SMW Jakarta 2019 Sukses Digelar, Dihadiri 11 Ribu Peserta dan 181 Pembicara

Pagelaran Social Media Week (SMW) Jakarta 2019 telah sukses digelar pada 11-15 November 2019 lalu. Membawakan tema utama “Stories: With Great Influence Comes Great Responsibility”, acara ini berhasil menghadirkan 11 ribu peserta dan 181 pembicara dari beragam latar belakang. Mereka meramaikan 95 sesi acara yang meliputi konferensi, pertemuan komunitas, workshop, acara satelit, dan pameran.

Dari tema utama yang diangkat, para pemateri mengajarkan pentingnya storytelling dalam menyampaikan pesan, baik untuk kebutuhan pemasaran merek ataupun individu. Salah satunya Co-Founder NarasiTV Najwa Shihab, dalam presentasi berjudul “Living in Social Media Today and Tomorrow”, ia menyampaikan penggunaan media secara tepat bisa membuat semua orang jadi influencer.

“Semua orang memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain lewat cerita tentang dirinya ataupun cerita orang lain yang dianggap menarik. Semua orang bercerita, semua orang bicara yang membuat noise-nya sangat banyak, membuat audiens bingung yang mana fakta, yang mana opini. Karena itu, penting bagi seseorang yang memiliki platform lebih besar, influence-nya sangat berpengaruh agar selalu bicara dengan menggunakan rasa, akal, bicara kebenaran, bertanggung jawab, dan menjaga kewarasan publik,” ujarnya di panggung konferensi.

Selain itu, SMW Jakarta 2019 bekerja sama dengan Socialbakers juga memberikan penghargaan kepada sejumlah brand yang berkomitmen dan interaktif di media sosial. Penghargaan ini diberikan kepada brand yang memahami dan bisa beradaptasi terhadap perubahan paradigma di area customer care, dengan menghadirkan komunikasi yang responsif dan dinamis di kanal-kanal media sosial.

Berikut daftar pemenang penghargaan tersebut:

  • Kategori Most “Socially Devoted” Brand on Facebook in 2019 diraih oleh Telkomsel.
  • Kategori Most “Socially Devoted” Brand on Twitter in 2019 diberikan kepada Telkom Care.
  • Kategori Most Engaging Brand on Facebook in 2019 diraih oleh Smartfren.
  • Kategori Most Engaging Brand on Instagram in 2019 diberikan kepada Shopee For Men.
  • Kategori Most Engaging Brand on Twitter in 2019 diberikan kepada Grab Indonesia.
  • Kategori Most Engaging Brand on YouTube in 2019 adalah Samsung Indonesia.

Antonny Liem selaku Chairman Social Media Week Jakarta dan CEO PT Merah Cipta Media menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang sudah bekerja keras dalam mewujudkan acara ini. “Semoga SMW Jakarta dapat menjadi manfaat bagi semua pihak dan peserta yang hadir. Harapan saya, ke depannya SMW Jakarta bisa terus menjadi wadah untuk semua pihak saling berbagi pengetahuan dan informasi positif.”

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Media Week Jakarta 2019

Pentingnya Regulasi di Tengah Perkembangan Pesat Esports

Saat ini, semakin banyak merek non-endemik yang masuk ke dunia esports. Jadi, jangan heran jika Anda melihat merek makanan seperti Sukro melekat di jersey tim esports seperti RRQ atau mendengar merek AXE bekerja sama dengan EVOS Esports. Dan hal ini terjadi secara global. Menurut laporan Esports Observer, pada Q3 2019, ada 75 kontrak sponsorship dari merek non-endemik, baik sponsor untuk tim profesional ataupun liga esports. Dalam acara Social Media Week yang digelar di Senayan City, Co-founder EVOS Esports, Hartman Harris mengatakan bahwa esports bisa menjadi jalan bagi merek yang ingin mendekatkan diri dengan generasi muda. Memang, menurut Goldman Sachs, 79 persen penonton esports memiliki umur di bawah 35 tahun. Kabar baik bagi para sponsor esports, jumlah penonton esports diperkirakan masih akan terus naik. Pada tahun ini, jumlah penonton esports secara global diperkirakan mencapai 194 juta orang, sementara pada 2022, angka ini diduga akan naik menjadi 276 juta orang.

“Industri esports sekarang sedang bagus-bagusnya. Banyak merek non-endemik yang melirik, merek makanan dan minuman dan lain sebagainya,” kata Ketua Federasi Esports Indonesia (FEI), Andrian Pauline, yang juga merupakan CEO RRQ. “Pada lima atau sepuluh tahun lalu, semua sponsor di esports itu pasti perusahaan yang ada kaitannya dengan komputer atau dengan industri. Tahun ini, esports juga sudah mulai dilirik pemerintah karena terpilih sebagai salah satu cabang untuk SEA Games di Filipina.”

Sementara itu, dari sudut pandang sponsor, Assistant Vice President, BCA, Rendy Alimudin mengatakan bahwa ketika mereka hendak mendukung liga atau tim esports, mereka telah mempertimbangkan target yang ingin mereka capai. “Kita sudah memikirkan soal ROI (Return of Investment) dari awal,” katanya. Dia mengatakan, salah satu tujuan BCA terjun ke esports adalah untuk memperkenalkan produk mereka ke komunitas gamer. “Mendengar dari para gamer, mereka butuh apa, agar kami bisa membuat produk yang sesuai dengan hobi mereka sehingga produk kami bisa digunakan dalam waktu lama,” ujarnya. Selain itu, dia mengatakan, mereka juga ingin mendukung komunitas gamer agar bisa tumbuh dan berkembang.

Sumber: Dokumentasi Hybrid
Sumber: Dokumentasi Hybrid

Walau industri esports semakin matang, tapi masih ada banyak masalah yang harus dihadapi oleh para pelaku esports. Menurut AP, salah satunya adalah ketiadaan regulasi dan standarisasi. Pemain esports profesional juga biasanya sangat muda, mereka bisa memulai karir ketika mereka berumur belasan tahun dan pensiun sebelum mereka berumur 30 tahun. Karena pemain esports biasanya masih muda dan belum memiliki pengalaman bekerja di dunia profesional, ini memunculkan risiko eksploitasi pemain. “Banyak kasus, tim-tim esports memanfaatkan ketidaktahuan sang atlet. Di sinilah fungsi FEI, untuk melindungi pemain. Dalam jangka panjang, jika industri ingin sustain, talent harus dijaga. Kalau mereka merasa dimanfaatkan, dan tidak ada regenerasi, tidak ada pemain baru, industri bisa collapse,” kata AP.

Hartman juga mengakui akan adanya masalah ini. “Kita punya tanggung jawab untuk memberikan edukasi, menjadi esports player itu seperti apa. Dari sisi kontrak, ketika menjadi pemain pro atau semi-pro, mereka bisa mendapatkan benefit sepertii apa,” katanya. Dia menyebutkan, jika para pemain merasa mereka tereksploitasi, ini dapat menyebabkan masalah. Tanpa keberadaan pemain esports, pada akhirnya tim esports juga akan menghilang. Memang, di luar Indonesia, para pemain esports bahkan telah membuat asosiasi sebagai wadah mereka untuk berkomunikasi dengan developer, seperti yang dilakukan oleh para pemain Fortnite dan Counter-Strike: Global Offensive profesional.

FEI sendiri baru berdiri pada akhir Oktober 2019. Salah satu fokus mereka adalah untuk membuat standarisasi kontrak untuk pekerja esports, termasuk kontrak pemain dan talenta. AP mengatakan, FEI berusaha untuk inklusif, mengakomodasi semua kepentingan pelaku esports, mulai pemain, tim, talent, sampai penyelenggara turnamen. Untuk memastikan bahwa tidak ada pertikaian antara para pelaku esports — contohnya antara pemilik tim dan pemain — FEI memastikan bahwa mereka memiliki perwakilan dari semua pihak. “Misalnya, untuk talent, kita memang ada perwakilan yang memang bekerja sebagai talent,” ungkapnya. Dengan begitu, orang yang mewakilkan memang bisa mengerti apa yang terjadi. “Kita juga cukup transparan. Tujuan kami adalah memastikan industri esports sustainable.”

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Social Media Week

Tren Pemasaran “Influencer” dan Pengembangan Brand di Media Sosial akan Jadi Bahasan Utama di SMW Jakarta 2019

Waktu pelaksanaan Social Media Week Jakarta 2019 sudah semakin dekat. Acara ini akan diadakan pada 11-15 November 2019 mendatang di The Hall Senayan City, Jakarta. Tema yang diusung adalah “Stories: With Great Influence Comes Great Responsibility”.

Melalui tema besar tersebut, akan ada tiga sub-tema yang akan disajikan dalam beragam bentuk acara, yakni “Social Media and Society”, “The Future of Brands”, dan “Influence Equation“. Ada pun pembahasan materi akan dikemas dalam sesi konferensi, community meet up, workshop, hingga pameran.

Sub-tema pertama, yakni social media and society, akan membahas soal peranan dan dampak media sosial di masyarakat dan bisnis. Beberapa pemateri konferensi seperti Anita Wahid (Presidium Mafindo), Julien Chevignon (Regional CEO APAC YouGov), dan Ryan Rahardjo (Public Policy and Government Affairs Manager, Google) akan membagikan pengetahuan dan pengalaman inspiratifnya.

Anita akan mempresentasikan tentang bagaimana menjadi warganet yang bertanggung jawab, sekaligus memberikan dampak baik atas setiap celotehnya di media sosial. Julien akan banyak berbicara tentang perspektif konsumen di media sosial. Sementara Ryan akan banyak mendiskusikan tentang pembuatan konten media sosial yang dilandasi kepentingan bermakna.

Selain itu di community meet up untuk tema ini akan beberapa sesi yang diisi dari The FIT Company, Sweet Escape, dan komunitas Kaskus. Ada beberapa workshop teknis yang dapat diikuti, salah satunya mengenai tips dan penggunaan alat untuk membuat visual storytelling di Instagram, akan disampaikan tim dari Leverate Media Asia.

Kemudian sub-tema yang kedua akan memberikan membahas tentang brand. Kebutuhan sebuah brand untuk terhubung dengan konsumen dan mengenalkan produk terbarunya melalui platform media baru dirasa penting dalam perkembangannya. Sehingga platform media sosial di masa depan diyakini dapat mengakomodasi kebutuhan kreativitas, berperan untuk menjalankan kampanye pemasaran digital.

Angga Dwimas Sasongko dan Adriano Qalbi dari Visinema Pictures akan hadir di panggung konferensi untuk membahas bagaimana film pendek dapat meningkatkan persona brand melalui media sosial. Selain itu akan ada pemateri dari Mirun dan TikTok yang akan membagikan pengetahuannya tentang topik terkait.

Terkait brand, sesi komunitas akan diisi oleh perwakilan dari Tinkerlust, Vidio.com, dan Storial. Mereka akan berbagi mengenai pengalaman yang pernah dilakukan terkait pengembangan brand di media sosial.

Influencer juga akan menjadi pembahasan tersendiri dalam sesi SMW Jakarta 2019. Di tengah popularitasnya, pendekatan berbasis influencer memunculkan fakta negatif dan kritik, karena dapat menjadi kendala dalam proses strategi pemasaran suatu bisnis baru. Ada beberapa fakta di lapangan yang menunjukkan hal tersebut, di antaranya banyaknya influencer yang mengambil untung dan kerap menggunakan kata kunci exposure yang belum dapat diterjemahkan sebagai nilai tukar dalam proses peningkatan daya beli suatu produk.

Lantas, bagaimana peran influencer marketing dalam strategi pemasaran di masa datang? Apa yang seharusnya dilakukan pelaku bisnis atau brand dalam hubungannya dengan influencer marketing agar mendapatkan solusi tepat yang selaras dan saling menguntungkan? Bagaimana exposure itu dapat diterjemahkan dalam nilai tukar untuk meningkatkan penjualan produk atau bisnis baru? Bagaimana ekosistem influencer marketing di masa depan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang akan dijawab bersama dalam berbagai sesi di Social Media Week.

Jika tertarik dengan tiga bahasan di atas, segera daftarkan diri ke SMW Jakarta 2019. Informasi lebih lanjut, kunjungi situs resminya melalui alamat: https://smwjakarta.com.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Media Week Jakarta 2019

Mengungkap Mitos dan Fakta Kondisi IoT di Indonesia

Persebaran produk internet of things (IoT) di Indonesia memang kian berkembang. Produk yang paling familiar dari IoT adalah perangkat wearable smartwatch. Untuk skala rumah tangga, ada remote yang dapat mengatur televisi, air conditioner (AC), jendela, garasi, dan lainnya.

Berkembangnya teknologi ini rupanya tidak sejalan dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan. Dalam salah satu sesi di Social Media Week Jakarta 2017, menghadirkan Dyan R. Helmi dari DycodeX, salah satu perusahaan pengembang teknologi IoT dari Bandung, banyak berbicara mengenai mitos dan fakta kondisi IoT di Indonesia. Berikut rangkumannya:

Mitos

Banyak hasil riset yang mengemukakan bahwa potensi bisnis IoT baik di Indonesia maupun secara regional pada 2020 dapat bernilai miliaran dolar Amerika Serikat.

Coba tengok hasil riset yang dipaparkan Cisco. Di sana menyebutkan secara global, obyek penggunaan perangkat IoT pada 2020 tembus 50 miliar obyek pintar. Angka ini diprediksi tumbuh lima kali lebih cepat dibandingkan perkembangan listrik dan telepon.

Bila dikerucutkan hingga skala APJC (Asia Pasifik, Jepang, dan China), potensi bisnis yang bisa ditangkap dari IoT sekitar US$1,5 miliar di 2020.

Dari hasil tersebut, Helmi, panggilan akrab Dyan, mengatakan angka tersebut masih menjadi mitos dan dapat ditangkap sebagai peluang yang bisa ditangkap oleh seluruh pihak di Indonesia.

Sementara ini, bentuk nyata dari pemanfaatan IoT belum begitu terasa bila dilihat dari kacamata industri. Masih sedikit perusahaan yang menerapkan IoT dalam proses bisnis mereka.

Perlu diketahui, untuk menyebut apakah sebuah perangkat dapat disebut dengan IoT harus memenuhi tiga unsur, yakni things (sensor, actuator, MCU/MPU, network, energy, firmware), connectivity (PAN, LPWAN, cellular), dan people and process (IoT Cloud, machine learning, AI).

“Belum banyak industri yang sudah pakai IoT, sehingga lebih tepat disebutnya dengan sample case. Tantangannya terletak di edukasinya ke masyarakat yang PR sekali. Padahal, tujuannya IoT adalah bantu produktivitas mereka. [Edukasi] memang tidak mudah,” terangnya, Kamis (14/9).

Dukungan dari pemerintah untuk pemain IoT pun belum terasa banyak, meski sudah ada kehadiran Bekraf dan Kominfo. Helmi menilai masih banyak instansi pemerintah serta kementerian yang belum paham dengan arti dari IoT sendiri. Malah ada yang salah kaprah, mengira IoT apakah itu Android maupun iOS.

Fakta

Di balik mitos, ada beberapa fakta yang masih membutuhkan banyak perhatian dari seluruh pihak. Helmi mengungkapkan pengembang hardware (makers) IoT masih sangat minim, tidak sampai ribuan. Ambil contoh, untuk komunitas IoT di Bandung bisa dibilang terbesar di Indonesia, namun anggotanya hanya sekitar 50-an orang.

Daerah lainnya, semisal Semarang, juga cukup besar bisa mencapai 100-an. Namun level anggota di sana belum ingin menyeriusi IoT dan menjadikannya sebagai bisnis. Pasalnya, rata-rata dari mereka masih pelajar sehingga belum permanen.

Untuk perusahaan yang menekuni IoT juga tidak banyak, beberapa nama di antaranya Geeknesia, Cubeacon, Bluino, DycodeX, Callysta, Gravicode, Rantonic, eFishery, dan lainnya.

Di samping itu, kesadaran dunia pendidikan untuk memulai kurikulum mengenai IoT juga mulai ada, meski baru sedikit, dengan diprakarsai oleh Sekolah Kristen Kalam Kudus di Medan.

Pihak sekolah meminta bantuan dari Helmi untuk dibuatkan kurikulum untuk diajarkan ke siswa SMP dan SMA. Kampus Binus juga mulai menaruh perhatian untuk dunia IoT dengan mengadakan seminar singkat untuk mahasiswanya.

Di luar itu, terdapat platform edukasi Makestro. Di dalamnya, tidak hanya edukasi saja tapi terdapat kebutuhan untuk pengadaan perangkat dan kebutuhan lain untuk pengembangan hardware. Ada tiga fitur yang dihadirkan, yakni shop, cloud dan learn.

“Intinya adalah bagaimana kita [Indonesia] bisa mencetak lebih banyak makers. Sebab akar masalahnya ada di situ. Dari potensi yang disebut hasil riset sebelumnya, cuma akan jadi mitos bila akar masalah tidak diselesaikan. Sekarang pertanyaannya, apakah Indonesia hanya akan jadi konsumen saja?,” pungkas Helmi.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Media Week Jakarta 2017. Dapatkan diskon 30% untuk pembelian tiket melalui laman Deals DailySocial.

Direktur BCA: Konsistensi Menjadi Kunci Ketika Bank Terjun ke Fintech

Perjalanan BCA menjadi bank terdepan dalam hal inovasi fintech, yang terbukti dengan menyabet berbagai penghargaan, rupanya tidak dilalui dengan mudah. Wakil Presiden Direktur BCA Armand W. Hartono mengungkapkan banyak kisah di baliknya saat menjadi pembicara dalam salah satu sesi di Social Media Week Jakarta 2017.

Dalam pemaparannya Armand mengatakan setiap kali BCA menginisiasikan suatu teknologi baru, selalu tidak dilakukan secara nasional. Melainkan menerapkan di lokasi yang dinilai sudah siap baik dari segi infrastruktur maupun kultur masyarakatnya, misalnya di Jakarta. Maksud dari strategi ini, ingin meminimalkan potensi terjadinya gangguan kenyamanan nasabah saat bertransaksi.

Berkaca dari perjalanan BCA saat pertama kali memulai inisiasi pengembangan fintech, saat pertama kali memasang mesin Automatic Teller Machine (ATM) pada sekitar 1990-an. ATM pada tahun pertamanya tidak laku di pasaran. Padahal tujuan dihadirkannya ATM adalah ingin mengurangi jumlah antrean di kantor cabang.

“Untuk mendidik orang pakai teknologi baru itu susah. Sebab tantangan terbesarnya bukan dari cara mengedukasi nasabah saja, tapi dari internal perusahaan. Saat ATM pertama kali hadir, banyak orang yang takut pakai karena belum terbiasa. Jawabannya adalah konsistensi, bagaimana menambah kenyamanan dan bangun awareness,” ucapnya.

Karena memegang prinsip konsisten, sambungnya, BCA perlahan-lahan mulai menambah jumlah ATM dan menyebarnya ke berbagai lokasi. Pada tahun kedua, pasar sudah mulai menerima kehadiran mesin ATM hingga kini.

Hal yang sama juga terjadi saat BCA pertama kali memperkenalkan kartu debit pada sekitar 1995-an. Pada tahun pertama, banyak penolakan karena saat itu mulai dihadirkan mesin Electronic Data Capture (EDC) di merchant. Promosi pun juga dilakukan dengan membebaskan beban bunga 0 persen untuk merchant discount rate (MDR).

Kemudian, saat BCA memperkenalkan internet banking. Teknologi ini malah baru bisa diterima pada tahun kedua sejak diluncurkan. Sebab pada tahun pertama, banyak isu mengenai phising yang membuat orang enggan untuk bertransaksi. Ditambah belum stabilnya koneksi internet saat itu.

Diungkapkan pada 2004, dalam seharinya BCA menerima 800 ribu sampai 1,2 juta transaksi internet banking dalam sehari. Sedangkan, porsi transaksi secara online selama satu tahun terakhir mencapai 97% dibandingkan transaksi via teller.

Selalu ada nasabah yang berani mencoba

Menurut Armand, dibalik penolakan yang terjadi di tahun pertama karena nasabah mayoritas masih banyak yang takut, selalu ada nasabah yang berani untuk coba-coba, jumlahnya pun selalu lebih sedikit dibandingkan yang takut.

Nasabah yang mau coba-coba, rupanya akan memberi efek multiplier kepada pihak lainnya. Menggiring orang untuk mencoba dan merasakan pengalaman yang sama.

“Kira-kira merchant yang pertama kali pasang mesin EDC untuk kartu debit adalah Hero. Mereka mungkin pasang karena ingin membuktikan apakah dapat membantu efisiensi saat transaksi. Rupanya benar, penjualan mereka menanjak naik. Dari hal ini terlihat bahwa di balik pihak yang wait and see, ada orang yang berani coba. Jumlah yang coba-coba itu selalu lebih sedikit.”

Fintech memberi ruang jenis pekerjaan baru

Sebelum tahun 1990-an, sebelum BCA menerapkan teknologi digital dalam perusahaan, dalam satu kantor cabang membutuhkan 200 orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 90% menempati posisi sebagai pembukuan dan checker.

Akan tetapi, setelah menerapkan sistem online justru tidak mengurangi jumlah pekerja. Sebab dari pekerjaan semula yang menghilang, beralih ke fungsi lainnya misalnya menjadi front desk, relationship officer, dan lainnya.

Kehadiran teknologi online, justru membantu pemrosesan transaksi di BCA jadi lebih cepat. Tenaga manusia tidak akan sanggup melayani nasabah setiap harinya, makanya perlu kerja sama dengan teknologi robotika maupun virtual.

“Jadi jangan takut, meski sudah online, pekerjaan akan selalu ada dan akan selalu demikian. Ini dikarenakan teknologi itu memiliki keterbatasan yang menjadi masalah. Online itu akan tetap ada karena pada dasarnya manusia itu malas. Masalah yang bisa dipecahkan manusia, akan menciptakan revolusi baru lainnya.”

Hadirkan solusi dari setiap masalah yang muncul

Virtual chat assistant (Vira)

Ambil contoh, tenaga call center Halo BCA dulunya hanya berjumlah 70 orang. Mereka tidak sanggup karena jumlah telepon yang masuk mencapai 5 ribu – 6 ribu sehari, nasabah pun tiap hari terus bertambah.

Solusi menambah tenaga kerja CS menjadi 1700 orang, akhirnya tidak bisa menampung telepon yang masuk membludak hingga 50 ribu – 60 ribu dalam sehari.

Untuk itu solusi yang dihadirkan dari masalah ini adalah menghadirkan fasilitas web chat. Jumlah telepon yang masuk ke Halo BCA pun dapat ditekan menjadi sekitar 50 ribu sehari. Rupanya solusi ini dirasa belum cukup. Menambah tenaga kerja pun akhirnya bukan solusi yang tepat, maka dari itu butuh teknologi lainnya.

BCA pun akhirnya menelusuri jenis pertanyaan apa saja yang biasa ditanyakan kepada call center. Ternyata, jenis pertanyaannya bersifat umum, seperti bagaimana cek saldo, bagaimana kurs hari ini, lokasi cabang terdekat di mana, dan sebagainya.

“Kami coba klasifikasi lagi dari telepon yang masuk, ternyata 90% menanyakan informasi yang bersifat umum. Dari situ kami lihat, kenapa harus manusia yang menjawab bila bisa dijawab oleh mesin. Di situlah kami mulai terpikir untuk belajar teknologi baru.”

Solusi ini akhirnya dijawab dengan menghadirkan Virtual Chat Assistant (Vira) berbasis artificial intelligence (AI) pada awal tahun ini. Vira dapat menjawab pertanyaan nasabah seputar pertanyaan umum, promosi, cek saldo, membuat kartu kredit, dan lainnya.

“Vira itu sendiri sebenarnya sudah terbenak di ide kita, namun belum dapat mock up yang bagus. Baru dapat pas acara Finhacks tahun lalu, tim kami pun jadi lebih percaya.”

Armand menuturkan saat ini Vira masih terus “belajar” dan BCA pun makin menyempurnakan sistem back end dan infrastrukturnya agar terjaga baik. Pasalnya, hal tersulit yang terjadi saat menyerahkan teknologi untuk melayani nasabah adalah memberikan wewenang keputusan.

“Harus dipastikan apakah wewenang yang kita berikan kepada mesin apakah keamanan sudah terjaga baik dan benar-benar sesuai kebutuhan nasabah. Beda halnya bila offline, wewenang masih dipegang oleh manusia. Untuk memastikan keamanan kami buat machine learning untuk Vira agar terus belajar,” tutup dia.

Vira dapat diakses melalui platform chat messanging Line, Kaskus Chat, dan Facebook Messenger, dengan add akun Bank BCA tanpa harus mengunduh aplikasi baru. Kini Vira sudah digunakan oleh 523 ribu nasabah BCA.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Media Week Jakarta 2017. Dapatkan diskon 30% untuk pembelian tiket melalui laman Deals DailySocial.

Social Media Week Jakarta 2017 Resmi Dibuka

Gelaran Social Media Week Jakarta (SMW Jakarta) 2017 resmi dibuka mulai hari ini, 11 September, sampai 15 September 2017 berlokasi di The Hall Senayan City, Jakarta. Ajang ini merupakan kali ketiga Social Media Week Jakarta digelar pada 2015, bersamaan dengan SMW London dan Sao Paulo.

Pembukaan SMW Jakarta 2017 menghadirkan Antonny Liem (Chairman Social Media Week Jakarta dan CEO PT Merah Cipta Media), Norisa Saifuddin (Senior Vice President BCA), dan Jaclyn Halim (Marketing & Promotion GM Senayan City).

[Baca juga: Alasan Mengapa Harus Hadir ke Social Media Week Jakarta 2017]

“Saya senang SMW Jakarta dapat kembali hadir untuk ketiga kalinya. Saya harap ajang seperti SMW Jakarta dapat menjadi barometer industri, sekaligus platform yang mendorong wawasan para praktisi dan penggiat, demi mendorong pertumbuhan industri digital di tanah air,” kata Antonny, Senin (11/9).

BCA, perbankan swasta terbesar di Indonesia, juga turut hadir sebagai pemateri di ajang SMW Jakarta 2017. BCA menyadari bahwa komunikasi, interaksi, dan layanan terbaik kepada nasabah adalah prioritas utama. Maka dari itu, perusahaan merangkul dan memanfaatkan kemajuan teknologi terkini.

Salah satu contoh penerapan yang dilakukan adalah meluncurkan fitur VIRA (Virtual Assistant Chat Banking BCA) pada Februari 2017. Fitur ini memanfaatkan teknologi artificial intelligence yang memungkinkan nasabah dan masyarakat dapat berinteraksi langsung dengan VIRA melalui platform messanging di Line, Kaskus, dan Messenger.

“Ajang ini bisa menjadi kesempatan bagi kami untuk mengembangkan diri dan menambah inspirasi baru apa yang bisa diberikan kepada nasabah. Lewat fitur VIRA jadi langkah kami untuk terus mengembangkan tren teknologi saat ini, terhitung pengguna VIRA sudah mencapai 400 ribu orang sejak pertama kali diluncurkan,” terang Norisa.

Dalam gelaran SMW Jakarta, ada empat jenis kelas yang bisa diikuti mulai dari Satellite Event, Workshop, Conference, dan Meet Up. Akan tetapi dari seluruh kelas tersebut, hanya Satellite Event khusus diadakan luar venue utama.

Di panggung utama, yakni Conference, peserta dapat mendengar dan belajar langsung dari para ahli. Lebih dari 30 nama akan tampil, antara lain Google, Facebook, LinkedIn, LINE, Najwa Shihab, Adidas, Disney, dan lainnya.

Selain mengikuti kelas Conference, peserta dapat mengikuti lebih dari 12 sesi Community Meet Up, digelar mulai dari 13 – 15 September 2017. Sesi ini akan berbagi seputar cerita sukses, strategi digital, dan tips menarik yang dapat menambah wawasan peserta yang ingin memanfaatkan platform media sosial sebagai bagian dari upaya promosi.

Adapun untuk kelas Workshop diadakan selama empat hari terdapat lebih dari 10 sesi. Menyediakan pelatihan lebih intensif dan mendalam, dengan first-hand experience, yang dibawakan oleh praktisi industri digital dari dalam dan luar negeri.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Media Week Jakarta 2017. Dapatkan diskon 30% untuk pembelian tiket melalui laman Deals DailySocial.

Alasan Mengapa Harus Hadir ke Social Media Week Jakarta 2017

Tahun ini Social Media Week (SMW) Jakarta akan kembali digelar untuk ketiga kalinya. Tepatnya pada tanggal 11-15 September 2017 mendatang di The Hall, Senayan City. Bagi yang pernah datang ke SMW Jakarta 2016 mungkin sudah tahu tentang keseruan acara ini dan berbagai informasi penting terkait tren dunia digital sekarang ini.

SMW adalah rangkaian acara yang digelar untuk saling berbagi pengetahuan tentang dunia digital dan sosial media saat ini. SMW sendiri merupakan acara global yang digelar di kota-kota besar di dunia seperti London, Los Angeles, Chicago, New York, Sao Paulo, Milan dan masih banyak lagi.

Social Media Week Jakarta 2017 kali ini hadir dengan tema “Language and Machine: The Future of Communication”, yang akan menampilkan para ahli, tokoh dan pemimpin industri dari dalam dan luar negeri selama 5 hari.

Bagi yang masih ragu untuk mengikuti acara ini, inilah beberapa alasan kenapa kalian wajib datang dan menjadi bagian dari keseruan Social Media Week Jakarta 2017:

(1) Satu-satunya Social Media Week di Asia

Ya, itu benar! Jakarta adalah satu-satunya kota di Asia yang mengadakan Social Media Week, jadi jangan sampai ketinggalan.

(2) Facebook, Salesforce, LinkedIn, Google, LINE, hingga Disney akan berbagi ilmu di SMW 2017

Siapa yang tidak kenal dengan brand yang baru saja disebutkan? SMW Jakarta 2017 menghadirkan pembicara dari Facebook, Salesforce, LinkedIn, Google, LINE, Disney dan masih banyak lagi di sesi Conference. Melalui sesi ini, peserta bisa mendapatkan insight dan best-practice mengenai content, messaging, big data¸ dan social media langsung dari ahli strategi dan penggerak brand tersebut.

(3) Bertemu dengan beragam komunitas

SMW Jakarta juga memiliki 36 sesi Community Meet Up, peserta dapat bertemu dengan komunitas-komunitas dari berbagai industri, contohnya Tastemade, Young on Top (YOT), Indovidgram, Go-Jek, UXID, dan Girls in Tech. Di sini peserta juga berkesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman bersama mereka.

(4) Kelas Workshop untuk meningkatkan kompetensi

Social Media Week 2017 kali ini bekerja sama dengan MauBelajarApa.com menghadirkan 12 kelas Workshop yang dibawakan oleh praktisi industri digital dari dalam maupun luar negeri. Tiap kelas diperuntukkan bagi para peserta yang ingin  mendalami dunia media sosial, dari membuat personal branding yang baik, teknik-teknik yang diperlukan untuk menghasilkan konten yang berkualitas, hingga mengukur keberhasilan strategi media sosial.

(5) Up-to-date akan teknologi dan tren masa depan komunikasi

Bukan hanya menyajikan pembicara, komunitas dan workshop menarik saja, di SMW Jakarta 2017 ini para pengunjung juga dapat melihat, merasakan, mencoba sendiri berbagai teknologi dan tren dunia digital terbaru.

(6) Berkenalan dengan para ahli dan profesional

Tiap gelaran Social Media Week dipenuhi oleh para tokoh inspiratif dan bertalenta di bidangnya, termasuk idola-idola kamu yang suka muncul di timeline . Bukan cuma itu, dengan ikut sesi dan berdiskusi dengan mereka yang sudah sukses, kamu juga sebenarnya sudah mulai menjalani jalan kamu sendiri untuk sukses.

Untuk informasi lebih lanjut seputar SMW Jakarta 2017 secara keseluruhan dapat dilihat melalui laman https://socialmediaweek.org/jakarta.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk Social Media Week Jakarta.

SMW Jakarta 2017 Umumkan Dua Pemateri Lagi, Najwa Shihab dan Matt Bryan dari Disney

Social Media Week (SMW) Jakarta 2017 mengumumkan tambahan jajaran pembicara utama dalam sesi Conference. Ada dua nama besar yang akan dihadirkan, pertama ialah Matt Bryan selaku Head of Social Media untuk South East Asia dari Walt Disney Company dan yang kedua Najwa Shihab, jurnalis dan pembawa acara Mata Najwa yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.

Matt Bryan akan berbagi tentang bagaimana Disney bercerita dan berinteraksi dengan para penggemarnya di ranah digital, dengan topik “Disney Reveal: The Forces of Storytelling, Fanbase Building and Content Marketing”. Di sisi lain, Najwa Shihab akan berbagi seputar pengalamannya sebagai jurnalis dan host Mata Najwa dan juga pandangannya terhadap media sosial dan teknologi saat ini, dengan topik “Social Media and Technology’s Influence on Journalism and Public Media”.

“Disney merupakan nama yang lekat dengan kehidupan kita, yang mengiring tiap momen dalam kehidupan kita dengan fantasi dan keajaibannya. Dengan kesuksesan Disney membuat suatu karakter dan film menjadi melegenda, kami sangat gembira dapat mengundang sang master storyteller ini berbagi mengenai bagaimana membangun suatu cerita, berinteraksi dan menciptakan ikatan emosional dengan para penggemarnya di ranah digital,” ujar Antonny Liem selaku CEO untuk Merah Cipta Media Group, sekaligus Chairman Social Media Week Jakarta.

Antonny melanjutkan, “Najwa Shihab merupakan nama yang sudah sangat tidak asing di ranah media Indonesia. Sebagai seorang jurnalis dan host Mata Najwa, Nana selama bertahun-tahun, dengan tajam, telah menguak kebenaran dan menyajikan fakta kepada para pemirsa Indonesia. Saya sangat senang dan menyambut baik partisipasi Najwa Shihab di ajang Social Media Week Jakarta 2017, dan saya percaya banyak hal yang dapat kita pelajari dari seorang Najwa Shihab.”

Rangkaian acara utama SMW Jakarta 2017 akan dilaksanakan tanggal 13-15 September 2017 di The Hall, lantai 8, Senayan City ini akan terbagi dalam 3 panggung yang menyajikan berbagai topik terkini seputar social media dan teknologi, termasuk juga berbagai tips dan studi kasus yang tentunya dapat menambah wawasan dan diikuti untuk diterapkan oleh para peserta.

Di panggung utama, yaitu panggung Conference, para praktisi dan penggiat industri media sosial dan digital dapat mendengar dan belajar langsung dari para ahli di bidangnya, baik dari dalam mau pun luar negeri. Selain Disney dan Najwa Shihab, sesi-sesi di panggung Conference dari ajang Social Media Week Jakarta di tahun ini akan diramaikan juga oleh Facebook, Google, LINE, LinkedIn, Adidas, Salesforce, Socialbakers, Digimind, Kantar Milward Brown, dan banyak lagi.

Bagi yang tertarik hadir, informasi mengenai jadwal konferensi, pembelian tiket, dan selengkapnya dapat dilihat di situs resmi Social Media Week Jakarta 2017 https://socialmediaweek.org/jakarta.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Media Week Jakarta 2017

Kelas Workshop “Optimasi Media Sosial” akan Disuguhkan dalam SMW Jakarta 2017

Social Media Week (SMW) Jakarta tahun ini akan membahas seputar evolusi komunikasi di masa depan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar peran teknologi, mesin dan robot serta pengaruhnya dalam komunikasi antar manusia. Semua bahasan ini akan dirangkum dalam tema utama “Language and The Machine: The Future of Communication.”

Selain rangkaian conference, gelaran kali ini membawa konsep baru dengan menghadirkan rangkaian kelas-kelas Workshop untuk memberikan pelajaran dan wawasan praktis secara mendalam yang dibawakan oleh praktisi industri digital dari dalam maupun luar negeri. SMW Jakarta 2017 berkolaborasi dengan MauBelajarApa.com untuk menghadirkan kelas-kelas Workshop ini.

“Melalui kelas-kelas Workshop yang diadakan dalam gelaran Social Media Week Jakarta 2017, para peserta diharapkan dapat belajar mengenai dunia media sosial, dari bagaimana membuat personal branding yang baik di sosial media, membuat konten yang berisi dan menarik,” sambut Founder MauBelajarApa.com Jourdan Kamal.

Berikut adalah 10 tema kelas Workshop yang akan ditawarkan di ajang SMW Jakarta tahun ini:

  1. The Art of Social Media Marketing for Entrepreneurs (Instagram).
  2. Personal Branding Through Social Media for Your Careers & Business.
  3. Food Photography & F&B Content Creation for Social Media.
  4. How to Create Inspiring Video For Your Social Media Business.
  5. Using Infographics for Social Media Business.
  6. Social Media Photography & Concept Creation for Your Social Media Business.
  7. How to Create Engaging & Profitable YouTube Videos.
  8. How to Optimize Your Creative for Mobile.
  9. How to Create a Meaningful Social Media Measurement Framework for ROI.
  10. Leveraging Social as the Forefront of Customer Experience, Turning Cost Center into Revenue Center.

“Sesi kelas-kelas Workshop ini akan menjadi kesempatan bagi para praktisi dan profesional, pengusaha, maupun pengguna media sosial dan digital untuk mendalami materi-materi sesuai dengan minat mereka, langsung dari praktisi di industri yang berpengalaman di bidangnya,” ujar Antonny Liem, CEO Merah Cipta Media Group, sekaligus Chairman Social Media Week Jakarta.

Social Media Week Jakarta diadakan sebagai upaya agar praktisi industri sosial media dan digital dapat saling berbagi dan memperdalam wawasan akan tren-tren terbaru dan yang akan datang di dunia digital, teknologi dan media sosial, dan bagaimana pelaku industri maupun pengguna media sosial pada umumnya dapat merangkul kekuatan media sosial dan teknologi untuk memperkuat brand maupun wawasan pribadi mereka dan mentransformasi cara mereka berinteraksi.

Untuk informasi lebih lanjut seputar kelas tersebut, kunjungi laman resminya melalui www.maubelajarapa.com/smw2017. Sementara informasi seputar SMW Jakarta secara keseluruhan dapat dilihat melalui laman https://socialmediaweek.org/jakarta.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk Social Media Week Jakarta.

Social Media Week Jakarta 2017 Akan Hadirkan Pemateri dari Perusahaan Unggulan

Pada tanggal 11-15 September 2017 mendatang, pagelaran akbar Social Media Week Jakarta 2017 akan digelar. Hari ini panitia telah mengumumkan jajaran pembicara utama yang akan tampil pada sesi Conference. Pemateri dihadirkan dari perusahaan besar, mulai dari Facebook, Google, Mashable, Line, LinkedIn hingga Kantar Millward Brown.

Social Media Week sendiri merupakan sebuah konferensi internasional yang mengumpulkan dan berbagi ide, inovasi, dan wawasan terbaik seputar bagaimana media sosial dan teknologi mengubah bisnis, masyarakat, dan budaya di seluruh dunia.

Beberapa pembicara Keynote untuk sesi Conference yang diumumkan hari ini termasuk Reynold DSilva (Head of Vertical Marketing Asia Pacific Facebook), Gwendolyn Regina (Director of Strategy and Business Development, Asia Pacific Mashable), Frank Koo (Head of Southeast Asia Talent Solutions LinkedIn).

Selain itu ada juga Pankaj Khushani (Head of Media Technology Solutions Southeast Asia, India & Korea Google), Henry Manampiring (Client Partner CPG dari Facebook, Revie Sylviana, Business Deveopment Director LINE Indonesia), Charles Tidswell (VP Japan, Asia Pacific untuk Socialbakers), dan Olivier Girard (Customer Success Director Asia Pacific untuk Digimind).

Sebagai ajang perhelatan media sosial terbesar di Indonesia, Social Media Week Jakarta telah menjadi platform bagi praktisi industri media sosial dan digital marketing untuk mengumpulkan dan berbagi ide, inovasi, dan wawasan terbaik untuk kemajuan industri media sosial dan digital di Indonesia.

“Saya sangat gembira dengan susunan pembicara utama di ajang Social Media Jakarta tahun ini. Saya yakin wawasan yang dibagikan nanti akan membantu para praktisi industri mewujudkan potensi media sosial dan teknologi digital di Indonesia. Kami tidak sabar untuk menyambut nama-nama besar ini di panggung Conference kita,” ujar CEO Merah Cipta Media Group sekaligus Chairman Social Media Week Jakarta Antonny Liem.

Rangkaian sesi Conference dari ajang Social Media Week Jakarta tahun ini akan dibuka dengan keynote dari Facebook dengan topik Your Brand on Mobile – The Future of Communication for Marketers. Topik pembuka ini sekaligus menggaris bawahi tema global yang diusung oleh Social media Week tahun ini, Language and the Machine The Future of Communication.

Selain Facebook, LINE dan LinkedIn yang juga akan turut berbagi wawasan tentang topik-topik menarik seputar masa depan komunikasi untuk para pelaku industri pemasaran, kapitalisasi media sosial untuk mengembangkan kesempatan, potensi aplikasi messaging, memaksimalkan potensi social commerce di berbagai channel media sosial, optimalisasi konten, dan masih banyak lagi.

Selain tema di atas, tentu masih banyak hal menarik yang dapat dipetik dari acara ini. Karena berbagai topik yang disajikan dipastikan sangat relevan dengan kondisi yang ada saat ini di lanskap digital di Indonesia dan dunia. Bagi yang tertarik hadir, informasi mengenai jadwal konferensi, pembelian tiket, serta selengkapnya dapat dilihat di situs resmi Social Media Week Jakarta 2017 https://socialmediaweek.org/jakarta.

––

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Media Week Jakarta 2017