Sofian Hadiwijaya Sampaikan Pandangan Ekonomi Digital Ganjar-Mahfud MD

Co-Founder Warung Pintar Sofian Hadiwijaya kini memilih terjun langsung dalam politik menjadi bagian dari Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Di tim tersebut, posisinya sebagai Direktur Eksekutif Teknologi. DailySocial.id berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Sofian untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang visi-misi ekonomi digital yang akan diupayakan oleh pasangan Capres-Cawapres yang ia dukung.

Memulai perbincangan, Sofian menuturkan bahwa ketertarikannya di dunia politik sebenarnya bukan hal yang mendadak. Sejak sekitar 9 tahun lalu, ia sudah aktif dalam perpolitikan, baik dengan mengawal di luar seperti menjadi bagian dari inisiatif #KawalPemilu dan #KawalPilkada; hingga terlibat di dalam saat mendirikan sebuah partai politik baru di Indonesia. Di sisi lain Sofian juga bercerita bahwa keluarganya yang banyak bekerja sebagai pejabat publik dan ASN juga telah menghubungkannya dengan dunia politik.

Lantas, keputusannya untuk mendukung pasangan Ganjar-Mahfud memiliki alasan yang cukup kuat. Pertama, dari pengalaman Sofian aktif di ekosistem startup ia melihat langsung sepak-terjang Ganjar Pranowo dalam mendukung para inovator di Jawa Tengah saat menjadi gubernur.

Sofian memberi contoh inisiatif Hetero Space yang merupakan creative hub sekaligus coworking space yang diusung Pemprov Jawa Tengah bersama Impala Network. Dukungan pemerintah daerah dalam aktivitas inovasi di sana dirasakan betul, sehingga koneksi antara komunitas dan regulator dapat terjalin baik. Hal ini dinilai juga menjadikan sosok Ganjar lebih berwawasan terkait industri digital, karena sering berjibaku langsung dengan para pemain di lapangan.

Dan pemahaman digital tersebut menurut Sofian diaplikasikan betul oleh Ganjar dalam sepak terjangnya ketika menjadi gubernur. Ditunjukkan dengan sejumlah inisiatif transformasi digital di tumbuh internal pemerintahan, termasuk pemanfaatan media sosial secara aktif guna berkomunikasi langsung dengan masyarakat.

“Kita butuh pemimpin yang melek digital. Selama ini ekonomi digital Indonesia tumbuh, namun kadang ada kebijakan yang kurang mendukung beberapa aspek dari industri digital itu sendiri di Indonesia,” ujar Sofian.

Gambaran industri digital Indonesia

Sejak tahun 2012, Sofian sudah aktif dalam industri digital di Indonesia sebagai talenta di bidang teknologi. Perjalanannya dalam ekosistem digital, termasuk pengalamannya mendirikan startup digital yang bernilai jutaan dolar, memberikan ia gambaran yang cukup jelas bagaimana perkembangan digitalisasi di Indonesia.

Sofian merasakan bahwa ekonomi digital telah mendemokratisasi berbagai sektor, sehingga membuat banyak orang mendapatkan keuntungan darinya. Ia mencontohkan tentang berbagai peluang usaha baru tercipta dalam ekonomi digital ini – termasuk bagi dirinya, yang ketika kecil mungkin tidak terpikirkan akan berkarier di bidang teknologi. Seiring makin masifnya penerapan teknologi, pekerja digital juga tidak lagi dipandang sebelah mata – justru kini banyak gaya yang disesuaikan dengan kebutuhan pekerja digital (misalnya remote working).

“Ekonomi digital membantu banyak orang untuk bisa produktif menghasilkan uang dengan cara-cara baru. Ekonomi digital masih memiliki peluang yang besar, pun tantangannya pun juga masih besar di Indonesia,” tegasnya.

Terkait tantangan dalam menumbuhkan ekonomi digital Indonesia, Sofian menyoroti ada tiga aspek utama. Pertama terkait pemerataan akses internet yang berkualitas ke seluruh penjuru nusantara. Isu koneksi internet ini bukan hanya ia dengar dari orang lain, karena ketika pulang kampung di suatu desa di Palembang, Sofian juga merasakan langsung keterbatasan konektivitas tersebut.

“Ketika saya pulang kampung ke Palembang, koneksinya cuma EDGE […] padahal tanpa koneksi internet yang baik, akses ke ilmu pengetahuan dan peluang pasar digital menjadi terbatas,” ujar Sofian.

Kedua terkait akses ke ilmu digital –walaupun sudah banyak yang memulai inisiatif mengajarkan kompetensi digital, namun menurut Sofian perlu upaya untuk membuatnya lebih masif. Ini termasuk, misalnya, upaya mengajak pedagang di desa-desa kecil untuk mulai belajar berjualan di marketplace dan aktivitas lainnya untuk mendorong lebih banyak orang melek serta mendapatkan manfaat dari digitalisasi itu sendiri.

Berikutnya adalah pemerataan persebaran talenta digital. Ini juga bermula dari pengalamannya membangun komunitas startup di Palembang. Ketika ia berhasil mendatangkan pemodal ventura (VC), mereka masih enggan untuk berinvestasi dengan startup lokal di sana –padahal founder-nya bagus, solusi yang ditawarkan juga memiliki pasar. Ternyata salah satu alasannya VC meragukan startup tersebut bisa berkembang pesat lantaran tidak tersedianya talenta kompeten yang bisa mendukung.

“Di daerah talentanya tidak ada. Dan ini seperti chicken and egg, kalau kita mau melatih talentanya dulu, nanti belum ada startup yang menyerap. Begitu pula kalau mau bangun ekosistem startupnya dulu, talentanya belum banyak […] tapi agar ekonomi digital terakselerasi, tiga tantangan di atas harus mendapatkan solusi, terlebih agar mendistribusi talenta digital supaya tidak terpusat di Jawa saja,” ujar Sofian.

Visi ekonomi digital Ganjar-Mahfud MD

Sederhananya Ganjar-Mahfud MD akan membawa keberhasilan Hetero Space di Jawa Tengah ke tingkat nasional. Ini akan membentuk ekosistem yang terdistribusi di daerah-daerah, dan setiap  kepala daerah juga memberikan dukungan kontinu. Bagi Ganjar-Mahfud MD, penting untuk memberikan ruang dan dukungan bagi generasi muda, khususnya yang berkecimpung mengembangkan bisnis startup.

Selain itu dijelaskan Sofian, dalam visi-misi paslon nomor tiga ini, sejumlah program telah diterangkan. Untuk menjawab tantangan pertama, Ganjar-Mahfud MD jika terpilih akan menyediakan layanan internet gratis ke seluruh penjuru negeri. Mereka akan memastikan misi zero blank spot terealisasi dengan baik.

Kemudian, berkaitan dengan talenta Ganjar-Mahfud MD meyakini bahwa kedaulatan digital akan menjadi satu landasan dalam mengembangkan SDM lokal — sehingga selain bisa menyuplai kebutuhan di Indonesia, harapannya talenta ini bisa diserap juga oleh pasar internasional. Ini akan dimulai dengan memetakan persebaran talenta, kemudian melakukan program terpadu untuk melakukan pelatihan dan pembinaan.

“Digitalisasi juga tentang birokrasi. Pak Ganjar berkomitmen untuk membawa digitalisasi tersebut agar bisa lebih transparan dan merangkul lebih banyak kalangan. Karena diyakini kalau semua bisa didigitalkan, hidup akan menjadi lebih mudah, misal saat antre di RS tidak perlu lagi membuang waktu sia-sia karena pemesanan bisa dilakukan lewat aplikasi,” jelas Sofian.

Kedaulatan digital yang akan turut diupayakan adalah kemandirian digital. Dicontohkan jika suatu saat pemenuhan cloud server di Indonesia akan sepenuhnya disediakan provider lokal. Cara yang ditempuh adalah dengan melakukan transfer knowledge dengan pemain internasional yang saat ini ada di Indonesia – pemerintah akan memastikan proses tersebut terfasilitasi dengan baik.

Selain itu perlindungan hak digital juga menjadi sorotan di dalam visi-misi Ganjar-Mahfud MD, ini diejawantahkan dengan regulasi perlindungan data dan keamanan siber. Termasuk dengan merangkul para ahli di bidang keamanan dan forensik digital untuk bekerja sama lebih rekat dengan pemerintah untuk mengamankan ruang siber nasional.

“Banyak unicorn yang uangnya justru mengendap di Singapura, ini yang mau diubah, agar Indonesia lebih berdaulat secara digital. Hal ini hanya bisa didukung oleh regulasi yang apik dan iklim politik yang stabil, dan Ganjar-Mahfud MD sudah menyiapkan hal ini, salah satunya dengan rencana memberikan insentif fiskal dan mendorong lebih banyak perusahaan lokal [BUMN dan korporasi besar] agar aktif berinvestasi ke startup dan melibatkan startup ke banyak proyek strategis pemerintah,” jelas Sofian.

Selain itu dari sisi penerapan di masyarakat, salah satu yang ingin dikejar adalah lebih banyak mendorong pembayaran cashless. Ketika sistem ini teramplifikasi secara luas, maka akan terjadi percepatan transaksi dan ekonomi, mendorong orang untuk lebih kreatif menghasilkan produk, memperluas pangsa pasar, dan menjadi stepping stone yang menarik untuk Indonesia Emas 2045.

Membantu membuka pasar internasional

Ganjar-Mahfud MD melihat ekonomi digital lokal berpotensi lebih besar lagi, hal ini dinilai dari banyaknya potensi bisnis lokal yang bisa diekspansikan ke ranah regional dan global. Pemerintahan Ganjar-Mahfud MD nantinya ingin mendorong lebih banyak kerja sama internasional untuk membuka lebih luas peluang tersebut — misalnya mempererat kerja sama bilateral antarlembaga [keuangan, pertanian dll] agar inovasi dari Indonesia dapat dipasarkan di sana.

Sofian mencontohkan, kerja sama yang dibentuk bisa seperti kemitraan Indonesia-Singapura melalui Block71, di sana ada sharing pengetahuan, membuka pasar bersama, dan kolaborasi inovasi. Termasuk mengajak lebih banyak pengembang untuk unjuk gigi di berbagai ajang bergengsi internasional di bidang teknologi.

“Jadi membuka dan terhubung dengan ekosistem global, dengan tetap melindungi ekosistem yang ada di Indonesia. Kebijakan tidak akan terlalu mempersulit yang dari luar untuk masuk, namun memastikan yang di lokal bisa memiliki daya saing. Investasi pun juga akan terus diperdalam, dengan memberikan opsi pendanaan yang lebih beragam untuk pemain industri,” kata Sofian.

Sofian melanjutkan, “Pak Ganjar paham betul bahwa ekonomi digital tidak hanya yang berbentuk fisik, tapi juga nonfisik. Sehingga kita ingin menanamkan mindset bahwa solusi digital sejak awal didirikan harus bisa memiliki target untuk melayani pasar global.”

Disclosure: Artikel ini adalah bagian serial liputan Pilpres RI 2024 yang mencakup visi ekonomi digital setiap kandidat

Warung Pintar Selenggarakan “Hackathon Pintar 1.0”, Bagian dari Ekspansi di Banyuwangi

Pasca perolehan pendanaan seri B awal tahun ini, startup new retail Warung Pintar menyegerakan ekspansi dimulai dari wilayah Jawa paling timur, yakni Banyuwangi. Sebagai bagian dari agenda ekspansi, Warung Pintar akan mengadakan berbagai rangkaian acara, salah satunya bertajuk “Hackathon Pintar 1.0”.

Hackathon Pintar 1.0 adalah kompetisi kolaboratif menciptakan produk digital untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam waktu 24 jam. Saat ini pendaftaran untuk peserta masih dibuka dan akan ditutup pada tanggal 15 Maret 2019 mendatang. Selanjutnya pada 22 Maret 2019 akan diumumkan 50 tim yang lolos dan berhak mengikuti Hackathon Day pada 29 Maret 2019 di Pendopo Sabha Swagata, Banyuwangi.

Sebagai awalan, pada 1 Maret 2019 lalu Warung Pintar telah menyelenggarakan acara Road to Hackathon Pintar 1.0 di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi. Acara ini dilaksanakan untuk memperkenalkan mekanisme kompetisi, cerita inspirasi tim teknologi Warung Pintar, membahas tantangan UMKM & Pariwisata di Banyuwangi serta solusi yang diharapkan. Acara ini turut dihadiri BRI sebagai salah satu sponsor yang menjelaskan pemanfaatan API di kompetisi ini.

Road to Hackathon Pintar 1.0
Road to Hackathon Pintar 1.0 di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi / Warung Pintar

“Banyuwangi dikenal sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia. Sektor pariwisata dan UMKM adalah salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi di Banyuwangi. Revolusi Industri 4.0 mendorong usaha mikro hingga besar untuk turut memanfaatkan teknologi agar mampu bersaing,” ungkap CTO & Co-founder Warung Pintar Sofian Hadiwijaya.

Sofian menambahkan, “Hackathon Pintar 1.0 mengusung Pariwisata dan UMKM Pintar sebagai tema utama. Kami mengajak anak muda Banyuwangi dan sekitarnya untuk membawa perubahan dengan bersama-sama mencari solusi bagi permasalahan UMKM dan pariwisata di Banyuwangi.”

Acara puncak berlangsung pada 30 Maret 2019 di Festival Juragan Pintar, Banyuwangi untuk menyeleksi 3 pemenang dengan total hadiah 30 juta rupiah. Warung Pintar berharap Hackathon pertama di Banyuwangi ini dapat menjadi kesempatan anak muda mengasah kreativitas dan ikut terlibat langsung membawa perubahan untuk UMKM dan pariwisata di wilayah setempat.

Bagi yang tertantang untuk turut serta di Hackathon Pintar 1.0, informasi dan pendaftaran dapat ditemukan melalui tautan berikut: http://bit.ly/DaftarHackathonPintar.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Hackathon Pintar 1.0

Warung Pintar Receives 57 Billion Rupiah Fresh Funding

Warung Pintar announces the acquisition of fresh funding worth $4 million (around IDR 57.9 billion) from Vertex Ventures, Pavilion Capital, and Line Ventures. It will be Warung Pintar’s new arsenal to accelerate business in order to improve the quality of Jakarta’s kiosks and encourage the inclusion of micro business technology. The average monthly income of a kiosk partner is claimed to reach IDR 4.17 million or 15% higher than the minimum wage in the Greater Jakarta.

Previously, in February, Warung Pintar has acquired $4 million seed funding. In six months, the kiosk has increased more than 3000% from 12 to 319 kiosks. There are 12 thousand potential partners claimed to register. Earlier this month, Warung Pintar has announced a partnership with Go-Jek to receive Go-Pay as a cashless payment.

“We continue to innovate and listen to what customers and kiosk partners need so that the technology we develop is accessible and easy for them to use. We keep trying to solve the daily hyperlocal problems of these kiosks with the latest technology and global knowledge related to the products. Therefore, we’re building the engineering team based on a strong technical knowledge and a big heart for Indonesians,” Sofian Hadiwijaya, Warung Pintar‘s CTO, added.

In the previous interview, Warung Pintar mentioned that they use partnership system with anyone from the low-to-mid class. It only requires selection process and data verification before the kiosk open. One of those is to have space (owned property or rent) to build a kiosk.

Warung Pintar will rent the facilities as Wi-Fi, LCD TV, CCTV, the kiosk, dispenser, mini-refrigerators, stoves, and digital system as its first assets without monthly fees. The company doesn’t take fees as monetization from kiosk owners.

“Warung Pintar is truly born of the problems before our own eyes without we realize. We are confident and eager to bring financial inclusion to people without bank accounts (unbanked population) by providing them financial and additional income,” Willson Cuaca, East Venture’s Managing Partner and Warung Pintar’s Commissioner, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Warung Pintar Umumkan Perolehan Dana Baru 57 Miliar Rupiah

Warung Pintar mengumumkan perolehan dana baru senilai $4 juta (sekitar 57,9 miliar Rupiah) dari Vertex Ventures, Pavilion Capital, dan Line Ventures. Pendanaan ini akan menjadi bahan bakar Warung Pintar mempercepat usaha membantu meningkatkan kualitas warung di Jakarta dan mendorong inklusi teknologi untuk usaha mikro. Diklaim rata-rata pendapatan bulanan mitra warung dapat mencapai hingga Rp. 4,17 juta atau 15% lebih tinggi dari upah minimum wilayah Jabodetabek.

Sebelumnya, di bulan Februari, Warung Pintar juga memperoleh $4 juta untuk pendanaan awalnya. Dalam waktu enam bulan disebutkan jumlah kiosnya melonjak lebih dari 3000%, dari 12 kios menjadi 319 kios. Diklaim telah ada 12 ribu calon mitra Warung Pintar yang mendaftar. Awal bulan ini Warung Pintar mengumumkan kemitraan dengan Go-Jek untuk menerima Go-Pay sebagai alat pembayaran non-tunai.

“Kami terus berinovasi dan mendengarkan apa yang dibutuhkan pelanggan serta mitra kios agar teknologi yang kami kembangkan dapat diakses dan mudah digunakan oleh mereka. Kami terus mencoba memecahkan masalah hyperlocal yang dimiliki para warung ini setiap hari dengan teknologi terbaru serta pengetahuan global tentang produk. Oleh karena itu kami tengah membangun tim engineering dengan pemahaman teknis yang kuat dan hati yang besar bagi masyarakat Indonesia,” jelas CTO Warung Pintar Sofian Hadiwijaya.

Dalam wawancara terdahulu, pihak Warung Pintar menyebutkan Warung Pintar menerapkan sistem kemitraan dengan siapapun dari kalangan menengah ke bawah yang ingin berbisnis unit Warung Pintar. Persyaratannya mereka hanya cukup melalui proses seleksi dan verifikasi data sebelum warung buka. Salah satunya sudah memiliki lahan sendiri (bisa milik sendiri atau sewa) untuk dijadikan warung.

Warung Pintar akan meminjamkan fasilitas berupa Wi-Fi, TV LCD, CCTV, bangunan warung, dispenser, kulkas mini, kompor, dan sistem digital sebagai modal awalnya tanpa biaya bulanan. Perusahaan tidak mengambil fee dari para pemilik warung sebagai monetisasinya.

“Warung Pintar benar-benar lahir dari masalah yang ada di depan mata kita sendiri tetapi tidak kita sadari. Kami yakin dan bersemangat untuk membawa inklusi keuangan kepada penduduk yang belum memiliki rekening bank (unbanked population) dengan memberi mereka kekuatan finansial dan penghasilan tambahan,” ujar Managing Partner East Ventures dan Komisaris Warung Pintar Willson Cuaca.

Prediksi Perkembangan Internet of Things dan Drone di Indonesia Tahun 2017

Perkembangan teknologi memasuki level perangkat yang saling terhubung atau akrab di sebut dengan IoT (Internet of Things). Dalam kurun waktu lima tahun belakangan, perkembangan IoT berkembang pesat baik dari segi perangkat maupun pemanfaatannya. Di Indonesia pun demikian. IoT mulai dilihat banyak orang sebagai bentuk inovasi sebagai generasi selanjutnya perkembangan teknologi. Banyaknya perusahaan telekomunikasi yang berinvestasi dan startup-startup yang hadir bertema IoT menjadi tanda bahwa IoT akan terus tumbuh.

Industri IoT secara umum membutuhkan persediaan perangkat dan infrastruktur yang memadai, baik dari segi ketersediaan server, cloud, maupun koneksi yang mumpuni untuk mendukung penggunaan secara maksimal. Di level perusahaan, perusahaan telekomunikasi menjadi salah satu yang terlihat gencar berinovasi di segmen IoT ini. Nama-nama seperti Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Smartfren menjadi nama yang sering diberitakan terkait inovasi mereka di segmen IoT.

Indosat Ooredoo mengembagkan Vessel Monitoring System, sebuah layanan yang dirancang untuk memonitoring pergerakan kapal dan aktivitasnya. Telkomsel juga menguji cobakan jaringan NB-IoT (Narrowband Internet of Things) di jaringan 4G yang dirancang khusus untuk menyambut tren IoT di Indonesia.

Tak jauh beda, Smartfren pun demikian. Melalui wawancara beberapa waktu lalu, Smartfren mulai fokus ke bisnis M2M (machine to machine) meski masih dalam tahap “siap-siap” meluncur di tahun ini.

Prediksi di 2017

Co-Founder IoT.co.id Martin Kurnadi berpendapat bahwa tren IoT di Indonesia di tahun 2017 akan lebih fokus ke arah B2B. Solusi akan dibutuhkan perusahaan dalam membantu memudahkan operasional, alasan lainnya karena dapat memangkas anggaran dan meningkatkan efisiensi kerja. Solusi dari IoT pun diprediksi akan dikombinasikan dengan beberapa teknologi lain seperti pengolahan data dan kecerdasan buatan.

Martin lebih jauh menjelaskan ada beberapa faktor yang akan berpengaruh pada perkembangan industri IoT di tanah air, yakni faktor teknis dan non teknis. Dari segi teknis, ketersediaan perangkat dan kompetisi dari pemain luar menjadi tantangan berarti. Ketersediaan komponen untuk perangkat masih jarang di Indonesia. Dari segi non teknis, Martin menilai masih ada kesulitan mencari model bisnis.

Salah satu penggiat IoT tanah air Andri Yadi, yang juga merupakan pendiri Dycode X, bercerita ada beberapa hal yang akan mempengaruhi industri IoT tanah air. Andri menyoroti ketersediaan jaringan yang membutuhkan low power sehingga perangkat tidak membutuhkan daya yang besar atau bisa memanfaatkan daya dari batere.

Belum lagi masalah frekuensi. Diharapkan pemerintah bisa mengatur frekuensi-frekuensi yang nantinya digunakan untuk perangkat IoT agar tetap terkendali dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Selain itu ketersediaan perangkat “mentah” masih menjadi masalah bagi para pengembang-pengembang IoT tanah air. Harapannya pemerintah bisa membantu memudahkan import perangkat-perangkat mentah ini untuk membantu inovasi para pengembang.

Untuk permasalahan lainnya, Andri melihat keamanan akan tetap menjadi concern utama. Meski para pengembang sudah sangat memperhatikan keamanan, baik dari segi data, firmware, atau perangkat mereka, keamanan perangkat-perangkat IoT ini masih tetap harus menjadi fokus seiring mulai banyaknya implementasinya.

Sofian Hadiwijaya, seorang profesional yang juga mengamati dunia IoT, menganggap pergerakan industri IoT di tanah air masih belum terlihat signifikan. Hanya saja pendidikan dan inovasi akan semakin luas mengingat semakin banyak maker di Indonesia. Untuk inovasi, Sofian melihat smart home dan smart farming masih menjadi dua sektor yang akan dikembangkan di Indonesia saat ini.

Seperti dikutip dari laporan Computer Weekly, tren IoT di Asia Tenggara akan menghadapi sejumlah tantangan tahun ini. Beberapa di antaranya adalah latency dan pengelolaan data.

Global Vertical Strategy and Marketing Equinix Tony Bishop dalam sebuah artikel menjelaskan bahwa akses ke jaringan, cloud, dan kemampuan bekerja di berbagai lingkungan aplikasi adalah faktor sukses sebuah solusi IoT. Hanya saja semakin banyak perangkat IoT yang terhubung dan mengharuskan koneksi real time mengakibatkan permasalahan latency dan performa. Kaitannya tidak hanya dengan kecepatan akses tapi juga ketahanan.

Infrastruktur adalah salah satu jalan utama bagi inovasi dan terobosan teknologi di era sekarang. Peran pemerintah dan perusahaan telekomunikasi sangat dibutuhkan di sini. Semakin baik infrastruktur yang dibangun semakin mungkin Indonesia akan mendapatkan manfaat optimal dari perkembangan teknologi IoT.

Fenomena bernama drone

Wearinasia, startup yang secara khusus menjual perangkat-perangkat wearable dan drone bercerita kepada DailySocial bahwa pertumbuhan transaksi pembelian drone meningkat 100% secara YoY untuk tahun 2015-2016. Prediksinya tahun ini akan terus meningkat.

Harga drone diprediksi akan mulai membumi dengan semakin banyaknya pilihan drone di entry level, drone mini misalnya. Drone mini saat ini paling banyak dicari di Wearinasia.

CMO Wearinasia Andrew Gunawan lebih lanjut memaparkan drone ke depannya tidak hanya digunakan untuk industri hiburan, tetapi juga untuk keperluan lain yang lebih teknis.

“Saat ini penggunaan drone intensitasnya makin tinggi di industri media dan perfilman. Belakangan ada beberapa calon mitra yang menawarkan produk produk drone untuk keperluan industri, misalnya drone instalasi listrik sampai drone yang dilengkapi tear gas,” ujarnya.

OLX Indonesia Tegaskan Fungsi “Tracker” yang Digunakan di Situs dan Aplikasi

Setelah dihebohkan dengan temuan Opera tentang dugaan adanya “Pelacak” saat mengakses situs online marketplace OLX Indonesia, OLX, yang diwakili Technical Manager OLX Indonesia Rendra Toro, menyampaikan penjabaran dan klarifikasi lengkap terkait dengan dugaan tersebut. Menurut OLX Indonesia, pelacak atau tracker disematkan dalam aplikasi dan desktop OLX, namun fungsinya diklaim tidak membahayakan pengguna.

Tracker yang ada dalam sistem kami tidak berbeda dengan tracker yang banyak digunakan oleh layanan e-commerce lainnya di Indonesia dan mancanegara. Semua masih dalam kategori normal dan bisa dijamin keamanannya,” kata Rendra kepada media hari ini.

Sebagai layanan iklan baris dengan konsep customer-to-customer (C2C), OLX Indonesia tidak menampik adanya tracker tersebut, tetapi selama ini fungsi tracker tersebut diklaim hanya untuk melihat behavior pengguna untuk memberikan user experience terbaik saat sedang menjelajahi aplikasi dan situs OLX Indonesia.

“Kami menggunakan tracker lebih kepada melihat seperti apa minat dari pengguna. Selanjutnya kami akan merekomendasikan produk yang disukai berdasarkan kegiatan browsing yang dilakukan oleh pengguna,” kata Rendra.

OLX Indonesia menjamin data yang ada tidak akan disalahgunakan. Semua data yang sifatnya kredensial, seperti kartu kredit dan nomor rekening, tersimpan dengan aman dalam sistemnya.

“Kami menggunakan HyperText Transfer Protocol Secure (HTTPS) untuk penggunaan kartu kredit dan lainnya sementara untuk hal-hal umum seperti data diri kami menggunakan HyperText Transfer Protocol (HTTP),” kata Rendra.

Sebelumnya OLX Indonesia telah mengimplementasikan HTTPS, namun terkendala masalah koneksi dan hal lain yang mempengaruhi proses pengguna untuk mengunggah foto dan iklan ke aplikasi dan situs. Dengan alasan itulah OLX Indonesia masih menggunakan HTTP yang terbilang masih rentan.

“Ke depannya kami berusaha untuk mengimplementasikan HTTPS di semua sistem OLX Indonesia untuk keamanan dan kenyamanan pengguna,” kata Rendra.

Transparansi dan edukasi pengguna

OLX Indonesia sendiri saat ini mengakui sedikitnya ada sekitar seratus tracker yang berada dalam aplikasi. Jumlah tersebut dinilai jauh lebih sedikit dari beberapa layanan e-commerce lainnya di Indonesia dan mancanegara.

“Bukan hanya OLX Indonesia, tapi Opera Max juga memiliki tracker dengan memanfaatkan pihak ketiga. Software ini memungkinkan pihak yang memanfaatkan layanan pihak ketiga tersebut mengumpulkan data dari pengguna yang mengakses aplikasi,” kata pengamat teknologi dan Head of Technology Pinjam Sofian Hadiwijaya.

Disebutkan penggunaan tracker itu sendiri menjadi hal yang wajar dan sudah sering dimanfaatkan oleh layanan e-commerce hingga browser untuk melihat dan mengumpulkan data dari penggunanya. Untuk platform smartphone sendiri, platform Android memiliki risiko yang cukup besar untuk penggunaan tracker dibandingkan iOS. Begitu juga dengan penggunaan aplikasi mobile yang lebih mudah dilacak dibandingkan mengakses situs e-commerce atau browser dengan menggunakan desktop.

“Saat ini Android, khususnya versi terbaru, sudah cukup pintar melakukan filtering untuk aplikasi yang menggunakan third party tracker sebelum pengguna meng-install aplikasi tersebut ke smartphone,” kata Sofian.

Ke depannya, menjadi hal yang bijak bagi pengguna layanan e-commerce dan pengembang aplikasi untuk memberikan informasi lebih jelas dan transparan terkait konten yang ada di dalam aplikasi tersebut. Di sisi lain, Sofian menganjurkan kepada pengguna untuk selalu membaca dengan jelas aplikasi yang ingin di-install di smartphone.

“Baca dengan jelas dan tanyakan kepada orang yang mengerti terkait dari konten sebuah aplikasi sebelum di-install ke smartphone. Dengan demikian Anda mengetahui risiko dari aplikasi tersebut sebelum dimasukan ke dalam smartphone,” ujarnya.

Meluncurkan fitur In-App Message di dalam aplikasi tahun depan

Sebagai bagian dari rencana OLX Indonesia tahun 2017, bulan Januari mendatang rencananya OLX Indonesia akan meluncurkan inovasi untuk memberikan kemudahan untuk pengguna. Salah satu teknologi yang akan disematkan dalam aplikasi tahun 2017 mendatang adalah fitur In-App Message.

“Kami harapkan inovasi terbaru yang segera kami luncurkan bisa memberikan pengalaman lebih baik kepada pengguna OLX Indonesia untuk berkomunikasi sekaligus memberikan rasa aman,” kata PR Manager OLX Indonesia Amelia Virginia.

Disinggung tentang adanya penurunan jumlah pengguna terkait dengan laporan yang dirilis oleh Opera bulan November lalu, Amelia mengungkapkan tidak ada perubahan yang berarti dari jumlah pengguna, namun diakuinya cukup memberikan efek negatif terkait kepercayaan dan keamanan kepada OLX Indonesia.

“Dengan diadakannya acara klarifikasi ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas dan lengkap kepada masyarakat Indonesia terkait dengan layanan yang diberikan oleh OLX Indonesia,” kata Amelia.

Application Information Will Show Up Here

Head of Technology Baru Pinjam dan Inovasi yang Segera Diimplementasikan

Platform Pinjam yang melakukan transaksi gadai secara online pertengahan tahun 2016 ini telah memiliki anggota baru yang bertanggung jawab menangani sisi teknologi startup fintech ini. Sofian Hadiwijaya kini menjadi Head of Technology di Pinjam. Sebelumnya Sofian pernah bekerja Kudo.

“Resminya saya bergabung dengan Pinjam sejak bulan Juli 2016, direkrutnya saya sebagai Head of Technology pada dasarnya untuk membenahi sistem yang ada serta mengembangkan inovasi dengan teknologi terkini,” kata Sofian kepada DailySocial.

Pengalamannya sebagai anggota tim IT di Kudo memberikan inspirasi kepada Sofian untuk mulai merancang teknologi serta sistem yang tepat. Proyek pertama yang kemudian dilakukan oleh Sofian yaitu memindahkan sistem yang sebelumnya menggunakan third-party hingga menggunakan teknologi terkini.

“Dulu Pinjam masih menggunakan cPanel dengan domain yang tidak jelas, which is fine untuk startup yang masih baru berdiri dan mengandalkan third-party, namun ketika sudah mulai berkembang terutama fintech idealnya harus bisa memiliki sistem sendiri dengan teknologi terkini,” kata Sofian.

Setelah bergabungnya Sofian saat ini Pinjam telah menggunakan Amazon Web Service (AWS) dan memperbarui sistem front-end dan back-end di Pinjam.

“Sebelum saya masuk saya sudah merancang sistem baru yang ideal untuk Pinjam seperti apa. Saat ini kita menggunakan Amazon Web Service (AWS) dan kita baru dapat kredit lagi di SoftLayer jadi development server. Kita ada sekitar 14 server yang live di development dan production dan sudah diimplementasikan bulan Juli. Dulu mengandalkan teknologi PHP dan sekarang menganut teknologi kekinian,” kata Sofian.

Menambah fitur terbaru dan berencana meluncurkan aplikasi mobile

Bergabungnya Sofian sebagai Head of Technology bakal mendukung lebih banyak rencana serta inovasi yang akan dikembangkan. Di antaranya adalah segera meluncurnya fitur Search di situs Pinjam untuk memudahkan pengguna melakukan pencarian produk gadai dengan cepat.

“Selama ini pengguna masih kesulitan untuk menemukan produk yang ingin dicari karena tidak adanya fitur Search tersebut. Nantinya bukan hanya detil produk yang didapatkan dengan cepat dan mudah, tafsiran harga juga sudah dilengkapi,” kata Sofian.

Disinggung tentang aplikasi mobile memang masih belum populer di kalangan penggiat fintech, Sofian mengungkapkan rencana untuk meluncurkan aplikasi mobile memang sudah ada, namun Sofian dan tim Pinjam masih ingin menggali pendekatan yang bermanfaat untuk pengguna untuk dapat memaksimalkan user experience saat menggunakan Pinjam di aplikasi mobile.

“Layanan yang ditawarkan Pinjam pada dasarnya berbeda dengan [layanan] e-commerce, yaitu ketika pinjaman telah didapatkan biasanya aplikasi akan segera di-uninstall. Berbeda dengan aplikasi mobile e-commerce yang dilihat secara rutin,” kata Sofian.

Layanan tambahan dan target Pinjam

Sejak berdiri sekitar tahun 2015 lalu, Pinjam mengklaim telah memiliki lebih dari seribu peminjam. Pinjam juga mencatat produk yang paling banyak digadaikan adalah gadget seperti smartphone.

“Saat ini kita telah merubah nilai pinjaman kepada pelanggan, mulai dari Rp 200 ribu setelah sebelumnya dimulai dari Rp 350 ribu hingga Rp 100 juta setelah sebelumnya sampai Rp 25 juta saja. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan lebih banyak peluang kepada pelanggan,” kata Sofian.

Layanan lain yang rencananya akan dikembangkan oleh Pinjam adalah Pinjam online yang ditargetkan untuk kalangan individu seperti karyawan, wirausahawan, dan lainnya.

“Kami ingin semua proses berjalan dengan transparan untuk memudahkan pelanggan yang ingin melakukan pinjaman melalui Pinjam,” kata Sofian.

Bukan hanya kalangan perorangan yang diincar, Pinjam juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada merchant e-commerce terkemuka di Indonesia, untuk memanfaatkan layanan Pinjam untuk menambah modal usaha di bawah naungan bisnis e-commerce yang mereka daftarkan.

“Saat ini kami masih melakukan pendekatan dengan layanan e-commerce besar di Indonesia agar bisa menawarkan layanan Pinjam kepada merchant mereka yang pada umumnya adalah kalangan UMKM di seluruh Indonesia,” kata Sofian.

Sebelumnya Koinworks telah melakukan kemitraan dengan layanan e-commerce seperti Lazada untuk memberikan pinjaman dana kepada merchant yang telah bergabung. Hal serupa akan dilancarkan juga oleh Pinjam.

“Layanan lain yang ingin dikembangkan oleh Pinjam dengan memanfaatkan sumber dari [layanan] e-commerce adalah untuk kalangan individual yang membutuhkan uang untuk hal-hal yang personal seperti membeli smartphone baru atau mengganti laptop lama dengan model baru. Nantinya bisa di-posting barang bisa digadaikan namun tetap ter-listing di [layanan] e-commerce tersebut. Nantinya ketika barang sudah laku, selisih antara pinjaman dan harga barang bisa dikembalikan kepada orang tersebut,” kata Sofian.

Untuk layanan yang terakhir, Sofian menambahkan hal tersebut masih menjadi rencana dan belum segera diluncurkan. Dengan potensi yang ada, Sofian optimis layanan ini nantinya akan diminati oleh masyarakat Indonesia.

Bermitra dengan pegadaian offline

Dengan sistem serta teknologi yang ada, Pinjam terbilang telah memiliki layanan dan sistem yang terpadu dan tentunya selaras dengan arahan pemerintah untuk menyasar masyarakat Indonesia yang masih unbankable dan di sisi lain mengedepankan model branchless. Peluang tersebut membuka kesempatan bagi semua pegadaian yang masih menjalankan bisnisnya secara offline untuk mulai mengadopsi teknologi dengan bergabung menjadi mitra Pinjam.

Pegadaian sendiri saat ini masih menjadi bisnis yang memiliki keuntungan besar dengan jumlah transaksi bisa mencapai 100 triliun Rupiah per tahunnya. Layanan yang ditawarkan Pinjam diharapkan bisa memaksimalkan jalannya usaha pihak pegadaian dan membantu pengguna yang membutuhkan.

“Sesuai dengan arahan dari OJK, kami dari Pinjam membuka kesempatan untuk pegadaian yang ingin mengimplementasikan layanan gadai online untuk kemudian bergabung menjadi mitra dari Pinjam,” kata Sofian.

Memasyarakatkan Perangkat Wearable dan Internet of Things di Indonesia

Menilik perkembangan wearable device dan IoT di Indonesia / Shutterstock

Menarik sekali mengikuti perkembangan teknologi di Indonesia, terlebih ekosistem pengembangan dan daya konsumsi yang sudah cukup tinggi. Kami berkesempatan mewawancarai beberapa narasumber terkait perkembangan perangkat wearable dan IoT (Internet of Things) berikut dengan pernak-pernik yang mewarnainya.

Continue reading Memasyarakatkan Perangkat Wearable dan Internet of Things di Indonesia