YouTube Gandeng Shopee Hadirkan Program Afiliasi “YouTube Shopping” di Indonesia

YouTube secara resmi meluncurkan Program Afiliasi YouTube Shopping di Indonesia dengan menggandeng Shopee sebagai mitra perdana. Melalui kerja sama ini, kreator konten di YouTube dapat memperoleh komisi dengan merekomendasikan produk dalam video mereka. Inisiatif ini memungkinkan penonton untuk lebih mudah menemukan dan membeli produk yang diminati, sekaligus membuka peluang tambahan bagi kreator untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Program ini merupakan langkah strategis YouTube dalam memperluas fitur belanja di Asia Tenggara, dimulai dari Indonesia dan diikuti oleh Thailand serta Vietnam dalam beberapa minggu mendatang. Kreator yang memenuhi syarat dapat menandai produk yang dijual di Shopee dalam konten mereka, baik di video yang sudah ada maupun video baru, serta di saat live streaming.

Kolaborasi dengan Shopee, dukung UMKM dan ekosistem digital

Kemitraan dengan Shopee diharapkan dapat memberdayakan para kreator konten sekaligus mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia. Menurut Travis Katz, General Manager dan Vice President Shopping YouTube, peluncuran YouTube Shopping di Indonesia mengikuti kesuksesan program serupa di Amerika Serikat dan Korea. “Kami yakin kreator Indonesia akan memanfaatkan fitur ini secara kreatif untuk menyajikan konten belanja yang menarik,” ujar Katz.

Monica Vionna, Senior Director of Marketing Growth Shopee Indonesia, juga menegaskan optimisme Shopee terhadap kerja sama ini. Menurutnya, integrasi antara konten kreator dan produk di Shopee akan membantu pelaku usaha, termasuk UMKM, menjangkau lebih banyak pembeli potensial melalui konten menarik di YouTube.

Dengan fitur YouTube Shopping, penonton dapat langsung melihat produk yang direkomendasikan dalam deskripsi video atau melalui tombol khusus. Mereka akan diarahkan langsung ke halaman penjualan di Shopee, yang memudahkan proses pembelian tanpa harus meninggalkan platform YouTube. Langkah ini diharapkan tidak hanya meningkatkan pengalaman belanja online bagi pengguna, tetapi juga memberikan peluang bagi brand lokal untuk lebih dikenal oleh khalayak yang lebih luas.

Sebagai platform video yang kerap menjadi sumber inspirasi, YouTube mencatat bahwa pada tahun 2023, pengguna global menonton lebih dari 30 miliar jam video terkait belanja. Di Indonesia sendiri, survei Kantar menunjukkan 96% pengguna mencari informasi tentang produk melalui video online sebelum melakukan pembelian, menjadikan YouTube salah satu sumber utama dalam membangun kepercayaan konsumen.

Peluang baru bagi kreator konten

Program Afiliasi YouTube Shopping memberikan kreator kesempatan untuk mendapatkan komisi dengan menandai produk yang dijual di Shopee, membuka sumber penghasilan baru yang sebelumnya tidak ada. Bagi kreator seperti Wisnu Trijaya, program ini memberikan kemudahan untuk merekomendasikan produk favorit kepada audiens, sambil mendapatkan komisi dari penjualan yang dihasilkan.

Selain itu, YouTube juga berencana untuk mengundang lebih banyak mitra e-commerce dalam program afiliasi ini, guna memberikan lebih banyak pilihan produk bagi kreator dan penonton.

Dengan adanya kolaborasi ini, YouTube dan Shopee tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, tetapi juga membuka jalan bagi para kreator konten dan pelaku UMKM untuk berkembang di era belanja online yang semakin dinamis.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Dagangan Dapat Pendanaan dari Kejora-SBI Orbit Fund

Startup rural commerce Dagangan baru mendapatkan pendanaan tambahan dari Kejora-SBI Orbit Fund. Hal ini seperti yang disampaikan Billy Boen selaku salah satu Partner Kejora Capital. Turut disampaikan dalam pernyataannya bahwa ini adalah portofolio ke-10 sekaligus terakhir dari dana kelolaan tersebut.

Sejak diresmikan pada Juni 2020, Orbit Fund yang merupakan joint venture Kejora Capital dan SBI Holdings, telah berinvestasi ke sejumlah startup Indonesia, termasuk platform point of sales Olsera dan pengembang infrastruktur baterai motor listrik SWAP.

Setelah Orbit Fund tidak lagi berlanjut, menurut informasi yang kami dapat, tim Kejora akan memfokuskan dana kelolaan bersama SBI ke Maven Asia Capital. Selain SBI, dana kelolaan yang akan segera ditutup untuk tahap pertamanya ini turut didukung LP individu ternama seperti Toto Sugiri, Andy Zain, Dharsono Hartono, dan sejumlah lainnya. Dikabarkan mereka menargetkan dana $150 juta untuk diinvestasikan ke startup early dan growth stage.

Pendanaan Dagangan

Saat ini Dagangan memang tengah menggalang pendanaan lanjutan setelah sebelumnya menutup putaran pra-seri B didukung BPTN Syariah Ventura dan Monk’s Hill Ventures senilai $6,6 juta.

Dikonfirmasi terpisah, Co-Founder & CEO Dagangan Ryan Manafe menyampaikan bahwa pendanaan dari Orbit Fund ini masih di putaran yang sama dengan perolehan terakhir dari W Inc, pemodal asal Jepang.

Sebagai rural commerce, Dagangan berfokus melayani pengguna di kota tier-3 dan 4. Dagangan menyuplai berbagai bahan jualan untuk ritel kecil-menengah. Baru fokus di pulau Jawa, Dagangan saat ini telah melayani 75 ribu+ warung/toko dengan 5 ribu+ SKU produk.

Menawarkan supply-chain yang lebih efisien, Dagangan mengklaim harga jual mereka 20% lebih rendah dan menghasilkan revenue 2x lipat bagi para peritel.

Dengan model operasional berupa hub & spoke untuk last-mile delivery melalui 50+ micro-hub di lokasi strategis, Dagangan mengklaim berbeda dengan startup social commerce pada umumnya. Diketahui sejumlah pemain serupa saat ini kesulitan (bahkan tidak lagi beroperasi), termasuk di antaranya Ula dan RateS.

Application Information Will Show Up Here

Unit Bisnis E-commerce Enabler Milik Shipper “Aloshop” Resmi Masuk ke Pasar Thailand

Aloshop, salah satu unit bisnis milik Shipper, mengumumkan ekspansi strategisnya ke pasar Thailand. Setelah sukses dengan uji coba layanan di sana dan bermitra dengan TikTok, Aloshop siap membawa keahliannya dalam pemberdayaan e-commerce dan social commerce ke negara tersebut.

Sejak awal 2024, Aloshop telah melakukan uji coba layanannya di Thailand dengan menggandeng klien seperti McJeans, Super Sport, dan Warrix. Fase uji coba ini telah menunjukkan hasil yang signifikan, membuktikan potensi pertumbuhan di lanskap e-commerce Thailand yang dinamis.

Layanan komprehensif Aloshop, termasuk pemasaran media sosial, pemasaran KOL, pemasaran kinerja, pemasaran afiliasi, dan live shopping, telah memberikan dampak besar.

Pada bulan April 2024, Aloshop didapuk TikTok sebagai salah satu dari tiga TikTok Seller Partners terbaik dalam menghasilkan Gross Merchandise Value (GMV) yang tinggi. Penghargaan ini menegaskan strategi efektif dan pendekatan inovatif Aloshop dalam sektor e-commerce.

Super Sport, salah satu klien Aloshop juga menerima penghargaan sebagai merek top yang menghasilkan GMV tinggi, menyoroti kolaborasi sukses dan nilai yang diberikan Aloshop kepada kliennya. Tidak berhenti sampai di situ, pada Mei 2024, Aloshop meraih penghargaan puncak sebagai TikTok Shop partner dengan pertumbuhan GMV tertinggi.

Keputusan Aloshop untuk berekspansi ke Thailand didorong oleh pasar e-commerce negara tersebut yang tumbuh pesat. Lanskap e-commerce Thailand mengalami pertumbuhan eksponensial yang didorong oleh penetrasi internet yang meningkat, adopsi smartphone yang luas, dan infrastruktur logistik yang semakin baik. Pemain besar seperti Lazada, Shopee, dan Central memimpin pasar, dengan lebih dari setengah populasi aktif berbelanja online.

Penelitian menunjukkan bahwa 69,5% populasi Thailand menggunakan internet, dan 52,3% terlibat dalam e-commerce, menjadikannya pasar yang berkembang baik untuk ritel online. Dengan hampir 99% pengguna internet mengakses web melalui perangkat mobile, adopsi smartphone yang luas memfasilitasi belanja online yang nyaman dan mendukung pertumbuhan mobile commerce, pendorong utama di sektor e-commerce yang dipimpin oleh live shopping.

CIO Shipper & Aloshop Jessica Hendrawidjaja menyatakan, “Kami sangat senang mengumumkan ekspansi strategis kami ke Thailand. Langkah ini adalah bukti komitmen kami untuk membawa solusi inovatif ke pasar baru dan mendukung bisnis lokal dalam perjalanan pertumbuhan mereka.”

Country Head Aloshop Thailand Fern Niti menambahkan, “Proyek percontohan kami telah menunjukkan potensi yang luar biasa, dan kami yakin solusi ecommerce dan social commerce inovatif kami akan membawa nilai signifikan bagi bisnis di Thailand. Pengakuan dari TikTok dan kesuksesan klien kami seperti Super Sport memvalidasi pendekatan kami dan memotivasi kami untuk mencapai tonggak yang lebih besar di Thailand.”

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Evermos Pertimbangkan IPO Dua Tahun Mendatang

Evermos sedang mempertimbangkan penawaran umum perdana (IPO) di Jakarta atau Nasdaq AS dalam dua tahun mendatang. Hal ini disampaikan Co-Founder Iqbal Muslimin seperti dikutip Nikkei Asia.

Dengan basis reseller yang kuat dan terus bertumbuh, serta dukungan dari para investor terkemuka, Evermos diyakini berada dalam posisi yang baik untuk melanjutkan ekspansinya dan memanfaatkan peluang di pasar IPO.

Selain di Indonesia, pertimbangan untuk IPO di Nasdaq AS menunjukkan ambisi perusahaan untuk meraih pasar global dan meningkatkan visibilitas di panggung internasional.

IPO memang menjadi salah satu opsi exit yang mulai banyak dipertimbangkan startup tahap berkembang. Sejumlah startup lokal terus mengungkapkan rencana ini, termasuk melakukan pencatatan publik secara “dual listing” di dua pasar sekaligus — mayoritas Indonesia dan AS.

Selain Evermos, DigiAsia Bios juga menyampaikan rencana yang sama di tahun lalu. Kendati demikian, sejumlah startup yang telah mempertimbangkan SPAC dan dual listing sejak tiga tahun terakhir mengurungkan niat (atau setidaknya menunda) aksi korporasi ini, di antaranya Kredivo, Traveloka, hingga Dekoruma.

Capaian Evermos

Fokus dengan model bisnis social commerce untuk mengakomodasi penjualan melalui reseller di kota tier-2 dan 3, Evermos telah memiliki lebih dari 165,000 penjual aktif di seluruh Indonesia dan 1,600 mitra UMKM.

Para reseller menggunakan jaringan media sosial mereka sendiri untuk memasarkan produk, menciptakan hubungan yang lebih langsung dengan konsumen dan pelanggan. Mereka juga menerima pelatihan pemasaran media sosial dari perusahaan.

Hingga saat ini, Evermos telah mengumpulkan pendanaan sebesar $78,3 juta dari investor seperti International Finance Corp, Shunwei Capital, UOB Venture Management, dan Jungle Ventures.

Pada tahun 2023, GMV industri social commerce Indonesia ditaksirkan mencapai $8,2 miliar. Angka ini diproyeksikan meningkat $22,1 miliar pada tahun 2028. Proyeksi ini memberikan landasan yang kuat bagi Evermos, yang mengantisipasi GMV mereka akan meningkat dua kali lipat menjadi sekitar $800 juta tahun ini. Perusahaan juga menargetkan EBITDA positif pada kuartal IV 2024.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

TikTok Shop Dinilai Masih Langgar Aturan, Apa Saja Isi Permendag Soal Social Commerce?

Transaksi penggabungan e-commerce Tokopedia dan TikTok telah diumumkan rampung pada akhir Januari 2024. Proses integerasinya telah berjalan sejak akhir 2023, yang mana saat itu CEO GoTo Patrick Walujo menyebut, “E-commerce [TikTok Shop] jadi Tokopedia dan transaksinya akan terjadi di Tokopedia.”

Sementara, uji cobanya akan memakan waktu 3-4 bulan dengan pengawasan dari kementerian dan berbagai lembaga terkait. Kampanye Beli Lokal adalah program uji coba pertama yang digelar pada 12 Desember 2023.

Namun, dalam proses integrasi itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki justru menyebut TikTok masih melanggar Permendag Nomor 31 Tahun 2023 karena masih menggabungkan media sosial dan e-commerce dalam satu aplikasi.

“Kami mempermasalahkan TikTok dalam praktiknya karena TikTok Shop masih terintegrasi dengan medsos,” tutur Teten ditemui usai audiensi dengan KPPU, Senin (19/2), seperti diberitakan oleh Tempo.co.

Larangan social commerce

Sebelumnya, DailySocial.id telah mengulas isi pokok regulasi yang merupakan revisi dari Permendag No. 50 Tahun 2020 tersebut. Lalu, poin apa yang dimaksudkan Menkop UKM Teten Masduki terkait pelanggaran tersebut?

Permendag Nomor 31 Tahun 2023 diteken menyusul polemik beroperasinya TikTok Shop di Indonesia. Adapun, TikTok Shop sempat dihentikan layanannya pada Oktober 2023.

Aturan baru tersebut menekankan bahwa media sosial hanya diperbolehkan untuk memfasilitasi promosi barang dan/atau jasa. Yang menjadi masalah, transaksi jual-beli yang difasilitasi layanan TikTok Shop, terjadi dalam satu aplikasi yang mana adalah TikTok.

Dalam Pasal 1, pemerintah telah memberikan definisi jelas pada model platform media sosial dan social commerce, untuk membedakan dengan Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) secara umum.

  • Ayat 17 menyatakan bahwa social commerce adalah penyelenggara media sosial yang menyediakan fitur, menu, dan/atau fasilitas tertentu yang memungkinkan pedagang (merchant) dapat memasang penawaran barang dan/atau Jasa.
  • Ayat 18 menyatakan bahwa media Sosial adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial.

Sementara, Pasal 21 memuat bahwa PPMSE dengan model social commerce hanya boleh beroperasi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 17.

  • Ayat 2 menyatakan bahwa PPMSE dengan model bisnis marketplace dan/atau social-commerce dilarang bertindak sebagai produsen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang distribusi Barang.
  • Ayat 3 menyatakan bahwa PPMSE dengan model bisnis social commerce dilarang memfasilitasi transaksi pembayaran pada sistem elektroniknya.

Lewat aturan ini, pemerintah berharap model bisnis media sosial dan e-commerce harus dijalankan dalam platform/aplikasi yang terpisah, tidak terintegrasi sebagaimana yang dilakukan TikTok Shop.

Teten menyebut telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk menindaklanjuti pelanggaran TikTok Shop.

Lepas Kendali Tokopedia, GoTo Kini Balik Fokus ke Bisnis On-demand dan Fintech

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) kini tak lagi menjadi pengendali PT Tokopedia usai merampungkan transaksinya dengan TikTok. Bisnis e-commerce TikTok Shop Indonesia dan Tokopedia resmi tergabung di bawah entitas PT Tokopedia.

Dalam laporan yang dikirimkan ke BEI, Rabu (31/1), TikTok Nusantara (SG) Pte. Ltd. telah membayar saham Tokopedia sebesar $840 juta (sekitar Rp13,2 triliun). Alhasil, saham Tokopedia kini dikuasai TikTok dengan kepemilikan 75,01%, sedangkan kepemilikan GoTo yang sebelumnya 100% merosot jadi 24,99%.

Dengan pelepasan kendali ini, Grup GoTo selanjutnya akan memfokuskan modal dan sumber daya untuk mendorong bisnis on-demand dan layanan keuangan digital mereka, termasuk kolaborasi strateginya dengan Bank Jago.

Selain itu, PT Tokopedia menunjuk Vonny Susamto sebagai Direktur Utama yang baru, menggantikan Melissa Siska Juminto yang menjabat sebelumnya. Mengutip laman LinkedIn miliknya, Vonny tercatat menduduki posisi di Category Management ByteDance, induk usaha TikTok, sejak 2021.

Seperti diketahui, GoTo dan TikTok mengumumkan kemitraan strategis untuk menggabungkan bisnis e-commerce. Dalam kesepakatan tersebut, TikTok setuju untuk berinvestasi sebesar $1,5 miliar (sekitar Rp23,4 triliun) untuk mendanai operasional PT Tokopedia dalam jangka panjang. GoTo tidak perlu menyuntik pendanaan lagi ke Tokopedia dengan komitmen investasi dari TikTok.

Dampak ke bisnis

Meski tak lagi mengendalikan Tokopedia, GoTo tetap menerima aliran pendapatan berkelanjutan dari biaya layanan e-commerce yang berbasis pada GMV setiap kuartalnya. Pendapatan ini juga akan berkontribusi langsung ke EBITDA Grup GoTo. GoTo juga mendapat keuntungan melalui layanan keuangan digital (GoPay) dan on-demand (Gojek) yang terintegrasi di ekosistem Tokopedia.

GoTo mengumumkan telah merealisasikan EBITDA disesuaikan positif pada kuartal IV 2023. Laporan resminya baru akan dirilis pada Maret 2024. Seluruh pihak terlibat juga menyepakati bahwa kepemilikan GoTo sebesar 24,99% di Tokopedia tidak akan terdilusi lebih lanjut oleh pendanaan dari
TikTok di masa depan kepada Tokopedia.

“Kami kini dapat mempercepat progres yang didukung oleh mitra ekosistem kami. Seiring dengan peningkatan profitabilitas dan arus kas, kami akan mengoptimalkan penggunaan modal sejalan dengan rencana alokasi modal yang baru, yang mungkin mencakup inisiatif buyback saham, tergantung pada peraturan dan persetujuan pemegang saham,” ujar CEO GoTo Group Patrick Walujo dalam keterangan resminya.

Adapun, laporan keuangan Tokopedia tidak akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan GoTo terhitung per 1 Februari 2024. Disebutkan pula bahwa kerugian yang diasosiasikan dengan hilangnya pengendalian atas Tokopedia mencapai Rp80,2 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Outlook E-commerce 2024: Akankah Jadi Tahun Realisasi Keuntungan?

2023 seolah menjadi tahun terjal yang dihadapi industri e-commerce Indonesia. Berbeda dengan sebelumnya, saat pelaku e-commerce masih mengeksplorasi layanan, fitur, dan model bisnis — kini mereka fokus untuk mencapai keuntungan.

Pada tahun ini, sektor e-commerce diestimasi menyumbang Gross Merchandise Value (GMV) sebesar $62 miliar berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2023. Secara total, GMV ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tembus $110 miliar pada 2025 dengan porsi 75% masih disetor oleh e-commerce. Jelas menandakan sektor ini masih menjadi motor penggerak ekonomi digital di Indonesia.

GMV E-commerce Indonesia (dalam miliar dolar) / Sumber: e-Conomy SEA 2023

Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menilai pelaku industri kini memantapkan fokus layanan/produk dan model bisnis yang tepat. Dalam skala makro, ruang pertumbuhannya juga masih sangat besar mengingat penetrasi e-commerce diperkirakan baru sekitar 20%.

Peningkatan penetrasi e-commerce sejalan dengan kenaikan penetrasi internet di Indonesia yang diproyeksi mencapai 70%-80%. Bima menyebut masih banyak wilayah di luar tier 1 yang belum terjangkau atau belum pernah berbelanja online. Laporan e-Conomy SEA 2021 sempat mencatat ada sekitar 21 juga pengguna internet baru saat pandemi, sebanyak 72% berasal dari luar kota besar.

Dinamika di 2023

Dalam perkembangannya selama lebih dari 10 tahun, industri e-commerce telah mengeksplorasi berbagai pendekatan, mulai dari B2C, B2B, atau C2C. Selama periode itu, ada hampir 10 platform e-commerce gulung tikar karena tak mampu bersaing dalam jangka panjang, sebut saja Blanja.com, Elevenia, dan JD.id.

Kini industri e-commerce menyisakan lima pemain teratas antara lain Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, dan Bukalapak dengan fokus utama memperkuat bisnis inti dan mencapai keuntungan tahun ini. Berbagai upaya telah diambil untuk mendorong efisiensi lewat restrukturisasi karyawan dan pengurangan bakar uang pada promo belanja dan subsidi ongkos kirim.

Sorotan kami di sepanjang 2023:

  • Grup GoTo memangkas hampir 2.000 karyawan selama dua tahun terakhir, dilanjutkan dengan spinoff aplikasi GoPay (unit keuangan) dan divestasi GoPlay dan GoTix (unit bisnis hiburan).
  • Sejak tahun lalu, Shopee pivot strateginya untuk fokus mengejar profitabilitas dibandingkan pertumbuhan bisnis; juga telah merumahkan lebih dari 500 karyawan pada awal tahun ini.
  • Bukalapak melakukan PHK gelombang kedua pada akhir Juli 2023; lini bisnis Mitra masih jadi fokus utama, sedangkan di lini Marketplace, fokus pada produk yang punya take rate dan margin tinggi, yakni produk digital (pulsa dan game).
  • Blibli masih menggenjot ekspansi gerai omnichannel untuk mengakomodasi pesanan di berbagai kanal penjualan, termasuk penambahan 14 gerai consumer electronic dan gudang baru dengan dukungan AI untuk menghemat pengemasan barang.

Dalam pernyataan resminya, manajamen GoTo sempat mengungkap perubahan strateginya dengan fokus pada segmen budget consumer dan menekan insentif biaya pengiriman dengan memanfaatkan kapabilitas logistik sendiri. Strategi ini ditempuh untuk menjaga pangsa pasarnya, tetapi berdampak terhadap penurunan GTV e-commerce sekitar 9% (YoY) di Q3 2023.

Strategi efisiensi ini dirasa belum dapat merealisasikan keuntungan mengingat Blibli, Bukalapak, dan GoTo masih mencatatkan kerugian bersih dan EBITDA disesuaikan negatif, setidaknya hingga Q3 2023.

Platform EBITDA yang disesuaikan
Blibli -Rp817 miliar
Bukalapak -Rp95 miliar
Tokopedia -Rp974 miliar
Shopee (Asia) -$306,2 juta

Sumber: Laporan keuangan Q3 2023

“Dulu industri masih mengeksplorasi model bisnis dan fitur, sekarang lebih mengarah ke marketplace. Pemain e-commerce terus fokus mengembangkan revenue channel yang pas untuk meningkatkan profitabilitasnya, harus fokus di channel apa. Saya melihat offline dan online akan berjalan beriringan, mereka harus memanfaatkan semua channel,” tutur Bima saat dihubungi DailySocial.id.

Lanskap e-commerce di 2024

Resminya kemitraan GoTo dan TikTok untuk menggabungkan bisnis e-commerce menjadi salah satu aksi korporasi yang tak terduga jelang penutupan tahun ini. Kemitraan strategis ini adalah buntut pelarangan TikTok untuk memfasilitasi transaksi jual-beli di platform media sosialnya.

Bagaimana kongsi Tokopedia-TikTok dapat mengubah lanskap dan persaingan industri e-commerce di tahun 2024?

Sejak beberapa tahun terakhir, Shopee terus memimpin transaksi yang ikut terdongkrak berkat fitur live shopping. Berdasarkan laporan Momentum Works di 2022, Shopee mendominasi perolehan GMV sebesar $47,9 miliar di Asia Tenggara, diikuti Lazada ($20,1 miliar), Tokopedia ($18,4 miliar), Bukalapak ($5,3 miliar), TikTok Shop ($4,4 miliar), dan Blibli ($2,2 miliar).

TikTok diketahui berupaya menguasai dominasinya di Asia Tenggara melalui layanan e-commerce, Indonesia menjadi pasar utamanya. Compas Market Insight mencatat TikTok Shop membukukan penjualan produk FMCG hingga Rp1,33 triliun pada periode 1 September 2023-1 Oktober 2023 (sebelum ditutup). TikTok juga punya basis pengguna besar di Indonesia, yakni sekitar 125 juta pengguna.

Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital di Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menyoroti dua poin besar dari kemitraan strategis GoTo dan TikTok. Pertama, langkah strategis ini untuk mengalahkan Shopee yang saat ini menduduki pangsa teratas e-commerce di Indonesia. Kedua, upaya untuk mengembalikan pengalaman bermedia sosial sekaligus berbelanja online. 

“[Namun], dampaknya bagi industri, [kemitraan] ini akan menciptakan [gap] yang jauh dengan kompetitor lainnya, seperti Lazada, Blibli, apalagi Bukalapak. Persaingan akan mengerucut antara Shopee dan Tokopedia dengan ekosistem milik masing-masing. Siapa yang punya ekosistem paling komplit dan disukai pengguna, mereka akan memenangkan persaingan,” jelasnya dihubungi DailySocial.id. 

Masuknya TikTok ke e-commerce lokal secara langsung mengindikasikan rivalitas kuat dari grup raksasa internet global, yakni ByteDance (Tiongkok) dan Sea Group (Singapura). Sementara, dari kacamata GoTo, kolaborasinya dengan TikTok dapat mendorong bisnis Tokopedia untuk menyeimbangkan segmen traditional e-commerce dan transaksi yang bersifat impulsif.

Dari sudut pandang konsumen, pengalaman tersebut dapat meningkatkan jumlah dan loyalitas pengguna bagi platform masing-masing. Tinggal bagaimana Tokopedia dan TikTok saling mensinergikan fitur dan layanannya dalam satu aplikasi. “Selama ini, Tokopedia punya ekosistem yang cukup lengkap dan besar, dari pembayaran hingga logistik. Namun, salah satu kelemahan di Tokopedia adalah fitur live shopping-nya masih kalah dari Shopee,” tambah Huda.

Fenomena live shopping marak diminati di Indonesia karena didorong faktor viralitas dan harga yang murah. Tren ini pertama kali dipopulerkan oleh Alibaba pada 2016 yang berhasil menarik lebih dari 500 juta penonton. McKinsey, dalam laporannya, mencatat GMV dari live shopping oleh brand dan influencer pada periode 2017-2020 tumbuh hingga 280% p.a.

TikTok Shop Tokopedia
“Beli Lokal” jadi uji coba awal kemitraan Tokopedia dan TikTok

Terlepas itu semua, Huda menilai bahwa pemerintah perlu melakukan penyesuaian aturan yang sudah ada, merujuk pada Permendag No. 31 Tahun 2023 yang baru diterbitkan beberapa bulan lalu. Ia mengkhawatirkan kesepakatan dua pemain dominan ini bisa memicu gap yang tebal antar platform Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) lainnya.

Ia berujar, penyesuaian ini diperlukan untuk menekan potensi predatory pricing sehingga  dapat melindungi UMKM atau pedagang offline. Aturan terkait kategori produk impor dan minimum harga telah dimuat dalam Permendag yang baru, tetapi perlu penyesuaian pada pengetatan impor. Misalnya, penambahan tagging produk di seluruh platform PMSE, tidak hanya Tokopedia, TikTok, atau Shopee.

“Inovasi yang semakin cepat akan menciptakan model bisnis yang selalu diperbarui dan menyentuh langsung ke masyarakat. Regulasi yang terlalu tebal akan membuat regulator kebingungan menempatkan posisi platform. Jangan sampai posisi Tiktok dan Tokopedia bermasalah ke depannya. Perlu ada penyesuaian regulasi, terutama terkait jenis perizinan.”

Peluang TikTok Shop Kembali Berlayar dengan Kemitraan Lokal

Rumor TikTok Shop kembali ke pasar e-commerce Indonesia mencuat pekan lalu, tepatnya sejak MenkopUKM Teten Masduki mengungkapkan bahwa raksasa teknologi asal Tiongkok tersebut tengah bernegosiasi dengan pemain e-commerce lokal untuk konsolidasi. Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Lazada, dan Shopee adalah lima pemain yang dimaksud.

Ketika dikonfirmasi, perwakilan Tiktok maupun perusahaan e-commerce terkait memilih tidak memberikan komentar.

Di Indonesia, TikTok sebagai platftorm media sosial memiliki sekitar 125 juta pengguna. Data Compas Market Insight menyebutkan, di periode 1 September 2023 – 1 Oktober 2023 (sebelum ditutup), TikTok Shop mampu membukukan penjualan produk FMCG hingga Rp1,33 triliun. Diperkirakan platform tersebut telah berdampak kepada 7.000+ seller, 3900+ brand FMCG dan 118.000+ product listing pada kategori perawatan kecantikan, makanan minuman, ibu bayi, kesehatan, serta perlengkapan rumah.

Firma riset MomentumWorks dalam publikasinya menyebutkan, sampai tahun Oktober 2023 layanan TikTok Shop mampu mengakuisisi 13,2% dari total GMV e-commerce di Asia Tenggara. Ini menjadi terbesar ketiga setelah Shopee (46,5%), Lazada (17,7%), dan Tokopedia (13,9%).

Persentase GMV e-commerce Indonesia didasarkan pada sebaran pemain / MomentumWorks
Persentase GMV e-commerce Indonesia didasarkan pada sebaran pemain / MomentumWorks

Data tersebut menjadi indikasi capaian mengesankan, apalagi di Indonesia sendiri TikTok Shop baru beroperasi sejak Q2 2021. Upaya untuk kembali ke pasar ini jelas diperjuangkan. CEO TikTok Shou Zi Chew terus mengupayakan komunikasi intens dengan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemendag dan KemenkopUKM.

Apa yang membuat TikTok Shop unggul?

Pertumbuhan eksponensial TikTok Shop bukan sebuah keberuntungan belaka. Ada strategi matang yang telah diracik dan berhasil menyuguhkan proposisi nilai yang diapresiasi pasar. Strategi bisnis ritel mereka disebut “Infinite Loop“. Pendekatan ini berfokus untuk mempertemukan konsumen dengan berbagai tahap perjalanan/proses dalam belanja (online). Melalui kekuatan konten yang dipersonalisasi, mereka mendorong hubungan yang lebih bermakna antara brand dan konsumen.

Strategi menjadi platform infinity loop menjadikan TikTok Shop unggul / TikTok
Strategi menjadi platform infinity loop menjadikan TikTok Shop unggul / TikTok

Konsep tersebut membawa konsumen pada tiga tahapan penting, sebagai berikut:

  1. TikTok mempengaruhi setiap tahap perjalanan ritel—penemuan, pertimbangan, dan pembelian—lebih efektif.
  2. Pasca-pembelian, TikTok mempertahankan pengaruhnya melalui konten yang dihasilkan pengguna seperti video unboxing dan tutorial, yang mendorong loyalitas merek dan keterlibatan komunitas.
  3. TikTok menonjol dengan menciptakan pengalaman positif yang bergema dengan pengguna, mendorong mereka untuk mengaitkan kegembiraan dan euforia dengan pembelian mereka.

Hal ini didasari sebuah survei internal pada 2021 yang mengatakan bahwa 49% pengguna TikTok menggunakan media tersebut untuk menemukan hal baru, 35% untuk belajar hal baru, dan 29% mencari inspirasi. Menurut studi yang sama, pengguna TikTok memiliki kemungkinan 1,5x lebih besar untuk segera membeli sesuatu yang mereka temukan di platform tersebut dibandingkan dengan pengguna platform lain.

Hal ini hanya bisa dilakukan saat platform penjualan tersebut terintegrasi dengan layanan konten yang dimiliki TikTok – atau disebut sebagai social commerce. Menurut beleid terbaru yang diterbitkan di Indonesia, saat ini penyelenggara media sosial seperti TikTok ataupun Meta dilarang berjualan langsung menggunakan aplikasi yang sama – harus ada pemisahan antara aplikasi media sosial dengan layanan jual beli.

Studi lain menyebutkan, sejak diluncurkan tahun 2021, TikTok Shop telah merangkul 6 juta penjual di Indonesia. Tahun 2022 mereka menguasai sekitar 5% dari GMV e-commerce nasional yang mencapai $52 miliar.

Live commerce di pemain lokal

Menurut hasil penelitian SEA Ahead Wave 5, sebagian besar konsumen di Asia Tenggara mengakses live stream melalui platform media sosial (83%) seperti Facebook Live, Instagram Live, dan YouTube Live, platform e-commerce (64%) termasuk Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lainnya, serta platform live stream atau aplikasi khusus untuk live streaming (11%) seperti Twitch dan Periscope.

Di pasar Indonesia, 78% konsumen telah mendengar dan mengetahui tentang alternatif belanja melalui live streaming, 71% di antaranya telah mengaksesnya, dan 56% mengakui telah membeli produk melalui live streaming selama pandemi.

Tren ini mendorong sejumlah platform untuk memantapkan fitur live commerce, dengan menonjolkan fitur tersebut di aplikasi e-commerce masing-masing. Di Tokopedia misalnya, di tampilan utama mereka “Feed” menjadi salah satu menu utama. Bahkan secara rutin mereka menghadirkan promo khusus melalui siaran live yang dilakukan oleh seller – juga dengan menggandeng selebriti nasional untuk turut tampil saat sesi jualan live.

Hal serupa juga dilakukan pemain lain seperti Shopee. Shopee dikabarkan sempat bertarung sengit dengan TikTok Shop untuk memimpin pasar live shopping di Indonesia. Sejumlah rekor pernah dipecahkan, misalnya saat Raffi Ahmad live di Shopee selama 12 jam berhasil meraup omzet penjualan Rp7 miliar.

Menu Feed di Tokopedia menyajikan fitur live shopping / Tokopedia
Menu Feed di Tokopedia menyajikan fitur live shopping / Tokopedia

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa konsep yang dimiliki TikTok Shop sebenarnya sudah mulai diadopsi para pemain e-commerce lokal. Lantas pertanyaannya, jika TikTok berhasil konsolidasi dengan pemain tertentu, seperti apa integrasi yang akan dilakukan?

Peluang konsolidasi TikTok

Untuk bisa kembali hadir ke pasar e-commerce lokal, ada dua pilihan yang bisa diambil Tiktok: (1) membuat aplikasi TikTok Shop secara terpisah; (2) berkolaborasi dengan pemain lain.

Dengan rumor penjajakan di atas, opsi kedua sepertinya akan dipilih TikTok. Ini pilihan yang cukup masuk akal, mengingat ketika berbicara tentang bisnis e-commerce, dependensinya bukan hanya soal platform penjualan saja, melainkan juga terkait infrastruktur pendukung seperti fulfillment, logistic, payment, affiliate, hingga customer services.

Tentu tantangan selanjutnya adalah bagaimana integrasi TikTok dengan calon mitranya bisa dilakukan sehingga strategi infinity loop tersebut tetap bisa dilakukan.

Kami beranggapan ada beberapa skenario yang bisa dilakukan, yaitu:

  1. Embedded E-commerce; memungkinkan keranjang belanja di TikTok kembali aktif, memungkinkan pengguna secara langsung (tanpa pindah aplikasi) untuk melakukan transaksi pembelian. Namun yang berperan melakukan transaksi (di backend) adalah layanan e-commerce yang menjadi mitra. Sistem e-commerce terhubung secara mulus ke dalam layanan TikTok melalui sambungan API khusus antarsistem.
  2. Integrated Affiliation; memungkinkan TikTok menjadi medium promosi yang lebih terintegrasi. Setiap produk yang memungkinkan untuk dibeli akan memiliki tautan penjualan ke toko tertentu. Dan ketika toko tersebut dikunjungi, secara otomatis akan mengalihkan pengguna ke layanan e-commerce tertentu untuk menyelesaikan transaksi.
  3. Acquisition; TikTok mengakuisisi unit e-commerce tertentu untuk menyulapnya menjadi TikTok Shop generasi berikutnya.

Sebagai catatan, skenario tersebut adalah perkiraan dari kami – tidak didasari oleh pernyataan resmi pihak terkait. Tiga skenario di atas (jika dilakukan) setidaknya sudah mematuhi regulasi yang diatur pemerintah. Pada dasarnya ada dua unit bisnis yang dijalankan dalam dua entitas yang berbeda, kendati memiliki keterhubungan yang dekat satu dengan lainnya.

Dampak untuk pasar e-commerce lokal

Laporan terbaru e-Conomy SEA 2023 memproyeksikan sektor e-commerce di Indonesia akan mencapai $62 miliar di tahun ini dan bertumbuh hingga senilai $82 miliar di tahun 2025. Jelas ini bukan nilai industri yang kecil, sehingga semua pemain industri terus berusaha untuk menjadi yang terdepan.

Keberhasilan TikTok melakukan konsolidasi dengan salah satu pemain e-commerce lokal berpotensi mengubah lanskap persaingan. Dengan basis pengguna besar yang sudah dimiliki, TikTok dapat mendorong keputusan pembelian ke suatu produk dengan lebih baik. Kebiasaan baru yang disuguhkan lewat TikTok Shop juga berpotensi dihidupkan kembali untuk mengalirkan keran-keran yang sebelumnya terhenti akibat penghentian operasional TikTok Shop.

Gegap-gempita penutupan TikTok Shop bulan lalu juga menunjukkan seberapa signifikannya pengaruh TikTok Shop untuk pasar jual-beli online di Indonesia. Awalnya TikTok Shop (dan platform social commerce lainnya) “dituduh” menjadi salah satu penyebab utama sektor ritel tradisional tertentu sepi dan membukakan pintu untuk produk impor (yang mana berpotensi membunuh UMKM lokal). Nyatanya pasca-penutupan, Tanah Abang masih saja sepi peminat.

Isu tersebut memang sensitif, sehingga saat nanti TikTok Shop come back –dengan skenario apapun—diharapkan membuktikan bahwa mereka justru berpihak dengan UMKM Indonesia.

Teknologi telah mendemokratisasi sektor ritel Indonesia. Secara bersamaan ia juga berhasil membuka berbagai peluang baru untuk mengangkat harkat perekonomian banyak orang di penjuru nusantara. Hadirnya layanan inovatif diharapkan dapat mengakselerasi perputaran ekonomi, sembari menghadirkan layanan inklusif agar bisa turut memeratakan kesejahteraan di seluruh penjuru negeri.

Platform Social Commerce Supermom Masuk Indonesia, Ingin Berdayakan Kalangan Ibu Jadi ‘Influencer’

Platform social commerce Supermom memboyong 25 merek Singapura ke Indonesia untuk memperluas jaringan ibu-ibu yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan sebagai influencer yang membantu menjualkan produk mereka, atau mereka sebut sebagai Key Opinion Moms (KOM).

Inisiatif ini bertujuan untuk memperkenalkan 25 merek Singapura ke pasar parenting Indonesia yang tengah berkembang. Disebutkan bahwa Indonesia adalah pasar utama produk perawatan anak di Asia Tenggara, dengan tingkat kelahiran yang tinggi, setara 17 per 1000 penduduk.

Didukung juga oleh tingginya penggunaan e-commerce, yang mana kini semakin banyak transaksi online untuk kebutuhan perawatan anak. Selain itu, kelas menengah yang sedang berkembang di Indonesia, berpotensi mendongkrak permintaan produk ibu dan anak, gaya hidup, hingga kecantikan.

Faktor-faktor di atas menjadikan Indonesia yang potensial bagi pemilik merek yang ingin mendorong bisnisnya di tengah pertumbuhan gaya hidup digital.

“Inisiatif ini merupakan win-win solution bagi merek Singapura dan para orang tua di Indonesia. Kami berupaya membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan bisnis dan inovasi dengan memfasilitasi pertemuan antara merek dan mitra lokal, serta melibatkan jaringan KOM Supermom,” ujar Co-Founder dan Group CEO Supermom Luke Lim.

Tak hanya penetrasi pasar, inisiatif ini disebut berfokus pada pengembangan komunitas dan penciptaan lapangan kerja bagi ibu-ibu di Indonesia melalui merek-merek yang akan berpartisipasi.

Ekspansi ini akan dimulai pada 17-19 November di Sheraton Gandaria City dan Gandaria City Mall di Jakarta. Programnya memiliki agenda B2B, mempertemukan dan mencocokkan merek Singapura dengan mitra Indonesia yang kompatibel untuk menawarkan berbagai peluang, mulai dari pencarian bakat, pengembangan produk, saluran distribusi ritel, dan pemasaran.

Dari 25 merek Singapura ini, sejumlah di antaranya adalah Her Velvet Vase, Kino Biotech Kinohimotsu), Flexiconcepts (Trusty Care), Good pharma Dermatology (Suu Balm), Skin Inc Solutions, Science Ventures Learning, Origin Herbal Hair Treatment, Axe Factor, Premium Baby Hub, dan Growthwell Group.

Supermom adalah platform social commerce yang menyediakan produk untuk kebutuhan keluarga. Platform asal Singapura ini sempat mendapat suntikan pendanaan seri A senilai $8 juta dari AC Ventures pada awal 2023.

Di Indonesia juga tengah berkembang platform yang melayani kebutuhan keluarga. Salah satu layanan yang mirip adalah IbuSibuk, besutan Orami setelah diakuisisi Sirclo.

IbuSibuk merupakan program pemberdayaan ekonomi ibu yang menghubungkan mereka dengan berbagai brand untuk berkolaborasi di berbagai macam program social commerce, baik sebagai nano-influencers, maupun reseller. Anggota tidak hanya diberi akses ke berbagai kampanye dari brand, tetapi juga mendapatkan pelatihan eksklusif yang berkaitan dengan pengembangan diri dan pelatihan untuk menjadi influencer profesional.

Aplikasi Tentang Anak juga menyediakan ekosistem layanan holistik, seperti pelacak pertumbuhan anak, konsultasi, dan pelibatan orang tua dalam perkembangan anak.

Kemudian, Lilla by Sociolla adalah platform e-commerce untuk produk ibu dan anak yang juga dilengkapi fitur tracker untuk memantau perkembangan kehamilan.

Application Information Will Show Up Here

Alfamart Manfaatkan Aplikasi WhatsApp, Rambah Omnichannel

Alfamart mengumumkan dalam waktu dekat masyarakat dapat berkomunikasi dan melakukan pemesanan secara langsung melalui WhatsApp. Konsumen dapat menjelajahi katalog produk secara online, menambah item ke dalam keranjang, sebelum melanjutkan ke sistem pembayaran Alfamart.

Semua pembelian dan pembayaran nantinya diselesaikan di luar WhatsApp pada sistem pembayaran eksternal yang dikelola dan dimiliki Alfamart. Setelahnya, pesanan akan diantarkan ke alamat konsumen dari gerai Alfamart terdekat. Pengalaman ini akan tersedia dalam beberapa bulan mendatang.

Informasi ini disampaikan di sela-sela konferensi pertama WhatsApp Business Summit yang digelar di Jakarta pada hari ini (1/11), dihadiri oleh lebih dari 1.500 peserta, terdiri dari pengusaha kecil, perusahaan, dan developer.

“Alfamart telah berhasil memanfaatkan WhatsApp secara efektif untuk memudahkan para pelanggan kami dalam mengakses program loyalitas kami. Saat ini, kami merasa sangat antusias dalam menggunakan WhatsApp untuk menghadirkan pengalaman online-to-offline yang sederhana dan dapat diandalkan bagi konsumen kami,” ujar Chief Commercial Officer Alfagift, Alfamart Linda Valentin dalam keterangan resmi.

Pengalaman Alfamart di WhatsApp / WhatsApp

Inisiatif Alfamart untuk masuk ke omnichannel sudah dimulai sejak pandemi. WhatsApp juga jadi alat Alfamart untuk berkomunikasi dengan konsumen. Akan tetapi, alurnya sedikit berbeda dengan rencana teranyar yang diumumkan perusahaan pada hari ini.

Berdasarkan pantuan DailySocial.id, akun bisnis Alfamart di WhatsApp menjadi gerbang awal untuk belanja online. Dengan instruksi pesan “Belanja”, Alfamart akan mengarahkan konsumen ke laman situs Alfagift untuk berbelanja dari katalog yang tersedia. Pengiriman ke alamat tujuan akan dilakukan dari toko terdekat.

Untuk pengalaman omnichannel, ditawarkan melalui aplikasi Alfagit. Alurnya sama, konsumen memilih barang dari katalog yang tersedia. Namun konsumen dapat memilih metode pengirimannya: Ambil di Toko atau Kirim ke Rumah.

“Masyarakat Indonesia menyukai dan menggunakan WhatsApp untuk mengirim pesan kepada teman, keluarga, dan ke semakin banyak bisnis karena sederhana, aman, dan pribadi. Sejak tahun 2022, percakapan sehari-hari antara individu dan bisnis di WhatsApp di Indonesia meningkat hampir dua kali lipat, dan kami bertekad untuk terus mendukung perkembangan ekosistem digital di Indonesia,” kata Country Director Meta Indonesia Pieter Lydian.

Country Director, Meta Indonesia Pieter Lydian / WhatsApp

Dipaparkan, saat ini sebanyak satu miliar orang di seluruh dunia mengirimkan pesan bisnis setiap minggunya melalui aplikasi pesan Meta. Perilaku ini berkembang semakin pesat di seluruh dunia, salah satunya Indonesia yang menjadi negara terdepan dalam implementasinya.

Mengutip dari Business Messaging Usage Research by Kantar pada March 2023, diungkapkan setidaknya 9 dari 10 orang di Indonesia mengatakan jika mereka mengirim pesan bisnis setidaknya sekali seminggu. Data internal Meta 2023 juga menunjukkan, bahwa percakapan harian antara pelanggan dan pelaku bisnis meningkat hampir dua kali lipat di Indonesia dibandingkan tahun lalu.

Inovasi WhatsApp

Dalam kesempatan tersebut, Peter juga memperkenalkan fitur baru, Flows. Fitur ini memberikan kemampuan kepada bisnis unutk menyediakan beragam pengalaman, seperti memilih kursi pesawat dengan cepat atau membuat janji pertemuan. Semuanya dilakukan tanpa harus meninggalan chat.

“Dengan Flows, bisnis dapat menyediakan berbagai pilihan menu yang lengkap serta formulir yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang bermacam-macam. Fitur WhatsApp Flows kini tersedia secara global bagi bisnis yang menggunakan platform WhatsApp Business.”

Pengalaman Chat yang Lebih Cepat dengan Flows / WhatsApp

Selain itu, WhatsApp Business juga menyediakan Verifikasi Meta untuk bisnis. Langkah ini untuk meyakinkan pelanggan bahwa mereka sedang berinteraksi dengan akun bisnis yang resmi. Untuk mendapatkan verifikasi, bisnis dapat menunjukkan keasliannya kepada Meta. Setelahnya, bisnis tersebut akan mendapatkan lencana terverifikasi, dukungan akun yang ditingkatkan, dan perlindungan dari peniruan.

Verifikasi ini akan hadir dengan fitur premium tambahan. Kemampuan lainnya yang ditambahkan, yakni kemampuan untuk membuat halaman WhatsApp khusus yang nantinya mudah ditemukan melalui pencarian web dan dukungan multi perangkat agar beberapa karyawan dapat menanggapi pelanggan.

“Kami akan melakukan ujicoba Verifikasi Meta terlebih dahulu dengan bisnis skala kecil yang menggunakan aplikasi WhatsApp Business, sebelum memperkenalkannya kepada binsis di Platform WhatsApp Business di masa mendatang.”

Bisnis yang Diverifikasi Meta di WhatsApp / WhatsApp

Dalam waktu dekat, WhatsApp akan mendukung para pelaku bisnis dalam meningkatkan mutu dan kecepatan layanan yang mereka berikan kepada pelanggan melalui penggunaan solusi kecerdasan buatan (AI). Saat ini, masih dalam tahap menguji AI yang dirancang secara khusus untuk keperluan bisnis, agar setiap bisnis dapat memiliki AI yang mampu berinteraksi dengan pelanggan guna melakukan penjualan dan memberikan layanan dukungan.

Application Information Will Show Up Here