisa jadi demikian.

Menurut Qualcomm, ponsel pertama yang dibekali 3D Sonic Sensor Gen 2 akan tersedia di awal tahun 2021 ini. Qualcomm memang tidak menyebut nama brand secara spesifik, tapi sejauh ini Samsung adalah konsumen terbesar sensor ultrasonik bikinan Qualcomm, dan saya tidak akan terkejut seandainya Galaxy S21 hadir bersama sensor ultrasonik generasi kedua ini. Kita tunggu saja kepastiannya di tanggal 14 Januari.

Sumber: Qualcomm.

Qualcomm Ungkap 3D Sonic Max, Generasi Baru dari Sensor Sidik Jari Berteknologi Ultrasoniknya

Bersamaan dengan pengumuman Snapdragon 865 dan 765, Qualcomm turut menyingkap generasi terbaru dari sensor sidik jari di balik layarnya. Dijuluki 3D Sonic Max, ia meneruskan jejak sensor berteknologi ultrasonik yang Qualcomm rilis tahun lalu, yang sejauh ini bisa kita jumpai pada seri Samsung Galaxy S10 dan Galaxy Note 10.

Kata “Max” pada namanya merujuk pada sejumlah atribut. Yang pertama adalah ukuran fisik penampang sensor yang lebih besar; 20 mm x 30 mm, sekitar 17 kali lebih luas dibanding dimensi pendahulunya yang hanya 4 mm x 9 mm. Begitu luasnya permukaan sensor ini, ia dapat membaca dua jari sekaligus, dan ini jelas berdampak langsung pada peningkatan keamanan – atribut kedua yang dirujuk oleh namanya.

Keamanan merupakan aspek yang amat krusial dalam konteks sensor sidik jari, apalagi mengingat sebelum ini sensor generasi pertama Qualcomm sempat dikibuli menggunakan trik yang tergolong mudah. 3D Sonic Max dengan dimensi yang lebih besar diyakini dapat menekan peluang munculnya trik-trik seperti ini lagi, sebab bagian jari yang terbaca otomatis jadi lebih banyak.

Qualcomm 3D Sonic Max
Tebal sensornya hanya berkisar 0,15 mm / Qualcomm

Atribut yang ketiga adalah kemudahan. Penampang sensor yang lebih besar berarti pengguna tidak harus meletakkan jarinya persis di atas area sensor seperti sebelumnya. Lebih lanjut, proses setup awalnya juga dapat disederhanakan. Kalau sebelumnya jari harus diletakkan dan diangkat berkali-kali, sekarang pengguna hanya perlu meletakkan satu kali, dan seluruh permukaannya bisa langsung terekam.

Satu hal yang tidak banyak berubah adalah kecepatannya dalam membaca sidik jari. Kepada CNET, perwakilan Qualcomm bilang bahwa semuanya bergantung pada bagaimana pengguna memosisikan jarinya selagi dalam proses setup awal. Kalau benar-benar pas, kinerja 3D Sonic Max dapat sedikit dipercepat.

Lalu kapan kita bisa berjumpa dengan perangkat yang mengemas sensor ini? Paling cepat mulai tahun depan, dan salah satu kandidat kuatnya adalah penerus Galaxy S10 beserta Note 10, dengan catatan Samsung tidak mengikuti jejak Google yang sepenuhnya melupakan eksistensi sensor sidik jari pada Pixel 4.

Sumber: 1, 2, 3.

Hyundai Integrasikan Sensor Sidik Jari pada Tombol Start dan Handle Pintu Mobil

Tidak terasa sudah lima tahun berselang sejak Apple memperkenalkan iPhone 5S. Suka atau tidak, ponsel kecil itulah yang memperkenalkan publik kepada superioritas sensor sidik jari dibanding kata sandi, dan sekarang mayoritas konsumen sudah melihatnya sebagai fitur standar yang wajib hadir di semua smartphone.

Di luar smartphone, kita tahu bahwa teknologi pemindai sidik jari punya banyak tempat untuk dijadikan ruang implementasinya, tidak terkecuali di bidang otomotif. Adalah Hyundai yang sedang bersiap mengintegrasikan teknologi ini pada salah satu mobil andalannya, Santa Fe.

Kalau di iPhone 5S sensor sidik jarinya merangkap sebagai tombol Home, di Hyundai Santa Fe sensornya merangkap peran sebagai tombol start untuk menyalakan mesin. Namun ternyata bukan hanya di situ saja, Hyundai juga menempatkan sensor sidik jari pada handle pintu Santa Fe.

Tentu saja ini bukan tugas yang mudah. Sensor yang berada pada gagang pintu haruslah tahan terhadap perubahan cuaca, dan inilah yang selama ini selalu menjadi pertimbangan pabrikan lain yang mempunyai ide serupa.

Hyundai Santa Fe

Seperti di smartphone, sensor sidik jari di Santa Fe adalah yang termasuk tipe kapasitif. Sensornya dapat mengenali beberapa sidik jari sekaligus, sehingga keberadaannya tak akan jadi masalah buat pasangan suami-istri yang menggunakan mobil secara bergantian.

Lebih lanjut, sistem yang dirancang Hyundai justru akan menyesuaikan beragam pengaturan berdasarkan sidik jari yang dibaca oleh sensor. Pengaturannya meliputi posisi duduk dan angle spion, akan tetapi ke depannya Hyundai juga bakal menambahkan climate control serta posisi setir sebagai opsi yang diingat oleh sistem.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Hyundai Santa Fe dengan teknologi pemindai sidik jari ini akan diluncurkan buat pasar Tiongkok pada kuartal pertama tahun depan. Belum ada informasi apakah Hyundai juga bakal membawanya ke kawasan lain.

Sumber: ZDNet.

Lexar Luncurkan Flash Disk USB 3.0 dengan Sensor Sidik Jari

Di titik ini, fitur keamanan biometrik via sensor sidik jari sudah bukan lagi fitur yang eksklusif untuk smartphone flagship. Bertambah banyaknya jumlah ponsel yang memiliki fitur ini pada dasarnya berdampak pada turunnya ongkos produksi yang dibutuhkan untuk membuat sensor sidik jari.

Imbas lebih lanjutnya, kita bisa melihat pemanfaatan sensor sidik jari di perangkat selain ponsel. Perangkat apa kira-kira yang membutuhkan keamanan ekstra? Salah satunya bisa flash disk, dan itu sudah diwujudkan oleh Lexar.

Produsen storage asal Amerika Serikat itu baru saja memperkenalkan Lexar JumpDrive Fingerprint F35. Seperti yang bisa kita cerna dari namanya, keunikan flash disk ini terletak pada sensor sidik jari yang tertanam di salah satu ujungnya. Jadi untuk bisa mengakses isinya, pengguna harus lebih dulu meletakkan salah satu jarinya di atas sensor tersebut.

Lexar JumpDrive Fingerprint F35 USB 3.0

Sensor tersebut dapat mengenali hingga 10 sidik jari, dan proses pendeteksiannya diklaim kurang dari satu detik. Sebagai proteksi lebih lanjut atas data yang tersimpan, Lexar tak lupa menyematkan fitur enkripsi 256-bit.

Sayangnya untuk urusan performa, ia masih terbatasi oleh standar USB 3.0 yang digunakan, dengan kecepatan transfer data maksimum 150 MB/s secara teoretis. Mungkin akan lebih menarik apabila ke depannya Lexar merilis varian yang sudah menggunakan standar USB-C, meski harganya tentu bakal jauh lebih mahal.

Saat ini Lexar JumpDrive Fingerprint F35 sudah dipasarkan dalam tiga varian: 32 GB ($33), 64 GB ($50), dan 128 GB ($90). Varian 256 GB akan menyusul seharga $170. Keamanan ekstra pada sebuah flash disk memang bukan untuk semua orang, apalagi mengingat harganya tergolong cukup mahal.

Sumber: Lexar via 9to5Mac.

Synaptics Mulai Rakit Sensor Sidik Jari di Layar, Samsung Bisa Jadi yang Pertama

Melengkapi tren layar tanpa bezel, perusahaan perakit sensor biometrik terkemuka, Synaptics mengumumkan telah berhasil menciptakan sensor sidik jari yang bisa dipasang ke permukaan layar smartphone. Lebih menggembirakan lagi, Synaptics juga mengonfirmasi sudah memulai proses produksi massal untuk teknologi barunya itu. Artinya, salah satu dari pabrikan-pabrikan smartphone top dunia dipastikan bakal menawarkan teknologi tersebut di punggawa unggulannya.

Sensor sidik jari di layar bekerja serupa dengan sensor sidik jari fisik yang selama ini sudah umum dijumpai di banyak smartphone. Teknisnya, pengguna cukup menyentuh dengan jari yang sudah terdaftar untuk membuka kunci, hanya saja kali ini otentikasi dilakukan di atas layar, bukan lagi tombol home atau lingkarang di bawah kamera. Sensor sidik jari juga bekerja dalam berbagai situasi termasuk dalam kondisi basah, kering dan dingin.

Synaptics-Clear-ID-optical-fingerprint-sensor-png

Synaptics mengatakan bahwa sensor bernama Clear ID FS9500 ini aman berkat prosedur enkripsi AES dan mencakup serangkaian fitur otentikasi yang dapat dipilih oleh OEM. Fitur penting lainnya, sensor ini bisa dimatikan sesuka hati, sehingga sensor tidak menempati ruang permanen pada layar setiap waktu. Artinya, sensor digunakan hanya saat dibutuhkan saja. Synaptics juga mengklaim teknologi barunya ini bekerja lebih cepat dibandingkan sensor biometrik lainnya, termasuk pemindai wajah 3D.

Menyoal siapa yang bakal pertama kali mengadopsi teknologi ini, mari kita lihat petunjuk yang ditinggalkan. Dalam siaran persnya, Synaptics mengatakan bahwa teknologi Clear ID FS9500 dirancang untuk smartphone dengan layar tanpa batas. Samsung menyebutnya dengan istilah Infinity Display untuk menggambarkan fitur layar penuh di Galaxy S8 dan Galaxy Note 8. Infinity Display sendiri sudah menjadi merk dagang pabrikan asal Korea Selatan itu, jadi secara teori tak ada satupun vendor perangkat yang bisa menggunakannya.

Selanjutnya, Synaptics juga menyebutkan satu kalimat “button-free, bezel-free infinity displays” yang secara tidak langsung berhubungan dengan salah satu properti Samsung.

Sepakat dengan spekulasi ini, atau punya pandangan berbeda?

Sumber berita Synaptics dan gambar header ilustrasi keamanan sidik jari Pixabay.

Pakai Keyboard Microsoft Ini, Anda Tak Perlu Lagi Masukkan Password

Microsoft diam-diam mengumumkan keyboard Bluetooth yang sangat menarik. Dijuluki Microsoft Modern Keyboard, ia merupakan penerus dari Surface Keyboard yang dibundel bersama Surface Studio. Penampilannya tergolong identik, akan tetapi ada satu pembaruan yang sangat penting, yaitu integrasi pemindai sidik jari.

Fingerprint sensor ini Microsoft sembunyikan di balik sebuah tombol di antara tombol Alt dan Ctrl di sebelah kanan yang biasanya dihuni oleh tombol Windows kedua. Memanfaatkan fitur Windows Hello, Anda sejatinya bisa masuk ke Windows ataupun sejumlah website hanya dengan meletakkan jari Anda di atas tombol tersebut, tanpa perlu mencantumkan password sama sekali.

Menariknya, keyboard ini ternyata juga kompatibel dengan perangkat non-Windows, Android atau macOS misalnya, asalkan perangkat dilengkapi konektivitas Bluetooth 4.0. Baru juga dibandingkan pendahulunya adalah opsi untuk menggunakannya dengan kabel, dan pairing pun akan otomatis berlangsung saat ia ditancapkan pertama kali ke perangkat.

Microsoft Modern Keyboard

Seperti yang saya bilang, desainnya hampir tidak berubah dibanding Surface Keyboard. Kerangka keyboard masih terbuat dari aluminium yang terasa kokoh dan berat, bahkan Microsoft mengklaimnya sangat tahan banting. Layout tombol-tombolnya pun juga sama dan masih bergaya chiclet.

Belum ada jadwal pemasaran pasti untuk Microsoft Modern Keyboard selain “segera”. Harganya dipatok $130.

Sumber: Engadget dan The Verge.

Mastercard Biometric Card Adalah Kartu Kredit dengan Sensor Sidik Jari Terintegrasi

Sidik jari dikenal sebagai fitur paling unik dari manusia. Begitu uniknya, bahkan pasangan kembar identik pun tidak mungkin sama sidik jarinya. Maka dari itu, wajar apabila sidik jari akhirnya dimanfaatkan sebagai pembukti identitas, dan kemajuan teknologi biometrik memungkinkan kita untuk mengamankan smartphone menggunakan sidik jari.

Potensi penggunaan sidik jari sebagai pembukti identitas sejatinya paling kelihatan saat membicarakan mengenai transaksi elektronik. Menempelkan ibu jari pada sensor jauh lebih praktis ketimbang menandatangani atau mencantumkan nomor PIN, dan di saat yang sama sidik jari juga jauh lebih aman.

Pandangan ini rupanya diamini oleh Mastercard. Saat ini mereka sedang menguji teknologi baru dimana kartu debit atau kartu kredit bisa ditanami sensor sidik jari. Tujuannya tidak lain dari memberikan kemudahan dalam melakukan otorisasi pembayaran ketimbang harus mencantumkan nomor PIN selagi menutupi tangan Anda dari lirikan-lirikan nakal di sekitar.

Dimensi Mastercard Biometric Card sama persis dan tidak lebih tebal dari kartu kredit biasa / Mastercard
Dimensi Mastercard Biometric Card sama persis dan tidak lebih tebal dari kartu kredit biasa / Mastercard

Dari luar Mastercard Biometric Card ini tidak ada bedanya dengan kartu kredit biasa. Dimensinya juga tidak lebih tebal, hanya saja di ujung kanan atasnya tampak kotak kecil tempat dimana sensor sidik jarinya tertanam. Satu kartu bisa menyimpan data untuk dua jari, tapi keduanya harus milik Anda seorang.

Menariknya, pemilik toko tidak memerlukan mesin khusus untuk bisa menerima pembayaran dengan Biometric Card. Asalkan mesinnya bukan yang model gesek, melainkan yang bisa dimasuki kartu dari bawahnya, pembeli bisa membayar dengan Biometric Card.

Menurut Engadget yang menyaksikan demonstrasinya, proses pembayaran menggunakan Biometric Card berlangsung secara instan; tidak ada delay saat kartu membaca sidik jari pemiliknya. Hal ini dikarenakan semua informasinya telah tersimpan dalam kartu, dan bukan dalam server bank terkait.

Mastercard berencana merilisnya secara global pada akhir 2017, tapi konsumen masih harus menunggu keputusan masing-masing banknya / Mastercard
Mastercard berencana merilisnya secara global pada akhir 2017, tapi konsumen masih harus menunggu keputusan masing-masing banknya / Mastercard

Pun demikian, proses untuk mendapatkan kartunya mungkin bakal lebih ribet, mengingat pengguna diwajibkan untuk datang ke bank guna merekam informasi sidik jarinya pada kartu sebelum kartu tersebut bisa digunakan di seluruh dunia.

Untuk sekarang, Mastercard baru mengujinya di Afrika Selatan guna mengambil kesimpulan apakah teknologi ini bisa meningkatkan kenyamanan sekaligus keamanan dalam bertranskaksi. Rencana ke depannya, Biometric Card bakal dirilis secara global pada akhir 2017, akan tetapi konsumen masih harus menunggu bank-nya masing-masing mengadopsi teknologi baru ini.

Sumber: Engadget dan Mastercard.

Ketika Moleskine Bertemu Touch ID, Jadilah Lockbook

Anda yang masih duduk di bangku sekolah pada era 90-an kemungkinan besar masih ingat dengan diary alias buku harian yang dilengkapi gembok kecil di pinggirnya. Tujuannya tidak lain untuk memproteksi catatan maupun kenangan pribadi Anda dari mata dan tangan jahil teman-teman di sekitar.

Anda sekalian mungkin sekarang sudah beralih ke ranah digital dan mengandalkan aplikasi pembuat catatan pada smartphone, tapi saya yakin sebagian dari Anda masih lebih suka mencatat di atas buku. Masalahnya, kalau memilih buku, Anda harus mengorbankan aspek keamanan, kecuali Anda masih punya diary istimewa itu tadi dan tidak keberatan menggunakannya lagi sekarang.

Desain dan dimensi Lockbook tidak beda jauh dari buku catatan biasa / FPlife
Desain dan dimensi Lockbook tidak beda jauh dari buku catatan biasa / FPlife

Mungkin solusi yang lebih realistis adalah gadget bernama Lockbook berikut ini. Sepintas ia kelihatan seperti buku catatan biasa. Namun saat Anda melirik ke bagian sampingnya, ada pemandangan yang tidak biasa, yakni sebuah fingerprint sensor untuk membaca sidik jari Anda.

Fungsinya tentu saja untuk memberikan proteksi atas apapun yang ada di dalam buku tersebut. Cara kerjanya sendiri sangat mirip seperti yang sudah biasa kita gunakan pada ponsel, bahkan kecepatan dan reaksinya pun juga tidak kalah.

Jadi untuk membuka Lockbook, cukup letakkan jari Anda di atas sensor, lalu tekan tuas kecil di bawahnya. Lockbook mampu mengenali hingga dua jari yang berbeda, dan ia akan bergetar sedikit untuk mengindikasikan bahwa sidik jari Anda sudah terbaca.

Tidak ada yang terlalu istimewa dari bagian dalam Lockbook / FPlife
Tidak ada yang terlalu istimewa dari bagian dalam Lockbook / FPlife

Di dalam, sejatinya tidak ada sesuatu yang lebih istimewa dari yang ditawarkan buku catatan lain. Lockbook menggunakan mekanisme binder supaya Anda bisa dengan mudah menambahkan objek lain, seperti foto misalnya. Di belakang cover depannya, Anda bisa menyimpan barang seperti paspor atau sejumlah kartu.

Lockbook ditenagai oleh baterai rechargeable, akan tetapi FPlife selaku pengembangnya tidak mencantumkan seberapa lama baterai ini bisa bertahan. Dan ketika baterainya habis, Lockbook perlu di-charge terlebih dulu sebelum Anda bisa membukanya – mungkin di sinilah letak kekurangan terbesar Lockbook.

Pun demikian, mencari colokan listrik atau power bank masih jauh lebih mudah ketimbang mencari kunci kecil pasangan gembok imut-imut yang saya singgung di awal tadi. Buat yang tertarik, Lockbook bisa dipesan lewat situs crowdfunding Indiegogo seharga $59, lebih murah $20 dari harga retail-nya. Anda bisa memilih satu dari dua material cover depan yang tersedia dalam berbagai warna.

Berkat Tapdo, Anda Bisa Mengontrol Bermacam Aplikasi dan Perangkat Menggunakan Sidik Jari

Faktor praktis dan keamanan pada akhirnya berhasil membuat sensor sidik jari menjadi fitur standar pada smartphone. Sekarang kita sudah sangat terbiasa membuka ponsel menggunakan sidik jari, dan metode yang sama juga dimanfaatkan untuk sistem pembayaran elektronik seperti Apple Pay dan Android Pay.

Namun sebuah perusahaan bernama Tapdo Technologies berpikir sensor sidik jari mempunyai manfaat lebih dari sekadar dua aktivitas itu. Di mata mereka, teknologi biometrik ini juga dapat dipakai untuk mengaktifkan berbagai macam fungsi pada layanan, aplikasi maupun perangkat smart home.

Buah pemikiran mereka adalah sebuah perangkat wearable mirip smartwatch yang bagian wajahnya dihuni oleh sensor sidik jari. Uniknya, sensor ini dapat membedakan bagian ujung jari dengan bagian tengah dan pangkal, sehingga pada dasarnya satu jari saja bisa menjadi ‘kunci’ aktivasi tiga fungsi yang berbeda.

Tapdo dapat dikenakan di pergelangan tangan atau seperti tombol biasa / Tapdo Technologies
Tapdo dapat dikenakan di pergelangan tangan atau seperti tombol biasa / Tapdo Technologies

Satu ‘tombol’ untuk bermacam-macam, kira-kira seperti itu premis yang ditawarkan Tapdo. Menggunakan aplikasi pendampingnya, pengguna dapat menetapkan fungsi-fungsi tertentu pada bagian jari tertentu. Contohnya, ujung telunjuk untuk memutar atau menghentikan musik, sedangkan bagian tengah dan pangkalnya untuk membesarkan atau mengecilkan volume.

Setiap kali suatu fungsi berhasil diaktifkan, perangkat akan bergetar sebagai indikatornya. Menurut pengembangnya, sejauh ini sudah ada 28 fungsi berbeda yang bisa diaktifkan via Tapdo. Kekurangannya? Anda harus mengingat-ingat bagian jari mana untuk fungsi apa.

Tapdo rencananya akan dipasarkan melalui platform crowdfunding Kickstarter mulai bulan ini juga. Harga termurah yang bisa didapat oleh para backer adalah $99.

Sumber: Wareable dan Tapdo.

Synaptics Kembangkan Trackpad Canggih dengan Pemindai Sidik Jari

Berkat fitur Windows Hello, pemindai sidik jari perlahan menjadi fitur standar untuk laptop. Karena itulah pabrikan yang selama ini bertanggung jawab atas trackpad banyak laptop, Synaptics, mencoba mengembangkan solusi yang lebih canggih dari yang sudah ada sekarang.

Dipamerkan di ajang Computex 2016 kemarin, solusi anyar ini pada dasarnya merupakan trackpad biasa berlapis kaca. Namun yang unik adalah, sensor pemindai sidik jarinya telah ditanamkan pas di balik permukaan kaca tersebut.

Berbeda dari yang sudah ada sekarang, solusi baru ini tidak membutuhkan bidang khusus pada bagian trackpad, seperti yang bisa kita lihat dari gambar di atas, yang juga merupakan garapan Synaptics sebelumnya.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Engadget, wujud trackpad ini tidak berbeda dari trackpad pada umumnya. Fungsinya pun sama persis, akan tetapi ketika otentikasi sidik jari dibutuhkan, pengguna tinggal meletakkan jarinya di atas trackpad.

Synaptics belum mau mengungkapkan kapan pastinya teknologi ini akan muncul di produk-produk besutan brand mitranya. Namun yang bisa dipastikan, teknologi serupa juga bisa diterapkan pada smartphone. Jadi ke depannya sangat mungkin kita bisa memiliki smartphone dengan sensor sidik jari tertanam di bawah layarnya.

Sumber: Engadget.