Huawei Matepad 11 Diperkenalkan: Tablet Pertama dengan HarmonyOS 2

Perseteruan dengan pemerintah Amerika ternyata tidak membuat Huawei patah semangat. Hal ini ditandai dengan munculnya perangkat tablet baru dari Huawei yang akan dijual di Indonesia. Tablet tersebut diberi nama Huawei MatePad 11 dan sudah menggunakan sistem operasi terbaru besutan mereka sendiri, yaitu HarmonyOS 2.

Patrick Ru, Country Head Huawei CBG Indonesia menjelaskan, “Kita sudah menjadi semakin mobile dalam melakukan pekerjaan, terutama di situasi pandemi. Bekerja tidak lagi dikaitkan dengan berada di meja kantor. Sekarang, bekerja sudah bisa dilakukan di mana saja, baik dari rumah atau pun cafe favorit Anda. Itulah mengapa memiliki gadget tepat yang dapat mendukung produktivitas sangat penting saat ini dan kami dapat mengatakan bahwa Huawei MatePad 11 adalah jawabannya. Konsumen di Indonesia dapat menantikan tablet yang tidak hanya dilengkapi dengan fitur terbaik tetapi juga HarmonyOS 2 baru kami.”

Huawei MatePad 11 juga merupakan tablet Huawei pertama yang mendukung kecepatan refresh rate 120 Hz. MatePad 11 menghadirkan Multi-screen Collaboration PC-Tablet baru, termasuk tiga mode, yaitu Mirror Mode, Extend Mode, dan Collaborate Mode. Jadi, tablet ini nantinya bakal berfungsi sebagai monitor ke 2 jika dihubungkan dengan laptop Huawei.

Huawei MatePad 11 juga dapat dilengkapi dengan sebuah stylus yang memiliki nama M-Pencil. M-Pencil yang disematkan pada tablet terbarunya ini ternyata sudah merupakan generasi ke 2 dan memiliki latensi serendah 2 ms, sehingga ssaat menggambar akan menjadi lebih cepat. Huawei Smart Magnetic Keyboard dan mouse juga sudah didukung pada tablet ini sehingga nantinya akan beroperasi layaknya sebuah PC.

Berbeda dengan perangkat Huawei lainnya, MatePad 11 tidak menggunakan SoC buatan Kirin. MatePad 11 yang akan diluncurkan menggunakan Snapdragon 865 buatan Qualcomm. Namun, sepertinya tablet ini hanya menggunakan WiFi 6 saja dan tidak menggunakan jaringan seluler.

Ada alasan tersendiri mengapa MatePad 11 tidak menggunakan Kirin. Saat ditanyakan, pihak Huawei mengatakan bahwa terdapat masalah pada pasokan chipset dari Kirin. Hal tersebut lah yang membuat Huawei menggunakan SoC buatan Qualcomm.

Tablet ini nantinya juga akan diluncurkan di Indonesia. Namun, Huawei Indonesia belum memberikan informasi mengenai kapan perangkat yang satu ini datang ke Indonesia. Harganya pun juga belum bisa diberikan oleh cabangnya di Indonesia ini. Oleh karena itu, mari kita tunggu peluncuran dari tablet terbaru dari Huawei yang satu ini.

[Review] Xiaomi Mi 10T Pro: Flagship Murah yang Kencang dengan Kamera Menonjol

Pada akhir tahun 2020 yang lalu, Xiaomi sempat meluncurkan dua buah smartphone terbarunya, yaitu Mi 10T dan Mi 10T Pro. Kedua perangkat ini merupakan produk flagship dari Xiaomi dengan kelas di bawah dari Mi 10 yang sudah terlebih dahulu diluncurkan. Dan tidak seperti pendahulunya, Mi 9T Pro yang merupakan rebrand dari Redmi K20 Pro, Mi 10T Pro benar-benar merupakan produk baru yang diciptakan oleh Xiaomi.

Mungkin, Mi 10T Pro merupakan jawaban dari Xiaomi atas pertanyaan: “Xiaomi kok mahal?”. Lini Mi sendiri merupakan versi premium dari Xiaomi dan Redmi merupakan seri value. Xiaomi membuat seri Mi menjadi yang paling mahal dengan menyajikan teknologi-teknologi terbaru. Sedangkan dengan label T, Xiaomi hanya mengambil bagian kamera, desain, dan SoC yang kencang.

Xiaomi Mi 10T Pro

Xiaomi melabel Mi 10T Pro dengan harga Rp. 6.999.000. Dengan harga ini, Xiaomi sendiri menurunkan harga Poco F2 Pro ke rentang yang sama. Kedua perangkat ini memiliki spesifikasi yang mirip. Namun, Mi 10T Pro tidak dilengkapi dengan kamera depan mekanik.

Untuk spesifikasi dari Mi 10T Pro yang saya dapatkan, bisa dilihat pada tabel berikut ini

Xiaomi Mi 10T Pro
SoC Snapdragon 865
CPU 1×2.84 GHz Kryo 585 Prime + 3×2.42 GHz Kryo 585 Gold + 4×1.80 GHz Kryo 585 Silver
GPU Adreno 650
RAM 8 GB
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 6,67 inci DotDisplay IPS 2340 x 1080 144 Hz Gorilla Glass 5
Dimensi 165.1 x 76.4 x 9.33 mm
Bobot 218 gram
Baterai 5000 mAh
Kamera 108 MP / 27 MP utama, 13 MP Ultrawide, 5 MP Macro, 20 MP Selfie
OS Android 10 MIUI 12

Hasil dari CPU-Z dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Jika dilihat, dimensi dari Mi 10T Pro lebih besar dibandingkan dengan Mi 10. Bobotnya juga sedikit lebih berat dari versi lebih mahalnya tersebut. Namun yang patut diapresiasi adalah Mi 10T Pro memiliki dua slot nano SIM dibandingkan Mi 10 yang hanya 1 slot saja (secara resmi). Menurut saya, hal tersebut merupakan kekurangan terbesar dari Mi 10 (walau secara tidak resmi bisa dibuka slot keduanya).

Unboxing

Xiaomi Mi 10T Pro - Unbox

Desain

Secara desain keseluruhan, bentuk dari Mi 10T Pro memang berbeda dari para saudaranya. Jika pada keluarga lainnya memiliki lekukan di bagian depan dan belakang, Mi 10T Pro tidak. Namun, Mi 10T Pro juga menggunakan Gorilla Glass 5 pada bagian depan dan belakangnya. Bagian belakangnya pun juga memiliki efek kaca yang juga ramah terhadap sidik jari.

Xiaomi Mi 10T Pro - Back

Jika Mi 10 memiliki layar resolusi 2340 x 1080 dengan teknologi Super AMOLED, Mi 10T Pro menggunakan teknologi IPS. Layar IPS yang digunakan pada Mi 10T Pro sudah mendukung refresh rate hingga 144 Hz yang malah lebih baik dari Mi 10. Hal ini pula yang membuat sidik jari dari Mi 10T Pro tidak ditaruh di bawah layar.

Desain bagian depan dari Mi 10T Pro masih menggunakan desain Dot Display. Hal ini berarti akan ditemukan sebuah lubang pada bagian kiri atas layar yang merupakan sebuah kamera untuk selfie. Desain seperti ini juga tidak memboroskan layar, karena di sekitar lubang kamera tersebut layarnya masih memberikan tampilan dan dapat disentuh. Hal ini tentu berbeda dengan model poni yang bagian di sekitarnya tidak menampilkan gambar.

Xiaomi Mi 10T Pro - Bawah

Desain pada bagian belakangnya juga berbeda dengan perangkat-perangkat Xiaomi lainnya. Ada tiga buah kamera pada bagian belakangnya dengan sebuah flash yang didesain pada sebuah kotak. Kamera 108 MP tentu saja menempati lingkaran yang paling besar. NFC tentu saja juga hadir dan bisa diakses pada bagian belakangnya.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, serta slot nano SIM (dua slot, depan belakang). Dan sama seperti Mi 10, speaker-nya akan tertutup pada saat pengguna sedang bermain sehingga posisinya harus dibalik.

Xiaomi Mi 10T Pro - Kanan dan Atas

Kali ini Mi 10T Pro datang dengan MIUI 12, namun masih menggunakan sistem operasi Android 10. Menggunakan antar muka terbaru ini di atas Snapdragon 865, tentu saja tidak akan terasa adanya lag. Xiaomi pun sudah menjanjikan bahwa Mi 10T Pro bakal bisa ditingkatkan versi sistem operasinya ke Android 11. Jadi, tunggu saja.

Jaringan

Xiaomi Mi 10T Pro menggunakan SoC kencang untuk sebuah perangkat Android, yaitu Snapdragon 865. Penggunaan modem X55 tentu saja membuat kanal LTE yang ada terbuka untuk digunakan. Mi 10T Pro sendiri tidak dikunci jaringan 5G-nya, sehingga bisa digunakan pada negara yang sudah menggelarnya.

Xiaomi Mi 10T Pro - with backcase

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 32, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Tentunya, kanal jaringan ini sudah mendukung semua yang ada di Indonesia. Untuk jaringan 5G, kanal yang didukung adalah 1, 3, 7, 8, 20, 28, 38, 41, 77, dan 78 NSA. Untuk jaringan WiFi, Mi 10T Pro tentunya sudah mendukung standar terbaru WiFi 6 atau 802.11ax.

Kamera: 27 MP yang cukup memukau

Xiaomi akhirnya memutuskan untuk kembali menghadirkan sensor Samsung ISOCELL HMX pada perangkat Mi 10T Pro. Hal ini yang membedakannya dengan Mi 10T (non pro) yang menggunakan Sony IMX 682 dengan resolusi 64 MP. Hal ini membuat Mi 10T Pro menjadi perangkat ketiga yang menggunakan sensor 108 MP tersebut.

Xiaomi Mi 10T Pro - Kamera

Dengan sensor 108 MP, Isocell HMX menggunakan teknologi Tetracell yang memakai empat piksel sebesar 0,8 um menjadi sebuah piksel berukuran 1,6 um. Hal ini tentu saja membuat resolusinya menjadi sekitar 27 MP (108:4). Dengan menggabungkan piksel tersebut, tentu saja akan menghasilkan gambar yang lebih baik.

Resolusi 27 MP masih akan menghasilkan sebuah file gambar yang besar. Satu file JPG yang dihasilkan bisa berukuran hingga 13 MB. Untuk menanggulanginya, Xiaomi sudah menghadirkan format HEIC yang bisa memperkecil file tersebut hingga 80% dengan kualitas yang sama persis. Namun, tidak semua perangkat bisa mengolah file HEIC yang masih tergolong baru ini.

Desain kamera pada Mi 10T Pro memang sedikit mengganggu. Kameranya yang menonjol bakal kerap tergores pada saat ditaruh di meja. Walaupun menggunakan Gorilla Glass 5, saya sangat menyarankan untuk melapisi bagian kamera dengan lapisan anti gores supaya terhindar dari hasil yang buruk saat tergores.

Hasil kamera utama dengan resolusi 27 MP memang cukup baik. Detail yang diambil dapat terlihat dengan baik. Warna yang tertangkap juga terlihat natural dan mirip dengan aslinya. Namun, beberapa kali kameranya menghasilkan noise pada bagian-bagian yang gelap.

Pengambilan gambar zoom, yang ditawarkan pada Mi 10T Pro merupakan pengolahan dengan software. Sayangnya, gambar yang ada merupakan hasil crop dari gambar aslinya dan diperbesar kembali ke sekitar 25 MP. Detail yang tertangkap tentu saja menjadi tidak tajam. Gunakan fitur ini jika benar-benar memerlukannya.

Untuk kamera wide memiliki resolusi 13 MP yang ternyata menghasilkan gambar yang cukup baik. Bahkan, warnanya dapat tertangkap dengan cukup baik dan tidak memudar. Hasilnya bisa diandalkan saat memerlukan pengambilan gambar dengan sudut yang lebih lebar.

Kamera makro yang tersedia pada smartphone ini memiliki resolusi 5 MP. Hasilnya cukup baik dan bisa mengambil beberapa detail dengan cukup baik. Hasilnya terasa sangat berbeda dengan perangkat yang memiliki kamera 2 MP untuk makro.

Kamera selfie dari perangkat ini memiliki resolusi 20 MP. Sama seperti kamera utamanya, teknologi pengambilan gambarnya juga menggunakan teknologi Tetracell. Pada saat kondisi cahaya yang kurang, memang hasilnya kurang memuaskan. Akan tetapi pada saat kondisi cahaya cukup, hasilnya cukup baik.

Untuk Anda yang bergerak di bidang UMKM, kamera pada perangkat yang satu ini tentu bisa membantuk mengambil foto produk yang bagus. Apalagi, detail gambar dari sebuah produk harus disajikan agar terlihat lebih menarik. Sepertinya, tiga kamera yang digunakan oleh Xiaomi pada Mi 10T Pro bisa memenuhi kebutuhan pengambilan gambar produk tersebut.

Pengujian

Menggunakan cip Qualcomm Snapdragon 865 memang membuat Mi 10T Pro sebagai salah satu smartphone kencang di tahun 2020 dan awal 2021. Menggunakan prosesor Kryo 585 Prime dan Gold yang berbasis Cortex A77 membuatnya lebih kencang saat membutuhkan processing power yang tinggi. Sedangkan Kryo 585 Silver yang masih berbasis Cortex A55 akan digunakan saat bernavigasi sehingga lebih hemat daya.

Menguji untuk bermain

Menggunakan Mi 10T Pro untuk bermain memang sangat memuaskan. Satu kekurangan yang saya alami hanyalah speaker-nya yang tertutup sehingga saya harus membalik posisinya. Hal kedua adalah game-game yang didukung oleh perangkat yang satu ini.

Pada saat saya menguji ASUS ROG Phone 3, saya menemukan bahwa game Real Racing 3 bisa berjalan pada 144 Hz / 144 fps. Sayangnya, saat diuji pada Mi 10T Pro, game tersebut hanya mau berjalan di 60 fps saja. Cukup menyebalkan memang. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa tidak ada game yang bisa berjalan di 144 fps.

Xiaomi Mi 10T Pro - UFOTest

Saya menemukan dua game yang bisa berjalan dengan baik di 144 fps, yaitu Lara Croft Go dan VainGlory. Keduanya bisa berjalan dengan baik di frame rate tinggi. Saya juga mencoba PUBG Mobile, COD Mobile, LifeAfter, serta Genshin Impact dan keempatnya hanya bisa berjalan di 60 fps. Sepertinya Xiaomi memang harus bekerja sama dengan para vendor game agar bisa mencapai frame rate yang tinggi.

Saat menggunakan LifeAfter dan Genshin Impact pada setting tertinggi dan frame rate 60 fps, Mi 10T Pro akan mengeluarkan panas yang cukup mengganggu. CPU-Z mencatat angka 47.8 derajat celcius pada perangkat ini. Oleh karena itu, saya cukup menyarankan penggunaan back case bawaan jika ingin bermain lebih nyaman.

Berikut adalah game yang berhasil jalan pada 144 Hz, yaitu VainGlory dan Lara Croft Go. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Untuk bekerja

Pekerjaan saya tidak pernah terlepas dari Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome. Dengan menggunakan Snapdragon 865, tentu saja tidak ditemukan adanya masalah yang berarti. Saya bisa menggunakan aplikasi-aplikasi pendukung pekerjaan dengan baik tanpa lag. Bahkan, bekerja dengan menggunakan CMS yang digunakan oleh DailySocial juga lebih mudah, walaupun saya harus menggunakan bluetooth keyboard untuk mengetik.

Kebutuhan sekolah anak saat School From Home juga membutuhkan transcoding video. Hal tersebut dikarenakan anak TK dan SD saat ini diharuskan membuat tugas berbentuk video yang memiliki durasi panjang namun file yang ada harus berkapasitas kecil. Dengan Snapdragon 865 yang ada pada perangkat ini membuat hasil render video tersebut menjadi cepat.

Benchmarking

Untuk benchmarking, saya menghadirkan cip Snapdragon 865+, 855+, serta 732G. Hal tersebut tentunya untuk mengetahui seberapa kencang Mi 10T Pro dibandingkan dengan rata-rata smartphone yang menggunakan ketiga cip pembanding tersebut.

Hasil di atas sejalan dengan pengujian yang saya lakukan untuk bekerja dan bermain game. Intinya adalah Anda tidak akan merasakan kinerja yang lambat saat menggunakan perangkat Snapdragon 865.

Uji baterai 5000 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan Mi 10T Pro yang memiliki kapasitas sebesar 5000 mAh. Untungnya, perangkat ini menggunakan SoC yang kencang serta layar 144 Hz sehingga waktu pengujiannya terpotong sedikit.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, Mi 10T Pro bisa bertahan hingga 16 jam 55 menit pada mode 144 Hz. Namun saat digunakan untuk bermain, tentu saja tidak akan bertahan sampai waktu tersebut.  Pengisian baterainya sendiri akan memakan waktu kurang lebih dua jam.

Verdict

Bukan Xiaomi namanya jika tidak menawarkan perangkatnya dengan harga yang terjangkau. Hal ini akan membuat mereka yang memiliki dana pas-pasan bisa merasakan sebuah perangkat flagship yang lengkap. Hal tersebut dituangkan oleh Xiaomi pada perangkatnya yang bernama Xiaomi Mi 10T Pro.

Dengan Mi 10T Pro, Xiaomi menawarkan sebuah smartphone Android yang memiliki kinerja tinggi. Selain itu, layar 144 Hz yang masih jarang digunakan juga bisa langsung dimiliki. Hal tersebut tentu menambah kenyamanan dalam penggunaannya. Baterai yang dimiliki juga mampu bertahan hingga seharian.

Kamera yang ada pada smartphone ini merupakan salah satu nilai jual dan juga kekurangannya. Hasil kamera yang tersedia memang bagus dan bisa diandalkan, namun desainnya yang cukup menonjol membuatnya bakal tergores jika ditaruh pada meja. Hal tersebut pun tidak bisa ditanggulangi dengan menggunakan back case bawaannya. Jadi, pengguna harus membeli back case yang bisa membuat kameranya sejajar.

Mi 10T Pro dijual dengan harga Rp. 6.999.000 dan hanya memiliki 1 varian saja. Melihat dari feature yang dibawa, kinerja yang dihasilkan, serta kamera yang dimilikinya, membuat harga tersebut menjadi lebih terjangkau. Jika Anda ingin memiliki sebuah smartphone flagship namun hanya punya dana terbatas, Mi 10T Pro bisa menjadi pilihan teratas.

Sparks

  • Kencang dengan Snapdragon 865
  • Hasil kamera bagus
  • Layar 144 Hz
  • Speaker stereo
  • Dukungan 5G
  • Daya tahan baterai baik

Slacks

  • Kamera menonjol, cukup rentan terhadap goresan
  • Belum memiliki rating IP
  • Tanpa port Audio 3.5 mm

Qualcomm Ungkap Hasil Benchmark Chipset Flagship Snapdragon 888

Qualcomm mengumumkan 5G Mobile Platform Snapdragon 888 pada awal bulan Desember. Kini Qualcomm secara resmi mengungkap hasil benchmark dari chipset flagship tahun 2021 tersebut.

Sebagai pengingat, Snapdragon 888 dibangun pada teknologi proses 5nm dengan AI Engine generasi keenam. Serta, untuk pertama kalinya menggunakan core Kryo 680 berbasis Arm Cortex-X1 dengan kecepatan 2,84GHz, berpadu dengan GPU Adreno 660.

Pengujian dilakukan pada perangkat referensi Qualcomm khusus yang ditenagai oleh Snapdragon 888 dengan konfigurasi sebagai berikut. RAM 12GB LPDDR5, penyimpanan UFS 3.0 512GB, dan perangkat tersebut mengemas layar 6,65 inci beresolusi 1080p dengan refresh rate 120Hz.

Tiap benchmark dilakukan sebanyak tiga kali untuk memberikan nilai rata-rata dan perangkat tersebut menggunakan pengaturan default. Daftar benchark yang diuji oleh Qualcomm mencakup AnTuTu, GeekBench, GFXBench Aztec Normal dan Manhattan 3.0, Ludashi AiMark, AITuTu, MLPerf dan UL Procyon.

Dimulai dengan AnTuTu versi 8.3.4, Snapdragon 888 mencetak skor rata-rata 735.439 poin yang merupakan rekor baru untuk platform ini. Sebagai pembanding, di posisi top saat ini ada Huawei Mate 40 Pro+ dengan Kirin 9000 5G dengan nilai 698.654 poin. Sedangkan, pendahulunya (Snapdragon 865) meraih skor tertinggi 671.045 poin pada Xiaomi Mi 10 Ultra.

Sementara, Geekbench versi 5.0.2 menghasilkan 1.135 poin untuk single-core dan 3.794 poin untuk multi-core. Pada Snapdragon 865, single-core meraih 900 poin dan 3.400 untuk multi-core. Ini berarti, kinerja Snapdragon 888 naik sekitar 20% untuk single-core dan hampir 10% untuk multi-core dibanding pendahulunya.

Qualcomm 2

Kemudian untuk GFX Bench mengungkap GPU Adreno 660 baru pada Snapdragon 888 mendapat nilai rata-rata 86 fps pada uji Aztec Ruins Vulcan dan 169 fps pada Manhattan 3.0. Data selengkapnya, bisa dilihat pada tabel dan video di atas.

Sumber: GSMArena

Xiaomi Mi 10T dan Mi 10T Pro Unggulkan Layar 144 Hz, Mi 10T Lite dengan Layar 120 Hz dan Harga Bersahabat

Di titik ini, tidak berlebihan seandainya kita menganggap layar 120 Hz sebagai fitur wajib bagi smartphone flagship. Barulah kalau kita membutuhkan lebih dari 120 Hz, giliran kategori smartphone gaming yang bisa kita lirik.

Betulkah demikian? Xiaomi rupanya tidak setuju. Mereka baru saja meluncurkan tiga smartphone anyar, dan dua di antaranya datang mengusung layar 144 Hz meski tidak ada yang diklasifikasikan sebagai smartphone gaming.

Xiaomi Mi 10T / Xiaomi
Xiaomi Mi 10T / Xiaomi

Kedua ponsel tersebut adalah Xiaomi Mi 10T dan Mi 10T Pro, dan keduanya sama-sama mengunggulkan layar LCD 6,67 inci beresolusi 1080p dengan refresh rate 144 Hz. LCD, bukan OLED, dan itulah mengapa sensor sidik jarinya menyatu dengan tombol power ketimbang layarnya.

Poin lain yang patut disoroti adalah, layar kedua ponsel ini benar-benar datar, tidak melengkung di bagian samping seperti milik Mi 10 maupun Mi 10 Ultra. Secara estetika, layar yang datar memang kelihatan kurang menawan, akan tetapi fungsionalitasnya jelas lebih unggul karena tidak ada risiko bagian sampingnya tersentuh secara tidak sengaja.

Masih seputar fungsionalitas, Xiaomi tidak lupa menyematkan teknologi variable refresh rate sehingga layarnya tidak terus-terusan berjalan di 144 Hz dan menguras baterai dengan cepat. Sebagai gantinya, perangkat bakal menyesuaikan refresh rate layar dengan jenis konten yang diputar: 144 Hz untuk gaming dan scrolling di media sosial, 60 atau 30 Hz untuk streaming video.

Xiaomi Mi 10T Pro / Xiaomi
Xiaomi Mi 10T Pro / Xiaomi

Lalu seperti yang bisa kita lihat, ujung kiri atas layarnya dihuni oleh sebuah lubang kecil yang menjadi rumah atas kamera selfie 20 megapixel. Beralih ke belakang, ada tiga kamera yang menyambut: kamera utama 64 megapixel (Mi 10T) atau 108 megapixel (Mi 10T Pro), kamera ultra-wide 13 megapixel, dan kamera macro 5 megapixel.

Penempatan modul kameranya sepintas mirip seperti Vivo X50 Pro yang ditenagai teknologi gimbal, tapi ternyata Xiaomi cuma menggunakan OIS biasa, dan ini hanya tersedia pada Mi 10T Pro saja.

Pemakaian chipset Qualcomm Snapdragon 865 semakin memantapkan posisi Mi 10T dan Mi 10T Pro sebagai smartphone flagship, dan Xiaomi juga tidak lupa menyematkan RAM LPDDR5 beserta storage internal UFS 3.1. Melengkapi spesifikasi kedua ponsel adalah baterai berkapasitas 5.000 mAh, dan keduanya sama-sama mendukung pengisian daya cepat 33 W.

Di Eropa, Mi 10T bakal segera dipasarkan dengan harga mulai 499 euro (± Rp8,7 juta), sedangkan Mi 10T Pro mulai 599 euro (± Rp10,5 juta). Mi 10T ditawarkan dalam varian 6 GB/128 GB atau 8 GB/128 GB, sedangkan Mi 10T Pro dalam varian 8 GB/128 GB atau 8 GB/256 GB.

Xiaomi Mi 10T Lite

Xiaomi Mi 10T Lite / Xiaomi
Xiaomi Mi 10T Lite / Xiaomi

Di samping Mi 10T dan Mi 10T Pro, Xiaomi turut menyingkap Mi 10T Lite. Dari namanya langsung kelihatan kalau ponsel ini mengusung spesifikasi yang lebih inferior, tapi ternyata layarnya tetap istimewa berkat refresh rate 120 Hz.

Sama seperti milik kedua kakaknya, layar Mi 10T Lite juga memiliki bentang diagonal 6,67 inci dan resolusi 1080p. Jenis panel yang digunakan pun juga LCD, demikian pula lapisan kaca Gorilla Glass 5 yang memproteksi sisi depan dan belakangnya, lagi-lagi sama seperti Mi 10T dan Mi 10T Pro. Dari segi fisik, yang membedakan Mi 10T Lite hanyalah rangkanya terbuat dari plastik, bukan aluminium seperti kedua kakaknya.

Lubang kameranya yang berada di tengah dihuni oleh modul 16 megapixel. Lalu di belakang, Mi 10T Lite punya empat kamera: kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel.

Masuk ke pembahasan spesifikasi, ada satu fakta cukup menarik: Mi 10T Lite adalah ponsel pertama yang menggunakan Snapdragon 750G, chipset baru yang umurnya belum ada dua minggu. Variasi RAM/storage-nya sendiri ada dua, yakni 6 GB/64 GB dan 6 GB/128 GB. Di sektor baterai, ada unit 4.820 mAh yang juga mendukung fast charging 33 W.

Tanpa perlu terkejut, harga jual Mi 10T Lite jauh lebih bersahabat ketimbang Mi 10T maupun Mi 10T Pro. Di pasar Eropa, Xiaomi mematok harga mulai 249 euro (± Rp4,4 juta) untuk Mi 10T Lite.

Sumber: Xiaomi.

Xiaomi Tawarkan 3 Produk Baru di Indonesia: Redmi 9, Poco, dan True Wireless Earbuds Basic S

Setelah meluncurkan smartphone Redmi Note, Xiaomi kembali meluncurkan perangkat terbarunya di Indonesia. Ada tiga perangkat dan sebuah software yang diperkenalkan pada tanggal 14 Juli 2020 yang lalu. Ketiga perangkat itu adalah Redmi 9, Mi True Wireless Earbuds Basic S, dan Poco F2 Pro. Bersamaan dengan peluncuran ini, Xiaomi juga mengumumkan MIUI 12.

Redmi 9 merupakan sebuah lompatan besar dari Redmi 8. Pada Redmi 9, Xiaomi menanamkan empat buat kamera yang konfigurasinya terdiri dari lensa wide-angle 13MP, lensa ultra-wide angle 8MP, lensa makro 5MP dan depth sensor 2MP. Pada bagian layarnya, Redmi 9 juga sudah menggunakan resolusi FHD+ sehingga merupakan yang paling besar di kelasnya.

Foto 6 - Peluncuran POCO F2 PRO

Untuk spesifikasinya, Redmi 9 juga memiliki kinerja yang jauh lebih tinggi dari Redmi 8. Redmi 9 menggunakan SoC dari Mediatek, yaitu Helio G80. Penggunaan prosesor Cortex A75 cukup membawa pengaruh besar dibandingkan Snapdragon 439 yang hanya menggunakan Cortex A55.

Perangkat kedua yang diperkenalkan adalah Mi True Wireless Earbuds Basic S. TWS yang satu ini diklaim memiliki stabilitas yang lebih baik karena menggunakan Bluetooth 5.0. Selain itu, TWS ini juga memiliki kemampuan pairing otomatis saat dikeluarkan dari casing. Tentu saja, TWS ini juga punya dua tombol pada kanan kirinya untuk mengatur musik atau menerima telepon.

Foto 2 - POCO F2 Pro

Xiaomi juga memperkenalkan antarmuka buatan mereka yang terbaru, yaitu MIUI 12. Alvin Tse selaku Country Director Xiaomi Indonesia mengatakan bahwa antar muka terbarunya ini bakal tersedia untuk beberapa perangkat Redmi dan Mi di Indonesia terhitung bulan Agustus 2020. Hal ini dikarenakan Xiaomi masih melakukan pengujian pada perangkat yang ada di Indonesia.

Perangkat yang tersedia di Indonesia dan akan menerima pembaruan secara bertahap adalah Redmi Note 9, Redmi Note 9 Pro, Redmi Note 8 Pro, Redmi Note 8, Redmi 8, Redmi 8A, Redmi 8A Pro, Redmi Note 7, Redmi 7, Redmi 7A, Redmi Note 6 Pro, Redmi 6, Redmi 6A, Redmi Note 5 Pro, Redmi Note 5, Redmi S2, Mi 10, Mi Note 10, Mi Note 10 Pro, Mi 8 Lite, dan POCOPHONE F1.

Foto 1 - Redmi 9

Perangkat selanjutnya memang cukup mengejutkan. Setelah dua tahun absen, ternyata Xiaomi masih memiliki PocoPhone. Bedanya, kali ini mereka mengganti nama dari PocoPhone menjadi hanya Poco saja. Misi yang dibawa masih sama, yaitu menjadi sebuah flagship killer yang memiliki harga murah. Mereka pun juga mengatakan bahwa telah memerbaiki apa yang menjadi keluhan pada PocoPhone F1.

Dengan nama Poco F2 Pro, smartphone ini menggunakan SoC terkencang untuk Android saat ini, yaitu Snapdragon 865. Selain itu, Poco F2 Pro juga menggunakan LPDDR5 yang kencang serta penyimpanan internal berbasis UFS 3.1. Pendinginannya juga sudah ditingkatkan menjadi Liquid Cool 2, yang memiliki dimensi lebih besar dari para pesaingnya. Dan terakhir, layar 60Hz-nya yang tidak memiliki poni dan titik sudah terlindungi oleh Gorilla Glass 5.

Poco F2 Pro juga merupakan perangkat pertama di Indonesia yang menggunakan sensor Sony IMX 686 dengan resolusi 64 MP. Melalui kamera tersebut, perangkat ini juga bisa melakukan perekaman hingga resolusi 8K yang memang saat ini belum banyak digunakan.  Untuk baterainya, Poco F2 menggunakan baterai 4700 mAh dengan pengisian 30 watt.

Foto 3 - Mi True Wireless Earbuds Basic S

Redmi 9 serta Poco F2 Pro memiliki spesifikasi sebagai berikut

Redmi 9 Poco F2 Pro
SoC Mediatek Helio G80 Qualcomm Snapdragon 865
CPU 2×2.0 GHz Cortex-A75 & 6×1.8 GHz Cortex-A55 1×2.84 GHz Kryo 585 & 3×2.42 GHz Kryo 585 & 4×1.80 GHz Kryo 585
GPU Mali-G52 MC2 Adreno 650
Layar IPS 6,53″ 2340×1080 Super AMOLED 6,67″ 2400×1080
RAM 3 dan 4 GB 6 dan 8 GB
Internal 32 GB dan 64 GB 128 GB dan 256 GB
Baterai 5020 mAh 4700 mAh

Redmi 9 dijual dengan harga Rp. 1.799.000 untuk versi 3/32 GB dan Rp. 1.999.000 untuk versi 4/64 GB. Untuk Mi True Wireless Earbuds Basic S, dijual dengan harga Rp. 299.000. Untuk Poco F2 Pro dijual dengan harga Rp. 6.999.000 untuk versi 6/128 GB dan untuk 8/256 di harga Rp. 7.999.000.

Poco Juga Bakal Membunuh Mi 10?

Sama seperti F1, Poco F2 Pro juga ditempatkan sebagai flagship killer oleh Xiaomi. Namun, kita juga tahu bahwa Xiaomi memiliki flagship pula yang bernama Mi 10 dan Mi Note 10 di Indonesia. Hal tersebut tentu saja bisa berbalik menyerang Mi 10 karena Poco dijual dengan harga yang lebih murah. Bagaimana strategi dari Xiaomi agar tidak saling kanibal antara Poco F2 Pro dengan Mi 10?

Foto 7 - Peluncuran Redmi 9

Alvin pun menjelaskan bahwa Poco berfokus pada kecepatan dan kinerja. Sementara Mi akan berfokus pada semua teknologi dan inovasi terakhir yang dikeluarkan. Keduanya memiliki sasaran pasar yang berbeda, pengalaman yang berbeda, dan dengan fokus yang berbeda.

Alvin menganalogikan bahwa Poco itu seperti orang yang masih berumur 20-30 tahun yang masih gemar dengan koleksi mainan serta geeky. Mi dianalogikan sebagai orang yang sudah lebih dewasa di umur 40 tahunan, di mana juga memperhatikan aspek tertentu seperti bentuk, keindahan, dan kesempurnaan.

Satu contoh lainnya adalah penggunaan layar pada Mi 10 dan Poco F2 Pro. Poco F2 Pro tidak menggunakan layar dengan refresh rate 90 Hz. Sedangkan Mi 10 menggunakan layar dengan refresh rate tersebut. Ini membuktikan bahwa Poco hanya untuk mereka yang menginginkan kecepatan saja dan setuju menggunakan layar 60 Hz serta kamera yang bukan beresolusi 108 MP.

5G Tidak Dikunci

Saya pun menanyakan kepada Alvin perihal konektivitas 5G. Xiaomi Mi 10 merupakan perangkat 5G pertama dari Xiaomi yang dipasarkan di Indonesia dan tidak dikunci. Lalu bagaimanakah dengan Poco F2 Pro? Apakah tidak dikunci seperti Mi 10?

Alvin pun membenarkan hal tersebut. Poco F2 Pro memiliki jaringan 5G yang tidak dikunci. Jadi pada saat pengguna Poco F2 Pro ingin melakukan perjalanan keluar negeri yang memiliki jaringan tersebut, sudah bisa terkoneksi. Walaupun begitu, di Indonesia Xiaomi sendiri masih menunggu spektrum mana yang akan digunakan. Hal tersebutlah yang membuat 5G tidak bisa digunakan di Indonesia.

[Review] Realme X3 SuperZoom: Unggulkan Kamera Periskop, Masih dengan Snapdragon 855+

Realme sempat menggemparkan pasar smartphone dengan meluncurkan perangkat flagship pertamanya, yaitu X2 Pro. Namun, sepertinya keluarga flagship dari realme tidak berhenti sampai di situ saja, karena saat ini realme di Indonesia sudah memiliki sang penerus, yaitu Realme X3 SuperZoom. Kata SuperZoom menandakan bahwa kamera dari perangkat ini bisa melakukan zoom yang cukup jauh.

Realme X3 SuperZoom membawa teknologi periskop sehingga memiliki kamera dengan kemampuan zoom lensa 5x. Dengan bekal itu, realme membuat X3 SuperZoom untuk bisa melakukan zoom digital hingga 60x. Hal ini tentu saja membawa ruang berkreasi baru untuk para penggunanya.

Realme X3 SuperZoom -

Pada X3 SuperZoom, realme masih mengandalkan Snapdragon 855+. Hal tersebut berarti bahwa perangkat ini masih menggunakan jaringan 4G LTE. Hal ini pula yang membuatnya memiliki kinerja yang kurang lebih sama dengan sang pendahulunya, realme X2 Pro. Sayang memang, sementara vendor lain sudah menggunakan Snapdragon 865, realme X3 SuperZoom masih pada cip sebelumnya.

Hanya satu varian saja yang dikeluarkan oleh realme untuk X3 SuperZoom ini. Spesifikasinya dapat dilihat sebagai berikut:

Realme X3 SuperZoom
SoC Snapdragon 855+
CPU 1×2.96 GHz Kryo 485 + 3×2.42 GHz Kryo 485 + 4×1.78 GHz Kryo 485
RAM 12 GB
Internal 256 GB
Layar 6.6 inci 2400×1080 120 HZ
Dimensi 163.8 x 75.8 x 8.9 mm
Bobot 202 gram
Baterai 4200 mAh

Spesifikasi smartphone yang saya uji dideteksi oleh CPU-Z seperti di bawah ini:

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan realme X3 SuperZoom

Realme X3 SuperZoom - Unboxing

Desain

Jika dilihat secara keseluruhan, realme X3 SuperZoom memiliki kemiripan dengan realme 6 Pro. Hal itu dapat dilihat dengan dua kamera in-display untuk swafoto pada bagian depannya. Oleh karena itu, saat melihat dari sisi depannya, orang akan sulit menebak apakah perangkat ini realme X3 SuperZoom atau 6 Pro.

Bagian belakangnya pun juga cukup mirip. Yang membedakan adalah bentuk dari kamera Zoom Periscope yang memiliki dimensi kotak. Selain itu, pantulan cahaya dari desain belakangnya juga yang membedakan antara keduanya. Terakhir adalah letak logo realme, yang menurut saya lebih bagus pada X3 SuperZoom.

Realme X3 SuperZoom - Bawah

Layar yang digunakan pada X3 SuperZoom adalah jenis IPS. Walaupun begitu, layar ini sudah mendukung refresh rate hingga 120 HZ. Dan oleh karena menggunakan layar IPS, realme memindahkan pemindai sidik jari ke bagian samping kanannya bersamaan dengan tombol power. Layarnya ini sendiri masih menggunakan Gorilla Glass 5 sebagai pelindung dan sudah tertempel lapisan anti gores langsung dari pabriknya.

Sebelum realme X3 SuperZoom hadir, saya juga beberapa kali memakai perangkat dengan side fingerprint. Sayangnya dalam jangka waktu pemakaian yang lama, sensornya kerap tidak sensitif sehingga saya cukup kesulitan membuka perangkatnya. Sayangnya, hal yang sama terjadi pada saat saya melakukan pengujian X3 SuperZoom. Oleh karena itu, usahakan untuk merekam satu jari dengan dua profile sehingga lebih akurat.

Realme X3 SuperZoom - Kiri

Satu hal yang menghilang dari layar realme X3 SuperZoom adalah sertifikasi HDR10+. Bagi beberapa penikmat video, fitur yang satu ini memang selalu ditunggu-tunggu. Walaupun begitu, X3 SuperZoom sudah mendukung sistem pewarnaan DCI-P3 yang lebih baik.

Pada sisi sebelah kiri akan ditemukan dua tombol volume naik dan turun. Lalu pada bagian kanannya terdapat tombol power yang sekaligus berfungsi sebagai pemindai sidik jari. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot SIM, USB-C, microphone, serta speaker.

Realme X3 SuperZoom - Kanan

Yang absen kali ini adalah audio port 3.5mm, sehingga realme X3 SuperZoom hanya bisa digunakan dengan bluetooth earphone saja. Realme juga sudah mempersenjatai X3 SuperZoom dengan Dolby Atmos sehingga suara yang terdengar menjadi lebih baik. Namun bagi beberapa orang, suara yang dihasilkan dari audio port masih terdengar lebih baik dari pada melalui bluetooth.

Sistem operasi yang digunakan pada realme X3 SuperZoom menggunakan Android 10. Antar muka yang mereka gunakan pun juga masih sama, yaitu Realme UI versi pertama. Hal ini tentu saja membuat para pengguna realme menjadi tidak asing saat menggunakan X3 SuperZoom.

Jaringan LTE

Realme selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Realme X3 SuperZoom sendiri mendukung band 1(2100), 2(1900), 3(1800), 4(1700/2100), 5(850), 7(2600), 8(900), 20(800), 26(850),  38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Realme X3 SuperZoom menggunakan modem x24 yang mendukung LTE Cat 20 yang mendukung 7 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 2000 Mbps.

Kamera

Sepertinya, bagian kamera adalah satu hal yang selalu baru di setiap peluncuran perangkat realme. Seperti dari X2 Pro ke X3 SuperZoom, yang membedakan adalah kamera periskop untuk Zoom. Tidak hanya itu, saat ini realme kembali menggunakan sensor Sony IMX pada kamera depannya.

Realme X3 SuperZoom - Kamera

Untuk kamera utama masih menggunakan sensor ISOCELL Bright GW1 yang memiliki resolusi 64 MP. Saat menggunakan teknologi Tetracell, resolusinya akan menjadi 16 MP. Hasilnya? Saya masih melihat kemiripan hasil tangkapan kameranya dengan X2 Pro. Namun, kali ini saya melihat bahwa sensor GW1 kurang dapat menangkap warna kuning dengan baik.

Secara keseluruhan, hasilnya bagus dan bisa diandalkan untuk mengambil momen sehari-hari.

Realme juga memberikan fitur bernama Starry Mode. Mode ini diberikan untuk mengambil gambar Milky Way di angkasa pada saat malam hari. Sayangnya, selama 10 hari saya memegang perangkat ini, langit selalu mendung sehingga selalu gagal untuk mengambil gambarnya.

Kamera Zoom-nya memang cukup dapat diandalkan. Dengan menggunakan teknologi Periscope, realme X3 SuperZoom mampu mengambil gambar yang obyeknya cukup jauh. Berikut adalah contoh gambar yang diambil dengan lensa utama, zoom 2x, zoom 5x, zoom 10x, dan zoom 60x

Kamera depannya menggunakan sensor Sony IMX 616 dengan resolusi 32 MP. Tentunya, resolusi ini menggunakan teknologi Quad Bayer yang sama dengan TetraCell. Hasilnya memang terlihat lebih baik dari yang dihasilkan oleh Realme X2 Pro pada beberapa kondisi. Gambar terlihat lebih tajam dan warna yang dihasilkan juga cukup akurat.

Kamera makro yang dipasang masih menggunakan resolusi 2 MP. Namun sepertinya realme telah melakukan tweaking sehingga hasilnya terlihat lebih baik dibandingkan sang pendahulunya.

Pengujian

Satu hal yang mau saya bicarakan terlebih dahulu adalah layarnya. Realme menggunakan layar dengan refresh rate 120 Hz. Namun, saat melakukan pengujian, saya cukup bingung karena hanya terdeteksi sebagai 90 Hz saja. Ternyata secara default, seting layar ada pada Auto. Jadi, pada saat pilihan ada pada Autorefresh rate perangkat ini seperti terkunci maksimal 90Hz.

Saat memilih 120 Hz, refresh rate perangkat ini pun langsung terangkat ke 120 Hz. Hal ini pun membuat realme X3 SuperZoom memiliki tiga pilihan refresh rate. Untuk menghemat baterai, pilih saja Auto atau 60 Hz. Dan jika ada game yang sudah mendukung mode 120 Hz di realme, tinggal menaikkan pilihannya pada menu setting.

Dengan menggunakan SoC Snapdragon 855+, tentu saja realme X3 SuperZoom memiliki kinerja yang tinggi di tahun 2020 ini. Walaupun perangkat dengan Snapdragon 865 sudah banyak muncul di pasaran, namun 855+ masih mampu menggerakkan aplikasi dan game dengan sangat baik.

Untuk itu, saya pun kembali menghadirkan realme X2 Pro ke dalam grafik kinerja kali ini. Selain itu, saya juga akan membandingkan dengan Snapdragon 865 agar bisa dilihat seberapa besar rentang kinerjanya.

Pengujian Daya Tahan Baterai

Daya tahan baterai merupakan salah satu hal yang banyak menarik konsumen untuk membeli sebuah smartphone. Pada realme X3 SuperZoom, baterai yang terpasang memiliki kapasitas 4200 mAh. Kapasitas ini tentu saja cukup besar untuk sebuah perangkat smartphone.

Realme X3 SuperZoom saya uji dengan menggunakan file MP4 1080P yang di-loop dari baterai 100% hingga benar-benar mati. Realme X3 SuperZoom pun dapat bertahan selama 15 jam 24 menit. Setelah itu, perangkat ini dapat diisi ulang dari kosong hingga penuh dengan menggunakan teknologi Dart Flash Charge 30 watt selama 58 menit.

Verdict

Realme saat ini sedang mempertahankan lini flagship-nya dengan mengeluarkan perangkat X3 SuperZoom. Hal ini tentunya sekaligus membuktikan kepada pelanggan dan pesaingnya bahwa realme bisa bersaing pada kelas tersebut. Hal ini juga membuat konsumen bisa mendapatkan alternatif pilihan dalam membeli sebuah perangkat dengan fitur yang lengkap.

Kinerja yang ditawarkan pada realme X3 SuperZoom sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Perangkat dengan Snapdragon 855+ sudah otomatis kencang, setidaknya untuk 1-2 tahun ke depan. Ditambah dengan refresh rate yang tinggi, tentu saja membuat perangkat ini menjadi smooth saat dioperasikan.

Kamera yang dimiliki oleh perangkat ini memang cukup bisa diandalkan. Tambahan lensa zoom 5x membuat realme X3 SuperZoom bisa digunakan dengan lebih kreatif lagi. Hal tersebut membuat pengguna tidak perlu lagi kesulitan saat ingin mengambil gambar yang letaknya sulit untuk dijangkau.

Realme menjual perangkat ini dengan harga Rp. 7.999.000 dan hanya keluar dengan satu varian saja. Dengan harga ini, realme X3 SuperZoom bakal bersaing dengan perangkat lainnya yang menggunakan SoC Snapdragon 855+, sehingga membuat alternatif pilihan menjadi lebih beragam.

Sparks

  • Kinerja tinggi berkat Snapdragon 855+
  • Pendingin Liquid Cooling yang membuat lebih adem
  • Layar 120 Hz yang bisa diturunkan menjadi 90 Hz dan 60 Hz
  • Daya tahan baterai yang cukup lama dengan 4200 mAh
  • Hasil kamera bisa diandalkan
  • Ada NFC
  • Pengisian baterai yang hanya 1 jam saja.

Slacks

  • Absennya fitur HDR10 yang ada pada generasi sebelumnya
  • Desain yang “itu-itu” saja
  • Belum tahan air dan debu

[Review] Xiaomi Mi 10: Flagship Android Lengkap Harga 9 jutaan

Siapa yang tidak rindu dengan harga perangkat flagship yang memiliki harga tidak sampai 10 juta rupiah? Saat ini, sebuah perangkat flagship bisa dijual dengan harga dari 12 juta hingga 30 jutaan! Hal tersebut tentu saja membuat tidak semua orang bisa merasakan fitur-fitur yang ada pada smartphone mahal tersebut. Lain halnya dengan Xiaomi.

Sebelum kita membahas lebih lanjut, saya tergelitik dengan banyaknya orang mengatakan “Xiaomi kok mahal!?”. Bagi Anda yang belum tahu, Xiaomi memiliki dua lini smartphone, dengan nama Redmi dan Mi. Redmi merupakan lini perangkat Xiaomi yang khusus dipasarkan untuk pengguna mainstream dan entry level, sedangkan Mi ditujukan untuk pasar yang lebih premium.

Xiaomi pernah berjanji kepada masyarakat Indonesia, di bawah kepemimpinan Alvin Tse, akan mengeluarkan sebuah perangkat flagship. Hal tersebut diwujudkan dengan peluncuran smartphone Xiaomi Mi 10. Harganya, walaupun tergolong tinggi, namun bisa dibilang murah untuk sebuah perangkat flagship di tahun 2020. Xiaomi menjualnya dengan harga Rp. 9.999.000 saja!

Xiaomi Mi 10

Dengan harga tersebut, Xiaomi bahkan tidak tanggung-tanggung memampatkan teknologi terbaru ke dalam Mi 10. Sebut saja kamera 108 MP yang sebelumnya dimiliki oleh Mi Note 10 Pro, SoC untuk Android terkencang saat ini, layar melengkung, desain punch hole pada layarnya, dan lain sebagainya.

Untuk spesifikasinya, dapat dilihat pada tabel berikut ini

Xiaomi Mi 10
SoC Snapdragon 865
CPU 1×2.84 GHz Kryo 585 Prime + 3×2.42 GHz Kryo 585 Gold + 4×1.80 GHz Kryo 585 Silver
GPU Adreno 650
RAM 8 GB
Internal 256 GB UFS 3.0
Layar 6,67 inci Super AMOLED 2340 x 1080 90 Hz Gorilla Glass 5
Dimensi 162.5 x 74.8 x 9 mm
Bobot 208 gram
Baterai 4780 mAh
Kamera 108 MP / 27 MP utama, 13 MP Ultrawide, 2 MP Bokeh, 2 MP Macro, 20 MP Selfie
OS Android 10 MIUI 11

Hasil dari CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut

Sebenarnya, Xiaomi juga memiliki Mi 10 Pro. Namun, Xiaomi Indonesia memilih untuk tidak memasukkan perangkat yang satu ini. Mungkin, Xiaomi Indonesia mengira bahwa harga di atas 10 juta tidak akan menarik konsumen di Indonesia. Padahal, banyak juga yang menunggu perangkat yang satu ini.

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan Xiaomi Mi 10

Xiaomi Mi 10 - Unboxing

Desain

Sekilas, desain dari Mi 10 mirip dengan Xiaomi Mi Note 10. Smartphone ini juga memiliki lekukan pada bagian depan dan belakangnya. Mi 10 juga memiliki rangka aluminium sehingga membuat badannya tidak mudah bengkok saat terduduk. Bagian belakangnya sendiri juga memiliki finishing glossy yang tentu saja ramah terhadap sidik jari.

Xiaomi Mi 10 - Kiri

Layar dari Xiaomi Mi 10 memiliki resolusi 2340 x 1080 dengan teknologi Super AMOLED. Layarnya sendiri sudah mendukung refresh rate 90 Hz, sehingga mampu menghasilkan frame rate yang cukup halus pula. Untuk pelindung layarnya, Xiaomi sudah memasangkan Gorilla Glass 5 yang lebih tahan terhadap benturan. Namun, layar AMOLED kerap menghasilkan garisan hijau saat terbentur, sehingga memasang pelindung layar sangat disarankan.

Xiaomi Mi 10 - UFOTest

Berbeda dengan Xiaomi Mi Note 10 Pro, desain bagian depannya saat ini menggunakan model Dot Display. Desain ini menghadirkan sebuah lubang untuk kamera depan pada sisi atas kiri dari layarnya. Jadi, hal ini juga merupakan sebuah “refresh” bagi mereka yang bosan terhadap model poni.

Xiaomi Mi 10 - Bawah

Desain bagian belakangnya masih mengikuti model dari Mi Note 10, yaitu mengurutkan kamera dari bagian atas ke bawah. Ada empat buah kamera yang terpasang pada bagian belakang tersebut, lengkap dengan flash serta soft flash. Pada bagian belakang itu pula hadir sebuah sensor NFC yang sering kali digunakan untuk melakukan transaksi dengan melakukan tapping.

Xiaomi juga tidak lupa menaruh sensor infra merah di bagian atas dari Mi 10 serta speaker stereo. Volume naik dan turun serta tombol power diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, serta slot nano SIM (yang sayangnya hanya satu SIM saja). Kedua speaker terletak pada sisi sebelah kiri, sehingga untuk bermain game, pengguna harus membalik posisinya agar sehingga suaranya tidak tertutup tangan.

Xiaomi Mi 10 - Belakang

Mi Note 10 Pro datang dengan menggunakan antarmuka MIUI 11. Berbeda dengan Xiaomi Mi Note 10 Pro, sistem operasi yang dibawa oleh Mi 10 adalah Android 10. Hal ini tentu akan memperpanjang masa update sistem operasi Android dari Mi 10 yang biasanya akan mendapatkan dua kali.

Jaringan

Xiaomi selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Mi 10 sendiri mendukung band 1(2100), 2(1900), 3(1800), 4(1700/2100), 5(850), 7(2600), 8(900), 20(800), 28(700), 32 (1500),  38(2600), dan 40(2300) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia.

Mi 10 juga membuka dukungan terhadap kanal-kanal 5G, walaupun belum ada di Indonesia. Xiaomi melakukan hal tersebut salah satunya adalah kebutuhan pengguna saat bepergian ke luar negeri serta membantu mendorong infrastruktur 5G di Indonesia. Mi 10 mendukung band 5G Sub6 1 (2100), 3 (1800), 7 (2600), 28 (700), 77 (3700), dan 78 (3500).

Kamera

Perangkat flagship dari Xiaomi selalu dipersenjatai dengan kamera yang menghasilkan gambar yang bagus. Xiaomi pun menaruh sensor yang digunakan pada Mi Note 10 Pro kembali pada Mi 10. Yup, ISOCELL HMX 108 MP buatan Samsung pun kembali. Ini adalah perangkat kedua Xiaomi yang menggunakan sensor 108 MP tersebut.

Xiaomi Mi 10 - Kamera

Dengan menggunakan teknologi TetraCell atau quad bayer, membuat sensornya bisa memilih piksel mana yang terbaik dalam sebuah pengambilan gambar. Hasilnya adalah gambar dengan resolusi 27 MP, atau 108 MP jika semua piksel digunakan. Namun, setiap perangkat tentu saja memiliki setting yang berbeda-beda. Hal ini yang membuat kamera utama Mi 10 memiliki gambar yang lebih baik dari Mi Note 10 Pro.

File yang dihasilkan dari kamera utamanya adalah 27 MP dan memiliki file dengan kapasitas yang besar. Namun karena menggunakan Snapdragon 865, Mi 10 tidak memerlukan waktu proses seperti halnya Mi Note 10 Pro.

Ada empat buah kamera yang tertempel pada bagian belakangnya. Yang pertama adalah kamera 2 MP depth sensor, 108 MP, 2 MP makro, dan 13 MP wideangle. Kecuali depth sensor, ketiga kamera yang ada mampu mengambil gambar dengan kualitas yang mumpuni.

Kamera utamanya mampu menangkap gambar dengan sangat apik. Tajam, noise yang rendah, serta warna yang cukup akurat. Hanya saja, pada beberapa kasus, warna merah yang tertangkap terlalu over sehingga tidak sesuai dengan warna aslinya.

Kamera Wideangle pada Mi 10 juga bisa menangkap gambar dengan baik. Biasanya kamera yang ditujukan untuk wideangle memiliki kualitas yang kurang bagus. Memang, hasilnya tidak sebaik kamera utamanya, namun hasilnya sudah cukup memuaskan.

Mungkin kamera macro yang masih menjadi kekurangan pada Mi 10. Dengan resolusi 2 MP, memang hasilnya tidak terlalu jelek. Namun, hasilnya masih bisa lebih baik lagi jika menggunakan kamera utama yang di zoom.

Kamera selfie-nya juga dapat menangkap gambar dengan tajam. Saat menangkap gambar muka dengan kumis dan jenggot, kameranya mampu menangkap helai rambut yang ada. Untuk hasil yang lebih halus, gunakan saja fungsi beautify.

Xiaomi juga menawarkan pengambilan video dengan resolusi 8K pada Mi 10. Uniknya, pengambilan video pada resolusi ini juga didukung dengan OIS-nya, sehingga gambar menjadi lebih stabil. Sayangnya, masih sangat sedikit perangkat TV dan monitor yang mampu menjalankan video 8K. Hal ini tentu saja membuatnya menjadi future proof, namun untuk saat ini sepertinya akan jarang digunakan untuk mengambil video,

Pengujian

Xiaomi Mi 10 sudah menggunakan Snapdragon 865 yang saat ini merupakan cip terkencang untuk perangkat Android. Menggunakan prosesor Kryo 585 Prime dan Gold yang berbasis Cortex A77 membuatnya lebih kencang saat membutuhkan processing power yang tinggi. Sedangkan Kryo 585 Silver yang masih berbasis Cortex A55 akan digunakan saat bernavigasi sehingga lebih hemat daya.

Menggunakan Mi 10 dalam bermain game memang sangat nyaman. Saya tidak menemukan lag yang berarti yang bahkan masih saya temukan pada perangkat Snapdragon 855+. Hal tersebut dapat dirasakan pada saat bermain game LifeAfter pada peta Levin City. Dengan Mi 10, semuanya lancar. Sayang memang, masih jarang game pada Android yang mendukung layar 90 Hz dan masih mengunci frame rate pada 60 fps, sehingga cukup sulit untuk mengujinya.

Untuk benchmarking, saya menghadirkan cip Snapdragon 855+ untuk mengetahui seberapa kencang kinerja dari Mi 10. Saya juga memasukkan Mi Note 10 Pro dengan SD 730G karena mewakili cukup banyak perangkat baru yang diluncurkan dengan cip yang sama.

Dengan kinerja seperti ini, Anda tidak perlu lagi khawatir mengenai bermain game atau melakukan rendering video. Semua akan berjalan tanpa lag dan kencang. Dan satu lagi, unit yang saya dapatkan tidak menghasilkan panas yang berlebih pada saat bermain game dengan seting tertinggi.

Uji Baterai dengan MP4

Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Pengujian berlangsung selama 19 jam 31 menit pada unit yang kami dapatkan.

Menggunakan charger bawaan dengan rating 30 watt, saya berhasil melakukan pengisian ulang dengan baterai sebesar 4780 mAh ini. Ternyata dari habis sampai 100%, Mi 10 bisa diisi dalam waktu sekitar 75 menit saja. Sayang, perangkat Qi Charging saya rusak, sehingga tidak bisa melakukan pengujian pengisian baterai melalui wireless charging.

Verdict

Sekali lagi, akhirnya Xiaomi benar-benar meluncurkan full flagship mereka di Indonesia. Dengan perangkat Mi 10 yang memiliki feature lengkap dengan harga yang lebih terjangkau, tentu saja membuatnya memiliki ketertarikan tersendiri. Segala kelengkapan yang dimiliki oleh Xiaomi pun ada pada smartphone yang satu ini.

Xiaomi Mi 10 - On a Plate

Kinerja dari Mi 10 sudah tidak perlu lagi dipertanyakan. Dengan Snapdragon 865, membuat Mi 10 mampu menjalankan seluruh game yang dibuat untuk Android tanpa lag. Tentunya, hal ini juga termasuk aplikasi-aplikasi berat seperti untuk video editing. Dengan kinerja seperti ini, membuat Mi 10 merupakan smartphone resmi dengan Snapdragon 865 termurah di Indonesia saat ini.

Kamera ada smartphone flagship ini justru lebih baik dibandingkan dengan perangkat flagship camera-nya. Gambar yang diambil sangat apik, membuat kamera saku menjadi tidak lagi diperlukan. Bahkan beberapa feature seperti pengambilan gambar 8K, OIS, dan lain sebagainya belum ditemukan pada beberapa kamera mirrorless.

Harga dari Xiaomi Mi 10 adalah Rp. 9.999.000. Harga tersebut memang terlihat sangat tinggi untuk sebuah perangkat smartphone. Namun, melihat dari feature yang dibawa, kinerja yang dihasilkan, serta desain yang dimilikinya, membuat harga tersebut menjadi lebih terjangkau. Hal ini tentu saja menambah alternatif pilihan konsumen Indonesia dalam membeli sebuah smartphone flagship.

Sparks

  • Snapdragon 865, Kencang!
  • Hasil kamera yang bagus
  • Desain yang apik
  • Layar 90 Hz
  • Speaker Stereo
  • Charger 30 watt bawaan
  • Daya tahan baterai cukup baik
  • 5G!

Slacks

  • Masih belum memiliki rating IP (tahan air dan debu)
  • Hanya satu SIM saja
  • Kamera Makro masih 2 MP dan mudah tergantikan dengan kamera utama + zoom

Petinggi Meizu Sebut Tak Ada Snapdragon 865+ Tahun Ini

Tahun lalu, kategori smartphone flagship sejatinya bisa dibagi menjadi dua: yang dirilis sebelum 15 Juli 2019, dan yang dirilis setelah 15 Juli 2019. Mengapa demikian? Karena di tanggal tersebut, Qualcomm mengumumkan chipset Snapdragon 855+ yang sedikit lebih superior ketimbang Snapdragon 855.

Itu berarti ponsel yang dirilis setelah 15 Juli 2019 jelas memiliki performa yang lebih unggul meski statusnya sama-sama flagship. Pertanyaannya, apakah tahun ini tren serupa bakal terulang? Apakah tahun ini Qualcomm juga bakal merilis Snapdragon 865+?

Spekulasi itu dibantah oleh petinggi Meizu, Wan Zhigiang yang menjabat sebagai CMO. Dalam sebuah diskusi di media sosial Weibo, Wan berkomentar bahwa tahun ini tidak akan ada Snapdragon 865+. Entah apa alasannya, namun bisa jadi terkait pandemi yang tentunya menghambat proses manufaktur.

Lagipula, Qualcomm tidak selalu merilis dua chipset smartphone flagship setiap tahunnya. Snapdragon 835 dan 845 misalnya, tidak mempunyai varian “+”, meski di tahun 2016 Qualcomm sempat merilis Snapdragon 821 yang sedikit lebih unggul daripada Snapdragon 820 – beda cara penamaan saja.

Seandainya benar tidak ada Snapdragon 865+, pabrikan seperti OnePlus – yang getol merilis dua flagship di tahun yang sama – belum tentu hanya merilis satu flagship saja tahun ini. Sebelumnya, OnePlus pernah meluncurkan dua flagship yang berbeda – OnePlus 6 dan 6T – yang ditenagai oleh chipset yang sama persis, yaitu Snapdragon 845.

Sumber: GizmoChina.

iQOO Neo 3 Adalah Smartphone Termurah yang Dibekali Chipset Snapdragon 865

Nubia Red Magic 5G yang dirilis belum lama ini dapat dilihat sebagai smartphone flagship dengan refresh rate layar paling tinggi (144 Hz). Dari perspektif yang berbeda, ia juga bisa dianggap sebagai smartphone termurah yang mengemas chipset Snapdragon 865 dengan banderol hanya 3.799 yuan (± Rp 8,3 juta).

Titel termurah itu sepertinya harus direlakan ke smartphone lain, yakni iQOO Neo 3 dari Vivo. Ponsel ini juga mengunggulkan Snapdragon 865 di dapur pacunya, akan tetapi harga jualnya dimulai di angka 2.698 yuan (± Rp 5,9 juta).

Bukan hanya itu, iQOO Neo 3 bahkan turut mengemas layar 6,57 inci beresolusi 1080p yang mendukung refresh rate maksimum 144 Hz serta format HDR10. Satu hal yang perlu dicatat, panel layarnya bukanlah AMOLED, melainkan IPS LCD, dan itu menjelaskan mengapa harganya bisa begitu terjangkau.

Karena tidak mengemas layar AMOLED, sensor sidik jarinya disatukan dengan tombol power, bukan disembunyikan di balik layar. Ponsel ini memang berkompromi di bidang layar, tapi tidak dalam hal performa.

iQOO Neo 3

Mendampingi chipset Snapdragon 865 itu tadi adalah RAM LPDDR4X berkapasitas 6 GB, 8 GB atau 12 GB, tidak ketinggalan juga storage internal UFS 3.1 sebesar 128 GB atau 256 GB. Baterainya punya kapasitas 4.500 mAh, dan sudah mendukung teknologi fast charging 44 W; 0 – 50% dalam 20 menit, atau 0 – 100% dalam 58 menit.

Beralih ke sektor kamera, iQOO Neo 3 mengusung tiga kamera belakang: kamera utama 48 megapixel f/1.79, kamera ultra-wide 8 megapixel dengan sudut pandang 112°, dan kamera macro 2 megapixel. Tidak ada kamera telephoto di sini, sedangkan kamera depannya yang mengadopsi model hole-punch punya resolusi 16 megapixel.

iQOO Neo 3

Selain tipe panel layar tadi, absennya kamera telephoto menurut saya cukup berkontribusi menekan ongkos produksi sekaligus harga jualnya secara signifikan, apalagi mengingat belakangan semakin banyak ponsel mahal yang mengunggulkan kamera telephoto model periskop. Sekadar mengingatkan, kamera telephoto juga absen pada Nubia Red Magic 5G.

Kalau perlu contoh lain, lihat saja iPhone 11. Performa ponsel tersebut sama persis seperti iPhone 11 Pro, akan tetapi harganya jauh lebih murah karena tidak mengemas layar AMOLED dan tidak dilengkapi kamera telephoto.

Di Tiongkok, iQOO Neo 3 akan segera dipasarkan dengan rincian harga sebagai berikut:

  • 6GB/128GB seharga 2698 yuan (± Rp 5,9 juta)
  • 8GB/128GB seharga 2998 yuan (± Rp 6,5 juta)
  • 12GB/128GB seharga 3298 yuan (± Rp 7,2 juta)
  • 8GB/256GB seharga 3398 yuan (± Rp 7,4 juta)

Sumber: GizChina.

Selain Kencang, Qualcomm Snapdragon 865 Punya Spectra 480, Adreno 650, dan AI Baru

2020 mungkin merupakan tahunnya Qualcomm Snapdragon 865. Pasalnya, smartphone dengan system on chip yang satu ini banyak bermunculakn pada tahun 2020, mulai dari OPPO Find X2 Pro, Mi 10 Pro, Samsung Galaxy S20 versi Amerika, dan lain sebagainya. Hal tersebut memang dikarenakan SoC ini memiliki kinerja yang tinggi yang tentunya akan menggenjot kinerja perangkat flagship.

Qualcomm Snapdragon 865 / Qualcomm

Cip yang satu ini sendiri ternyata sudah didesain semenjak minimal tiga tahun sebelumnya. Hal tersebut pula lah yang mendasari mengapa cip yang satu ini tidak mengintegrasikan modem 5G ke dalam cip utamanya. Modem 5G sendiri memang ada pada board yang digunakan untuk Snapdragon 865 serta tidak terpisah, namun belum menjadi satu pada cip utamanya.

Ternyata, Snapdragon seri 800 memiliki tempat tersendiri di mata para pengguna perangkat Android. SoC yang satu ini sudah dianggap merupakan cip paling kencang untuk perangkat Android. Selain itu, ternyata masih ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para pengguna smartphone dan tablet jika ingin menggunakan Snapdragon 865.

Spectra 480

Setiap kali perangkat Android diumumkan, hal yang paling dibahas adalah masalah kameranya. Hal ini menunjukkan bahwa kamera yang bagus sangat berkaitan erat dengan citra dari sebuah smartphone. Namun, tahukah kalian bahwa kamera pada setiap perangkat yang menggunakan Snapdragon ditanggulangi oleh cip bernama Spectra?

Qualcomm Snapdragon 865 - Spectra 480

Cip Spectra yang ada pada Snapdragon 865 memiliki nama Spectra 480. Cip yang satu ini akan menangani semua perhitungan yang berhubungan dengan kamera. Untuk Spectra 480 sendiri sudah mampu menangani 2 Gigapiksel per detik. Spectra 480 juga mampu menangani 4x pixel per instruksi clock. Hal ini tentu saja membuatnya mampu menangani gambar dengan sangat cepat.

Hal tersebut juga membuatnya lebih efisien dan lebih dingin dibandingkan dengan versi sebelumnya di Snapdragon 855. Dan dengan kecepatan itu pula, Qualcomm dapat membuat Spectra 480 bisa menangani noise lebih baik lagi hingga 40% pada cahaya yang rendah. Selain itu, Spectra 480 juga mampu mengambil detail tekstur yang lebih baik hingga 18%.

Kecepatan yang ada juga membuat Snapdragon 865 mampu mengambil gambar slow motion 960fps tanpa batasan. Pengambilan gambar 120 fps pada resolusi 4K juga bisa didapatkan. Dan yang lebih penting, Spectra 480 juga sudah mendukung kamera hingga resolusi 200 MP!

Adreno 650

Mobile Legend lo udah bisa High Frame Rate belom?” Kata-kata ini adalah yang tidak akan terlontarkan saat perangkat yang digunakan sudah menggunakan Snapdragon 865. Graphics Processing Unit yang digunakan memiliki nama Adreno 650. Kinerja yang ditawarkan ternyata cukup jauh bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Qualcomm Snapdragon 865 - Adreno 650

Rendering grafis pada GPU ini memiliki kinerja 25% lebih kencang serta memiliki efisiensi daya 35% lebih baik. Qualcomm bahkan juga meluncurkan program Snapdragon Elite Gaming, yang mengindikasikan bahwa perangkat yang menggunakan Snapdragon 865 akan memiliki kualitas HDR tertinggi, game lebih lancar, serta memiliki fitur seperti GPU Desktop. Salah satu dari fitur yang diperkenalkan adalah update driver GPU via Google Play.

Adreno 650 memiliki kemampuan untuk menjalankan layar sampai dengan 144Hz. Selain itu, GPU ini mampu menampilkan warna hingga satu juta warna. HDR10+ juga sudah didukung untuk keperluan hiburan serta pekerjaan.

AI Generasi ke 5

Sejak awal, Qualcomm memang tidak membuat sebuah cip neural untuk menangani AI. Qualcomm pun juga sudah berkomitmen untuk menggunakan heterogeneus computing yang menggunakan semua prosesor seperti CPU Kryo, GPU Adreno, Spectra, dan lainnya untuk menangani AI. Dan pada Snapdragon 865, mesin AI yang ada sudah masuk generasi ke 5.

Qualcomm Snapdragon 865 - AI Engine

AI Generasi ke 5 ini dapat melakukan 15 TOPS (Tera Operation Per Seconds) yang lebih kencang 2x lipat dibandingkan dengan yang ada pada Snapdragon 855. Selain itu, mesin ini juga sudah membuat Snapdragon 865 mendukung RAM LPDDR5 2750 MHz serta cache 3 MB.

Feature baru yang dimiliki oleh AI baru ini adalah Qualcomm Sensing Hub dan Low Power Camera. Dengan fasilitas ini, kamera dapat dioperasikan dengan daya di bawah 1 mWatt. Selain itu, cip sensor yang menangani audio dan video juga bisa dioperasikan di bawah 1 mA pada kondisi tertentu.

Jadi, tiga fasilitas dari Qualcomm Snapdragon 865 ini pula lah yang juga membantu meningkatkan kinerja sebuah perangkat Android.

GPU Driver baru untuk Snapdragon 865

Terus terang, fasilitas yang satu ini sangat menarik perhatian saya. Kartu grafis pada komputer sering kali memiliki peningkatan kinerja dan feature pada saat melakukan pembaruan driver. Dan hal ini pula lah yang bakal diterapkan para Adreno 650.

Dominikus Susanto

Pada kesempatan tanya jawab, saya pun menanyakan kepada Dominikus Susanto selaku Senior Manager Marketing Qualcomm Indonesia, apakah hal ini akan diadopsi oleh seluruh GPU yang dimiliki oleh Qualcomm. Tentu saja, pengguna perangkat mainstream juga ingin merasakan peningkatan kinerja gratis saat sudah membeli smartphone dengan SoC Qualcomm Snapdragon.

Sayangnya, Qualcomm baru mencanangkan fasilitas ini untuk Snapdragon 865 atau GPU Adreno 650 saja. Qualcomm belum memiliki rencana untuk melakukan update driver pada cip mainstream dan bahkan seri 800 lama. Semoga saja, hal ini dipikirkan oleh Qualcomm karena semua penggunanya membutuhkan pembaruan driver.